Laporan Kasus Ririn Dwi S
Laporan Kasus Ririn Dwi S
Laporan Kasus Ririn Dwi S
STROKE HEMORRHAGIC
Oleh:
dr. Ririn Dwi Saputri
Pembimbing:
Oleh:
dr. Ririn Dwi Saputri
Prabumulih, 2023
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, saya bisa menyelesaikan laporan kasus ini. Penulisan laporan
kasus ini dilakukan dalam rangka memenuhi syarat dalam mengikuti kegiatan
Internship Rumah Sakit Umum Daerah Prabumulih. Saya menyadari bahwa, tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa kepaniteraan klinik sampai
pada penyusunan laporan kasus ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan
laporan kasus ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1) dr. Apriani, Sp.S, selaku pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga,
dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan laporan kasus ini;
2) Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan kasus ini
Palembang, 2023
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL……………………………………………………………………………
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................
KATA PENGANTAR.............................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………
BAB IV PEMBAHASAN.........................................................................................
BAB V KESIMPULAN...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia, sekitar 15,4%. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kemenkes RI tahun
2013 menunjukkan telah terjadi peningkatan prevalensi stroke di Indonesia dari 8,3 per
mil (tahun 2007) menjadi 12,1 per mil (tahun 2013). Prevalensi penyakit Stroke
tertinggi di Sulawesi Utara (10,8per mil), Yogyakarta (10,3 per mil), Bangka Belitung
Kasus stroke termasuk dalam Standar Kompetensi Dokter dengan grade 3B,
yang berarti dokter umum harus mampu mendiagnosa klinik berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan sederhana. Dokter umum harus mampu
memutuskan dan memberikan terapi pendahuluan, serta merujuk ke spesialis yang
relevan (kasus gawat darurat).Diharapkan laporan kasus ini dapat menambah informasi
dan wawasan mengenai stroke, sehingga kompetensi yang diharapkan dapat tercapai.
BAB II
LAPORAN KASUS
Nama : Ny. K
Umur : 53 tahun
Keluhan utama:
kamar mandi dan os tidak sadarkan diri , lalu 3 jam kemudian os sandar dan
mengeluhkan kelemahan disisi tubuh kanan dan berbicara pelo, Saat serangan,
penderita mengalami sakit kepala, mual muntah tidak ada, tidak disertai kejang.
selama +- 1 bulan ini, os memiliki riwayat darah tinggi sejak ± 4 tahun yang lalu,
penderita tidak rutin minum obat & kontrol secara teratur. Riwayat penyakit
diabetes mellitus tidak ada. Riwayat trauma tidak ada, riwayat penyakit jantung
DM (-)
Asma (-)
Hipertensi (-)
Asma (-)
Status Presens
Kesadaran : E4V5M6
Tanda Vital
TD : 176/102 mmHg
Nadi : 87 x/menit
RR : 20x /menit
Suhu : 36,8 °C
Status Psikiatrikus
A. Kepala
Bentuk : Brachiocephali
Ukuran : Normocephali
Simetris : Simetris
B. Leher
C. Saraf-saraf Otak
1. Nervus Olfaktotius
Kanan Kiri
Penciuman Normal Normal
Anosmia Tidak ada Tidak ada
Hyposmia Tidak ada Tidak ada
Parosmia Tidak ada Tidak ada
2. Nervus Opticus
Kanan Kiri
