ID Analisis Nilai Tambah Agroindustri Kripik Ubi Di Kota Pontianak

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI

KRIPIK UBI DI KOTA PONTIANAK

MUTMAINI HAMIDAH1), ABDUL HAMID A. YUSRA2),


JAJAT SUDRAJAT2)
1)
Alumni Program Magister Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian,
Universitas Tanjungpura Pontianak
2)
Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak

ABSTRACT
Agro processing cassava chips businesses is one of the efforts that are
currently being developed in the city of Pontianak. The existence of this business
is expected to improve the quality, profitability, value-added products. The
purpose of this study was to determine the magnitude of the added value obtained
from cassava chips processing in Pontianak. This research was conducted using
descriptive methods, population in this study were cassava chips entrepreneurs in
the city of Pontianak. Data collected included primary data and secondary data.
Techniques of data collection is done by direct interviews with respondents and
recording data from relevant agencies. Data analysis was performed by using a
format according to the analysis of value-added Hayami method. The results of
the study show that the value added obtained in cassava chips agro-businesses in
the city of Pontianak is Rp. 25 231 per kg or by 78.8%, with gains amounting to
Rp. 24269.8 / kg with a profit margin of 95.56% employer.

Keywords: Added Value Analysis, Agro-industry,CassavaChips.

PENDAHULUAN
Sektor pertanian merupakan pilar utama pembangunan perekonomian
Indonesia karena hampir seluruh kegiatan perekonomian Indonesia berpusat pada
sektor tersebut. Keberhasilan peningkatan pembangunan sektor pertanian dapat
terca pai jika adanya kerjasama antara berbagai kalangan yang terkait langsung
dengan bidang pertanian baik itu dari pelaku pertanian dalam hal ini petani,
pemerintah, lembaga peneliti, ilmuwan, inovator, kalangan akademik maupun
pihak swasta sebagai kalangan industri, dengan demikian diharapkan dapat
memecahkan masalah pertanian yang dihadapi, dan akhirnya dapat meningkatkan
kesejahteraan petani.
Pertanian menjadi penting karena adanya pengolahan hasil pertanian dengan
berbagai pertimbangan, seperti dapat meningkatkan nilai tambah, meningkatkan
kualitas hasil, meningkatkan penyerapan tenaga kerja, meningkatkan ketrampilan
produsen, dan meningkatkan pendapatan produsen. Pengusaha skala besar dalam
kegiatan pengolahan hasilnya dijadikan kegiatan utama dalam mata rantai
bisnisnya, hal ini disebabkan karena dengan pengolahan yang baik maka nilai
tambah barang pertanian menjadi mening kat karena barang tersebut mampu mene
robos pasar, baik pasar domestic maupun pasar luar negri.
Nilai tambah merupakan pertambahan nilai suatu komoditas karena
mengalami proses pengolahan, penyimpan, pengangkutan dalam suatu proses
produksi. Menurut Hayami, et al.(1987) definisi dari nilai tambah adalah
Jurnal Social Economic of Agriculture, Volume 4, Nomor 2, Desember 2015 60
Jurnal Social Economic of Agriculture, Volume 4, Nomor 2, Desember 2015, hlm 60-73

pertambahan nilai suatu komoditas karena adanya input fungsional yang


diberlakukan pada komoditi yang bersangkutan. Input fungsional tersebut berupa
proses pengubahan bentuk (form utility), pemindahan tempat (place utility),
maupun proses penyimpanan (time utility). Nilai tambah menggambarkan
imbalan bagi tenaga kerja, modal dan manajemen.
Tujuan pengolahan ubikayu itu adalah untuk meningkatkan daya tahan
ubikayu sehingga layak dikonsumsi dan memanfaatkan ubikayu agar memperoleh
nilai jual yang tinggi dipasaran.
Produksi rata-rata Ubi Kayu di Kota Pontianak hasil produksinya adalah
sebanyak 1.500 ton dengan luas panen 120 Ha atau dengan produktivitas 125
ton/ha ini menunjukkan bahwa tanaman ubi kayu mempunyai potensi untuk
dikembangkan di Kota Pontianak.
Ubi kayu juga tergolong komoditas yang mudah rusak sehingga umur
simpan relative pendek, untuk menghadapi masa lah ini maka masa simpan ubi
kayu harus diperpanjang sehingga memiliki nilai tambah dan sekaligus
meningkatkan nilai ekonominya, yaitu dengan proses pengo lahan dan
pengawetan ubi kayu segar menjadi produk olahan seperti kripik namun belum
diketahui secara pasti berapa besar keuntungan dan nilai tambah hasil pengolahan
ubi kayu tersebut.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya nilai tambah
yang diperoleh dari pengolahan ubi kayu menjadi keripik ubi yang dilakukan oleh
pengusaha agroindustri pengolahan keripik ubi di Kota Pontianak .
Manfaat Penelitian adalah memberikan informasi yang bermanfaat bagi
produsen kripik sehingga termotifasi untuk meningkatkan pendapatannya, sebagai
masukan bagi pihak dan instansi terkait untuk dapat membantu industri kecil
secara terpadu dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan industri kecil
tersebut, bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
bahan dalam menyusun berbagai strategi kebijakan pengembangan industri kecil
dan menengah dan pengembangan ubi kayu di kota Pontianak maupun di daerah
lainnya.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptip yaitu
suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia , suatu objek, suatu set
kondisi, suatu system pemikiran, suatu peristiwa pada masa sekarang dengan
tujuan membuat deskripsi atau gambaran atau lukisan secara sistematis, actual dan
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki. (Nazir, Moh,2005).
Penelitian ini dilakukan di Kota Pontianak Kalimantan Barat, Penentuan
lokasi ini dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa di Kota
Pontianak ini terdapat beberapa agroindustri pengolahan ubikayu menjadi keripik.
Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada analisis nilai tambah produk keripik
ubi.
Jenis Dan Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikum pulkan dan diperoleh langsung dari
pengu usaha kripik ubi dan tenaga kerja serta pihak-pihak yang terkait dengan
menggunakan daftar pertanyaan yang sudah disiapkansebelumnya.

