MAKALAH KOMPOL Kel.9

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“PERAN MEDIA DAN EFEK KOMUNIKASI MASSA DALAM PEMBENTUKAN OPINI


PUBLIK”
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Komunikasi Politik

Dosen Pengampu: Pia Khoirotun Nisa, M.I.Kom

Disusun oleh:

Kelompok 9 (KPI 6 E)

Bintang Pramudya 11200510000083


M Yusril Muharrom 11200510000099
Niken Karnelia 11200510000105
Dhita Shofiana 11200510000128
Fakhriyah Alfiyani 11200510000132
Rahmi Dania 11200510000143
Realita Anis Falilla 11200510000147
Syathalya Reri Ayilla 11200510000151

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur Alhamdulilah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dengan izin dan ridha-Nya
segalaurusan dapat diselesaikan. Atas rahmat dan kasih sayang-Nya, makalah ini dapat
diselesaikan. Berikut ini, penulis akan persembahkan makalah yang berjudul “PERAN
MEDIA DAN EFEK KOMUNIKASI MASSA DALAM PEMBENTUKAN OPINI
PUBLIK”.

Shalawat serta salam tidak lupa kami haturkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari zaman kegelapan
hinggazaman terang benderang seperti sekarang ini.

Terima kasih pula kami ucapkan kepada dosen mata kuliah Komunikasi Politik Pia
Khoirotun Nisa, M.I.Kom dan juga teman-teman yang telah berkontribusi dalam
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa tersusun dengan baik dan rapi.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, baik dari bentuk
penyusunan maupun secara keseluruhan. Apabila terdapat salah penulisan dalam
makalah ini, maka penulis meminta maaf dan masukan berupa kritik konstruktif untuk
menyempurnakan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapatbermanfaat bagi kita
semua, khususnya menambah keilmuan kita dalam bidangkonglomerasi media.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 23 Mei 2023

Kelompok 9
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI .................................................................................................................................................... 3
BAB I ................................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................ 4
A. Latar Belakang .......................................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................................................... 4
BAB II ............................................................................................................................................................... 5
PPEMBAHASAN ............................................................................................................................................ 5
A. Kajian Teoritis .......................................................................................................................................... 5
1. Pengertian Media Massa........................................................................................................................ 5
2. Peran Media Massa................................................................................................................................ 6
3. Efek Komunikasi Massa Dalam Pembentukan Opini Publik ................................................................ 7
4. Opini Publik......................................................................................................................................... 10
B. Studi Kasus ............................................................................................................................................. 11
BAB III ........................................................................................................................................................... 13
PENUTUP ...................................................................................................................................................... 13
Kesimpulan .................................................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Media massa saat ini atau bisa juga disebut media baru telah menghadirkan demokratisasi.
Gelombang ini berbasiskan media baru terus berkembang seiring perkembangan dan kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi. Dengan adanya media baru, komunikasi massa menjadi lebih
interaktif dan tidak dibatasi lagi oleh hambatan seperti ruang dan waktu.
Penggunaan media sosial harus sejalan dengan upaya memberikan informasi yang benar,
tidak mengabaikan etika dan kebenaran informasi sebelum dipublikasikan. Media massa memiliki
peran yang penting dalam penyebaran opini dan kenyataannya adalah media membantu
menciptakan opini publik dan membentuk apa yang harus dipikirkan oleh publik (Nimmo,
2006:27).1
Opini Publik atau public opinion sebagai sebuah fenomena dalam kehidupan sosial dan
politik mulai banyak dikenal dan dipakai pada akhir abad ke-18 di Eropa dan Amerika Serikat.
Pemakaian istilah itu berkaitan dengan politik dan komunikasi politik ketika Alquin menyerukan,
“vox populi, vox dei” (suara rakyat adalah suara tuhan). Hal ini berkaitan dengan berkembangnya
gagasan tentang pentingnya kemerdekaan berserikat dan kebebasan menyatakan pendapat di depan
umum sebagai salah salah satu elemen penting dalam membangun demokrasi (Anwar, 2003:115).2
Dengan adanya media yang menyebarkan informasi dan menciptakan opini publik, tentu ada
efek komunikasi massa. Efek disini membuat perubahan di dalam diri audience akibat terpaan
pesan-pesan media. Menurut David Berlo, perubahan perilaku biasanya didahului oleh perubahan
sikap, dan perubahan sikap biasanya didahului oleh perubahan pengetahuan. Efek diketahui
melalui tanggapan khalayak (response audience) yang digunakan sebagai umpan balik (feed back).
Jadi, umpan balik merupakan sarana untuk mengetahui efek (Wiryanto, 2000).3

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran media dalam pembentukkan opini publik?
2. Bagaimana efek komunikasi massa dalam pembentukkan opini publik?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui peran media dalam pembentukkan opini publik.
2. Untuk mengetahui efek komunikasi massa dalam pembentukkann opini publik.

1
Nimmo, Dan. 2006. Komunikasi Politik: Khalayak dan Efek. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hal.27.
2
Arifin, Anwar. 2003. Komunikasi Politik, Paradigma-Teori-Aplikasi-Strategi & Komunikasi Politik Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka. Hal.115.
3
Wiryanto. 2000. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Garsindo. Hal.39.
BAB II
PPEMBAHASAN

A. Kajian Teoritis

1. Pengertian Media Massa

Media massa (mass media) terdiri dari dua kata yaitu “media” dan “massa”. Kata media
dekat dengan pengertian “medium”, “moderta” yang berarti tengah, sedang, penengah atau
penghubung. Atau secara sosial-politis, “media” merupakan tempat, wahana, forum, atau lebih
tepat lembaga penengah. Sedang “massa” adalah sesuatu yang tidak pribadi, sesuatu yang tidak
personal, melainkan sesuatu yang berhubungan dengan orang banyak. Dengan demikian media
massa adalah suatu lembaga netral yang berhubungan dengan orang banyak atau lembaga yang
netral bagi semua kalangan atau masyarakat banyak (Niryawan, 2007).4
Media massa adalah salah satu sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia akan
informasi maupun hiburan. Media massa merupakan hasil produk teknologi modern sebagai
saluran dalam komunikasi massa.
Merupakan salah satu elemen penting dalam proses komunikasi massa. Saluran yang
disebut media massa tersebut diperlukan dalam berlangsungnya komunikasi massa.
Berdasarkan bentuknya, media massa dikelompokkan atas:
1) Media cetak (printed media), yang mencakup surat kabar, majalah, buku, brosur, dan
sebagainya.
2) Media elektronik, seperti radio, televisi, film, slide, video, dan lain-lain (Vivian, 2008).5

(Shirley Biagi, 2010)6 Menyebutkan tiga konsep penting tentang media massa yaitu:
1) Media massa adalah suatu bentuk usaha yang berpusat pada keuntungan.
2) Perkembangan dan perubahan dalam pengiriman dan pengonsumsian media massa,
dipengaruhi oleh perkembangan teknologi.
3) Media massa senantiasa mencerminkan sekaligus mempengaruhi kehidupan masyarakat,
dunia politik, dan budaya.

Media massa pada awalnya dikenal dengan istilah pers yang berasal dari bahasa Belanda,
yang dalam bahasa Inggris berarti press. Secara harafiah pers berarti cetak, dan secara
maknawiah berarti penyiaran secara tercetak atau publikasi secara tercetak (print publications).

4
Hari Niryawan. (2007). Dasar-Dasar Hukum Media. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
5
Vivian, Jhon. (2008). Teori Komunikasi Massa. Edisi kedelapan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
6
Biagi, Shirley. (2010). Media/Impact : Pengantar Media Massa. Jakarta: Salemba Humanika.
Dalam perkembangannya pers mempunyai dua pengertian, yakni pers dalam pengertian sempit
dan pers dalam pengertian luas. Pers dalam arti luas adalah meliputi segala penerbitan, termasuk
media massa elektronika, radio siaran dan televisi siaran, sedangkan pers dalam arti sempit
hanya terbatas pada media massa cetak, yakni surat kabar, majalah dan bulletin kantor berita.

McLuhan bersama Quentin Fiore menyatakan bahwa media pada setiap zamannya
menjadi esensi masyarakat.Mereka mengemukakan adanya empat era atau zaman (epoch)
dalam sejarah media, dan masing-masing era berhubungan dengan mode komunikasi dominan
pada era bersangkutan. Lebih jauh, McLuhan menyatakan bahwa media berfungsi sebagai
kepanjangan indra manusia pada masing-masing era yaitu : kesukuan (tribal); tulisan (literate);
cetak (print); dan elektronik (Morissan, 2014).7

2. Peran Media Massa

Media massa sendiri memiliki berbagai peran, salah satunya ialah dalam mempengaruhi
sikap dan perilaku seseorang maupun sekelompok orang ataupun masyarakat (Waziz, 2012).8
Media mempengaruhi pandangan masyarakat dalam proses pembentukan opini atau sudut
pandangnya. Media massa dapat dikatakan merupakan senjata yang ampuh bagi perebutan citra
(image) (Bungin, 2001).9
Peran Media Massa Media merupakan sarana bagi komunikasi dalam menyiarkan
informasi, gagasan dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak. Hal
ini menunjukan media massa merupakan sebuah institusi yang penting bagi masyarakat.
Asumsi ini didukung oleh McQuail dengan mengemukakan pemikirannya tentang media massa
: Media merupakan indrustri yang berubah dan berkembang yang menciptakan lapangan kerja,
barang dan jasa, serta menghidupkan indrustri lain yang terkait, media juga merupakan indrustri
tersendiri yang memiliki peraturan dan norma-norma yang menghubungkan institusi tersebut
dengan masyarakat dan institusi sosial lainnya, di lain pihak, institusi diatur olah masyarakat.
Media massa merupakan sumber kekuatan alat kontrol, manajemen, dan inovasi dalam
masyarakat yang dapat di dayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya lainnya.
Media merupakan lokasi atau forum yang semakin berperan, untuk menampilkan pristiwa
peristiwa kehidupan masyarakat, baik bertaraf nasional maupun internasional.
Media sering sekali sebagai wahana pengembangan kebudayaan, bukan saja dalam
pengertian pengembangan bentuk seni dan simbol, tetapi juga dalm pengertian pengembangan

7
Morissan. (2014). Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana Prena damedia Group.
8
Kun Wazis. (2012). Media Massa dan Konstruksi Realitas. Malang: Aditya Media Publishing.
9
Burhan Bungin. (2001). Imaji Media Massa. Yogyakarta: Jendela.
tata cara, mode, gaya hidup dan norma-norma.
Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh
gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif,
media menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif yangdileburkan dengan berita dan
hiburan.
Pada abad ke-18 dan 19, media dijadikan sebagai alat propaganda, dan itu menjadi
penting di dunia politik seiring dengan adanya pertumbuhan informasi, permintaan kebebasan
pres, berpendapat, berorganisasi, dan terlibat di lembaga pemerintahan (Nuruddin, 2001).10

3. Efek Komunikasi Massa Dalam Pembentukan Opini Publik


Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai proses komunikasi yang berlangsung di
mana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya massal
melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti radio, televisi, surat kabar dan film.
Efek adalah perubahan-perubahan yang terjadi di dalam diri audience akibat keterpaan
pesan-pesan media. David Berlo mengklasifikasikan efek atau perubahan dalam ranah
pengetahuan, sikap dan perilaku nyata. Perubahan perilaku biasanya didahului oleh perubahan
sikap, dan perubahan sikap biasanya didahului oleh perubahan pengetahuan. Efek diketahui
melalui tanggapan khalayak (response audience) yang digunakan sebagai umpan balik (feed
back). Jadi, umpan balik merupakan sarana untuk mengetahui efek.
Ada tiga dimensi efek komunikasi massa, yaitu kognitif, afektif dan behavioral atau konatif.
1) Efek Kognitif adalah hasil yang ada pada komunikan yang bersifat informatif baginya.
Pengaruh kognitif meliputi peningkatan kesadaran, pembelajaran, dan pengetahuan
tambahan. Melalui media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau
tempat yang belum pernah kita kunjungi secara langsung. Mirip dengan model di Jakarta
ada area media baru di mana kita berusaha memahami informasi di media massa sehingga
kita akan tahu tanpa kita mengunjungi tempat itu secara langsung.
2) Efek afektif berkaitan dengan emosi, perasaan, dan sikap. Dari segi dampak afektif, tujuan
awal komunikasi massa tidak hanya sekedar menginformasikan kepada khalayak agar
mereka dapat memahami sesuatu, tetapi lebih dari itu, setelah mengetahui informasi yang
mereka terima, khalayak harus dapat merasakannya. Misalnya, setelah kita mendengar atau
membaca berita tentang artis kawakan Roy Marten yang dipenjara karena kasus
penyalahgunaan narkoba, kita akan merasa jengkel, iba, atau bisa bahagia. Perasaan jengkel,
jengkel, atau marah dapat diartikan sebagai perasaan kesal terhadap perbuatan Roy Marten.