Visus Tidak ada Tidak ada
Campus Visi Tidak ada Tidak ada
Campus Visi Tidak ada Tidak ada
Anopsia Tidak ada Tidak ada
Hemianopsia Tidak ada Tidak ada
Fundus Oculli
Papil Edma Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Papil atrofi Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Perdarahan retina Tidak diperiksa Tidak diperiksa
3. Nervus Occulomotorius, Trochlearis, Abducens
Kanan Kiri
Diplopia Tidak ada Tidak ada
Celah mata Normal Normal
Ptosis Tidak ada Tidak ada
Sikap bola mata
Strabismus Tidak ada Tidak ada
Exopthalmus Tidak ada Tidak ada
Exopthalmus Tidak ada Tidak ada
Deviation conjugae Tidak ada Tidak ada
Gerakan bola mata Segala arah Segala arah
Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Diameter 3 mm 3 mm
Isokor/anisokor Isokor Isokor
Midriasis/miosis Tidak ada Tidak ada
Reflek Cahaya
Langsung Positif Positif
Konsensuil Positif Positif
Akomodasi Positif Positif
Argyl Robertson Negatif Negatif
4. Nervus Trigeminus
Motorik
Kanan Kiri
Menggigit Lemah Kuat
Trismus Tidak ada Tidak ada
Refleks kornea Positif Postif
Sensorik
Kanan Kiri
Dahi Normal Normal
Pipi Normal Normal
Dagu Normal Normal
5. Nervus Facialis
Motorik
Kanan Kiri
Mengerutkan dahi Simetris Simetris
Menutup mata Lagoftalmus tidak ada Lagoftalmus tidak ada
Menunjukan gigi Sudut mulut tertinggal
Lipatan Nasolabialis Lipat nasolabialis normal
Bentuk muka
Istirahat Tidak simetris Tidak simetris
Berbicara/bersiul Tidak simetris Tidak simetris
Sensorik
Kanan Kiri
2/3 depan lidah Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Otonom
Kanan Kiri
Salivasi Normal Normal
Lakrimasi Normal Normal
Chvostek’s sign Tidak ada Tidak ada
6. Nervus Cochlearis
Kanan Kiri
Suara bisikan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Detik arloji Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Weber Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Kanan Kiri
Arcus pharynx Simetris Simetris
Uvula Ditengah Ditengah
Gangguan menelan Tidak ada Tidak ada
Suara bicara Normal Normal
Denyut jantung BJ I dan II Normal
Refleks
Muntah Tidak dilakukan pemeriksaan
Batuk Tidak dilakukan pemeriksaan
Occulocardiac Normal
Sinus karotikus Normal
Sensorik
Kanan Kiri
1/3 belakang lidah Tidak dilakukan pemeriksaan
8. Nervus Accesorius
Kanan Kiri
Mengangkat bahu Kuat Kuat
Memutar kepala Tidak ada hambatan Tidak ada hambatan
9. Nervus Hypoglossus
Kanan Kiri
Menjulurkan lidah Tidak ada deviasi
Fasikulasi Tidak ada Tidak ada
Atrofi papil Tidak ada Tidak ada
Disartria Tidak ada
D. Badan dan Anggota Gerak
MOTORIK
Kekuatan 0 5
Refleks fisiologis
Triceps Menurun
Normal
Refleks patologis
Gerakan Kurang
Cukup
Kekuatan 0 5
Refleks patologis
SENSORIK
G. FUNGSI VEGETATIF
Miksi : Normal
Defekasi : Normal
KOLUMNA VERTEBRALIS
Kyphosis : (-)
Lordosis : (-)
Gibbus : (-)
Deformitas : (-)
Tumor : (-)
Meningocele : (-)
Hematoma : (-)
Kanan Kiri
Kerniq (-)
Lasseque (-)
Brudzinsky
- Neck (-)
- Cheek (-)
- Symphisis (-)
- Leg I (-)
- Leg II (-)
GERAKAN ABNORMAL
Tremor : (-)
Chorea : (-)
Athetosis : (-)
Ballismus : (-)
Dystoni : (-)
Myocloni : (-)
FUNGSI LUHUR
Apraksia : (-)
Agrafia : (-)
Alexia : (-)
Skor Siriraj
Siriraj Stroke Score :