Jurnal Social Economic of Agriculture, Volume 4, Nomor 2, Desember 2015 61


Jurnal Social Economic of Agriculture, Volume 4, Nomor 2, Desember 2015, hlm 60-73

2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari instansi yang terkait
(BPS, Dinas Pertanian, beserta instansi terkait lainya) dan berbagai media cetak
dan media online beserta dari berbagai buku dan literatur yang berkaitan dengan
penelitian ini.
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah para pengusaha agroindustri keripik ubi
di Kota Pontianak, terdapat 5 responden dalam penelitian ini, karena jumlah
populasi sedikit yaitu 5 responden , maka semua pengusaha pengolahan kripik
ubi diambil sebagai responden, sehingga penelitian ini menjadi penelitian
Populasi.
Analisis Data
Dalam menganalisis nilai tambah ubi kayu menjadi kripik menggunakan
metode Hayami ( Hayami,Y. etal,1987) dimana pada akhirnya akan diperoleh
hasil berupa nilai output, nilai tambah, balas jasa tenaga kerja dan keuntungan
pengolahan.
Besarnya nilai tambah diperoleh dari nilai produk dikurangi biaya bahan
baku dan input lainnya (selain tenaga kerja).
Output adalah jumlah kripik yang dihasilkan dalam satu kali proses
produksi yang dihitung dalam satuan kilogram. Input merupakan bahan baku
utama yang dibutuhkan dalam satu kali proses produksi yang dihitung dalam
satuan kilogram. Tenaga kerja merupakan jumlah orang/karyawan yang
melakukan proses produksi dalam satu kali proses produksi. Faktor konversi
merupakan pembagian dari output dengan input dalam satu kali proses produksi.
Koefisien tenaga kerja diperoleh dari hasil bagi antara tenaga kerja dengan input.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Objek penelitian ini adalah usaha agroindustri pengolahan kripik ubi yang
terletak di kota Pontianak. Tujuan agroindustri ini adalah keinginan untuk
membuat produk makanan olahan yang bahan bakunya berasal dari ubi yang
hanya memiliki daya simpan yang pendek namun memiliki kandungan gizi yang
cukup tinggi sehingga mampu menjadi makanan kecil atau cemilan yang memiliki
nilai jual yang lebih tinggi dan daya simpan yang lebih lama.
Pada proses produksi, agroindustri pengolahan kripik ubi yang ada di Kota
Pontianak ini masih tergolong sederhana karena dilakukan secara manual dengan
menggunakan peralatan yang sederhana dan tidak semua pengusaha melakukan
proses produksi dengan menggunakan meja produksi, pakaian kerja, sarung
tangan dan tutup kepala sehingga dapat mempengaruhi kualitas produk yang
dihasilkan.
Pemasaran yang dilakukan terhadap kripik ubi yang dihasilkan oleh kelima
pengusaha ini didistribusikan disekitar kota Pontianak dengan gerobak dorong,
serta ada juga pembeli yang langsung membeli pada tempat produksi, hingga saat
ini produk kripikubi yang dihasilkan hanya memiliki variasi rasa original, dan
rasa pedas saja dengan tanpa kemasan.
Responden dalam penelitian ini berjumlah 5 orang pengusaha, beberapa
karakteristik responden yang dikumpulkan sengaja dibatasi untuk berbagai
karakteristik yang dianggap paling berpengaruh terhadap pengelolaan resiko yang
dilakukan pengusaha kripik ubi.

Jurnal Social Economic of Agriculture, Volume 4, Nomor 2, Desember 2015 62


Jurnal Social Economic of Agriculture, Volume 4, Nomor 2, Desember 2015, hlm 60-73

Karakteristik responden pada penelitian ini yang akan dibahas meliputi


umur, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga dan pengalaman usaha.
Adapun pemaparannya secara rinci dapat diketahui dari uraian berikut :
1. Umur Responden.
Umur atau usia merupakan salah satu karakteristik yang dapat menunjukkan
tingkat produktivitas maupun kemampuan fisik dalam berusaha, sehingga usia
dapat mempengaruhi penurunan atau peningkatan kemampuan fisik pikiran atau
mental seseorang.
Responden pada penelitian ini adalah pemilik usaha agroindustri
pengolahan kripik ubi yang berada di Kota Pontianak. Hasil penelitian
memperlihatkan bahwa umur responden sangat bervariasi yaitu umur responden
adalah antara 44 – 55 tahun dan menurut Departemen Tenaga Kerja menyatakan
umur produktif adalah umur antara 17–55 Tahun, dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa seluruh responden termasuk golongan produktif serta dinilai
masih aktif dalam mengelola dan menjalankan usahanya, dengan usaha yang
masih produktif kemampuan fisik para pengusaha masih memadai, sehingga
memungkinkan usaha agroindustri pengolahan kripik ubi masih dapat terus
dikembangkan karena para pengusahanya masih memiliki produktivitas dan
kemampuan bekerja yang tinggi. Meski demikian produktip atau tidaknya usia
seseorang sebenarnya ditentukan oleh keterlibatan orang tersebut dalam kegiatan
produktif, yaitu kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan jasa.
2.Tingkat Pendidikan Responden.
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting bagi responden dalam hal
menerima dan menerapkan teknologi baru, disamping kemampuan dan
ketrampilan dari pengusaha itu sendiri, tingkat pendidikan merupakan jenjang
pendidikan formal yang pernah diikuti oleh responden.
Tingkat pendidikan responden sebanyak 3 orang pengusaha tamatan SMP,
sedang yang lainnya adalah tamatan SMA sebanyak 2 orang pengusaha. Data
yang diperoleh dari penelitian menunjukkan kualifikasi pendidikan responden
untuk kegiatan usaha pengolahan kripik ubi di Kota Pontianak ini telah memenuhi
persyaratan, yaitu di atas pendidikan SD, data tersebut memperlihatkan bahwa
tingkat pendidikan responden cukup beragam dan hal ini menunjukkan bahwa
untuk memasuki usaha ini tidaklah diperlukan jenjang pendidikan tertentu,
meskipun jenjang pendidikan formal tidak menjadi syarat yang diperlukan dalam
menjalankan usaha ini, tetapi tetap saja hal tersebut dapat mempengaruhi
pengembangan usaha yang telah mereka jalani karena semangkin tinggi jenjang
pendidikan maka akan semakin tinggi pula cara berfikir di dalam setiap
pengambilan keputusan, hingga pada akhirnya akan berdampak pada tingkat
keuntungan yang akan diperoleh.
3. Jumlah Anggota Keluarga dan Tenaga Kerja.
Jumlah anggota keluarga dalam penelitian ini adalah jumlah anggota
keluarga yang masih menjadi tanggungan dan masih dibiayai oleh responden,
yang terdiri dari suami, istri, orang tua, anak-anak, serta saudara saudara terdekat
yang berpengaruh terhadap taraf kehidupan suatu keluarga.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga dari ke lima
responden rata-rata adalah 5 orang sehingga dinilai responden memiliki
tanggungan yang cukup banyak untuk dipenuhi kebutuhannya. Semangkin banyak
jumlah anggota keluarga, semangkin besar pula beban tanggungan keluarga,

