Musdalifah Amsi Skripsi
Musdalifah Amsi Skripsi
Musdalifah Amsi Skripsi
SKRIPSI PENELITIAN
Disusun Oleh :
MUSDALIFAH AMSI
NIM: 21042011
SKRIPSI PENELITIAN
Disusun Oleh :
MUSDALIFAH AMSI
NIM: 21042011
i
ii
iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Nim : 21042011
Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber,
baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Musdalifah Amsi
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat
dan Bimbingannya saya dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Hubungan
Tingkat Pengetahuan Dengan minat ibu Dalam Penggunaan kontrasepsi IUD
Di Desa Pepara Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Grorot”. Penulisan Skripsi
ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana (S.Keb) pada Program Studi Sarjana Kebidanan ITKES Wiyata Husada
Samarinda.
Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak
dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan Skripsi ini, sangatlah sulit bagi
saya untuk menyelesaikan semua proses tepat pada waktunya. Oleh karena itu,
perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dengan hati
yang tulus kepada :
1. Bapak H. Mujito Hadi, MM .selaku Ketua Yayasan Wiyata Husada samarinda
2. Bapak Dr. Eka Ananta Sidharta,CA,CfrA selaku Rektor ITKES Wiyata
Husada Samarinda
3. Ibu Eka Frenty Hadiningsih, S.ST.,M. Keb, selaku Ketua Program Studi
Institut Teknologi Kesehatan dan Sains Wiyata Husada Samarinda.
4. Ibu Dwi Hartati, SSiT., M. Keb, selaku dosen pembimbing dan Penguji III
yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya
dalam penyusunan Skripsi.
5. Ibu Tuti Meihartati, SST M. Kes, selaku Penguji I yang telah menyediakan
waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan Skripsi.
6. Eka Frenty Hadiningsih, S.ST.,M. Keb, selaku dosen penguji II yang telah
meluangkan waktunya untuk menguji skripsi penelitian saya, atas masukan,
koreksi dan arahannya.
7. Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Sarjana Kebidanan ITKES Wiyata
Husada Samarinda yang telah memberikan ilmu, arahan dan bimbingan yang
bermanfaat bagi saya.
8. Pihak Puskesmas Tanah Grogot yang telah banyak membantu dalam usaha
memperoleh data yang saya perlukan.
v
9. Orang tua saya, Bapak Supardi taher dan Ibu Sinarti dan seluruh keluarga yang
selalu memberikan motivasi dan suport bagi saya sehingga dapat
menyelesaikan Skripsi ini.
10. Teman-teman seperjuangan mahasiswa Program Studi Sarjana Kebidanan
ITKES Wiyata Husada Samarinda.
Dan semua pihak yang telah membantu penyelesaian penelitian ini, semoga
Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas kebaikan kita semua dan Skripsi ini
dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu.
Musdalifah Amsi
vi
vii
ABSTRAK
Latar Belakang : Salah satu yang mempengaruhi minat ibu dalam menggunakan alat kontrasepsi
ialah tingkat pengetahuan ibu yang amat berdampak akan penetuan metode kontrasepsi atau
partisipasi dalam keluarga berencana. Jumlah penduduk yang besar ini tentu saja merupakan
masalah bagi Indonesia, karena semakin tinggi pertumbuhan penduduk semakin besar usaha yang
dilakukan untuk mempertahankan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.. Bagi BKKBN, KB di
antara PUS tahun 2019 sebesar 62, 5% hadapi penyusutan dari tahun lebih dahulu ialah sebesar 63,
27%. Sedangkan sasaran RPJMN yang mau dicapai tahun 2019 sebesar 66%. Hasil SDKI tahun
2017 pula menampilkan angka yang lebih besar pada KB aktif ialah sebesar 63, 6%. Tujuan : Untuk
mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan minat ibu dalam penggunaan kontrasepsi IUD
Di Desa Pepara Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Grogot Metode : Penelitian ini menggunakan
desain penelitian cross sectional, dengan menggunakan Purpossive Sampling sebanyak 83 sampel
dengan menggunakan instrumen penelitian kuesioner dan analisa data menggunakan uji statistik Chi
Square. Hasil : Hasil penelitian didapatkan bahwa tingkat pengetahuan ibu dominan pengetahuan
rendah sebesar 81,9% dan minat ibu dominan ialah minat rendah sebesar 89,2%, hasil uji statistik
Chi Square didapatkan nilai P Value sebesar 0,002 < nilai α yaitu 0,05. Simpulan: terdapat
hubungan antara tingkat pengetahuan dengan minat ibu dalam penggunaan kontrasepsi IUD di desa
Pepara Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Grogot Saran : bagi ibu untuk dapat mencari informasi
untuk meningkatkan pengetahuan mengenai kekurangan dan kelebihan alat kontrasepsi IUD
1,
Mahasiswa Program Studi Ilmu Kebidanan ,ITKES Wiyata Husada Samarinda.
2
Dosen Program Studi Ilmu Kebidanan, ITKES Wiyata Husada Samarinda.
viii
The Relationship between Knowledge Level and Mother's Interest in Using IUD
Contraception in the Working Area of Pepara Health Center Tanah Grorot
Abstract
Background: One thing that influences a mother's interest in contraception is the mother's
level of knowledge, which significantly impacts determining a contraceptive method or
participating in family planning. This large population is, of course, a problem for
Indonesia because the higher the population growth, the greater the efforts made to
maintain the health and welfare of the community. For BKKBN, KB among PUS in 2019
was 62.5%, facing a decrease from the previous year, which was 63.27%. Meanwhile, the
RPJMN target to be achieved in 2019 is 66%. The 2017 IDHS results also show a higher
figure for active family planning, with 63.6%. Purpose: This study aimed to determine the
relationship between the level of knowledge and the mother's interest in using IUD
contraception in the Working Area of Pepara Health Center Tanah Grogot. Method: This
study was a cross-sectional research design, usihhh purposive sampling of 83 samples using
questionnaire research instruments and data analysis using statistical tests Chi-Square.
Results: The research showed that the mother's dominant knowledge level was low
knowledge at 81.9%, and the dominant mother's interest was low at 89.2%. The Chi-Square
statistical test results showed that the P value was 0.002 < α value, with 0.05. Conclusion:
This indicates a relationship between the level of knowledge and mothers' interest in using
IUD contraception in the Working Area of Pepara Health Center Tanah Grogot.
Suggestion: It is expected for mothers to be able to seek information to increase knowledge
about the advantages and disadvantages of IUD contraception.
ix
DAFTAR ISI
x
BAB V PENUTUP ....................................................................................... 53
A. Kesimpulan.................................................................................... 53
B. Saran.............................................................................................. 53
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR BAGAN
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
DAFTAR SINGKATAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Menurut Data Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2021, diketahui bahwa
Prevalensi Pasangan Usia Subur (PUS) Peserta KB di Indonesia mencapai
57,4% dengan Provinsi Kalimantan Selatan dengan jumlah peserta KB
terbanyak yakni mencapai 67,9% yang kemudian disusul oleh Provinsi Bangka
Belitung, Bengkulu, dan Jawa Tengah. Hal ini sangat berbanding jauh dengan
jumlah peserta KB aktif di Provinsi Kalimantan Timur yakni hanya sebesar
51,4% (Kemenkes RI, 2022).
Data dari Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur menyatakan
bahwa peserta KB aktif di Kabupaten Paser berjumlah 26.267 jiwa atau sebesar
63,1% dari keseluruhan yakni 41.648 PUS. Dengan rincian jenis kontrasepsi
diantaranya yakni Kondom sebanyak 684 (2,6%) PUS, Suntik sebesar 13.837
(52,7%) PUS, Pil sebesar 7.423 (28,3%) PUS, IUD sebesar 1.577 (6%) PUS,
MOP sebesar 17 (0,1%) PUS, MOW sebesar 714 (2,7%) PUS, serta Implan
sebesar 1.998 (7,6%) PUS (Dinas Kesehatan Kalimantan Timur, 2021).
Salah satu yang mempengaruhi minat ibu dalam menggunakan alat
kontrasepsi ialah tingkat pengetahuan ibu yang amat berdampak akan penetuan
metode kontrasepsi atau partisipasi dalam keluarga berencana. Pengetahuan
merupakan salah satu hal utama yang mempengaruhi minat. Adanya
pengetahuan yang tertinggal dalam ingatan setelah melakukan observasi.
Pengetahuan terjadi setelah observasi, semakin tepat seorang pengamat
melihat suatu objek, semakin baik pengetahuannya. Seseorang yang merespon
positif akan mengembangkan persepsi, yaitu proses dimana sesuatu
diidentifikasi dan kemudian pengetahuan tersebut akan berpengaruh langsung
pada suatu objek. Terdapat korelasi signifikan antara tingkat pemahaman ibu
nifas dengan minat pada kontrasepsi bahwa melalui pemahaman akan timbul
sikap sadar dan minat untuk memakai alat kontrasepsi yang aman dan efektif
(Suryani, 2023).
Pengetahuan ibu juga berhubungan dengan minat ibu dalam pemakaian
KB IUD. Salah satu rangsangan yang mempengaruhi perilaku responden tidak
menggunakan KB IUD yaitu pengetahuan. Jika tingkat pengetahuan responden
bagus tentang kontrasepsi IUD dan memahami betul, seharusnya mereka
2
memilih kontrasepsi IUD karena tingkat kegagalan sangat sedikit di
bandingkan dengan kontrasepsi pil dan suntik (Dalimawaty, 2021).
Minimnya minat ibu untuk memakai kontrasepsi IUD di duga di
mempengaruhi oleh sebagian aspek antara lain yaitu tingkatan pengetahuan ibu
serta minimnya uraian warga tentang IUD dan minimnya pemahaman warga
untuk memakainya. Akibat dari minimnya minat ibu untuk memakai
kontrasepsi IUD salah satunya kerap terjalin kegagalan pada akseptor lain.
IUD selaku perlengkapan kontrasepsi yang efisien memiliki angka kegagalan
yang rendah ialah terjalin 1- 5 kehamilan/ 100 wanita. Bisa di pakai untuk
memencet jumlah kelahiran sehingga nantinya bisa pengaruhi jumlah
penduduk. Minimnya atensi akseptor IUD ini mungkin diakibatkan sebab
bermacam aspek di atas. Kebalikannya apabila ibu di bekali pengetahuan
tentang IUD hingga pemahaman untuk memakainya hendak lebih besar,
sehingga rendahnya atensi ibu hendak lebih kecil. (Astuti et al., 2018).
Banyak perempuan merasakan kesusahan memastikan opsi kontrasepsi.
Tidak cuma sebab terbatasnya jumlah tata cara yang ada, namun pula sebab
tata cara tersebut bisa jadi tidak bisa diterima sehubungan dengan kebijakan
nasional Keluarga Berencana, kesehatan individual, serta seksualitas
perempuan ataupun bayaran untuk mendapatkan kontrasepsi. Dalam memilah
sesuatu tata cara, perempuan wajib menimbang bermacam aspek, tercantum
status kesehatan, dampak samping potensial sesuatu tata cara, konsekuensi
terhadap kehamilan yang tidak di idamkan, besarnya keluarga yang di
idamkan, kerjasama pendamping, serta norma budaya menimpa keahlian
memiliki anak. (Dalimawaty, 2021)
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Delima pada tahun 2022
mengatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan
dengan minat ibu dalam pemilihan AKDR. Kepada petugas KB untuk
meningkatkan pemberian penyuluhan kepada ibu-ibu agar tetap aktif
menggunakan kontrasepsi dan memberikan pemahaman kepada masyarakat
akan pentingnya penggunaan kontrasepsi terutama alat kontrasepsi dalam
rahim (AKDR)
3
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suryani pada tahun 2023
menyimpulkkan bahwa bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
tingkat pengetahuan ibu terhadap minat penggunaan kontrasepsi IUD pada
ibu.
Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di desa Pepara wilayah
kerja Puskesmas Tanah Grogot dilakukan wawancara terhadap 15 Akseptor
KB dan didapatkan hasil wawancara 12 dari ibu mengatakan “Saya tidak
menggunakan IUD karna saya tidak tau apa kelebihan dari IUD” dan ibu lain
nya mengatakan “Saya menggunakan KB yang lain dan tidak menggunakan
IUD karena saya takut menggunakan IUD karena ditaruh di kemaluan saya”
sementara 3 ibu lain nya mengatakan bahwa mereka pernah memakai IUD.
Dari data yang dipaparkan diatas dan hasil penelitian terkait serta studi
pendahuluan yang dilakukan maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
lebih lanjut dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan minat ibu
Dalam Penggunaan kontrasepsi IUD Di Desa Pepara Wilayah Kerja
Puskesmas Tanah Grorot”
B. Rumusan Masalah
Minimnya minat ibu untuk memakai kontrasepsi IUD di duga di
mempengaruhi oleh sebagian aspek antara lain yaitu tingkat pengetahuan ibu
serta minimnya uraian warga tentang IUD dan minimnya pemahaman ibu
untuk memakainya. Akibat dari minimnya minat ibu untuk memakai
kontrasepsi IUD salah satunya kerap terjalin kegagalan pada akseptor
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada
hubungan tingkat pengetahuan dengan minat ibu dalam penggunaan
kontrasepsi IUD Di Desa Pepara Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Grorot
4
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahui hubungan tingkat pengetahuan dengan minat ibu dalam
penggunaan kontrasepsi IUD Di Desa Pepara Wilayah Kerja Puskesmas
Tanah Grorot
2. Tujuan khusus
a. Teridentifikasi pengetahuan ibu dalam penggunaan kontrasepsi IUD
di desa pepara wilaya kerja puskesmas tanah grorot
b. Teridentifikasi minat ibu dalam penggunaan kontrasepsi IUD di desa
pepara wilaya kerja puskesmas tanah grorot
c. Teranalisa hubungan pengetahuan ibu terhadap minat penggunaan
kontrasepsi IUD di desa pepara wilaya kerja puskesmas tanah grorot
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan
tentang hubungan pengetahuan ibu terhadap minat dalam penggunaan
kontrasepsi IUD
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Ibu
Sebagai informasi dasar yang harus dimiliki oleh ibu mengetahui
informasi lengkap mengenai penggunaan kontrasepsi IUD
b. Bagi Bidan di Puskesmas
Sebagai bahan masukan untuk melaksanakan praktik
kebidanan berupa edukasi mengenai penggunaan kontrasepsi IUD bagi
para aksepptor KB
c. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber informasi yang berkaitan dengan
pengembangan pembelajaran kebidanan tentang bahan ajar
penggunaan kontrasepsi IUD
5
d. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan referensi berupa data penelitian tentang hubungan
pengetahuan ibu mengenai penggunaan kontrasepsi IUD
E. Penelitian Terkait
a. Menurut penelitian Sintia Yolanda (2022) Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan diketahui terdapat hubungan yang signifikan antara
Pendidikan dan status ekonomi. Dimana Pendidikan dan status ekonomi
mempengaruhi minat ibu dalam pemakaian kontrasepsi IUD di Puskesmas
Kasihan II Bantul Yogyakarta. Perbedaan yang terdapat dalam penelitian
ialah terletak pada desain penelitian yang menggunakan metode survey
analitik, variabel yang digunakan, jumlah sampel yang berbeda dalam
penelitian dan uji statistik yang di lakukan dan persamaan dalam penelitian
ini ialah variabel yang digunakan yaitu variabel pengetahuan ibu terhadap
minat dalam penggunaan kontrasepsi IUD
b. Menurut penelitian Yati Nur Indah Sari, dkk (2019) yang berjudul “Faktor-
Fktor yang Berhubungan dengan Minat Ibu dalam Pemilihan Alat
kontrasepsi IUD” menyatakan bahwa Faktor yang berhubungan dengan
minat ibu dalam pemilihan alat kontrasepsi IUD adalah dukungan suami
(p=0,009), sedangkan faktor-faktor yang tidak berhubungan dengan minat
ibu dalam pemilihan alat kontrasepsi IUD adalah pengetahuan, BPJS dan
media. Perbedaan yang terdapat dalam penelitian ialah terletak pada desain
penelitian yang menggunakan metode survey analitik, variabel yang
digunakan, jumlah sampel yang berbeda dalam penelitian dan uji statistik
yang di lakukan dan persamaan dalam penelitian ini ialah variabel yang
digunakan yaitu variabel pengetahuan ibu terhadap minat dalam
penggunaan kontrasepsi IUD
c. Menurut penelitian Septika Yani Veronica (2019) hasil analisis data dengan
jumlah responden 80 wanita usia subur di PKM Kotabumi Udik Kab.
Lampung Utara Tahun 2019, maka dapat disimpulkan bahwa didapatkan
6
sebanyak 12 (15%) Wanita Usia Subur menggunakan KB IUD . wanita usia
subur berdasarkan pengetahuan didapatkan 42.5% (34 WUS) yang
memiliki pengetahuan kurang. berdasarkan pendidikan didapatkan 65%
(52 WUS) yang memiliki pendidikan tinggi. berdasarkan usia WUS
didapatkan 6.2% (5 WUS) yang memilik usia <20 tahun. Berdasarkan
Dukungan dari suami didapatkan 26,9% (7 WUS) yang mendapat
dukungan dari suaminya. Ada hubungan antara pengetahuan Wanita Usia
Subur (WUS) terhadap pemakaian KB IUD dengan P Value =0.026. Tidak
terdapat hubungan antara pendidikan Wanita Usia Subur (WUS) terhadap
pemakaian KB IUD dengan P Value =0.199. Tidak terdapat hubungan
antara usia Wanita Usia Subur (WUS) terhadap pemakaian KB IUD 2019
dengan P Value =0.839. Tidak terdapat hubungan antara dukungan suami
pada Wanita Usia Subur (WUS) terhadap pemakaian KB IUD dengan P
Value =0.082. Perbedaan yang terdapat dalam penelitian ialah terletak pada
desain penelitian yang menggunakan metode survey analitik, variabel yang
digunakan, jumlah sampel yang berbeda dalam penelitian dan uji statistik
yang di lakukan dan persamaan dalam penelitian ini ialah variabel yang
digunakan yaitu variabel pengetahuan ibu terhadap minat dalam
penggunaan kontrasepsi IUD
d. Menurut penelitian ummi yana (2018), judul penelitian Faktor Yang
Mempengaruhi Rendahnya Minat Ibu Terhadap Pemilihan Alat
Kontrasepsi Intra Uterine Device (Iud) Di Puskesmas Padang Bulan Tahun
2018 hasil penelitian diketahui, bahwa ada 1 variabel penelitian telah
signifikan. Variabel signifikan tersebut adalah pengetahuan diperoleh nilai
p=0,021 nilai sig Penelitian ini menggunakan metode penelitian survey
anailtik dengan pendekatan Cross Sectional. Perbedaan yang terdapat
dalam penelitian ialah terletak pada desain penelitian yang menggunakan
metode survey analitik, variabel yang digunakan, jumlah sampel yang
berbeda dalam penelitian dan uji statistik yang di lakukan dan persamaan
dalam penelitian ini ialah variabel yang digunakan yaitu variabel
pengetahuan ibu terhadap minat dalam penggunaan kontrasepsi IUD
7
e. Mrnurut penelitian Cicik Patnawati (2019) judul penelitian Faktor-Faktor
Yang Berhubungan Dengan Kurangnya Penggunaan Alat kontrasepsi IUD
Di Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
kurangnya penggunaan alat kontrasepsi IUD melalui uji statistik diperoleh
nilai p= 0.002, artinya pengetahuan kurang mempengaruhi penggunaan alat
kontrasepsi IUD Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuantitatif deskriptif, yang menggunakan pendekatan cross
sectional. Perbedaan yang terdapat dalam penelitian ialah terletak pada
desain penelitian yang menggunakan metode survey analitik, variabel yang
digunakan, jumlah sampel yang berbeda dalam penelitian dan uji statistik
yang di lakukan dan persamaan dalam penelitian ini ialah variabel yang
digunakan yaitu variabel pengetahuan ibu terhadap minat dalam
penggunaan kontrasepsi IUD
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Konsep Keluarga Berencana
a. Pengertian
Menurut WHO (World Health organization) Keluarga Berencana
(KB) adalah tindakan pasangan suami istri untuk menghindari
kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang
sangat diinginkan, mengatur interval di antara kehamilan dalam
hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam
keluarga. (Kamaruddin et al., 2020)
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan
kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun
tidak selalu diakui demikian. Peningkatan dan perluasan pelayanan
keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat
kehamilan yang dialami oleh wanita. Banyak wanita harus menentukan
pilihan kontrasepsi yang sulit, tidak hanya karena terbatasnya jumlah
metode yang tersedia tetapi juga karena metode-metode tertentu
mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional
KB, kesehatan individual dan seksualitas wanita atau biaya untuk
memperoleh kontrasepsi. (Rumah Sakit Umum Pemerintah Kabupaten
Bangli, 2023)
b. Jenis – Jenis Kontrasepsi
- Metode amenore laktasi
Metode amenore laktasi (MAL) merupakan salah satu metode
keluarga berencana berdasarkan perlindungan alami menyusui
terhadap kehamilan. Diketahui secara umum bahwa selama masa
laktasi terjadi penurunan kesuburan wanita, tetapi kondisi yang tepat
harus dipenuhi untuk sepenuhnya memanfaatkan potensi menyusui
sebagai metode kontrasepsi. Metode amenore laktasi, yang dikenal
9
sebagai LAM, adalah bagian dari daftar yang diterima Organisasi
Kesehatan Dunia dan metode keluarga berencana yang efektif.
Penelitian menunjukkan LAM menjadi 98% efektif, seefektif pil dan
metode modern lainnya, bila digunakan menurut pedoman (Calik-
Ksepka et al., 2022). Menurut Labbok, LAM merupakan bentuk
peralihan dari kontrasepsi dan paling efektif pada wanita yang
berencana untuk menyusui secara eksklusif selama enam bulan
pertama. Menghasilkan susu disebut laktasi dan tidak mengalami
menstruasi disebut amenore, karenanya metode pengendalian
kelahiran ini disebut amenore laktasi (Tiwari et al., 2018).
Metode amenore laktasi (MAL) adalah sangat alat yang
efisien bagi individu wanita untuk memanfaatkan fisiologi untuk
kelahiran luar angkasa. Menyusui menginduksi pengurangan dalam
hormon pelepas gonadotropin, hormon luteinizing dan pelepasan
hormon perangsang folikel, menghasilkan amenore, melalui jalur
opioid intraserebral, beta-endorfin menghambat hormon pelepas
gonadotropin dan sekresi dopamin, yang, pada gilirannya,
merangsang sekresi prolaktin dan produksi susu.
Agar metode amenore laktasi berhasil, sudah menyarankan
bahwa:
1) Bayi harus berusia di bawah enam bulan.
2) Ibu pasti tidak haid.
3) Bayi harus disusui secara eksklusif yaitu tidak ditambahkan
suplementasi harus dilakukan, bahkan pada malam hari.
Selanjutnya telah disarankan bahwa untuk pemanfaatan
terbaik dari kesempatan ini sebagai metode kontrasepsi para ibu
harus menyusui bayinya setidaknya setiap empat jam selama siang
hari dan setidaknya setiap enam jam pada malam hari (Tiwari et al.,
2018).
Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah salah satu
kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI)
secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan
10
makanan atau minuman apapun lainnya. MAL (Metode amenore
laktasi) merupakan jenis kontrasepsi alami yang tidak banyak
masyarakat yang tahu, cara kerja metodenya dengan menekan
ovulasi atau menunda kehamilan. (Sulistyoningtyas & Khusnul
Dwihestie, 2022)
- Metode kalender
KB kalender adalah tidak melakukan hubungan seksual pada
masa subur wanita. Tampaknya metode ini mudah dilakukan,
namun kenyataannya sulit karena sulitnya menentukan saat
ovulasi wanita dengan tepat. Hanya sedikit wanita yang memiliki
siklus menstruasi teratur; terdapat variasi khususnya setelah
persalinan dan pada wanita menjelang menopause. Daya guna
pantang berkala tidak sebaik metode kontrasepsi lainnya; tapi
masih dapat ditingkatkan jika dikombinasi dengan penggunaan
kondom atau obat spermatisida (Afifah Nurullah, 2021).
Metode kalender adalah metode yang digunakan berdasarkan
masa subur dimana harus menghindari hubungan seksual tanpa
perlindungan kontrasepsi pada hari ke-8 sampai ke-19 siklus
menstruasinya. Efektifitasnya bergantung pada keikhlasan
mengikuti petunjuk, angka kegagalan 1 – 25 kehamilan per 100
wanita selama tahun pertama penggunaan. Senggama dihindari
pada masa subur yaitu dekat dengan pertengahan siklus haid atau
terdapat tanda-tanda adanya kesuburan yaitu keluarnya lendir
encer dari liang vagina. Untuk perhitungan masa subur dipakai
rumus siklus terpanjang dikurangi 11, siklus terpendek dikurangi
18.Antara kedua waktu senggama dihindari (Maksum, 2019).
Metode kalender atau lebih dikenal dengan pantang berkala,
hanya dapat dilakukan jika seseorang memiliki daur menstruasi
yang teratur. Prinsip kerjanya adalah dengan tidak melakukan
hubungan seksual pada masa subur istri. Menentukan masa subur
dapat memakai 3 patokan, yaitu:
1) Ovulasi terjadi 12- 16 hari sebelum haid yang akan datang.
11
2) Sperma dapat hidup dan membuahi dalam 48 jam setelah
ejakulasi.
3) Ovum dapat hidup 24 jam setelah ovulasi.
Jika ingin mencegah konsepsi, koitus harus dihindari
sekurang- kurangnya selama 3 hari (72 jam), yaitu 48 jam
sebelumovulasi dan 24jam sesudah ovulasi terjadi. (Tanto, 2021)
- Pil KB
Pil KB yang banyak dipakai umumnya berisi dua jenis
hormon, yakni estrogen dan progesteron. Ada juga yang berisi
hanya salah satu hormon saja. Kedua hormon ini bekerja
menghambat terjadinya ovulasi. Oleh karena ovulasi atau
keluarnya sel telur matang tidak terjadi, maka kehamilan pun
tidak berbuah. Angka keberhasilan memakai pil dibilang hampir
selalu efektif dalam mencegah kehamilan. Namun, tidak semua
wanita boleh memilih pil jika mengidap tumor yang dipengaruhi
oleh hormon estrogen, seperti tumor kandungan dan payudara,
mengidap penyakit hati aktif, penyakit pembuluh balik atau
varices thrombophlebitis, pernah serangan stroke dan mengidap
penyakit kencing manis. Mereka mutlak tidak boleh memakai pil,
dan harus memilih cara kontrasepsi yang lain (Putri, 2022).
a) Pil kombinasi
Pil KB yang mengandung estrogen dan progesteron dan
diminum sehari sekali. Estrogen dalam pil oral
kombinasi, terdiri dari etinil estradiol dan mestranol.
Dosis etinil estradiol 30-35 mcq. Dosis estrogen 35 mcq
sama efektifnya dengan estrogen 50 mcq dalam
mencegah kehamilan. Progestin dalam pil oral
kombinasi, terdiri dari noretindron, etindiol diasetat,
linestrenol, noretinodel, norgestrel, levonorgestrel,
desogestrel dan gestoden. Terdiri dari 21-22 pil
KB/kontrasepsi oral dan setiap pilnya berisi derivat
estrogen dan progestin dosis kecil, untuk pengunaan satu
12
siklus. Pil KB/kontrasepsi oral pertama mulai diminum
saat hari pertama perdarahan haid pada bidang tablet
yang bertanda warna merah selanjutnya setiap hari 1 pil
selama 21-22 hari. Umumnya setelah 2-3 hari sesudah
pil KB/kontrasepsi oral terakhir diminum, akan timbul
perdarahan haid, yang sebenarnya merupakan
perdarahan putus obat (Kosanke, 2021). Pemakaian
kontrasepsi oral kombinasi dapat mempunyai efek
samping terhadap perubahan siklus menstruasi, baik
pemakaian kontrasepsi monofasik, bifasik maupun
trifasik. Efektifitas pil kombinasi juga dapat berkurang
apabila tidak di minum dalam waktu yang sama
(Rompas & Karondeng, 2019).
b) Mini pil
Mini pil adalah pil KB yang hanya mengandung
progestin saja.Pil ini sangat cocok untuk ibu yang
sedang menyusui karena tidak memberikan efek
samping estrogen seperti menurunkan produksi
ASI.(Dewi,2013). Mini pilharus diminum setiap hari
dan usahakan pada jam yang sama(biasa pada malam
hari)agar tidak lupa. Senggam asebaiknya dilakukan
penggunaan mini pil( Tanto, 2021).
Efek samping dari mini pil lebih sedikit dibandingkan
pil kombinasi dengan efektivitas sekitar 98,5%.
Penggunaan mini pil dapat menyebabkan perdarahan
yang tidak teratur dan amenorea (tidak haid sedikitnya 3
bulan berturut-turut); Efektivitas dari mini pil dapat
berkurang jika dikonsumsi bersamaan dengan obat-obat
mukolitik asetilsistein,karena mukolitik jenis ini dapat
meningkatkan penetrasi sperma sehingga kemampuan
kontraseptif mini pil terganggu (Tanto, 2021).
13
- Suntik
Kontrasepsi suntik merupakan salah satu metode kontrasepsi
yang banyak digunakan di Indonesia. Penggunaan kontrasepsi
hormonal sebagai salah satu alat kontrasepsi meningkat drastis.
Metode kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi baik suntik 1
bulan maupun yang 3 bulan.Penggunaan Pemilihan Kontrasepsi
oleh wanita usia subur yang sesuai keinginan sangat penting,
salah satu kontrasepsi yang banyak dipilih adalah KB suntikan
baik 1 bulan maupun 3 bulan, karena suntik merupakan alat
kontrasepsi yang praktis, aman murah (Sartika et al., 2020).
Metode kontrasepsi suntik merupakan metode kontrasepsi yang
paling banyak digunakan, terutama metode kontrasepsi suntik
tiga bulan. Keuntungan metode kontrasepsi suntik tiga bulan
sangat efektif, tetapi akseptor harus melakukan kunjungan ulang
setiap tiga bulan sekali untuk mendapatkan suntikan agar efek
kontrasepsinya tetap terjaga (Yulidasari et al., 2015).
Kontrasepsi suntik (injeksi) adalah cara untuk mencegah
terjadinya kehamilan dengan melalui suntikan hormonal. Pada
umumnya pemakai suntikan KB mempunyai persyaratan sama
dengan pemakai pil, begitu pula bagi orang yang tidak boleh
memakai suntikan KB, termasuk penggunaan cara KB hormonal
selama maksimal 5 tahun. Suntikan KB merupakan salah satu
metode pencegahan kehamilan yang paling banyak digunakan di
Indonesia. Secara umum, Suntikan KB bekerja untuk
mengentalkan lendir rahim sehingga sulit untuk ditembus oleh
sperma. Selain itu, Suntikan KB juga membantu mencegah sel
telur menempel di dinding rahim sehingga kehamilan dapat
dihindari (Afifah Nurullah, 2021).
- Kondom
Kondom merupakan metode kontrasepsi yang dianggap
lebih aman, alat kontrasepsi yang cukup efektif dan mudah
didapat. Selain itu, fungsi kondom dapat membantu dan
14
melindungi akseptor terhadap beberapa infeksi menular seksual
termasuk HIV. Sedangkan kerugian memakai kondom ialah cara
penggunaan yang tidak benar menyebabkan kondom bisa copot
atau lepas, selain itu kenyamanan dalam memakainya sangat
kurang dirasakan pada saat berhubungan seksual (Kamaruddin et
al., 2020).
Kondom merupakan salah satu metode KB sederhana yang
memilki kelebihan mudah dipakai, dapat mencegah penularan
penyakit kelamin, efek samping hampir tidak ada, relatif murah,
tidak mengandung hormon, sederhana, ringan, mudah didapat,
disposable, tidak memerlukan pemeriksaan medis, dan saat ini
kondom telah diuntuk modern, sehingga tidak mengurangi
kenikmatan seks (Parinussa, 2020).
- Implan
Implan adalah alat kontrasepsi yang dipasang dibawah
lapisan kulit (subutan) pada lengan atas bagian samping dalam.
Dari data di atas menunjukkan masih rendahnya penggunaan KB
pasca persalinan khususnya penggunaan metode kontrasepsi
implan, sedangkan pemberian informasi tentang KB pasca
persalinan sudah dilakukan saat pelayanan antenatal,
pelaksanaan. P4K yang dilakukan saat mulai kontak dengan ibu
hamil, maupun saat kelas ibu hamil (Sriani, 2022).
Macam-macam kontrasepsi implan diantaranya adalah
sebagai berikut: (Kolawole et al., 2018)
Norplant: Implan kontrasepsi Norplant terdiri dari enam
kapsul silastik. Ini memberikan perlindungan terhadap
kehamilan selama 5 tahun. Kehamilan terkait tingkat
bervariasi antara 0,2 dan 1,3 per 100 wanita-tahun. Dia
penggunaan dan penerimaan terhambat oleh enam batang
dengan terkait penyisipan dan penghapusan yang sulit, yang
menyebabkannya ditinggalkan di banyak negara di dunia.
15
Norplant‑2 (Jadelle/Sinoplant‑11): Metode ini terdiri dari
implan silastic dua batang masing-masing berukuran panjang
43mm dan 2,5mm dalam diameter. Jadelle awalnya
dilisensikan selama 3 tahun; ini telah diperpanjang hingga 5
tahun di sebagian besar negara. Sino-implan (ll) dilisensikan
selama 4 tahun. Jadelle telah dievaluasi secara ekstensif,
bersama dengan pendahulunya Norplant, dan telah ditemukan
menjadi aman dan sangat efektif.
Implanon : Implanon adalah implan kontrasepsi batang
tunggal dan memberikan perlindungan kontrasepsi selama 3
tahun. Dia adalah implan nonbiodegradable, yang
mengandung 68 mg etonogestrel.
Nexplanon (Implanon NXT): Ini adalah batang tunggal alat
kontrasepsi implan dengan aplikator khusus agar lebih mudah
dan penyisipan yang aman.
Capronor: Ini adalah sistem polimer biodegradable untuk
pengiriman steroid kontrasepsi subdermal yang berkelanjutan
- MOW
Metode Operasi Wanita (MOW) merupakan metode
keluarga berencana yang paling efektif, murah, aman, dan
mempunyai nilai demografi yang tinggi. MKJP Rendahnya angka
penggunaan metode jangka panjang ini dikarenakan banyak
faktor yang menjadi rumor tentang salah satunya kontrasepsi
MOW. Kecemasan atas keterbatasan yang muncul seperti rasa
sakit atau ketidaknyamanan yang timbul dalam jangka pendek
setelah tindakan, resiko komplikasi kecil, pertimbangan
dikarenakan sifat yang permanen pada kontrasepsi MOW3, rasa
takut, kurangnya informasi pasien yang menyebabkan munculnya
mitos tentang kontrasepsi MOW, rumor dalam masyarakat.
(Relation et al., 2019)
Kontrasepsi MOW memiliki angka kegagalan yang paling
kecil (baik secara teoritis maupun praktek) dibandingkan dengan
16
alat kontrasepsi lainnya. Secara teoritis angka kegagalan
kontrasepsi MOW yaitu mencapai 0,04 kehamilan per 100
perempuan selama tahun pertama penggunaan dan dalam praktek
angka kegagalan kontrasepsi MOW yaitu 0,1 0,5 kehamilan per
100 wanita dalam tahun pertama penggunaan (Parinussa, 2020).
17
b. Jenis – jenis IUD
(Yana, 2018) Jenis-jenis kontrasepsi Intra Uterin Devices (IUD)
yaitu:
1) Un-Medicated IUD
a) Lippes Loop Diperkenalkan pada awal 1960-an dan dianggap
sebagai IUD standard, teruntuk dari polyethylene (suatu
plastic inert secara biologik) ditambah barium sulfat.
Ada empat macam IUD Lippes Loop :
(1) Lippes Loop A : Panjang 26,2 mm, lebar 22 mm 2
benang biru satu titik pada pangkal IUD dekat benang
ekor
(2) Lippes Loop B : Panjang 25,2 mm, lebar 27,4 mm 2
benang hitam bertitik -4
(3) Lippes Loop C : Panjang 27,7 mm, lebar 30,0 mm 2
benang kuning bertitik -3
(4) Lippes Loop D : Panjang 27,5, lebar 30,0 mm 2 benang
putih bertitik-2
2) Mediated IUD
a) Cooper IUD
Yang paling dikenal sampai saat ini adalah CuT-
200, Tatum T, CuT- 20B, CuT-200Ag, CuT-220C, CuT-
380A, Para Gard, CuT-380Ag, CuT-380S,Nova-T,
Novagard,ML-Cu-250 ( Standard, short,mini), ML-Cu-
375 (standard,short,mini),Cu-7,Gravigard, MPL-
Cu240Ag( ukuran 0,ukuran 1, ukuran 2), uttering 330
Cu.
b) IUD yang mengandung hormone
Progestasert-T = Alza T. 1)
(1) Panjang 36 mm, lebar 32 mm, dengan 2 lembar
benang ekor warna hitam
(2) Mengandung 38 mg progesterone, dan barium
sulfat, melepaskan 65 mcg progesterone per hari
18
(3) Tabung inserter nya berbentuk lengkung ( meniru
lekuk lengkung cavum uteri)
(4) Daya kerja : 18 bulan
(5) Teknik insersi : plunging (modified with drawal)
c. Efektifitas IUD
(Yana, 2018) Cupper T-380 A primadona BKKBN.
Pertimbangan mengapa BKKBN memilih Cupper T-380 sebagai
primadona:
1) Teknik pemasangan mudah, tidak sakit
2) Efektifitas tinggi
3) Kejadian ekspulsi rendah
4) Tidak mudah menimbulkan perforasi
5) Tidak banyak menimbulkan komplikasi
6) Tidak banyak menimbulkan trauma
7) Kembalinya kesuburan berjalan lancar
d. Mekanisme kerja IUD
1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba
falopii
2) Mempengaruhi fertilitasasi sebelum ovum mencapai kavum
uteri
3) Mencegah sperma dan ovum bertemu, dengan memuntuk
sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan
mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.
4) Memungkinkan implantasi telur dalam. (Yana, 2018)
19
berjangka panjang (dapat sampai 10 tahun tidak perlu ganti),
dan meningkatkan hubungan seksual karena tidak perlu takut
untuk hamil.
3) Merupakan metode jangka panjang.
4) Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi,
sangat efektif (0,8% kehamilan per 100 perempuan dalam
tahun pertama) segera setelah pemasangan, reversibel,
berjangka panjang (dapat sampai 10 tahun tidak perlu ganti),
dan meningkatkan hubungan seksual karena tidak perlu takut
untuk hamil
5) Tidak mengganggu kesuburan, setelah dilepas, kesuburan
dapat kembali dengan cepat.
6) Tidak mempengaruhi ASI karena tidak mengandung hormone
7) Ekspulsi lebih jarang, lebih baik pada insersi interval, post-
partum maupun post-abortus.
8) Kehilangan darah haid lebih sedikit.
9) Dapat lebih ditolerir oleh wanita yang belum punya anak atau
wanita dengan peritas rendah.
10) Ukuran tabung inserter lebih kecil. (Sitepu, 2019)
20
7) Tidak nyaman bagi wanita, terkadang juga bagi pria saat
berhubungan karena ada benang sisa IUD.
8) Dapat timbul efek samping seperti kram dan perdarahan saat
menstruasi yang lebih banyak.
9) Perlu diganti setelah pemakaian beberapa tahun(Sitepu,
2019)
21
7) Ukuran uterus dengan alat periksa (sonde) berada diluar batas
yang ditetapkan pada petunjuk terbaru tentang memasukkan
IUD, uterus harus terekam pada kedalaman 6 – 9 cm pada
paragard dan mirena.
8) Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita
PRP atau abortus septic.
9) Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak
rahimyang dapat mempengaruhi kavum uteri.
10) Risiko tinggi penyakit menular sexual (pasangan seksual yang
berganti-ganti).
11) Riwayat kehamilan ektopik atau kondisi yang dapat
mempermudah kehamilan ektopik, merupakan kontra indikasi
hanya pada pengguna AKDR hormonal.
12) Servisitis atau vaginitis akut (sampai diagnosis ditegakkan dan
berhasil diobati).
13) Peningkatan kerentanan terhadap infeksi (seperti pada terapi
kortikosteroid kronis, diabetes, HIV/AIDS, leukimia.
14) Penyakit trofoblas yang ganas.
15) Diketahui menderita TBC pelvic.
16) Kanker alat genital.
17) Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm. (puspadewi,2022)
22
c) Makin besar IUD, makin sukar insersinya, makin rendah
ekspulsinya. (puspadewi,2022)
j. Waktu Pemasangan
1) Insersi Interval
Kebijakan (policymama : Insersi IUD dilakukan
selama atau segera sesudah haid. Alasan: Ostium uteri lebih
terbuka, canalis cervicalis lunak, perdarahan yang timbul
karena prosedur insersi, tertutup oleh perdarahan haid yang
normal, wanita pasti tidak hamil.
Tetapi, akhirnya kebijakan ini ditinggalkan karena :
Infeksi dan ekspulsi lebih tinggi bila insersi dilakukan saat
haid, Dilatasi canalis cervicalis adalah sama pada saat haid
maupun pada saat mid-siklus, Memudahkan calon akseptor
pada setiap ia datang ke klinik KB.
Kebijakan (policy) sekarang :Insersi IUD dapat
dilakukan setiap saat dari siklus haid asal kita yakin seyakin-
yakinnya bahwa calon akseptor tidak dalam keadaan hamil.
2) Insersi Post-Partum
Insersi IUD adalah aman dalam beberapa hari post-
partum, hanya kerugian paling besar adalah angka kejadian
ekspulsi yang sangat tinggi. Tetapi menurut penyelidikan di
Sangapura, saat yang terbaik adalah delapan minggu post-
partum. Alasannya karena antara empat-delapan minggu post-
partum, bahaya perforasi tinggi sekali.
3) Insersi Pasca Abortus
Karena konsepsi sudah dapat terjadi 10 hari setclah abortus,
maka IUD dapat segera dipasang sesudah:
a) Abortus trimester I: Ekspulsi, infeksi, perforasi, dan lain-
lain sama seperti pada insersi interval.
b) Abortus trimester II: Ekspulsi 5 - 10 x lebih besar daripada
c) setelah abortus trimester I.
4) Insersi Post coital
23
Dipasangkan maksimal setelah 5 hari senggama tidak
terlindungi. (puspadewi,2020)
24
raba.Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga.Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt
behavior).
Perilaku seringkali dipengaruhi oleh seberapa besar
pemahaman kita atas suatu hal, karenba hal itu maka pengetahuan
seseorang sangat berkaitan erat dengan prilaku mereka dalam
memutuskan tentang upaya peningkatan kesehatan mereka,
pengetahuan memiliki pengaruh dalam memberikan putusan
untuk menggunakan alat kontrasepsi, dengan nilai p=0,00 dan
oddRatio =2,224 (Sitepu, 2019).
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil
tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya
(mata, hidung, telinga, dan sebagainya). (Yana, 2018)
Pengetahuan mempunyai enam tingkatan yang tercakup didalam
domain kognitif, yaitu sebagai berikut :
1) Tahu (Know) Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil)
memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati
sesuatu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan
yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang
tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,
menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.
2) Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai
suatu kemampuan untuk menjelaskan kembali sesuatu yang
diketahui secara benar dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut, contoh: menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
3) Aplikasi (aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan
untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan
25
sebagai aplikasi atau penggunaan hukum – hukum, rumus,
metode, prinsip, dan sebagainya dalam situasi yang lain.
4) Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk
menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen–
komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan
masih ada kaitannya satu sama lain.
5) Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata
kerja, seperti dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, dan
dapat menggambarkan, memisahkan, membedakan,
mengelompokkan, dan sebagainya.
6) Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan
untuk meletakkan atau menghubungkan bagian–bagian
didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata
lain, sintesis adalah kemampuan untuk menyusun suatu
formulasi baru dari formulasi – formulasi yang sudah ada.
7) Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan
untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau suatu
objek. (Rismawati, 2019)
b. Pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu:
Baik : bila subjek mampu menjawab dengan benar 76-100% dari
seluruh pertanyaan
Cukup : bila subjek mampu menjawab dengan benar 56%-75%
dari seluruh pertanyaan
Kurang : bila subjek mampu menjawab dengan benar 40%-55%
dari seluruh pertanyaan. (Sitepu, 2019)
c. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor adalah:
1) Pengalaman dapat dari apa yang pernah dialami sendiri
maupun pengalaman orang lain yang diketahuinya. Seorang
akseptor KB suntik telah merasakan sendiri pengaruh
kontrasepsi KB suntik dengan segenap suka dan dukanya. Jika
akseptor tersebut bertemu dengan seorang akseptor Implant
26
saat control di BPS maka mereka akan saling bercerita tentang
suka duka selama mereka menjadi akseptor. Disini terjadi
saling tukar pengalaman dan kedua akseptor tersebut saling
memberi dan menerima pengetahuan berdasar pengalaman
masing-masing.
2) Sosio-Budaya Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai, dan
penggunaan sumber-sumber di dalam suatu masyarakat akan
menghasilkan suatu pola hidup yang pada umumnya disebut
kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang
lama sebagai akibat dari kehidupan suatu masyarakat bersama.
Di suatu masyarakat memiliki kepercayaan bahwa banyak
anak banyak rejeki, maka akan sulit bagi mereka untuk
menerima informasi mengenai kontrasepsi.
3) Keyakinan Keyakinan dapat diperleh secara turun temurun
tanpa adanya pembuktian atau diperoleh dari pengalaman
yang telah dimilikinya dan terbukti benar setelah teruji oleh
waktu dan kejadian yang berulang-ulang. Seorang akseptor
baru dengan mantap ia memilih alat kontrsepsi Implant ia
yakin karena ibu dan keluarganya adalah pengguna Implant.
Keyakinan akseptor baru ini makin mantap setelah
memperoleh informasi Implant saat konsultasi dengan tenaga
kesehatan yang memasang Implannya.
4) Fasilitas Media cetak maupun elektronik serta buku-buku
merupakan fasilitas sumber informasi yang dapat
meningkatkan pengetahuan masyarakat.Banyak tersedia
informasi dan ibu-ibu dapat memperoleh informasi sesuai
kebutuhannya. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi
akan memungkinkan setiap orang memperoleh informasi
secara cepat, tepat, dan akurat. Orang dapat berhubungan
konsultan ahli melalui radio, televisi, majalah, dan lain-lain.
(Yana, 2018)
27
4. Minat Ibu Tentang Penggunaan kontrasepsi IUD
a. Pengertian
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan
dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap
sesuatu. minat tidak termasuk istilah populer dalam Psikologi karena
ketergantunganya yang banyak pada faktor-faktor internal lainya
seperti: pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi dan
kebutuhan. Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan
pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada
dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri
dengan suatu di luar diri (Borges et al., 2020). Semakin kuat atau
dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya. Jadi minat dapat
diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa
individu lebih menyukai suatu hal daripada hal lainya, dapat pula
dimanifestasikan melalui partipasi dalam suatu aktivitas. Minat
tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian (Gomez &
Freihart, 2018).
Dari berbagai pendapat diatas penulis dapat menyimpulkan
bahwa minat adalah kecenderungan jiwa yang dapat memberikan
dorongan kepada individu yang menyebabkan individu itu
memperhatikan, tertarik, merasa senang dan melakukan peruntukan
yang berhubungan dengan objek yang dilakukan dengan aktif karena
objek itu ada sangkut pautnya dengan kebutuhan-kebutuhan pada
dirinya. adapun faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar
yaitu : (1) minat yang disengaja : minat yang disengaja timbul
adanya perangsang dari luar diri manusia seperti pengaruh
lingkungan, dorongan dari teman dan sebagainya. (2) minat tidak
sengaja: minat ini timbul dengan sendirinya karena adanya
kemauan.
Minat merupakan salah satu aspek psikis manusia yang dapat
mendorong untuk mencapai tujuan. Seseorang yang memiliki minat
28
terhadap suatu obyek, cenderung untuk memberikan perhatian atau
merasa senang yang lebih besar kepada obyek tersebut. Namun
apabila obyek tersebut tidak menimbulkan rasa senang, maka ia
tidak akan memiliki minat pada obyek tersebut (Dalimawaty,
2021b).
B. Kerangka Teori
Kerangka Teori merupakan suatu uraian atau visualisasi hubungan atau
kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya atau antara variabel yang
satu dengan variable yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka
penelitian ini dijelaskan dalam gambar berikut:
29
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah yang
masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Adapun
hipotesis dalam penelitian ini adalah : Hipotesis alternatif (Ha) : ada hubungan
pengetahuan dengan minat ibu dalam penggunaan kontrasepsi IUD di desa
Pepara Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Grorot
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian adalah petunjuk dalam perencanaan dan
pelaksanaan penelitian untuk mencapai suatu tujuan atau menjawab suatu
pertanyaan penelitian dan merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan
yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa
diterapkan (Nursalam, 2018).
Penelitian ini ialah penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan
pendekatan Cross Sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan pada
waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen
hanya satu kali, pada satu saat sehingga diperoleh ada hubungan pengetahuan
dengan minat ibu dalam penggunaan kontrasepsi IUD di desa Pepara Wilayah
Kerja Puskesmas Tanah Grogot
Minat penggunaan
Tingkat kontrasepsi IUD
Pengetahuan Ibu
31
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi (Nursalam, 2018). Peneliti menetapkan metode pengambilan
sampel dengan menggunakan metode nonprobability sampling dengan
teknik Purpossive Sampling yaitu pengambilan sampel sesuai dengan
kriteria yang di inginkan oleh peneliti.
1. Kriteria Inklusi :
a. Ibu bersedia menjadi responden
b. Ibu telah menikah
c. Ibu tercatat menjadi akseptor KB
d. Ibu berusia diatas 20 tahun
2. Kriteria Eksklusi :
a. Ibu diluar wilayah puskesmas Tanah Grogot
b. Ibu tidak tercatat sebagai akseptor KB di Puskesmas Tanah Grogot
Adapun besaran sampel penelitian ini ditetapkan dengan
menggunakan rumus Slovin yaitu:
𝑁 105 105
𝑛= = =
(1 + 𝑁𝛼 2 ) (1 + 105 (0,05)2 ) (1 + 105 (0,0025))
105 105
𝑛= = = 83,3 ≈ 83
(1 + 0,26) 1,26
Keterangan:
n : sampel
N : populasi
α : tingkat signifikan 5%
Jumlah sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah
sebanyak 83 orang.
32
E. Variabel Penelitian
Variabel bebas (independent variable) yaitu karakteristik dari subjek yang
dengan keberadaannya menyebabkan perubahan pada variabel lainnya. Maka
variabel bebas penelitian ini adalah tingkat pengetahuan ibu
Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang akan berubah
akibat pengaruh atau perubahan yang terjadi pada variabel independent.
Variabel terikat penelitian ini yaitu minat ibu dalam penggunaan kontrasepsi
IUD Di Desa Pepara Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Grorot
F. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian
Definisi
Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
Independen Tingkat pengetahuan Lembar 1. Pengetahuan
Tingkat ibu terhadap Kuesioner Baik = ≥ 75%- Ordinal
Pengetahuan pemahaman pengukuran 100%
Ibu penggunaan tingkat 2. Pengetahuan
kontrasepsi IUD pengetahuan Kurang = < 75%
menggunakan (Patimah, 2022)
pilihan
jawaban benar
dan salah
Dependen Minat Ibu dalam Lembar 1. Minat Tinggi ≥ Ordinal
Minat Ibu penggunaan alat Kuesioner 75%
dalam kontrasepsi IUD di minat ibu 2. Minat Rendah : <
penggunaan wilayah kerja menggunakan 75%
kontrasepsi Puskesmas Tanah pilihan (Astari, 2023)
IUD jawaban ya
Grogot dan tidak
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah cara atau alat untuk mengumpulkan data
dalam penelitian. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner. Kuesioner pertama yaitu tingkat pengetahuan ibu tentang
kontrasepsi IUD berjumlah 20 butir soal Kuesioner pengetahuan tentang
kontrasepsi tiap butir diberi skor 1 jika jawaban benar dan 0 jika jawaban salah.
Kuesioner kedua yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner
minat penggunaan kontrasepsi IUD berjumlah 10 butir soal. Kuesioner minat
terhadap kontrasepsi IUD berbentuk pernyataan dengan pilihan jawaban Ya
33
(skor 1 untuk pernyataan positif dan skor 0 untuk pernyataan negatif) dan Tidak
(skor 0 untuk pernyataan positif dan skor 1 untuk pernyataan negatif).
34
c. Selanjutnya peneliti memberikan informed consent penelitian dan
diminta menandatangani lembar persetujuan menjadi responden.
d. Selanjutnya peneliti mengisi data karakteristik responden dengan
menanyakan data tersebut langsung kepada responden.
e. Kemudian peneliti menjelaskan alur penelitian dan membuat kontrak
waktu yaitu pemberian edukasi kesehatan responden.
f. Peneliti memberikan instrumen penelitian lembar kuesioner kepada
responden
g. Peneliti memberikan waktu kepada responden untuk mengisi lembar
kuesioner yang telah di berikan
h. Peneliti memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya
jika mengalami kesulitan dalam mengisi lembar kuesioner
i. Setelah proses penelitian selesai dilakukan pada semua responden,
peneliti selanjutnya mengumpulkan lembar observasi tersebut.
3. Tahap Akhir
Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis
menggunakan software statistik melalui beberapa tahap yaitu:
a. Editing
Proses editing akan dilakukan setelah data terkumpul dan dilakukan
dengan memeriksa kelengkapan data, memeriksa kesinambungan
data, dan memeriksa keseragaman data.
b. Coding
Pengkodean akan dilakukan dengan member nomor halaman daftar
pertanyaan, nomor variable, nama variable dan kode.
1. Umur :
< 21 Tahun = 1
21-40 Tahun = 2
>40 Tahun =3
2. Pendidikan
SD = 1
SMP/SLTP = 2
35
SMA = 3
D3 = 4
S1 = 5
3. Pekerjaan
Ibu rumah tangga = 1
Bekerja = 2
4. Jumlah Anak
2 Anak = 1
3 Anak = 2
4 Anak = 3
5. Kontrasepsi yang dipakai
Pil = 1
Kondom =2
Suntik Kb = 3
Implant = 4
6. Tingkat Pengetahuan Ibu dalam Penggunaan kontrasepsi IUD :
a. Pengetahuan Baik : 1
b. Pengetahuan Kurang : 2
7. Minat Ibu dalam Penggunaan kontrasepsi IUD
a. Minat Tinggi : 1
b. Minat Rendah : 0
c. Processing / entry
Setelah isian kuesioner terisi penuh dan sudah dilakukan
pengkodean, maka akan dilakukan langkah pengolahan selanjutnya
adalah memproses data agar dapat dianalisis. Pemrosesan data
dilakukan dengan cara mengentry data dari kuesioner ke paket
program computer SPSS
d. Tabulating
Setelah entry data kemudian data tersebut akan dikelompokkan dan
tabulasikan, sehingga diperoleh frekuensi dari masing- masing
variable.
36
e. Cleaning
Pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan untuk menentukan
ada atau tidak adanya kesalahan.
J. Analisis Data
Analisis data merupakan suatu cara yang dilakukan untuk mendiskripsikan
dan menginterprestasikan data yang telah diolah baik pengolahannya secara
manual maupun menggunakan bantuan komputer sehingga memperoleh
kesimpulan secara umum dari penelitian (Darsini, 2018). Analisis penelitian ini
dilakukan dengan cara:
a. Analisis univariat
Analisa univariat adalah cara menganalisis data yang menghasilkan
distribusi dan presentase dari tiap variable dengan memperhatikan hasil dari
perhitungan dari setiap variabel yang digunakan dalam penelitian (Dahlan,
2018).
Analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karateristik masing-
masing variabel yang diteliti. Pada penelitian ini analisa univariat ditampilkan
berupa distribusi frekuensi dan persentase yaitu tingkat pengetahuan ibu dan
minat ibu dalam penggunaan kontrasepsi IUD yang dilakukan di program
SPSS (Dahlan, 2018).
Analisa ini menggunakan rumus distribusi frekuensi sebagai berikut :
𝐹
𝑃= 𝑥100%
∑𝑛
Keterangan :
P : Presentasi yang dicari
F : Frekuensi responden
n : Jumlah responden
(Rachmawati, 2019).
37
b. Analisis bivariat
Analisa bivariat akan dilakukan terhadap dua variable yang diduga
berhubungan atau berkolerasi yang dibuat dalam bentuk distribusi untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan antar variabel dalam penelitian ini yaitu
variable yaitu hubungan pengetahuan ibu dengan minat ibu dalam
penggunaan kontrasepsi IUD di desa Pepara Wilayah Kerja Puskesmas
Tanah Grogot. Selanjutnya akan dilakukan uji statistik korelatif
menggunakan uji statistik Chi Square (Dahlan, 2017).
K. Etika Penelitian
Kewajiban kepada pihak subyek penelitian berarti bahwa peneliti
menghormati hak dan integritas kemanusiaan, dengan catatan, jika penelitian
dilakukan pada manusia, etika penelitian bertujuan untuk melindungi hak-hak
responden untuk menjamin kerahasiaan identitas responden dan kemungkinan
terjadinya ancaman terhadap responden (Darsini (2018).
Dalam melakukan penelitian, peneliti mendapat rekomendasi dan
istitusi atas pihak lain mengajukan permohonan izin kepada institusi atau
lembaga tempat penelitian. Setelah mendapat persetujuan barulah melakukan
penelitian dengan menekankan masalah etika yang meliputi:
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity).
Peneliti perlu mempertimbangan hak-hak subyek untuk mendapatkan
informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta memililki
kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk berpartisipasi
dalam kegiatan penelitian (autonomy).. Beberapa tindakan yang berkaitan
dengan prinsip menghormati harkat dan martabat manuasia adalah
menyiapkan formulir persetujuan subyek (informed consent).
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for privacy
and confidentiality).
Peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas baik
nama mupun alamat asal subyek dalam kuesioner dan alat ukur apapun
untuk menjaga anonimitas dan kerahasian identitas subyek. Peneliti dapat
menggunakan koding (inisial atau identification number). sebagai pengganti
identitas responden.
38
3. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness).
Prinsip keadilan memiliki konotasi keterbukaan dan adil. Untuk
memenuhu prinsip keterbukaan, penelitian dilakukan secara jujur, hati-hati,
professional, berprikemanusiaan, dan memperhatikan factor-faktor
ketepatan, keseksamaan, kecermatan, intimitas, psikologis serta perasaan
religius subyek penelitian. Prinsip keadilan menekankan sejauh mana
kebijakan penelitian membagikan keuntungan dan beban secara merata
sesuai kebutuhan, kemampuan, kontribusi, dan pilihan bebas masyarakat.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing
harms and benefit)
Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian guna
mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi subyek
penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat populasi(beneficence)..
Peneliti meminimalisasikan dampak yang dapat merugikan bagi subyek
(nonmaleficence).. Apabila intervensi penelitian berpotensi mengakibatkan
cidera atau stress tambahan maka subyek dikeluarkan dari kegiatan
penelitian untuk mencegah terjadinya cidera, kesakitan, stress, maupun
kematian subyek peneiti
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
B. Hasil Penelitian
Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang meliputi distribusi
frekuensi, analisa univariat dan analisa bivariat. Penelitian ini dilakukan di
Desa Pepara Kecamatan Tanah Grogot, penelitian ini dilakukan pada bulan Juli
- Agustus 2023.
40
1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
41
Hasil penelitian pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa hasil sebaran
distribusi frekuensi karakteristik responden pada usia terbanyak ialah usia
dewasa akhir yaitu sebanyak 38 (45.8%) responden, pendidikan responden
terbanyak ialah pendidikan SMA sebanyak 48 (57.8%) responden, untuk
pekerjaan responden terbanyak ialah Ibu Rumah Tangga sebanyak 44
(53.0%) responden, untuk anggota keluarga terbanyak ialah anggota
keluarga >5 anggota keluarga sebanyak 40 (48,2%), untuk jumlah anak ialah
dengan 2 anak sebanyak 47 (56,6%), lama perkawinan terbanyak ialah
dengan 5-10 Tahun sebanyak 32 (38.6%) dan alat kontrasepsi dipakai ialah
pil sebanyak 40 (48,2%0 responden.
2. Analisa Univariat
a. Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penggunaan Alat Kontrasepsi KB
Intra Uterine Device (IUD)
Tabel Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penggunaan
4.2 Alat Kontrasepsi KB Intra Uterine Device (IUD)
Tingkat Pengetahuan Ibu Frekuensi (%).
Pengetahuan Baik 15 18.1
Pengetahuan Kurang 68 81.9
Jumlah 83 100
Sumber :Data Primer 2023
Hasil penelitian pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa dominan tingkat
pengetahuan ibu terhadap penggunaan alat kontrasepsi Intra Uterine
Device terbanyak ada pada tingkat pengetahuan kurang yaitu sebanyak 68
(81.9%) responden.
42
b. Minat Ibu Terhadap Penggunaan Alat Kontrasepsi KB Intra Uterine
Device (IUD)
Tabel Minat Ibu Terhadap Penggunaan Alat Kontrasepsi
4.3 KB Intra Uterine Device (IUD)
Minat Ibu Frekuensi (%).
Minat Tinggi 9 10.8
Minat Rendah 74 89.2
Jumlah 83 100
Sumber :Data Primer 2023
Hasil penelitian pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa dominan minat
ibu terhadap penggunaan alat kontrasepsi Intra Uterine Device
terbanyak ada pada tidak berminat yaitu sebanyak 74 (89.2%)
responden.
3. Analisis Bivariat
Analisa bivariat dilakukan bertujuan untuk mengetahui ada atau
tidaknya hubungan tingkat pengetahuan dengan minat ibu dalam
penggunaan kontrasepsi IUD di desa Pepara Wilayah Kerja Puskesmas
Tanah Grogot
Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan minat
Tabel 4.4 ibu Dalam Penggunaan Kontrasepsi IUD di desa
Pepara Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Grogot
Minat Ibu
Total P-
Pengetahuan Ibu Minat Tinggi Minat Rendah
Value
N % N % N %
Pengetahuan Baik 5 6.0 10 12.0 15 18.1
Pengetahuan Kurang 4 4.8 64 77.1 68 81.9 0,002
Jumlah 9 10.8 74 89.2 83 100
*Sumber data Primer 2023
Hasil uji statistik Chi Square pada program SPSS Ver.25 didapatkan
hubungan pengetahuan ibu dengan minat ibu dalam penggunaan
kontrasepsi IUD di desa Pepara Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Grogot
didapatkan nilai P Value sebesar 0,002 < nilai α yaitu 0,05 sehingga dapat
disimpulkan terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan minat
43
ibu dalam penggunaan kontrasepsi IUD di desa Pepara Wilayah Kerja
Puskesmas Tanah Grogot
C. Pembahasan
1. Tingkat Pengetahuan Ibu Dalam Penggunaan Kontrasepsi IUD di
Desa Pepara Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Grogot
Hasil penelitian pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa dominan
tingkat pengetahuan ibu terhadap penggunaan alat kontrasepsi Intra
Uterine Device terbanyak ada pada tingkat pengetahuan kurang yaitu
sebanyak 68 (81.9%) responden
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan
timbul karena adanya sifat ingin tahu yang merupakan salah satu sifat
yang pada umumnya dimiliki semua orang. Tahu akan sesuatu diartikan
bahwa memiliki pengetahuan dan pengetahuan itu identik dengan
keputusan yang dibuat oleh seseorang terhadap sesuatu. Pengetahuan juga
dapat didefinisikan sebagai berbagai informasi yang ditemui dan
diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika
seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau
kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.
Pengetahuan adalah dua buah kelebihan manusia dibanding dengan
mahluk lain ciptaan Tuhan, dengan pengetahuan (knowledge) maka
manusia dapat mengetahui segala informasi yang masuk dan diterima oleh
dirinya. (Kurniati, 2022)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses
sensori khususnya mata dan telinga terhadap objek tetentu. Pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku
terbuka. Pengindraan terjadi melalui panca indera manusia, yakni: indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting akan terbentuknya
tindakan seseorang. (Ulfa, 2021)
44
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan
seseorang adalah tingkat Pendidikan. Selain dapat dikatakan bahwa
pendidikan formal seseorang sangat besar pengaruhnya terhadap
pengetahuan, jika seseorang berpendidikan tinggi maka akan memiliki
pengetahuan yang tinggi pula namun sebaliknya jika seseorang memiliki
pendidikan yang rendah akan memiliki pengetahuan yang rendah juga dan
hal ini akan mempengaruhi seseorang dalam memahami sesuatu hal
(Monayo, 2021)
Tingkat pendidikan merupakan faktor yang sangat menentukan
pengetahuan dan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal, termasuk
keikutsertaan dalam KB. Ini disebabkan seseorang yang berpendidikan
tinggi akan lebih luas pandangannya dan lebih mudah menerima ide dan
tata cara kehidupan baru. Salah satu yang berkaitan dengan kesadaran
keluarga berencana pada masyarakat adalah pendidikan. Pendidikan
adalah usaha sadardan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta dididik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual, keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara
pendidikan membawa proses sosisal dimana orang dihadapkan pada
pengaruh lingkungan yang terpilih sehingga dapat memperoleh atau
mengalami perkembangan kemampuan soaial dan kemampuan individu
secara optimal (Luba, 2021).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang, proses adopsi perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih baik dari pada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahun. Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan fisik
dalam menumbuhkan rasa percaya diri sehingga dikatakan bahwa
pengetahuan merupakan stimulus terhadap tindakan seseorang, stres
dalam pekerjaan dapat dicegah agar tidak terjadi dan dapat dihadapi tanpa
menimbulkan dampak negative (Sartika, 2020)
45
Pilihan jenis alat kontrasepsi di Indonesia umumnya masih terarah
pada pada kontrasepsi hormonal seperti suntik, pil dan implan. Sementara
kebijakan program KB pemerintah lebih mengarah pada pengguna
kontrasepsi non hormonal seperti IUD, tubektomi dan vasektomi. Anjuran
yang disampaikan program didasarkan pada pertimbangan ekonomi
penggunaan alat kontrasepsi hormonal yang dinilai lebih efisien. Efisiensi
yang dimaksud berkaitan dengan ketersediaan anggaran penyediaan
kontrasepsi dengan efektifitas, biaya, tingkat kegagalan, efek samping dan
komplikasi. Sementara dari sisi medis, alat kontrasepsi non hormonal
lebih dinilai lebih aman bagi kesehatan tubuh. Sebaliknya alat kontrasepsi
hormonal selain tidak ekonomis juga sangat berpengaruh terhadap
kesehatan dalam jangka waktu panjang Gangguan kesehatan pada
pengguna kontrasepsi hormonal antara lain adalah gangguan haid
permasalahan berat badan, terlambatnya kembali kesuburan, penurunan
libido, sakit kepala, hipertensi dan stroke. Akseptor keluarga berencana
yang menggunakan kontrasepsi hormonal dalam kurun waktu sering
mengeluhkan masalah kesehatan (Luba, 2021)
Menurut asumsi peneliti hasil pengetahuan ibu dimana didapatkan
hasil pengetahuan dominan ialah pengetahuan kurang dipengaruhi oleh
banyak hal antara lain diantaranya yaitu kurangnya paparan media masa
atau informasi, lingkungan dan pengalaman. Semakin sedikit informasi
yang didapatkan oleh ibu maka sedikit pula pengetahuan yang dimiliki
oleh ibu dan sebaliknya semakin banyak informasi yang di peroleh
seseorang maka banyak juga pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang
tersebut tentang kesehatan, Hasil penelitian menyebutkan bahwa
pengetahuan memiliki hubungan dengan minat ibu yang mempengaruhi
penggunaan pemakaian KB dikarenakan ibu mengalami keterbatasan
dalam mengakses sumber informasi yang bisa didapatkan seperti paparan
media, jarak fasilitas kesehatan yang jauh, tingkat pendidikan yang rendah
serta minimnya akses edukasi oleh fasilitas kesehatan mengenai
kontrasepsi sehingga hal tersebut membuat ibu mengalami hambatan
dalam mengetahui dan memahami mengenai kontrasepsi IUD.
46
2. Minat Ibu Dalam Penggunaan Kontrasepsi IUD di Desa Pepara
Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Grogot
Hasil penelitian pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa dominan minat
ibu terhadap penggunaan alat kontrasepsi Intra Uterine Device terbanyak
ada pada tidak berminat yaitu sebanyak 74 (89.2%) responden.
Minat merupakan salah satu gejala psikologis yang bersifat positif,
karena minat diawali dengan perasaan tertarik pada suatu stimulus tertentu.
Selain itu minat dikatakan lebih bersifat aktif dari pada pasif yaitu bahwa
minat dapat mendorong individu untuk bergerak mendekati sesuatu yang
diminatinya (Sari, 2019).
Minat merupakan rasa ketertarikan terhadap suatu objek atau aktivitas
yang berasal dari kemampuan diri sendiri. minat adalah ketertarikan atau
dorongan yang tinggi dari seseorang yang menjadi penggerak seseorang
untuk melakukan sesuatu guna mewujudkan pencapaian tujuan dan cita-cita
yang menjadi keinginannya yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan
mendatangkan perasaan senang, suka dan gembira. Minat sebagai
kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat
menjadikan seseorang mencoba dan menekuni hal dan pada akhirnya
diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam. minat seseorang akan tumbuh
semakin tinggi jika disertai dengan motivasi. Minat berhubungan dengan
nilai yang membuat seseorang mempunyai pilihan, Apabila seseorang
menaruh perhatian terhadap sesuatu, maka minat akan menjadi motif yang
kuat untuk berhubungan secara lebih aktif dengan sesuatu yang menarik
minatnya (Wahyuningsih, 2022).
Kurangnya minat ibu untuk menggunakan kontrasepsi IUD di duga di
pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: tingkat pendidikan ibu,
pengetahuan, ekonomi, budaya, agama, dan kurangnya pemahaman
masyarakat tentang IUD serta kurangnya kesadaran masyarakat untuk
menggunakannya. Dampak dari kurangnya minat ibu untuk menggunakan
kontrasepsi IUD salah satunya sering terjadi kegagalan pada akseptor lain.
IUD sebagai alat kontrasepsi yang efektif mempunyai angka kegagalan
47
yang rendah yaitu terjadi 1-5 kehamilan/100 perempuan. Dapat di gunakan
untuk menekan jumlah kelahiran sehingga nantinya dapat mempengaruhi
jumlah penduduk. Kurangnya minat akseptor IUD ini kemungkinan
disebabkan karena berbagai faktor di atas. Sebaliknya apabila ibu di bekali
pengetahuan tentang IUD maka kesadaran untuk menggunakannya akan
lebih tinggi, sehingga rendahnya minat ibu akan lebih kecil (Astuti, 2021)
Rendahnya minat penggunaan KB IUD dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Perilaku Pasangan Usia Subur ( PUS ) tersebut didasari oleh
faktor predisposisi ( predispossing factors ) seperti pengetahuan, sikap,
persepsi, nilai, niat, minat, keyakinan, juga faktor pemungkin ( enabling
factors) atau faktor yang memungkinkan untuk menggunakan alat
kontrasepsi IUD misalnya ketersediaan IUD, kemudahan mendapatkan
pelayanan pemasangan IUD, keterjangkauan dari aspek biaya dan
sebagainya, dan terakhir adanya faktor penguat (reinforcing factors) seperti
adanya dukungan sosial, dukungan suami, dukungan orang tua, dukungan
tokoh masyarakat, dukungan tokoh agama, dukungan petugas kesehatan,
dukungan kader kesehatan dan berbagai bentuk dukungan lainnya (Rapang,
2020)
Faktor pengaruh minat adalah respon. Respon adalah jumlah kejadian
yang tertinggal dalam ingatan setelah melakukan observasi. Respon terjadi
setelah observasi, semakin tepat seorang pengamat melihat suatu objek,
semakin baik responnya. Seseorang yang merespon positif akan
mengembangkan persepsi, yaitu proses dimana sesuatu diidentifikasi, dan
kemudian respon tersebut akan berpengaruh langsung pada suatu objek.
(Della, 2022)
Hasil penelitian yang didapatkan oleh peneliti di dukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh yang mengatakan dalam penelitian nya
bahwa ibu mayoritas ada pada minat yang kurang dalam menggunakan
sebanyak 36 (70.59%)
Hasil serupa juga didapatkan oleh Harefa pada tahun 2022 yang
menyimpulkan bahwa ibu mayoritas memiliki determinan minat yang
rendah dalam menggunakan kontrasepsi KB IUD sebanyak 51 (52,0%)
48
Menurut asumsi peneliti dari hasil penelitian minat responden adalah
masuk dalam kategori minat kurang dimana minat tersebut dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan dan informasi yang didapatkan. Karena sebagian besar
ibu memiliki pengetahuan yang rendah segingga faktanya ibu multipara
mempunyai minat yang rendah pula terhadap kontrasepsi. Minat sangat
berhubungan erat dengan pengetahuan. Tingkat pengetahuan yang rendah
akan menghambat pemahaman dan kemampuan responden mencerna
informasi yang didapat sehingga cenderung memiliki minat yang rendah,
sedangkat tingkat pendidikan yang tinggi akan cenderung memiliki minat
yang tinggi, karena mereka dapat mencerna informasi yang didapat.
Sebagian besar responden memiliki pendidikan yang menengah ke bawah,
sehingga mereka kurang memiliki kesadaran dalm menumbuhkan mintanya
untuk menggunakan kontrasepsi mantap wanita.
49
yang kemudian pengalaman tersebut diketahui, diapresiasikan, diyakini
sehingga menimbulkan motivasi serta niat untuk bertindak dan akhirnya
terjadi perwujudan niat berbentuk perilaku (Sari, 2019).
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan sendiri merupakan hasil dari
pendidikan dimana dengan pengetahuan yang diperoleh. Namun perlu
ditekankan, bukan karena seseorang berpendidikan rendah mutlak
berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa peningkatan
pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja, akan tetapi
dapat diperoleh melalui pendidikan non formal. Pengetahuan dalam bentuk
informasi yang akseptor peroleh mengenai macam-macam alat kontrasepsi,
baik informasi tersebut diperoleh dari tenaga kesehatan maupun orang
awam, hal tersebut akan mempengaruhi untuk menjadi akseptor KB
(Harefa, 2022)
Pengetahuan merupakan hasil dari mencari tahu sebelum seseorang
mengadopsi perilaku atau norma — norma baru, mereka terlebih dahulu
mencari tahu apa arti dan manfaat perilaku tersebut bagi dirinya sendiri dan
keluarganya. Oleh karena itu bila seseorang mempunyai pengetahuan yang
baik tentang kontrasepsi IUD maka akan lebih memilih menggunakan
kontrasepsi IUD sedangkan seseorang yang mempunyai pengetahuan
kurang baik maka akan kecil kemungkinan untuk memilih menggunakan
kontrasepsi IUD (Patimah, 2022)
Pengetahuan responden berpengaruh dalam proses pengambilan
keputusan untuk menerima suatu inovasi. Pengetahuan responden yang
tinggi dapat menggambarkan wawasan yang lebih luas sehingga
memudahkan dalam menerima inovasi baru dan pengambilan keputusan
yang sesuai. Tingkat pengetahuan seseorang yang tinggi, selain dikarenakan
tingkat pendidikan yang tinggi, juga dipengaruhi oleh keaktifan seseorang
dalam mencari informasi. Pengetahuan seseorang dapat diperoleh dari
keikutsertaan dalam kegiatan-kegiatan, misalnya penyuluhan rutin
mengenai alat kontrasepsi (Harefa, 2022)
50
Pengetahuan berfungsi sebagai dasar untuk tindakan, dan kapasitas
seseorang untuk mencapai apa pun bergantung pada pengetahuan yang
dimiliki. Ibu nifas dapat memilih untuk menggunakan alat kontrasepsi
berdasarkan kesadaran mereka terkait penggunaan alat kontrasepsi, apalagi
manfaat pada mencegah kehamilan. Sehingga apabila tingkat pengetahuan
ibu baik dalam menerima dan memahami informasi yang diberikan terkait
penggunaan kontrasepsi maka akan semakin tinggi pula minat ibu dalam
menggunakan alat kontrasepsi IUD, begitu juga sebaliknya jika
pengetahuan ibu kurang maka kurang pula minat ibu dalam menggunakan
IUD (Octavi, 2022)
Hasil penelitian yang didapatkan oleh peneliti serupa dengan penelitian
yang dilakukan oleh Octavi pada tahun 2022 yang dalam hasil penelitian
nya menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara tingkat
pengetahuan ibu terhadap minat penggunaan kontrasepsi IUD.
Hasil penelitian yang didapatkan oleh peneliti didukung oleh penelitian
yang serupa dilakukan oleh sari pada tahun 2023 yang menyebutkan dalam
hasil penelitian nya bahwa pengetahuan memiliki hubungan yang erat
dengan minat ibu dalam menggunakan alat kontrasepsi IUD
Menurut asumsi peneliti adanya hubungan antar pengetahuan ibu
terhadap minat dalam menggunakan kontrasepsi IUD ialah karena IUD
bukanlah tablet harian atau suntik bulanan yang terus-terusan melakukan
kunjungan ulang setiap bulannya sehingga ibu selalu mendapatkan
informasi setiap bulan nya mengenai alat kontrasepsi, hal ini sejalan dengan
penelitian bahwa responden memiliki tingkat pengetahuan kurang dalam
memahami manfaat dari jenis kontrasepsi ini. Responden beranggapan saat
IUD dipasang, IUD dapat bergeser dan lepas dengan sendirinya.
Pengetahuan yang kurang juga cenderung membuat responden tidak
memiliki minat agar memakai metode KB IUD. Informasi tentang IUD
sekarang dapat di akses dengan mudah melalui internet, tetapi tidak jarang
juga banyak informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya yang dapat membuat responden takut untuk menggunakan
IUD, dengan demikian disimpulkan semakin kurang pengetahuan akseptor
51
KB maka semakin kecil kemungkinan untuk menggunakan IUD dan begitu
sebaliknya juga. Dari hasil observasi dengan beberapa responden bahkan
ada yang belum mengetahui tentang letak pemasangan IUD, responden juga
belum mengetahui kekurangan dan kelebihan menggunakan kontrasepsi
IUD.
D. Keterbatasan Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini peneliti juga mengalami keterbatasan
antara lain yaitu terdapat beberapa responden yang kurang memahami
beberapa pertanyaan yang ada pada kuesioner sehingga peneliti harus
menjelaskan maksud dari pertanyaan tersebut seperti nomor 3 dan nomor 4
kuesioner variabel pengetahuan
52
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dibuat maka dapat ditarik suatu
kesimpulan, antara lain:
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dominan tingkat pengetahuan ibu
terhadap penggunaan alat kontrasepsi Intra Uterine Device terbanyak ada
pada tingkat pengetahuan kurang yaitu sebanyak 68 (81.9%) responden
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dominan minat ibu terhadap
penggunaan alat kontrasepsi Intra Uterine Device terbanyak ada pada tidak
berminat yaitu sebanyak 74 (89.2%) responden.
3. Hasil penelitian didapatkan hubungan pengetahuan ibu dengan minat ibu
dalam penggunaan kontrasepsi IUD di desa Pepara Wilayah Kerja
Puskesmas Tanah Grogot didapatkan nilai P Value sebesar 0,002 < nilai α
yaitu 0,05 sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan antara tingkat
pengetahuan dengan minat ibu dalam penggunaan kontrasepsi IUD di desa
Pepara Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Grogot..
B. Saran
1. Bagi Ibu
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan
untuk menentukan pemilihan dalam menggunakan alat kontrasepsi IUD
yang akan di pilih oleh ibu.
2. Bagi Bidan di Puskesmas
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam praktik
kebidanan untuk memberikan edukasi kepada akseptor KB dalam
menggunakan alat kontrasepsi IUD
3. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi mata ajar
kebidanan mengenai pengetahuan dan minat ibu dalam penggunaan alat
kontrasepsi IUD
53
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar informasi dan
variabel tambahan dalam membuat penelitian lebih lanjut dan lebih dalam
mengenai pengetahuan ibu terhadap minat dalam menggunakan alat
kontrasepsi IUD
54
DAFTAR PUSTAKA
Adenin, I. (2019). Peran Komponen Inflamasi Akibat Insersi Alat Kontrasepsi dalam
Rahim dan Hubungannya dengan Peningkatan Kadar Glikodelin A. EJournal
Kedokteran Indonesia.
Afifah Nurullah, F. (2021). Perkembangan Metode Kontrasepsi di Indonesia. Cermin
Dunia Kedokteran, 48(3), 166. https://doi.org/10.55175/cdk.v48i3.1335
Astuti, E., Yasinta, M., & Sardin, V. (2018). Faktor yang mempengaruhi minat ibu
untuk menggunakan kontrasepsi IUD Di BPS Mien Hendro. Jurnal Kebidanan
Stikes William Booth, 6(1).
Black, K. I., & Hussainy, S. Y. (2017). Emergency contraception: Oral and intrauterine
options. Australian Family Physician, 46(10), 722–726.
Borges, A. L. V., Araújo, K. S., Santos, O. A. D., Gonçalves, R. F. S., Fujimori, E., &
Divino, E. D. A. (2020). Knowledge about the intrauterine device and interest in
using it among women users of primary care services. Revista Latino-Americana
de Enfermagem, 28.
Calik-Ksepka, A., Stradczuk, M., Czarnecka, K., Grymowicz, M., & Smolarczyk, R.
(2022). Lactational Amenorrhea: Neuroendocrine Pathways Controlling Fertility
and Bone Turnover. International Journal of Molecular Sciences, 23(3), 1–16.
https://doi.org/10.3390/ijms23031633
Dalimawaty, K. (2021a). Faktor yang Mempengaruhi Minat Ibu Menggunakan KB
IUD di Puskesmas Binjai Estate. Jurnal Ilmiah Kebidanan Indonesia, 4(4), 519.
Dalimawaty, K. (2021b). Faktor yang Mempengaruhi Minat Ibu Menggunakan KB
IUD di Puskesmas Binjai Estate. Jurnal Ilmiah Kebidanan Indonesia, 4(4), 519.
https://journals.stikim.ac.id/index.php/jiki/article/view/727
Dinas Kesehatan Kalimantan Timur. (2021). Dinas Kesehatan, Profil Kesehatan tahun
2020. In Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur.
Foran, T., Butcher, B. E., Kovacs, G., Bateson, D., & O’Connor, V. (2018). Safety of
insertion of the copper IUD and LNG-IUS in nulliparous women: a systematic
review. The European Journal of Contraception & Reproductive Health Care,
23(5), 379–386.
Goldstuck, N. D., & Wildemeersch, D. (2015). Practical advice for emergency IUD
contraception in young women. Obstetrics and Gynecology International.
Gomez, A. M., & Freihart, B. (2018). Motivations for interest, disinterest and
uncertainty in intrauterine device use among young women. 21, 1753-1762.
Maternal and Child Health Journal, 21, 1753–1762.
Hardiyanti, F. (2021). HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PEMILIHAN
ALAT KONTRASEPSI IUD ; LITERATURE REVIEW. UNIVERSITAS dr.
SOEBANDI.
Hidayat, A. A. (2014). Metode penelitian keperawatan dan teknis analisis data.
Salemba Medika.
Kamaruddin, M., Ariani Nur, N., & Sukmawati. (2020). Gambaran Pengetahuan
Suami Tentang Alat Kontrasepsi Kb Kondom Di Dusun Sapanang Kecamatan
Kajang Kabupaten Bulukumba. Medika Alkhairaat : Jurnal Penelitian
Kedokteran Dan Kesehatan, 2(3), 95–99. https://doi.org/10.31970/ma.v2i3.59
Kemenkes. (2017). Pedoman dan Standar Etik Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Nasional. Kementerian Kesehatan RI, 1–158.
Kemenkes RI. (2022). Profil Kesehatan Indonesia 2021. In Pusdatin.Kemenkes.Go.Id.
Klingemann, J., Yaron, M., Irion, N. F., & Streuli, I. (2015). Contraception during the
perimenopause: indications, security, and non contraceptive benefits. Revue
Medicale Suisse, 11(492), 1986–1988.
Kolawole, O. O., Sowemimo, O. O., Ojo, O. O., & Fasubaa, O. B. (2018).
Contraceptive implants: A review and current perspective in southwest Nigeria.
Tropical Journal of Gynaecology, 35(2). https://doi.org/10.4103/TJOG.TJOG
Maksum, Y. H. (2019). Kontrasepsi Pria Kombinasi Kondom dengan Sistem Kalender
Merupakan Upaya Penurunan Angka Unmet-Need KB. Jurnal Kesehatan Metro
Sai Wawai, 5(1), 1–9.
Parinussa, N. (2020). Ketidakefektifan Penggunaan Kondom Pada Pasangan Usia
Subur. REAL in Nursing Journal, 3(2), 77. https://doi.org/10.32883/rnj.v3i2.853
Patimah, P., & Nurani, L. (2022). Faktor-Faktor yang Berhubungan Minat Ibu dalam
Pemilihan Alat kontrasepsi IUD pada Wanita Usia Subur di Desa Cimanggu
Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur. Malahayati Nursing Journal, 4(9),
2350–2365. https://doi.org/10.33024/mnj.v4i9.7001
The National Medium Term Development Plan 2020 - 2024, Indonesian National
Development Planning Board (2020).
https://www.bappenas.go.id/files/rpjmn/Narasi-RPJMN-2020-2024-versi-
Bahasa-Inggris.pdf
Precelia fransiska. (2022). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Minat Ibu
Dalam Pemilihan Alat Kontrasepsi Implant. Cendekia Medika Jurnal Stikes Al-
Ma`arif Baturaja, 7(1), 9–17. https://doi.org/10.52235/cendekiamedika.v7i1.109
Pulungan, S. (2022). FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA
KEIKUTSERTAAN WANITA USIA SUBUR DALAM PENGGUNAAN
KONTRSEPSI IMPLANT DI DESA AEK JANGKANG TAHUN 2021.
Putri, A. P. (2022). Gambaran Kadar Kolesterol Total pada Pengguna Pil KB.
Relation, T. H. E., With, A., Interest, M., Contraception, B. E., Method, A., & Women,
O. F. (2019). Hubungan Kecemasan Dengan Minat Ibu Menjadi. 1(1), 1–6.
Rismawati. (201 9). Faktor Yang Memengaruhi Wanita Pus Terhadap Pemilihan
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Mkjp) Di Puskesmas Mayor Umar
Damanik Kecamatan Tanjungbalai Selatan Kota Tanjungbalai Tahun 2019. Tesis,
1–175.
Rompas, S., & Karondeng, M. (2019). HUBUNGAN
PENGGUNAANKONTRASEPSI PIL KB KOMBINASI DENGAN
PERUBAHAN SIKLUS MENSTRUASI DI PUSKESMAS SONDER
KECAMATANSONDERKABUPATEN MINAHASA. E-Journal Keperawatan
(EKp), 7(1).
Rumah Sakit Umum Pemerintah Kabupaten Bangli. (2023). Penyuluhan Tentang Kb
(keluarga Berencana). 5(April), 14–19.
Sartika, W., Siti Qomariah, & Nurmaliza. (2020). Faktor Yang Mempengaruhi
Penggunaan KB Suntik. Oksitosin : Jurnal Ilmiah Kebidanan, 7(1), 1–8.
https://doi.org/10.35316/oksitosin.v7i1.617
Satria, D., Chairuna, C., & Handayani, S. (2022). Hubungan Tingkat Pengetahuan,
Dukungan Suami, dan Sikap Ibu dengan Penggunaan kontrasepsi IUD. Jurnal
Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 22(1), 166.
https://doi.org/10.33087/jiubj.v22i1.1772
Sitepu, R. (2019). Faktor Yang Mempengaruhi Minat Ibu Menggunakan KB Intra
Uterine Device (IUD) Tahun 2019. Helvetia Repositori, 142.
Sriani, P. M. (2022). Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Trimester III tentang Metode
Kontrasepsi Implan Pasca Persalinan. Jurnal Ilmiah Kebidanan (The Journal Of
Midwifery), 10(2), 196–203. https://doi.org/10.33992/jik.v10i2.1629
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung:
Alfabeta. Ferrari, JR, Jhonson, JL, & McCown, WG (1995). Procrastination And
Task Avoidance: Theory, Research & Treatment. New York: Plenum Press.
Yudistira P, Chandra. Diktat Kuliah Psikometri.
Sulistyoningtyas, S., & Khusnul Dwihestie, L. (2022). Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal
Ilmiah STIKES Kendal. Peran Mikronutrisi Sebagai Upaya Pencegahan Covid-
19, 12(Januari), 75–82.
Tiwari, K., Khanam, I., & Savarna, N. (2018). A study on effectiveness of lactational
amenorrhea as a method of contraception. International Journal of Reproduction,
Contraception, Obstetrics and Gynecology, 7(10), 3946.
https://doi.org/10.18203/2320-1770.ijrcog20183837
Veronica, S. Y., Safitri, R., & Rohani, S. (2019). Faktor - Faktor Yang Berhubungan
Dengan Pemakaian KB IUD Pada Wanita Usia Subur. Wellness and Healthy
Magazine, 1(2), 223–230.
https://wellness.journalpress.id/wellness/article/view/v1i228wh/29
Wawo, M. B. (2022). Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan minat
penggunaan iud pada akseptor KB di Desa Kodaka wilayah kerja Puskesmas
Puuweri Kabupaten Sumba Barat Provinsi Nusa Tenggara Timur. Universitas
Negeri Malang.
Wijhati, E. R. (2014). Pengaruh Faktor Budaya Terhadap Pemilihan IUD Pada
Pasangan Usia Subur Di Puskesmas Sewon II Kabupaten Bantul DIY Tahun
2011. Skripsi STIKES ‘Aisyiyah Yogayakarta.
http://digilib.unisayogya.ac.id/id/eprint/1595 [Accessed 28 Maret 2019]
World Population Data Sheet. (2022). Wolrd Population Data Sheet 2022 Special
Focus on The Demographic Impacts of Covid-19. https://2022-wpds.prb.org/
Yana, U. (2018). Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Ibu Terhadap
Pemilihan Alat Kontrasepsi Intra Uterine Device (Iud) Di Puskesmas Padang
Bulan Tahun 2018. Skripsi, 53.
Yulidasari, F., Lahdimawan, A., & Rosadi, D. (2015). HUBUNGAN
PENGETAHUAN IBU DAN PEKERJAAN IBU DENGAN PEMILIHAN
KONTRASEPSI SUNTIK. Jurnal Berkala Kesehatan, 1(1).
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Riwayat Pendidikan
Saya memahami bahwa penelitian ini tidak bersifat negatif dan tidak akan
merugikan bagi saya, serta segala informasi yang saya berikan akan dijamin
kerahasiaannya. Saya berharap pada hasil penelitian ini akan menjadi bahan masukan
bagi semua kalangan baik keluarga saya, pihak pendidikan, pihak Puskesmas dan
lainnya, oleh karena itu jawaban yang akan saya berikan adalah yang sebenar-
benarnya.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dengan ini saya menyatakan secara
sukarela “Bersedia Menjadi Responden” dalam penelitian ini.
(________)
KUESIONER PENELITIAN
Identitas
1. Nama :
2. Alamat tempat tinggal :
3. Umur :
4. Status perkawinan :
5. Pendidikan terakhir :
6. Pekerjaan :
7. Banyaknya anggota keluarga dalam 1 rumah :
8. Banyaknya anak di keluarga :
9. Lamanya perkawinan yang sekarang :
10. Kontrasepsi yang dipakai :
A. Pengetahuan ibu terhadap IUD
Pilihlah 1 jawaban dengan berikan tanda silang (x) pada pilihan masing-
masing pertanyaan
1. Apa pengertian dari IUD?
a. Alat Kontrasepsi Jangka Panjang dalam rahim
b. Alat Kontrasepsi Jangka Panjang
c. Alat Kontrasepsi Jangka pendek
2. Dimanakah IUD dipasang?
a. Di Rahim
b. Di Lengan
c. Di Paha
3. IUD di pasang pada ibu dengan kondisi seperti di bawah ini, antara lain:
a. Pada saat hamil dan ada infeksi di rahim
b. Pada saat tidak hamil dan tidak ada infeksi di rahim
c. Pada saat hamil dan tidak ada infeksi di Rahim
4. IUD tidak boleh di pasang pada ibu dengan kondisi seperti di bawah ini,
antara lain:
a. Pada saat hamil dan ada infeksi di rahim
b. Pada saat tidak hamil dan tidak ada infeksi di rahim
c. Pada saat tidak hamil dan ada infeksi
5. Apakah kelebihan IUD dibandingkan dengan kontrasepsi lainnya?
a. IUD tidak mengandung hormon sehingga tidak mempengaruhi
kelancaran ASI
b. IUD mengandung hormon dan mempengaruhi ASI
c. IUD mengganggu seksualitas
6. Apakah kekurangan IUD dibandingkan kontrasepsi lain?
a. Tidak nyaman bagi wanita, terkadang juga bagi pria saat berhubungan
karena ada benang sisa IUD
b. Tidak ada kekurangan IUD dibanding kontrasepsi lain
c. IUD di pasang tanpa metode pembedahan
7. Dimanakah pemasangan IUD biasa dilakukan?
a. Di Fasilitas Kesehatan Terdekat
b. Di Rumah Ibu yang akan pasang IUD
c. Di rumah kader
8. Berapa lamakah masa pakai IUD
a. 10 Tahun
b. 3 Tahun
c. 1 Tahun
9. Apakah Efek samping yang dapat di timbulkan IUD bagi Ibu?
a. Tidak datang bulan dan dapat mengalami keram perut
b. Mengakibatkan kemalasan pada ibu
c. Mempercantik dan melangsingkan ibu
10. Kapan sebaiknya pemasangan IUD di lakukan?
a. Hari pertama sampai ke tujuh siklus haid dan tidak dalam keadaan
hamil
b. Saat ibu tidak dalam kondisi menstruasi
c. Pada saat ibu hamil
1. Bagaimana sajakah bentuk IUD yang umum dipakai?
a. Berbentuk T
b. Berbentuk S
c. Semua benar
2. Siapakan yang boleh memasangkan IUD pada ibu?
a. Tenaga kesehatan yang sudah terlatih
b. Kader
c. Ibu sendiri
3. Apakah tujuan dari pemasangan IUD?
a. Mencegah terjadinya pembuahan dalam jangka panjang
b. Menyuburkan peranakan
c. Mencegah terjadinya pembuahan dalam jangka pendek
4. Siapa sajakakah yang bisa memakai IUD?
a. Ibu yang masih usia produksi dan tidak ingin memiliki anak dalam
jangka panjang
b. Suami yang tidak menunda kehamilan dalam jangka panjang
c. Ibu yang sudah menopouse
5. Apa sajakah persiapan yang harus dilakukan ibu sebelum memasang IUD?
a. Persiapan diri dan pengetahuan mengenai IUD
b. Persiapan dana
c. Persiapan donor darah
6. Ada 2 jenis IUD antara lain:
a. IUD Tembaga
b. IUD Hormonal
c. Semua benar
7. Apakah kelebihan IUD hormonal dibandingkan tembaga?
a. Jumlah perdarahan haid lebih sedikit
b. Jumlah perdarahan lebih banyak
c. Efek samping lebih banyak
8. Apakah kekurangan IUD tembaga dibandingkan hormonal?
a. Jumlah perdarahan haid lebih sedikit
b. Jumlah perdarahan haid lebih banyak
c. Efek samping lebih banyak
9. Kapan ibu harus kembali ke fasilitas kesehatan setelah pemaangan IUD?
a. Ketika ada keluhan yang mengganggu atau ketika IUD keluar secara
spontan
b. Sesuai jadwal kunjungan ulang
c. Semua benar
10. Kapan IUD boleh di lepas?
a. Setelah masa efektif IUD habis sesuai jenisnya
b. Kapan saja sesuai kehendak pengguna IUD
c. Semua benar (septu,2019)
C. Minat Ibu Dalam Menggunakan IUD
Pilihlah 1 jawaban dengan berikan tanda silang (x) pada pilihan masing-masing
pertanyaan
1. Saya berencana menggunakan KB kontrasepsi IUD?
a. Ya
b. Tidak
2. Saya sangat tertarik dengan kontrasepsi kontrasepsi IUD?
a. Ya
b. Tidak
3. Saya pernah mencari tahu mengenai kontrasepsi kontrasepsi IUD?
a. Ya
b. Tidak
4. Saya bersedia merekomendasikan KB IUD ke teman/ kerabat saya?
a. Ya
b. Tidak
5. Dalam keluarga, ada suami yang mendukung saya untuk menggunakan KB
kontrasepsi IUD?
a. Ya
b. Tidak
6. Perkerjaan saya meminta saya untuk menggunakan KB kontrasepsi IUD?
a. Ya
b. Tidak
7. Teman dan kerabat saya memuntuk saya berencana untuk menggunakan KB
kontrasepsi IUD?
a. Ya
b. Tidak
8. Saya tidak menggunakan KB kontrasepsi IUD karena biaya yang mahal?
a. Ya
b. Tidak
9. Saya tidak menggunakan kb kontrasepsi IUD karena suami tidak
mengizinkan?
a. Ya
b. Tidak
10. Saya tidak siap apabila harus mengganti kb saat ini dengan kb kontrasepsi
IUD?
a. Ya
b. Tidak
Lampiran 3 Hasil Penelitian
Statistics
Lama Perkawinan Alat Kontrasepsi Dipakai
N Valid 83 83
Missing 0 0
Frequency Table
Usia Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Remaja Akhir (17-25 Tahun) 11 13.3 13.3 13.3
Dewasa Awal (26-35 Tahun) 33 39.8 39.8 53.0
Dewasa Akhir (36-45 Tahun) 38 45.8 45.8 98.8
Lansia Awal (46-55 Tahun) 1 1.2 1.2 100.0
Total 83 100.0 100.0
Pendidikan Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 10 12.0 12.0 12.0
SMP 25 30.1 30.1 42.2
SMA 48 57.8 57.8 100.0
Total 83 100.0 100.0
Pekerjaan Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Petani 10 12.0 12.0 12.0
Pegawai 13 15.7 15.7 27.7
Buruh 16 19.3 19.3 47.0
IRT 44 53.0 53.0 100.0
Total 83 100.0 100.0
Jumlah Anak
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid
2 Anak 47 54.2 54.2 56.6
3 Anak 28 33.7 33.7 90.4
> 4 Anak 8 9.6 9.6 100.0
Total 83 100.0 100.0
Lama Perkawinan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < 5 Tahun 31 37.3 37.3 37.3
5-10 Tahun 32 38.6 38.6 75.9
> 10 Tahun 20 24.1 24.1 100.0
Total 83 100.0 100.0
Alat Kontrasepsi Dipakai
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Suntik 16 19.3 19.3 19.3
Implan 10 12.0 12.0 31.3
IUD 2 2.4 2.4 33.7
Kondom 8 9.6 9.6 43.4
MOW 7 8.4 8.4 51.8
Pil 40 48.2 48.2 100.0
Total 83 100.0 100.0
Statistics
Tingkat
Pengetahuan
Ibu Dalam Minat Ibu Dalam
Penggunaan Penggunaan
Kontrasepsi IUD Kontrasepsi IUD
N Valid 83 83
Missing 0 0
Frequency Table
CROSSTABS
/TABLES=PENGETAHUAN BY MINAT
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ
/CELLS=COUNT TOTAL
/COUNT ROUND CELL.
Crosstabs
Tingkat Pengetahuan Ibu Dalam Penggunaan Kontrasepsi IUD * Minat Ibu Dalam
Penggunaan Kontrasepsi IUD Crosstabulation
Minat Ibu Dalam Penggunaan
Kontrasepsi IUD
Minat Tinggi Minat Rendah
Tingkat Pengetahuan Ibu Pengetahuan Baik Count 5 10
Dalam Penggunaan % of Total 6.0% 12.0%
Kontrasepsi IUD Pengetahuan Kurang Count 4 64
% of Total 4.8% 77.1%
Total Count 9 74
% of Total 10.8% 89.2%
Tingkat Pengetahuan Ibu Dalam Penggunaan Kontrasepsi IUD * Minat Ibu Dalam
Penggunaan Kontrasepsi IUD Crosstabulation
Total
Tingkat Pengetahuan Ibu Dalam Pengetahuan Baik Count 15
Penggunaan Kontrasepsi IUD % of Total 18.1%
Pengetahuan Kurang Count 68
% of Total 81.9%
Total Count 83
% of Total 100.0%
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 9.579 1 .002
b
Continuity Correction 6.950 1 .008
Likelihood Ratio 7.455 1 .006
Fisher's Exact Test .008 .008
Linear-by-Linear Association 9.464 1 .002
N of Valid Cases 83
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.63.
b. Computed only for a 2x2 table
Lampiran 4 Dokumentasi Penelitian