MASUDI, S.Pd.I - PENERAPAN METODE KAISA DALAM MENINGKATKAN HAFALAN SURAH AL IKHLAS
MASUDI, S.Pd.I - PENERAPAN METODE KAISA DALAM MENINGKATKAN HAFALAN SURAH AL IKHLAS
MASUDI, S.Pd.I - PENERAPAN METODE KAISA DALAM MENINGKATKAN HAFALAN SURAH AL IKHLAS
Oleh:
MASUDI, S.Pd.I
Puji Syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan Rahmat dan HidyahNya
kepada Penulis, yang telah memberikan bimbingan dan kelapangan waktu kepada penulis
sehingga penulis dapat menulis hasil penelitian ini agar dapat menjadi bahan bacaan bagi
seluruh kalangan.
Muhammad SAW.
Dalam penyelesaian Penilaian Tindakan Kelas (PTK) ini tentulah tidak terlepas dari
berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
1. Para pihak di TK Annur Al Mahat Tahfiz Assobirin Kisaran yang telah memberikan
2. Keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan moril dan spirituil kepada penulis
3. Rekan-rekan guru yang penulis hormati dan sayangi yang telah banyak membantu penulis
dalam melaksanakan penelitian dan penulisan ini hingga akhirnya tulisan ini dapat
4. Dan kepada pihak lainnya yang tidak dapat penulis utarakan satu persatu yang telah
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangannya disana sini. Untuk
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat meningkatkan hasil tulisan ini
agar menjadi jauh lebih baik lagi dari para pembaca, peneliti dan rekan-rekan guru.
Akhir kata penulis mengucapkan terimaksih dan berharap Penelitian ini bermanfaat
Mashudi, S.Pd.I
DAFTAR ISI
Skripsi ini menjelaskan tentang penerapan metode Kaisa dalam meningkatkan hafalan surah
pendek. Penelitian dilakukan di TK Annur Al Mahat Tahfiz Assobirin. Penelitian ini
dilatarbelakangi oleh kurangnya minat anak pada hafalan surah yang disebabkan karena
metode yang diterapkan tidak menyenangkan bagi anak-anak sehingga membuat anak bosan
dan jenuh. Penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan: (1) bagaimana konsep
metode Kaisa pada anak usia dini? (2) bagaimana konsep hafalan surah pendek? (3)
bagaimana penerapan metode Kaisa dalam meningkatkan hafalan surah Al-Ikhlas?
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskripftif dengan pendekatan penelitian
tindakan kelas (classroom action research). Subjek dalam penelitian ini adalah anak usia 5-6
tahun. Adapun teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan observasi, dokumentasi,
dan wawancara. Sedangkan untuk analisis data menggunakan siklus. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa peningkatan menghafal surah pendek yaitu surah Al-Ikhlas dan Al-Fiil
melalui metode Kaisa di TK Annur Al Mahat Tahfiz Assobirin Jakarta Pusat sebelum
dilaksanakan penelitian tindakan kelas dalam kategori Berkembang Sangat Baik (BSB) rata-
rata sebesar 6,7%. Setelah
dilakukan tindakan kelas melalui metode Kaisa diperoleh hasil siklus I kategori Berkembang
Sangat Baik (BSB) rata-rata 33,3% dan siklus II meningkat menjadi 86,6%. Hasil penelitian
ini sudah memenuhi indikator pencapaian sebesar 75% yang telah ditetapkan sekolah.
BAB I
PENDAHULUAN
Pembelajaran Alquran pada anak usia dini, khususnya pada era saat ini, masih
memegang peranan penting bagi tumbuh kembang nilai-nilai agama yang meliputi tauhid,
Orang tua merupakan lembaga sosial yang paling dasar untuk mewujudkan
pembangunan kualitas manusia yang berakhlakul karimah terutama pada anak usia dini.
Perkembangan nilai-nilai agama pada anak usia dini terjadi dalam beberapa ciri dan
sifat, yaitu sifat verbalis, ritualis dan imitatif. Artinya, pengembangan nilai-nilai kehidupan
agama pada anak sebagian besar tumbuh bermula secara verbal (ucapan). Nilai-nilai agama
didapat melalui cara-cara seperti menghafal secara verbal. Misal, menghafal kalimat-kalimat
thayyibah dan pujian kepada Allah, menghafal doa sehari-hari, dan menghafal ayat-ayat
Alquran. Pengembangan nilai-nilai agama juga tumbuh melalui proses ritualis (praktik),
misal praktik bersuci (berwudhu, mandi), praktik ibadah (salat, puasa di bulan Ramadan,
membayar zakat), dan praktik upacara keagamaan (memperingati Maulid Nabi, Isra Mi’raj,
dan lain-lain). Sedangkan sifat imitative berarti proses penanaman nilai-nilai agama terjadi
melalui peniruan dari orang dewasa di sekitarnya, baik berupa pembiasaan maupun
pengajaran yang intensif. Hal ini merupakan langkah pertama dari proses yang dapat
Ketiga proses penanaman nilai-nilai agama pada anak usia dini disaat sekarang
mendapatkan tantangan yang besar, mulai dari media hingga lingkungan anak bertumbuh.
Anak-anak seringkali mendapatkan nilai-nilai yang negatif dari tayangan televisi, seperti
perilaku membentak orang tua, mengejek sesama dan lain-lain. Terlebih, di era internet maju
pesat seperti saat ini, anak-anak di usia dini tidak lagi kesulitan mengakses game online
melalui ragam teknologi yang ada. Sayangnya, konten game online ini lebih banyak yang
mengajarkan sikap agresif (memukul, membunuh) yang dikemas dengan cerita menarik
menjadi agen penyebar nilai-nilai kekerasan dan kebebasan yang jauh dari nilai-nilai Qurani
nan Islami. Bila kontrol orang tua dan guru lemah, maka upaya pengembangan nilai-nilai
Salah satu realita yang saat ini umum terjadi khususnya di kota-kota besar seperti DKI
Jakarta, Surabaya, Medan dan lainnya saat proses pengembangan nilai-nilai agama melalui
tahap verbalis kurang tercapai, dalam hal ini ketika anak-anak lebih senang dan tertarik
menonton televisi atau bermain games dibanding membaca atau belajar Alquran.
Gambaran umum yang terjadi saat ini adalah membaca, menghafal, memahami dan
mempelajari Alquran sering diabaikan oleh anak-anak. Oleh karenanya, upaya orang tua
Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) Bab II pasal 2; fungsi pendidikan nasional adalah
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
dalam tiga jalur: informal (keluarga), formal (sekolah), dan nonformal (masyarakat), atau
disebut dengan Tri Pusat Pendidikan. Ketiganya saling menguatkan dan mempengaruhi
usia dini. Baik orang tua, sekolah, maupun masyarakat berperan dalam memberikan
pembinaan, bimbingan, dan rangsangan sebagai rangkaian upaya pendidikan bagi anak usia
dini.
Suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia
enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Penjelasan UU tersebut menunjukkan peran utama pendidikan anak usia dini dalam
membekali dan menyiapkan anak sejak usia awal untuk memperoleh kesempatan dan
Urgensi pendidikan anak usia dini telah dikemukakan oleh para ahli psikologi
perkembangan yang memandang bahwa masa ini merupakan masa yang sangat menentukan,
hingga dikenal dengan golden age, atau masa emas. Beberapa ahli pendidikan menjelaskan
tentang masa anak-anak ini yang hanya datang satu kali dan tidak dapat diulang. Usia dini
merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar dalam sepanjang rentang
pertumbuhan serta perkembangan kehidupan manusia. Masa ini merupakan masa awal
pengembangan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri, disiplin,
sadaqah jariah, ilmu bermanfaat, dan doa anak yang saleh.” (HR. Muslim).
mendapat perhatian yang cukup besar. Allah mengibaratkannya serupa harta yang berharga.
Hadis Rasulullah Saw. pun mengisyaratkan anak sebagai investasi bagi orang tuanya setelah
perintah tentang pendidikan anak banyak dijelaskan dalam Alquran dan hadis. Rasulullah
Saw pun menjelaskan tentang tahapan usia dalam mendidik anak supaya kita sebagai orang
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional
Pendidikan Anak Usia Dini adalah kriteria kemampuan yang dicapai anak pada seluruh aspek
perkembangan dan pertumbuhan mencakup aspek nilai agama dan moral, fisik-motorik,
Seluruh aspek tersebut saling mempengaruhi satu dengan lainnya. Sehingga seluruh
aspek perkembangan tersebut harus diupayakan untuk dibina dan diberi rangsangan sejak dini
tanpa terkecuali.
dan pembiasaan agar memenuhi nilai-nilai dan kewajibannya pada Allah SWT. Arah
pendidikan Islam bagi anak dijelaskan dalam beberapa ayat, yang cukup lengkap tertuang
dalam Firman Allah Q.S. Luqman ayat 12-19. Di dalamnya, setidaknya Allah menyiratkan
melalui konsep pendidikan bagi anak yang meliputi nilai pendidikan tauhid, pendidikan
keteladanan. Agar pendidikan tersebut dapat tercapai, maka mempelajari Alquran sangatlah
Alquran merupakan pedoman kehidupan orang-orang beriman. Menurut Muhammad Ali As-
Shabuni, Firman Allah SWT tidak ada tandingannya, Firman Allah SWT ini diturunkan
kepada Nabi Muhammad Saw yang disampaikan melalui perantara yaitu malaikat Jibril As.
Kemudian ditulis kepada para mushafnya untuk disampaikan kepada umatnya dengan jalan
mutawattir (berturut-turut) dimana membaca dan mempelajari isi Alquran adalah termasuk
salah satu ibadah kepada Allah SWT. Alquran sendiri diawali dengan bacaan surat Al-Fatihah
berbeda dengan kitab-kitab lainnya yang Allah turunkan yang telah diubah dari keasliannya
melalui campur tangan manusia. Sesuai dengan Firman Allah SWT. yang berbunyi:
memeliharanya.” (Q.S. Al Hijr/15: 9). Meskipun Allah telah menjamin kemurnian Alquran,
namun sebagai umat muslim tidak terlepas dari kewajiban dan tanggung jawab untuk
memelihara kemurniannya dari tangan-tangan jahil dan musuh-musuh Islam yang berusaha
mengotori dan merubah ayat-ayat Alquran. Upaya mereka dalam menjadikan orang-orang
Islam sebagai golongan mereka adalah menyesatkan umat Islam agar menyeleweng dari
ajaran Agama Islam. Salah satu wujud dari upaya tersebut adalah pemalsuan ayat-ayat
Alquran. Alquran merupakan pedoman hidup umat Islam. Apabila musuh-musuh berhasil
Salah satu cara menjaga Alquran yaitu dengan menghafalnya. Alquran mengulang
kata “mudah” pada surah Al-Qomar sebanyak empat kali, yang berbunyi:
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Alquran untuk pelajaran, maka adakah orang yang
dipelajari oleh siapapun. Bahkan sekalipun Alquran dipelajari oleh anak-anak. Ada banyak
bukti bahwa justru anak-anaklah yang lebih cepat menghafal ayat-ayat Allah dalam Alquran.