Jurnal Social Economic of Agriculture, Volume 4, Nomor 2, Desember 2015 63


Jurnal Social Economic of Agriculture, Volume 4, Nomor 2, Desember 2015, hlm 60-73

namun disisi lain banyaknya anggota keluarga akan dapat dimanfaatkan untuk
mengelola usaha yang dimiliki, dengan kata lain jumlah anggota keluarga dapat
menjadi sumber tenaga kerja, khususnya bagi anggota keluarga yang telah
memasuki umur produktif dan belum bekerja dan cenderung meningkatkan
pengeluaran bagi responden, Sehingga dapat menjadi salah satu motivasi dalam
mengembangkan usahanya, selain itu anggota keluarga tersebut juga dapat
dimanfaatkan sebagai tenaga kerja dalam keluarga.
4. Pengalaman Usaha .
Pengalaman usaha dalam penelitian ini adalah lamanya pengusaha kripik
ubi menjalankan usahanya. Semangkin lama pengalaman usahanya, maka akan
semangkin baik pula dalam membuat keputusan untuk meningkatkan pendapatan
usaha yang dikelola dan dapat mengantisipasi resiko yang akan terjadi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman usaha responden adalah
antara 4-15 tahun. jadi dapat disimpulkan bahwa responden cukup berpe-
ngalaman dalam menjalankan usahanya. Semangkin lama usaha yang di jalankan
maka akan semangkin tinggi kemampuan melakukan pengolahan terhadap
produk tersebut.
Kegiatan Produksi
Tahapan dalam mengolah bahan baku ubi kayu menjadi kripik ubi ini
terdiri dari pengadaan bahan baku, pengu- pasan, pemotongan, perendaman,
peng-gorengan, penirisan minyak dan penge- masan, uraian kegiatan yang
dilakukan dalam proses produksi pengolahan keripik ubikayu adalah sebagai
berikut :
1. Pengadaan Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan keripik ubikayu ini pada
dasarnya adalah sama pada tiap-tiap agroindustri pengolahan kripik ubi, yaitu
ubikayu yang diperoleh dari pasar-pasar tradisional atau petani disekitar Kota
Pontianak. Ketersediaan bahan baku yang cukup dan berkelanjutan akan
menjamin suatu usaha dapat berproduksi dalam waktu yang relatif lama .
2. Proses Produksi
Dalam malakukan proses produksi pengolahan keripik ubi pada
dasarnya memiliki tahapan yang sama, adapun tahapan tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Pengupasan
Ubi kayu yang telah dipilih dikupas tetapi sebelumnya dipotong
terlebih dahulu pada masing-masing ujungnya. Lalu pengupasan kulit ubi
kayu dilakukan digarit dengan ujung pisau, kemudian kulit tersebut mulai
dikelupas sampai bersih.
b. Pencucian
Ubikayu yang telah dikupas kemudian dicuci dengan air sehingga
bersih dari seluruh kotoran, kemudian dibilas lagi sehingga benar-benar
bersih.
c. Perajangan / pengirisan
Ubi kayu yang telah dicuci bersih diiris (dirajang) tipis dengan
memakai alat perajangan sehingga diperoleh ukuran irisan yang sama
tebalnya.
d. Penggorengan
Ubi kayu yang telah dirajang langsung dapat dilakukan penggorengan,

Jurnal Social Economic of Agriculture, Volume 4, Nomor 2, Desember 2015 64


Jurnal Social Economic of Agriculture, Volume 4, Nomor 2, Desember 2015, hlm 60-73

dengan menggunakan minyak goreng yang sudah panas pada temperature


160-2000C. Untuk proses penggorengan dalam tiap 6-8 kg ubikayu
membutuhkan 1 kg minyak goreng, atau perbandingannya 7:1.
Penggorengan dilakukan sampai irisan ubi kayu berwarna kuning atau
selama10 menit, untuk kripik yang rasa pedas selanjutnya diberi cabe agar
keripik Ubi memiliki cita rasa pedas. Kualitas minyak goreng yang
digunakan sangat berpengaruh pada hasil keripik ubi kayu yang bermutu
dan tahan lama. Penggunaan minyak goreng digunakan dalam 3 (tiga) kali
proses produksi, Minyak goreng yang sudah hitam dan berbau tidak bisa
digunakan lagi karena akan mengurangi rasa yang akan dihasilkan.
e. Pengemasan
Sebelum dikemas Keripik ubi kayu diangin-anginkan sampai dingin,
lalu dimasukkan dalam kantong plastik putih besar yang selanjutnya akan
dijual dengan gerobak dorong dengan harga rata-rata Rp 52.000/kg.
Kripik ubi yang telah digoreng dapat bertahan kira-kira dua setengah
bulan dan paling lama bisa sampai tiga setengah bulan dan masih layak
konsumsi dengan catatan proses penyimpanan dilakukan dengan baik.
3. Biaya Produksi.
Biaya produksi dalam penelitian ini adalah biaya yang dikeluarkan
selama proses produksi berlangsung, biaya produksi meliputi biaya tetap dan
biaya tidak tetap. Biaya tetap merupakan Biaya penyusustan peralatan,
sedangkan biaya tidak tetap meliputi biaya bahan baku, biaya bahan
penolong dan biaya tenaga kerja.
a. Biaya Tetap.
Biaya tetap merupakan biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh
kuantitas produksi yang dihasilkan. Biaya yang diperhitungkan sebagai
biaya tetap dalam proses produksi ini adalah biaya penyu- sutan peralatan.
Peralatan yang digunakan oleh usaha agroindustri ini merupakan milik
sendiri sehingga tidak mengeluarkan biaya penggunaan jasa tambahan
untuk kegiatan produksinya. Peralatan yang digu nakan dalam usaha ini
antara lain kompor gas, blender, wajan, serok, sutil, keranjang, baskom,
pisau, pemotong /perajang.
Dalam suatu usaha, biaya yang dikeluarkan untuk peralatan dihitung
mela lui penyusutan yang terjadi pada peralatan tersebut, besarnya biaya
penyusutan pera latan dapat diketahui dengan cara memban dingkan harga
beli peralatan (Rp) dengan Umur ekonomis atau lama pakai (tahun)
peralatan.
Besarnya rata-rata biaya penyusutan atau biaya tetap usaha agroindustri
pengolahan kripik ubi di Kota Pontianak perproses produksi dapat dilihat pada
Tabel di bawah ini.

Jurnal Social Economic of Agriculture, Volume 4, Nomor 2, Desember 2015 65


Jurnal Social Economic of Agriculture, Volume 4, Nomor 2, Desember 2015, hlm 60-73

Tabel 1. Rata-Rata Biaya Tetap Agroindustri Kripik Ubi di Kota Pontianak


Jenis Alat Jumlah (Rp) Rata-rata (Rp)
Pisau 2.556 511,2
Ember 3.686 737,2
baskom 6.815 136,
Kompor 5.473 1.094,6
Blender / Cobek 2.282 456,4
Perajang 4.952 990,4
Wajan 5.828 1.165,6
Serok 3.018 603,6
Sutil 1.243 248,6
keranjang 4.896 979,2
Timbangan 2 6.274 1.254,8
Timbangan 30 2.977 595,4
Gerobak 144.593 28.918,6
Jumlah 194.591 38.918
Sumber : Hasil Analisis Data Primer ,2015
Hasil perhitungan total biaya tetap adalah sebesar Rp.38.918/proses
produksi. Peralatan untuk membuat keripik ubi ini dibeli oleh pengusaha sejak
awal usaha dan sebagian alat tersebut telah mengalami penggantian dengan alat
yang baru, ini menunjukkan bahwa peralatan yang digunakan mengalami
penyusutan.
Rata-rata biaya penyusutan per alatan terbesar dari usaha agroindustri
pengolahan kripik ubi di Kota Pontianak adalah penyusutan gerobak dorong
sebesar Rp. 28.918,6/proses produksi, alat ini digunakan untuk menjual hasil
produksi kripik ubi keliling sekitar Kota Pontianak, gerobak dorong mengalami
penyusutan terbesar dikarenakan harga beli awalnya lebih tinggi jika
dibandingkan dengan harga beli peralatan yang lainnya. Sedangkan penyusutan
terkecil dari kelima usaha agroindustri pengolahan kripik ubi adalah biaya
penyusutan pisau dengan be sarnya penyusutan adalah Rp. 511,2/proses produksi,
alat tersebut digunakan untuk mengupas ubi kayu yang memisahkan isi umbi dan
kulitnya.
b. Biaya Tidak Tetap ( Biaya Variabel ).
Biaya variabel tediri dari biaya pembelian bahan baku utama, biaya
pembelian bahan tambahan penolong atau pembebanan input lain dan biaya
tenaga kerja.
b.1. Biaya Bahan Baku
Rata-Rata biaya bahan baku ubi kayu yang digunakan oleh pengusaha
kripik ubi di Kota Pontianak, dapat dilihat pada Tabel 5.4. di bawah. Biaya bahan
baku dalam penelitian ini merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membeli ubi
kayu yang berasal dari pasar tradisional dan para petani di sekitar kota Pontianak.
Penggunaan bahan baku untuk satu kali proses rata-rata sebesar 374 Kg
dengan harga rata-rata Rp.2.760/Kg perproses produksi.
b.2. Biaya Sumbangan Input Lain
Biaya sumbangan input lain merupakan biaya yang dikeluarkan untuk
membeli bahan tambahan dalam melakukan kegiatan pengolahan kripik ubi.
Biaya sumbangan input lain terdiri dari biaya bahan penolong dan biaya bahan
bakar. Bahan penolong yang digunakan dalam memproduksi kripik ubi adalah
Jurnal Social Economic of Agriculture, Volume 4, Nomor 2, Desember 2015 66
Jurnal Social Economic of Agriculture, Volume 4, Nomor 2, Desember 2015, hlm 60-73

bawang putih, garam, penyedap , cabe, minyak goreng, bahan bakar berupa gas
elpigi. Sumbangan input lain tersebut diperoleh dengan membeli langsung pada
toko atau agen. Penggunaan biaya rata –rata untuk sumbangan input lain terdapat
pada tabel 2. di bawah ini.
Tabel 2. Rata-Rata Biaya Sumbangan Input Lain Pada Agroindustri Kripik Ubi
di Kota Pontianak
Bahan Jumlah Rata-rata
Garam 39.000 7.800
Bawang Putih 772.100 14.420
Minyak goreng 2.232.000 446.400
Gas ( 3 Kg) 1.812.000 362.400
Cabe 66.500 13.300
Penyedap 94,400 18.880
Jumlah 4.316.000 863.200
Rata-Rata 863.200 172.640
Sumber : Analisis Data Primer, 2015
Tabel di atas terlihat bahwa rata-rata pengeluaran sumbangan input lain
pada usaha agroindustri kripik ubi di Kota Pontianak adalah sebesar Rp. 172.640
perproses produksi. Biaya sumbangan input lain terbesar yang digunakan dalam
satu kali proses produksi pada agroindustri kripik ubi di Kota Pontianak adalah
biaya penggunaan minyak goreng yaitu rata-rata sebesar Rp 446.400.
Biaya sumbangan input lain terendah pada agroindustri ini terletak pada
penggunaan garam yaitu rata-rata sebesar Rp 7.800, kemudian penggunaan cabe
Rp. 13.300, diikuti penggunaan penyedap sebesar Rp. 18.880, biaya penggunaan
garam paling sedikit karena selain harga garam lebih murah juga dikarenakan
peng gunaan garam harus tepat dan disesuaikan dengan jumlah bahan baku yang
digu- nakan, jika tidak tepat dalam pemberian garam maka rasa kripik sudah tidak
enak dan gurih lagi sehingga konsumen tidak akan berminat untuk membelinya.
b.3. Biaya Tenaga Kerja
Proses produksi pada usaha pengolahan kripik ubi tidak terlepas dari
komponen tenaga kerja. Tenaga kerja dalam penelitian ini adalah tenaga kerja
yang terlibat langsung dalam proses produksi pengolahan kripik ubi. Jumlah
tenaga kerja yang digunakan oleh kelima agroindustri dalam pengolahan ini
berkisar antara 3-11 orang yang berasal dari dalam atau luar keluarga. Tenaga
kerja yang berasal dari luar keluarga diperoleh dari penduduk pendatang yang
berasal dari jawa, mereka sengaja datang ke Pontianak untuk bekerja sebagai
pekerja untuk mengolah kripik ubi dan menjualnya di sekitar Pontianak, mereka
berjenis kelamin laki-laki dan memiliki tugas yang berbeda-beda sesuai dengan
jenis pekerjaan dalam proses produksi, yaitu terdiri dari pengupasan, pencucian,
perajangan, perendaman, penirisan, penggorengan dan pengemasan.
Tenaga kerja dinilai dalam bentuk fisik yaitu dengan hari orang kerja
(HOK) . Satu HOK sama dengan tujuh jam kerja atau sama dengan satu hari kerja
pria, yaitu jumlah jam kerja yang dicurahkan untuk seluruh proses produksi yang
diukur dengan ukuran kerja pria. Hasil penelitian yang dilakukan pada usaha
kripik ubi di Kota Pontianak diketahui bahwa sistem pengupahan yang dilakukan
oleh pengusaha menggunakan sistem mingguan atau bulanan, dengan jumlah jam
kerja perhari adalah tujuh jam. Upah tersebut diberikan setelah pekerjaan selesai

Jurnal Social Economic of Agriculture, Volume 4, Nomor 2, Desember 2015 67


Jurnal Social Economic of Agriculture, Volume 4, Nomor 2, Desember 2015, hlm 60-73

dilakukan. Rata-rata biaya tenaga kerja pada usaha agroindustri kripik ubi di Kota
Pontianak pada Tabel 3.
Tabel 3. Rata-Rata Biaya Tenaga Kerja Pada Agroindustri Kripik Ubi di Kota
Pontianak
Pekerjaan Jumlah (Rp) Rata-Rata (Rp)
-Pengupasan 736.287 147.257
-Pengirisan 240.571 48.114
-Pencucian 53.429 10.686
-Penggorengan 525.144 105.029
-Pengemasan 84.572 16.914
Total 1.640.003 328.001
Rata-Rata 328.001
Sumber : Analisis Data Primer, 2015.
Tabel di atas menunjukkan biaya yang dikeluarkan untuk pengupasan rata-
rata Rp. 147.257 /proses, biaya pengirisan ubi rata-rata sebesar Rp. 48.114 biaya
perendaman dan penirisan rata-rata sebesar Rp. 10.686 dan biaya penggorengan
rata-rata sebesar Rp. 105.029 dan biaya pengemasan hasil kripik ubi, rata-rata
sebesar Rp. 16.914 perproses produksi.
Dari hasil tersebut biaya untuk tenaga kerja terbesar adalah pada jenis
pekerjaan pengupasan bahan baku, hal ini dikarenakan pekerjaan ini masih
menggu- gunakan alat secara sederhana dan manual yaitu pisau sehingga dalam
pengupasan bahan baku yang jumlahnya besar membutuhkan waktu atau jam
kerja yang besar pula. Biaya untuk tenaga kerja yang paling kecil adalah pada
jenis pekerjaan pencucian yaitu sebesar Rp. 10.686 perproses produksi. Biaya ini
kecil karena tidak membutuhkan keahlian dan waktu yang digunakan dalam jenis
pekerjaan ini tidak terlalu lama.
Rata-rata pengeluaran untuk biaya tenaga kerja pada agroindustri kripik ubi
di Kota Pontianak adalah rata-rata sebesar Rp 328,001 /proses produksi.
Besarnya biaya yang dikeluarkan dari tiga komponen di atas yaitu biaya
bahan baku, Rp.982.000, biaya sumbangan input lain Rp 172.640 dan biaya
Tenaga Kerja Rp 328.001. Terlihat bahwa biaya yang paling besar dikeluarkan
adalah pada penggunaan bahan baku yaitu sebesar Rp 982.000 dan yang terkecil
penggunaan biaya untuk sumbangan input lain yaitu sebesar Rp 172.640/proses
produksi
c. Biaya Total
Biaya Total usaha pengolahan keripik ubi kayu adalah meliputi seluruhbiaya
tetap dan biaya tidak tetap yang telah dikeluarkan untuk memproduksi kripik ubi.
Besarnya rata-rata biaya total adalah Rp 1.521.559/proses produksi.
5. Analisis Nilai Tambah
Analisis nilai tambah dihitung menggunakan analisis nilai tambah
dengan pendekatan struktur produksi Hayami, 1987). Pembahasan nilai tambah
ini di bagi tiga bagian yaitu Nilai Output, Input, dan Harga. Penerimaan dan
Keuntungan. Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi.
1. Nilai Output, Input, dan Harga.
Dari hasil perhitungan analisis nilai tambah terhadap pengusaha kripik ubi
di Kota Pontianak, diperoleh hasil rata-rata produksi/output dari agroindustri
kripik ubi di kota Pontianak sebesar 222 kg dari input sebesar 374 kg, dengan
faktor konversinya 0,6 ini artinya dari satu kilogram ubi kayu hanya menghasilkan
Jurnal Social Economic of Agriculture, Volume 4, Nomor 2, Desember 2015 68
Jurnal Social Economic of Agriculture, Volume 4, Nomor 2, Desember 2015, hlm 60-73

0,6 kripik ubi, hasil ini diperoleh karena adanya bagian dari bahan baku ubi kayu
yang terbuang yaitu kulit ubi, serta bagian ubi yang sudah rusak, atau jelek, serta
adanya pengurangan kadar air setelah dilakukan penggorengan.
Faktor Konversi. Nilai faktor konversi dihitung berdasarkan pembagian
antara jumlah output yang dihasilkan dengan bahan baku yang digunakan. Dari
hasil perhitungan terhadap agroindustri kripik ubi diperoleh nilai konversi
sebesar 0,6 artinya untuk setiap satu kilogram ubi menghasilkan 0,6 kilogram
kripik ubi, ini menunjukkan bahwa output yang diha- silkan oleh pengusaha
selalu menjaga kualitas ubi kayu dan pandai mengolah ubi kayu tersebut, dalam
membeli bahan baku ubi kayu selalu memilih ubi kayu yang bagus dan baik jadi
tidak banyak terbuang baik dalam waktu pengupasan maupun dalam waktu
pengirisan ubi.
Koefisien tenaga kerja menunjuk kan tenaga kerja langsung yang
dibutuhkan dalam mengolah ubi menjadi kripik ubi. Koefisien tenaga kerja
merupakan hasil bagi antara tenaga kerja (HOK) dengan jumlah bahan baku yang
digunakan dalam proses produksi sehingga semangkin banyak bahan baku yang
digunakan maka akan semangkin kecil nilai koefisien yang dihasilkan.
Penggunaan tenaga kerja agroin dustri kripik ubi di Kota Pontianak lebih
efisien hal ini dikarenakan pada usaha agroindustri ini menggunakan bahan baku
yang banyak yaitu rata-rata 374 kg, sehingga menghasilkan nilai koefisien yang
lebih kecil.
2. Penerimaan dan Keuntungan
Nilai produk merupakan hasil kali dari faktor konversi dengan harga
produk rata-rata. Jika nilai faktor konversi yang dihasilkan tinggi maka akan
semangkin tinggi pula nilai produk yang dihasilkan.
Hasil dari nilai produk tersebut dikurangi biaya dari sumbangan input
lain dan biaya dari bahan baku maka diperoleh besarnya nilai tambah. Nilai
tambah yang diperoleh digunakan untuk membayar biaya tenaga kerja dan
keuntungan pemilik usaha agroindustri pengolahan kripik ubi. Apabila nilai
tambah tersebut dibagi dengan nilai produk maka akan diperoleh rasio nilai
tambah ini berarti dari setiap kilogram nilai produk yang dikalikan dengan
persentase rasio nilai tambah merupakan nilai tambah dari pengolahan kripik ubi
tersebut dan nilai tambah ini merupakan nilai tambah kotor karena belum
dikurangi imbalan bagi tenaga kerja.
Hasil analisis nilai tambah menun jukkan bahwa besarnya nilai tambah
yang dihasilkan ini dipengaruhi oleh nilai produk, sumbangan input lain dan harga
bahan baku.
Analisis lebih lanjut pada usaha Agroindustri pengolahan kripik ubi
menunjukkan keuntungan yang dihasilkan dari masing-masing pengusaha. Keun-
tungan yang diperoleh dari masing-masing pengusaha merupakan selisih antara
nilai tambah dengan imbalan tenaga kerja.
Apabila keuntungan tersebut dibagi dengan nilai tambah maka akan
diperoleh tingkat keuntunganrata-rata pada usaha agroindustri kripik ubi di kota
Pontianak adalah sebesar Rp. 24.269 dengan rasio keuntungan sebesar 95,56 %.
Keuntungan ini merupakan keuntungan bersih karena sudah memperhitungkan
imbalan tenaga kerja.
Besarnya keuntungan dipengaruhi oleh nilai tambah yang dihasilkan dan
imbalan yang diterima oleh tenaga kerja. Imbalan tenaga kerja dipengaruhi oleh

Jurnal Social Economic of Agriculture, Volume 4, Nomor 2, Desember 2015 69


Jurnal Social Economic of Agriculture, Volume 4, Nomor 2, Desember 2015, hlm 60-73

angka koefisien tenaga kerja. koefisien tenaga kerja menunjukkan jumlah tenaga
kerja yang dibutuhkan dalam mengolah 1 kg bahan baku dan upah rata-rata tenaga
kerja.
Imbalan tenaga kerja merupakan hasil perkalian antara koefisien tenaga
kerja dengan upah rata-rata. apabila imbalan tenaga kerja tersebut dibagi dengan
nilai tambah maka akan diperoleh bagian tenaga kerja, ini berarti dari setiap satu
kilogram nilai tambah yang dikalikan dengan persentase bagian tenaga kerja
merupakan imbalan tenaga kerja dari pengolahan kripik ubi tersebut.
3. Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi
Nilai tambah yang diperoleh merupakan balas jasa untuk masing-masing
faktor produksi yang digunakan. Untuk mengetahui berapa besar balas jasa yang
diberikan dari nilai tambah yang diperoleh maka terlebih dahulu harus diketahui
marjin antara nilai output yang dihasilkan dengan bahan baku utama yang
digunakan. Besarnya marjin yang diperoleh dari perhitungan analisis nilai tambah
pada usaha agroindustri kripik ubi di Kota Pontianak terdapat pada tabel 6 di
bawah ini.
Tabel 4. Marjin Pada Agroindustri Kripik Ubi di Kota Pontianak
Rata-rata Produksi
Marjin (Rp/kilogram) (Rp) 26.610
Pendapatan Tenaga Kerja Langsung (%) 4,9
Sumbangan Input Lain (%) 0,2
Keuntungan pengusaha( %) 91,4
Sumber : Analisis Data Primer, 2015
Marjin tersebut kemudian didistri- busikan kepada pendapatan tenaga
kerja, sumbangan input lain dan keuntungan perusahaan. Besarnya distribusi
marjin untuk pendapatan tenaga kerja 4.9%, sumbangan input lain sebesar 0.2 %,
dan keuntungan perusahaan adalah 91,4 %.
Marjin yang didistribusikan untukkeuntungan pengusaha merupakan
bagian terbesar jika dibandingkan dengan penda- patan tenaga kerja langsung dan
sumbangan input lainnya dari kelima usaha agroindustri pengolahan kripik ubi di
Kota pontianak. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan produksi pengolahan kripik
ubi yang dilakukan oleh agroindustri ini telah mencapai tingkat keuntungan
usaha.
Distribusi marjin terbesar kedua adalah pendapatan tenaga kerja,
besarnya marjin ini disebabkan masih banyak alokasi biaya yang digunakan untuk
tenaga kerja, hal ini terjadi karena kegiatan produksi yang dilakukan
membutuhkan banyak tenaga kerja, sedangkan distribusi marjin terkecil adalah
sumbangan input lain .

KESIMPULAN
1. Mengolah ubi kayu menjadi kripik ubi menyebabkan adanya nilai tambah
pada komoditi ubi kayu tersebut. Nilai tambah tersebut dapat berupa nilai
tambah pada produk, dimana produk ubi kayu dapat dipertahankan mutunya
lebih lama , daya terima konsumen yang tinggi dan jangkauan pemasaran dapat
diperluas karena kripik ubi tidak cepat mengalami kemunduran mutu
dibandingkan dengan saat keadaan segar.

Jurnal Social Economic of Agriculture, Volume 4, Nomor 2, Desember 2015 70


Jurnal Social Economic of Agriculture, Volume 4, Nomor 2, Desember 2015, hlm 60-73

2. Pengolahan ubi menjadi kripik juga dapat meningkatkan nilai tambah


ekonominya, yaitu harganya relative tinggi dan stabil dibanding saat ubi masih
belum diolah, dari harga rata-rata Rp.2.760/kg ubi kayu menjadi Rp. 52.000
/kg kripik ubi.
3. Nilai tambah yang diperoleh pada usaha agroindustri kripik ubi rata-rata
sebesar Rp. 25.231/kg atau sebesar 78,8 % dengan perolehan keuntungan
pengusaha sebesar Rp. 24.269/kg atau sebesar 95,6 %.

DAFTAR PUSTAKA
Afrida Amalia, (2012), Analisis Nilai Tambah Pengolahan Salak(Studi Kasus :
Industri Kecil Pengolah Buah Salak Agrina, Desa Parsalakan, Kecamatan
Angkola Barat, Kabupaten Tapanuli Selatan, Medan.
Alamsyah I, 2010, Analisis Nilai Tambah dan Pendapatan Usaha Industri”
Kemplang” Rumah Tangga Berbahan Baku Utama Sagu dan Ikan, Jurnal
Pembangunan Manusia, Volume 5 Edisi 1 Juni 2011, Badan Penelitiandan
Pengembangan Daerah Provinsi Sumatera Selatan.
Andi Ishak dkk, Analisis Nilai Tambah, Keuntungan, Dan Titik Impas
Pengolahan Hasil Rengginang UbiKayu (Renggining) Skala Rumah Tangga
DiKota Bengkulu, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu
Anna Kartika Ngamel ,2012, Analisis Finansial Usaha Budidaya Rumput Laut
Dan Nilai Tambah Tepung Karaginan Di Kecamatan Kei Kecil, Kabupaten
Maluku Tenggara , Jurnal Sains Terapan Edisi II Vol-2 (1) : 68 – 83 (2012)
Program Studi Agribisnis Perikanan, Politeknik Perikanan Negeri Tual.
Apriyantono, 2005. Sambutan Mentri Pertanian Republik Indonesia. Prosiding
Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pasca panen untuk Pengambangan
Industri Berbasis Pertanian. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Pascapanen Pertanian. Bogor.
Austin, J.E, 1981, Agroindustrial Project Analysis, The John Hopkins, University
Press.London.
Bayu Purnomo Aji,2010, Analisis Pengaruh Komponen Teknologi Dan Nilai
Tambah Terhadap Perkembangan Sentra Industri Kerupuk Udang
Sidoarjo, Jurnal Industri Vol 1 No 2: 125–139 Analisis Komponen
Teknologi, Institut Teknologi Sepuluh November,
Bayu Purnomo aji, 2012, Strategi Pengembangan agroindustri Kripik Pisang di
Kecamatan Tawangmangu, kabupaten karangAnyar, Jurnal Agrista, ISSN
2302-1713, Program studi agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Cecep Pardani (2010), Kajian Nilai Tambah Agroindustri Nata De Coco di Desa
Karangbenda Kecamatan Parigi Kabupaten Ciamis, Fakultas Pertanian
Universitas Galuh, Tasikmalaya.
Gasperz,V. 1999. EkonomiManajerial Pembuatan Keputusan Bisnis.PT
.Gramedia. Jakarta.
Harnanto,1989, Ilmu Usaha Tani, Penebar Swadaya, Jakarta.
Haryati La Kamisi. 2011. Analisis Usaha dan Nilai Tambah Agroindustri
Kerupuk Singkong. Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan
UMMU-Ternate)4(2):82-87.
Jurnal Social Economic of Agriculture, Volume 4, Nomor 2, Desember 2015 71
Jurnal Social Economic of Agriculture, Volume 4, Nomor 2, Desember 2015, hlm 60-73

Hayami Y, Kawagoe T, Morooka Y, Siregar M. 1987. Agricultural Marketing and


Processing in Upland Java. A Perspective from a Sunda Village. Bogor: The
CPGRT Centre.
Hepi Hapsari dkk, 2008, Peningkatan Nilai Tambah dan Strategi Pengembangan
Usaha Pengolahan Salak Manonjaya, Jurnal Agrikultura, Vol 19 , No 3,
Tahun 2008, ISSN 0853-2885, Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran.
Hernanto,F.2003. Ilmu Usaha tani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Irwan, 2010, Analisis Skala Usaha DanKeuntunganIndustri Tahu Di KotaBanda
Aceh, JOURNAL sains riset Vol 1 No. 11.
Mey Camelia Puspita Putri, Nilai Tambah Kulit Kerbau Menjadi
Krecek Dan Kerupuk, Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian
Universitas Siliwangi .
Muhammad Muzakki, 2012, Optimalisasi Keuntungan Pada Perusahaan Kripik
Balado Mahkota dengan Metode Simpleks, Jurnal Matematika UNAND, Vol
1 No.1, Oktober 2012, ISSN 2303-2910, Universitas Andalas Padang.
Nuraini, 2008. Analisis Nilai Tambah Agroindustri Minyak Kelapa di Kecamatan
Muara Batu Kabupaten Aceh Utara.
Nurmedika (2013), Analisis Pendapatan dan Nilai Tambah Kripik Nangka Pada
Industri Tumah Tangga Tiara di Kota Palu, Jurnal Agrotekbis I (3):ISSN :
2338-3011, Universitas Tadulako, Palu
Prasasto, S. 2008. Aspek Produktif Keripik Singkong. http://wordpress.com di
akses pada tanggal 11 Mei 2011.
Pudji Astuti dkk, Analisis Nilai Tambah, Keuntungan, Dan Titik Impas
Pengolahan Hasil Rengginang Ubi Kayu Skala Rumah Tangga di Kota
Bengkulu , Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu
ReniKustiari.2011.Analisis Nilai Tambah dan Balas Jasa Faktor Produksi
Pengolahan Hasil Pertanian. Makalah disampaikan dalam Seminar
Nasional Petani dan Pembangunan Pertanian di Bogor, 12 Oktober 2011.
Rita Hanafie, (2008), Pengantar Ekonomi Pertanian, Cv. Andi, Yogyakarta.
Rukmana R, 2002, Komoditas Unggulan dan Prospek Agribisnis, Kanisius,
Yogyakarta.
Septina dkk,(2009) Analisis Pendapatan Agroindustri Rengginang Ubi Kayu Di
Kabupaten Kampar Provinsi Riau, Jumal Ekonomi Volume 17, Nomor 2
Agustus 2009, Fakultas Pertanian UIR, jln. Kaharudin Nasution Km 11,
Perhentian Marpoyan Pekanbaru.
Soekartawi, 1991.Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Rajawali Press. Jakarta.
_________ 1995.Analisis Usaha Tani. UI Press. Jakarta.
----------------. 2000. Pengantar Agroindustri. PT Raja Grafindo Jakarta. Jakarta.
Suprapto, A. 1999. Pengembangan Agribisnis Komoditas Unggulan dalam
memasuki Pasar Global. Makalah disampaikan dalam Lokakarya Nasional
Musyawarah Nasional V POPMASEPI, Medan, 16Maret1999.
Supriyono.(1999). Metode PenelitianBisnis. AlfABETA. Bandung.
Sutrisno, 1991, Pengembangan Agribisnis di Beberapa Negara Asia dan
Relevansinya bagi Indonesia, Jakarta.

Jurnal Social Economic of Agriculture, Volume 4, Nomor 2, Desember 2015 72


Jurnal Social Economic of Agriculture, Volume 4, Nomor 2, Desember 2015, hlm 60-73

Tjakrawiralaksana, 1983, Usaha Tani, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi


Pertanian Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.Bogor.
Zulkifli, 2012, Analisis Pendapatan dan Nilai Tambah Pada Agroindustri kripik
Ubi di Kecamatan Tanah luas Kabupaten Aceh Utara.

Jurnal Social Economic of Agriculture, Volume 4, Nomor 2, Desember 2015 73

Anda mungkin juga menyukai