= (2,5 x derajat kesadaran) + (2 x muntah) + (2 x nyeri kepala) + (0,1 x tekanan
diastolik) – (3 x petanda ateroma) – 12
= (2,5 X 0) + (2 X 0) + (2 X 1) + (0.1 X 100) – (3X0) – 12
=1,5
2.4 Pemeriksaan Laboratorium
Darah Rutin
Hitung jenis
Basofil 0 % 0-1
Eosinofil 1 % 2-4
Neutrofil 75 % 50-70
Limfosit 19 % 25-40
Monosit 5 % 2-8
Kimia Darah
Ureum 40 mg/dL < 48
Elektrolit
Electrocardiography : terlampir
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
1. Rontgen Thorax
Ekspertise :
KESAN:
- Cardiomegaly
PEMERIKSAAN EKG
Gambar : Hasil Pemeriksaan EKG
CT Scan
Kepala :
Tampak lesi hiperdens densitas perdarahan pada corona radiata kiri, capsula
interna kiri, capsula esterna kiri da thalamus kiri Differensiasi substansia alba
Kesan :
Intracerebral hemorrhage pada corona radiata kiri, capsula interna kiri, capsula
tekanan intracranial
2.6 Diagnosa
2.7 Penatalaksana
1. Perawatan
- Amlodipine 1x10 mg
- Candesartan 1x16mg
- Ksr 2x1
- NGT
2.8 PROGNOSIS
2.9 FOLLOW UP
KAMIS
S : kelemahan sisi tubuh sebelah kanan (+), demam (-), mual (-), muntah(-)
10-08-2023
- Kesadaran CM
- TD : 176/102 mmHg
- HR : 87 x/menit
- RR : 20 x/menit
- T : 38,6 ℃
- SpO2 : 100 %
- Kekuatan otot
0 5
0 5
A : hemiparase dextra ec SH
Amlodipine 1x10 mg
Candesartan 1x16 mg
JUMAT S : kelemahan sisi tubuh sebelah kanan (+), muntah(+) 1 kali, lemas
11-08-2023
O : Tampak sakit sedang
- Kesadaran CM
- TD : 150/90 mmHg
- HR : 85x/menit
- RR : 20 x/menit
- T : 38,6 ℃
- SpO2 : 100 %
- Kekuatan otot
0 5
0 5
A : CVD hemoragic
Amlodipine 1x10 mg
Candesartan 1x16 mg
12-08-2023
O : Tampak sakit sedang
- Kesadaran CM
- TD : 142/90 mmHg
- HR : 85x/menit
- RR : 20 x/menit
- T : 38,6 ℃
- SpO2 : 100 %
- Kekuatan otot
0 5
0 5
A : CVD hemoragic
Amlodipine 1x10 mg
Candesartan 1x16 mg
13-08-2020
O : Tampak sakit sedang
- Kesadaran CM
- TD : 142/90 mmHg
- HR : 85x/menit
- RR : 20 x/menit
- T : 38,6 ℃
- SpO2 : 100 %
- Kekuatan otot
0 5
0 5
A : CVD hemoragic
P : IVFD Nacl 0,9% gtt xx/i makro
Amlodipine 1x10 mg
Candesartan 1x16 mg
14-08-2023
O : Tampak sakit sedang
- Kesadaran CM
- TD : 142/90 mmHg
- HR : 85x/menit
- RR : 20 x/menit
- T : 38,6 ℃
- SpO2 : 100 %
- Kekuatan otot
0 5
0 5
A : CVD hemoragic
P : IVFD Nacl 0,9% gtt xx/i makro
Codein 1x16 mg
Amlodipine 1x10 mg
Candesartan 1x16 mg
15-08-2023
O : Tampak sakit sedang
- Kesadaran CM
- TD : 142/90 mmHg
- HR : 85x/menit
- RR : 20 x/menit
- T : 38,6 ℃
- SpO2 : 100 %
- Kekuatan otot
0 5
0 5
A : CVD hemoragic
P : IVFD Nacl 0,9% gtt xx/i makro
Codein 1x16 mg
Amlodipine 1x10 mg
Candesartan 1x16 mg
Aff NGT
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3. 1 Definisi Stroke
Stroke adalah suatu gangguan fungsi saraf akut yang disebabkan oleh karena
gangguan peredaran darah otak, dimana secara mendadak (dalam beberapa detik
atau menit) dapat menimbulkan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal di
manifestasi klinis dari gangguan fungsi otak, baik fokal maupun global
(menyeluruh), yang berlangsung cepat, berlangsung lebih dari 24 jam atau sampai
umumnya gangguan fungsional otak fokal dapat berupa hemiparesis yang disertai
dengan defisit sensorik, parese nervus kraniales dan gangguan fungsi luhur.
Manifestasi klinis yang muncul sangat bergantung kepada area otak yang
A. Anatomi
Otak merupakan organ yang palik aktif secara metabolik. Otak hanya
memiliki sekitar 2% massa tubuh akan tetapi otak membutuhkan 15-20% kardiak
pembuluh darah serebral terdiri dari dua sistem yaitu sistem karotis dan sistem
Anterior Serebri Korteks serebri frontomedial dan parietal serta substansia alba di sekitarnya
Serebri Media Korteks serebri frontolateral, parietal, oksipital, dan temporal serta substantia
alba di sekitarnya
Lentikulostriata
basiler posterior
inferior
Arteri serebelar Pons superior, otak tengah inferior, dan serebelum superior
Superior
Arteri serebelar Korteks oksipital dan temporal media serta substansia alba disekitarnya.
Cabang Thalamus
thalamoperforata
memberikan tanda dan gejala disfungsi hemisfer serebri seperti afasia, apraxia,
atau agnosia. Selain itu dapat juga timbul hemiparese, gangguan hemisensoris, dan
memberikan tanda dan gejala disfungsi batang otak termasuk koma, drop attacks
(jatuh tiba-tiba tanpa penurunan kesadaran), vertigo, mual dan muntah, gangguan
alternans). Selain itu dapat juga timbul hemiparese, gangguan hemisensoris, dan
gangguan lapang pandang tetapi tidak spesifik untuk stroke yang disebabkan
sistem vertebrobasiler.
serta merupakan penyakit terbanyak ketiga setelah penyakit jantung dan kanker.
Amir, 2003). Stroke diklasifikasikan menjadi stroke non hemoragik dan stroke
hemoragik. Stroke non hemoragik memiliki angka kejadian 85% dari seluruh
stroke yang terdiri dari 80% stroke aterotrombotik dan 20% stroke kardioemboli.
stroke meningkat dari tahun ke tahun. Setiap tujuh orang yang meninggal di
3.4 Klasifikasi
patologi anatomi, sistem pembuluh darah, dan stadiumnya. Dasar klasifikasi yang
1) Stroke iskemik
b. Trombosis serebri
c. Emboli serebri
2) Stroke hemoragik
a. Perdarahan intraserebral
b. Perdarahan subarachnoid
a. TIA
b. Stroke-in-evolution
c. Completed stroke
- Berdasarkan sistem pembuluh darah
a. Sistem karotis
b. Sistem vertebro-basilar
klinis saja, karena semua gejala pada kedua kelompok stroke ini hampir sama.
1. Umur
Dengan meningkatya usia resiko stroke juga turut meningkat. Dalam studi
OXVASC, tingkat stroke meningkat dari 1,76 per 1000 individu per tahun
untuk individu berusia 55-64 tahun sampai 16,47 untuk mereka yang berusia
85 atau lebih. Peningkatan insidensi dengan usia terlihat pada stroke iskemik
serta untuk perdarahan intraserebral (ICH) dan juga sampai batas tertentu
untuk perdarahan subarachnoid. Risiko stroke lebih dari dua kali lipat dengan
setiap dekade peningkatan usia setelah 55 tahun setidaknya sampai usia 84.
bagi pria adalah sekitar 1,3 kali lebih tinggi untuk wanita pada usia tertentu
kecuali pada usia tertinggi. Namun, perbedaan gender ini kurang jelas saat
Perbedaan dalam risiko antara jenis kelamin tampakya hilang pada usia di
3. Riwayat keluarga
oleh banyak faktor diantaranya faktor genetik, pengaruh budaya dan gaya
1. Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor resiko stroke yang utama, baik iskemik maupun
2. Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan faktor risiko untuk stroke, namun tidak sekuat
Sekitar 1 dari seratus orang dewasa akan mengalami paling sedikit 1 kali
serangan iskemik sesaat (TIA) seumur hidup mereka. Jika diobati dengan
benar, sekitar 1/10 dari para pasien ini kemudian akan mengalami stroke
dalam 3,5 bulan setelah serangan pertama, dan sekitar 1/3 akan terkena stroke
dalam lima tahun setelah serangan pertama. Risiko TIA untuk terkena stroke
4. Obesitas
5. Hiperkolestrolemia
Kondisi ini secara langsung dan tidak langsung meningkatkan faktor risiko,
dan dapat menyumbat pembuluh darah baik di jantung maupun di otak. Kadar
kolesterol total > 200 mg/dl meningkatkan risiko stroke 1,31-2,9 kali.
6. Merokok
mudah menggumpal.
7. Alkohol
2-3 kali.
mendadak yang beraneka ragam mulai dari gejala motorik fokal, gejala
dapat disertai nyeri kepala, mual muntah, kejang, kaku kuduk dan lain
sistem perdarahan otak serta fisiologi dan metabolisme otak diperlukan dalam
harus segera disimpulkan untuk dapat memberikan terapi yang cepat dan
tepat.
1. Diagnosis Klinis
dan gejala serta tanda yang sesuai dengan daerah pendarahan pemnbuluh
gangguan penglihatan, pandangan kabur atau buta bila gangguan pada lobus
2. Diagnosis Topik
bawah:
- Hemianopia kontralateral
ini atau cukup 1 saja tetapi harus merupakan gangguan fungsi luhur:
- Hemianopia kontralateral
- Diplopia
- Disfagia
- Vertigo
- Disartria
- Hemiparesis alternans
3. Diagnosis Etiologi
Diagnosis etiologis stroke dibedakan menjadi 2 yaitu stroke iskemik dan stroke
hemoragik. Baku emas yang digunakan untuk menentukan etiologi adalah CT-
yaitu:
a. Perdarahan Intraserberal
b. Perdarahan Subarachnoid
sehingga menyebakan reaksi yang cukup hebat berupa sakit keapala yang hebat
patologi dari dinding pembuluh darah. Perubahan patologis dari dinding pembuluh
aneurisma tipe Bouchard. Kenaikan tekanan darah dalam jumlah yang mencolok
sehingga dapat terjadi perdarahan. Perdarahan ini akan menjadi awal dari
edema serebri (fase peri-hematoma edema). Pada fase ini defisit neurologis,
yang mulai tampak pada fase hematoma expansion, akan terus berkembang.
Kerusakan pada parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relatif banyak akan
mengakibatkan peninggian tekanan intracranial dan menyebabkan menurunnya
darah yang keluar serta kaskade iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi,
merusaknya. Dalam keadaan ini, absorpsi darah akan diikuti oleh pulihnya fungsi-
fungsi neurologi. Sedangkan bila perdarahan yang terjadi dalam jumlah besar,
maka akan merusak struktur anatomi dari otak, peningkatan tekanan intracranial
dan bahkan dapat menyebabkan herniasi otak pada falx serebri atau lewat foramen
magnum. Perdarahan intraserebral yang yang tidak diatasi dengan baik akan
Serangan stroke jenis apa pun akan menimbulakan defisist neurologi yang bersifat
akut, baik deficit motorik, deficit sensorik, penurnan kesadaran, gangguan fungsi
luhur, maupun gangguan pada batang otak. Gejala klinis dari stroke hemoragik
d. Nyeri telinga homolaterlal (lesi pada bagian temporal), afasia (lesi pada
thalamus)
e. Hemiparese kontralateral
Pada perdarahan subarachnoid akan menimbulakan tanda dan gejala klinis berupa:
b. Hilangnya kesdaran
c. Fotofobia
d. Meningismus
a. Anamnesis
Pada anamnesa akan ditemukan kelumpuhan anggota gerak, mulut mengot atau
bicara pelo yang terjadi secara tiba-tiba pada saat sedang beraktivitas. Selain itu,
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pasien stroke perlu dilakukan pemeriksaan fisik neurologi seperti tingkat
Respon Skor
a. Membuka mata
1) Membuka spontan 4
b.Kemampuan bicara
c.Tanggapan motoric
1) Menanggapi perintah 6
Derajat kesadaran :
Kompos mentis = GCS 15-14
Somnolen = GCS 13-8
Sopor = GCS 7-4
Koma = GCS 3
Gangguan ringan ketangkasan gerakan jari-jari tangan dan kaki dapat dinilai
melalui tes yang dilakukan dengan cara menyuruh penderita membuka dan menutup
kancing bajunya. Kemudian melepas dan memakai sandalnya. Penilaian kekuatan otot
penilaian kemajuan atau kemunduran orang sakit dalam perawatan dan bukan suatu
5 : Kekuatan penuh
Sedangkan refleks patologis yang dapat dibangkitkan di kaki ialah refleks Babinsky,
Saraf kranial adalah 12 pasang saraf pada manusia yang keluar melalui
otak, berbeda dari saraf spinal yang keluar melalui sumsum tulang belakang. Saraf
kranial merupakan bagian dari sistem saraf sadar. Dari 12 pasang saraf, 3 pasang
memiliki jenis sensori (saraf I, II, VIII), 5 pasang jenis motorik (saraf III, IV, VI, XI,
Pemeriksaan Penunjang
CT scan
hiperdens.
1. Intracranial Hemorrhage
Pada intracranial hemorrhage, pada fase akut (<24 jam), gambaran radiologi akan
terlihat hyperdense, sedangkan jika fase subakut (24 jam – 5 hari) akan terlihat
isodense, sedangkan pada fase kronik (> 5hari) akan terlihat gambaran hypodense.
2. Subarachnoid Hemorrhage
Pemeriksaan MRI
Pemeriksaan ini sangat baik untuk menentukan adanya lesi di batang otak (sangat
sensitif). Secara umum juga lebih sensitif dibandingkan CT scan, terutama untuk
mendeteksi pendarahan posterior.
Pemeriksaan Angiografi
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah lokasi pada sistem karotis atau
pembuluh darah.
Pemeriksaan USG
Pemeriksaan ini untuk menilai pembuluh darah intra dan ekstra kranial, menentukan
Pemeriksaan ini digunakan apabila tidak ada CT scan atau MRI. Pada stroke
Pemeriksaan untuk menetukan faktor risiko seperti darah rutin, komponen kimia
darah (ureum, kreatinin, asam urat, profil lipid, gula darah, fungsi hepar), elektrolit
1. Stadium Hiperakut
Tindakan pada stadium ini dilakukan di Instalasi Rawat Darurat dan merupakan
tidak meluas. Pada stadium ini, pasien diberi oksigen 2 L/menit dan cairan
lengkap dan jumlah trombosit, protrombin time/INR, APTT, glukosa darah, kimia
darah (termasuk elektrolit); jika hipoksia, dilakukan analisis gas darah. Tindakan
lain di Instalasi Rawat Darurat adalah memberikan dukungan mental kepada pasien
2. Stadium Akut
Pasien stroke hemoragik harus dirawat di ICU jika volume hematoma >30 mL,
memburuk. Tekanan darah harus diturunkan sampai tekanan darah premorbid atau
15-20% bila tekanan sistolik >180 mmHg, diastolik >120 mmHg, MAP >130
mmHg, dan volume hematoma bertambah. Bila terdapat gagal jantung, tekanan
0,625-1.25 mg per 6 jam; kaptopril 3 kali 6,25-25 mg per oral. Jika didapatkan
tanda tekanan intracranial meningkat, posisi kepala dinaikkan 30º, posisi kepala
dan dada di satu bidang, pemberian manitol (lihat penanganan stroke iskemik), dan
3. Terapi umum:
a. Letakkan kepala pasien pada posisi 30º, kepala dan dada pada satu bidang; ubah
posisi tidur setiap 2 jam; mobilisasi dimulai bertahap bila hemodinamik sudah
stabil. Selanjutnya, bebaskan jalan napas, beri oksigen 1-2 liter/menit sampai
didapatkan hasil analisis gas darah. Jika perlu, dilakukan intubasi. Demam diatasi
b. Pemberian nutrisi dengan cairan isotonik, kristaloid atau koloid 1500-2000 mL dan
elektrolit sesuai kebutuhan, hindari cairan mengandung glukosa atau salin isotonik.
Pemberian nutrisi per oral hanya jika fungsi menelannya baik; jika didapatkan
gangguan menelan atau kesadaran menurun, dianjurkan melalui selang nasogastrik.
c. Kadar gula darah >150 mg% harus dikoreksi sampai batas gula darah sewaktu 150
mg% dengan insulin drip intravena kontinu selama 2-3 hari pertama. Hipoglikemia
(kadar gula darah < 60 mg% atau < 80 mg% dengan gejala) diatasi segera dengan
d. Nyeri kepala atau mual dan muntah diatasi dengan pemberian obat-obatan sesuai
gejala. Tekanan darah tidak perlu segera diturunkan, kecuali bila tekanan sistolik
≥220 mmHg, diastolik ≥120 mmHg, Mean Arterial Blood Pressure (MAP) ≥ 130
mmHg (pada 2 kali pengukuran dengan selang waktu 30 menit), atau didapatkan
infark miokard akut, gagal jantung kongestif serta gagal ginjal. Penurunan tekanan
Jika terjadi hipotensi, yaitu tekanan sistolik ≤ 90 mm Hg, diastolik ≤70 mmHg,
diberi NaCl 0,9% 250 mL selama 1 jam, dilanjutkan 500 mL selama 4 jam dan 500
mL selama 8 jam atau sampai hipotensi dapat diatasi. Jika belum terkoreksi, yaitu
tekanan darah sistolik masih < 90 mmHg, dapat diberi dopamin 2-20 μg/kg/menit
e. Jika kejang, diberi diazepam 5-20 mg iv pelan-pelan selama 3 menit, maksimal 100
f. Jika didapatkan tekanan intrakranial meningkat, diberi manitol bolus intravena 0,25
sampai 1 g/ kgBB per 30 menit, dan jika dicurigai fenomena rebound atau keadaan
umum memburuk, dilanjutkan 0,25g/kgBB per 30 menit setiap 6 jam selama 3-5
4. Terapi khusus
mempertimbangkan usia dan letak perdarahan yaitu pada pasien yang kondisinya
perdarahan lobar >60 mL dengan tanda peningkatan tekanan intrakranial akut dan
5. Stadium Subakut
Tindakan medis dapat berupa terapi kognitif, tingkah laku, menelan, terapi wicara,
dan bladder training (termasuk terapi fisik). Mengingat perjalanan penyakit yang
b. Penatalaksanaan komplikasi,
d. Prevensi sekunder
e. Prognosis
1. Perdarahan Intraserebral
adalah volume PIS, tingkat kesadaran penderita (menggunakan skor Glasgow Coma
Scale (GCS), dan adanya darah intraventrikel. Volume PIS dan skor GCS dapat
sebesar 96% dan spesifitas 98%. Prognosis buruk biasanya terjadi pada pasien dengan
volume perdarahan (>30mL), lokasi perdarahan di fossa posterior, usia lanjut dan
MAP >130 mmHg pada saat serangan. GCS <4 saat serangan juga bisa memberi
prognosis buruk. Suatu PIS dengan volume >60 mL dan skor GCS ≤ 8 memiliki
tingkat mortalitas sebesar 91% dalam 30 hari, dibanding dengan tingkat kematian
19% pada PIS dengan volume <30 mL dan GCS skor ≥ 9. Perluasan PIS ke
intraventrikel meningkatkan mortalitas secara umum menjadi 45% hingga 75%, tanpa
memperhatikan lokasi PIS, sebagai bagian dari adanya hidrosefalus obstruktif akibat
dilakukan secara akurat dengan CT scan. N Secara klinis, edema berperan dalam efek
intrakranial. Secara paradoks, volume relatif edema yang tinggi berhubungan dengan
outcome fungsional yang lebih baik, yang menimbulkan suatu kerancuan apakah
edema harus dijadikan target terapi atau hanya merupakan variabel prognostik.
2. Perdarahan Subarachnoid
perdarahan subarachnoid sangat tinggi, yaitu 60%. Sekitar 10% penderita perdarahan
membaik sejak awitan. Perdarahan ulang juga sangat mungkin terjadi. Rata-rata
waktu antara perdarahan pertama dan perdarahan ulang adalah sekitar 5 tahun.
BAB IV
ANALISIS KASUS
4.1 Anamnesa
mandi dan os tidak sadarkan diri , lalu 3 jam kemudian os sandar dan mengeluhkan
kelemahan disisi tubuh kanan dan berbicara pelo, Saat serangan, penderita mengalami
sakit kepala, mual muntah tidak ada, tidak disertai kejang. Keluarga os mengaku bahwa
os sering mengeluhkan sakit kepala hilang timbul selama +- 1 bulan ini, os memiliki
riwayat darah tinggi sejak ± 2 tahun yang lalu, penderita tidak rutin minum obat &
kontrol secara teratur. Riwayat penyakit diabetes mellitus tidak ada. Riwayat trauma tidak
ada, riwayat penyakit jantung sebelumnya tidak ada, Tidak ada keluhan BAK dan BAB.
Status Generalis
Gizi : baik
Pernapasan : 20 x/m
Nadi : 87 x/m
Status Neurologikus
Nn. Cranialis
N. Okulomotorius
N. Facialis
N. Hypoglossus
Deviasi lidah ke kanan
Fungsi Motorik ka ki
Gerakan N
Kekuatan 0 5
Tonus N
Klonus N
R. Fisiologis N
R. Patologis - -
4.3 Diagnosa
4.4 Penatalaksana
1. Perawatan
- Amlodipine 1x10 mg
- Candesartan 1x16mg
- Ksr 2x1
- NGT
4.5 PROGNOSIS
Jadi kemungkinan lesi di capsula interna hemisferium sinistra belum dapat disingkirkan
Kesimpulan:
Kapsula interna hemisferium sinistra
Kesimpulan:
Hemorragik
Algoritma Gajah Mada
Kesimpulan:
PIS (Perdarahan Intraserebral)
4.8 Diagnosis Banding Etiologi Berdasarkan Anamnesis
1. Hemoragia Cerebri
2. Emboli Cerebri
3. Trombosis cerebri
Kesimpulan:
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2013. Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes RI.
Pembuluh Darah Otak dan Patofisiologi Stroke dalam Stroke Aspek Diagnostik,
Indonesia.
Stroke 2007. Edisi Revisi. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia: Jakarta, 2007.
Morgenstern, Lewis B., Hemphill J.C., et al. 2010.Guidelines for the Management of
Mardjono, Prof. dr. Mahar. Prof. dr. Priguna Sidharta. 2008. Neurologi Klinis Dasar
halaman 15-22.
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2008. Buku Ajar Neurologi Klinis
Price, S. A., L. M. Wilson. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, E/6.
Poungvarin, N. Skor Siriraj stroke dan studi validasi untuk membedakan perdarahan
Basuki, Andi dan Dian Sofiati (ed.). Neurology in Daily Practice. 2010. Bandung: