2 Qawaid Tafsir Amr Dan Nahy PDF
2 Qawaid Tafsir Amr Dan Nahy PDF
2 Qawaid Tafsir Amr Dan Nahy PDF
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
aturan atau pedoman-pedoman dasar yang harus dipenuhi oleh seorang mufassir
dalam menafsirkan suatu ayat dalam Al-Qur’an, termasuk adab dan syarat-syarat
tersebut. Kaidah tafsir terbagi menjadi tiga yaitu Pertama: Kaidah dasar tafsir
seperti contoh penafsiran ayat Al-Quran dengan ayat Al-Qur’an lainya, ayat Al-
Qur’an dengan Hadits Nabi, perkataan sahabat atau yang disebut juga dengan tafsir
bi al-matsur atau tafsir bi al-riwayah. Kedua: Kaidah umum tafsir yaitu kaidah-
kaidah yang dikaitkan dengan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan tafsir tersebut
seperti Nahwu, Sharaf, Balaghah dan lain sebagainya. Ketiga: Kaidah khusus yaitu
1
Manna’ Al-Qaththan, Mabahits fi ulum Al-Qur’an (Mansyurat Al-Ash Al-Hadits,1973),
hlm.196.
seperti pembahasan tentang dhamir, isim nakirah dan makrifah, pengulangan isim,
mufrad dan jamak, sinonim, pertanyaan dan jawaban dan lain sebagainya 2.
juga tidak salah dalam mengambil suatu hukum dari ayat-ayat tersebut. Contoh
kaidah-kaidah ushul fiqih seperti Amr dan Nahi, Amm dan Khass, Manthuq dan
Mafhum, Mutlaq dan Muqayyad, Mujmal dan Mubayyan dan lain sebagainya.
Dalam pembahasan berikutnya akan dibahas tentang salah satu kaidah usul
fiqih yang harus diketahui oleh seorang mufassir dalam menafsirkan Al-Qur’an
yaitu kaidah Amr dan Nahi. Pembahasan mengenai pengertian Amar, Bentuk-
Dan juga mengenai tentang Nahi, Bentuk-bentuk Nahi serta Kaidah-kaidah Nahi
tersebut. Sehingga seorang mufassir dapat membedakan antara Amar dan Nahi dan
hal tersebut sangat penting untuk diketahui karena berhubungan dengan penggalian
suatu hukum.
2
Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2005), hlm.291.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
1. Amr
“Suatu tuntutan untuk mengerjakan (atau berbuat sesuatu) dari yang lebih
“Suatu lafadz yang dipergunakan oleh orang yang lebih tinggi derajatnya
ditolak.”4
3F
permintaan untuk melakukan apa yang diperintahkan dari arah yang lebih tinggi
kepada yang lebih rendah. Maksud ungkapan yang lebih tinggi kedudukannya
3
A. Basiq Djalil, Ilmu Ushul Fiqih 1 dan 2, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 49.
4
Kemal Muchtar, Ushul Fiqh Jilid 2, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995), hlm. 26.
dalam al-Qur’an adalah Allah, sebagai pemberi perintah, sedangkan yang lebih
2. Nahy
“Nahi adalah tuntutan meninggalkan sesuatu yang datangnya dari orang yang
orang yang lebih tinggi kepada yang lebih rendah. An-nahy meenurut Sayyid
b. Kata perintah yang menggunakan fi’il mudhari’ (bentuk sedang atau akan
ﻋ ِﻦ ْﺍﻟ ُﻤ ْﻨﻜ َِﺮ َﻭﺃُﻭﻟَ ِﺌ َﻚ ُﻫ ُﻢ ِ َﻭ ْﻟﺘ َ ُﻜ ْﻦ ِﻣ ْﻨ ُﻜ ْﻢ ﺃ ُ ﱠﻣﺔٌ ﻳَﺪْﻋُﻮﻥَ ِﺇﻟَﻰ ْﺍﻟ َﺨﻴ ِْﺮ َﻭﻳَﺄ ْ ُﻣ ُﺮﻭﻥَ ِﺑ ْﺎﻟ َﻤ ْﻌ ُﺮ
َ َﻭﻑ َﻭﻳَ ْﻨ َﻬ ْﻮﻥ
ْﺍﻟ ُﻤ ْﻔ ِﻠ ُﺤﻮﻥ
“Hai orang yang beriman, Jagalah dirimu sendiri. Orang yang sesat
َُﻣ ْﻌ ِﺮﺿُﻮﻥ
“Dan ingatlah ketika Kami menerima ikrar dari Bani Israil; tidak akan
menyembah selain Allah, berbuat baik kepada orang tua dan kerabat,
kepada anak yatim dan orang miskin dan berbudi bahasa kepada semua
e. Kata kerja perintah yang berbentuk kalimat berita yang mengandung arti
f. Kalimat yang mengandung kata amr, fardhu, kutiba (ditetapkan), dan ‘ala
layak menerimanya…”
2) Kata fardhu, seperti dalam surat al-Ahzab ayat 50.
istri-istri mereka...”
kamu bertakwa.”
ﻋ ِﻦ
َ ﻲ
ﻏﻨِ ﱞ
َ َ� ً ﺳ ِﺒ
ﻴﻼ َﻭ َﻣ ْﻦ َﻛﻔَ َﺮ ﻓَﺈِ ﱠﻥ ﱠ َ ﻉ ِﺇﻟَ ْﻴ ِﻪ
َ ﻄﺎ ِ ﺎﺱ ِﺣ ﱡﺞ ْﺍﻟﺒَ ْﻴ
َ َ ﺖ َﻣ ِﻦ ﺍ ْﺳﺘ ِ ﻋﻠَﻰ ﺍﻟﻨﱠ ِ َﻭ ِ ﱠ
َ �
َْﺍﻟﻌَﺎﻟَ ِﻤﻴﻦ
alam.”
2. Bentuk-bentuk Lafadz Nahy 9
Kata-kata yang menunjukan kepada larangan itu ada kalanya dalam bentuk:
Baqarah: 11)
Baqarah: 275)
9
Usman, Ilmu Tafsir, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 260-261.
C. Kaidah-Kaidah Amr dan Nahy
1. Amr
a. Kaidah pertama: 10
Contoh:
b. Kaidah kedua: 11
10F
Contoh:
mempersekutukan Allah.
c. Kaidah ketiga:12 1F
segera dilaksanakan.”
Contoh:
Baqarah: 148)
d. Kaidah keempat:
dikerjakannya.”
Contoh:
13
Khalid bin Utsman as-Sabt, Op.cit., hlm. 18.
“Apabila mengaitkan perintah kepada syarat atau sifat maka sesungguhnya
menghendaki pengulangan.”
Contoh:
“Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah.” (Q.S. al-
Baqarah: 196)
f. Kaidah keenam:
Contoh:
shalat pada hari Jum’at maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah
2. Nahy
a. Kaidah pertama:
dilarang).” 14
Contoh:
ّ ِ ] َﻭ َﻻ ﺗ َ ْﻘ َﺮﺑُﻮﺍ
{32 :ﺍﻟﺰﻧﻰ{ ]ﺍﻹﺳﺮﺍء
1) Doa ( ) ﺍﻟﺪﻋﺎءseperti:
”Wahai Tuhan kami janganlah Engkau menyiksa kami, jika kami lupa
(Q.S.Al-Baqarah:286)
14
Kamal Muchtar, Op.cit., hlm. 48.
15
Khalid bin Utsman as-Sabt, Op.cit., hlm. 19.
16
Andeni Suhartini, Ushul Fiqh, (Jakarta:Maktubullah,2012), hlm. 200.
”Wahai orng-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan
menyusahkanmu (Q.S.Al-Maidah:101)
۷- ﻳَﺎ ﺃَﻳﱡ َﻬﺎ ﺍﻟﱠﺬِﻳﻦَ َﻛﻔَ ُﺮﻭﺍ َﻻ ﺗ َ ْﻌﺘَﺬ ُِﺭﻭﺍ ْﺍﻟﻴَ ْﻮ َﻡ
b. Kaidah kedua:
Contoh:
11)
c. Kaidah ketiga 17:
Contoh:
d. Kaidah keempat[21]:
Contoh:
ّ ِ ] َﻭ َﻻ ﺗ َ ْﻘ َﺮﺑُﻮﺍ
{32 :ﺍﻟﺰﻧﻰ{ ]ﺍﻹﺳﺮﺍء
Apabila ada larangan yang tidak dihubungkan dengan sesuatu seperti waktu
yang dilarang itu selamanya. Namun bila larangan itu dihubungkan dengan
17
Sapiudin Shidiq, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm.183-184.
waktu, maka perintah larangan itu berlaku bila ada sebab, Seperti: Q.S.An-
Nisa’:43
٤۳- َﺎﺭﻯ
َ ﺳﻜُ ﺼﻼَﺓ َ َﻭﺃَﻧﺘ ُ ْﻢ
ﻳَﺎ ﺃَﻳﱡ َﻬﺎ ﺍﻟﱠﺬِﻳﻦَ ﺁ َﻣﻨُﻮﺍْ ﻻَ ﺗ َ ْﻘ َﺮﺑُﻮﺍْ ﺍﻟ ﱠ
Nisa’:43)
BAB III
Penutup
Kesimpulan
macam diantaranya: fiil amar, fiil mudhari’ yang diawali lam amar, masdar
pengganti fiil, dan beberapa lafaz yang mengandung makna perintah seperti,
kutiba, amara, faradha, ‘ala. Selain itu, juga terdapat beberapa ragam (makna)
amr dan beberapa kaidah tentang amr, seperti yang telah dijelaskan di atas.
fiil yang didahului oleh la nahiyah, beberapa lafaz yang mengandung makna
nahi. Selain itu, dijelaskan juga beberapa kaidah-kaidah nahi serta ragam
Wakaf. 1995.