Revisi 1 Laporan Kasus KDP Dengan Oksigenisasi KLPK 13

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KASUS

KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP) ASUHAN KEPERAWATAN


PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
OKSIGENISASI PADA PASIEN TB PARU
DI RSUD PEMANGKAT RUANG PD 1

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 13
DAHLINI
NUR AYU
LILI UTAMI
SAPARUDIN
ZULKIBLI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK
BULAN OKTOBER TAHUN 2023
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas Kuasa-Nya
yang telah memberikan segala nikmat dan kesempatan sehingga penyusunan
Laporan kasus yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Pemenuhan Kebutuhan Oksigenisasi Pada Pasien Tb Paru Di RSUD Pemangkat
Ruang Pd 1bulan Oktober tahun 2023 dapat terselesaikan.
Selanjutnya ucapan terima kasih yang tak terhingga kami sampaikan
kepada bapak Ns. Ery Sandi, S.Kep selaku pembimbing klinik dan bapak Ns
Egidius Umbu Ndeta S,Kep.,M.Kes selaku pembimbing akademik yang penuh
kesabaran dan perhatiannya dalam memberikan bimbingan hingga Laporan kasus
ini dapat terselesaikan dengan baik.
Dengan terselesaikannya Laporan kasus ini, perkenankan pula kami untuk
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Kelana Kusuma Dharma, S.Kp, M.Kes, selaku Direktur Poltekkes
Kemenkes Pontianak.
2. Bapak Ns. Raju Kapadia, S.Kep, M.Med. Ed, selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Pontianak.
3. Ibu Ns. Halina Rahayu, S.Kep, M.Kep, selaku Ketua Prodi Sarjana Terapan
Keperawatan dan Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Pontianak.
4. Bapak dr. Yana Sumartana, M.A.P selaku Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Pemangkat.
5. Bapak Ns. Donnie Al Ifhan, S.kep. MAP selaku ketua diklat Rumah Sakit
Umum Daerah Pemangkat.
6. Seluruh Dosen, Instruktur dan Staf Program Studi Profesi Ners Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Pontianak.
7. Seluruh perawat dan staf di Ruang Penyakit Dalam 1 Rumah Sakit Umum
Daerah Pemangkat.
8. Teman-teman seperjuangan Program Studi Profesi Ners Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Pontianak yang senantiasa memberikan semangat dan
motivasi serta bantuan.

i
9. Serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyusunan Laporan kasus ini.
Kelompok kami telah berusaha sebaik-baiknya untuk menyusun Laporan
kasus ini. Kami tetap mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk
perbaikan Laporan kasus ini. Semoga nanti laporan kasus kelompok 13 ini dapat
bermanfaat dan dapat digunakan bagi yang membutuhkan.

Pemangkat, 12 oktober 2023

ii
ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN


KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA PASIEN TB PARU
DI RSUD PEMANGKAT RUANG PD 1

Dahlini1), Nur Ayu1), Lili Utami1), Saparudin1), Zulkibli1), Ns. Ery Sandi, S.Kep 2), Ns Egidius
Umbu Ndeta S,Kep.,M.Kes ³), Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Pontianak, Jurusan
Keperawatan Singkawang, Program Studi profesi ners4)

Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O2). Kebutuhan fisiologis


oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme
sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel. Salah
satu gangguan kebutuhan oksigenasi adalah bersihan jalan napas tidak efektif, pola napas tidak
efektif dan gangguan pertukaran gas.
Tujuan dalam penulisan ini yaitu untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan
dimulai dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan hasil evaluasi asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan pemenuhan oksigenasi di ruang penyakit dalam
RSUD Pemangkat tahun 2023.
Asuhan keperawatan ini menggunakan pendekatan studi kasus dengan menggunakan satu
partisipan yaitu Ny. I . Asuhan keperawatan ini dilaksanakan di RSUD Pemangkat tahun 2023 di
ruang penyakit I dalam dengan partisipan di diagnosa medis menderita TB Paru. Metode
pengambilan kasus dalam asuhan keperawatan ini dilakukan dengan metode purposive sampling .
Hasil pada Ny. I memiliki keluhan sesak nafas, mengi dan batuk. Pada Ny. I didapatkan 3
diagnosa yaitu bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan napas,
nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis, dan defisit nutrisi berhubungan dengan
ketidak mampuan menelan makanan. Intervensi yang di lakukan sesuai dengan tinjauan teori yang
ada dan dalam melakukan implementasi pada Ny. I menyesuaikan dengan apa yang telah di
rencanakan sesuai intervensi. Semua diagnosis pada Ny. I teratasi semua sesuai dengan kriteria
hasil yang di tentukan.
Kesimpulan: Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan pemenuhan oksigenasi di
ruang penyakit dalam RSUD Pemangkat tahun 2023 telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan
yaitu dari diagnosis yang diangkat pada Ny.E, tiga diagnosis tersebut teratasi.

1. Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, Oksigenasi


2. Daftar Bacaan : 10 ( 2005-2019)
3. Deskripsi : 1) Penulis, 2) Pembimbing Klinik,
3) Pembimbing Akademik, 4) Institusi

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................i
ABSTRAK..........................................................................................................iii
DAFTAR ISI......................................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................6
A. Latar Belakang.............................................................................6
B. Rumusan Masalah........................................................................7
C. Tujuan Penulisan..........................................................................7
D. Manfaat Penulisan........................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................9
2.1. Definisi.........................................................................................9
2.2. Etiologi.........................................................................................9
2.3. Klasifikasi....................................................................................10
2. 4.Tanda dan Gejala.........................................................................10
2. 5.Komplikasi...................................................................................12
2. 6.Pemeriksaan Diagnostik...............................................................12
2. 7.Penatalaksanaan...........................................................................12
2. 8.Asuhan keperawatan....................................................................13
2. 9.Aplikasi pemikiran kritis dalam asuhan keperawatan pasien......21
BAB III LAPORAN KASUS KELOLAAN...................................................22
A. Kerangka Konsep.........................................................................22
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................23
4.1. Analisa Kasus...............................................................................23
4.2. Analisa Intervensi Keperawatan..................................................23
4.3. Rancangan ide-ide baru................................................................24
BAB V PENUTUP............................................................................................33
5.1. Kesimpulan..................................................................................33
5.2. Saran............................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................35

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jurnal penelitian


Lampiran 2 Analisis PICO

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O2).
Kebutuhan fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk
mempertahankan hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel.
Apabila lebih dari 4 menit orang tidak mendapatkan oksigen maka akan
berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien
akan meninggal.
Kebutuhan dasar oksigenasi merupakan kebutuhan dasar paling vital
dalam kehidupan manusia. Didalam tubuh oksigen berperan penting dalam
proses metabolisme sel. Kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak yang
sangat bermakna bagi tubuh. Salah satu gangguan kebutuhan oksigenasi
adalah bersihan jalan napas tidak efektif, pola napas tidak efektif dan
gangguan pertukaran gas.
Masalah tersebut sering terjadi pada kasus infeksi saluran napas. Salah
satunya adalah TB Paru. Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit menular
yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Proses terjadinya infeksi
oleh M. tuberculosis biasanya secara inhalasi, sehingga TB paru merupakan
manifestasi klinis yang paling sering dibandingkan dengan organ lain.
Penularan penyakit ini sebagian besar melalui inhalasi basil yang
mengandung droplet nuclei, khususnya yang didapat dari pasien TB paru
dengan batuk berdarah atau berdahak yang mengandung Basil Tahan Asam.
Gejala utama tuberkulosis adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu
atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur
batuk darah. Sesak napas, badan lemas nafsu makan menurun berat badan
menurun malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, deman meriang
lebih dari 1bulan.
Sesak napas dan adanya penumpukan sekret pada saluran napas yang
terjadi pada pasien berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
Untuk itu diperlukan upaya penanganan yang baik sesuai dengan asuhan

1
2

keperawatan yang terstandar. Berdasarkan uraian tersebut diatas, kelompok


tertarik untuk mengambil permasalahan, “ Bagaimanakah asuhan keperawatan
dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien TB Paru”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang dapat
diambil adalah bagaimanakah asuhan keperawatan dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien TB Paru di ruang PD 1 RSUD
Pemangkat bulan oktober tahun 2023 ?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk asuhan keperawatan dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi pada pasien TB Paru di ruang PD 1 RSUD
Pemangkat bulan oktober tahun 2023
2. Tujuan khusus

a. Mendapatkan gambaran pelaksanaan pengkajian keperawatan dengan


gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien TB Paru di
ruang PD 1 RSUD Pemangkat bulan oktober tahun 2023
b. Mendapatkan gambaran diagnosis keperawatan dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien TB Paru di ruang PD 1
RSUD Pemangkat bulan oktober tahun 2023
c. Mendapatkan gambaran perencanaan keperawatan dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien TB Paru di ruang PD 1
RSUD Pemangkat bulan oktober tahun 2023
d. Mendapatkan gambaran implementasi keperawatan dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien TB Paru di ruang PD 1
RSUD Pemangkat bulan oktober tahun 2023
e. Mendapatkan gambaran evaluasi keperawatan dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien TB Paru di ruang PD 1
RSUD Pemangkat bulan oktober tahun 2023
D. Manfaat Penulisan
Berdasarkan tujuan penulisan diatas maka diperoleh manfaat dalam
penulisan ini yaitu sebagai berikut :
3

1. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Pemangkat


Penulisan ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan rujukan
dalam meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dalam pemenuhan
oksigenasi pada pasien TB Paru di Rawat Inap Rumah Sakit Umum daerah
Pemangkat.
2. Bagi Program Studi Ners Jurusan Keperawatan
Sebagai tambahan referensi atau masukkan dalam sebuah penulisan
keperawatan terutama tentang asuhan keperawatan dalam pemenuhan
oksigenasi pada pasien TB Paru di Rawat Inap.
3. Bagi Profesi Keperawatan
Manfaat yang bisa diperoleh bagi profesi keperawatan adalah dapat
dijadikan sebagai salah satu intervensi keperawatan yang tepat untuk
pasien pemenuhan oksigenasi pada pasien TB Paru di Rawat Inap.
4. Bagi Masyarakat/Pasien Asma Bronkial
Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan
pengetahuan tentang pemenuhan oksigenasi pada pasien TB Paru di Rawat
Inap serta dapat menerapkan tindakan atau latihan yang diberikan dalam
kehidupan sehari-hari untuk mencegah komplikasi yang lebih berat.
5. Bagi Kelompok Penulis
Manfaat bagi kelompok penulis adalah dapat menjadi awal dari penulisan-
penulisan selanjutnya yang terkait dengan keperawatan serta sebagai
sarana dan alat untuk meningkatkan pengetahuan atau pengalaman nyata
dan pendalaman tentang asuhan keperawatan pada pasien pemenuhan
oksigenasi pada pasien TB Paru di Rawat Inap.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam
proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh
sel-sel tubuh (Tarwoto dan Wartonah, 2015). Oksigen adalah kebutuhan
dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh,
mempertahankan, dan aktivitas berbagai organ atau sel (Carpenito, Lynda
Juall 2012). Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia
yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh
mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel.
2.2. Etiologi
Seseorang biasanya mengalami masalah oksigenasi disebabkan
oleh:
a. Bersihan Jalan Nafas tidak efektif adalah ketidak ketidakmampuan
membersihkan sekret atau obstruksi jalan nafas untuk mempertahankan
jalan nafas tetap paten. (PPNI, 2017). Suatu keadaan ketika seorang
individu mengalami suatu ancaman yang nyata atau potensial pada
status pernapasan sehubungan dengan ketidakmampuan untuk batuk
secara efektif.( Carpenito,Lynda Juall 2012).
b. Pola napas tidak efektif adalah inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak
memberikan ventilasi yang adekuat (PPNI, 2017). Keadaan ketika
seorang individu mengalami kehilangan ventilasi yang aktual atau
potensial yang berhubungan dengan perubahan pola pernapasan.
(Carpenito, Lynda Juall 2012).
c. Gangguan Pertukaran Gas adalah keadaan karbondioksida pada
membran alveolus-kapiler (PPNI, 2017). Kelebihan atau kekurangan
oksigenasi dan/atau eliminasi ketika seorang individu mengalami
penurunan jalannya gas (oksigen dan karbondioksida ) yang aktual
(atau dapat mengalami potensial) antara alveoli paru-paru dan sistem
vaskular. (Carpenito, Lynda Juall 2012).
5