Menurut Imam Suyuti, fungsi dan kegunaan menghafal Alquran salah satunya untuk
selalu menjaga kemurnian Firman Allah dari perubahan-perubahan yang terjadi pada akhir
zaman. Menurut Drs. Ahsin W. Al-Hafidz menyatakan bahwa menghafal Alquran sangat
penting dikarenakan beberapa alasan, yaitu Alquran diturunkan, diterima dan diajarkan oleh
Nabi secara hafalan. Ada pula anggapan bahwa hikmah Alquran diturunkan secara berangsur-
angsur sebagai isyarat dan dorongan ke arah tumbuhnya himmah (cita-cita) untuk
Proses menghafal menurut Benyamin S. Bloom merupakan salah satu tahapan capaian
hasil belajar kognitif. Artinya, suatu objek yang dipelajari diingat dalam proses berpikir
sebagai modal dasar dalam proses berpikir tahap selanjutnya (dianalisis bahkan dievaluasi).
Dengan kata lain, proses menghafal ayat-ayat Alquran yang diupayakan pada anak usia dini
dimaksudkan untuk memberikan pijakan awal dalam proses berpikir ke hal-hal yang lebih
kompleks mengenai nilai-nilai agama dan pedoman hidup yang tertuang dalam Alquran.
pondok pesantren saja atau sekolah-sekolah dengan basis agama (seperti Raudhatul Athfal,
Alquran seperti kurang umum dilakukan di lembaga-lembaga pendidikan seperti TK, PAUD,
SD, SMP dan SMA. Padahal, karena Indonesia adalah negara dengan penduduk beragama
Islam yang mayoritas, maka pembelajaran agama melalui pembelajaran Alquran sebagai
pedoman hidupnya perlu terus dilakukan, salah satunya melalui kegiatan menghafal.
Fenomena yang menggembirakan terjadi pada tahun-tahun terakhir ini. Selain
penerapan nilai-nilai agama di sekolah umum seperti mewajibkan siswa beragama Islam yang
sudah baligh untuk berjilbab sebagai upaya menjalankan perintah menutup aurat,
pembelajaran Alquran pun masuk dalam kegiatan utama di sekolah-sekolah umum. Hal ini
tergambar pada proses awal belajar yang dimulai dengan membaca Alquran secara bersama-
sama di kelas.
pada satuan-satuan pendidikan anak usia dini, telah banyak mengusahakan untuk
memberikan nuansa pembelajaran Alquran di lembaganya, baik dalam tahap verbalis, ritualis,
maupun imitatif. Khusus pada pembelajaran Alquran pada satuan-satuan pendidikan anak
usia dini dilakukan melalui tahap verbalis, anak-anak didorong untuk memiliki kemampuan
membaca dan menghafal ayat-ayat Alquran yang sederhana. Umumnya, dimulai dengan
membaca dan menghafal surah-surah dalam juz ketiga puluh atau dikenal dengan Juz Amma.
Pada masyarakat Indonesia, surat-surat pada juz ketiga puluh ini dikenal dengan surat-surat
pendek. Hal ini karena jumlah ayat dalam sebagian besar surat di Juz Amma pendek-pendek.
pembelajaran Alquran dalam upaya pengembangan nilai-nilai agama pada anak usia dini di
kawasan Kisaran adalah TK Annur Al Mahat Tahfiz Assobirin. TK ini terletak di kawasan
pemukiman penduduk, dan ada banyak tantangan yang dihadapi oleh segenap pengelola dan
pendidik TK Annur Al Mahat Tahfiz Assobirin dalam menerapkan pembelajaran anak usia
dini yang ideal, yang bertujuan memberikan stimulus pada anak usia dini sesuai dengan tahap
Mahat Tahfiz Assobirin datang dari orang tua dan lingkungan masyarakat itu sendiri.
Rendahnya tingkat pengetahuan di bidang agama pada orang tua membuat anak-anak kurang
mendapat stimulasi di lingkungan rumah yang mengarahkan pada pengembangan nilai-nilai
agama. Misalnya, orang tua kurang melakukan pembiasaan di rumah terkait nilai-nilai agama,
atau bahkan orang tua kurang memberikan teladan bagi anak dalam mengembangkan nilai-
nilai agama, atau orang tua yang kurang mampu dalam mengajari serta minimnya
dini pada anak didik TK Annur Al Mahat Tahfiz Assobirin di lingkungan rumahnya kurang
optimal.
Faktor lingkungan juga menjadi tantangan tersendiri pada penerapan nilai-nilai agama
ada anak usia dini di TK Annur Al Mahat Tahfiz Assobirin. Lingkungan kelurahan yang
cukup padat dengan berbagai masalah sosial di dalamnya berpotensi mewarnai peserta didik
nilai-nilai agama di TK Annur Al Mahat Tahfiz Assobirin diupayakan dengan cukup serius.
Tujuannya, memberikan alternatif lingkungan yang lebih kondusif bagi tumbuh kembang
dengan berbagai kegiatan pembelajaran yang fokusnya pada bidang akidah, akhlak, ritual
ibadah, dan kisah-kisah. Wujudnya adalah kegiatan hafalan surah-surah pendek, hafalan doa
sehari-hari, hafalan hadits, hafalan bacaan sholat, praktek wudhu dan sholat fardhu, menulis
huruf hijaiyah dan angka arab serta dasar-dasar akidah (pemahaman akidah).
Assobirin masih belum optimal. Hal ini karena penggunaan metode yang diterapkan pada
anak-anak masih menggunakan metode repetisi (pengulangan) dan drill (latihan). Prosesnya,
pendidik membacakan ayat per ayat, anak-anak mengikuti bacaan pendidik. Proses ini
dilakukan berulang-ulang, sampai pada ayat tersebut mampu dihafal baik oleh anak, tanpa
bantuan pendidik. Sepanjang menerapkan metode ini, anak-anak menghabiskan waktu yang
cukup panjang dalam menghafal sebuah surat yang berisi tiga sampai tujuh ayat (fokus
hafalan surat-surat pendek yang dihafal adalah QS. Al-Fiil sampai dengan QS. An-Naas).
Hasilnya, seringkali materi hafalan tidak tuntas seperti waktu yang direncanakan. Kadang-
kadang, anak juga tampak bosan saat proses menghafal sehingga kerapkali anak-anak justru
bercanda dengan sesamanya saat proses menghafal. Anak-anak juga kurang memahami
kandungan surat yang dihafalnya sehingga pembelajaran yang diterimanya menjadi kurang
bermakna.
Annur Al Mahat Tahfiz Assobirin melalui penerapan metode Kaisa yang belum pernah
dilakukan di sana.
Metode yang biasa diterapkan yaitu metode ceramah. Ini menunjukkan bahwa tidak
tercapainya target hafalan siswa dikarenakan kemampuan siswa dan motivasi untuk
menghafal masih sangat kurang serta metode yang diterapkan memungkinkan anak mudah
bosan. Kesulitan menghafal Alquran merupakan suatu problematika dalam dunia pendidikan,
hal ini menyebabkan terdapatnya materi yang tidak tuntas tepat pada waktunya. Sehingga
untuk memudahkan anak dalam menghafal surah-surah pendek sesuai target yang sudah
dibuat dan tidak mudah bosan bagi anak-anak, maka dalam penerapan metode perlu diubah
Metode Kaisa sendiri dikenal dengan istilah metode gerakan dan isyarat. Dalam hal
ini, saat menghafal, pendidik akan mendemonstrasikan sejumlah gerakan dan isyarat yang
mewakili suatu kata dalam ayat pada surat-surat yang dihafal. Misal, saat menghafal surat Al-
Fiil, pendidik akan memeragakan sebuah gerakan yang dekat dengan gambaran gajah yang
berbelalai panjang dan bertelinga lebar saat mengucapkan kata-kata fiil yang berarti gajah.
Alasan penerapan metode Kaisa untuk meningkatkan hafalan surat-surat pendek pada
anak usia dini di TK Annur Al Mahat Tahfiz Assobirin adalah salah satunya peneliti
bermaksud memperoleh gambaran mengenai dampak dari penerapan metode ini pada
kemampuan menghafal anak. Selama ini, seperti yang telah dijelaskan di atas, anak-anak
Selain itu, pembelajaran jadi kurang bermakna karena saat menghafal anak merasa
bosan dan bercanda dengan sesama kawannya. Dengan metode Kaisa, peneliti berasumsi
anak-anak akan memperoleh pembelajaran yang lebih bermakna, dimana anak-anak juga
akan tidak mudah bosan karena bukan saja kognitifnya yang dikembangkan, tetapi juga aspek
kinestetisnya, karena metode ini mendorong anak untuk bergerak saat menghafal.
Selain itu, masa anak usia 2-6 tahun, dalam proses kognitif (penyerapan informasi
bersifat pengetahuan) menurut Jean Piaget berada di masa pra operasional konkret. Artinya,
pengalaman-pengalaman yang dapat dilihat, didengar, dan disentuh oleh anak. Itulah
sebabnya anak-anak pada usia ini kerap membutuhkan simbol dalam mempelajari sesuatu
dan memprosesnya menjadi suatu informasi. Sehingga, peneliti meyakini metode Kaisa
memberikan jawaban atas metode yang sesuai dengan karakter perkembangan kognitif anak
usia 2-6 tahun karena metode kaisa berpotensi memberikan anak gambaran nyata atau
Pada penelitian ini, peneliti menyasar anak-anak usia 5-6 tahun di TK Annur Al
Mahat Tahfiz Assobirin. Alasan pemilihan objek penelitian ini dikarenakan anak-anak di
rentang usia tersebut sudah cukup memiliki target hafalan yang sistematis. Sifatnya bukan
lagi mengenalkan hafalan, tapi juga memberikan target hafalan kepada anak-anak tersebut.
Selain itu, anak pada rentang usia tersebut yang merupakan objek penelitian peneliti dinilai
penelitian tentang metode hafalan pada anak usia dini dengan judul Penerapan Metode Kaisa
Dalam Meningkatkan Hafalan Surah Al Ikhlas Pada Anak Usia 5-6 Tahun di TK Annur Al
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang diatas maka peneliti dapat mengidentifikasi masalah dalam
2. Guru mengajarkan hafalan kepada anak-anak monoton sehingga membuat anak jenuh
C. Pembatasan Masalah
2. Kemampuan menghafal surah Al-Ikhlas beserta terjemahannya pada anak usia 5-6 tahun di
3. Karakteristik anak usia 5-6 tahun yang ada di TK Annur Al Mahat Tahfiz Assobirin,
Kisaran.
D. Perumusan Masalah
Penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara teoritis dan praktis terhadap
penerapan metode kaisa dalam meningkatkan hafalan surah Al-Ikhlas pada anak usia 5-6
tahun di TK Annur Al Mahat Tahfiz Assobirin, Kisaran. Adapun tujuan dari penelitian ini
yaitu :
3. Ingin mengetahui hasil dari penerapan metode Kaisa dalam meningkatkan hafalan surah
Al-Ikhlas.
F. Kegunaan Penelitian
1. Secara Teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang
penerapan metode yang sesuai dengan karakteristik anak usia dini dalam peningkatan
2. Secara Praktis
a. Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan sehingga dapat meningkatkan mutu dan
kualitas dalam mendidik anak usia dini dalam aspek pengembangan nilai agama, khususnya
b. Bagi siswa
Anak dapat memiliki akhlak yang mulia, berbudi pekerti yang luhur dan menjadi generasi
pecinta Alquran sehingga memiliki semangat untuk terus menambah hafalannya melalui cara-
c. Bagi Sekolah
Dengan adanya penelitian ini dapat menjadi masukan dan ilmu bagi pimpinan sekolah
untuk lebih memahami perannya dalam membentuk dan mengembangkan nilai agama pada
G. Kajian Pustaka
Sebuah karya ilmiah mensyaratkan orisinalitas, oleh karena itu kajian penelitian
sebelumnya sangat penting dilakukan agar tidak terjadi duplikasi atau pengulangan penelitian
melakukan kajian terhadap penelitian yang sudah dilakukan, juga mampu memberikan
nuansa yang lain dan berbeda terhadap penelitian yang telah dilakukan.
1. Skripsi yang dibuat oleh Sitti Khadijah, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
Kendari tahun 2017, yang berjudul “Meningkatkan Motivasi Belajar Dan Kemampuan
Menghafal Juz Amma Melalui Penerapan Metode Kaisa Pada Pelajaran Ilmu Tahfidz
2. Skripsi yang dibuat oleh Putri Murdia Ningsih, Fakultas Agama Islam Universitas
3. Skripsi yang dibuat oleh Cucu Susianti yang berjudul, PGPAUD Universitas Pendidikan
Indonesia tahun 2016 yang bejudul “Efektivitas Metode Talaqqi Dalam Meningkatkan
Kemampuan Menghafal Al-Quran Anak Usia dini”. Sebuah penelitian yang ingin
Penelitian di atas berbeda dengan yang penulis lakukan, perbedaan penelitian ini dari
batasan hafalan surah yang sudah ditargetkan. Yang peneliti lakukan yaitu fokus pada metode
H. Manfaat Penelitian
3. Bagi Guru
b. Membuat guru lebih kreatif dalam memilih metode yang tepat untuk
penanaman nilai agama
4. Bagi Lembaga
I. Metodologi Penelitian
Jenis penelitian pada skripsi ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas merupakan salah satu bagian
dari strategi penelitian kualitatif yang berparadigma konstruktivis, oleh karena itu bentuk
analisanya khas, yaitu bersifat siklus, dan tujuan utamanya adalah untuk perbaikan proses
pembelajaran di kelas. Penelitian ini dilakukan dengan tindakan kelas karena untuk
J. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini didasarkan kepada buku pedoman penulisan karya ilmiah
UU No. 20 Tahun 2003 telah menyebutkan bahwa anak usia dini adalah anak usia
sejak lahir (0 tahun) sampai usia enam tahun. Pada usia ini mereka mengalami pertumbuhan
dan perkembangan yang sangat pesat. Pertumbuhan dan perkembangan itu mencakup
beberapa aspek, diantaranya yaitu aspek nilai agama dan moral, fisik-motorik, kognitif,
bahasa, sosial-emosional dan seni. Masa pertumbuhan inilah yang kemudian disebut dengan
Anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan yang bersifat unik, dalam arti memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan
(koordinasi motorik halus dan kasar), inteligensi (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi
dan kecerdasan spiritual), sosial emosi (sikap, perilaku dan agama), bahasa dan komunikasi
National Association for the Education of Young Children (NAEYC) yaitu asosiasi
para pendidik anak yang berpusat di Amerika, mendefinisikan rentang usia anak usia dini
NAEYC membagi anak usia dini menjadi 0-3 tahun, 3-5 tahun, dan 6-8 tahun.
Menurut definisi ini anak usia dini merupakan kelompok manusia yang berada pada proses
pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini mengisyaratkan bahwa anak usia dini adalah
individu yang unik yang memilki pola pertumbuhan dan perkembangan fisik, kognitif, sosio-
emosional, kreativitas, bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tahapan yang
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa anak usia dini yaitu
anak yang berada di usia keemasan yakni 0-6 tahun yang sedang mengalami pertumbuhan
dan perkembangan dalam aspek nilai agama dan moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial
emosional, serta seni dan perlu diberi stimulasi oleh orang dewasa untuk mendukung
pertumbuhan dan perkembangan tersebut. Stimulasi yang tepat pada anak akan mendapatkan
Sebagaimana manusia pada umumnya, anak usia dini merupakan individu yang unik.
Mereka memiliki ketidaksamaan satu dengan yang lain. Namun, anak usia dini memiliki
karakteristik yang khas dan berbeda dengan anak yang usianya diatas delapan tahun. Anak
Anak usia dini pada umumnya masih bersifat egosentris, ia melihat dunia dari sudut
pandang dan kepentingannya sendiri. Karakteristik ini terkait dengan perkembangan kognitif
anak. Menurut Piaget, anak usia dini berada pada tahapan tahapan sebagai berikut:
Fase pra operasional pola berpikir anak bersifat egosentris dan simbolis, karena anak
melakukan operasi-operasi mental atas pengetahuan yang mereka miliki, belum dapat
bersikap sosial yang melibatkan orang yang ada disekitarnya, asyik dengan kegiatan sendiri
dan memuaskan diri sendiri. Apapun yang dia inginkan harus segera terpenuhi keinginannya.
b. Anak Memiliki Rasa Ingin Tahu
Anak berpandangan bahwa dunia ini dipenuhi hal-hal yang menarik dan
menakjubkan. Hal ini mendorong rasa ingin tahu yang tinggi pada diri anak. Sehingga anak-
anak tertarik melakukan eksplorasi dan eksperimen untuk mencari dan menemukan jawaban
Anak memiliki keunikan sendiri seperti dalam gaya belajar, minat dan latar belakang
keluarga. Keunikan dimiliki oleh masing-masing anak sesuai dengan bawaan, minat,
kemampuan dan latar belakang kehidupan yang berbeda satu sama lain. Dari keunikan anak
Anak memiliki dunia sendiri berbeda dengan orang di atas usianya. Mereka tertarik
dengan hal-hal yang bersifat imajinatif sehingga mereka kaya dengan fantasi. Memperkaya
Anak yang memiliki imajinasi bisa dituangkan ke dalam sebuah gambar. Dari
Umumnya anak sulit untuk berkonsentrasi pada suatu kegiatan dalam jangka waktu
yang lama. Ia selalu cepat mengalihkan perhatian pada kegiatan lain, kecuali memang
Rentang konsentrasi anak usia lima tahun umumnya sekitar 10 menit. Perubahan pola
pikir akan membuat kualitas berpikir anak-anak menjadi berbeda pada usia yang berbeda.
Tahapan menurut piaget yang dikutip dalam buku psikologi pendidikan, anak di usia
4-6 tahun merupakan anak pada tahap pra operasional. Pada tingkat ini, anak telah
menunjukkan aktivitas kognitif dalam menghadapi berbagai hal di luar dirinya. Aktivitas
berpikirnya belum mempunyai sistem yang terorganisasikan. Anak sudah dapat memahami
realitas di lingkungan dengan menggunakan tanda-tanda dan simbol. Cara berpikir anak pada
tingkat ini bersifat tidak sistematis, tidak konsisten dan tidak logis. Hal ini ditandai dengan
ciri-ciri:
Transductive reasoning yaitu cara berpikir yang bukan induktif atau deduktif tetapi tidak
logis.
tidak logis.
Animisme yaitu menganggap bahwa semua benda itu hidup seperti dirinya.
Artificialism yaitu kepercayaan bahwa segala sesuatu di lingkungan itu mempunyai jiwa
seperti manusia.
Perceptually bound yaitu anak menilai sesuatu berdasarkan apa yang dilihat atau didengar.
Mental experiment yaitu anak mencoba melakukan sesuatu untuk menemukan jawaban
Centration yaitu anak memusatkan perhatiannya kepada sesuatu ciri yang paling menarik
Dari ciri-ciri mengenai cara berpikir anak, seperti yang kita ketahui bahwa anak
berpikir tidak sistematis, tidak konsisten dan tidak logis itu akan menjadikan pola pikir
mereka tidak terarah. Untuk mengarahkan pola pikir mereka yaitu dengan menstimulasi
secara terus-menerus dan memberikan banyak pengalaman kepada mereka sehingga dengan
apa yang telah mereka lihat, mereka dengar dan mereka pelajari dari lingkungan sekitar akan
mengembangkan kemampuan pola pikir mereka secara sistematis, konsisten dan logis. Oleh
karena itu, peran orang tua, guru dan lingkungan sekitar sangatlah penting dalam
Hafalan surah pendek terdiri dari kata “hafalan” dan “surah pendek”. Munawir
menyebutkan bahwa hafalan berasal dari kata dasar hafal. Dalam bahasa arab berasal dari
kata Al-Hifdzu bentuk masdar dari Hafidza yang berarti penjagaan, perlindungan,
pemeliharaan, hafalan.
Hafalan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata “hafal” yang artinya
telah masuk dalam ingatan tentang pelajaran atau dapat mengucapkan di luar kepala tanpa
melihat buku atau catatan lain. Kemudian mendapatkan imbuhan –an yang artinya sesuatu
Hafalan dapat diartikan bahwa sesuatu telah berhasil masuk dalam ingatan seseorang
kemudian dapat diucapkan di luar kepala tanpa harus melihat buku atau catatan lagi. Aktivitas
menghasilkan hafalan disebut dengan menghafal. Disini ada proses mengingat sesuatu hingga
waktu yang tidak tentu, tergantung tingkat hafalan sejauh mana seseorang dapat
mempertahankan sesuatu yang diingat tersebut. Sa‟dulloh menyebutkan bahwa tahfidz yaitu
menghafal sedikit demi sedikit Alquran yang telah dibaca secara berulang-ulang.
Hal ini menunjukkan bahwa hafalan merupakan sesuatu yang dihasilkan dari aktivitas
Sementara itu, surah pendek yaitu surat yang terdapat dalam Alquran juz 30. Secara
etimologi, surah artinya manzilah atau kedudukan. Sedangkan secara terminologi, surah
adalah sejumlah ayat-ayat Alquran yang terdiri atas awal dan akhir surat.
Alquran dalam arti secara bahasa yaitu sebuah bacaan atau sesuatu yang dibaca.
Sedangkan secara istilah, Alquran dipahami sebagai wahyu atau kalam Allah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril yang ditulis dalam mushaf diawali
dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Naas dengan total jumlah surat
sebanyak 114 dalam 30 juz. 114 surat tersebut memiliki panjang pendek ayat yang berbeda.
Surah yang terpendek terdiri dari 3 ayat, sementara surah yang terpanjang terdiri dari 286
ayat.
Surah-surah dalam Alquran, ditinjau dari segi panjang pendeknya dibagi menjadi 4
bagian, yaitu :
1. As-Sab’u At-Tiwal, dimaksudkan dengan tujuh surah yang panjang, yaitu surah Al-
2. Al-Mi’un, dimaksudkan dengan surah-surah yang berisi kira-kira 100 ayat lebih. Seperti:
3. Al-Matsani, dimaksudkan dengan surah-surah yang berisi kurang sedikit dari 100 ayat.
sebagainya.
Golongan ke empat yakni Al-Mufassal dibagi lagi menjadi tiga bagian,yaitu: Pertama, al-
mufashshaal thiwal yang tergolong kelompok ini adalah surah Al-Hujurat sampai Al-Buruj.
Kedua, al-mufashshaal ausath yang tergolong kelompok ini adalah Al-Thariq sampai Al-
Bayyinah. Ketiga, al-mufashshaal qishar yang tergolong kelompok ini adalah surah Al-
Berdasarkan uraian diatas, penulis menyimpulkan bahwa hafalan surah pendek adalah
sesuatu yang dihasilkan dari aktivitas menghafal sejumlah ayatayat Alquran yang terdiri atas
Menghafal Alquran merupakan aktivitas yang kaitannya sangat erat dengan kerja
memori dalam otak. Adapun seorang anak akan lebih mudah menangkap hafalan dengan cara
Aktivitas menghafal Alquran melibatkan cara kerja memori. Memori dalam otak akan
Shaleh menjelaskan tentang tahapan memori. Tahapan memori tersebut terdapat satu
penjelasan yang disebut dengan Stage Models Of Memory. Model ini didasarkan atas
pengolahan informasi berdasarkan stage yang mempunyai ciri tersendiri yang digambarkan
Pada saat seseorang melakukan proses pengamatan dan menerima satu input
berdasarkan modalitas indra yang dimilikinya, maka pada saat tersebut input yang diterima
oleh sensori masuk selama beberapa waktu di terminal sensori (Sensory Memory/SM).
Kapasitas Sensory Memory memuat 16 item memory content dan singgah sejenak selama 7-
15 detik bergantung pada jenis sensasi yang ditangkap memori. Jika item-item tersebut
diberikan perhatian, maka akan diteruskan kembali ke terminal kedua. Terminal kedua ini
lebih singkat, yaitu Short Term Memory (STM) atau memori jangka pendek.
Kamal menjelaskan bahwa dalam memori jangka pendek, individu menyimpan
informasi selama 15 hingga 30 detik, dengan asumsi tidak ada latihan atau pengulangan. Jika
terminal akhir proses ingatan, Long Term Memory (LTM) atau memori jangka panjang.
Kapasitas memori jangka panjang sangat besar sehingga dapat menyimpan memori tidak
terhingga menghasilkan memory output. Namun, sering terjadi kegagalan dalam proses
retrieval atau mengingat. Jika hal tersebut terjadi pada tahap ini, maka ia dapat dianggap telah
akan ditransfer ke memori (kerja) jangka pendek (Short Term Memory) atau dikenal juga
dengan sebutan working memory atau WM yang disebut juga sebagai memori kerja. Memori
kerja adalah memori kita dari pikiran sadar yang dapat segera diakses. Memori kerja
memiliki dua fungsi: pemertahanan dan penarikan. Informasi yang datang dipertahankan
dalam kondisi aktif dalam jangka waktu yang pendek dan diproses dengan cara diulang atau
dihubungkan dengan
Pengulangan dalam metode Kaisa juga ditekankan. Walaupun hanya sedikit, namun
anak diharuskan untuk mengulang-ulang hafalan. Schunk yang dikutip oleh Darmadi
menyatakan bahwa Working Memory itu terbatas durasinya. Jika tidak segera diproses,
Begitu juga anak akan lupa tentang apa yang telah mereka hafalkan jika terlalu lama
tidak diulang kembali. Hafalan yang telah didapatkan oleh anak akan diulang-ulang disertai
dengan pemahaman arti. Hal ini sebagai upaya pencegahan terjadinya lupa akan ayat yang
telah didapat.
Sejalan dengan prinsip pendidikan anak usia dini bahwa pendidikan berorientasi pada
pendidikan anak, yang bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan perkembangan anak. Latif
mengatakan bahwa anak belajar melalui bermain, belajar yang menyenangkan sehingga
merangsang anak untuk bereksplorasi dengan menggunakan benda-benda (alat main) yang
sedikit dan perlahan. Kemudian anak akan menangkap bacaan kemudian dihafalkan. Schunk
menjelaskan bahwa Sternberg menyimpulkan bahwa orang menarik informasi dari memori
Penggalan ayat yang tidak melebihi kapasitas Working Memory disampaikan dalam
waktu yang singkat, kemudian anak mengulang apa yang telah dibacakan oleh guru. Anak
akan sedikit melakukan kesalahan lafal. Hal ini karena pembelajaran masih tergolong mudah.
Namun, ketika ayat ditambah, maka waktu penangkapan akan meningkat sekitar 40 milidetik
Untuk itu, pembimbingan hafalan dilakukan secara perlahan dan bertahap. Pada hal
tersebut guru harus selalu mengontrol hafalan anak dan membimbing anak untuk mengulang-
pengolahan informasi di Working Memory dan gerakan pengetahuan yang keluar dan masuk
pengawasan atau pemisahan dan aktivitas-aktivitas kognitif. Pengontrolan hafalan oleh guru
dapat dijadikan acuan tolok ukur peningkatan hafalan yang didapat oleh anak.
menerus akan semakin melekatkan hafalan yang telah didapat. Hal ini dapat mencegah
terjadinya lupa. Seperti apa yang telah dijelaskan Baddeley dalam Schunk bahwa
pengulangan dapat mempertahankan informasi dalam Working Memory dan meningkatkan
hafalan. Selanjutnya, Schnuk mengatakan bahwa makin sering suatu fakta, peristiwa atau ide
Representasi yang kuat tersebut yang nantinya akan berlanjut ke LTM (Long Term
Memory) atau memori jangka panjang. Pengetahuan yang disimpan dalam Long Term
Memory memilki beragam kekayaan. Pada Long Term Memory terdapat memori episodik
dengan waktu-waktu dan tempat-tempat tertentu yang bersifat pribadi dan autobiografis.
Sedangkan memori semantik mencakup informasi dan konsep umum yang tersedia di
Berdasarkan teori di atas, mengingat kata pertama pada penggalan ayat dan
pemahaman arti diperlukan. Mengingat kata pertama pada penggalan sebuah ayat bertujuan
untuk mengingat urutan ayat-ayat Alquran. Fakta bahwa kata “Qul“ ada diurutan ayat
pertama dalam surah Al-Ikhlas adalah contoh dari informasi episodik. Sedangkan lafal Qul
yang berarti katakan dilambangkan dengan gerakan telunjuk ditempel dimulut merupakan
Pada awalnya memang terasa sulit dalam menghafal, namun lama-kelamaan hal
tersebut akan mudah apabila sering diulang dan menjadi kebiasaan. Menurut Susianti
1. Bimbingan Guru
proses hafalan. Hal ini dikarenakan anak belum memiliki strategi tersendiri dalam
menghafalkan. Untuk itu, peran guru dalam membimbing siswanya sangat diperlukan.
2. Metode Hafalan
Menurut Muzayyin Arifin yang dikutip dalam buku guru yang menakjubkan mengatakan
bahwa metode pengajaran baru dapat berfungsi dengan baik bilamana guru mampu
Cara anak usia dini agar mudah menghafal Alquran yaitu melalui bermain. Untuk itu, metode
yang dibutuhkan dalam menghafal Alquran pada anak usia dini adalah metode yang
Orang tua berperan mendampingi anak-anak mereka dalam mengulang hafalannya di rumah.
Hafalan yang sering diulang-ulang akan semakin melekat dan cepat dalam menghafal.
4. Motivasi
Motivasi dalam menghafalkan Alquran sangat diperlukan bagi anak untuk menghindari
kejenuhan pada saat kegiatan menghafal. Kita sebagai orang tua maupun guru harus berusaha
5. Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi minat anak terhadap
tahfidz Quran. Lingkungan yang Qurani akan mendorong semangat anak untuk senantiasa
belajar Alquran. Selain itu, anak yang telat dikenalkan dengan Alquran oleh orang tua akan
lebih mudah meghafal jika dibandingkan dengan anak yang belum mengenal Alquran sama
sekali.
6. Teman Sebaya
Kemendikbud menyebutkan bahwa anak belajar satu sama lain dalam lingkungan sosial.
Mereka cenderung meniru apa yang dilihat, baik dari orang tua, guru maupun teman
sebayanya. Sehingga anak yang memiliki teman yang gemar menghafal Alquran maka ia juga
faktor-faktor pendukung menghafalkan Alquran adalah usia peserta didik, kecerdasan peserta
Menghafal Alquran merupakan amal ibadah yang mulia di sisi Allah. Para penghafal
Mereka merupakan orang-orang pilihan yang telah dibukakan hatinya untuk selalu
Masduki menjelaskan bahwa keutamaan menghafal Alquran ada tiga. Tiga keutamaan
tersebut adalah Alquran sebagai pemberi syafa‟at pada hari kiamat bagi orang yang
oleh Allah SWT, dan Alquran menjadi hujjah atau pembela bagi pembaca dan sebagai
keistimewaan dan keutamaan yang sangat besar di hadapan Allah SWT. Sependapat dengan
Masduki, Wahid menjelaskan ada beberapa manfaat dan keutamaan menghafal Alquran,
diantaranya yaitu:
1. Alquran adalah pemberi syafa’at pada hari kiamat bagi manusia yang membaca,
2. Para penghafal Alquran telah dijanjikan derajat yang tinggi di sisi Allah SWT, pahala
3. Alquran menjadi hujjah atau pembela bagi pembacanya serta sebagai pelindung dari siksa
api neraka.
Berdasarkan uraian tersebut, tidak diragukan lagi bahwa para pembaca Alquran dan
Seorang penghafal Alquran harus dilatih memiliki niat yang tulus sejak usia dini.
Pertama kali yang perlu ditanamkan dalam menghafalkan Alquran kepada anak adalah
Selain itu, siswa perlu diajarkan adab orang yang mempelajari Alquran. Imam An
Nawawi dalam kitabnya At-Tibyan menjelaskan bahwa adab orang yang mempelajari
1. Berguru kepada guru yang berkompeten, dalam hal ini guru dituntut menjadi orang yang
2. Berpenampilan sopan, hendaknya mereka mengaji dalam keadaan yang rapi, suci dan
sopan.
3. Bersikap sopan. Sebelum mulai pembelajaran, anak diajarkan tentang kebiasaan memberi
salam kepada gurunya dan menakdzimi gurunya baik di dalam maupun di luar sekolah.
4. Belajar saat suasana hati guru tenang, hendaknya anak menyetorkan hafalannya saat guru
sedang bersemangat. Dalam hal ini guru selalu dituntut untuk menjaga kondisi hatinya
dan profesional saat mengajar. Bersemangat tinggi, hendaknya anak distimulasi untuk
mereka dengan tugas yang memberatkan karena akan menyebabkan kebosanan serta
5. Waktu belajar. Untuk menghafal yang paling baik yaitu di pagi hari.
Adab tersebut harus diterapkan dalam diri seseorang yang mempelajari Alquran. Adab
tersebut diterapkan dengan tujuan mendapatkan hasil yang optimal dalam belajar maupun
menghafal Alquran dan mempengaruhi perilaku seseorang untuk bersikap lebih baik lagi.
6. Indikator Menghafal
Menghafal Alquran sangat berbeda dengan menghafal kamus atau buku, dalam
menghafal Alquran harus benar tajwid dan fasih dalam melafalkannya. Oleh karena itu,
seseorang tidak dapat seenaknya dalam membaca maupun menghafalkan Alquran. Jika
hafalan seseorang tidak sesuai dengan bacaan yang telah ditetapkan, maka dikhawatirkan
akan mengubah kemurnian Alquran. Hal ini karena perbedaan sedikit bacaan saja akan
Menghafal Alquran dengan metode kaisa berorientasi pada hafalan dan arti ayat.
Penulis dalam hal ini memberikan indikator menghafal Alquran menggunakan metode kaisa
1. Kelancaran Hafalan
Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa kelancaran berasal dari kata
Jadi, yang dimaksud dengan kelancaran hafalan adalah keadaan dimana anak mampu
sendat.
2. Kefasihan
Kefasihan berasal dari kata “fasih” yang berarti lancar, bersih dan baik lafalnya. Fasih
dalam membaca Alquran erat kaitannya dengan makharijul huruf. Menurut Abdur Rokhim
dalam Kaidah Tahsin Tilawah Alquran mengatakan bahwa makharijul huruf terdiri dari dua
Makharij bentuk jama‟ (plural) dari kata makhraj yang artinya tempat keluar. Menurut
istilah makhraj adalah nama bagi tempat keluarnya huruf untuk membedakannya dengan
yang lain.
3. Ketepatan Tajwid
Kurnaedi dalam Ishaq dan Nawawi mengatakan tajwid adalah mengucapkan setiap
huruf dari tempat keluarnya serta memberikan haq dan mustahaq dari sifat-sifatnya. Maksud
dari pengertian tersebut yaitu tajwid merupakan aturan membaca Alquran dengan
memperhatikan makharijul huruf dan hukum bacaan huruf dari ayat Alquran. Termasuk di
dalamnya seperti hukum bacaan tarqiq dan tafkhim, nun mati atau tanwin (idzhar halqi, ikhfa
haqiqi, idgham bighunnah, idgham bila ghunnah, iqlab), hukum mim sukun (idgham mimi,
idzhar syafawi, ikhfa syafawi), ghunnah musyaddadah, mad, lafal jalalah, qalqalah, al
Setiap pembacaan ayat-ayat Alquran harus disertai dengan hukum bacaan tajwid.
Adapun hukum mengamalkan ilmu tajwid adalah fadhu ‘ain. Fardhu ‘ain adalah kewajiban
individu per individu. Jadi hukum mengamalkan ilmu tajwid merupakan kewajiban bagi
menghafalkan Alquran dengan metode Kaisa dengan baik apabila dapat melafalkannya
Metode berasal dari dua kata yaitu meta dan bodos. Meta artinya “melalui” dan bodos
berarti “jalan”. Dengan demikian, metode dapat berarti cara atau jalan yang harus dilalui
untuk mencapai suatu tujuan. Menghafalkan Alquran perlu adanya metode untuk mencapai
hafalan ayat-ayat Alquran sehingga anak dapat menghafal dengan baik. Adapun metode
1. Metode Talqin
Metode talqin yaitu menghafal Alquran dengan cara guru mendiktekan bacaan Quran
2. Metode At Taisir
Metode At Taisir yaitu menghafal Alquran dengan metode campuran dalam proses
mushaf Alquran.
Metode Kauny Quantum Memory yaitu cara menghafal dengan model cerita
4. Metode Kaisa
Metode Kaisa adalah salah satu dari metode hafalan Alquran, namun kekuatan metode
Kaisa ini terletak pada pendekatan agar anak menjadi rileks saat menghafal dan tetap
mengutamakan tajwid.
Metode Kaisa merupakan cara menghafal Alquran yang berorientasi pada hafalan dan
pemahaman ayat Alquran beserta artinya melalui gerakan atau kinestetik yang disesuaikan
dengan arti tiap ayat sehingga memberikan kemudahan bagi anak untuk memahami dan
Urutan hafalan dengan metode Kaisa yaitu pembukaan, mengulang hafalan yang
sudah dihafal, menambah hafalan, penjelasan tentang arti dan tajwid, mengulang-ulang ayat
baru hingga hafal, refleksi untuk mengetahui pemahaman anak melalui permainan sambung
Menurut Zuhairini yang dikutip dalam buku guru yang menakjubkan menjelaskan
bahwa metode adalah jalan unuk mencapai tujuan. Ada juga yang mengartikan bahwa metode
adalah suatu sarana untuk menemukan, menguji dan menyusun data yang diperlukan bagi
pengembangan disiplin.
Jika kata metode dikaitkan dengan pendidikan Islam, dapat membawa arti sebagai
jalan untuk menanamkan pengetahuan agama pada diri seseorang, sehingga terlihat dalam
pribadi objek sasaran, yaitu pribadi islami. Selain itu, metode dapat pula membawa arti
sebagai cara untuk memahami, menggali dan mengembangkan ajaran islam sehingga terus
Menurut Ahmad Tafsir, metode adalah istilah yang digunakan untuk mengungkapkan
pengertian cara yang paling tepat dalam melakukan sesuatu. Metode tentunya sangat
diperlukan oleh guru dalam segala macam aspek pembelajaran, terlebih dalam proses
menghafal Alquran. Menghafal Alquran adalah salah satu ibadah yang banyak mengandung
keutamaan. Siapapun yang menghafal Alquran akan ditinggikan derajatnya di sisi Allah
SWT.
Metode Kaisa adalah salah satu cara untuk menghafal Alquran yang berorientasi pada
hafalan dan pemahaman ayat Alquran beserta artinya melalui gerakan atau kinestetik yang
disesuaikan dengan arti tiap ayat sehingga memberikan kemudahan bagi anak untuk
memahami dan mengingat setiap ayat Alquran yang diberikan. Seperti halnya anak yang
diberi nama Kaisa Aulia Kamal yang usianya masih 4 tahun menghafalkan Alquran melalui
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa metode Kaisa merupakan
cara yang dilakukan untuk menghafal Alquran melalui gerakan yang disesuaikan dengan arti
tiap ayat Alquran sehingga memberikan kemudahan bagi anak yang ingin menghafal agar
Penggagas pertama Metode Kaisa adalah Ustadzah Laili Tri Lestari. Berawal dari
sebuah keinginan menjadikan anak-anaknya sebagai hafidz Quran, wanita kelahiran Bone,
Beliau menerapkan kepada anak-anaknya dalam menghafal Alquran yaitu dengan cara
gerak, kemudian body language hingga belakangan ini terkenal dengan sebutan kinestetik.
Sebagai seorang ibu, merasa bangga melihat anak-anaknya masih kecil sudah bisa menghafal
Alquran. Pada akhirnya, beliau ingin membagi ilmu yang dimilikinya di lingkungan sekitar
rumahnya.
Pada tahun 2013, Ustadzah Laili menjadi Kepala Sekolah di TK Sekolah Islam
Athirah Makassar. Pada tahun 2014 secara resmi diberi nama “Metode Kaisa” dengan alasan
salah satu anaknya yaitu Kaisa Aulia Kamal yang usianya masih 4 tahun pada waktu itu lulus
audisi Hafiz Quran yang tayang di stasiun televisi Trans7 hingga berhasil menjadi juara III
Ustadzah Laili pun berhasil menerapkan metode ini pada kelas TK A dan TK B di Sekolah
Islam Athirah Makassar yaitu menghafal surah An-Naba secara tartil beserta artinya dalam
kurun waktu 15 hari. Menghafal surah secepat itu membuat masyarakat penasaran ingin
menerapkannya hingga saat ini Metode Kaisa sudah banyak diterapkan di berbagai daerah.
3. Tata Cara Metode Kaisa
Setiap metode untuk menghafal surah mempunyai tata cara yang berbeda-beda.
Salamah menjelaskan tata cara pembelajaran dalam menghafal menggunakan metode kaisa
2. Menyiapkan atau memberi aba-aba kepada santri untuk duduk rapi dalam persiapan
9. Satu per satu sanri melafalkan ayat sesuai hukum tajwidnya dan menerjemahkan per kata
10. Guru menyimak hafalan ayat yang dihafalkan oleh masing-masing santri
11. Guru membenarkan jika ada kesalahan dengan hukum tajwid serta artinya
12. Setelah ayat pertama dihafal, guru membimbing santri untuk lanjut ke ayat berikutnya
13. Merefleksi pembelajaran dengan memberi game sambung ayat (yaitu hafalan surah-surah
secara berkesinambungan)
14. Menutup pembelajaran dengan do’a senandung Alquran dan do‟a kafaratul majelis
secara berjama’ah.
diidentifikasikan bahwa media yang digunakan merupakan media visual, auditori dan
menangkap bunyi-bunyi ayat yang telah diucapkan oleh gurunya. Kinestetik, anak
menggunakan gerakan tubuh sebagai simbol dari makna ayat yang dihafalkan.
Dengan metode Kaisa berarti anak secara langsung melihat, mendengar dan bertindak
dalam pembelajaran sehingga akan menjadikan anak mudah menerima informasi dan
yaitu :
5. Anak tidak hanya menghafal tapi juga memahami tajwid dan artinya
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa metode Kaisa memiliki beberapa
melatih otak kanan dan otak kiri, anak tidak hanya menghafal tapi juga memahami tajwid dan
artinya. Adapun kelemahan metode Kaisa, yaitu membutuhkan keterampilan khusus guru dan
BAB III
METODE PENELITIAN
jenis penelitian tindakan kelas (classroom action research). Disebut tindakan kelas karena
karakteristik khas dari penelitian ini adalah adanya tindakan (aksi) tertentu melalui penerapan
Metode Kaisa dengan harapan dapat meningkatkan hafalan Alquran terutama surah-surah
refleksi diri sebagai metode utama, dilakukan oleh dua orang terlibat di dalamnya, serta
Mills yang dikutip oleh Wardhani dalam buku Penelitian Tindakan Kelas
mendefinisikan bahwa penelitian tindakan sebagai “systematic inquiry” yang dilakukan oleh
guru, kepala sekolah, atau konselor sekolah untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai
praktik yang dilakukannya. Informasi ini digunakan untuk meningkatkan persepsi serta
mengembangkan “reflective practice” yang berdampak positif dalam berbagai praktik
1. Tempat
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di TK Annur Al Mahat Tahfiz Assobirin yang berada di
Jl. Atap Lk. V, Kelurahan Sidodadi, Kecamatan Kisaran Barat, Kota Kisaran, Kab. Asahan
2. Waktu
Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Januari sampai dengan April 2022.
Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik Kelompok B yang berusia 5-6 tahun
dengan jumlah siswa sebanyak 15 anak yang terdiri dari 9 laki-laki dan 6 perempuan.
yang bersifat praktis, situasional dan konstektual berdasarkan permasalahan yang muncul
kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah
Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan
oleh siswa. Penelitian tindakan kelas dilakukan karena peneliti ikut terlibat langsung dalam
penelitian. Dalam penelitian ini, kelas yang berisi anak didik dijadikan objek penelitian, maka
siswa yang berada di kelas tersebut adalah sebagai populasi yang diteliti. Penelitian tindakan
kelas (PTK) dapat dikatakan penelitian eksperimen berulang atau eksperimen berkelanjutan,
meskipun tidak selalu demikian. Mencobanya tidak hanya sekali saja, akan tetapi berulang-
umumnya tiap siklus terdiri dari 4 komponen yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan
dan refleksi.
Tahapan penelitian tindakan kelas yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini dijabarkan
sebagai berikut :
1. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah guru mempersiapkan Rencana
Kemudian guru mempersiapkan lembar observasi. Guru juga mempersiapkan laptop sebagai
alat yang akan digunakan untuk memperlihatkan kepada anak contoh hafalan surah dengan
menggunakan metode kaisa agar mereka termotivasi juga untuk bisa hafal.
2. Tindakan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan pembelajaran dengan
metode yang sudah dirancang sesuai dengan Rencana Pembelajaran Harian (RPPH) yang
telah disusun.
3. Pengamatan
Pada tahap ini segala aktivitas anak didik dalam proses pembelajaran diamati, dicatat
4. Refleksi
Pada tahap ini peneliti melakukan kajian terhadap hal-hal yang telah dilakukan.
E. Sumber Data
Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi mengenai data.
1. Sumber data pemantau tindakan adalah proses kegiatan hafalan surah anak usia 5-6 tahun
2. Sumber data penelitian adalah anak usia 5-6 tahun di TK Annur Al Mahat Tahfiz Assobirin,
data ini digunakan untuk analisis data penilaian sehingga diperoleh gambaran adanya
Untuk mendapatkan data yang objektif, autentik serta valid, peneliti menggunakan
1. Observasi
Efek dari suatu tindakan kemudian dimonitor secara terus menerus. Observasi ini
diambil dengan melakukan pengamatan dan pencatatan siswa secara sistematis mengenai
2. Dokumentasi
mengetahui hasil hafalan surah pada anak, peneliti menggunakan tes hafalan dalam
pencapaian keberhasilan hafalan pada anak. Penerimaan metode ini pun digunakan untuk
pengumpulan data yang berupa arsip, daftar siswa dan guru, sejarah berdirinya sekolah,
3. Wawancara
Wawancara adalah percakapan langsung yang dilakukan oleh dua pihak dengan tujuan
Wawancara pada penelitian ini dilakukan oleh peneliti kepada guru yang ikut
tentang peningkatan hafalan surah Al-Ikhlas pada anak dengan menggunakan metode Kaisa.
G. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini melalui kelulusan atau keberhasilan hafalan dari
siklus persiklus. Apabila tahap penelitian pertama (siklus I) belum memenuhi tujuan
pembelajaran dengan baik, maka diadakan tindak lanjut (siklus II). Jika sudah dapat
memenuhi atau berhasil dalam tujuan pembelajaran tersebut, maka penelitian dihentikan
H. Prosedur Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini direncanakan terdiri dari 2 (dua) siklus dengan
didahului oleh observasi awal atau prasiklus. Setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan
perubahan yang ingin dicapai. Setiap siklus dalam penelitian ini meliputi: prosedur
dimaksudkan untuk memberikan gambaran peningkatan hafalan peserta didik yang diajar
dengan menggunakan metode Kaisa. Menurut Nawawi yang dikutip oleh Hamid Darmadi ,
menggambarkan keadaan subyek/obyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta yang
tampak.
Tabel 3.4
Penilaian Hafalan Surah
Kategori hafalan surah “sangat baik” pada penelitian ini, yaitu apabila anak sudah
dapat menghafal surah Al-Ikhlas dengan menggunakan metode Kaisa tanpa dibantu oleh
gurunya.
Kategori hafalan surah “baik” pada penelitian ini yaitu apabila anak dapat menghafal
surah Al-Ikhlas dengan menggunakan metode Kaisa tapi masih terbata-bata dalam
menghafalnya.
Kategori hafalan surah “sedang” pada penelitian ini, yaitu apabila anak dapat
menghafal surah Al-Ikhlas dan Al-Fiil dengan menggunakan metode Kaisa dibantu untuk
Kategori hafalan surah “rendah” pada penelitian ini, yaitu apabila anak tidak mau
mencoba ataupun mencoba untuk menghafal surah Al-Ikhlas namun kurang tepat dalam
bacaannya.
J. Pengecekan Keabsahan Data
Agar data yang banyak dan telah di reduksi mudah dipahami oleh peneliti dan orang
lain, maka data tersebut disajikan dalam bentuk teks naratif (dalambentuk tertulis).
Pengecekan terhadap keabsahan data pada dasarnya selain digunakan untuk menyanggah
balik yang dituduhkan kepada penelitian kualitatif yang mengatakan tidak ilmiah, juga
merupakan sebagai unsur yang tidak terpisahkan dari tubuh pengetahuan penelitian kualitatif.
1. Ketekunan pengamatan
2. Triangulasi
Triangulasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah membandingkan hasil
tes dengan hasil observasi, mengenai tingkah laku peserta didik dan peneliti pada saat
kegiatan pembelajaran, dan membandingkan hasil tes dengan hasil wawancara. Teknik ini
merupakan kegiatan pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu di luar data itu
Pengecekan teman sejawat digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara
mendiskusikan proses dan hasil penelitian dengan dosen pembimbing atau teman mahasiswa
yang sedang/ telah melakukan penelitian tindakan kelas. Hal ini dilakukan dengan harapan
K. Indikator Keberhasilan
Anak dapat menghafal surah yang dibacakan dari ayat pertama hingga akhir.
2. Sesuai dengan hukum tajwid
Anak dapat melafalkan hafalan surah sesuai dengan hukum tajwid yang benar.
Anak dapat menghafal surah dengan lancar beserta penggunaan metode Kaisa.
Anak mengerti arti/makna ayat saat ibu gurunya hanya menggerakkan sesuai dengan kata
pendek dengan menggunakan metode Kaisa yang dapat dilihat dari hasil persentase atau sama
dengan 76% - 100% dari jumlah anak dan masuk dalam kategori Berkembang Sangat Baik
(BSB).
L. Teknik Pengolahan Data
P= Angka Persentase
A. Hasil Penelitian
dari hasil swadaya masyarakat yang mencerminkan keinginan untuk menghadirkan sebuah
pola pendidikan anak usia dini yang mengintensikan integritas baik dari faktor kualitas
maupun kuantitas. Sudah menjadi sebuah keinginan bagi seluruh komponen pengurus TK
Annur Al Mahat Tahfiz Assobirin yang berdiri sejak tanggal 09 Oktober 2014 untuk lebih
mengembangkan pola yang ada saat ini baik dari segi fasilitas pengajaran, kesejahteraan
pengajar, kontruksi TK Annur Al Mahat Tahfiz Assobirin yang memang tergolong sangat
Banyaknya potensi calon anak didik yang berada di sekitar, khususnya dari golongan
keluarga kelas ekonomi menengah ke bawah merupakan dasar pemikiran pendirian TK Annur
Al Mahat Tahfiz Assobirin sebagai perwujudan rasa kepedulian terhadap pendidikan anak-
anak tersebut. Terlebih lagi di lingkungan sekitar yang padat penduduknya dan minim akan
karakter berbasis Islami agar menjadikan sebuah pondasi untuk masa depan anak-anak.
Assobirin pada hari Selasa, 4 Januari 2022 saat proses belajar mengajar berlangsung. Dari
hasil observasi awal, peneliti melihat bahwa masih ada anak yang belum hafal surah Al-
Ikhlas. Ketika guru meminta untuk hafalan, ada beberapa anak yang diam tidak mau
mengeluarkan suaranya. Bagi anak-anak yang sudah mengaji atau terbiasa dengan orang
tuanya yang mengajarkan kepada anak untuk hafalan, mereka terlihat antusias dalam
mengikuti hafalan.
Dalam mengajarkan hafalan surah dilakukan dengan cara duduk kemudian guru
membacakan surah yang akan dihafal dan anak mengikutinya. Dari pembelajaran seperti ini,
saya mengamati ada beberapa anak yang tidak mengikuti hafalan. Dari hal-hal tersebut, maka
dapat diidentifikasi mengenai masalah yang muncul yaitu kurangnya minat anak dalam
mengikuti hafalan surah. Masalah lain adalah kurangnya metode yang diberikan oleh guru
dalam meningkatkan minat hafalan surah pada anak-anak. Berdasarkan observasi awal yang
Tabel 4.4
Hasil Observasi Awal Hafalan Surah Kelompok B
TK Annur Al Mahat Tahfiz Assobirin
Keterangan:
BB Belum Berkembang
MB Mulai Berkembang
Pada tabel 4.4 dapat dilihat kondisi awal dari 15 peserta didik kelompok B TK Annur
Al Mahat Tahfiz Assobirin saat dilakukan observasi awal. Indikator hafalan surah yang fasih
terdapat 4 anak yang Belum Berkembang (BB), 4 anak Mulai Berkembang, 5 anak yang
Berkembang Sesuai Harapan, dan 2 anak yang sudah Berkembang Sangat Baik (BSB).
Indikator hafalan surah yang membacanya dengan tajwid yang tepat terdapat 5 anak
yang Belum Berkembang, 8 anak yang Mulai Berkembang (MB), 1 anak yang sudah
Berkembang Sesuai Harapan (BSH), dan 1 anak yang Berkembang Sangat Baik (BSB).
Indikator hafalan surah yang hafalan dan bacaannya lancar terdapat 4 anak yang
Belum Berkembang (BB), 4 anak yang Mulai Berkembang (MB), 5 anak yang Berkembang
Sesuai Harapan (BSH), dan 2 anak yang Berkembang Sangat Baik (BSB).
Indikator hafalan surah yang memahami arti dari gerakan terdapat 15 anak yang
Belum Berkembang. Persentase data tersebut dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5.
Persentase Laporan Observasi Awal Hafalan Surah
Sebelum diadakannya Penelitian Metode Kaisa
Dari tabel 4.5 diatas, hasil observasi awal yang dilakukan di TK Annur Al Mahat Tahfiz
Assobirin pada hari Selasa, 04 Januari 2022 diperoleh bahwa fasih, tajwid dan kelancaran
anak dalam menghafal surah, nilainya dibawah indikator keberhasilan yaitu 75%, maka dapat
dikatakan bahwa hasil belajar anak belum maksimal dan masih memerlukan perbaikan.
Sesuai dengan data-data yang sudah dijelaskan, maka berikut adalah tindakan yang
1. Tindakan Siklus I
a. Perencanaan
Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran Harian (RPPH). RPPH yang dibuat sesuai dengan RPPH dari TK Annur Al
Mahat Tahfiz Assobirin. Selain RPPH, peneliti juga mempersiapkan media pembelajaran
yang akan digunakan dalam menerapkan hafalan surah. Media yang digunakan adalah laptop.
Siklus I dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan yaitu pada hari Senin dan Jum’at
tanggal 10 dan 14 Januari 2022, tanggal 17 dan 21 Januari 2022 berpedoman pada Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) yang telah disusun dan disesuaikan dengan RPPH
Tabel 4.6
Pelaksanaan Kegiatan Siklus I
Al-Fatihah, membaca do’a belajar dan absen di papan absen yang sudah disediakan di dalam
kelas. Selanjutnya, peneliti memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang kegiatan
Proses pembelajaran siklus II seperti yang dijelaskan pada tabel diatas, guru
menjelaskan tentang surah Al-Ikhlas dan makna yang terkandung dalam surah tersebut,
kemudian guru membacakan secara utuh surah Al-Ikhlas dari ayat 1-4, Guru mengajarkan
kembali hafalan surah Al-Ikhlas ayat 1-4 kepada anak dengan menggunakan metode Kaisa.
Hafalan diulang sebanyak 3 kali. Untuk pembelajaran kali ini, guru membacakan ayat,
kemudian anak yang melanjutkan ayat tersebut. Guru memberikan reward gambar bintang
kepada anak yang bisa menyambungkan ayat tadi. Dengan cara seperti ini, menjadikan anak
Kegiatan penutup berisi tentang recalling, yaitu menceritakan kembali kegiatan hari
ini dan menginformasikan tentang kegiatan yang akan dilakukan esok hari. Kemudian, guru
2. Ucapan salam
4. Do’a belajar
5. Bernyanyi bersama
7. Absen
surah Al-Ikhlas.
2. Anak dimita untuk mengulang kembali
metode Kaisa.
2 kali
salam
Sama seperti halnya pada pertemuan ke- 1, diawali dengan salam, ikrar, membaca
kembali hafalan surah Al-Ikhlas, caranya yaitu melalui permainan sambung ayat. Permainan
ini dimulai dari guru membacakan 1 ayat pada salah satu surah, kemudian anak-anak yang
melanjutkan ayat tersebut hingga selesai. Jika sudah melanjutkan ayat, maka permainan
berikutnya menebak ayat. Guru membacakan ayat, anak-anak yang menjawab terdapat pada
surah apa dan ayat berapa. Misalnya: guru membacakan “lam yalid wa lam yuulad”. Anak
yang menjawab surah dan ayat ke berapa. Jika anak bisa menjawab, maka diberi reward
gambar bintang.
Kegiatan penutup berisi tentang recalling, yaitu menceritakan kembali kegiatan hari
ini dan menginformasikan tentang kegiatan yang akan dilakukan esok hari. Kemudian, guru
2. Ucapan salam
4. Do’a belajar
5. Bernyanyi bersama
7. Absen
surah Al-Ikhlas.
metode Kaisa.
1 kali
hasil hafalannya.
salam
Sebelum memulai pembelajaran, selalu diawali dengan mengucapkan salam, ikrar, membaca
Pada pertemuan ke- 3, karena anak-anak sudah bagus dalam hafalan surah Al-Ikhlas
dari ayat 1-4 menggunakan metode Kaisa, maka peneliti akan mencoba fokus pada anak
untuk mengulang-ulang kembali hafalan tersebut agar dapat mengucapkannya dengan tajwid
yang baik dan benar. Guru mengulang kembali hafalan surah Al-Ikhlas bersama anak-anak.
Hafalan diulang sebanyak 2 kali. Untuk memantapkan hafalan surah Al-Ikhlas, maka
diadakan permainan sambung ayat sama seperti halnya pada pertemuan sebelumnya. Namun
Guru memenggal bacaan ayat pada surah Al-Ikhlas tersebut per-kata, kemudian anak
Bagi anak yang bisa melanjutkan ayat, maka diberi reward gambar bintang. Kegiatan
penutup berisi tentang recalling, yaitu menceritakan kembali kegiatan hari ini dan
menginformasikan tentang kegiatan yang akan dilakukan esok hari. Kemudian, guru
2. Ucapan salam
5. Bernyanyi bersama
7. Absen
sebanyak 1 kali.
tersebut.
metode Kaisa.
hasil hafalannya.
salam
Sama seperti halnya pada pertemuan-pertemuan sebelumnya, diawali dengan salam,
kembali hafalan surah Al-Ikhlas, caranya yaitu melalui permainan sambung ayat antar anak.
Permainan ini dimulai dari guru membacakan 1 ayat pada surah Al-Ikhlas, kemudian anak-
anak yang melanjutkan ayat tersebut hingga selesai. Jika sudah melanjutkan ayat, maka
permainan berikutnya menebak ayat. Guru membacakan ayat, anak-anak yang menjawab ayat
tersebut ada pada ayat ke berapa. Misalnya: guru membacakan “lam yalid wa lam yuulad”.
Anak yang menjawab surah dan ayat ke berapa. Jika anak bisa menjawab, maka diberi reward
gambar bintang.
Kegiatan penutup berisi tentang recalling, yaitu menceritakan kembali kegiatan hari
ini dan menginformasikan tentang kegiatan yang akan dilakukan esok hari. Kemudian, guru
Peneliti melihat semangat, kefasihan, kelancaran serta tajwid anak sudah berkembang
dalam pertemuan 4 kali di siklus II ini. Itu artinya bahwa anak-anak mengalami peningkatan
c. Refleksi
Proses tindakan pada siklus II berjalan dengan baik. Kelemahan yang ada pada siklus
I dapat teratasi. Hal ini membuat pembelajaran dalam mengembangkan hafalan pada anak
melalui metode Kaisa meningkat. Peningkatan kualitas pembelajaran dapat terlihat dari
tercapainya indikator yang ditetapkan yaitu peningkatan menghafal surah Al-Ikhlas melalui
metode Kaisa dari siklus I dan siklus II. Peningkatan hafalan anak usia 5-6 tahun di TK
Annur Al Mahat Tahfiz Assobirin dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut:
Tabel 4.9
Hasil Pengamatan Peningkatan Hafalan Surah-surah Pendek
Melalui Metode Kaisa Pada Siklus II
Pada tabel 4.9 dapat dilihat kondisi setelah dilakukan kegiatan hafalan menggunakan
metode Kaisa pada siklus II dari 15 peserta didik kelompok B TK Annur Al Mahat Tahfiz
Assobirin.
Indikator hafalan surah yang fasih sudah tidak ada anak yang masuk dalam kategori
Belum Berkembang (BB), 1 anak masih dalam kategori Mulai Berkembang, 2 anak yang
Berkembang Sesuai Harapan, dan 12 anak yang sudah Berkembang Sangat Baik (BSB).
Indikator hafalan surah yang membacanya dengan tajwid yang tepat sudah tidak ada
anak yang masuk kategori Belum Berkembang (BB), 1 anak masih masuk kategori Mulai
Berkembang (MB), 2 anak yang sudah Berkembang Sesuai Harapan (BSH), dan 12 anak
Indikator hafalan surah yang hafalan dan bacaannya lancar sudah tidak ada anak yang
masuk kategori Belum Berkembang (BB) dan Mulai Berkembang (MB), 1 anak yang
Berkembang Sesuai Harapan (BSH), dan 14 anak yang Berkembang Sangat Baik (BSB).
Sedangkan dalam indikator hafalan surah yang memahami arti dari gerakan mencapai
peningkatan yang luar biasa dibandingkan pada saat observasi awal dan siklus I. Indikator
hafalan surah yang memahami arti dari gerakan sudah tidak ada anak yang masuk kategori
Belum Berkembang (BB), 1 anak masih masuk kategori Mulai Berkembang (MB), 1 anak
yang Berkembang Sesuai Harapan (BSH), dan 13 anak yang Berkembang Sangat Baik
(BSB).
E. Pembahasan tentang Hasil Penelitian Tindakan Kelas Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan 2 siklus yang diawali dengan kegiatan observasi
awal atau pra siklus. Dilakukannya kegiatan observasi awal atau pra siklus adalah untuk
mengetahui sejauh mana peran guru dalam meningkatkan hafalan surah pendek pada anak
usia 5-6 tahun di TK Annur Al Mahat Tahfiz Assobirin. Kegiatan pra siklus terdiri dari 1 kali
pertemuan. Sedangkan siklus I dan siklus II masing-masing terdiri dari 4 kali pertemuan.
Kegiatan pra siklus dan siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Pada kegiatan pra siklus, peneliti melakukan kegiatan observasi awal utuk mengamati
kegiatan dari awal sampai akhir pembelajaran sehingga peneliti mengetahui hafalan anak-
anak di TK Annur Al Mahat Tahfiz Assobirin. Ada beberapa anak yang tidak mengikuti
hafalan dan kurang semangat dalam melafalkan surahnya. Kendala dalam meningkatkan
hafalan surah pendek pada anak usia dini di TK Annur Al Mahat Tahfiz Assobirin yaitu peran
guru dalam menggunakan metode untuk hafalan tidak menarik sehingga membuat anak bosan
Pada dasarnya anak senang sekali bergerak karena dengan bergerak mereka terasa
memilki kebebasan untuk melakukan apapun dan dapat mengembangkan pola pikirnya.
Hafalan tidak harus duduk tegak, itu akan membuat anak merasa terkekang. Oleh karena itu
melalui metode Kaisa, anak-anak bisa menghafal dengan mudah dan menyenangkan.
Pada siklus I diperoleh data yang telah mencapai hafalan dengan kategori
Berkembang Sangat Baik (BSB) untuk indikator fasih terdapat 3 anak (20%), indikator tajwid
terdapat 6 anak (40%), indikator lancar terdapat 9 anak (60%), dan indikator memahami arti
dari gerakan terdapat 3 anak (20%). Pada akhir siklus I, anak menunjukkan peningkatan
hafalannya. Namun karena peningkatan belum mencapai target yang diharapkan, maka
Hasil akhir dari penelitian siklus II mengalami peningkatan sesuai dengan harapan.
Berikut hasil rekap rata-rata hafalan surah pendek pada anak dimulai dari penelitian pra
Tabel 4.10
Perbandingan Hasil Rata-rata Hafalan Surah Pendek
Berdasarkan data di atas setelah melalui tes hafalan dari siklus I dan siklus II untuk
pencapaian keberhasilan dapat dilihat bahwa anak yang mengalami perkembangan sangat
baik rata-rata mencapai 86,6%, yang semula (pada kegiatan pra siklus) rata-rata hanya 6,7%,
di mana batas bawah untuk mencapai kategori Berkembang Sangat Baik (BSB) adalah 76%.
Hafalan surah pendek khususnya surah Al-Ikhlas dan Al-Fiil pada anak usia 5-6 tahun di
PAUD Islamiyah saat ini sudah sesuai harapan. Mereka sudah bisa menghafal kedua surah
tadi dengan
bacaan yang lancar, fasih dan memahami tajwid maupun maknanya dari surah AlIkhlas.
Walaupun ada beberapa anak yang masih belum mencapai perkembangan hafalan
secara optimal, diharapkan lambat laun dapat mengikuti temannya yang sudah mencapai
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang peneliti lakukan terhadap penerapan
metode Kaisa di PAUD Islamiyah Jakarta Pusat, maka dapat diambil beberapa kesimpulan,
diantaranya:
1. Metode Kaisa adalah salah satu cara untuk menghafal Al-quran yang berorientasi pada
hafalan dan pemahaman ayat Al-quran beserta artinya melalui gerakan atau kinestetik yang
disesuaikan dengan arti tiap ayat sehingga memberikan kemudahan bagi anak untuk
memahami dan mengingat setiap ayat Alquran yang diberikan. Metode ini sangat cocok
diterapkan pada anak usia dini karena memberikan stimulasi untuk mengembangkan kognitif
dan motoriknya sehingga menjadikan anak belajar menghafal Alquran itu menyenangkan.
2. Hafalan untuk anak usia dini dimulai dengan hafalan surah pendek. Hafalan artinya dapat
mengucapkan di luar kepala tanpa melihat buku atau catatan lain. Surah pendek yaitu surah
yang terdapat dalam Alquran juz 30. Surah dalam Alquran ditinjau dari segi panjang
pendeknya dibagi menjadi empat. Salah satunya yaitu Al-Mufassal yang dimaksudkan
dengan surah-surah
pendek. Hafalan surah pendek adalah sesuatu yang dihasilkan dari aktivitas menghafal
sejumlah ayat-ayat Alquran yang terdiri atas awal dan akhir surah dengan kategori jumlah
ayat sedikit.
3. Berdasarkan deskripsi dan analisa hasil penelitian yang dilaksanakan pada siklus I dan
siklus II dapat disimpulkan bahwa tindakan dalam menerapkan metode Kaisa unuk hafalan
pada anak usia dini mengalami perkembangan rata-rata sebesar 6,7% meningkat pada siklus I
sebesar 33,3% dan ketika dilanjutkan pada siklus II meningkat menjadi 86,6%. Metode Kaisa
dapat
meningkatkan kemampuan menghafal, dapat menunjang daya ingat dan yang paling utama
yaitu peningkatan perkembangan hafalan surah Al-Ikhlas pada anak usia dini.
memerlukan adanya metode yang menunjang daya ingat anak. Adanya tambahan metode
Kaisa, penelitian ini menjadi salah satu penunjang peningkatan hafalan pada anak yang
menyenangkan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tindakan dan analisis peniliti terkait dengan peningkatan
menghafal surah pendek khususnya surah Al-Ikhlas. melalui metode Kaisa perlu adanya
1. Kepada guru
pendek sehingga menumbuhkan rasa ingin tahu dan tertarik untuk menghafal.
adanya inovasi yang baru dalam mengembangkan hafalan pada anak. Metode Kaisa salah
satu aspek penunjang anak dalam menghafal serta memahami arti dari surah yang dibacakan.
Dengan adanya metode ini, menjadi stimulus anak dalam mengingat. Oleh karena itu, kepala
sekolah harus pandai-pandai memberikan wawasan kepada guru untuk menigkatkan hafalan
Darmadi, Hamid. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial, (Bandung: Algabeta, 2014).
Fitri, Nurhadia, dan Mahsyar Idris. Nilai Pendidikan Islam dalam Qur’an Surah Luqman Ayat
1-19: Tinjauan Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik, dalam Al-Musannif: Journal of
Islamic Education and Teacher Training, Vol. 1, No. 1, tahun 2019.
Ibda, Fatimah. Perkembangan Kognitif: Teori Jean Piaget, dalam sebuah artikel:
Intelektualita-Vol. 3, No.1 tahun 2015.
An Nawawi, Imam Abu Zakariya Yahya. At-Tibyan Adab Penghafal Al-Qur’an, (Sukoharjo:
Maktabah Ilmu Abbas, 2016).
Qosim, Amjad. Hafal Al-Qur’an dalam Sebulan, (Solo: Qiblat Press, 2008).
Sagala, Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfa Beta, 2013).
Salamah, Umi. Pengajaran Menggunakan Metode Kaisa dalam Menghafal Al Qur’an pada
Anak, dalam Jurnal Ta’limuna. Vol. 7 No. 2 tahun 2018.
Suharyanto, Arby. 3 Tahap Perkembangan Beragama Pada Anak Paling Lengkap, dalam
https://dosenpsikologi.com/tahap-perkembangan-beragama-pada-anak.
Sujiono, Yuliani Nurani. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta:
PT Indeks Permata Puri Media, 2009).
Wardhani, IGAK, dkk. Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2010).
Zahro, Ifat Fatimah. Implementasi Pembelajaran Al-Quran Untuk Anak Usia Dini di
TK Al-Quran Rumah Qurani, dalam sebuah jurnal tahun 2013.