Revisi Proposal 13 September 2022

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 91

ANALISIS FAKTOR PELAKSANAAN PERATURAN

DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 4 TAHUN


2021 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK
DI KECAMATAN PALUPUH
TAHUN 2022

PROPOSAL

Oleh :

DIVA RIZA
2013101048

PROGRAM STUDI MAGISTER


ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS FORT DE KOCK
BUKITTINGGI
2022
ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang

telah memberikan kesehatan, kemampuan, kemudahan serta memberikan

inspirasi penuh sehingga penulis dapat menyusun Proposal yang membahas

mengenai “Analisis Faktor Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten

Agam Nomor 4 Tahun 2021 Tentang Kawasan Tanpa Rokok Di

Kecamatan Palupuh Tahun 2022”. Shalawat beriring salam selalu tercurah

untuk Nabi Muhammad S.A.W sebagai inspirasi yang tidak habis sepanjang

zaman yang telah memberikan teladan bagi umatnya.

Proposal ini telah penulis susun dengan maksimal dengan mencari

informasi dari berbagai sumber. Terlepas dari itu semua, penulis menyadari

sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun

tata bahasanya. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari

pembaca agar penulis dapat memperbaiki Proposal ini.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis tujukan kepada:

1. Dr. Hj. Evi Hasnita, S.Pd, Ns, M.Kes selaku Rektor Universitas Fort De

Kock Bukittinggi.

2. Ibu Nurhayati, S.ST., M.Biomed, selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik

kemahasiswaan dan Kerjasama Universitas Fort De Kock Bukittinggi

3. Ibu Oktavianis, S.ST. M.Biomed selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Universitas Fort De Kock Bukittinggi.

4. Ibu Dr. Neila Sulung, S.Pd., Ns., M.Kes selaku Ka Prodi Magister Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Universitas Fort De Kock

ii
x

Bukittinggi dan selaku Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dalam

membimbing, mengarahkan dan memberi masukan dengan penuh perhatian

sehingga peneliti dapat menyelesaikan Proposal ini.

5. Ibu Adriani, SKp., M.Kes selaku Pembimbing II yang telah meluangkan

waktu dalam membimbing, mengarahkan dan memberi masukan dengan

penuh perhatian sehingga peneliti dapat menyelesaikan Proposal ini.

6. Kepala Puskesmas Palupuh dan Staff yang telah memberi dan membatu

pelaksanaan penelitian ini.

7. Camat Palupuh yang yang telah memberi izin dan membatu pelaksanaan

penelitian ini.

8. Dosen beserta staff Universitas Fort De Kock Bukittinggi yang telah

memberikan banyak ilmu dan masukan serta arahan selama proses

pendidikan.

9. Teristimewa saya persembahkan untuk Orang tua dan keluarga, teman-

teman serta berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang

selalu memberikan doa dan dukungan, baik moril maupun materil dalam

penyelesaian Proposal ini.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga Proposal ini bisa

bermanfaat bagi penulis khususnya, serta pembaca. Terakhir, hanya kepada Allah

Tuhan Yang Maha Kuasa penulis menyerahkan segalanya. Aamiin.

Bukittinggi, September 2022

Penulis

iii
xi

DAFTAR ISI

PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vi
DAFTAR BAGAN ......................................................................................... vii

BAB l PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian...................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 10
E. Ruang Lingkup ........................................................................ 11

BAB ll TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Rokok .......................................................................... 12
B. Konsep Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 4 Tahun
2021 Tentang Kawasan Tanpa Rokok ..................................... 24
C. Kerangka Teori.......................................................................... 46

BAB llI KERANGKA KONSEP


A. Alur Pikir .................................................................................. 47
B. Definisi Istilah Penelitian......................................................... 48
C. Definisi Operasional ................................................................. 49
D. Hipotesis ................................................................................... 51

BAB lV METODE PENELITIAN


A. Jenis dan Desain Penelitian ...................................................... 53
B. Waktu dan Tempat Penelitian................................................... 53
C. Subjek Penelitian ...................................................................... 53
D. Jenis dan Sumber Data ............................................................. 56
E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 56

iv
xii

F. Teknik Pengolahan Data .......................................................... 59


G. Teknik Analisa Data ................................................................. 62

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
3.1 Definisi Operasional ............................................................................. 49

vi
xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1 Kandungan Kimia Yang terdapata Dalam Rokok .................................. 17
2.2 Bahaya Rokok Terhadap Kesehatan....................................................... 19

vii
xv

DAFTAR SKEMA

Bagan Halaman
2.1 Prose terbentuknya Sikap dan Reaksi .................................................... 40
2.2 Kerangka Teori........................................................................................ 47
3.1 Alur Pikir .............................................................................................. 47

viii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tingkat kesehatan yang baik pada suatu Kota akan berpengaruh pada

tingkat kesehatan nasional. Semakin baik tingkat kesehatan penduduk pada suatu

Kota maka semakin baik pula tingkat kesehatan pada suatu negara (Herawati et

al., 2021). Salah satu ancaman kesehatan masyarakat terbesar di dunia alah

Epidemik tembakau. WHO menyatakan bahwa pada tahun 2021epidemik

tembakau telah membunuh sekitar 8 juta orang setiap tahun. Lebih dari 7 juta

kematian diakibatkan oleh perilaku merokok, sementara 1,2 juta kematian

diakibatkan oleh paparan asap rokok orang lain (secondhand smoke) yang

disebabkan karena penyakit kardiovaskular dan gangguan pernapasan (Direktorat

Pengawasan Keamanan, Mutu dan Ekspor Impor Obat, 2022). Berdasarkan data

Global Adult Tobacco Survey – GATS yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan,

menemukan selama kurun waktu 10 tahun terakhir terjadi peningkatan signifikan

jumlah perokok dewasa sebanyak 8,8 juta orang, yaitu dari 60,3 juta pada tahun

2011 menjadi 69,1 juta perokok pada tahun 2021 (ROKOM, 2022).

Rokok merupakan salah satu masalah publik yang mengemuka di

masyarakat. Bagi perokok aktif tentu paparan asap rokok sama sekali tidak

menjadi masalah dalam kehidupannya (Saputri et al., 2015). Rokok mengandung

zat adiktif yang bila digunakan dapat membahayakan kesehatan individu dan

masyarakat. Didalam rokok terdapat kurang lebih 4.000 (empat ribu) zat kimia

antara lain nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik, yang

dapat mengakibatkan berbagai penyakit antara lain kanker, penyakit jantung,

1
2

impotensi, penyakit darah, enfisema, bronkitis kronik, dan gangguan kehamilan

(Efraldo, 2015). Asap rokok sangat merugikan kesehatan perokok pasif seperti

menyebabkan berbagai penyakit seperti kanker paru-paru, penyakit jantung, asma,

dan juga akan mengganggu masyarakat lainnya yang ingin menjalani kehidupan

dengan pola hidup sehat (Saputri et al., 2015).

Diperkirakan pada tahun 2030, rokok menjadi penyebab kematian terbesar

di seluruh dunia. Bahaya yang harus ditanggung perokok pasif pun tercatat sangat

memprihatinkan. Di Indonesia rokok membunuh sekitar 266.000 orang setiap

tahunnya, sekitar 45.000 dari kasus kematian ini disebabkan paparan asap rokok

orang lain. Rokok juga menyebabkan hampir seperempat (24,3%) dari semua

kematian kaum laki- laki dan 6,3% kaum perempuan di Indonesia (16,2% dari

total kematian) (Tobbacco free kids, 2020). Menurut data dari World Health

Organization (WHO), pada tahun 2017 menunjukkan bahwa Indonesia

menduduki peringkat ketiga dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah Cina

dan India. Jumlah perokok di Indonesia mencapai 35% dari total populasi, atau

sekitar 75 juta jiwa. Belum lagi pertumbuhan prevalensi perokok pada anak-anak

dan remaja yang tercepat di dunia sebesar 19.4% (WHO, 2017).

Rokok menjadi pengawasan di Indonesia, karena menyebabkan 5,4 juta

kematian pada tahun 2006, jumlah masyarakat Indonesia yang merokok setiap

hari adalah 658 juta orang, jika dikalikan dengan rata-rata jumlah rokok yang

dikonsumsi sebanyak 240 milyar batang perhari, akan setara dengan Rp 330

milyar perhari (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian RI,

2018). Menurut Riskesdas Tahun (2018) menunjukan bahwa prevalensi merokok

usia 10-18 tahun pada Tahun (2013) yaitu 7,2% dan pada Tahun (2016) mencapai
3

8,8% selanjutnya pada Tahun (2018) sebesar 9,1% hal ini menunjukkan bawah

adanya peningkatan. Rata-rata perokok aktif di Indonesia berada pada usia 30-34

Tahun dengan jumlah perokok terbanyak berdasarkan jenis kelamin adalah laki-

laki, yaitu sebanyak 47%. Angka kematian yang terjadi akibat merokok mencapai

240.618 pertahunnya.

Fenomena merokok perlu menjadi perhatian khusus bagi pemerintah, baik

pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Melihat peningkatan angka

prevalensi merokok yang semakin jauh dari target yang telah ditentukan.

Tentunya pemerintah harus bekerja keras untuk mencapai target yang seharusnya.

Mengingat banyak dampak buruk bagi kesehatan yang ditimbulkan oleh rokok.

Sebagai upaya melindungi individu, masyarakat dan lingkungan terhadap paparan

asap rokok, pemerintah telah menetapkan kebijakan kawasan tanpa rokok untuk

melindungi seluruh masyarakat dari bahaya asap rokok melalui Undang-Undang

No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 115 ayat 1 dan 2 yang

mengamanatkan kepada Pemerintah Daerah wajib untuk menetapkan dan

menerapkan kawasan tanpa rokok di wilayahnya (Kementerian Kesehatan RI,

2015).

Kawasan Tanpa Rokok adalah ruangan atau area yang di nyatakan di

larang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual,

mengiklankan atau mempromosikan produk-produk tembakau. (Permenkes

No.188 Tahun 2011). Adapun indikator kepatuhan KTR terdiri atas 8 komponen

yaitu 1) tidak ada orang merokok; 2) tidak terdapat ruangan khusus merokok; 3)

terdapat tanda larangan merokok; 4) tidak tercium asap rokok; 5) tidak terdapat

asbak/ korek/pemantik ; 6) tidak ditemukan puntung rokok; 7) tidak ditemukan


4

adanya indikasi merek atau sponsor, promosi dna iklan rokok di area KTR serta 8)

tidak ditemukan penjualan rokok pada sarana kesehatan, sarana belajar/sekolah,

sarana terkait dengan anak, sarana ibadah, tempat kerja serta tempat umum dan

sarana olahraga kecuali di pasar modern/mall, hotel, restaurant, tempat hiburan

dan pasar tradisional (Sugiyatmi, 2015).

Kebijakan penerapan kawasan tanpa rokok juga mesti di dukung dengan

kepatuhan dan kepedulian masyarakat mengenai kebijakan terseebut, seehingga

kebijakan pemerintah tentang area bebas rokok nantinya yang mampu

menyelamatkan nasib perokok pasif melihat banyaknya jumlah perokok aktif

yang ada (Yanthi et al., 2021). Pelaksanaan Kawasan tanpa rokok dipengaruhi

banyak faktor. Penelitian Hock et al. (2019) menemukan bahwa kebijakan

Kawasan Bebas Rokok di Malaysia merupakan faktor utama penerapan Kawasan

Bebas Rokok di tempat umum seperti tempat kerja, restoran, bar, hotel, kasino,

pusat karaoke, terminal angkutan umum dan pusat perbelanjaan dengan p-

value=0,001. Faktor lain pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok disebutkan oleh

Olowookere et al. (2014) yaitu pengetahuan dan sikap tentang KTR terhadap

larangan merokok di tempat umum di Osun State, Nigeria dengan p-value=0,001..

Di Indonesia, beberapa studi terkait dengan fajtor yang mempengaruhi

pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok sudah pernah dilakukan, seperti Penelitian

Wiyarti et al. (2020) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan penerapan

Kawasan tanpa rokok di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan hasil multivariat

menunjukkan bahwa faktor yang paling memengaruhi penerapan KTR di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta adalah pengetahuan tentang KTR dengan p-value <

0,005. Berdasarkan hasil penelitian Ilmaskal et al. (2017) diketahui dari aspek
5

process , promosi/edukasi tentang peraturan daerah KTR dan bahaya merokok

melalui media sosial ditempat-tempat umum seperti pasar, terminal dan lain-lain

masih kurang.

Bahaya ancaman asap rokok bagi kesehatan masyarakat menjadi fokus

yang penting bagi pemerintah di beberapa daerah. Salah satunya Pemerintah

Kabupaten Agam yang telah memberlakukan Peraturan Daerah Kabupaten Agam

Nomor 4 Tahun 2021 tentang Kawasan Tanpa Rokok yang menetapkan tempat-

tempat yang termasuk Kawasan Tanpa Rokok meliputi: Fasilitas pelayanan

kesehatan, Tempat proses belajar mengajar, Tempat anak bermain, Tempat

ibadah, Angkutan umum, Tempat kerja, dan Tempat umum.

Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 4 Tahun 2021 ini tidak

bermaksud melarang orang untuk merokok tetapi mengatur supaya orang tidak

merokok di sembarang tempat apabila berada ditempat umum atau tempat kerja

yang termasuk kawasan tanpa rokok, maka seseorang dapat merokok tetapi di

tempat khusus merokok yang telah disediakan. Penyediaan tempat khusus

merokok wajib dilakukan oleh pimpinan atau penanggung jawab kawasan

tersebut. Prinsip penetapan kawasan tanpa rokok dalam Peraturan Daerah ini

adalah adanya kawasan yang bebas dari asap rokok, adanya pembatasan ruangan

yang bisa digunakan untuk merokok.

Kawasan tanpa rokok masih belum menyeluruh dipahami oleh masyarakat

dan masih banyak perokok yang acuh untuk aturan tersebut sehingga masih ada

juga yang melaksanakan kebiasaan merokoknya di dalam area KTR. Setelah

dilakukan survei awal di Kecamatan Palupuh, ternyata masih ada masyarakat

yang merokok di tempat-tempat yang telah ditetapkan sebagai kawasan tanpa


6

rokok. Masih ditemui orang yang merokok di tempat ibadah, angkutan umum,

tempat umum, dan lain-lain dan sanksi berupa denda sudah diberikan, namun

tidak dipatuhi oleh pelanggar tersebut.

Menurut informasi dari Kepala Puskesmas Palupuh, mengenai rokok

memang merupakan masalah yang sejak dulu terus meningkat. Puskesmas

Palupuh sudah melakukan kunjungan dari rumah ke rumah untuk

mensosialisasikan tentang bahaya rokok agar masyarakat berhenti merokok. Hasil

survei awal juga menemukan masih kurang tegasnya sanksi dalam menjalankan

Peraturan Daerah Kawasan Tanpa Rokok. Dalam Peraturan Daerah Kabupaten

Agam Nomor 4 Tahun 2021 dijelaskan mengenai sanksi administatif pasal 20

ayat 1 (c) bahwa sanksi yang diberikan kepada masyarakat apabila memproduksi,

menjual merokok, menyelenggarakan iklan rokok, memproduksi rokok dan

Merokok dalam Kawasan Tanpa Rokok yaitu sebesar Rp. 500.000,00 (lima ratus

ribu rupiah). Sanksi ini tidak membuat masyarakat menjadi jera, karena seperti

yang diketahui masyarakat sangat sulit mematuhi peraturan.

Kawasan Tanpa Rokok juga mesti didukung dengan kepatuhan dan

kepedulian masyarakat mengenai kebijakan tersebut, sehingga Kebijakan

pemerintah tentang area bebas rokok nantinya akan mampu menyelamatkan nasib

perokok pasif melihat banyaknya jumlah perokok aktif yang ada. Berdasarkan

uraian diatas, maka Penulis tertarik untuk meneliti mengenai “Analisis Faktor

Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 4 Tahun 2021

Tentang Kawasan Tanpa Rokok Di Kecamatan Palupuh Tahun 2022”.

B. Rumusan Masalah
7

Berdasarkan latar belakang diatas, yang menjadi rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimana Analisis Faktor Pelaksanaan Peraturan Daerah

Kabupaten Agam Nomor 4 Tahun 2021 Tentang Kawasan Tanpa Rokok Di

Kecamatan Palupuh Tahun 2022”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Penelitian Kuantitatif

a. Tujuan Umum

Untuk mengetahui analisis faktor Pelaksanaan Peraturan

Daerah Kabupaten Agam Nomor 4 Tahun 2021 tentang Kawasan

Tanpa Rokok Di Kecamatan Palupuh Tahun 2022.

b. Tujuan Khusus

1) Mengetahui distribusi frekuensi Pengetahuan masyarakat tentang

Kawasan Tanpa Rokok di Kecamatan Palupuh.

2) Mengetahui distribusi frekuensi sikap masyarakat tentang Kawasan

Tanpa Rokok di Kecamatan Palupuh.

3) Mengetahui distribusi frekuensi Pengetahuan masyarakat tentang

sanksi pelanggaran di Kecamatan Palupuh.

4) Mengetahui distribusi frekuensi sikap masyarakat terhadap sanksi

pelanggaran di Kecamatan Palupuh.

5) Mengetahui distribusi frekuensi sosialisasi kepada masyarakat

tentang Kawasan Tanpa Rokok di Kecamatan Palupuh.


8

6) Mengetahui distribusi frekuensi dukungan tokoh masyarakat di

Kecamatan Palupuh tentang Peraturan Daerah Kabupaten Agam

Nomor 4 Tahun 2021 tentang Kawasan Tanpa Rokok.

7) Mengetahui distribusi pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten

Agam Nomor 4 Tahun 2021 tentang Kawasan Tanpa Rokok di

Kecamatan Palupuh.

8) Mengetahui hubungan pengetahuan masyarakat tentang Kawasan

Tanpa Rokok dengan pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten

Agam Nomor 4 Tahun 2021 tentang Kawasan Tanpa Rokok di

Kecamatan Palupuh.

9) Mengetahui hubungan sikap masyarakat tentang Kawasan Tanpa

Rokok dengan pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Agam

Nomor 4 Tahun 2021 tentang Kawasan Tanpa Rokok di

Kecamatan Palupuh.

10) Mengetahui hubungan pengetahuan masyarakat terhadap sanksi

pelanggaran dengan pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten

Agam Nomor 4 Tahun 2021 tentang Kawasan Tanpa Rokok di

Kecamatan Palupuh.

11) Mengetahui hubungan sikap masyarakat terhadap sanksi

pelanggaran dengan pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten

Agam Nomor 4 Tahun 2021 tentang Kawasan Tanpa Rokok di

Kecamatan Palupuh.

12) Mengetahui hubungan sosialisasi kepada masyarakat tentang

Kawasan Tanpa Rokok dengan pelaksanaan Peraturan Daerah


9

Kabupaten Agam Nomor 4 Tahun 2021 tentang Kawasan Tanpa

Rokok di Kecamatan Palupuh.

13) Mengetahui hubungan dukungan tokoh masyarakat dengan

pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 4 Tahun

2021 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Kecamatan Palupuh.

14) Mengetahui faktor yang berpengaruh pelaksanaan Peraturan

Daerah Kabupaten Agam Nomor 4 Tahun 2021 tentang Kawasan

Tanpa Rokok di Kecamatan Palupuh.

2. Tujuan Penelitian Kualitatif

a. Mengetahui peran input (kebijakan, infrastruktur, dana, media

promosi) dalam pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Agam

Nomor 4 Tahun 2021 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Kecamatan

Palupuh.

b. Mengetahui proses (sosialisasi kebijakan, penerapan KTR dan

pemasangan media promosi) dalam pelaksanaan Peraturan Daerah

Kabupaten Agam Nomor 4 Tahun 2021 tentang Kawasan Tanpa

Rokok di Kecamatan Palupuh.

c. Mengetahui gambaran output dalam pelaksanaan Peraturan Daerah

Kabupaten Agam Nomor 4 Tahun 2021 tentang Kawasan Tanpa

Rokok di Kecamatan Palupuh.


10

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Masyarakat di Kecamatan Palupuh

Diharapkan dapat meningkatkan meningkatkan pengetahuan

tentang Kawasan Bebas Rokok di Kecamatan Palupuh dan setelah

membaca hasil dari penelitian ini diharapkan masyarakat akan menjadi

sadar dan dapat memberikan perhatian lebih dalam upaya menekan angka

kematian akibat merokok dan berusaha untuk mentaati peraturan

pemerintah terkait kawasan tanpa rokok, sehingga Kecamatan Palupuh

berhasil menjadi Kawasan Babas Rokok.

2. Bagi Puskesmas Palupuh

Diharapkan menjadi sumber informasi, masukan, bahan evaluasi

bagi Puskesmas Palupuh dalam penyusunan rencana program Kawasan

Bebas Rokok Di Kecamatan Palupuh.

3. Bagi Universitas Fort De Kock

Sebagai literasi bagi penelitian dan pengembangan keilmuan dalam

bidang kesehatan masyarakat khususnya dalam bidang yang mencakup

pada sisi administrasi dan kebijakan kesehatan (AKK) seperti

implementasi kebijakan dan bisa juga menjadi bahan referensi bagi

siapapun yang berkeinginan melakukan penelitian lanjutan terkait

penelitian ini.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat menjadi sumber informasi tambahan dalam

memperkuat hasil pada penelitian dan akan menjadi pengembangan untuk

penelitian selanjutnya.
11

E. Ruang Lingkup

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor

Pelaksanaan dan bagaimana pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Agam

Nomor 4 Tahun 2021 tentang Kawasan Tanpa Rokok Di Kecamatan Palupuh

Tahun 2022 yang akan dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2022.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Mixed Method

Research. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kualitatif deskriptif.

Penelitian ini dilakukan pada 4 ruang lingkup Kawasan Tanpa Rokok yang ada di

Kecamatan Palupuh yaitu fasilitas kesehatan, tempat umum, angkutan umum, dan

tempat ibadah. Penelitian direncanakan akan dilaksanakan pada bulan Agustus-

September 2022. Subjek penelitian terdiri dari dua kelompok yaitu 10 orang

Informan (Kepala Puskesmas Palupuh, Camat Palupuh, 2 orang Tokoh

masyarakat, 2 orang Supir angkutan umum, 2 orang pasien puskesmas, dan 2

orang penumpang angkutan umum), dan responden dengan teknik pengambilan

sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Lemeshow. Metode

pengumpulan data kuantitatif menggunakan kuesioner sedangkan penelitian

kualitatif menggunakan metode wawancara mendalam (indept interview),

observasi dan studi dokumen. Penelitian kuantitatif ini menggunakan desain cross

sectional dengan teknik analisa data untuk penelitian kuantitatif akan

menggunakan analisis univariat, bivariat dengan uji chi square dan analisis

multivariat dengan Multiple Regresi Logistic. Teknik pengolahan data untuk

penelitian kualitatif dengan cara membuat transkrip data, mereduksi data,

penyajian data, menyimpulkan dan menafsirkan data dan teknik analisa data

menggunakan metode triangulasi.


12

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Rokok

1. Definisi Rokok

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun

2013 Tentang Pencantuman Peringatan Kesehatan Dan Informasi

Kesehatan Pada Kemasan Produk Tembakau, menyebutkan bahwa rokok

adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar,

dihisap dan/atau dihirup termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau

bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana tabacum, nicotiana

rustica, dan spesies lainnya atau sintetisnya yang asapnya mengandung

nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan.

Rokok merupakan salah satu zat adiktif berbentuk silinder dari

kertas berukuran panjang uang berkisar 70-120 mm dengan diameter

sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah

mengandung nikotin dan tar atau tanpa bahan tambahan yang bila

digunakan dapat menimbulkan dampak dan berbahaya bagi kesehatan

individu masyarakat (Rochka et al., 2019).

Rokok adalah lintingan atau gulungan tembakau yang digulung /

dibungkus dengan kertas, daun, atau kulit jagung, sebesar  kelingking

dengan panjang 8-10 cm, biasanya dihisap seseorang setelah dibakar

ujungnya yang mengandung zat adiktif karena dapat menyebabkan adiksi

(ketagihan) dan dependensi (ketergantungan) bagi orang yang

12
13

menghisapnya. Dengan kata lain, rokok termasuk golongan NAPZA

(Narkotika, Psikotropika, Alkohol, dan Zat Adiktif) (Gagan, 2017).

Rokok adalah hasil olahan dari tembakau kering yang terbungkus

sehingga berbentuk seperti cerutu. Sebagian besar rokok mengandung

tembakau dan tanaman nicotiana tabacum, nicotiana rustica dan spesies

lainnya atau yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan

tambahan lainnya. Rokok mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu

dan masyarakat, karena rokok merupakan salah satu zat adiktif dan perlu

dilakukan berbagai upaya pengamanan (H. Kurniasih, et al. 2016).

2. Jenis-Jenis Rokok

Dalam Buku Kawasan Tanpa Rokok di Fasilitas Umum karya

Rochka et al. (2019), rokok dibagi menjadi 3 jenis yaitu:

a. Rokok berdasarkan Bahan pembungkus

1) Kawung adalah jenis rokok yang bahan pembungkusnya berupa

daun aren.

2) Sigaret adalah jenis rokok yang bahan pembungkusnya kertas

3) Cerutu adalah jenis rokok yang bahan pembungkusnya berupa

daun tembakau.

b. Rokok berdasarkan Bahan Baku atau Isi

1) Rokok putih yaitu jenis rokok yang bahan baku atau isinya hanya

daun tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan

aroma tertentu.
14

2) Rokok kretek yaitu jenis rokok yang bahan baku atau isinya terdiri

dari daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk

mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

3) Rokok Klembak yaitu jenis rokok yang bahan baku atau isinya

terdiri dari daun tembakau, cengkeh, dan menyan yang diberi saus

untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

c. Rokok berdasarkan Penggunaan Filter

1) Rokok filter (RF) adalah jenis rokok yang pada bagian pangkalnya

terdapat gabus atau disebut dengan filter.

2) Rokok nonfilter (RNF) adalah jenis rokok yang pada bagian

pangkalnya tidak terdapat gabus atau filter.

3. Kandungan Rokok

Dalam sebatang rokok banyak mengandung bahan kimia. Para

ilmuwan juga telah mengidentifikasi lebih dari 7000 bahan dan senyawa

kimia yang terdapat dalam tembakau, serta 70 diantaranya merupakan zat

yang dapat menyebabkan kanker (karsinogenik) (Lushniak, 2014).

Beberapa bahan kimia yang ditemukan dalam asap rokok yakni nikotin,

hidrogen sianida, formaldehida, arsenik, ammonia, benzene, karbon

monoksida (CO), dan nitrosamin. Banyak dari zat-zat tersebut yang dapat

menyebabkan kanker, penyakit jantung, penyakit paru-paru, atau masalah

kesehatan lainnya (American Cancer Society, 2017).

Setiap rokok mengandung lebih dari 4.000 jenis bahan kimia dan

400 dari bahan-bahan tersebut bersifat racun dalam tubuh manusia,

sedangkan 40 dari bahan tersebut bisa menyebabkan kanker. Kandungan


15

zat kimia di dalam rokok memiliki kadar yang berbeda-beda. Kandungan

yang paling banyak ditemukan didalam rokok dan berbahaya bagi

kesehatan terutama dapat memicu kanker yaitu sebagai berikut:

a. Nikotin

Nikotin termasuk salah satu jenis obat perangsang yang dapat

merusak jantung dan sirkulasi darah, serta dapat menyebabkan

ketergantungan dan kecanduan. Nikotin menstimulasi otak untuk terus

menambah jumlah pengunaan sehingga dapat melumpuhkan serta

meningkatkan adrenalin yang menyebabkan jantung berdebar lebih

cepat dan bekerja lebih keras dari biasanya dan meingkatkan resiko

serangan jantung (Rochka et al., 2019).

b. Karbon Monoksida

Karbon Monoksida adalah gas berbahaya pada asap rokok

karena Karbon Monoksida menggantikan 15% jumlah oksigen yang

biasanya dibawa oleh sel darah merah, sehingga menyebabkan suplay

oksigen ke jantung seorang perokok menjadi berkurang. Karbon

Monoksida juga dapat merusak lapisan pembuluh darah dan

menaikkan kadar lemak pada dinding pembuluh darah yang

menyebabkan terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah (Rochka

et al., 2019).

c. Tar

Tar merupakan partikel penyebab tumbuhnya kanker,

sebahagian lainnya berupa penumpukkan zat kapur, nitrosmine dan B-

napthyl-amine, serta cadmium dan nikel. Tar mengandung bahan kimia


16

yang beracun yang dapat merusak sel paru-paru dan meyebabkan

kanker (Rochka et al., 2019).

d. Arsenik

Arsenik merupakan sejenis unsur kimia yang bersifat racun dan

digunakan untuk membunuh serangga, terdiri dari unsur nitrogen

oksida (zat yang dapat mengganggu saluran pernapasan, dan

merangsang terjadinya kerusakan dan perubahan kulit). Dan

ammonium karbonat ( zat yang dapat membentuk plat kuning pada

permukaan lidah dan dapat mengganggu indera perasa yang terdapat

pada permukaan lidah (Rochka et al., 2019).

e. Amonia

Ammonia merupakan zat dengan bau sangat tajam, bersifat

keras dan apabila sedikit saja disuntikkan ke dalam tubuh dapat

menyebabkan seseorang pingsan (Rochka et al., 2019).

f. Fomid Acid

Zat ini sangat tajam, memiliki bau yang menusuk dan dapat

menyebakan lepuh. Bertambahanya zat resebut dalam peredaran darah

dapat menyebabkan pernafasan menjadi cepat (Rochka et al., 2019).

g. Hydrogen Cyanide

Zat ini mudah terbakar dan sangat efisien untuk menghalangi

peernafasan. Zat ini merupakan salah satu zat yang mengandung racun

sangat berbahaya. Sedikit saja zat ini masuk ke dalam tubuh dan

menyebabkan kematian (Rochka et al., 2019).


17

h. Methanol

Zat ini merupakan sejenis cairan ringan yang mudah menguap

dan terbakar, sehingga menghirup methanol dapat mengakibatkan

kebutaan hingga kematian (Rochka et al., 2019).

Gambar 2.1
Kandungan Kimia Yang Terdapat Dalam Rokok
(Sumber : Kementrian Kesehatan RI, 2018)

4. Dampak Rokok Bagi Kesehatan

Seperti yang sudah diketahui secara umum, rokok dapat

memberikan dampak atau efek yang buruk bagi kesehatan seseorang,

terutama pada kesehatan jantung dan paru-paru (Glantz., & Bareham,

2018). Rokok memberikan efek yang negatif bagi tubuh seseorang dan

sebagai sistem utama yang terkena asap rokok secara langsung, sebagian
18

besar efek kesehatan terpusat pada saluran paru, yakni dapat menyebabkan

iritasi pada saluran pernapasan atas dan bawah, bronkospasme dan batuk,

serta reaksi inflamasi melalui stres oksidatif. Selain pada saluran

pernapasan, efek lain yang disebabkan oleh rokok yakni dapat

menimbulkan penyakit jantung, kanker, menurunkan imun (sistem

kekebalan tubuh), serta merusak sistem saraf dengan mengubah fungsi

otak, mempengaruhi suasana hati, kemampuan belajar, memori, dan

menyebabkan ketergantungan (Saminan, 2016).

Para perokok menganggap alternatif yang lebih aman untuk

membantu mereka berhenti merokok adalah dengan beralih menggunakan

rokok elektrik yang diyakini memiliki tingkat bahaya yang lebih rendah

dibanding rokok konvensional (Glantz., & Bareham, 2018). Tetapi aerosol

yang dihasilkan rokok elektrik mengandung zat adiktif nikotin, perasa, dan

berbagai bahan kimia lainnya yang dapat menyebabkan kanker.

Kandungan nikotin di dalamnya tetap memberikan efek negatif bagi

kesehatan manusia (American Cancer Society, 2017). Para peneliti saat ini

juga menyatakan tentang komposisi kimia, toksikologi, dan keamanan

klinis rokok elektrik menunjukkan bahwa terdapat sedikit efek berbahaya

yang ditimbulkan, akan tetapi bahan kimia beracun dan karsinogenik

dalam asap rokok yang dapat menyebabkan kanker dan penyakit jantung

lainnya (Adriaens, et al. 2014).

Beberapa studi menunjukkan bahwa penggunaan rokok elektrik

masih memiliki dampak negatif terhadap tanda-tanda vital seseorang

seperti denyut jantung dan tekanan darah (Qasim, et al 2017). Dalam hal
19

ini Abrams, et al. (2018) menunjukkan bahwa denyut jantung meningkat

tajam setelah rokok elektrik dikonsumsi. Selain itu Yan., & D'Cruiz C

(2015), menemukan bahwa rokok elektrik meningkatkan tekanan darah

diastolik dan detak jantung pada perokok, tetapi pada tingkat lebih rendah

bila dibandingkan dengan rokok konvensional. Data dari uji coba

terkontrol yang juga dilakukan oleh Czogala, et al. (2014) menyatakan

bahwa dampak atau penyakit yang terjadi akibat merokok adalah penyakit

paru kronis, kanker paru-paru, penyakit jantung yang parah hingga bisa

menyebabkan kematian.

Gambar 2.2
Bahaya Rokok Terhadap Kesehatan
(Sumber : Kementrian Kesehatan RI, 2018)
20

Bahaya rokok menurut Taufik (2022) yaitu:

a. Efek jangka pendek: menyebabkan bau mulut,  bau tidak enak yang

melekat pada jari tangan, rambut serta pakaian. Memudahkan

terjadinya iritasi  dan infeksi  saluran napas, batuk-batuk. Ini  semua

akan mengganggu penampilan fisik secara keseluruhan. Fungsi paru

akan terganggu sehingga membuat kemampuan dan prestasi olah raga

tidak optimal.

b. Efek jangka panjang, muncul biasanya setelah merokok sekitar 20

tahun. Gangguan yang muncul berupa Penyakit Paru Obstruktif Kronik

(PPOK) dengan gejala sesak berkelanjutan dan makin memberat dari

waktu kewaktu, akhirnya mengganggu aktivitas  dan kualitas hidup.

Tidak jarang penderita PPOK harus menggunakan oksigen terus

menerus di rumah untuk meringankan sesak. Selain itu kebiasaan

merokok menjadi factor risiko kanker di berbagai organ tubuh

termasuk kanker paru, kanker pita suara, kanker payudara, kanker

lidah, kanker saluran cerna, kanker nasofaring, dll. Rokok juga

menjadi pemicu kekambuhan asma. Penyakit lain yang berhubungan

dengan kebiasaan merokok adalah Hipertensi, Penyakit Jantung

Koroner, Diabetes Mellitus (kencingmanis), stroke serta gangguan

kesuburan.

Bagi perokok pasif, akan mengalami risiko terhirup bahan

berbahaya yang dihasilkan dari asap rokok. Hal ini dapat menimbulkan

gangguan kesehatan  yang sama dengan perokok. Tidak ada batasan untuk

jumlah rokok yang dikonsumsi, baik untuk perokok aktif maupun perokok
21

pasif. Anak-anak  yang hidup bersama orang tua yang merokok akan lebih

mudah menderita asma, ISPA berulang, menyebabkan sering tidak masuk

sekolah karena serangan asma dan mempengaruhi prestasi belajar.

Menurut Tobacco Atlas 5th edition (2015) dikutip dari Dusturia,

et.al (2019), penyakit utama yang disebabkan oleh rokok adalah sebagai

berikut:

a. Kanker paru

Kanker ialah penyakit yang disebabkan pertumbuhan yang

tidak terkendali dari sel abnormal yang ada dibagian tubuh. Mayoritas

penyakit kanker paru disebabkan oleh karsinogen dan promotor tumor

yang masuk kedalam tubuh melalui kebiasaan merokok. Secara

keseluruhan, risiko relatif terjadinya kanker paru meningkat sekitar 13

kali lipat oleh kebiasaan merokok yang aktif dan sekitar 1,5 kali lipat

oleh pajanan pasif dalam waktu yang lama.

b. Penyakit paru obstruktif kronik

Penyakit paru obstruktif kronik merupakan penyakit yang

memburuk secara lambat, dan obstruksi saluran napas yang terjadi

bersifat ireversibel. Diperkirakan pada tahun 2030 PPOK akan menjadi

penyebab ketiga kematian di seluruh dunia setelah penyakit jantung

dan stroke. Rokok adalah penyebab PPOK yang sangat berkontribusi

terhadap morbiditas dan mortalitas. Hal ini dibuktikan pada cairan

kurasan bronkoalveolar ditemukan peningkatan jumlah makrofag dan

neutrofil lebih tinggi pada perokok dibanding bukan perokok.


22

c. Serangan jantung

Pada seorang perokok, asap rokok akan merusak dinding

pembuluh darah. Nikotin yang terkandung dalam asap rokok akan

merangsang hormon adrenalin akibatnya akan mengubah metabolisme

lemak yaitu kadar high desity lipoprotein (HDL) akan menurun.

Adrenalin juga akan menyebabkan perangsangan kerja jantung dan

menyempitkan pembuluh darah (spasme). Disamping itu adrenalin

akan menyebabkan terjadinya pengelompokan trombosit. Sehingga

semua proses penyempitan akan terjadi. Penyempitan yang berat atau

penyumbatan dari satu atau lebih arteri koroner berakhir dengan

kematian jaringan (infark miokard, serangan jantung).

5. Perilaku Merokok

a. Definisi Perilaku Merokok

Menurut Notoatmodjo (2014), perilaku adalah bentuk respons

atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme

(orang), namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada

karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan baik

itu faktor internal maupun faktor eksternal. Sedangkan merokok adalah

suatu kebiasaan menghisap rokok yang dilakukan dalam kehidupan

sehari-hari, merupakan suatu kebutuhan yang tidak bisa dihindari bagi

orang yang mengalami kecenderungan terhadap rokok (Wahyudi,

2019).

Perilaku merokok adalah suatu aktivitas atau tindakan

menghisap gulungan tembakau yang tergulung kertas yang telah


23

dibakar dan menghembuskannya keluar tubuh yang bertemperatur

900C untuk ujung rokok yang dibakar, dan 300C untuk ujung rokok

yang terselip diantara bibir perokok, dan dapat menimbulkan asap

yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya serta dapat

menimbulkan dampak buruk baik bagi perokok itu sendiri maupun

orang-orang disekitarnya (Wahyudi, 2019).

b. Tahapan Perilaku merokok

Dalam Buku Kawasan Tanpa Rokok DI Fasilitas Umum”

disebutkan bahwa ada empat (4) tahap perilaku merokok, yaitu:

1) Tahap Preparotory yaitu seseorang mendapatkan gambaran yang

menyenangkan tentang merokok dengan cara melihat, mendengar,

membaca yang dapat menimbulkan niat untuk merokok.

2) Tahap Initiation (Tahap Merintis Merokok) yaitu seseorang mulai

mengambil keputusan untuk terus atau berhenti merokok.

3) Tahap Becoming a Smoker yaitu seseorang telah mengkonsumsi

sebanyak empat batang rokok perhari cenderung menjadi perokok.

4) Tahap Maintaining of Smoking yaitu merokok telah dilakukan untuk

memperoleh efek yang menyenangkan (Rochka et al., 2019).

c. Tipe-Tipe Perokok

Tipe perokok berdasarkan jumlah rokok yang dihisap menurut

WHO dalam Rochka et al. (2019) yaitu:

1) Perokok ringan (< 10 Batang/ hari)

2) Perokok Sedang (10-20 Batang/hari)


24

3) Perokok berat (20 Batang/hari).

Menurut Rochka et al. (2019), tipe perokok yaitu:

1) Perokok Aktif, yaitu seseorang yang benar-benar memiliki

kebiasaan merokok dan sudah menjadi bagian hidupnya sehingga

timbul perasaan aneh dan tidak nyaman bila tidak merokok dalam

sehari.

2) Perokok Pasif, adalah seseorang yang tidak memiliki kebiasaan

merokok, namun terpaksa harus ikut mengisap asap rokok yang

dihembuskan oleh orang lain yang merokok didekatnya.

B. Konsep Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 4 Tahun 2021


Tentang Kawasan Tanpa Rokok
1. Definisi Kawasan Tanpa Rokok (KTR)

Kawasan tanpa rokok yang selanjutnya disingkat KTR, menurut

Pasal 1 angka 6 Peraturan Bupati Agam Nomor 4 Tahun 2021 tentang

Kawasan Tanpa Rokok adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang

untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual,

mengiklankan dan/atau mempromosikan produk tembakau.

Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah ruangan atau area yang

dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi,

menjual, mengiklankan, dan/atau mempromosikan produk tembakau.

Yang termasuk KTR antara lain: fasilitas layanan kesehatan, tempat proses

belajar mengajar dan kawasan belajar mengajar, tempat anak bermain,


25

tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, dan tempat umum/tempat

lain yang ditetapkan (Admin, 2020).

Menurut Dewiyana (2009) Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah

ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk melakukan kegiatan

produksi, penjualan, iklan, promosi, dan atau penggunaan rokok untuk

masyarakat terhadap risiko ancaman gangguan kesehatan karena

lingkungan tercemar asap rokok.

2. Tujuan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)

Penetapan Kawasan Tanpa Rokok tentunya memiliki tujuan, selain

untuk mengurangi jumlah perokok yang setiap tahun terus mengalami

peningkatan. Menurut Pasal 2 (Peraturan Bupati Agam Nomor 4 Tahun

2021 tentang Kawasan Tanpa Rokok, 2021), terdapat beberapa tujuan

pokok, yaitu:

d. Menciptakan ruang dan lingkungan yang bersih dan sehat

e. Memberikan perlindungan kepada masyarakat terutama perempuan,

ibu hamil dan anak dari dampak buruk rokok baik langsung maupun

tidak langsung.

f. Menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula.

g. Menciptkan kesadaran masyarakat untuk hidup sehat.

h. Melarang produksi, penjualan, iklan, promosi dan /atau penggunaan

rokok di KTR.
26

3. Manfaat Kawasan Tanpa Rokok

Manfaat Kawasan Tanpa Rokok adalah menciptakan tempat-

tempat umum, sarana kesehatan, tempat-tempat kerja, tempat ibadah, dan

sarana pendidikan yang sehat, nyaman dan aman, tidak terganggu asap

rokok, dapat memberikan citra yang positif, menegakkan etika merokok,

mewujudkan generasi muda yang sehat, meningkatkan produktivitas kerja

yang optimal, menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula,

memberikan hak kepada orang yang tidak merokok untuk tidak terkena

dampak racun rokok yang sangat banyak terkandung dalam asap rokok

dan mencegah meningkatnya penyakit yang disebabkan oleh rokok dan

asap rokok baik kepada para perokok aktif maupun perokok pasif.

Kawasan Tanpa Rokok juga bermanfaat untuk lingkungan yang

lebih bersih dan lebih sehat lagi. Oleh karena itu harus dilakukan

penegakan hukum lingkungan. Penegakan hukum lingkungan melalui

instrumen hukum administrasi merupakan langkah pertama dan utama

untuk mencapai penataan peraturan.