2.3. Klasifikasi
Ada tiga langkah dalam proses oksigenisasi yaitu ventilasi, perfusi
paru, dan difusi. Penjelasannya adalah sebagai berikut :
a. Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan keparu-paru,
jumlahnya sekitar 500 ml. Udara yang masuk dan keluar terjadi karena
adanya perbedaan tekanan antara intrapleural lebih negative (725
mmHg) daripada tekanan atmosfer (760 mmHg) sehingga udara akan
masuk ke alveoli.
b. Perfusi paru adalah gerakan darah yang melewati sirkulasi paru untuk
dioksigenasi, dimana pada sirkulasi paru adalah darah dioksigenasi
yang mengalir dalam arteri pulmonaris dari ventrikel kanan jantung.
Darah ini memperfusi paru bagian respirasi dan ikut serta dalam proses
pertukaran oksigen dan karbon dioksida dikapiler dan alveolus.
Sirkulasi merupakan 8-9 % dari curah jantung. Sirkulasi paru bersifat
fleksibel dan dapat mengakomodasi variasi volume darah yang besar
sehingga dapat dipergunakan jika sewaktu-waktu terjadi penurunan
volume atau tekanan darah sistemik.
c. Difusi yaitu oksigen yang terus menerus berdifusi dari udara dalam
alveoli kedalam aliran darah dan karbon dioksida (CO2) dan terus
berdifusi dari darah kedalam alveoli. Difusi adalah pergerakan molekul
dari area dengan konsentrasi tinggi ke area konsentrasi rendah. Difusi
udara respirasi terjadi antara alveolus dengan membrane kapiler.
Perbedaan tekanan pada area membran respirasi akan mempengaruhi
proses difusi. Misalnya pada tekanan parsial (P) O2 dialveoli sekitar
100 mmHg sedangkan tekanan parsial pada kapiler pulmonal 60
mmHg sehingga oksigen akan berdifusi masuk dalam darah. Berbeda
halnya dengan CO2 dengan PCO2 dalam kapiler 45 mmHg sedangkan
pada alveoli 40 mmHg, maka CO2 akan berdifusi keluar alveoli.
2. 4. Tanda dan Gejala
1. Bersihan Jalan Nafas tidak efektif
Gejala dan tanda mayor
Subjektif : tidak tersedia
6

Objektif : 1) batuk tidak efektif atau tidak mampu batuk, 2) Sputum


berlebih/obstruksi di jalan napas / mekonium dijalan napas (pada
neonatus), 3) Mengi, wheezing dan/atau ronkhi kering
Gejala dan tanda minor
Subjektif : 1) Dispnea, 2) Sulit bicara, 3) Ortopnea
Objektif :1) Gelisah, 2) Sianosis, 3) Bunyi napas menurun, 4)
Frekuansi napas berubah, 5) Pola napas berubah
2. Pola napas tidak efektif
Gejala dan tanda mayor
Subjektif : 1) Dispnea
Objektif : 1) Penggunaan otot bantu pernapasan, 2) Fase ekspirasi
memanjang, 3) Pola napas abnormal (mis. Takipnea, bradipnea,
hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes)
Gejala dan tanda minor
Subjektif : 1) Ortopnea
Objektif :1) Pernapasan pursed-lip, 2) Pernapasan cuping hidung , 3)
Diameter thoraks anterior-posterior meningkat, 4) Ventilasi semenit
menurun, 5) Kapasitas vital menurun, 6) Tekanan ekspirasi menurun,
7) Tekanan inspirasi menurun, 8) Ekskursi dada berubah

3. Gangguan pertukaran gas

Gejala dan tanda mayor


Subjektif : 1) Dispnea
Objektif : 1) PCO2 meningkat/menurun, 2) PO2 menurun, 3)
Takikardia, 4) PH arteri meningkat/menurun, 5) Bunyi napas
tambahan
Gejala dan tanda minor
Subjektif : 1) Pusing, 2 ) Penglihatan kabur
Objektif :1) Sianosis, 2) Diaforesis, 3) Gelisah, 4) napas cuping
hidung, 5) Pola napas abnormal, 6) Warna kulit abnormal, 7)
Kesadaran menurun
7

2. 5. Komplikasi
Komplikasi dalam oksigenasi dapat terjadi ketika tubuh tidak
mampu memperoleh atau memanfaatkan oksigen dengan baik. Beberapa
komplikasi yang mungkin terjadi akibat kurangnya oksigen dalam tubuh
antara lain:
a. Frekuensi nadi dan pernapasan naik.
b. Lemas.
c. Gangguan pada cara berpikir dan berkonsentrasi.
d. Sianosis, yaitu warna kulit, kuku dan bibir berubah menjadi biru.
e. Pingsan.
f. Gelisah.
Sedangkan, gagal napas hiperkapnia, hipoventilasi, atelektasis
serap, dan keracunan oksigen adalah beberapa komplikasi yang mungkin
terjadi terkait dengan terapi oksigen

2. 6. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas
secara efisien.
2. Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane
kapiler alveolar dan keadekuatan oksigenasi.
3. Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
4. Pemeriksaan sinar x dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses
abnormal.
5. Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel
sputum/benda asing yang menghambat jalan nafas.
6. Endoskopi
8

Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.


7. Fluoroskopi
Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jantung dan
kontraksi paru.
8. CT-Scan
Untuk mengintifikasi adanya massa abnormal.

2. 7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
a. Pemantauan hemodinamika
b. Pengobatan bronkodilator
c. Melakukan tindakan nebulizer untuk membantu mengencerkan secret
d. Memberikan kanula nasal dan masker untuk membantu pemberian
oksigen jika diperlukan.
e. Penggunaan ventilator mekanik
f. Fisoterapi dada

2. 8. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
1. Biodata pasien (umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan)
Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik
secara fisik maupun psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu
dikaji untuk mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap
terjadinya masalah/penyakit, dan tingkat pendidikan dapat
berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang
masalahnya/penyakitnya.
2. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu
oleh klien pada saat perawat mengkaji, dan pengkajian tentang
riwayat keluhan utama seharusnya mengandung unsur PQRST
(Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala, dan Time)
3. Riwayat perkembangan
9

a. Neonatus : 30 - 60 x/mnt
b. Bayi : 44 x/mnt
c. Anak : 20 - 25 x/mnt
d. Dewasa : 15 - 20 x/mnt
e. Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital
menurun
4. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang
mengalami masalah / penyakit yang sama.
5. Riwayat sosial
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya :
merokok, pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor
alergen dll.
6. Riwayat Keperawatan
Pengkajain riwayat keperawatan pada masalah kebutuhan oksigen
meliputi; ada atau tidaknya riwayat gangguan pernapasan (gangguan
hidung dan tenggorokan), seperti epistaksis (kondisi akibat
luka/kecelakaan, penyakit rematik akut, sinusitis akut, hipertensi,
gangguan pada sistem peredaran darah dan kanker), obstruksi nasal (
akibat polip, hipertropi tulang hidung, tumor, dan influenza), dan
keadaan lain yang menyebabkan gangguan pernapasan. Pada tahap
pengkajian keluhan atau gejala, hal-hal yang perlu diperhatikan
adalah keadaan infeksi kronis dari hidung, sakit pada daerah sinus,
otitis media, keluhan nyeri pada tenggorokan, kenaikan suhu tubuh
hingga sekitar 38,50 C, sakit kepala, lemas, sakit perut hingga
muntah-muntah (pada anak-anak), faring berwarna merah, dan
adanya edema.
7. Pola batuk dan Produksi sputum
Tahap pengkajian pola batuk dilakukan dengan cara menilai apakah
batuk termasuk batuk kering, keras, dan kuat dengan suara
mendesing, berat dan berubah-ubah seperti kondisi pasien yang
mengalami penyakit kanker. Juga dilakukan pengkajian apakah
10

pasien mengalami sakit pada bagian tenggorokan saat batuk kronis


dan produktif serta saat dimana pasien sedang makan, merokok, atau
saat malam hari. Pengkajian terhadap lingkungan tempat tinggal
pasien ( apakah berdebu, penuh asap, dan adanya kecenderungan
mengakibatkan alergi) perlu dilakukan. Pengkajian sputum
dilakukan dengan cara memeriksa warna, kejernihan, dan apakah
bercampur darah terhadap sputum yang dikeluarkan oleh pasien.
8. Sakit Dada
Pengkajian terhadap sakit dada dilakukan untuk mengetahui bagian
yang sakit, luas, intensitas, faktor yang menyebabkan rasa sakit,
perubahan nyeri dada apabila posisi pasien berubah, serta ada atau
tidaknya hubungan antara waktu inspirasi dan ekspirasi dengan rasa
sakit.
9. Pengkajian Fisik
1) Inspeksi, pengkajian ini meliputi:
a. Pertama, penentuan tipe jalan napas, seperti menilai apakah
napas spotan melalui hidung, mulut, oral, nasal, atau
menggunakan selang endotrakeal atau trachcostomi,
kemudian menentukan status kondisi seperti kebersihan, ada
atau tidaknya sekret, pendarahan, bengkak, atau obstruksi
mekanik;
b. Kedua, perhitungan frekuensi pernapasan dalam waktu satu
menit ( umumnya wanita bernapas lebih cepat) yaitu 20 kali
permenit orang dewasa, kurang dari 30 kali permenit pada
anak-anak, pada bayi pernapasan kurang dari 50 kali per
menit.
c. Ketiga, pemeriksaan sifat pernapasan, yaitu torakal,
abdominal dan kombinasi dari keduanya.
d. Keempat, pengkajian irama pernapasan, yaitu menelaah masa
inspirasi dan ekspirasi. Pada keadaan normal ekspirasi lebih
lama dari inspirasi yaitu 2:1 pada orang sesak napas ekspirasi
lebih cepat. Dalam keadaan normal perbandingan frekuensi
11

pernapasan dan prekuensi nadi adalah 1:1 sedangkan pada


orang yang keracunan barbiturat perbandinganya adalah 1:6.
Kaji ritme/irama pernapasan yang secara normal adalah
reguler atau irregular.
a) cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat kemudian
menjadi lambat dan kadang diselingi apnea.
b) kusmaul yaitu pernapasan yang cepat dan dalam, atau
pernapasan biot yaitu pernapasan yang ritme maupun
amplitodunya tidak teratur dan diselingi periode apnea.
e. Kelima, pengkajian terhadap dalam/ dangkalnya pernapasan.
Pada pernapasan dangkal dinding toraks hampir kelihatan
tidak bergerak ini biasanya dijumpai pada pasien penderita
emfisema.
2) Palpasi
Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi kelainan seperti
nyeri tekan yang dapat timbul akibat luka, peradangan setempat,
metastasis tumor ganas, pleuritis, atau pembengkakan dan
benjolan pada dada. Melalui palpasi dapat diteliti gerakan
dinding toraks pada saat ekspirasi dan inspirasi terjadi. Kelainan
pada paru, seperti getaran suara atau fremitus vokal, dapat
dideteksi bila terdapat getaran sewaktu pemeriksa meletakkan
tangannya sewaktu pasien berbicara. Getaran yang terasa oleh
tangan pemeriksa dapat juga ditimbulkan oleh dahak dalam
bronkus yang bergetar pada waktu inspirasi dan ekspirasi atau
oleh pergeseran antara membran pleura pada pleuritis.
3) Perkusi
Pengkajian ini dilakukan untuk mengkaji suara normalnya suara
perkusi paru. Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji
resonansi pulmoner, organ yang ada di sekitarnya, dan
pengembangan (ekskursi) diafragma. Jenis suara perkusi ada
dua jenis yaitu:
a. Suara perkusi normal
12

 Resonan (sonor): dihasilkan pada jaringan paru-paru


dannormalnya bergaung dan bersuara rendah.
 Dullness: dihasilkan di atas bagian jantung atau paru-
paru
 Tympany: dihasilkan di atas perut yang berisi udara
umumnya bersifat musical.
b. Suara perkusi abnormal
 Hiperresonan: bergaung lebih rendah dibandingkan
dengan resonan dan timbul pada bagian paru-paru yang
abnormal berisi udara.
 Flatness: nadanya lebih tinggi dari dullness dan dapat
didengar pada perkusi daerah paha, dimana seluruh
areanya berisi jaringan.
4) Auskultasi
Auskultasi merupakan pengkajian yang sangat bermakna
mencangkup mendengar suara napas normal dan suara
tambahan (abnormal).Suara napas normal dihasilkan dari
getaran udara ketika melalui jalan napas dari laring ke alveoli
dan bersifat bersih.
Jenis suara napas normal adalah:
a. Bronchial
Sering juga disebut tubular sound karena suara ini dihasilkan
oleh udara yang melalui suatu tube (pipa), suaranya terdengar
keras, nyaring, dengan hembusan yang lembut. Fase
ekspirasinya lebih panjang daripada inspirasi dan tidak ada
jeda di antara kedua fase tersebut (E > I). Normal terdengar
di atas trachea atau daerah lekuk suprasternal.
b. Bronkovesikular
Merupakan gabungan dari suara napas bronkhial dan
vesikular. Suaranya terdengar nyaring dengan intensitas
sedang. Inspirasi sama panjang dengan ekspirasi (E = I).
13

Suara ini terdengar di daerah dada dimana bronkus


tertutupoleh dinding dada.
c. Vesikular
Merdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi. Inspirasi
lebih panjang dari ekspirasi, ekspirasi terdengar seperti tiupan
(E < I).

Jenis suara napas tambahan adalah:


a. Wheezing: terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan
karakter suara nyaring, musical, suara terus-menerus yang
disebabkan aliran udara melalui jalan napas yang menyempit.
b. Ronchi: terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi,
karakter suara terdengar perlahan, nyaring, dan suara
mengorok terus-menerus. Berhubungan dengan sekresi kental
dan peningkatan produksi sputum.
c. Pleural fiction rub: terdengar saat inspirasi dan ekspirasi.
Karakter suara kasar, berciut, dan suara seperti gesekan
akibat dari inflamasi pada daerah pleura. Sering kali pasien
mengalami nyeri saat bernapas dalam.
d. Crackles, dibagi menjadi dua jenis yaitu:
1. Fine crackles: setiap fase lebih sering terdengar saat
inspirasi. Karakter suara meletup, terpatah-patah akibat
udara melewati daerah yang lembab di alveoli atau
bronkhiolus. Suara seperti rambut yang digesekkan.
2. Coarse crackles: lebih menonjol saat ekspirasi. Karakter
suara lemah, kasar, suara gesekan terpotong akibat
terdapatnya cairan atau sekresi pada jalan napas yang
besar. Mungkin akan berubah ketika pasien batuk.
2. Diagnosis Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
2. Pola napas tidak efektif
3. Gangguan pertukaran gas

3. Perencanaan Keperawatan
14

No Diagnosis Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)


(SDKI)
1 Bersihan Setelah dilakukan asuhan Latihan Batuk efektif (I.01006)
jalan nafas keperawatan selama 3x24 Observasi
tidak efektif jam, maka Bersihan Jalan 1. Identifikasi kemampuan batuk
(D.0001) Nafas (L.01001) meningkat 2. Monitor adanya retensi sputum
dengan kriteria hasil: 3. Monitor tanda dan gejala
infeksi saluran napas
1. Batuk efektif Terapeutik
meningkat 1. Atur posisikan semi-Fowler
2. Produksi sputum atau Fowler
menurun 2. Pasang perlak dan bengkok
3. Mengi menurun dipangkuan pasien
4. Wheezing menurun 3. Buang sekret pada tempat
5. Mekonium (pada sputum
neonatus) menurun Edukasi
6. Dispnea menurun 1. Jelaskan tujuan dan prosedur
7. Ortopnea membaik batuk efektif
8. Sulir bicara 2. Anjurkan untuk tarik napas
menurun dalam melalui hidung selama 4
9. Sianosis menurun detik, ditahun selama 2 detik,
10. Gelisah menurun kemudian keluarkan dari mulut
11. Frekuensi napas dengan bibir mencucu
membaik (dibulatkan) selama 8 detik
12. Pola napas membaik 3. Anjurkan mengulangi tarik
napas dalam hingga 3 kali
4. Anjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah menarik
napas dalam yang ke-3
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
mukolitik dan ekspektoran,
jika perlu
2 Pola napas Setelah dilakukan intervensi Manajemen Jalan Nafas (I.01011)
tidak keperawatan selama 3 x 24 Observasi
efektif jam maka pola napas 1. Monitor pola napas (frekuensi,
( D.0005) (L.01004) membaik dengan kedalaman, usaha nafas)
kriteria hasil: 2. Monitor bunyi napas tambahan
(mis. Gurgling, mengi,weezing,
1. Dipsnea menurun
ronkhi kering.
2. Penggunaan otot
3. Monitor sputum (jumlah,
bantu napas
warna, aroma)
menurun
Terapeutik
3. Pemanjangan fase
ekspirasi menurun 1. Pertahankan kepatenan jalan
4. Ortopnea menurun napas dengan head-tilt dan
5. Pernapasan pursed- chin-lift
lip menurun 2. Posisikan semi-Fowler atau
6. Pernapasan cuping Fowler
hidung menurun 3. Lakukan fisioterapi dada, jika
7. Frekuensi napas perlu
membaik 4. Lakukan penghisapan lendir
8. Kedalaman napas kurang dari 15 detik
15

membaik 5. Lakukan hiperoksigenasi


9. Ekskursi dada sebelum penghisapan
membaik endotrakeal
10. Ventilasi semenit 6. Berikan oksigen, jika perlu
membaik Edukasi
11. Kapasitas vital 1. Anjurkan asupan cairan 2000
membaik ml/hari, jika tidak
12. Diameter thoraks kontraindikasi
anterior-posterior 2. Ajarkan teknik batuk efektif
membaik Kolaborasi
13. Tekanan ekspirasi 1. Kolaborasi pemberian
membaik bronkodilator, ekspektoran,
14. Tekanan inspirasi mukolitik, jika perlu
membaik

3 Gangguan Setelah dilakukan intervensi


Pemantauan respirasi (I.01014)
pertukaran keperawatan selama 3 x 24 Observasi
gas jam maka pertugaran gas 1. monitor frekuensi, irama,
(D.0003) (L.01003) meningkat kedalaman, dan upaya nafas
dengan kriteria hasil: 2. monitor pola nafas (seperti
bradypnea,takipnea,
1. Dipsnea menurun hiperventilasi, kussmaul,
2. Bunyi nafas Cheyne-Stokes,Biot,Ataksik)
tambahan menurun 3. monitor kemampuan batuk
3. Nafas cuping hidung efektif
menurun 4. monitor adanya produksi
4. PCO2 membaik sputum
5. PO2 membaik 5. monitor adanya sumbatan
6. Trakikardia jaklan nafas
membaik 6. palpasi kesimetrisan ekspansi
7. PH arteri membaik paru
8. Sianosis membaik 7. auskultasi bunyi nafas
9. Pola nafas membaik 8. monitor saturasi oksigen
10. Warna kulit 9. monitor nilai AGD
membaik 10. Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik
11. atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
12. Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
13. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
14. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

4. Implementasi Keperawatan

Tahap pelaksanaan merupakan langkah keempat dalam tahap


proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi
16

keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalan


rencana tindakan keperawatan (intervensi keperawatan). Dalam tahap
ini perawat harus mengetahui baerbagai hal diantaranya bahaya-
bahaya fisik dan perlindungan pada klien, teknik komunikasi,
kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak
dari pasien serta dalam memahami tingkat perkembangan pasien.
Dalam pelaksanaan rencana tindakan terdapat dua jenis tindakan, yaitu
tindakan jenis mandiri dan tindakan kolaborasi. Sebagai profesi,
perawat mempunyai kewenangan dan tanggung jawab dalam
menentukan asuhan keperawatan. Jenis tindakan keperawatan yang
tercantum dalam langkah atau tahap pelaksanaan tersebut terdapat dua
jenis tindakan keperawatan mandiri atau dikenal dengan tindakan
independent dan tindakan kolaborasi atau dikenal dengan tindakan
interdependent (Hidayat, 2015).
Implementasi Keperawatan merupakan serangkaian kagiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Adapun tahap
komponen implementasi ialah sebagai berikut :
1. Tindakan keperawatan mandiri
2. Tindakan keperawatan edukatif
3. Tindakan keperawatan kolaboratif
4. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap
asuhan keperawatan

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya dalam perencanaan, membandingkan hasil tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas proses keperawatan
mulai dari tahap pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan. Evaluasi
disusun menggunakan SOAP
17

S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara


subjektif oleh pasien atau keluarga setelah diberikan
implementasi keperawatan

O : Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat


menggunakan pengamatan yang objektif

A : Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan


objektif

P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis


2. 9. Aplikasi pemikiran kritis dalam asuhan keperawatan pasien
Untuk mengatasi bersihan jalan tidak efektif , diperlukan tindakan
batuk efektif dan fisioterapi dada yang merupakan bagian intervensi
teraupetik manajemen jalan napas. Selain itu penting sekali untuk mengatur
posisi pasien semi-fowler atau fowler apalagi jika disertai sesak napas.
Bersihan Jalan Nafas tidak efektif adalah ketidak ketidakmampuan
membersihkan sekret atau obstruksi jalan nafas untuk mempertahankan
jalan nafas tetap paten. Suatu keadaan ketika seorang individu mengalami
suatu ancaman yang nyata atau potensial pada status pernapasan
sehubungan dengan ketidakmampuan untuk batuk secara efektif.
Penelitian oleh Tahir dkk pada tahun 2019 terkait dengan
Fisioterapi dada dan Batuk Efektif sebagai Penatalaksanaan
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Pada pasien TB Paru di RSUD
Kota Kendari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
penerapan fisioterapi dada dan batuk efektif sebagai penatalaksanaan
ketidakefektifan bersihan jalan napas pada pasien TB Paru di RSUD Kota
Kendari. Responden penelitian ini adalah pasien Tb Paru dengan
diagnosis keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas.
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini
diperoleh dari hasil pengkajian, observasi, wawancara mendalam dan
serta studi dokumen berupa rekam medis. Hasil analisa data ditampilkan
dalam bentuk tabel. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa batuk
efektif dan fisioterapi dada efektif dalam mengatasi bersihan jalan napas
tidak efektif.
18
BAB III
LAPORAN KASUS KELOLAAN

19
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Analisa Kasus


Asuhan Keperawatan dengan gangguan pemenuhan oksigenasi
pada pasien Tb Paru pada Ny. I yang dilakukan pada tanggal 4 sampai 6
Oktober 2023. Pengkajian yang dilakukan ditemukan bahwa pasien
mengatakan bahwa pasien mengeluh Sesak napas, batuk berdahak dan
nyeri.
Pada data Objektif ditemukan pasien tampak sesak,terpasang O2,
Penggunaan otot bantu pernapasan, bradikardi ,gelisah ,Pola napas
cepat, ,sekresi spuntum berlebihan, batuk tidak efektif, ada mengi, tampak
meringis. Obs. TTV : TD . 140/80 mmHg, N. 98 x/m, R. 28 x/m, T. 36,5,
SPO2. 95%.
Dari hasil data pengkajian yang didapatkan dapat dirumuskan
masalah keperawatan yang muncul yakni bersihan jalan nafas tidak efektif,
nyeri dan defisit nutrisi.

4.2. Analisa Intervensi Keperawatan


Intervensi keperawatan yang dilakukan pada masalah bersihan
jalan napas tidak efektif yakni mengidentifikasi kemampuan batuk,
memonitor adanya retensi sputum, memonitor tanda dan gejala infeksi
saluran napas, mengatur posisikan semi-Fowler, menjelaskan tujuan dan
prosedur batuk efektif serta memberikan ekspoktoran yang bertujuan
untuk membersihkan jalan napas dan mengurangi sekret atau dahak pada
saluran napas pasien.
Demikian halnya dengan intervensi pada masalah nyeri. Untuk
mengatasi nyeri tersebut diberikan intervensi keperawatan berupa
manajemen nyeri yaitu sebagai berikut; mengidentifikasi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, mengidentifikasi
skala nyeri, mengidentifikasi respon nyeri non verbal, mengidentifikasi
faktor yang memperberat dan memperinagn nyeri, mengidentifikasi
pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri, mengidentifikasi pengaruh

40
41

nyeri pada kualitas hidup, memonitor efek samping pengginaan analgetik,


mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri ( mis.suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan ), menjelaskan penyebab, periode dan pemicu
nyeri, mengajarkan tehnik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri,
dan memberikan hasil kolaborasi pemberian analgetik.
Adapun intervensi keperawatan yang dilakukan pada masalah
defisit nutrisi yakni berfokus pada manajemen nutrisi selanjutnya di
lakukan beberapa tindakan berdasarkan hasil observasi dan monitoring
tersebut yang bertujuan agar status nutrisi membaik dengan hasil yaitu
sebagai berikut porsi makan yang dihabiskan meningkat, berat badan
membaik, nafsu makan membaik, sehingga pasien akan menjadi lebih
baik.

4.3. Rancangan ide-ide baru


Berdasarkan pertimbangan hal-hal di atas dapat di simpulkan bahwa
ada dua solusi yang dapat di lakukan sebagai penanganan pada pasien
dengan gangguan pemenuhan oksigenasi pada pasien TB Paru, yaitu
latihan batuk efektif dan fisioterapi dada. hal ini sejalan dengan penulisan
yang di lakukan Tahir, dkk (2019) dimana Setelah dilakukan dilakukan
latihan batuk efektif dan fisioterapi dada memiliki efektifitas dalam
meningkatkan bersihan jalan napas.
42
PEMBERIAN INHALASI NEBULIZER DAN
FISIOTERAPI DADA
POSTURAL DRAINAGE, PERKUSI DAN VIBRASI DADA

No. Dokumen No. Revisi Halaman

OT.02.02/1/ 0093 /2020 01 1/4

Ditetapkan Oleh :

Direktur

Poltekkes Kemenkes Pontianak

STANDAR
PROSEDUR
Tanggal Terbit :
OPERASIONAL
23 JANUARI 2020

Didik HarIyadi, S.Gz, M.Si

NIP. 197112311992031010

PENGERTIAN NEBULASI adalah pemberian inhalasi uap dengan obat/tanpa obat menggunakan nebulator.

