ID Analisis Nilai Tambah Agroindustri Kripik Ubi Di Kota Pontianak
ID Analisis Nilai Tambah Agroindustri Kripik Ubi Di Kota Pontianak
ID Analisis Nilai Tambah Agroindustri Kripik Ubi Di Kota Pontianak
ABSTRACT
Agro processing cassava chips businesses is one of the efforts that are
currently being developed in the city of Pontianak. The existence of this business
is expected to improve the quality, profitability, value-added products. The
purpose of this study was to determine the magnitude of the added value obtained
from cassava chips processing in Pontianak. This research was conducted using
descriptive methods, population in this study were cassava chips entrepreneurs in
the city of Pontianak. Data collected included primary data and secondary data.
Techniques of data collection is done by direct interviews with respondents and
recording data from relevant agencies. Data analysis was performed by using a
format according to the analysis of value-added Hayami method. The results of
the study show that the value added obtained in cassava chips agro-businesses in
the city of Pontianak is Rp. 25 231 per kg or by 78.8%, with gains amounting to
Rp. 24269.8 / kg with a profit margin of 95.56% employer.
PENDAHULUAN
Sektor pertanian merupakan pilar utama pembangunan perekonomian
Indonesia karena hampir seluruh kegiatan perekonomian Indonesia berpusat pada
sektor tersebut. Keberhasilan peningkatan pembangunan sektor pertanian dapat
terca pai jika adanya kerjasama antara berbagai kalangan yang terkait langsung
dengan bidang pertanian baik itu dari pelaku pertanian dalam hal ini petani,
pemerintah, lembaga peneliti, ilmuwan, inovator, kalangan akademik maupun
pihak swasta sebagai kalangan industri, dengan demikian diharapkan dapat
memecahkan masalah pertanian yang dihadapi, dan akhirnya dapat meningkatkan
kesejahteraan petani.
Pertanian menjadi penting karena adanya pengolahan hasil pertanian dengan
berbagai pertimbangan, seperti dapat meningkatkan nilai tambah, meningkatkan
kualitas hasil, meningkatkan penyerapan tenaga kerja, meningkatkan ketrampilan
produsen, dan meningkatkan pendapatan produsen. Pengusaha skala besar dalam
kegiatan pengolahan hasilnya dijadikan kegiatan utama dalam mata rantai
bisnisnya, hal ini disebabkan karena dengan pengolahan yang baik maka nilai
tambah barang pertanian menjadi mening kat karena barang tersebut mampu mene
robos pasar, baik pasar domestic maupun pasar luar negri.
Nilai tambah merupakan pertambahan nilai suatu komoditas karena
mengalami proses pengolahan, penyimpan, pengangkutan dalam suatu proses
produksi. Menurut Hayami, et al.(1987) definisi dari nilai tambah adalah
Jurnal Social Economic of Agriculture, Volume 4, Nomor 2, Desember 2015 60
Jurnal Social Economic of Agriculture, Volume 4, Nomor 2, Desember 2015, hlm 60-73
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptip yaitu
suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia , suatu objek, suatu set
kondisi, suatu system pemikiran, suatu peristiwa pada masa sekarang dengan
tujuan membuat deskripsi atau gambaran atau lukisan secara sistematis, actual dan
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki. (Nazir, Moh,2005).
Penelitian ini dilakukan di Kota Pontianak Kalimantan Barat, Penentuan
lokasi ini dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa di Kota
Pontianak ini terdapat beberapa agroindustri pengolahan ubikayu menjadi keripik.
Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada analisis nilai tambah produk keripik
ubi.
Jenis Dan Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikum pulkan dan diperoleh langsung dari
pengu usaha kripik ubi dan tenaga kerja serta pihak-pihak yang terkait dengan
menggunakan daftar pertanyaan yang sudah disiapkansebelumnya.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari instansi yang terkait
(BPS, Dinas Pertanian, beserta instansi terkait lainya) dan berbagai media cetak
dan media online beserta dari berbagai buku dan literatur yang berkaitan dengan
penelitian ini.
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah para pengusaha agroindustri keripik ubi
di Kota Pontianak, terdapat 5 responden dalam penelitian ini, karena jumlah
populasi sedikit yaitu 5 responden , maka semua pengusaha pengolahan kripik
ubi diambil sebagai responden, sehingga penelitian ini menjadi penelitian
Populasi.
Analisis Data
Dalam menganalisis nilai tambah ubi kayu menjadi kripik menggunakan
metode Hayami ( Hayami,Y. etal,1987) dimana pada akhirnya akan diperoleh
hasil berupa nilai output, nilai tambah, balas jasa tenaga kerja dan keuntungan
pengolahan.
Besarnya nilai tambah diperoleh dari nilai produk dikurangi biaya bahan
baku dan input lainnya (selain tenaga kerja).
Output adalah jumlah kripik yang dihasilkan dalam satu kali proses
produksi yang dihitung dalam satuan kilogram. Input merupakan bahan baku
utama yang dibutuhkan dalam satu kali proses produksi yang dihitung dalam
satuan kilogram. Tenaga kerja merupakan jumlah orang/karyawan yang
melakukan proses produksi dalam satu kali proses produksi. Faktor konversi
merupakan pembagian dari output dengan input dalam satu kali proses produksi.
Koefisien tenaga kerja diperoleh dari hasil bagi antara tenaga kerja dengan input.
namun disisi lain banyaknya anggota keluarga akan dapat dimanfaatkan untuk
mengelola usaha yang dimiliki, dengan kata lain jumlah anggota keluarga dapat
menjadi sumber tenaga kerja, khususnya bagi anggota keluarga yang telah
memasuki umur produktif dan belum bekerja dan cenderung meningkatkan
pengeluaran bagi responden, Sehingga dapat menjadi salah satu motivasi dalam
mengembangkan usahanya, selain itu anggota keluarga tersebut juga dapat
dimanfaatkan sebagai tenaga kerja dalam keluarga.
4. Pengalaman Usaha .
Pengalaman usaha dalam penelitian ini adalah lamanya pengusaha kripik
ubi menjalankan usahanya. Semangkin lama pengalaman usahanya, maka akan
semangkin baik pula dalam membuat keputusan untuk meningkatkan pendapatan
usaha yang dikelola dan dapat mengantisipasi resiko yang akan terjadi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman usaha responden adalah
antara 4-15 tahun. jadi dapat disimpulkan bahwa responden cukup berpe-
ngalaman dalam menjalankan usahanya. Semangkin lama usaha yang di jalankan
maka akan semangkin tinggi kemampuan melakukan pengolahan terhadap
produk tersebut.
Kegiatan Produksi
Tahapan dalam mengolah bahan baku ubi kayu menjadi kripik ubi ini
terdiri dari pengadaan bahan baku, pengu- pasan, pemotongan, perendaman,
peng-gorengan, penirisan minyak dan penge- masan, uraian kegiatan yang
dilakukan dalam proses produksi pengolahan keripik ubikayu adalah sebagai
berikut :
1. Pengadaan Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan keripik ubikayu ini pada
dasarnya adalah sama pada tiap-tiap agroindustri pengolahan kripik ubi, yaitu
ubikayu yang diperoleh dari pasar-pasar tradisional atau petani disekitar Kota
Pontianak. Ketersediaan bahan baku yang cukup dan berkelanjutan akan
menjamin suatu usaha dapat berproduksi dalam waktu yang relatif lama .
2. Proses Produksi
Dalam malakukan proses produksi pengolahan keripik ubi pada
dasarnya memiliki tahapan yang sama, adapun tahapan tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Pengupasan
Ubi kayu yang telah dipilih dikupas tetapi sebelumnya dipotong
terlebih dahulu pada masing-masing ujungnya. Lalu pengupasan kulit ubi
kayu dilakukan digarit dengan ujung pisau, kemudian kulit tersebut mulai
dikelupas sampai bersih.
b. Pencucian
Ubikayu yang telah dikupas kemudian dicuci dengan air sehingga
bersih dari seluruh kotoran, kemudian dibilas lagi sehingga benar-benar
bersih.
c. Perajangan / pengirisan
Ubi kayu yang telah dicuci bersih diiris (dirajang) tipis dengan
memakai alat perajangan sehingga diperoleh ukuran irisan yang sama
tebalnya.
d. Penggorengan
Ubi kayu yang telah dirajang langsung dapat dilakukan penggorengan,
bawang putih, garam, penyedap , cabe, minyak goreng, bahan bakar berupa gas
elpigi. Sumbangan input lain tersebut diperoleh dengan membeli langsung pada
toko atau agen. Penggunaan biaya rata –rata untuk sumbangan input lain terdapat
pada tabel 2. di bawah ini.
Tabel 2. Rata-Rata Biaya Sumbangan Input Lain Pada Agroindustri Kripik Ubi
di Kota Pontianak
Bahan Jumlah Rata-rata
Garam 39.000 7.800
Bawang Putih 772.100 14.420
Minyak goreng 2.232.000 446.400
Gas ( 3 Kg) 1.812.000 362.400
Cabe 66.500 13.300
Penyedap 94,400 18.880
Jumlah 4.316.000 863.200
Rata-Rata 863.200 172.640
Sumber : Analisis Data Primer, 2015
Tabel di atas terlihat bahwa rata-rata pengeluaran sumbangan input lain
pada usaha agroindustri kripik ubi di Kota Pontianak adalah sebesar Rp. 172.640
perproses produksi. Biaya sumbangan input lain terbesar yang digunakan dalam
satu kali proses produksi pada agroindustri kripik ubi di Kota Pontianak adalah
biaya penggunaan minyak goreng yaitu rata-rata sebesar Rp 446.400.
Biaya sumbangan input lain terendah pada agroindustri ini terletak pada
penggunaan garam yaitu rata-rata sebesar Rp 7.800, kemudian penggunaan cabe
Rp. 13.300, diikuti penggunaan penyedap sebesar Rp. 18.880, biaya penggunaan
garam paling sedikit karena selain harga garam lebih murah juga dikarenakan
peng gunaan garam harus tepat dan disesuaikan dengan jumlah bahan baku yang
digu- nakan, jika tidak tepat dalam pemberian garam maka rasa kripik sudah tidak
enak dan gurih lagi sehingga konsumen tidak akan berminat untuk membelinya.
b.3. Biaya Tenaga Kerja
Proses produksi pada usaha pengolahan kripik ubi tidak terlepas dari
komponen tenaga kerja. Tenaga kerja dalam penelitian ini adalah tenaga kerja
yang terlibat langsung dalam proses produksi pengolahan kripik ubi. Jumlah
tenaga kerja yang digunakan oleh kelima agroindustri dalam pengolahan ini
berkisar antara 3-11 orang yang berasal dari dalam atau luar keluarga. Tenaga
kerja yang berasal dari luar keluarga diperoleh dari penduduk pendatang yang
berasal dari jawa, mereka sengaja datang ke Pontianak untuk bekerja sebagai
pekerja untuk mengolah kripik ubi dan menjualnya di sekitar Pontianak, mereka
berjenis kelamin laki-laki dan memiliki tugas yang berbeda-beda sesuai dengan
jenis pekerjaan dalam proses produksi, yaitu terdiri dari pengupasan, pencucian,
perajangan, perendaman, penirisan, penggorengan dan pengemasan.
Tenaga kerja dinilai dalam bentuk fisik yaitu dengan hari orang kerja
(HOK) . Satu HOK sama dengan tujuh jam kerja atau sama dengan satu hari kerja
pria, yaitu jumlah jam kerja yang dicurahkan untuk seluruh proses produksi yang
diukur dengan ukuran kerja pria. Hasil penelitian yang dilakukan pada usaha
kripik ubi di Kota Pontianak diketahui bahwa sistem pengupahan yang dilakukan
oleh pengusaha menggunakan sistem mingguan atau bulanan, dengan jumlah jam
kerja perhari adalah tujuh jam. Upah tersebut diberikan setelah pekerjaan selesai
dilakukan. Rata-rata biaya tenaga kerja pada usaha agroindustri kripik ubi di Kota
Pontianak pada Tabel 3.
Tabel 3. Rata-Rata Biaya Tenaga Kerja Pada Agroindustri Kripik Ubi di Kota
Pontianak
Pekerjaan Jumlah (Rp) Rata-Rata (Rp)
-Pengupasan 736.287 147.257
-Pengirisan 240.571 48.114
-Pencucian 53.429 10.686
-Penggorengan 525.144 105.029
-Pengemasan 84.572 16.914
Total 1.640.003 328.001
Rata-Rata 328.001
Sumber : Analisis Data Primer, 2015.
Tabel di atas menunjukkan biaya yang dikeluarkan untuk pengupasan rata-
rata Rp. 147.257 /proses, biaya pengirisan ubi rata-rata sebesar Rp. 48.114 biaya
perendaman dan penirisan rata-rata sebesar Rp. 10.686 dan biaya penggorengan
rata-rata sebesar Rp. 105.029 dan biaya pengemasan hasil kripik ubi, rata-rata
sebesar Rp. 16.914 perproses produksi.
Dari hasil tersebut biaya untuk tenaga kerja terbesar adalah pada jenis
pekerjaan pengupasan bahan baku, hal ini dikarenakan pekerjaan ini masih
menggu- gunakan alat secara sederhana dan manual yaitu pisau sehingga dalam
pengupasan bahan baku yang jumlahnya besar membutuhkan waktu atau jam
kerja yang besar pula. Biaya untuk tenaga kerja yang paling kecil adalah pada
jenis pekerjaan pencucian yaitu sebesar Rp. 10.686 perproses produksi. Biaya ini
kecil karena tidak membutuhkan keahlian dan waktu yang digunakan dalam jenis
pekerjaan ini tidak terlalu lama.
Rata-rata pengeluaran untuk biaya tenaga kerja pada agroindustri kripik ubi
di Kota Pontianak adalah rata-rata sebesar Rp 328,001 /proses produksi.
Besarnya biaya yang dikeluarkan dari tiga komponen di atas yaitu biaya
bahan baku, Rp.982.000, biaya sumbangan input lain Rp 172.640 dan biaya
Tenaga Kerja Rp 328.001. Terlihat bahwa biaya yang paling besar dikeluarkan
adalah pada penggunaan bahan baku yaitu sebesar Rp 982.000 dan yang terkecil
penggunaan biaya untuk sumbangan input lain yaitu sebesar Rp 172.640/proses
produksi
c. Biaya Total
Biaya Total usaha pengolahan keripik ubi kayu adalah meliputi seluruhbiaya
tetap dan biaya tidak tetap yang telah dikeluarkan untuk memproduksi kripik ubi.
Besarnya rata-rata biaya total adalah Rp 1.521.559/proses produksi.
5. Analisis Nilai Tambah
Analisis nilai tambah dihitung menggunakan analisis nilai tambah
dengan pendekatan struktur produksi Hayami, 1987). Pembahasan nilai tambah
ini di bagi tiga bagian yaitu Nilai Output, Input, dan Harga. Penerimaan dan
Keuntungan. Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi.
1. Nilai Output, Input, dan Harga.
Dari hasil perhitungan analisis nilai tambah terhadap pengusaha kripik ubi
di Kota Pontianak, diperoleh hasil rata-rata produksi/output dari agroindustri
kripik ubi di kota Pontianak sebesar 222 kg dari input sebesar 374 kg, dengan
faktor konversinya 0,6 ini artinya dari satu kilogram ubi kayu hanya menghasilkan
Jurnal Social Economic of Agriculture, Volume 4, Nomor 2, Desember 2015 68
Jurnal Social Economic of Agriculture, Volume 4, Nomor 2, Desember 2015, hlm 60-73
0,6 kripik ubi, hasil ini diperoleh karena adanya bagian dari bahan baku ubi kayu
yang terbuang yaitu kulit ubi, serta bagian ubi yang sudah rusak, atau jelek, serta
adanya pengurangan kadar air setelah dilakukan penggorengan.
Faktor Konversi. Nilai faktor konversi dihitung berdasarkan pembagian
antara jumlah output yang dihasilkan dengan bahan baku yang digunakan. Dari
hasil perhitungan terhadap agroindustri kripik ubi diperoleh nilai konversi
sebesar 0,6 artinya untuk setiap satu kilogram ubi menghasilkan 0,6 kilogram
kripik ubi, ini menunjukkan bahwa output yang diha- silkan oleh pengusaha
selalu menjaga kualitas ubi kayu dan pandai mengolah ubi kayu tersebut, dalam
membeli bahan baku ubi kayu selalu memilih ubi kayu yang bagus dan baik jadi
tidak banyak terbuang baik dalam waktu pengupasan maupun dalam waktu
pengirisan ubi.
Koefisien tenaga kerja menunjuk kan tenaga kerja langsung yang
dibutuhkan dalam mengolah ubi menjadi kripik ubi. Koefisien tenaga kerja
merupakan hasil bagi antara tenaga kerja (HOK) dengan jumlah bahan baku yang
digunakan dalam proses produksi sehingga semangkin banyak bahan baku yang
digunakan maka akan semangkin kecil nilai koefisien yang dihasilkan.
Penggunaan tenaga kerja agroin dustri kripik ubi di Kota Pontianak lebih
efisien hal ini dikarenakan pada usaha agroindustri ini menggunakan bahan baku
yang banyak yaitu rata-rata 374 kg, sehingga menghasilkan nilai koefisien yang
lebih kecil.
2. Penerimaan dan Keuntungan
Nilai produk merupakan hasil kali dari faktor konversi dengan harga
produk rata-rata. Jika nilai faktor konversi yang dihasilkan tinggi maka akan
semangkin tinggi pula nilai produk yang dihasilkan.
Hasil dari nilai produk tersebut dikurangi biaya dari sumbangan input
lain dan biaya dari bahan baku maka diperoleh besarnya nilai tambah. Nilai
tambah yang diperoleh digunakan untuk membayar biaya tenaga kerja dan
keuntungan pemilik usaha agroindustri pengolahan kripik ubi. Apabila nilai
tambah tersebut dibagi dengan nilai produk maka akan diperoleh rasio nilai
tambah ini berarti dari setiap kilogram nilai produk yang dikalikan dengan
persentase rasio nilai tambah merupakan nilai tambah dari pengolahan kripik ubi
tersebut dan nilai tambah ini merupakan nilai tambah kotor karena belum
dikurangi imbalan bagi tenaga kerja.
Hasil analisis nilai tambah menun jukkan bahwa besarnya nilai tambah
yang dihasilkan ini dipengaruhi oleh nilai produk, sumbangan input lain dan harga
bahan baku.
Analisis lebih lanjut pada usaha Agroindustri pengolahan kripik ubi
menunjukkan keuntungan yang dihasilkan dari masing-masing pengusaha. Keun-
tungan yang diperoleh dari masing-masing pengusaha merupakan selisih antara
nilai tambah dengan imbalan tenaga kerja.
Apabila keuntungan tersebut dibagi dengan nilai tambah maka akan
diperoleh tingkat keuntunganrata-rata pada usaha agroindustri kripik ubi di kota
Pontianak adalah sebesar Rp. 24.269 dengan rasio keuntungan sebesar 95,56 %.
Keuntungan ini merupakan keuntungan bersih karena sudah memperhitungkan
imbalan tenaga kerja.
Besarnya keuntungan dipengaruhi oleh nilai tambah yang dihasilkan dan
imbalan yang diterima oleh tenaga kerja. Imbalan tenaga kerja dipengaruhi oleh
angka koefisien tenaga kerja. koefisien tenaga kerja menunjukkan jumlah tenaga
kerja yang dibutuhkan dalam mengolah 1 kg bahan baku dan upah rata-rata tenaga
kerja.
Imbalan tenaga kerja merupakan hasil perkalian antara koefisien tenaga
kerja dengan upah rata-rata. apabila imbalan tenaga kerja tersebut dibagi dengan
nilai tambah maka akan diperoleh bagian tenaga kerja, ini berarti dari setiap satu
kilogram nilai tambah yang dikalikan dengan persentase bagian tenaga kerja
merupakan imbalan tenaga kerja dari pengolahan kripik ubi tersebut.
3. Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi
Nilai tambah yang diperoleh merupakan balas jasa untuk masing-masing
faktor produksi yang digunakan. Untuk mengetahui berapa besar balas jasa yang
diberikan dari nilai tambah yang diperoleh maka terlebih dahulu harus diketahui
marjin antara nilai output yang dihasilkan dengan bahan baku utama yang
digunakan. Besarnya marjin yang diperoleh dari perhitungan analisis nilai tambah
pada usaha agroindustri kripik ubi di Kota Pontianak terdapat pada tabel 6 di
bawah ini.
Tabel 4. Marjin Pada Agroindustri Kripik Ubi di Kota Pontianak
Rata-rata Produksi
Marjin (Rp/kilogram) (Rp) 26.610
Pendapatan Tenaga Kerja Langsung (%) 4,9
Sumbangan Input Lain (%) 0,2
Keuntungan pengusaha( %) 91,4
Sumber : Analisis Data Primer, 2015
Marjin tersebut kemudian didistri- busikan kepada pendapatan tenaga
kerja, sumbangan input lain dan keuntungan perusahaan. Besarnya distribusi
marjin untuk pendapatan tenaga kerja 4.9%, sumbangan input lain sebesar 0.2 %,
dan keuntungan perusahaan adalah 91,4 %.
Marjin yang didistribusikan untukkeuntungan pengusaha merupakan
bagian terbesar jika dibandingkan dengan penda- patan tenaga kerja langsung dan
sumbangan input lainnya dari kelima usaha agroindustri pengolahan kripik ubi di
Kota pontianak. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan produksi pengolahan kripik
ubi yang dilakukan oleh agroindustri ini telah mencapai tingkat keuntungan
usaha.
Distribusi marjin terbesar kedua adalah pendapatan tenaga kerja,
besarnya marjin ini disebabkan masih banyak alokasi biaya yang digunakan untuk
tenaga kerja, hal ini terjadi karena kegiatan produksi yang dilakukan
membutuhkan banyak tenaga kerja, sedangkan distribusi marjin terkecil adalah
sumbangan input lain .
KESIMPULAN
1. Mengolah ubi kayu menjadi kripik ubi menyebabkan adanya nilai tambah
pada komoditi ubi kayu tersebut. Nilai tambah tersebut dapat berupa nilai
tambah pada produk, dimana produk ubi kayu dapat dipertahankan mutunya
lebih lama , daya terima konsumen yang tinggi dan jangkauan pemasaran dapat
diperluas karena kripik ubi tidak cepat mengalami kemunduran mutu
dibandingkan dengan saat keadaan segar.
DAFTAR PUSTAKA
Afrida Amalia, (2012), Analisis Nilai Tambah Pengolahan Salak(Studi Kasus :
Industri Kecil Pengolah Buah Salak Agrina, Desa Parsalakan, Kecamatan
Angkola Barat, Kabupaten Tapanuli Selatan, Medan.
Alamsyah I, 2010, Analisis Nilai Tambah dan Pendapatan Usaha Industri”
Kemplang” Rumah Tangga Berbahan Baku Utama Sagu dan Ikan, Jurnal
Pembangunan Manusia, Volume 5 Edisi 1 Juni 2011, Badan Penelitiandan
Pengembangan Daerah Provinsi Sumatera Selatan.
Andi Ishak dkk, Analisis Nilai Tambah, Keuntungan, Dan Titik Impas
Pengolahan Hasil Rengginang UbiKayu (Renggining) Skala Rumah Tangga
DiKota Bengkulu, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu
Anna Kartika Ngamel ,2012, Analisis Finansial Usaha Budidaya Rumput Laut
Dan Nilai Tambah Tepung Karaginan Di Kecamatan Kei Kecil, Kabupaten
Maluku Tenggara , Jurnal Sains Terapan Edisi II Vol-2 (1) : 68 – 83 (2012)
Program Studi Agribisnis Perikanan, Politeknik Perikanan Negeri Tual.
Apriyantono, 2005. Sambutan Mentri Pertanian Republik Indonesia. Prosiding
Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pasca panen untuk Pengambangan
Industri Berbasis Pertanian. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Pascapanen Pertanian. Bogor.
Austin, J.E, 1981, Agroindustrial Project Analysis, The John Hopkins, University
Press.London.
Bayu Purnomo Aji,2010, Analisis Pengaruh Komponen Teknologi Dan Nilai
Tambah Terhadap Perkembangan Sentra Industri Kerupuk Udang
Sidoarjo, Jurnal Industri Vol 1 No 2: 125–139 Analisis Komponen
Teknologi, Institut Teknologi Sepuluh November,
Bayu Purnomo aji, 2012, Strategi Pengembangan agroindustri Kripik Pisang di
Kecamatan Tawangmangu, kabupaten karangAnyar, Jurnal Agrista, ISSN
2302-1713, Program studi agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Cecep Pardani (2010), Kajian Nilai Tambah Agroindustri Nata De Coco di Desa
Karangbenda Kecamatan Parigi Kabupaten Ciamis, Fakultas Pertanian
Universitas Galuh, Tasikmalaya.
Gasperz,V. 1999. EkonomiManajerial Pembuatan Keputusan Bisnis.PT
.Gramedia. Jakarta.
Harnanto,1989, Ilmu Usaha Tani, Penebar Swadaya, Jakarta.
Haryati La Kamisi. 2011. Analisis Usaha dan Nilai Tambah Agroindustri
Kerupuk Singkong. Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan
UMMU-Ternate)4(2):82-87.
Jurnal Social Economic of Agriculture, Volume 4, Nomor 2, Desember 2015 71
Jurnal Social Economic of Agriculture, Volume 4, Nomor 2, Desember 2015, hlm 60-73