4. Area Kawasan Tanpa Rokok

Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 Pasal 115 tentang

Kesehatan dan dalam P Bupati Agam Nomor 4 Tahun 2021 Pasal 3 Ayat

(2), menetapkan beberapa kawasan yang dinyatakan sebagai Kawasan

Tanpa Rokok, antara lain: (1) Tempat proses belajar mengajar: (2) Tempat

sarana kesehatan; (3) Tempat kegiatan anak-anak; dan (4) Tempat ibadah.
27

Menurut Peraturan Bupati Agam Nomor 4 Tahun 2021 tentang

Kawasan Tanpa Rokok, menetapkan beberapa Kawasan Tanpa Rokok

yaitu:

a. Fasilitas Pelayanan Kesehatan, adalah suatu tempat atau alat yang

digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan baik

secara promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative yang dilakukan

oleh pemerintah dan masyarakat yang meliputi:

1) Rumah sakit

2) Puskesmas dan jaringan pelayanan puskesmas

3) Poliklinik

4) Tempat praktik mandiri dokter

5) Tempat praktik mandiri bidan

6) Apotik/toko obat.

b. Tempat Proses Belajar Mengajar, adalah sarana yang digunakan untuk

kegiatan belajar, mengajar, pendidikan dan/ atau pelatihan, yang

meliputi:

1) Sekolah

2) Perguruan tinggi

3) Perpustakaan

4) Ruang pratikum

5) Lembaga kursus

6) Lembaga pelatihan

7) Kelompok belajar

8) Pusat kegiatan belajar masyarakat


28

9) Majelis taklim

10) Raudatul athfal

11) Taman pendidikan al-Qur’an

12) Pendidikan nonformal

c. Tempat Anak Bermain, adalah area, baik tertutup maupun terbuka

yang digunakan untuk kegiatan bermain anak-anak, ang meliputi:

1) Tempat peneitipan anak

2) Tempat pengasuhan anak

3) Arena bermain anak-anak

4) Taman kanak-kanak.

d. Tempat Ibadah, adalah bangunan atau ruangan yang memiliki ciri-ciri

tertentu yang khusus dipergunakan untuk beribadah bagi para pemeluk

masing-masing agama secara permanen, tidak termasuk tempat ibadah

keluarga.

e. Angkutan umum, adalah alat angkutan bagi masyarakat yang dapat

berupa kendaraan darat, air dan udara biasanya dengan kompensasi,

yang meliputi:

1) Bus

2) Bus sekolah

3) Kereta apai

4) Kapal

5) Angkutan perdesaan/kota

6) Kendaraan wisata

7) Sepeda motor yang digunakan untuk kepentingan masyarakat


29

8) Angkutan tradisional

f. Tempat kerja, adalah ruang atau lapangan tertutup atau terbuka,

bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau yang dimasuki

tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber

atau sumber-sumber bahaya, yang meliputi:

1) Kawasan pabrik

2) Kantor pemerintahan

3) Kantor badan usaha milik negara/daerah

4) Kantor milik pribadi/swasta

5) Gedung pertemuan

g. Tempat umum, adalah semua tempat tertutup yang dapat diakses oleh

masyarakat umum dan/ atau tempat yang dapat dimanfaatkan bersama-

sama untuk kegiatan masyarakat yang dikelola oleh pemerintah,

swasta dan masyarakat, yang meliputi:

1) Pusat perbelanjaan

2) Hotel

3) Fasilitas olah raga baik dalam ruang/gedung terbuka maupun

tertutup.

5. Objek Kawasan Tanpa Rokok

Dalam pelaksanannya, terdapat beberapa objek sebagai indikator

dalam pengawasan dan pelaksanaan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok,

yaitu:

a. Ada atau tidaknya tanda “dilarang merokok” yang cukup jelas dan

mudah terbaca di pintu masuk gedung.


30

b. Ada atau tidaknya orang merokok di tempat yang telah ditetapkan

sebagai Kawasan Tanpa Rokok.

c. Ada atau tidaknya area atau ruangan merokok dalam gedung dengan

atau tanpa ventilasi untuk menghilangkan asap rokok.

d. Ada atau tidaknya tanda-tanda promosi atau iklan rokok di Kawasan

Tanpa Rokok (penjualan rokok di Kawasan Tanpa Rokok hanya

dibenarkan bagi yang memiliki izin usaha untuk menjual).

e. Ada atau tidaknya asbak dan/atau sarana pendukung merokok di

tempat yang ditetapkan sebagai Kawasan Tanpa Rokok.

f. Ada atau tidaknya bau rokok di dalam gedung tertutup yang ditetapkan

sebagai Kawasan Tanpa Rokok.

g. Ada atau tidaknya puntung rokok di gedung tertutup yang ditetapkan

sebagai Kawasan Tanpa Rokok.

Menurut Peraturan Bupati Agam Nomor 4 Tahun 2021 tentang

Kawasan Tanpa Rokok, pimpinan atau penanggung jawab Kawasan Tanpa

Rokok wajib:

a. Membuat dan memasang tanda/petunjuk/peringatan dilarang merokok.

b. Melarang adanya iklan, promosi, dan pemberian sponsor pada KTR

yang menjadi tanggung jawabnya.

c. Tidak menyediakan asbak rokok atau sejenisnya pada KTR yang

menjadi tanggung jawabnya.

d. Melakukan pengawasan internal pada tempat/ lokasi yang menjadi

tanggung jawabnya.
31

6. Larangan tentang Kawasan Tanpa Rokok

Menurut Peraturan Bupati Agam Nomor 4 Tahun 2021 tentang

Kawasan Tanpa Rokok, setiap orang dan/ atau badan usaha yang berada

pada KTR dilarang melakukan:

a. Memproduksi atau membuat rokok

b. Menjual rokok

c. Menyelenggarakan iklan rokok

d. Memproduksi rokok

e. Merokok

7. Sanksi dalam pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok

Menurut Peraturan Bupati Agam Nomor 4 Tahun 2021 tentang

Kawasan Tanpa Rokok, dimuat sanksi administratif yang meliputi:

a. Setiap orang dan/ atau badan usaha yang memproduksi atau membuat

rokok, menjual rokok, menyelenggarakan iklan rokok, dan

memproduksi rokok yang tidak menerapkan KTR dikenai sanksi

administratif berupa:

1) Teguran lisan

2) Penghentian kegiatan usaha

3) Pembekuan izin usaha

4) Pencabutan izin usaha

5) Pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah), jika dikenakan jika sanksi administratif telah dijatuhkan

tetapi tidak dipatuhi atau pelanggaran lebih dari satu kali.


32

b. Setiap orang yang merokok pada KTR dikenai sanksi administratif

berupa:

1) Teguran lisan

2) Teguran tertulis

3) Denda administratif sebesar Rp. 500.000, 00 (lima ratus ribu

rupiah).

4) Dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp.50.000.000,00

(lima puluh juta rupiah), jika dikenakan jika sanksi administratif

telah dijatuhkan tetapi tidak dipatuhi atau pelanggaran lebih dari

satu kali.

c. Pelajar dan/ atau anak yang melanggar larangan merokok dikenai

sanksi sesuai dengan ketentuan tata tertib sekolah.

8. Faktor yang mempengaruhi Pelaksanaan Peraturan Daerah


Kabupaten Agam Nomor 4 Tahun 2021 Tentang Kawasan Tanpa
Rokok
Peraturan Daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok digunakan untuk

menjamin dan kepastian hukum bagi masyarakat Kabupaten Agam dalam

mengurangi dampak negatif dari asap rokok dan menciptakan serta

meningkatkan kualitas udara agar layak untuk menunjang kehidupan

masyarakat menjadi lebih bersih dan sehat. Kawasan Tanpa Rokok

mengarah kepada Perilaku Kesehatan atau tidak merokok yang dinilai

dengan kepatuhan. Kepatuhan adalah suatu bentuk perilaku kesehatan.

Perilaku kesehatan menurut Achmadi (2014) adalah aksi yang dilakukan

oleh orang untuk memelihara atau mencapai kesehatan dan atau mencegah

penyakit. Perilaku kesehatan dibentuk oleh faktor-faktor, yaitu:


33

1. Faktor Internal, faktor yang berada dalam diri individu itu sendiri, yaitu

berupa kecerdasan, persepsi, motivasi, minat, emosi, dan sebagainya

untuk mengolah pengaruh-pengaruh dari luar. Motivasi merupakan

penggerak perilaku, hubungan antara kedua konstruksi ini sangat

kompleks.

2. Faktor Eksternal, Faktor yang berada di luar individu yang

bersangkutan yang meliputi objek, orang, kelompok dan hasil-hasil

kebudayaan yang disajikan sasaran dalam mewujudkan bentuk

perilakunya.

Selanjutnya perilaku itu sendiri dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yakni:

1. Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factors), yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, pendidikan, kepercayaan, keyakinan, usia, paritas,

nilai-nilai dan sebagainya (Notoatmodjo, 2014). Menurut Achmadi (2014),

faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap

kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang

berkaitan dengan kesehatan, system nilai yang dianut masyarakat, tingkat

pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya.

2. Faktor Pemungkin (Enabling factor) yang terwujud dalam lingkungan

fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana

kesehatan (Notoatmodjo, 2014). Menurut Achmadi (2014), faktor-faktor

ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas keshatan

bagi masyarakat.

3. Faktor Penguat (Reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan

perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok


34

referensi dari perilaku masyarakat (Notoatmodjo, 2014). Menurut

Achmadi (2014), faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh

masyarakat, tokoh agama dan perilaku petugas termasuk petugas

kesehatan dan keluarga.

Dari faktor- faktor diatas, dalam penelitian ini yang akan diteliti antara

lain:

1. Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil ”tahu” dan ini terjadi

setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia

yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior) (Notoatmodjo,

2012).

b. Tingkatan

Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif

mempunyai enam tingkat, yakni:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik

dan seluruh bahan yang dipelajari rangsangan yang telah diterima.


35

Oleh sebab itu, ”tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan

yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu

tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan,

menguraikan, mendefenisi, menyatakan, dan sebagainya. Contoh:

dapat menyebutkan tanda-tanda akil baligh.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterupsi materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham objek atau materi yang dijelaskan, menyebutkan contoh,

menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang

dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil

(sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan penggunaan hukum-

hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks

atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik

dalam perhitungan hasil penelitian.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi

masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada

kaitannya satu sama lainnya. Kemampuan analisis ini dapat dilihat


36

dari penggunaan kata kerja: menggambarkan, membedakan,

memisahkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang ada. Misalnya: dapat menyusun, dapat

merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan

sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah

ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-

penilaian berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya: dapat

membandingkan antara anak-anak cukup gizi dengan anak yang

kekurangan gizi (Notoatmodjo, 2012).

c. Cara Memperoleh Pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan yang dikutip dari Notoatmodjo

(2012) adalah sebagai berikut :

1) Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan.


37

a) Cara coba salah (Trial and Error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan

mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini

dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam

memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak

berhasil maka dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah

tersebut dapat dipecahkan.

b) Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin atau

pimpinan masyarakat baik formal atau informal, ahli agama,

pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang

dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa

menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik

berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri.

c) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi masa lalu.

2) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular

atau disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula

dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626), kemudian

dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara


38

untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan

penelitian ilmiah.

d. Proses Prilaku Tahu

Menurut Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2012),

perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia baik yang dapat

diamati langsung dari maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar.

Sedangkan sebelum mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang

tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

1) Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam

arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)

2) Interest (merasa tertarik) dimana individu mulai menaruh perhatian

dan tertarik pada stimulus.

3) Evaluation (menimbang-nimbang) individu akan

mempertimbangkan baik buruknya tindakan terhadap stimulus

tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih

baik lagi.

4) Trial, dimana individu mulai mencoba perilaku baru

5) Adaption, dan sikapnya terhadap stimulus.

e. Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Arikunto (2015) pengetahuan seseorang dapat

diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif,

yaitu :

1) Baik : Hasil presentase 76% - 100%

2) Cukup : Hasil presentase 56% – 75%


39

3) Kurang : Hasil presentase <56%

Pengetahuan seseorang yang luas akan memiliki tingkat kepatuhan

yang tinggi, karena orang yang berilmu akan mengira bahwa rokok dan

asap rokok akan mengganggu orang lain dan lingkungan sekitarnya,

sehingga membuat orang merasa tidak ingin merokok di manapun.

Masyarakat mudah mengetahui keberadaan regulasi tersebut, namun tidak

semua pengunjung mengetahui batasan kawasan dilarang merokok, dan

sanksi berat akan dijatuhkan jika regulasi tersebut dilanggar (Djauzi S.,

2015).

2. Sikap

a. Pengertian

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang

masih tertutup stimulus atau objek. Menurut Newcomb (salah seorang

ahli psikologis sosial) menyatakan bahwa sikap itu merupakan

kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan

pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan

atau aktivitas, akan tetapi adalah merupakan predisposisi tindakan atau

suatu perilaku. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap

objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek

(Notoatmodjo, 2014).
40

Stimulus Proses Stimulus


Rangsangan Stimulus Rangsangan

Sikap
(Tertutup)

Skema 2.1
Proses Terbentuknya Sikap dan Reaksi
(Notoatmodjo, 2014).

b. Komponen Sikap

Untuk terwujudnya sikap menjadi perbuatan nyata diperlukan

faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain

fasilitas. Disamping itu juga diperlukan faktor pendukung dari pihak

lain. Sikap mempunyai 3 komponen pokok, yaitu:

1) Kepercayaan (keyakinan) ide dan konsep terhadap suatu objek.

2) Kehidupan ekonomi atau evaluasi terhadap suatu objek.

3) Kecenderungan untuk bertindak.

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap

yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini

pengetahuan, berfikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan

penting. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari

orang lain (Notoatmodjo 2012).


41

c. Tingkatan

Tingkatan sikap terdiri dari:

1) Menerima (receiving), diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus.

2) Merespon (Responding), diartikan memberikan jawaban apabila

ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan

adalah suatu indikasi dari sikap.

3) Menghargai (Valuing), diartikan mengajak orang lain untuk

mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu

indikasi sikap tingkat tiga.

4) Bertanggung Jawab (Responsible), diartikan bertanggung jawab

atas segala yang dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan

sikap paling tinggi.

d. Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap dilakukan dengan secara langsung dan tidak

langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau

pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara langsung dapat

dilakukan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden dan

hasil pengukuran itu dapat dikategorikan:

1) Positif, jika objek memenuhi kebutuhannya

2) Negatif, jika objek tidak dapat memenuhi kebutuhannya

(Notoatmodjo, 2012).
42

3. Sosialisasi

a. Pengertian

Sosialisasi atau promosi kesehatan atau penyuluhan kesehatan

merupakan suatu usaha atau kegiatan untuk membantu individu,

kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan atau

perilaku mereka untuk mencapai kesehatan secara optimal

(Notoatmodjo, 2018). Menurut Susilowati (2016), promosi kesehatan

merupakan salah satu bentuk intervensi di bidang kesehatan untuk

memperbaiki status kesehatan masyarakat yang dirancang untuk

memberikan perubahan di bidang kesehatan terhadap manusia,

organisasi, masyarakat dan lingkungan.

b. Tujuan

Pasal 38 Undang-Undang RI No.23 Tahun 1992 tentang

Kesehatan: “Penyuluhan kesehatan masyarakat diselenggarakan guna

meningkatkan pengetahuan kesadaran, kemauan, dan kemampuan

masyarakat untuk tetap hidup sehat dan aktif berperan serta dalam

upaya kesehatan”.

Tujuan Promosi Kesehatan secara umum adalah merubah

perilaku di bidang kesehatan dan secara khusus membuat

klien/masyarakat menyadari nilai kesehatan, mandiri mencapai hidup

sehat dan memanfaatkan pelayanan kesehatan secara tepat guna.

Secara operasional ditujukan untuk membuat masyarakat dapat

mengerti, bertanggung jawab, melakukan langkah-langkah positip


43

untuk kesehatannya sendiri, sesuai tujuan intervensi perilaku dalam

promosi kesehatan (Susilowati, 2016)

Sosialisasi bertujuan untuk menarik dan memperkenalkan

pihak atau objek yang diajak, agar pihak atau objek tersebut dapat

mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku dan dianut oleh

oleh pemerintah desa yaitu melalui sosialisasi. Bentuk sosialisasi yang

dilakukan Puskesmas terdiri dari 2 yaitu: Sosialisasi secara langsung

dilakukan Petugas Puskesmas dengan tatap muka secara langsung

yaitu mengadakan pertemuan di masjid yang dihadiri oleh para tokoh-

tokoh agama serta tokoh-tokoh masyarakat untuk memberi

pencerahan. Namun sosialisasi secara langsung tidak selamanya

bersifat formal, dimana pun ada kesempatan disitu pula diadakan

sosialisasi. Seperti pada kegiatan gotong royong, pernikahan, atau

pengajian (Primasari & Listina, 2021).

Sosialisasi secara tidak langsung dilakukan pemerintah dengan

menggunakan media cetak seperti pemasangan poster, spanduk, atau

papan pengunguman di tempat-tempat umum. Bahkan pemasangan

poster tentang bahaya merokok dipasang di setiap rumah warga.

Pelaksanaan sosialisasi peraturan tentang kawasan bebas asap rokok

yang dilakukan oleh pemerintah, baik secara langsung maupun tidak

langsung pada dasarnya bertujuan untuk memberi pemahaman kepada

seluruh masyarakat desa tentang bahaya atau dampak yang akan

dihasilkan oleh rokok baik untuk individu/pelaku dan dampak bagi

orang lain, dampak yang dihasilkan bukan sekedar mengganggu


44

kesehatan tetapi juga berdampak dalam segi ekonomi, pendidikan dan

agama. Selain itu, sosialisasi kebijakan dilaksanakan agar masyarakat

dapat setuju dengan aturan yang akan diterapkan sehingga pelaksanaan

aturan tersebut dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan

(Primasari & Listina, 2021).

4. Dukungan Tokoh Masyarakat

Dukungan tokoh masyarakat adalah dukungan yang diperoleh dari

hubungan interpersonal yang mengacu pada kesenangan, ketenangan,

bantuan manfaat, yang berupa informasi verbal yang diterima seseorang

atau masyarakat dari tokoh masyarakat yang membawa efek perilaku

(Akbar et al., 2015).

Dukungan tokoh masyarakat terdiri dari:

a. Dukungan emosional mencakup ungkapan empati, kepedulian dan

perhatian.

b. Dukungan penghargan menakup ungkapan hormat dan dorongan untuk

maju.

c. Dukungan instrumental mencakup bantuan langsung sesuai kebutuhan

masyarakat.

d. Dukungan informatif mencakup nasehat, petunjuk, saran dan umpan

balik .

Menurut Erlinawati (2009) dukungan aparat desa, kader kesehatan

serta tokoh masyarakt sangat berpengaruh serta diangap penting oleh

masyarakat, dimana dukungan yang tersedia bagi seseorang melalui

interaksi dengan orang lain disekitarnya, seperti keluarga, tokoh


45

masyarakat maupun tenaga kesehatan akan mempengaruhi kesehatan dan

kesejahteraan orang tersebu. Seseorang yang mendapatkan dukungan

sosial akan lebih merasa nyaman, diperdulikan, dihargai, dibantu dan

diterima suatu kelompok. Dengan adanya dukungan tersebut maka dapat

menciptakan respon yang positif terhadap kesehatan seseorang.


46

C. Kerangka Teori

Berdasarkan teori sebelumnya, kerangka teori yang dipakai mengacu

pada faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan yang dijelaskan

oleh Notoatmodjo (2014) dan Achmadi (2014). Kerangka teori tersebut dapat

dilihat pada skema 2.2 dibawah ini.

Variabel Independen Variabel Dependen

Faktor predisposisi
Peraturan Daerah Kabupaten
o Pengetahuan
Agam Nomor 4 Tahun 2021
o Sikap
tentang Kawasan Tanpa
o Motivasi
Rokok di Kecamatan Palupuh
o pendidikan
o Usia
o Pekerjaan
Sanksi pelanggaran

Tidak merokok

Faktor pendukung
o Sarana kesehatan
o Prasarana Prilaku kesehatan
kesehatan
Tidak Patuh

Patuh
Faktor pendorong Sanksi
o Dukungan suami
o Dukungan Tokoh
masyarakat
Terwujudnya
o Dukungan Petugas
Kawasan Tanpa
Rokok di
Kecamatan
Palupuh.

Skema 2.2
Kerangka Teori
Modifikasi Notoatmodjo (2005), Achmadi (2014)
47

BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Alur Pikir

Dari kerangka pikir diatas, alur pikir yang digunakan pada penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Skema 3.1
Alur Pikir

Perilaku Kesehatan Indikator KTR


(Tidak Merokok) 1. tidak ada orang merokok
2. tidak terdapat ruangan khusus merokok
3. terdapat tanda larangan merokok
4. tidak tercium asap rokok
5. tidak terdapat asbak/ korek/pemantik
Kawasan Tanpa Rokok 6. tidak ditemukan puntung rokok
7. tidak ditemukan adanya indikasi merek atau
sponsor, promosi dan iklan rokok di area KTR
8. tidak ditemukan penjualan rokok di KTR
sesuai dengan peraturan yang berlaku

INPUT PROSES OUTPUT


• Kebijakan • Sosialisasi Terwujudnya
• Infrastruktur Kebijakan Kawasan Tanpa
• Dana • Penerapan Rokok di
• Media KTR Kecamatan
promosi • Pemasangan Palupuh.
media promosi

Patuh

Tidak Patuh

Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 4


Tahun 2021

Sanksi

47
48

B. Defenisi Istilah Penelitian

Defenisi istilah digunakan untuk memperjelas kerangka pikir yang akan

diteliti. Dibawah ini ada beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian

diantaranya:

1. Input

Input adalah elemen-elemen pendukung pelaksanaan Peraturan

Daerah Kabupaten Agam Nomor 4 Tahun 2021 tentang Kawasan Tanpa

Rokok di Kecamatan Palupuh. Pengumpulan data dilakukan dengan

wawancara mendalam yang berpedoman pada panduan wawancara dan

telaah dokumen terkait yaitu kebijakan, infrastruktur, dana dan media

promosi.

2. Proses

Proses adalah proses yang dilalui dan mempengaruhi pelaksanaan

Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 4 Tahun 2021 tentang

Kawasan Tanpa Rokok di Kecamatan Palupuh. Pengumpulan data

dilakukan dengan wawancara mendalam yang berpedoman pada panduan

wawancara terkait Sosialisasi kebijakan, penerapan KTR, dan pemasangan

media promosi.

3. Proses

Output adalah hasil dari pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten

Agam Nomor 4 Tahun 2021 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Kecamatan

Palupuh. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam yang

berpedoman pada panduan wawancara terkait terwujudnya Kawasan

Tanpa Rokok di Kecamatan Palupuh.


49

C. Defenisi Operasional

Tabel 3.1
Definisi Operasional
No. Variabel Defenisi Operasional Alat Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Ukur
1 Pengetahuan tentang Pengetahuan masyarakat tentang Kawasan Kuesioner Wawancara 0= Rendah jika < Ordinal
Kawasan Tanpa Rokok Tanpa Rokok mean
1= Tinggi, jika ≥
mean
2 Sikap terhadap Kawasan Sikap masayarakat terhadap Kawasan Tanpa Kuesioner Wawancara 0= Negatif, jika < Ordinal
Tanpa Rokok Rokok mean
1= Positif, jika >
mean
3 Pengetahuan tentang sanksi Pengetahuan masyarakat tentang adanya Kuesioner Wawancara 0= Rendah jika < Ordinal
pelanggaran Kawasan Tanpa sanksi pelanggaran dalam Peraturan Daerah mean
Rokok Kabupaten Agam Nomor 4 Tahun 2021 1= Tinggi, jika ≥
tentang Kawasan Tanpa Rokok mean
4 Sikap terhadap sanksi Sikap masyarakat terhadap adanya sanksi Kuesioner Wawancara 0= Negatif, jika < Ordinal
pelanggaran Kawasan Tanpa pelanggaran dalam Peraturan Daerah mean
Rokok Kabupaten Agam Nomor 4 Tahun 2021 1= Positif, jika >
tentang Kawasan Tanpa Rokok mean
5 Sosialisasi Promosi kesehatan atau penyuluhan yang Kuesioner Wawancara 0= kurang, jika < Ordinal
dilakukan oleh petugas tentang Kawasan mean
Tanpa Rokok 1= Baik, jika >
mean
6 Dukungan Tokoh Masyarakat Dukungan dari tokoh masyarakat berupa: Kuesioner Wawancara 0= kurang, jika < Ordinal
1. Dukungan emosional mean
2. Dukungan penghargan 1= Baik, jika >
3. Dukungan instrumental mean
50

4. Dukungan informatif
7 Pelaksanaan Peraturan Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok sesuai Kuesioner Wawancara 0= Kurang baik Ordinal
Daerah Kabupaten Agam Indikator: jika < mean
Nomor 4 Tahun 2021 tentang 1. tidak ada orang merokok 1= Baik, jika ≥
Kawasan Tanpa Rokok 2. tidak terdapat ruangan khusus merokok mean
3. terdapat tanda larangan merokok
4. tidak tercium asap rokok
5. tidak terdapat asbak/ korek/pemantik
6. tidak ditemukan puntung rokok
7. tidak ditemukan adanya indikasi merek atau
sponsor, promosi dan iklan rokok di area
KTR
8. tidak ditemukan penjualan rokok di KTR
sesuai dengan peraturan yang berlaku
D. Hipotesis

1. Terdapat hubungan pengetahuan masyarakat tentang Rokok dengan

pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 4 Tahun 2021

tentang Kawasan Tanpa Rokok di Kecamatan Palupuh.

2. Terdapat hubungan pengetahuan masyarakat tentang Rokok dengan

pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 4 Tahun 2021

tentang Kawasan Tanpa Rokok di Kecamatan Palupuh.

3. Terdapat hubungan pengetahuan masyarakat tentang Rokok dengan

pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 4 Tahun 2021

tentang Kawasan Tanpa Rokok di Kecamatan Palupuh.

4. Terdapat hubungan sikap masyarakat terhadap perilaku perokok dengan

pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 4 Tahun 2021

tentang Kawasan Tanpa Rokok di Kecamatan Palupuh.

5. Terdapat hubungan Pengetahuan masyarakat tentang Kawasan Tanpa

Rokok dengan pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 4

Tahun 2021 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Kecamatan Palupuh.

6. Terdapat hubungan sikap masyarakat tentang Kawasan Tanpa Rokok

terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 4 Tahun

2021 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Kecamatan Palupuh.

7. Terdapat hubungan sosialisasi kepada masyarakat tentang Kawasan Tanpa

Rokok dengan pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 4

Tahun 2021 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Kecamatan Palupuh.


67

8. Terdapat hubungan dukungan tokoh masyarakat dengan pelaksanaan

Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 4 Tahun 2021 tentang

Kawasan Tanpa Rokok di Kecamatan Palupuh.

9. Terdapat faktor yang berpengaruh pelaksanaan Peraturan Daerah

Kabupaten Agam Nomor 4 Tahun 2021 tentang Kawasan Tanpa Rokok di

Kecamatan Palupuh.
68

BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan kualitatif (mixed

method) yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan dalam situasi tertentu

terkait Implementasi Kawasan Tanpa Rokok (KTR) pada Kecamatan Palupuh

dengan melakukan observasi dan wawancara mendalam (Indepth Interview).

Metode penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data yang lebih

komprehensif, valid, reliabel dan objektif Penelitian kuantitatif menggunakan

desain cross sectional. Data variabel independen dan variabel dependen

dikumpulkan dan dinilai dalam satu waktu (Sugiyono, 2016).

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Kecamatan Palupuh pada bulan

Agustus sampai September 2022.

C. Subjek Penelitian

1. Informan

Dalam hal ini informan merupakan orang yang dimanfaatkan untuk

memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian

(Wirjokusumo & Ansori, 2009). Adapun pemilihan informan ditentukan

berdasarkan teknik teknik purposive sampling. Teknik yang menentukan

informan dengan non random sampling, telah mempertimbangkan kriteria

68
69

sebelumnya oleh peneliti dan diketahui sebelumnya (Notoatmodjo,

2012a). Berikut informan utama yang telah ditentukan sebelumnya:

a. Kepala Puskesmas Palupuh

b. Camat Palupuh

c. 2 orang Tokoh masyarakat

d. 2 orang Supir angkutan umum

Sedangkan Informan pendukung pada penelitian ini adalah:

a. 2 orang pasien puskesmas

b. 2 orang penumpang angkutan umum

2. Responden

Sampel adalah bagian dari keseluruhan populasi yang diteliti,

dijadikan responden dan dipandang sifat – sifatnya dapat mewakili

keseluruhan populasi yang ada (Eko Sudarmanto, 2021). Adapun teknik

pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Lemeshow

yang tidak diketahui jumlah populasinya. Penelitian dilakukan pada 4

ruang lingkup KTR yang ada di Kecamatan Palupuh yaitu fasilitas

kesehatan, tempat umum, angkutan umum, dan tempat ibadah. Penelitian

dilakukan pada fasilitas kesehatan, tempat umum, angkutan umum, dan

tempat ibadah karena tempat-tempat tersebut masih ditemukan orang yang

merokok padahal merupakan tempat yang harus terbebas asap rokok dan

sudah ditetapkan menjadi kawasan tanpa rokok. Rumus Lemeshow untuk

menentukan sampel yang tidak diketahui jumlah populasinya adalah

sebagai berikut :
70

n = 𝑍𝑎² 𝑥 𝑃 𝑥 𝑄
𝐿²

n = (1,96)2𝑥 0,5 𝑥 0,5


(0,1)²

n = 96,04

Keterangan :

n = Jumlah sampel minimal yang diperlukan

Za = Nilai standar dari distribusi sesuai nilai α= 5% = 1,96

P = Prevalensi outcome, karena data belum didapat, maka dipakai 50%

Q = 1-P

L = Tingkat ketelitian 10%

Berdasarkan rumus tersebut diperoleh besar sampel dalam

penelitian ini adalah 96 orang.

3. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria yang apabila terpenuhi dapat

mengakibatkan calon objek menjadi penelitian. Adapun kriteria inklusi

pada penelitian ini adalah:

a. Penduduk yang berdomisili di Kecamatan Palupuh.

b. Berusia 15-50 tahun.

4. Kriteria Ekslusi

Kriteria ekslusi adalah kriteria yang apabila dijumpai

menyebabkan objek tidak dapat digunakan dalam penelitian. Adapun

kriteria ekslusi pada penelitian ini adalah :

a. Penduduk yang tidak berdomisili di Kecamatan Palupuh.


71

b. Penduduk yang tidak bersedia menjadi sampel dalam penelitian.

D. Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data yang

dikumpulkan melalui observasi dan wawancara yang dilakukan kepada

informan penelitian.

2. Data Sekunder

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data yang

diperoleh dari Responden dan sumber-sumber lain yang dianggap relevan

dengan tujuan penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengertian teknik pengumpulan data menurut Arikunto teknik

pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk

mengumpulkan atau memperoleh data. Oleh karena itu, untuk memperoleh

data yang valid dan relevan dalam peneliti ini, maka peneliti menggunakan

teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Wawancara

Menurut Koentjaraningrat, metode wawancara atau interview

adalah untuk tujuan suatu tugas tertentu, mencoba mendapatkan

keterangan atau pendirian lisan dari seorang responden, dengan bercakap-

cakap berhadapan muka dengan orang itu. Sugiyono (2016) menjelaskan

pengertian wawancara sebagai pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan

makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara yang akan dilakukan pada
72

penelitian ini adalah dengan mewawancarai Informan Utama yang

berkaitan langsung dengan penelitian yang akan diteliti.

Wawancara adalah hal penting dalam penelitian kualitatif karena

menjadi pengumpulan sumber data yang utama. Sebagian besar data

diperoleh melalui wawancara. Untuk itu, penguasaan teknik wawancara

sangat mutlak di perlukan. Menurut Herdiansyah (2011), Wawancara ada

tiga bentuk yaitu:

a. Wawancara terstruktur

Beberapa ciri dari wawancara terstuktur meliputi daftar

pertanyaan dan kategori jawaban telah disiapkan, kecepatan

wawancara terkendali, tidak ada fleksibilitas, mengikuti pedoman, dan

tujuan wawancara biasanya untuk mendapatkan penjelasan tentang

suatu fenomena.

b. Wawancara semi-terstruktur

Ciri-ciri dari wawancara semi-terstruktur adalah pertanyaan

terbuka namun ada batasan tema dan alur pembicaraan, kecepatan

wawancara dapat diprediksi, fleksibel tetapi terkontrol, ada pedoman

wawancara yang dijadikan patokan dalam alur, urutan dan penggunaan

kata, dan tujuan wawancara adalah untuk memahami suatu fenomena.

c. Wawancara tidak terstruktur

Wawancara tidak terstruktur memiliki ciri-ciri, yaitu

pertanyaan sangat terbuka, kecepatan wawancara sangat sulit

diprediksi, sangat fleksibel, pedoman wawancara sangat longgar


73

urutan pertanyaan, penggunaan kata, alur pembicaraan, dan tujuan

wawancara adalah untuk memahami suatu fenomena.

Untuk memperoleh informasi yang dijadikan data utama dari

lapangan penelitian, peneliti melakukan wawancara semi-terstruktur dan

tidak terstruktur dengan informan. Peneliti menyusun pedoman wawancara

sebelum melakukan wawancara, pedoman wawancara tersebut tidak

tersruktur karena hanya memuat garis besar atau pokok-pokok pertanyaan.

Teknik ini digunakan untuk mengetahui secara mendalam tentang berbagai

informasi yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

2. Observasi

Observasi adalah pengamatan dengan menggunakan indera

penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan pertanyaan.

Sedangkan menurut Narbuko & Achmadi (2010), observasi adalah

pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-

fenomena yang diteliti, observasi merupakan metode yang secara langsung

mengamati perilaku subjek penelitiannya dan metode yang pertama-tama

digunakan untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan penelitian.

Dalam penelitian observasi ini, peneliti menggunakan seluruh alat

indera untuk mengamati fenomena-fenomena yang terjadi di lokasi. Alat-

alat yang digunakan dalam observasi yaitu buku dan ballpoint untuk

mencatat kejadian-kejadian penting. Selain itu peneliti menggunakan tabel

observasi untuk mengetahui aktivitas merokok pada lokasi penelitian.

Selama lima hari peneliti melakukan observasi di lokasi penelitian dengan

menggunakan tabel observasi.


74

3. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada responden untuk dijawab. Penelitian ini menggunakan jenis

kuesioner dengan pertanyaan tertutup dimana jawaban-jawabannya telah

dibatasi oleh peneliti sehingga menutup kemungkinan bagi responden

untuk menjawab panjang lebar sesuai dengan jalan pikirannya. Kuesioner

ini sudah dibagikan diawal penelitian untuk mendapatkan beberapa data

yang dibutuhkan oleh peneliti. Kuesioner diberikan kepada responden

pada saat penelitian dengan teknik secara stratified random sampling.

4. Dokumentasi

Menurut (Sugiyono, 2008) dokumen merupakan catatan peristiwa

yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-

karya monumental dari seseorang. Hasil penelitian juga akan semakin

kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan

seni yang telah ada.

F. Teknik Pengolahan Data

1. Kualitatif

a. Validasi Data

Penelitian kualitatif dengan pengambilan sampel secara

purposive (non probability) dan jumlah sampel sedikit, perlu

melakukan validasi data. Uji validitas data yang dilakukan dalam

penelitian kualitatif disebut triangulasi. Triangulasi merupakan cara


75

terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi

kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan

data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan.

Dengan kata lain bahwa dengan triangulasi, penelitian dapat mengecek

kembali temuannya dengan jalan membandingkannya dengan berbagai

sumber, metode, atau teori (Wirawan, 2012).

Norman K. Denkin  dalam Rahardjo (2010) membagi jenis

triagulasi dalam penelitian, antara lain:

1) Triangulasi Metode

Dalam penelitian kualitatif peneliti menggunakan metode

wawancara, obervasi, dan survei, untuk memperoleh kebenaran

informasi dan gambaran yang utuh mengenai informasi tertentu,

peneliti bisa menggunakan metode wawancara bebas dan

wawancara terstruktur, obervasi atau pengamatan untuk mengecek

kebenarannya.

2) Triangulasi Antar Peneliti

Menggunakan lebih dari satu orang dalam pengumpulan

dan analisis data agar tidak justru merugikan peneliti dan

melahirkan bias baru dari triangulasi.

3) Triangulasi Sumber Data

Menggali kebenaran informasi tertentu melalui berbagai

metode dan sumber perolehan data menggunakan observasi terlibat

yang menghasilkan bukti atau data yang berbeda, yang selanjutnya


76

akan memberikan pandangan (insights) yang berbeda pula

mengenai fenomena yang diteliti.

4) Triangulasi Teori

Hasil akhir penelitian kualitatif berupa sebuah rumusan

informasi atau thesis statement dituntut memiliki expert judgement

dalam membandingkan temuannya dengan perspektif tertentu

(Rahardjo, 2010).

2. Kuantitatif

Pengolahan data yang dilakukan secara komputerisasi dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

a. Pemeriksaan data (editing)

Setelah kuesioner diisi dan dikembalikan oleh responden

kemudian jawaban pada kuesioner diperiksa kembali apakah semua

pertanyaan sudah terjawab dengan baik.

b. Pengkodean (coding)

Memberikan kode pada jawaban secara angka.

c. Tabulasi (tabulating)

Menyusun data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

d. Memasukkan data (entry data)

Data yang telah diedit dan diberi kode kemudian dientri dengan

menggunakan kuesioner.
77

G. Teknik Analisis Data

1. Kualitatif

Dalam melakukan penelitian dengan pendekatan kualitatif analisa

data dilakukan sebelum peneliti memasuki lapangan, selama dilapangan,

dan setelah dilapangan. Pada saat analisa data selama di lapangan,

pengumpulan data berlangsung dan pengumpulan data selesai pada

periode tertentu. Ketika wawancara berlangsung, peneliti melakukan

analisa data terhadap informan setiap jawaban yang diperoleh, dan apabila

jawaban kurang tepat atau kurang memuaskan dengan pertanyaan yang

diajukan, peneliti akan terus melanjutkan pertanyaan ke informan sehingga

didapatkan data yang sesuai atau kredibel.

2. Kuantitatif

Variabel yang telah dipilih dan tersimpan dalam bentuk program

data base untuk selanjutnya dianalisis dengan menggunakan perangkat

lunak komputer dan dilakukan dalam beberapa tahap yaitu analisis

univariat, analisis bivariat dan analisis multivariat.

a. Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan analisis yang menggambarkan

suatu data yang akan dibuat baik sendiri maupun secara berkelompok

dengan tujuan dilakukan analisis ini adalah untuk mendeskripsikan

karakteristik masing- masing variabel yang diteliti (Hastono, 2016).

Analisa univariat ini untuk melihat distribusi frekuensi variabel

independen dan variabel dependen dimana akan disajikan dalam

bentuk tabel distribusi frekuensi.


78

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui apakah ada

hubungan yang signifikan antara dua variabel, atau bisa juga

digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan

antara dua atau lebih kelompok (Hastono, 2016).

Analisa bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk

mengetahui hubungan antara dua variabel yang diteliti. Pengujian

hipotesis untuk mengambil keputusan apakah hipotesis yang diujikan

cukup meyakinkan ditolak atau diterima, dengan menggunakan uji chi-

square. Untuk melihat kemaknaan perhitungan statistik digunakan

batasan kemaknaan α = 0,05 sehingga jika nilai p value ≤ α maka secara

statistik Ho ditolak dan jika pvalue > α maka secara statistik Ho diterima.

Untuk interpretasi nilai Odds Rasio (OR) dengan menggunakan

interval kepercayaan 95% antara lain sebagai berikut :

1) OR < 1, berarti variabel tersebut sebagai faktor protektif

2) OR = 1, bukan faktor risiko

3) OR > 1, berarti variabel tersebut adalah faktor risiko

c. Analisis Multivariat

Analisis multivariat dilakukan dengan tujuan untuk melihat

hubungan beberapa variabel (lebih dari satu) independen dengan satu

atau beberapa variabel dependen (umumnya satu variabel dependen).

Dalam analisa multivariat akan diketahui variabel independen mana

yang paling besar pengaruhnya terhadap variabel dependen (Hastono,

2016).
79

Pada penelitian ini jenis analisis multivariat yang digunakan

adalah regresi logistik ganda. Model regresi logistik dapat digunakan

pada data yang dikumpulkan melalui rancangan cross sectional.

Analisis regresi logistik adalah salah satu pendekatan model matematis

yang digunakan untuk menganalisis hubungan satu atau beberapa

variabel independen dengan sebuah variabel dependen kategori yang

bersifat dikotom. Variabel kategori yang dikotom adalah variabel yang

mempunyai dua nilai variasi. Pada regresi logistik, variabel dependen

dihitung menggunakan proporsi (Hastono, 2016).

DAFTAR PUSTAKA
80

Admin. (2020). Dukungan Kawasan Tanpa Rokok. RSUD Wates Kulon Progo.
https://rsud.kulonprogokab.go.id/detil/509/dukung-kawasan-tanpa-rokok
Akbar, M. A., Gani, H. A., & Istiaji, E. (2015). Dukungan Tokoh Masyarakat
dalam Keberlangsungan Desa Siaga di Desa Kenongo Kecamatan Gucialit
Kabupaten Lumajang ( Community Leaders ’ Support in the Sustainability
of Alert Village in Kenongo Village , Sub District of Gucialit , Lumajang
Regency ). Pustaka Kesehatan, 3(3), 1–9.
Arikunto, S. (2015). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka
Cipta.
Dewiyana. (2009). Yuk, Mengenal Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Oleh:
Dewiyana. Dinkes Jatimprov.
Direktorat Pengawasan Keamanan, Mutu dan Ekspor Impor Obat, N. (2022).
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. BPOM RI;
BPOM RI. https://www.pom.go.id/new/view/more/berita/76/Keracunan-
yang-Disebabkan-Gas-Karbon-Monoksida.html
Efraldo, J. Z. (2015). The Implementation Of Regional Regulation Of Pontianak
City Number 10 Of 2010 On Non-Smoking Area In Subdistrict Of
Pontianak Tenggara. PublikA, Jurnal Ilmu Administrasi Negara, 3, 1–20.
http://jurmafis.untan.ac.id
Eko Sudarmanto, D. (2021). Desain Penelitian Bisnis Pendekatan Kuantitatif (R.
Watrianthos (Ed.); Cetakan 1). Yayasan Kita Menulis.
Gagan. (2017). Pengertian Merokok Dan Akibatnya.
Www.Dinkes.Bantenprov.Go.Id; Dinas Kesehatan Provinsi Banten.
https://dinkes.bantenprov.go.id/read/berita/488/pengertian-merokok-dan-
akibatnya.html
Hastono, S. P. (2016). Analisa Data Pada Bidang Kesehatan. Raja Grafindo
Persada.
Herawati, C., Kristanti, I., & Jannah, S. R. (2021). Penerapan Fungsi Manajemen
Pada Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok. DIMASEJATI, 3(1), 1–18.
Herdiansyah, H. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Salemba Humanika.
Hock, L. K., Li, L. H., Huey, T. C., Yuvaneswary, V., Sayan, P., Fadhli, M.,
Yusoff, M., Kuay, L. K., Yn, L. M., Chee, C. K., Mohd, G. S., Li, L., & T,
C. H. (2019). Support for smoke-free policy among Malaysian adults :
findings from a population-based study. BMJ Open, 7–11.
https://doi.org/10.1136/bmjopen-2017-020304
Ilmaskal, R., Prabandari, Y. S., & Wibowo, T. A. (2017). Evaluasi penerapan
kebijakan peraturan daerah kawasan tanpa rokok di kota Padang Panjang.
Berita Kedokteran Masyarakat (BKM Journal of Community Medicine
and Public Health) Volume, 33(5), 255–260.
Narbuko, C., & Achmadi, A. (2010). Metodologi Penelitian. Bumi Aksara.
Notoatmodjo. (2012). Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
__________. (2012). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.
__________. (2014). Kesehatan Masyarakat ,Ilmu dan Seni. Rineka Cipta.
__________. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
Olowookere, S. A., Adepoju, E. G., & Gbolahan, O. O. (2014). Awareness and
attitude to the law banning smoking in public places in Osun State ,
Nigeria. Tobacco Induced Diseases, 12(1), 1–4.
https://doi.org/10.1186/1617-9625-12-6
81

Peraturan Bupati Agam Nomor 4 Tahun 2021 tentang Kawasan Tanpa Rokok.
(2021).
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun. (2013).
Tentang Pencantuman Peringatan Kesehatan Dan Informasi Kesehatan
Pada Kemasan Produk Tembakau. In Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
Primasari, S. I., & Listina, F. (2021). Faktor Faktor Yang Berhubungan dengan
Kepatuhan Dalam Penerapan Kawasan Tanpa Rokok Di Lingkungan
Puskesmas Candipuro Kabupaten Lampung Selatan. Jurnal Ilmu
Kesehatan Indonesia (JIKSI), 2(2), 87–97.
Rahardjo, M. (2010). Triangulasi dalam Penelitian Kualitatif. Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. http://repository.uin-
malang.ac.id/1133/
Rochka, M. M., Anwar, A., & Rahmadani, S. (2019). Kawasan Tanpa Rokok Di
Fasilitas Umum (Pertama). Uwais Inspirasi Indonesia.
ROKOM. (2022). Temuan Survei GATS Perokok Dewasa di Indonesia Naik 10
Tahun Terakhir – Sehat Negeriku. Sehatnegeriku.Kemkes.Go.Id.
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20220601/4440021/temua
n-survei-gats-perokok-dewasa-di-indonesia-naik-10-tahun-terakhir/
Saputri, S., Arief, H., & Noor, S. (2015). Implementasi peraturan daerah
kabupaten barito kuala nomor 5 tahun 2015 tentang kawasan tanpa rokok.
Eprints.Uniska-Bjm. http://eprints.uniska-bjm.ac.id/id/eprint/3155
Sugiyatmi, T. A. (2015). Menuju Fasyankes Yang Bermutu: Perlunya Sistem
Monitoring Efektifitas Kawasan Tanpa Rokok (KTR) 100% di Fasilitas
Kesehatan. Divisi Mutu PKMK FK UGM.
https://www.mutupelayanankesehatan.net/19-headline/2114-menuju-
fasyankes-yang-bermutu-perlunya-sistem-monitoring-efektifitas-kawasan-
tanpa-rokok-ktr-100-di-fasilitas-kesehatan
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Bisnis. Pusat Bahasa Depdiknas.
_______. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Alfabeta.
Susilowati, D. (2016). Promosi Kesehatan (Pertama). Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Taufik, F. F. (2022). Berhenti Merokok Apapun Jenisnya.
Rsuppersahabatan.Co.Id.
https://rsuppersahabatan.co.id/artikel/read/berhenti-merokok-apapun-
jenisnya
Wahyudi, D. I. (2019). Bahaya Merokok - RSGM Maranatha. Rumah Sakit Gigi
Dan Mulut Maranatha Sepenih Hati, Penuh Kasih.
https://rsgm.maranatha.edu/2019/04/22/bahaya-merokok/
Wirawan. (2012). Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia : Teori Aplikasi dan
Penelitian. Salemba Empat.
Wirjokusumo, I., & Ansori, S. (2009). Metode Penelitian Kualitatif. Unesa
University Press.
Wiyarti, W., Alifah, D., Fitriyani, S., Latifah, B. I., & Nisa, H. (2020). Faktor-
Faktor yang Berhubungan dengan Penerapan Kawasan Tanpa Rokok
( KTR ) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2019. 4, 225–232.
Yanthi, D., Sando, W., & Hayana. (2021). Pelaksanaan Kebijakan Kawasan
Tanpa Rokok Di SMPN 07 Pekanbaru Tahun 2020. Ensiklopedia of
82

Journal, 3(2), 201–205. http://jurnal.ensiklopediaku.org

Lampiran 1

INFORMED CONSENT

Setelah membaca penjelasan yang diberikan peneliti, saya bersedia

Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Fort De

Kock Bukittinggi,yang bernama Diva Riza, dengan judul “Analisis

Faktor Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 4

Tahun 2021 Tentang Kawasan Tanpa Rokok Di Kecamatan Palupuh

Tahun 2022”.

Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak akan berakibat negatif

terhadap saya. Saya tahu penelitian ini akan menjadi masukan bagi

peningkatan pelayanan kesehatan dan akan dirahasiakan. Dengan ini saya

menyatakan sukarela berperan serta dalam penelitian ini.

Palupuh September 2022


83

Responden,

( )

Lampiran 2

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.
Calon Responden Penelitian
Di
Tempat

Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, mahasiswa Program Studi
Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Fort De Kock
Bukittinggi:
Nama : Diva Riza
NIM : 2013101048
Menyatakan bahwa, saya akan mengadakan penelitian dengan judul
“Analisis Faktor Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Agam
Nomor 4 Tahun 2021 Tentang Kawasan Tanpa Rokok Di Kecamatan
Palupuh Tahun 2022”.
84

Untuk itu saya meminta kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i sebagai


responden dalam penelitian ini. Penelitian ini tidak akan merugikan
Bapak/Ibu/Saudara/i sebagai responden dan kerahasiaan semua informasi
yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan
penelitian.
Apabila Bapak/Ibu/Saudara/i menyetujui untuk menjadi responden,
maka dengan ini saya mohon untuk kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk
menandatangani lembar persetujuan dan menjawab pertanyaan pada surat
ini. Atas perhatian dan kesediaan saudari, saya mengucapkan terimakasih.
Palupuh, September 2022

Peneliti

Lampiran 3

KISI-KISI KUESIONER

Tujuan Variabel Aspek yang diukur Jumlah


Analisis Faktor Pengetahuan Hasil tahu/ informasi masyarakat tentang 10
Pelaksanaan masyarakat Peraturan Daerah Kabupaten Agam
Peraturan tentang KTR Nomor 4 Tahun 2021 tentang KTR
Daerah Sikap Tanggapan masyarakat tentang Peraturan 10
Kabupaten masyarakat Daerah Kabupaten Agam Nomor 4
Agam Nomor 4 tentang KTR Tahun 2021 tentang KTR
Tahun 2021 Pengetahuan Hasil tahu/ informasi masyarakat tentang 10
Tentang masyarakat sanksi pelanggaran dalam Peraturan
Kawasan tentang sanksi Daerah Kabupaten Agam Nomor 4
Tanpa Rokok pelanggaran di Tahun 2021 tentang KTR
Di Kecamatan KTR
Palupuh Tahun
2022 Sikap Tanggapan masyarakat tentang sanksi 10
masyarakat pelanggaran dalam Peraturan Daerah
tentang sanksi Kabupaten Agam Nomor 4 Tahun 2021
pelanggaran di tentang KTR
KTR
Sosialisasi Promosi kesehatan atau penyuluhan yang 10
tentang KTR dilakukan oleh petugas tentang Kawasan
85

Tanpa Rokok
Dukungan Dukungan dari tokoh masyarakat berupa:
tokoh 1. Dukungan emosional
masyarakat 2. Dukungan penghargan
tentang KTR 3. Dukungan instrumental
4. Dukungan informatif
Pelaksanaan Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok
Peraturan sesuai Indikator:
Daerah 1.tidak ada orang merokok
Kabupaten 2.tidak terdapat ruangan khusus merokok
Agam Nomr 4 3.terdapat tanda larangan merokok
tahun 2021 4.tidak tercium asap rokok
tentang KTR 5.tidak terdapat asbak/ korek/pemantik
6.tidak ditemukan puntung rokok
7.tidak ditemukan adanya indikasi merek
atau sponsor, promosi dan iklan rokok
di area KTR
8.tidak ditemukan penjualan rokok di
KTR sesuai dengan peraturan yang
berlaku

Lampiran 4

KUESIONER

ANALISIS FAKTOR PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH


KABUPATEN AGAM NOMOR 4 TAHUN 2021 TENTANG
KAWASAN TANPA ROKOK DI KECAMATAN PALUPUH
TAHUN 2022

A. Karakteristik Responden
1. Nama : ...........................................................................
2. Umur : ...........................................................................
3. Jenis Kelamin : ................................. …………………………….
4. Pendidikan terakhir : ............................................................................
5. Pekerjaan : ………………………………………………….…
6. Alamat : …………………………………………………….
86

7. No.Hp : …………………………………………………….

Petunjuk Pengisian :
1. Bacalah setiap pertanyaan dibawah ini dengan benar atau teliti
2. Isilah jawaban yang disediakan menurut Bapak/Ibu/Saudara/i yang
paling tepat dengan memberikan tanda checklist (√ )

B. Pengetahuan Tentang Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 4


Tahun 2021 tentang KTR
1. Suatu area yang dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan
memproduksi, menjual, mengiklankan, dan atau mempromosikan produk
tembakau disebut...
a. Kawasan bebas merokok
b. Kawasan udara bersih
c. Kawasan tanpa rokok
d. Kawasan bebas asap
2. Kawasan Tanpa Rokok juga bermanfaat untuk lingkungan……
a. Yang lebih bersih dan lebih sehat
b. Yang lebih luas
c. Yang lebih ramai
d. Yang nyaman
3. Objek apa saja dalam pelaksanaan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok?
a. Ada atau tidaknya tanda “dilarang merokok” yang cukup jelas dan
mudah terbaca di pintu masuk gedung.
b. Ada atau tidaknya orang merokok di tempat yang telah ditetapkan
sebagai Kawasan Tanpa Rokok.
c. Ada atau tidaknya area atau ruangan merokok dalam gedung dengan
atau tanpa ventilasi untuk menghilangkan asap rokok.
d. Semua benar
4. Apakah Kecamatan Palupuh merupakan kawasan tanpa rokok?
a. Ya
b. Tidak akan
c. Bukan
d. Tidak tahu
87

5. Menurut anda, kenapa harus ada kawasan tanpa rokok tersebut? (jawaban
boleh lebih dari satu)
a. Di dalam rokok terdapat zat kimia yang berbahaya
b. Bahaya kesehatan yang ditimbulkan oleh rokok
c. Karena ada peraturan daerahnya
d. Tidak tahu
6. Menurut anda, apa tujuan ditetapkannya KTR?
a. Melindungi perokok.
b. Memberi ruang perokok untuk melakukan aktifitas merokok.
c. Menurunkan angka kesakitan dan kematian
d. Meningkatkan produksi rokok
7. Peraturan tentang Kawasan Tanpa Rokok di kecamatan Palupuh
adalah……
a. UUD 1945
b. Peraturan pemerintah
c. Peraturan gubernur
d. Peraturan bupati

8. Apakah anda tahu, sejak kapan diberlakukan peraturan tentang Kawasan


Tanpa Rokok tersebut?
a. Tahun 2020
b. Tahun 2021
c. Tahun 2022
d. Tidak tahu

C. Sikap terhadap Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 4 Tahun


2021 tentang KTR
Beri tanda √ pada sangat setuju (SS)/ ( setuju(S)/ tidak setuju (TS)/ sangat
tidak setuju (STS)
No Pernyataan SS S TS ST
S
1 Orang dengan aktifitas merokok sangat 4 3 2 1
mengganggu orang lain yang tidak merokok.
88

2 Ketika ada orang lain yang sedang merokok di 1 2 3 4


area KTR, saya tidak berhak menegurnya karena
di KTR ada Pengawasanya
3 Kawasan Tanpa Rokok merupakan upaya 1 2 3 4
perlindungan bagi mereka yang merokok.
4 Kawasan Tanpa Rokok harus di beri 4 3 2 1
tanda/petunjuk/peringatan dilarang merokok.
5 Saya tidak akan merokok di wilayah yang sudah 4 3 2 1
ditetapkan sebagai KTR.
6 Upaya pemerintah menaikkan harga rokok untuk 1 2 3 4
menurunkan angka populasi perokok.
7 Saya akan mengingatkan orang/masyarakat yang 4 3 2 1
merokok di area KTR.
8 Semua orang boleh merokok asal bukan di 1 2 3 4
lingkungan KTR
9 Harus dilakukan sosialisasi Kawasan Tanpa 4 3 2 1
Rokok di Kecamatan Palupuh
10Kecamatan Palupuh harusnya menjadi tempat 4 3 2 1
bebas asap rokok.

D. Pengetahuan Tentang Sanksi Pelanggaran Dalam Peraturan Daerah


Kabupaten Agam Nomor 4 Tahun 2021 tentang KTR
1. Dalam Peraturan Bupati Agam Nomor 4 Tahun 2021 tentang Kawasan
Tanpa Rokok, setiap orang yang berada pada KTR dilarang melakukan….
a. Menjual rokok dan iklan rokok
b. Memproduksi rokok
c. Merokok
d. Semua benar
2. Salah satu bentuk pelanggaran di KTR yaitu, kecuali:
a. menyediakan asbak rokok atau sejenisnya
b. adanya iklan atau promosi rokok
c. memasang tanda dilarang merokok
d. membuang puntung rokok
89

2. Dalam Peraturan Bupati Agam Nomor 4 Tahun 2021 tentang Kawasan


Tanpa Rokok, kawasan yang dinyatakan sebagai Kawasan Tanpa Rokok,
a. Tempat proses belajar mengajar
b. Tempat sarana kesehatan
c. Tempat kegiatan anak-anak
d. semua benar
3. Dalam Peraturan Bupati Agam Nomor 4 Tahun 2021 tentang Kawasan
Tanpa Rokok, setiap orang yang merokok di KTR dilarang akan dikenai
Sanksi administratif berupa…..
a. Teguran
b. Dipenjara
c. Dana
d. Diusir
4. Jika sanksi administratif telah dijatuhkan tetapi tidak dipatuhi atau
pelanggaran lebih dari satu kali, akan diberikan sanksi…………..
a. Teguran lisan
b. Teguran tulisan
c. Penghentian usaha
d. Pidana denda
5. Pelajar yang tertangkap sedang merokok akan diberikan sanksi….
a. Ditegur
b. Denda administratif sebesar Rp. 500.000, 00 (lima ratus ribu rupiah).
c. Dikurung
d. Dikembalikan kepada orang tua sesuai dengan ketentuan tata
tertib sekolah
6. Orang/Badan usaha yang memproduksi atau membuat rokok, menjual
rokok, menyelenggarakan iklan rokok, dan memproduksi rokok yang tidak
menerapkan KTR dikenai sanksi administratif berupa…..
a. Penghentian kegiatan usaha
b. Pembekuan dan pencabutan izin usaha
c. a dan b benar
d. a dan b salah
90

E. Sikap Terhadap Sanksi Pelanggaran Dalam Peraturan Daerah


Kabupaten Agam Nomor 4 Tahun 2021 tentang KTR
Beri tanda √ pada sangat setuju (SS)/ ( setuju(S)/ tidak setuju (TS)/ sangat
tidak setuju (STS)
No Pernyataan SS TS ST
S
1 Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 4 4 3 2 1
Tahun 2021 tentang KTR harus diterapkan di
Kecamatan Palupuh
2 Setiap pelanggaran pada orang yang merokok 4 3 2 1
dikenai sanksi berupa teguran lisan dan tertulis
3 Setiap orang dan/ atau badan usaha yang 4 3 2 1
memproduksi atau membuat rokok, menjual
rokok, menyelenggarakan iklan rokok, dan
memproduksi rokok yang tidak menerapkan
KTR dikenai sanksi administratif
4 Peraturan Bupati Agam Nomor 4 Tahun 2021 1 2 3 4
tentang Kawasan Tanpa Rokok, setiap badan
usaha yang berada pada KTR dilarang
melakukan memproduksi atau membuat rokok
menjual rokok, menyelenggarakan iklan rokok,
memproduksi rokok, merokok kecuali
mempunyai izin
5 Jika masih ada iklan rokok atau menjual rokok di 4 3 2 1
KTR harus diberi sanksi administratif Pidana
denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah)
6 Tidak semua orang yang melanggar area KTR 1 2 3 4
harus diberi sanksi.
7 Sanksi-sanksi yang diberlakukan membuat jera 4 3 2 1
perokok
8 Pelanggaran terhadap kawasan KTR perlu dicatat 1 2 3 4
apabila dilanggar.
9 Saat terjadi pelanggaran dengan merokok di 4 3 2 1
KTR harus membayar denda administratif
sebesar Rp. 500.000, 00 (lima ratus ribu rupiah).
10Pelajar dan/ atau anak yang melanggar larangan 4 3 2 1
merokok dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan
tata tertib sekolah.

F. Sosialisasi kepada masyarakat tentang Kawasan Tanpa Rokok di


Kecamatan Palupuh
91

Beri tanda √ pada sangat setuju (SS)/ ( setuju(S)/ tidak setuju (TS)/ sangat
tidak setuju (STS)
No Pernyataan SL TS
1 Setujukah anda bahwa sosialisasi merupakan
sarana penyampaian informasi tentang KTR di
Kecamatan Palupuh
2 Bentuk sosialisasi yang dilakukan oleh petugas
kesehatan melalui berbagai media, baik media
elektronik maupun media massa bahkan sampai
melakukan penyuluhan secara langsung ke
rumah-rumah membutuhkan informasi yang
lengkap dan jelas baik itu tujuan, manfaat,
pelanggaran dan sanksi yang ada
3 Petugas kesehatan memberikan informasi kepada
masyarakat dengan melengkapi penjelasan
melalui brosur, leafleat dll.
4 Pemasangan spanduk, plang dan tanda
peringatan di pinggir jalan atau di tempat-tempat
strategis lainnya yang berisi pesan singkat
tentang KTR yang mudah dimengerti dan
menarik sehingga mampu menyampaikan
tujuannya dengan baik.
5 Media sosialisasi dalam menyampaikan
informasi dapat diperoleh secara langsung
dengan cepat dan mudah serta informasi yang
diberikanpun sangat lengkap, akurat, terjamin,
kebenarannya dan up to date.
6 Petugas kesehatan melakukan sosialisasi dengan
mengajak serta tokoh masyarakat yang sudah
paham dengan KTR ini
7 Dalam pemberian sosialisasi sebaiknya diberikan
contoh kasus penggaran yang sudah diberikan
sanksi administrasi agar masyarakat dapat
menjadikan efek jera untuk melanggar
8 Sosialisasi KTR yang dilakukan petugas
mengingatkan saya akan pentingnya menjadikan
Kecamtan Palupuh Bebas Asap dengan adanya
KTR.
9 Semakin banyak sosialisasi KTR membuat saya
semakin paham dan menerapkan KTR di
kecamatan Palupuh
10Sosialisasi KTR yang dilakukan petugas
memberitahu saya atas adanya peraturan
Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 4
Tahun 2021 tentang KTR
92

G. Dukungan tokoh masyarakat di Kecamatan Palupuh tentang Peraturan


Daerah Kabupaten Agam Nomor 4 Tahun 2021 tentang Kawasan Tanpa
Rokok
Beri tanda √ pada Selalu (SL)/ Sering (S)/ Jarang (J)/ Tidak Pernah (TP)
No Pernyataan SL TP
1 Tokoh masyarakat menjadi narasumber dalam 4 3 2 1
sosialisasi KTR
2 Tokoh masyarakat melakukan sosialisasi KTR di 4 3 2 1
sela pertemuan musyawarah desa
3 Tokoh masyarakat melakukan sosialisasi KTR di 4 3 2 1
sela ceramah agama
4 Tokoh masyarakat mengajak masyarakatnya 4 3 2 1
untuk partisipasi dalam penerapan KTR di
Kecamatan palupuh
5 Tokoh masyarakat memimpin masyarakatnya 4 3 2 1
dalam penggerakan KTR dengan melarang jual
beli rokok di kecamatan Palupuh
6 Tokoh masyarakat mengawali perencanaan 4 3 2 1
program KTR di kecamatan Palupuh
7 Tokoh masyarakat memotivasi masyarakatnya 4 3 2 1
untuk partisipasi dalam pelaksanaan KTR di
Kecamatan Palupuh
8 Tokoh masyarakat menjadi contoh dalam 4 3 2 1
pelaksanaan KTR di Kecamatan Palupuh
9 Sebelum warga melakukan penerapan KTR, 4 3 2 1
tokoh masyarakat sudah memulainya terlebih
dahulu dalam hal bebas asap rokok dari
lingkungan keluarganya
10Tokoh masyarakat melakukan penerapan KTR 4 3 2 1
secara berkesinambungan

H. Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 4 Tahun 2021


tentang Kawasan Tanpa Rokok di Kecamatan Palupuh.

No Pernyataan Ya Tidak
1 Tidak ada orang yang merokok
2 tidak terdapat ruangan khusus merokok
3 terdapat tanda larangan merokok
4 tidak tercium asap rokok
5 tidak terdapat asbak/ korek/pemantik
93

6 tidak ditemukan puntung rokok


7 tidak ditemukan adanya indikasi merek atau
sponsor, promosi dan iklan rokok di area KTR

Lampiran 5

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM PADA KEPALA PUSKESMAS,


CAMAT DAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PALUPUH

I. Identitas Responden
Nomor :…………………...................................(diisi oleh peneliti)
Nama Informan : …………......................................................(inisial huruf)
Umur :…………tahun
Pendidikan Formal Terakhir : ……………………
II. Pertanyaan
A. Kebijakan
1. Kebijakan apa yang selama ini mendasari pelaksanaan Kawasan
Tanpa Rokok di Kecamatan Palupuh?
2. Apa saja tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan Kawasan
Tanpa Rokok di Kecamatan Palupuh?

B. SDM
1. Bagaimana Ketersediaan tenaga dalam pelaksanaan Kawasan Tanpa
Rokok di Kecamatan Palupuh?
94

(Probing: mencukupi atau tidak, apakah sesuai dengan latar


belakang pendidikan)
2. Apakah ada kendala dalam ketersediaan tenaga? Apa upaya dalam
mengatasinya? (diajukan bila ada kendala).

C. Dana
1. Bagaimana pendanaan pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok di
Kecamatan Palupuh?
(Probing: apakah ada sumber dana dan dari mana sumber
dananya?)
2. Kendala apa yang ditemui dalam hal pendanaan?
(Probing: Apa upaya mengatasinya?)

D. Sarana Prasarana
1. Bagaimana dengan sarana dan prasarana pelaksanaan Kawasan
Tanpa Rokok di Kecamatan Palupuh?
2. Kendala apakah yang ditemui dalam penyediaan sarana dan
prasarana tersebut? Bagaimana cara untuk mengatasi kendala
tersebut? (Bila ada ditemui kendala)

E. Evaluasi
1. Bagaimana hasil pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok di
Kecamatan Palupuh?
2. Dengan hasil pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok di Kecamatan
Palupuh yang telah berjalan ini, bagaimana pencapaian yang
sudah dilakukan? apa saja kendala dan hambatan dalam
pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok di Kecamatan Palupuh?
95

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM PADA MASYARAKAT DI


KECAMATAN PALUPUH
==========================================================
I. Identitas Responden
Nomor :…………………...................................(diisi oleh peneliti)
Nama Informan : …………......................................................(inisial huruf)
Umur :…………tahun
Alamat :…………………………………………………………….

II. Pertanyaan
PROSES
A. Supir angkutan umum
1. Apakah anda merokok? Jika iya, apakah saat berkendaraan anda merokok?
dan bagaimana respon penumpang anda saat anda merokok?
2. Apakah penumpang anda pernah menyampaikan tentang Rokok, KTR dan
Peraturan Daerah tentang KTR?
3. Bagaimana menurut anda proses pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok di
Kecamatan Palupuh?
4. Menurut anda, apakah mayoritas dari para perokok di kecamatan Palupuh
tidak mentaati peraturan Kawasan Anti Rokok ?
5. Menurut anda, apakah masyarakat kecamatan Palupuh kurang menerapkan
96

peraturan Kawasan Tanpa Rokok dengan baik ?


6. Apakah anda mengetahui bahwa larangan merokok di kecamatan Palupuh di
tetapkan melalui pemasangan stiker himbauan, plank dan tanda
peringantan ?
7. Sudahkah anda mentaati peraturan Kawasan Tanpa Rokok tersebut dengan
tidak merokok di KTR di Kecamatan Palupuh ?
8. Menurut anda, apakah pihak Kecamatan Palupuh kurang menerapkan
peraturan Kawasan Tanpa Rokok dengan baik ?
9. Apakah anda mengetahui mengenai sanksi yang diberikan pemerintah pada
pelanggar peraturan Kawasan Tanpa Rokok ?
10. Apakah anda mengetahui bahwa pihak Kecamatan Palupuh akan
memberikan sanksi moral terhadap pelanggar Kawasan Tanpa Rokok ?
11. Apakah anda menganggap bahwa sanksi moral yang diberikan oleh pihak
Kecamatan Palupuh kurang tegas ?
12. Apakah anda mengetahui bahwa pemerintah akan memberikan denda
maksimal Rp. 50.000.000,-pada pelanggar Kawasan Tanpa Rokok ?

B. Pasien puskesmas
1. Apakah di Puskesmas ada tempat merokok?
2. Apakah anda mengetahui tentang KTR? Jelaskan!
3. Bagaimana menurut anda proses pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok di
Kecamatan Palupuh khususnya puskesmas?
4. Menurut anda, apakah mayoritas dari para perokok di kecamatan Palupuh
tidak mentaati peraturan Kawasan Anti Rokok ?
5. Menurut anda, apakah masyarakat kecamatan Palupuh kurang menerapkan
peraturan Kawasan Tanpa Rokok dengan baik ?
6. Apakah anda mengetahui bahwa larangan merokok di kecamatan Palupuh di
tetapkan melalui pemasangan stiker himbauan, plank dan tanda
peringantan ?
7. Sudahkah anda mentaati peraturan Kawasan Tanpa Rokok tersebut dengan
tidak merokok di KTR di Kecamatan Palupuh ?
8. Menurut anda, apakah pihak Kecamatan Palupuh kurang menerapkan
97

peraturan Kawasan Tanpa Rokok dengan baik ?


9. Apakah anda mengetahui mengenai sanksi yang diberikan pemerintah pada
pelanggar peraturan Kawasan Tanpa Rokok ?
10. Apakah anda mengetahui bahwa pihak Kecamatan Palupuh akan
memberikan sanksi moral terhadap pelanggar Kawasan Tanpa Rokok ?
11. Apakah anda menganggap bahwa sanksi moral yang diberikan oleh pihak
Kecamatan Palupuh kurang tegas ?
12. Apakah anda mengetahui bahwa pemerintah akan memberikan denda
maksimal Rp. 50.000.000,-pada pelanggar Kawasan Tanpa Rokok ?

C. Penumpang angkutan umum


1. Apakah anda merokok? Jika iya, apakah saat di angkutan umum, anda
merokok?dan bagaimana respon sopir dan penumpang lainnya anda saat
anda merokok?
2. Apakah anda mengetahui tentang KTR? Jelaskan!
3. Bagaimana menurut anda proses pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok di
Kecamatan Palupuh khususnya puskesmas?
4. Menurut anda, apakah mayoritas dari para perokok di kecamatan Palupuh
tidak mentaati peraturan Kawasan Anti Rokok ?
5. Menurut anda, apakah masyarakat kecamatan Palupuh kurang menerapkan
peraturan Kawasan Tanpa Rokok dengan baik ?
6. Apakah anda mengetahui bahwa larangan merokok di kecamatan Palupuh di
tetapkan melalui pemasangan stiker himbauan, plank dan tanda
peringantan ?
7. Sudahkah anda mentaati peraturan Kawasan Tanpa Rokok tersebut dengan
tidak merokok di KTR di Kecamatan Palupuh ?
8. Menurut anda, apakah pihak Kecamatan Palupuh kurang menerapkan
peraturan Kawasan Tanpa Rokok dengan baik ?
9. Apakah anda mengetahui mengenai sanksi yang diberikan pemerintah pada
pelanggar peraturan Kawasan Tanpa Rokok ?
10. Apakah anda mengetahui bahwa pihak Kecamatan Palupuh akan
98

memberikan sanksi moral terhadap pelanggar Kawasan Tanpa Rokok ?


11. Apakah anda menganggap bahwa sanksi moral yang diberikan oleh pihak
Kecamatan Palupuh kurang tegas ?
12. Apakah anda mengetahui bahwa pemerintah akan memberikan denda
maksimal Rp. 50.000.000,-pada pelanggar Kawasan Tanpa Rokok ?

Anda mungkin juga menyukai