10
Nurudin. (2001). Komunikasi Propaganda. Bandung : Remaja Rosdakarya.
3) Efek Behavioral merupakan akibat timbulnya pada diri khalayak dalam bentuk perilaku,
tindakan atau kegiatan. Pernyataan ini mencoba mengungkapkan tentang efek komunikasi
massa pada perilaku, tindakan dan gerakan khalayak yang tampak dalam kehidupan sehari-
hari. Adegan kekerasan dalam televisi atau film akan menyebabkan orang menjadi beringas.
Siaran kesejahteraan keluarga yang banyak disiarkan dalam televisi menyebabkan para ibu
rumah tangga memiliki keterampilan baru. Pernyataan – pernyataan ini mencoba
mengungkapkan tentang efek komunikasi massa pada perilaku, tidndakan dan gerakan
khalayak yang tampak dalam kehidupan sehari – hari.

Pengaruh komunikasi massa dapat dilihat dari dimensi lain, yaitu: langsung atau
kondisional, spesifikasi atau penyebaran umum, perubahan atau pemantapan, kumulatif atau
nonkumulatif, jangka pendek dan jangka panjang, mikro atau makro, dan dampak proporsional
atau antisosial. (Gonzalez dalam Jahi, 1988).11
Menurut McLuhan dalam Rakhmat (2011) dengan media massa, kita memperoleh
informasi tentang objek, orang, atau tempat yang tidak kita alami secara eksklusif. Media massa
datang untuk menyampaikan informasi tentang lingkungan sosial dan politik. berita dapat
menghasilkan, mempertahankan, atau mendefinisikan sebuah gambar. karena media massa
memberitakan dunia secara selektif, tentu media massa mempengaruhi pembentukan citra
tentang lingkungan sosial yang timpang, bias, dan tidak akurat.
Salah satu proses komunikasi yang berkaitan dengan terbentuknya opini publik dalam
proses politik adalah komunikasi massa. Dalam hal ini, media massa mentranformasikan pesan-
pesan presiden, KPU, partai politik, dan komunikator politik mengenai kebijakan proses politik.
Walter Lippmann dalam bukunya yang berjudul Public Opinion mengatakan bahwa media
memiliki peran dalam mendefinisikan dunia. Media memegang peranan sebagai mediator yang
akan mempertemukan realitas dengan gambaran yang ada dalam pikiran atau dalam bahasa
Lippmann “The World Outside and the Pictures in Our Head”. Menurut McComb (1994),
istilah agenda-setting sinonim dengan peran media massa dalam membentuk opini dan persepsi
publik tentang isu-isu penting (Effendy, 2000).12 Graber (1982) menyatakan bahwa opini publik
menganggap orang aktif secara mental dan terlibat dalam membentuk dan mendukung pendapat
mereka sendiri (Perse, 2001).13
Pemilihan opini publik didasarkan kepada jumlah mayoritas yang efektif, dan bukan pada
jumlah mayoritas secara keseluruhan. Opini publik menggunakan subjek berupa permasalahan

11
Amri Jahi, 1988, Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di NegaraNegara Dunia Ketiga, PT Gramedia,
Jakarta.
12
Effendy, Onong Uchjana. 2000, Ilmu Komunikasi dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
13
Perse, Elizabeth M. 2001. Media Effects and Society. Mahwah, NJ : Lawrence Erlbaum Associates, Inc.
baru yang mengandung pernyataan yang bersifat kontroversial. Sifat dari pernyataannya adalah
memiliki suatu hal yang bertentangan, dan menjadi reaksi pertama atau sebuah gagasan baru.
Dalam upaya membangun citra dan opini publik yang positif, sebagai komunikator
politik, para politikus selalu memandang bahwa pesan politik apa pun yang disampaikan kepada
khalayak melalui media massa pasti akan menimbulkan efek yang positif. Itulah kenapa
kegiatan kampanye politik atau sosialisasi politik dilakukan melalui pidato pada rapat umum
atau media massa. Banyak komunikator atau politikus yang menganggap bahwa efek dari opini
publik dapat diramalkan, diciptakan, atau direkayasa melalui perencanaan awal. Inilah pola
lama yang sesungguhnya menempatkan khalayak pada posisi pasif, tidak berdaya, dan seperti
botol kosong. Pada konteks sekarang ini, masyarakat cenderung mempunyai informasi dan
pengetahuan mengenai aktor politik serta tindakan politik yang diperoleh dari media. Namun,
bagaimana pun banyaknya informasi, khalayak selalu mempunyai kemungkinan untuk
dipengaruhi oleh aktor politik, walau tidak semudah pada era di mana media belum semudah
ini diaksek oleh khalayak.
Komunikasi massa menjadi bagian penting pembentukan opini publik dalam aktivitas dan
proses politik. Hampir tidak ada opini masyarakat yang mampu menyebar luas tanpa
pemanfataan media massa, termasuk media baru (new media). Media baru semakin banyak
digunakan dalam politik untuk membentuk opini publik. Contoh: Obama berhasil
memanfaatkan Facebook pada kampanye Pemilu 2008 di Amerika Serikat. Melalui Facebook,
Obama menyebarkan slogan “We Can Change” yang sangat terkenal hingga akhirnya ia
memenangi pemilu dan terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat.
Bernard Hennessy (1990) dalam bukunya Pendapat Umum, mengemukakan lima faktor
pembentuk opini publik:
1) Adanya isu (presence of an issue). Harus terdapat konsensus yang sesungguhnya, opini
publik berkumpul di sekitar isu. Isu dapat didefenisikan sebagai suatu kontemporer yang di
dalamnya mungkin tidak terdapat kesepakatan atau kontroversi juga konflik kontemporer.
2) Adanya kelompok yang dikenal dan berkepentingan terhadap suatu isu (nature of public).
3) Adanya pilihan yang sulit (complex of preferences) mengacu pada totalitas opini para
anggota masyarakat tentang suatu isu.
4) Adanya suatu pernyataan/opini (expression of opinion). Berbagai pernyataan bertumpuk
sekitar isu. Pernyataan biasanya melalui kata-kata yang diucapkan atau ditulis. Menurut
Bernard Hennessy, opini publik internal mengacu pada sikap ketidakberkenaan publik
terhadap isu tertentu yang tidak diungkapkan. Sementara opini publik tersembunyi mengacu
pada sikap publik mengenai suatu isu, namun tidak menggugah atau memengaruhi
perilakunya.
5) Adanya sejumlah orang yang terlibat (number of persons involved). Publik adalah besarnya
masyarakat yang menaruh perhatian terhadap isu. Dengan maksud mengesampingkan isu-
isu kecil dengan pernyataanpernyataan yang tidak begitu penting dari individu yang sifatnya
sangat pribadi (Olii, 2007). (Wahid,2016).14
4. Opini Publik

Noelle-Neumann mendefenisikan opini publik adalah sikap atau tingkah laku yang
ditunjukkan seseorang kepada khalayak jika ia tidak ingin dirinya terisolasi; dalam hal
kontroversial, opini publik adalah sikap yang ditunjukkan seseorang kepada khalayak tanpa
harus membahayakan dirinya sendiri yaitu berupa pengucilan (Morissan, 2008).15 Untuk
mengembangkan opini publik yang positif terhadap suatu badan publik harus diberi
peneranganpenerangan yang lengkap dan objektif mengenai kegiatan-kegiatan yang
menyangkut kepentingan mereka, sehingga dengan demikian akan timbul pengertian
daripadanya. Selain dari pendapat-pendapat dan saran dari publik mengenai kebijaksanaan
badan itu harus diperhatikan dan dihargai.

Menurut Emory Begardus opini publik adalah hasil pengintegrasian pendapat


berdasarkan diskusi yang dilakukan didalam masyarakat demokratis. Opini publik bukan
merupakan seluruh jumlah pendapat individu-individu yang dikumpulkan, dengan demikian
berarti:
a) Opini publik itu bukanmerupakan kata sepakat (senstemimig, unanimous)
b) Tidak merupakan jumlah pendapat yang dihitung secara “numerical” yakni berapa jumlah
orang terdapat dimasing-masing pihak, sehingga mayoritas opini dapat disebut opini publik.
c) Opini publik hanya dapat berkembang dinegara-negara demokratis dimana terdapat
kebebasan bagi tiap individu untuk menyatakan pendapatnya dengan lisan, tertulis, gambar-
gambar, isyarat dan lambang-lambang lainnya yang dapat dimengerti.

Kebebasan menyatakan opini pengembangannya dimasyarakat tidak akan lepas dari


sistem pers yang dianut oleh masyarakat itu sendiri. Dinegaranegara demokratis terdapat
“freedom of the pers”, sehingga opini yang dinyatakan publik dapat dikembangkan atau
disebarluaskan dengan melalui pers (termasuk radio, film dan televisi bahkan fotografi).
William Albig mengemukakan bahwa opini publik adalah hasi daripada interaksi antara

14
Umaimah Wahid. (2016). Komunikasi Politik: Teori Konsep dan Aplikasi Pada Era Media Baru. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media.
15
Morissan. (2008). Manajemen Public Relations, Strategi Menjadi Humas Profesional. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
individu-individu dalam kelompok apa saja. Ini berarti bahwa opini publik itu timbul karena
adanya interaksi antara individu-individu yang menyatakan pendapatnya (Abdurrachman,
2001).16

B. Studi Kasus

“Turunnya elektabilitas Ganjar dan PDI Perjuangan dianggap karena salah perhitungan
terkait isu Piala Dunia U-20 dan Israel. Mereka ingin menjaring suara kelompok Islam,
tetapi justru banjir kritik”

Dalam studi kasus ini mengambil survei terbaru yang dilakukan oleh Lembaga Survei
Indonesia (LSI), elektabilitas Ganjar Pranowo menukik cukup tajam. Pada awal 2023, Gubernur
Jawa Tengah itu sempat mencapai puncak elektabilitasnya, yaitu memperoleh 27,2 persen suara
responden. Namun pada bulan ini anjlok menjadi 19,8 persen. Sedangkan elektabilitas Ketua
Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto selisih tipis 0,5 persen di bawahnya.

Tidak hanya itu, Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan juga mengalami penurunan
yang cukup signifikan. Pada survei yang digelar pada 31 Maret hingga 4 April 2023 itu, PDI
Perjuangan memperoleh tingkat elektabilitas 17,7 persen. Walaupun masih menjadi partai yang
paling populer, angka itu turun dibandingkan perolehan pada Januari lalu, yang sebesar 21,9
persen. Sedangkan Partai Gerindra justru memperoleh kenaikan elektabilitas.

Selain itu, dalam simulasi pemilihan presiden dengan tiga kandidat, Ganjar hanya
memperoleh 26,9 persen suara. Dengan itu, ia harus puas berada di posisi ke-2. Prabowo Subianto
memimpin karena mengantongi 30,3 persen suara responden. Adapun posisi ketiga ditempati
Anies Baswedan dengan 25,3 persen suara.

Dalam survei dan simulasi serupa pada Februari lalu, Ganjar sempat memimpin dengan 36,3
persen perolehan suara. Posisi kedua ditempati Prabowo dengan 24,2 persen suara. Sementara itu,
di posisi ketiga, ada Anies Baswedan dengan 23,2 persen perolehan suara. Dengan itu,
dibandingkan simulasi sebelumnya, Prabowo dan Anies mengalami peningkatan suara. Sedangkan
Ganjar turun cukup drastis.

Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan mengatakan setidaknya ada dua faktor utama

16
Abdurachman, Oemi. (2001). Dasar-dasar Public Relations. Bandung: Citra Aditya Bakti.
menurunnya elektabilitas Ganjar. Pertama, gencarnya endorsement Presiden Joko Widodo
(Jokowi) kepada Prabowo Subianto. Menurutnya, kedekatan Presiden dengan Prabowo membuat
pendukung dan loyalis Jokowi merasa memiliki opsi selain Ganjar untuk 2024.

Mereka yang ragu mendukung Ganjar akan beralih mendukung Prabowo. Menurut Djayadi,
pada survei Februari lalu, pendukung Jokowi yang memilih Ganjar berada di kisaran 56-60 persen.

Hal tersebut juga didasarkan pada komentar salah satu pemain Timnas U-20 @hokkycakra_
pada akun sosial media Ganjar Pranowo sehingga membentuk berbagai opini pada public.

Adapun faktor kedua, menurut dosen senior Universitas Paramadina, Jakarta, itu, gagalnya
Piala Dunia U-20 digelar di Indonesia. Ganjar dianggap sebagai salah satu tokoh publik yang
memiliki andil besar dalam gagalnya turnamen itu karena menolak kedatangan tim Israel. Padahal,
Djayadi menjelaskan, para pendukung agenda internasional sepakbola itu berasal dari kalangan
pendukung Jokowi dan Ganjar.

Namun disamping menurunnya elektabilitas Ganjar Pemakalah juga menemukan suatu hal
pada penolakan yang dilakukan oleh Ganjar yaitu merupakan suatu loyalitas Ganjar terhadap
Partai PDIP yang juga menolak Timnas Israel bertanding di Indonesia.

Pada kasus ini Ganjar harus mampu menaikkan elektabilitasnya dalam waktu dekat ini,
Jika elektabilitas dia terus menurun, peluang mendapat tiket capres dari parpol kian tipis
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Media massa memiliki pengaruh besar dalam membentuk opini publik melalui saluran
komunikasi yang luas, seperti cetak, televisi, radio, dan media sosial. Pemberitaan media massa
dapat mempengaruhi persepsi, sikap, dan pengetahuan masyarakat terhadap isu-isu tertentu.
Penekanan pada topik tertentu, framing yang digunakan, dan penyajian informasi yang selektif
dapat mempengaruhi cara masyarakat memahami dan merespons suatu isu. Media massa juga
berperan dalam membentuk agenda publik dengan menentukan isu-isu yang diperbincangkan
secara luas. Mereka memiliki kekuatan untuk menentukan topik yang dianggap penting oleh
masyarakat. Efek dari komunikasi massa itu sendiri yaitu dapat mempengaruhi perhatian
masyarakat terhadap isu-isu tertentu dan memengaruhi prioritas dan evaluasi mereka terhadap
pemimpin politik atau kebijakan publik. Meskipun media massa memiliki pengaruh yang
signifikan, opini publik juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti adanya isu (presence of
an issue), adanya kelompok yang dikenal dan berkepentingan terhadap suatu isu (nature of public),
adanya pilihan yang sulit (complex of preferences), adanya suatu pernyataan/opini (expression of
opinion), adanya sejumlah orang yang terlibat (number of persons involved).
DAFTAR PUSTAKA

Buku :
Abdurachman, Oemi. (2001). Dasar-dasar Public Relations. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Ahmad, Tosepu Yusrin. (2018). Media Baru dalam Komunikasi Politik. Surabaya: Jakad Publishing.
Amri Jahi, 1988, Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di NegaraNegara Dunia Ketiga,
PT Gramedia, Jakarta.
Arifin, Anwar. 2003. Komunikasi Politik, Paradigma-Teori-Aplikasi-Strategi & Komunikasi Politik
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Biagi, Shirley. (2010). Media/Impact : Pengantar Media Massa. Jakarta: Salemba Humanika.
Burhan Bungin. (2001). Imaji Media Massa. Yogyakarta: Jendela.
Effendy, Onong Uchjana. 2000, Ilmu Komunikasi dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Hari Niryawan. (2007). Dasar-Dasar Hukum Media. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kun Wazis. (2012). Media Massa dan Konstruksi Realitas. Malang: Aditya Media Publishing.
Morissan. (2008). Manajemen Public Relations, Strategi Menjadi Humas Profesional. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Morissan. (2014). Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana Prena damedia
Group.
Nimmo, Dan. 2006. Komunikasi Politik: Khalayak dan Efek. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nurudin. (2001). Komunikasi Propaganda. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Perse, Elizabeth M. 2001. Media Effects and Society. Mahwah, NJ : Lawrence Erlbaum Associates,
Inc.
Umaimah Wahid. (2016). Komunikasi Politik: Teori Konsep dan Aplikasi Pada Era Media Baru.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Vivian, Jhon. (2008). Teori Komunikasi Massa. Edisi kedelapan. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Wiryanto. 2000. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Garsindo.

Jurnal:
Choiriyati, Sri. (2015). Peran Media Massa Dalam Membentuk Opini Publik. Jurnal Perspektif, Vol
2, No. 2, pp 21-27

Anda mungkin juga menyukai