BAB314105210015
BAB314105210015
BAB314105210015
47
M. Quraish Shihab, Membumikan Alquran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat (Bandung: Mizan, 1992), h. 7.
48
Taufik Abdullah (ed), Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Ikhtiar Baru Van hove (Jakarta: t.p,
cet. 2, 2003), h. 55-56.
49
M. Quraish Shihab, Membumikan Alquran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat (Bandung: Mizan, 1992), h. 8.
37
dengan sumber-sumber pembaruan Islam di Timur Tengah seperti Haramain,
Hadramaut Yaman dan Mesir. Di antaranya ialah Syeikh Ahmad
Surkati.50yang berasal dari Sudan, Afrika.51
Sebagai anak dari seorang ulama besar kala itu, Quraish Shihab sudah
mendapatkan perhatian sekaligus motivasi dari ayahnya. Lebih dari itu,
menurut pengakuannya sendiri bahwa benih-benih kecintaannya terhadap Al-
qur‟an dan bidang studi tafsir sudah tertanam dalam dirinya sejak dini oleh
ayahnya, yang sering mengajak anak-anaknya untuk duduk bersama setelah
salat magrib di rumahnya. Dalam kesempatan itu sang ayah memberikan
nasehat atau petuah-petuah agama yang belakangan diketahuinya berasal dari
Al-qur‟an, Hadis Nabi saw., qaul (perkataan) Sahabat dan para ulama
lainnya.52
50
Ahmad Surkati dilahirkan di Dongola, Sudan tahun 1872. Ayahnya bernama Muhammad
Surkati yang merupakan ulama terpandang kemuliaannya dan alumni Universitas al-Azhar,
Kairo yang memiliki koleksi kitab yang sangat banyak. Ahmad Surkati berasal dari suku
Jawabra atau Jawabirah yang memiliki hubungan dengan keturunan Sahabat Ansar yaitu Jabir
bin „Abdillah. Lihat Ramli Abdul Wahid, Sejarah Pengkajian Hadis Di Indonesia (Medan:
IAIN Press, cet. 1, 2010), h. 8-9.
51
Iqbal, Etika Politik…, h. 16.
52
Ibid., h. 1.
38
Ushuluddin, Jurusan Tafsir dan Studi ilmu-ilmu Alquran. Dan berhasil lulus
meraih gelar Lc pada tahun 1967.53
Pada tahun 1973, ayahnya -yang ketika itu menjabat sebagai Rektor-
menyuruh anaknya agar segera pulang ke tanah air tepatnya ke kota Ujung
Panjang, untuk membantu mengelola pendidikan di IAIN Alauddin dengan
cara menjadi staf pengajar. Ia menjabat sebagai Wakil Rektor di Bidang
Akademis dan Kemahasiswaan, yang sebelumnya juga pernah menjadi
Pembantu Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan IAIN Alauddin
Ujung Pandang sampai tahun 1980.
53
Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaharuan Islam Di Indonesia (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2005), h. 363.
54
Iqbal, Etika Politik…, h. 2-16.
39
penelitian di antaranya ialah Penerapan Kerukunan Hidup Beragama di
Indonesia tahun 1975 dan masalah Wakaf Sulawesi Selatan di tahun 1978.55
55
Ibid., h. 17. Lihat juga Tesis Pemikiran Quraish Shihab, h. 95. Dan Ensiklopedi Islam
Indonesia (Jakarta: Jembatan Merah, 1988), h. 111.
56
Nata, Tokoh-Tokoh Pembaharuan…, h. 364.
40
Hidayatullah Jakarta, selama dua periode yaitu mulai tahun 1992-1996 dan
1997-1998, setelah sebelumnya menjabat sebagai Pembantu Rektor Bidang
akademik.
Setelah itu, pada tahun 1998, Quraish Shihab juga diangkat oleh
Presiden Soeharto sebagai Menteri Agama RI Kabinet Pembangunan VII. Tapi
jabatan penting ini tidak lama bertahan, hanya dua bulan saja, karena
pemerintahan Soeharto kala itu dituntut agar segera lengser seiring terjadinya
pergolakan politik resistensi yang kuat terhadap dirinya, sehingga pada bulan
Mei 1998, gerakan reformasi yang dipimpin oleh tokoh politik seperti
Mohammad Amien Rais, dengan para mahasiswanya berhasil menjatuhkan
rezim kekuasaan Soeharto yang sudah lama berkuasa selama 32 tahun. Hal
inilah yang menyebabkan kabinet yang baru dibentuk oleh Presiden harus
dibubarkan. Termasuk posisi Menteri Agama yang baru dijabat oleh Quraish
Shihab.57
57
Iqbal, Etika Politik…, h. 18.
41
Setelah menyelesaikan tugasnya sebagai Duta Besar, Quraish Shihab kembali
ke tanah air serta aktif kembali dalam berbagai kegiatan. Pada saat itulah ia
mendirikan Pusat Studi Al-qur‟an (PSQ) yaitu Lembaga Pendidikan yang
bergerak di bidang tafsir, di mana Al-qur‟an sebagai mercusuarnya. Selain itu,
ia juga mendirikan Penerbit Lentera Hati untuk melancarkan penerbitan karya-
karyanya di tahap berikutnya. Nama Penerbitnya itu diambil dari salah satu
judul buku beliau. Di sela-sela kesibukannya itu, Quraish Shihab juga terlibat
dalam berbagai kegiatan ilmiah di dalam maupun luar negeri. Peran dan kiprah
beliau di dalam dunia pendidikan dan dakwah mengantarkan dirinya untuk
selalu aktif dalam dunia sosial kemasyarakatan seperti menjadi penceramah
yang handal dan memberikan berbagai macam pengajian, termasuk di
beberapa media televisi. Bahkan kegiatan ceramah dan pengajiannya dilakukan
di sejumlah masjid bergensi di Jakarta seperti Mesjid at-Tin, Mesjid al-Istiqlal
dan di lingkungan pejabat pemerintahan bahkan sampai di undang oleh
sejumlah stasiun televisi swasta atau media elektronik seperti RCTI, Metro TV
dan lain lain.58
Salah satu sebab yang menjadi latar belakang penulisan buku Tafsir Al-
Misbah ialah karena obesisi Quraish Shihab yang ingin memiliki satu karya
nyata tentang penafsiran ayat-ayat Al-qur‟an secara utuh dan konprehensif
yang sengaja diperuntukkan bagi mereka yang bermaksud mengetahui banyak
tentang Al-qur‟an.59
Tafsir ini ditulis oleh beliau pada hari Jumat, 4 Rabi‟ul Awwal 1420 H
/ 18 Juni 1999 M, tepatnya di kota Ṡaqar Quraish, di mana beliau saat itu
masih menjabat sebagai Duta Besar RI di Kairo, dan buku tafsir itu selesai di
58
Nata, Tokoh-Tokoh Pembaharuan…, h. 365.
59
Hal ini beliau ungkapkan pada sebuah pengantar dalam buku Al-Lubab. Lihat M. Quraish
Shihab, AlLubab: Makna, Tujuan, dan Pelajaran Dari Surah-surah Alquran (Jakarta: Lentera
Hati, cet. 1, 2012), h. XII.
42
Jakarta, hari Jum‟at 5 September 2003. Menurut pengakuannya, ia
menyelesaikan tafsirnya itu dalam kurun empat tahun. Sehari rata-rata beliau
menghabiskan waktu tujuh jam untuk menyelesaikan penulisan tafsirnya
itu.24 Meskipun beliau ditugaskan sebagai Duta Besar di Mesir, pekerjaan ini
tidak terlalu menyibukkannya sehingga beliau memiliki banyak waktu untuk
menulis. Di negeri seribu menara inilah, Quraish menulis Tafsir Al-Misbah.60
60
M. Quraish Shihab, Menabur Pesan Ilahi Alquran dan Dinamika Kehidupan Masyarakat
(Jakarta: Lentera Hati, 2006), h. 310.
61
Lihat „Abd. Ḣayy al-Farmāwī, al- Bidāyah fī Tafsīr al-Mauḍū‟ī, Suryan A. Jamrah,
Pengantar Ilmu Tafsir Maudhui (Jakarta: Raja Grapindo Persada, 1994), h. 12.
62
Kadar M. Yusuf, Studi Al-Qur‟an (Jakarta: t.p, 2009), h.143-144.
43
tercampur dengan pembahasan kebahasaan dan lainnya yang dipandang dapat
membantu memahami naṡ (teks) Al-qur‟an tersebut.63
63
Al-Farmawi, al-Bidayah fi Tafsir al-Maudhu‟i, Suryan, Pengantar Ilmu …, h. 12.
64
Muhaimin, dkk, Kawasan Dan Wawasan Studi Islam (Jakarta: Kencana, cet. 2, 2007), h.
120.
44