FISIOTERAPI DADA adalah salah satu intervensi untuk melepaskan sekresi dari berbagai
segmen paru dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi.
1. Postural Drainage : Merupakan cara klasik untuk mengeluarkan secret dari paru dengan
mempergunakan gaya berat (gravitasi) dari secret.
2. Vibrasi : merupakan kompresi dan getaran manual pada dinding dada dengan
tujuan menggerakkan secret ke jalan napas yang besar.
3. Perkusi adalah tepukan dilakukan pada dinding dada atau punggung dengan tangan dibentuk
seperti mangkok untuk melepaskan sekret yang tertahan atau melekat pada bronkhus.
TUJUAN Tujuan Nebulasi

1. Mengencerkan sekret agar mudah dikeluarkan

2. Melonggarkan jalan nafas

Tujuan Fisioterapi Dada

1. Membantu klien untuk mengencerkan secret & memudahkan untuk mengeluarkannya.


2. Memperbaiki satus respirasi klien.
3. Mencegah infeksi pada paru pada klien yg immobilisasi dalam waktu lama.
4. Meningkatkan efisiensi pernapasan dan ekspansi paru.
5. Memperkuat otot pernapasan.
6. Klien dapat bernapas dengan bebas dan tubuh mendapatkan oksigen yang cukup.
PERSIAPAN PERSIAPAN NEBULASI :

1. Dengan Alat Nebulazie


a) Masker nebulizer
b) Mesin nebulizer
c) Nacl 09%
d) Handscoon bersih
e) Spuit 3cc
f) Obat nebulizer
g) Tissu
43
44

BAB V
PENUTUP
1.1. Kesimpulan
Berdasarkan konsep asuhan keperawatan yang telah disusun dan
dilaksanakan kepada Ny. I meliputi pengkajian, rumusan masalah,
perencanaan, implementasi dengan hasil evaluasi bersihan jalan napas
meningkat, masalah nyeri cukup menurun, masalah defisit nutrisi dengan
status nutrisi membaik.

1.2. Saran
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi di rawat inap RSUD
Pemangkat, maka kelompok dapat memberikan saran sesuai tahap proses
keperawatan.

1. Untuk Rumah Sakit Umum Daerah Pemangkat


Untuk meningkatkan mutu pelayanan, terutama pelayanan asuhan
keperawatan yang diberikan kepada masyarakat, diperlukan dukungan
dari berbagai aspek, yaitu:
a. Diharapkan pihak rumah sakit dapat menegakkan disiplin waktu
berkunjung, agar di patuhi oleh pengunjung.
b. Agar selalu menjaga dan mempertahankan kualitas pelayanan
kesehatan yang diberikan.
2. Untuk Perawat
a. Pada tahap pengkajian sebaiknya perawat dapat melakukan
pengkajian secara mendalam dan menyeluruh (komprehensif) pada
pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi sehingga
data yang muncul benar-benar valid sesuai dengan masalah yang
dihadapi pasien.
b. Pada tahap diagnosa keperawatan ini, perawat dapat menentukan
rumusan masalah yang paling prioritas dan tepat sesuai keluhan
yang pasien rasakan untuk menentukan perencanaan sesuai masalah
yang telah ditentukan agar masalah yang pasien hadapi akan mudah
untuk diatasi.
45

c. Pada tahap perencanaan, sebaiknya mengacu pada masalah yang


dihadapi pasien terutama pada masalah yang sangat menggangu dan
hendaknya juga mengacu kepada perancanaan pada landasan teori.
Sehingga diperlukan rencana yang relevan untuk mengatasi masalah
pasien.
d. Pada tahap implementasi, sebaiknya perawat dapat melaksanakan
rencana intervensi yang telah ditetapkan sebelumnya sehingga hasil
yang diharapkan dapat dicapai dengan maksimal.
e. Pada tahap evaluasi, sebaiknya perawat dapat melaksanakan
evaluasi terhadap proses keperawatan yg dilakukan, dilaksanakan
dengan cermat dan mengacu pada tahap-tahap proses keperawatan
yang telah dilaksanakan sehingga hasil evaluasi sesuai dengan
kondisi yang nyata.
3. Untuk Pasien dan Keluarga
Diharapkan kepada pasien dan keluarga agar selalu mematuhi segala
yang telah dianjurkan terutama yang berhubungan dengan terapi
pengobatan dan tindakan keperawatan.
46

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2012. Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika

Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi


13. Jakarta: EGC.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2015. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 2.
Jakarta: Salemba Medika.
NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.
Jakarta: EGC.
Nanda NIC-NOC. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis Edisi Revisi Jilid 1. Jakarta : EGC.
Potter, Patricia A., Perry, Anne Griffin. 2005. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses Dan Praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Tahir, Rusna.,Imalia S, Dhea Sry Ayu., Muhsinah, Siti,. (2019) Fisioterapi dada
dan Batuk Efektif sebagai Penanalaksanaan Ketidakefektifan Bersihan Jalan
Nafas Pada pasien TB Paru di RSUD Kota Kendari. Health Information :
Jurnal Pendidikan 11(1), 20-26.
https://myjurnal.poltekkes-kdi.ac.id/index.php/hijp/article/view/87/49
SDKI Tim Pokja DPP PPNI, (2017), Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia,Edisi 1 ,Dewan Pengurus Pusat : Jakarta Selatan
SIKI Tim Pokja DPP PPNI, (2018), Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia,Edisi 1 ,Dewan Pengurus Pusat : Jakarta Selatan

SLKI Tim Pokja DPP PPNI, (2019), Standar Diagnosa Keperawatan


Indonesia,Edisi 1 ,Dewan Pengurus Pusat : Jakarta Selatan
Tarwonto dan Wartonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Asuhan
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai