Skripsi Lengkap Dola

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 78

PENGARUH KONSELING TERHADAP PEMERIKSAAN

TRIPLE ELIMINASI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH


KERJA PUSKESMAS MUARA KIAWAI
KABUPATEN PASAMAN BARAT

SKRIPSI

OLEH:
IDOLA FITRIANI MARION

NIM: 1903010

YAYASAN PENDIDIKAN SUMATERA BARAT


UNIVERSITAS SUMATERA BARAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEBIDANAN
TAHUN 2023

PENGARUH KONSELING TERHADAP PEMERIKSAAN


TRIPLE ELIMINASI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS MUARA KIAWAI
KABUPATEN PASAMAN BARAT

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Pendidikan


Program Studi S1 Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Sumatera Barat

OLEH:
IDOLA FITRIANI MARION

NIM: 1903010

YAYASAN PENDIDIKAN SUMATERA BARAT


UNIVERSITAS SUMATERA BARAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEBIDANAN
TAHUN 2023
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Pengaruh Konseling terhadap Pemeriksaan Tripel Eliminasi


pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Muaro
Kiawai Kabupaten Pasaman Barat.
Nama : Idola Fitriani Marion

NIM : 1903010

Skripsi ini Telah Berhasil Dipertahankan di Hadapan Dewan Penguji dan Diterima
sebagai Bagian Persyaratan yang diperlukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sumatera Barat.

Lubuk Alung, Juni 2023

Dewan Penguji

Moderator : GUSMADEWI, A.Md.Keb, SKM, M.Kes ( )

Penguji I : NOVIA RITA ANINORA, S.SiT, M.Keb ( )

Penguji II : ENDANG SARI, S.ST,M.Keb ( )


LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Penelitin : Pengaruh Konseling Terhadap Pemeriksaan Triple


Eliminasi Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja
Puskesmas Muara Kiawai Kabupaten Pasaman
Barat Tahun 2023
Nama : Idola Fitriani Marion

NIM : 1903010

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji di hadapan tim penguji

skripsi Program Studi Sarjana Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Sumatera Barat

Lubuk Alung, April 2023


Komisi Pembimbing

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Gusmadewi, AMd. Keb, SKM, M.Kes Yohana Suganda, S.ST, M.Keb


NIDN: 1012087501 NIDN: 1010078001

Mengetahui Dekan
Fakultas Ilmu Kesehatan

Ns. Dini Qurrata Ayuni,SKM, M.Kep


NIDN :1010078001
PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS SUMATERA BARAT
SKRIPSI, APRIL 2023

Idola Fitriani Marion

PENGARUH KONSELING TERHADAP PEMERIKSAAN TRIPLE ELIMINASI


PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUARA KIAWAI
TAHUN 2023
VI + 38 halaman, 4 tabel, 1 gambar + 10 lampiran

ABSTRAK

Dalam Permenkes RI Nomor 52 Tahun 2017 menyebutkan bahwa dalam rangka


eliminasi penularan HIV, Hepatitis B dan Sifilis dari ibu ke anak dapat dilakukan
intervensi yang meliputi promosi kesehatan. Pemerintah menetapkan target pencapaian
awal program Eliminasi Penularan HIV, Sifilis, dan Hepatitis B dari ibu ke anak pada
tahun 2022, dengan pengurangan jumlah kasus infeksi baru HIV pada bayi baru lahir
≤50 kasus anak terinfeksi HIV, Sifilis maupun Hepatitis B per 100.000 kelahiran
hidup melalui optimalisasi cakupan pelayanan antenal serta deteksi dini berkualitas.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konseling terhadap
pemeriksaan triple eliminasi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Muara Kiawai.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan menggunakan
desain case control yang dilanjutkan dengan uji chi square. Total sampel pada penelitian
ini yaitu 48 orang ibu hamil. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data primer dan
data sekunder dengan cara wawancara dengan menggunakan lembar kuisioner, lembar
ceklist, booklet dan alat pemeriksaan triple eliminasi. Pengambilan sampel dengan
metode quota sampling dan menggunakan uji statistik Chi Square pada confidence
interval 95% dan α=0,05.
Hasil penelitian didapatkan sebanyak 10 orang ibu hamil (20,8%) tidak
mendapatkan pemeriksaan triple eliminasi dan 13 orang ibu hamil (27,1%) tidak
mendapatkan konseling tentang triple eliminasi. Dari analisa statistik terdapat pengaruh
antara konseling dengan pemeriksaan triple eliminasi (p = 0,002 dan OR: 12,44).
Kesimpulan pada penelitian ini adalah terdapat pengaruh konseling terhadap
pemeriksaan triple eliminasi di wilayah kerja Puskesmas Muara Kiawai tahun 2023.
Disarankan kepada pimpinan Puskesmas Muara Kiawai beserta jajarannya untuk
berkomitmen memberikan konseling tentang triple eliminasi kepada seluruh ibu hamil
yang ada di wilayah kerja Puskesmas Muara Kiawai.

Daftar Bacaan: 16 (2013 – 2022)


Kata Kunci : Triple Eliminasi, Konseling
MIDWIFERT UNDERGRADUATE STUDY PROGRAM
FACULTY OF HEALTH SCIENCES, UNIVERSITY OF WEST SUMATERA
PAPER, APRIL 2023

Idola Fitriani Marion

THE INFLUENCE OF COUNSELING ON THE TRIPLE ELIMINATION


EXAMINATION IN PREGNANT WOMEN IN THE WORK AREA OF MUARA KIAWAI
PUSKESMAS, 2023
VI + 38 pages, 4 tables, 1 figures + 10 Attachments

ABSTRACT

The Minister of Health of the Republic of Indonesia Number 52 of 2017 states that
in order to eliminate the transmission of HIV, Hepatitis B and Syphilis from mother to
child interventions can be carried out which include health promotion. The government
has set an initial target of achieving the Elimination of Transmission of HIV, Syphilis and
Hepatitis B from mother to child in 2022, by reducing the number of new cases of HIV
infection in newborns ≤50 cases of children infected with HIV, Syphilis and Hepatitis B
per 100,000 live births through Optimizing the coverage of antenatal care and quality
early detection. The purpose of this study was to determine the effect of counseling on
triple elimination examinations in pregnant women in the working area of the Muara
Kiawai Health Center.
This research is an observatory analytic study using a case control design followed
by the chi square test. The total sample in this study was 48 pregnant women. The
research was conducted using primary data and secondary data by means of interviews
using questionnaires, checklists, booklets and triple elimination examination tools.
Sampling was taken using the quota sampling method and using the Chi Square statistical
test at a 95% confidence interval and α=0.05.
The results showed that 10 pregnant women (20.8%) did not receive triple
elimination examination and 13 pregnant women (27.1%) did not receive counseling
about triple elimination. From the statistical analysis, there was an influence between
counseling and triple elimination examination (p = 0.002 and OR: 12.44).
The conclusion in this study is that there is an effect of counseling on triple
elimination examinations in the work area of the Muara Kiawai Health Center in 2023. It
is suggested to the leaders of the Muara Kiawai Health Center and their staff to commit to
providing counseling on triple elimination to all pregnant women in the work area of the
Muara Kiawai Health Center.

Reading List: 16 (2013 – 2022)


Keywords : Triple Elimination, Counseling
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah me

mberikan rahmat, kemudahan dan kesehatan kepada peneliti sehingga dapat menyeles

aikan skripsi ini. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat dalam penyelesaian Prog

ram Studi Sarjana Kebidanan. Dalam penulisan skripsi ini peneliti banyak mendapat b

imbingan serta bantuan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini peneliti ucap

kan terima kasih kepada :

1. Ibu dr. Puthi Dwi Untari, MKM selaku Ketua Yayasan Pendidikan SumateraBarat.
2. Ibu DR. Hj. Nurtati, SE., MM selaku Rektor Universitas Sumatera Barat yang telah
memberikan izin dan fasilitas dalam penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Ns. Dini Qurrata Ayuni, M.Kep selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas
Sumatera Barat yang telah memberikan izin dalam penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Rahmatul Ulya, M.Keb selaku Ketua Program Studi Kebidanan Program
Sarjana Universitas Sumatera Barat yang telah memberikan izin dan kemudahan
dalam pembuatan skripsi ini.
5. Pembimbing skripsi ibu Gusmadewi, AMd. Keb, SKM, M.Kes sebagai
pembimbing satu yang telah banyak memberikan masukan dan saran dan bantuan.
6. Pembimbing skripsi ibu Yohana Suganda, S.ST, M.Keb sebagai pembimbing dua
yang telah memberikan bimbingan, semangat dan dorongan dalam penyelesaian
skripsi ini.
7. Segenap Dosen Program Studi Sarjana Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Sumatera Barat yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada
peneliti
8. Teristimewa kepada keluarga tercinta yang selalu memberikan perhatian,

mendoakan dan memberikan dorongan baik moril maupun materil selama dalam

penyusunan skripsi ini, serta orang-orang yang ikut berpartisipasi dalam

penyelesaian skripsi ini.

i
Semoga bantuan yang telah diberikan akan mendapat balasan dari Tuhan Ya

ng Maha Esa. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karen

a itu peneliti bersedia menerima kritikan dan saran dari semua pihak demi kesempu

rnaan skripsi ini.

Lubuk Alung, April 2023


Peneliti

Idola Fitriani Marion

ii
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
LEMBAR PERSETUJUA
N
KATAPENGANTAR ….………………………………………….. i
DAFTAR ISI ….………………………………………….. i
DAFTAR GAMBAR ….………………………………………….. iii
DAFTAR TABEL ….………………………………………….. Iv
DAFTAR SINGKATAN ….………………………………………….. v

BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah………………………………………….. 1
B Rumusan masalah………………………………………………… 6
C Tujuan Penelitian…………………………………………….…… 6
D Manfaat Penelitian……………………………………….……….. 6
E Ruang Lingkup Penelitian……………………………….……….. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A Konseling………………………………………………………… 8
B Triple Eleminasi………………………………………………….. 13
BAB III KERANGKA KONSEP
A Kerangka Konsep…………………………………………………. 22
B Definisi Operasional……………………………………………… 23
C Hipotesis………………………………………………………….. 24
BAB IV METODE PENELITIAN
A Jenis dan Desain Penelitian……………………………………….. 25
B Waktu dan Tempat Penelitian…………………………………….. 25
C Populasi dan Sampel……………………………………………... 25
D Jenis dan Metode Pengumpulan Data…………………………….. 28
E Teknik Pengumpulan Data………………………………………... 29
F Analisa Data………………………………………………………. 29
BAB V HASIL PENELITIAN
A Hasil Univariat……………………………………………….…… 33
B Hasil Bivariat……………………………………………………... 34

iii
BAB VI PEMBAHASAN
A Pemeriksaan Triple Eleminasi Kelompok Kontrol……………….. 37
B Pemeriksaan Triple Eliminasi Kelompok Kasus…………….…… 38
C Pengaruh Konseling Terhadap Triple Eleminasi…………….…… 40
BAB VII PENUTUP
Kesimpulan……………………………………………………….. 41
Saran……………………………………………………………… 41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
Gambar

Gambar 3.1 : Kerangka Konsep ................................................... 23

Gambar 4.1 Bagan Rancangan Penelitian case control ……… 24

iv
DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

Tabel 3.1 : Definisi Operasional .................................................. 24

Tabel 5.1 : Distribusi Frekuensi Pemeriksaan Triple Eleminasi


Pada Ibu Hamil di wilayah kerja Puskesmas Muara
Kiawai Tahun 2023 ………………………………...

Distribusi Frekuensi Konseling Pada Ibu Hamil di


Tabel 5.2 : Wilayah Kerja Puskesmas Muara Kiawai tahun
32
2023 ………………………………………………...

Pengaruh Konseling Terhadap Pemeriksaan Triple


Tabel 5.3 : Eleminasi Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja
Puskesmas Muara Kiawai Tahun 2023……………..
33
v
DAFTAR SINGKATAN

AIDS : Acquired Immune Deficiency Syndrome


AKB :Angka Kematian Bayi
AKI :Angka Kematian Ibu
BKKBN : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

CIMSA : Center for Indonesian Medical Students Activities


Dinkes : Dinas Kesehatan
Dinkes : Dinas Kesehatan
HIV : Human Immunodeficiency Virus
ICIFPRH :International Conference on Indonesia Family Planning and
Reproductive Health
ICPD 25 :International Conference on Population and Development ke-25

Kesehatan Dunia
PMI : Palang Merah Indonesia
SDGs : Sustainable Development Goals
UNAIDS : United Nation on HIV/AIDS
UNICEF : United National of Children’s Fund
WHO : World Health Organizatio

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan kesehatan adalah proses yang berkesinambungan dengan

mengikuti perkembangan dan mengatasi permasalahan yang ditemukan untuk

mencapai hasil yang optimal (Somesville, Kumaran dan Danerson, 2012).

Pemerintah menetapkan target pencapaian awal program Eliminasi Penularan

HIV, Sifilis, dan Hepatitis B dari ibu ke anak pada tahun 2022, dengan

pengurangan jumlah kasus infeksi baru HIV pada bayi baru lahir ≤50 kasus anak

terinfeksi HIV, Sifilis maupun Hepatitis B per 100.000 kelahiran hidup

melalui optimalisasi cakupan pelayanan antenal serta deteksi dini berkualitas,

ditargetkan 100% ibu hamil diperiksa HIV, Sifilis dan Hepatitis B di tahun 2022

(Kementerian Kesehatan, 2017). Penyelenggaraan eliminasi penularan dilakukan

melalui kegiatan deteksi dini resiko infeksi (Glanz, Rimer and Viswanath, 2008)

HIV, Sifilis, dan Hepatitis B sebagai upaya untuk mengenali secepat mungkin

gejala, tanda, atau ciri dari resiko, ancaman, atau kondisi yang membahayakan

melalui pemeriksaan darah paling sedikit 1 (satu) kali pada masa kehamilan

(Dirjen P2P Kementerian Kesehatan, 2017). Pelayanan ANC yang berkualitas jika

setiap ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan ditawarkan untuk

melakukan pemeriksaan hepatitis B, HIV dan sifilis (Kementerian Kesehatan,

2015). Kualitas ANC berpengaruh pada tingkat morbiditas maternal

(Oktavianisya, 2012)

Data Kementerian Kesehatan saat ini infeksi HIV, Sifilis dan Hepatitis B

pada anak 90% akibat tertular dari ibunya. Prevalensi penyakit tersebut pada ibu

1
hamil sebesar 0,3% HIV, 1,7% sifilis dan 2,5% hepatitis (Antaranews,2019).

Negara China adalah yang pertama memprakarsai pemeriksaan terpadu tiga

penyakit tersebut untuk pencegahan penularan dari ibu ke anak. Adanya program

pemeriksaan terpadu tersebut terbukti menurunkan penularan dari ibu ke anak dari

19,4% menjadi 9,6%, kejadian sifilis per 100 ribu kelahiran dari 116,3 menjadi

13,6 kasus, dan jumlah bayi yang diimuniasi HBIG akibat terpajan oleh ibu positif

hepatitis meningkat dari 95,2% menjadi 98,9% (Women and Birth,2018). Di

Indonesia selama periode 2018 masih 1.805.993 ibu hamil yang melakukan

pemeriksaan dan ditemukan 5.074 (0,28%) positif HIV dari total cakupan

pelayanan pada ibu hamil sebesar 5.283.165 (Kemkes RI,2018)

Dalam Permenkes RI Nomor 52 Tahun 2017 menyebutkan bahwa dalam

rangka eliminasi penularan HIV, Hepatitis B dan Sifilis dari ibu ke anak dapat

dilakukan intervensi yang meliputi promosi kesehatan dan deteksi dini kasus.

Penemuan dan penanganan kasus sebagai upaya pemutusan penularan dilakukan

dengan konseling deteksi dini sehingga meningkatkan pengetahuan dan

pemahaman mengenai penyakit serta pencegahannya. Promosi dan deteksi dini

dapat dilakukan di Puskesmas atau Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama pada saat

melakukan pemeriksaan antenatal terpadu. Boedi (2010) menyebutkan bahwa

penularan Hepatitis B melalui kontak ibu yang terinfeksi kepada janin cukup

besar dan penularan yang terjadi sejak usia dini lebih besar resiko terjadi

kronisitas menjadi sirosis atau kanker hati. Resiko penularan secara vertikal dari

ibu ke bayi dapat diturunkan jika saat kehamilan sudah dilakukan deteksi dini

sehingga dapat dilakukan penatalaksanaan pencegahan penularan Hepatitis B ke

bayi dengan tepat.

2
Penyakit Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit

infeksi penyebab kematian peringkat atas dengan angka kematian (mortalitas) dan

angka kejadian penyakit (morbiditas) yang tinggi serta membutuhkan diagnosis

dan terapi yang cukup lama (WHO, 2006). HIV merupakan virus yang menyerang

sel darah putih (limfosit) di dalam tubuh yang mengakibatkan turunnya kekebalan

tubuh manusia sehingga menyebabkan Aqciured Immunodeficiency Syndrome

(AIDS). Berdasarkan kebijakan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2013

Tentang Penanggulangan HIV dan AIDS pasal 17 disebutkan bahwa semua ibu

hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilannya diharuskan mengikuti

pemeriksaan diagnostis HIV dengan tes dan konseling (VCT) sebagai upaya

pencegahan dan penularah HIV dari ibu ke anak yang di kandungnya (Kemenkes,

2013). Kemenkes RI 2015 menunjukkan bahwa jumlah penderita HIV di dunia

mencapai 34 juta orang dengan sekitar 50% di antaranya adalah perempuan

(Kementrian Kesehatan RI, 2015). Tahun 2016 diperkirakan prevalensi HIV pada

ibu hamil di Asia Pasifik kurang dari 0,2%, tetapi hanya 46% yang mendapatkan

ARV. Prevalensi sifilis sebesar 0,32% hampir 50% hasil luaran kehamilan yang

buruk bahkan kematian janin. Perkiraan prevalensi Hepatitis B di Asia Tenggara

sekitar 2% (WHO, 2018). Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2018,

masih 69,95% kehamilan yang dilakukan pemeriksaan HIV dan hepatitis B dari

pemeriksaan tersebut di dapatkan 0,28% ibu hamil yang positif HIV (Kemenkes

RI, 2019). Minimnya jumlah yang tertataksana dikarenakan jumlah cakupan

pemeriksaan pada ibu hamil masih 76% (WHO, 2018)

Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan RI tahun 2021 menyatakan

tercatat baru 60% ibu hamil yang mau melakukan pemeriksaan laboratorium. Hal

3
ini masih jauh dari target yang telah ditetapkan yaitu 100% (Kemenkes RI, 2021).

Berdasarkan laporan dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2020

menyatakan sebanyak 60,3% ibu hamil melakukan pemeriksaan laboratorium pada

kehamilan trimester I sampai III (Kemenkes, RI, 2021).

Dikutip dari Antaranews.com sebanyak 16 orang warga Kabupaten

Pasaman Barat, Sumatera Barat (Sumbar) terjangkit penyakit Human

Immunodeficiency Virus (HIV), Aqciured Immunodeficiency Syndrome (AIDS)

sejak 2019. “ dari 16 orang itu, sebanyak 14 orang pada 2019 lalu dan tiga orang

meninggal dunia. Sedangkan dua orang ditemukan pada tahun 2020 ini ( kepala

seksi pencegahan dan penyakit menular dinas kesehatan Pasaman Barat, Dr. Gina

Alecia, Senin 10/2). Dari kajian yang dilakukan penyebab HIV/AIDS itu perilaku

seks menyimpang atau seks sejenis. Bagi warga yang berumur dibawah empat

tahun disebabkan karna penularan dari ibu sejak anak masih dalam kandungan.

Untuk pencegahan dari ibu ke anak dalam kandungan pihaknya melakukan triple

eliminasi dengan diberikan obat HIV ketika diketahui ibu positif HIV.

Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman pada tahun

2020 Ibu hamil melakukan tes HIV sebanyak 5923 orang, dimana Ibu hamil

dengan HIV sebanyak 2 orang. Pada tahun 2020 Ibu hamil melakukan tes sypilis

sebanyak 5673 orang, dimana Ibu hamil dengan sypilis sebanyak 30 orang. Pada

tahun 2020 Ibu hamil melakukan tes Hepatitis B sebanyak 4584 orang, dimana Ibu

hamil dengan Hepatitis B sebanyak 33 orang. Pada tahun 2021 Ibu hamil

melakukan tes HIV sebanyak 12317 orang, dimana Ibu hamil dengan HIV

sebanyak 3 orang. Pada tahun 2021 Ibu hamil melakukan tes sypilis sebanyak

12272 orang, dimana Ibu hamil dengan sypilis sebanyak 100 orang. Pada tahun

4
2021 Ibu hamil melakukan tes Hepatitis B sebanyak 12236 orang, dimana Ibu

hamil dengan Hepatitis B sebanyak 132 orang. Pada tahun 2022 Ibu hamil

melakukan tes HIV sebanyak 640 orang, dimana Ibu hamil tidak ada yang

menderita HIV. Pada tahun 2022 Ibu hamil melakukan tes sypilis sebanyak 661

orang, dimana Ibu hamil dengan sypilis sebanyak 4 orang. Pada tahun 2022 Ibu

hamil melakukan tes Hepatitis B sebanyak 663 orang, dimana Ibu hamil dengan

Hepatitis B sebanyak 7 orang. (Dinkes Pasaman Barat, 2021).

Puskesmas Muara Kiawai adalah Puskesmas yang terletak di jorong

kartini kabupaten Pasaman Barat, merupakan salah satu puskesmas di Pasaman

Barat yang mendukung program Pemerintah mengadakan konseling terhadap ibu

hamil mengenai pemeriksaan triple eliminasi untuk pencegahan tiga penyakit

menular yaitu HIV/AIDS, Hepatitis B dan Sifilis. Dari latar belakang masalah

yang penulis paparkan diatas, penulis tertarik untuk mengkaji tentang Pengaruh

Konseling terhadap Pemeriksaan Triple Eliminasi pada Ibu Hamil di wilayah kerja

Puskesmas Muara Kiawai.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik melakukan penelitian

tentang Pengaruh Konseling Terhadap Pemeriksaan Triple Eliminasi Pada Ibu

Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Kiawai Kabupaten Pasaman Barat

Tahun 2023”.

5
B. Rumusan Masalah

Apakah Terdapat Pengaruh Konseling terhadap Pemeriksaan Triple

Eliminasi pada Ibu Hamil di wilayah kerja Puskesmas Muara Kiawai Tahun 2023.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui Pengaruh Konseling terhadap Pemeriksaan Triple

Eliminasi pada Ibu Hamil di wilayah kerja Puskesmas Muara Kiawai Tahun

2023

2. Tujuan khusus

a. Diketahui distribusi frekuensi pemeriksaan tripel eliminasi pada ibu hamil

kelompok kontrol di wilayah kerja Puskesmas Muara Kiawai Tahun 2023

b. Diketahui distribusi frekuensi pemeriksaan tripel eliminasi pada ibu hamil

kelompok kasus di wilayah kerja Puskesmas Muara Kiawai Tahun 2023

c. Diketahui pengaruh konseling terhadap pemeriksaan tripel eliminasi pada

ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Muara Kiawai Tahun 2023

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Ibu Hamil

Sebagai informasi dan menambah pengetahuan responden tentang

pentingnya Pemeriksaan Triple Eliminasi untuk kesehatan Ibu dan Bayi

2. Bagi Institusi Pendidikan Hasil


penelitian diharapkan dapat dijadikan untuk pengembangan ilmu bagi
mahasiswi Universitas Sumatera Barat yang akan melakukan penelitian
selanjutnya.

6
3. Bagi Tempat Penelitian

Menambah pengetahuan dan wawasan serta Sebagai bahan masukan bagi

bidan agar menerapakan intervensi pemberian arahan supaya masyarakat

tau tentang pentingnya pemeriksaan Triple Eliminasi pada Ibu Hamil

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber literasi yang

berkaitan dengan media booklet tentang triple eliminasi

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas tentang pengaruh konseling terhadap pemeriksaan

Triple Eliminasi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Muara Kiawai Tahun

2023. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh antara variabel

independen dengan variabel dependen. Jenis penelitian yang digunakan adalah

experimental dengan desain penelitian case control. Penelitian akan dilakukan di

wilayah kerja Puskesmas Muara Kiawai pada bulan April Tahun 2023. Populasi

dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil pada bulan April tahun 2023 yang

berjumlah 94 orang dengan jumlah sampel sebanyak 48 orang yang diperoleh

dengan teknik Quota sampling. Data dianalisis secara univariat dan analisis

bivariat dengan menggunakan uji chi squar. Kemudian data diolah dengan sistem

komputerisasi menggunakan aplikasi SPSS

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Konseling

1. Pengertian Konseling

Konseling adalah kegiatan yang dilakukan untuk penambahan

pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui tehnik praktik belajar atau

instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia

secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih mandiri

dalam mencapai tujuan hidup sehat (Diantari, 2019).

2. Sasaran Konseling

Sasaran Konseling mencakup individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat. Konseling kesehatan pada individu dapat dilakukan di rumah

sakit, klinik, puskesmas, posyandu, keluarga binaan dan masyarakat

binaan. Konseling kesehatan pada keluarga diutamakan pada keluarga

resiko tinggi, seperti keluarga yang menderita penyakit menular, keluarga

dengan sosial ekonomi rendah, keluarga dengan keadaan gizi yang buruk,

keluarga dengan sanitasi lingkungan yang buruk dan sebagainya. Selain itu

Konseling juga dapat diberikan pada beberpa kelompok orang seperti

kelompok ibu hamil, kelas balita dan kelas ibu nifas.

3. Tujuan Konseling Kesehatan

Tujuan dari Konseling kesehatan adalah tersosialisasinya program-

program kesehatan, terwujudnya masyarakat yang berbudaya hidup bersih

dan sehat, serta terwujudnya gerakan hidup sehat di masyarakat untuk

8
menuju terwujudnya desa, kabupaten/kota sehat, provinsi sehat dan

Indonesia sehat ( Syafrudin dan Frathidina, 2009). Menurut Suprapto

(2009), tujuan Konseling dapat meliputi tujuan kognitif, afektif dan

psikomotor. Tujuan afektif adalah memberikan informasi, wacana atau

menyebarkan pengetahuan mengenai adanya inovasi. Tujuan afektif adalah

untuk merangsang minat terhadap hal yang dikomunikasikan dengan

menumbuhkan kesadarannya, sedangkan tujuan psikomotor adalah

mengubah perilaku seseorang untuk menerima invormasi.

4. Sasaran Konseling Kesehatan

Konseling kesehatan dapat diberikan kepada sasaran secara langsung

maupun melalui menggunakan media tertentu. Dalam situasi di mana

pendidik tidak dapat bertemu dengan sasaran, media sangat diperlukan

untuk pendidikan. Media Konseling kesehatan adalah saluran komunikasi

yang dipakai untuk mengirimkan pesan kesehatan. Pemilihan media

penyuluhan kesehatan ditentukan oleh banyaknya sasaran, keadaan

geografis, karakteristik partisipan dan sumber daya pendukung.

5. Konseling Individu

Konseling individu merupakan salah satu dari sekian banyak bentuk

“guideance services” (layanan bimbingan). Layanan ini bahkan disebut sebut

sebagai layanan yang paling utama dari semua bentuk layanan bimbingan

yang ada. Menurut Dewa Ketut konseling individu adalah pelayanan

bimbingan dan konseling yang memungkinkan klien/konseling mendapatkan

pelayanan langsung tatap muka (secara perorangan) dengan konselor dalam

9
rangka pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi yang

didihadapinya.

Secara umum, proses konseling terdiri dari tiga tahapan yaitu: (1) tahap

mendefenisikan masalah (tahap awal), (2) tahap bekerja dengan defenisi

masalah (tahap pertengahan), (3) tahap keputusan untuk berbuat (tahap

akhir).

a. Tahap Awal Konseling

Tahap awal ini terjadi sejak klien bertemu konselor hingga berjalan proses

konseling dan menemukan defenisi masalah klien. Adapun yang dilakukan

oleh konselor dalam proses konseling tahap awal itu adalah sebagai berikut:

1) Membangun hubungan konseling dengan melibatkan klien yang

mengalami masalah. Pada tahap ini konselor berusaha untuk membangun

hubungan dengan cara melibatkan klien dan berdiskusi dengan klien.

Hubungan tersebut dinamakan a working relationship (Tohirin, 2007).

2) Memperjelas dan mendefenisikan masalah. Jika hubungan konseling telah

terjalin dengan baik dan klien sudah melibatkan diri, berarti kerja sama

antara konselor dengan klien bisa dilanjutkan dengan mengangkat isu,

kepedulian, dan masalah yang dialami klien. Sering klien tidak begitu mudah

menjelaskan masalahnya, walaupun mungkin dia hanya mengetahui gejala-

gejala masalah yang dialaminya. Klien juga sering tidak mengetahui potensi

yang dia miliki yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah. Tugas

konselor adalah membantu mengembangkan potensi klien sehingga klien

dengan kemampuannya itu dapat mengatasi masalahnya. Untuk mengatasi

masalahnya itu terlebih dahulu klien harus mampu menjelaskan masalahnya

10
tersebut. Tugas konselor adalah membantu menjelaskan masalah yang

dialami kliennya itu.

3) Membuat penjajakan alternative bantuan untuk mengatasi masalah.

Konselor berusaha menjajaki kemungkinan rancangan bantuan yang

mungkin dilakukan, yaitu dengan membangkitkan semua potensi klien dan

lingkungannya yang tepat untuk mengatasi masalah kliennya.

4) Menegosiasi kontrak. Kontrak konselor dengan klien mengenai waktu,

tempat, tugas dan tanggung jawab konselor, tugas dan tanggung jawab klien,

tujuan konseling dan kerja sama lainnya dengan pihak-pihak yang akan

membantu perlu dilakukan pada tahap ini. Kontrak itu mengatur kegiatan

konseling termasuk kegiatan konselor dan klien. Ini artinya konseling adalah

kegiatan yang saling menunjang dan bukan pekerjaan konselor saja.

Disamping itu pula dalam kontrak ini konselor mengajak klien dan pihak

lain untuk bekerja sama dalam menyelesaikan masalah kliennya.

b. Tahap Pertengahan (Tahap Kerja)

Kegiatan selanjutnya adalah memfokuskan pada: a) penjelajahan masalah

klien, b) bantuan apa yang akan diberikan berdasarkan penilaian kembali

apa-apa yang telah dijelajah tentang masalah klien. Menilai kembali masalah

klien akan membantu klien memperoleh perspektif baru, alternative baru

yang ungkin berbeda dengan sebelumnya, dalam rangka mengambil

keputusan dan tindakan. Pada tahap pertengahan konseling ada beberapa

strategi yang perlu digunakan konselor yaitu, pertama, mengkomunikasikan

nilai-nilai inti, yakni agar kliensetelah jujur dan terbuka dan menggali lagi

lebih dalam masalahnya, karena dikonsisikan sudah amat kondusif, maka

11
klien sudah merasa aman, dekat, terundang dan tertantang untuk

memecahkan masalahnya, kedua, menantang klien sehingga klien

mempunyai strategi baru dan rencana baru, melalui pilihan dari beberapa

alternative untuk meningkatkan dirinya.

c. Tahap akhir Konseling (tahap tindakan) Pada tahap akhir konseling ditandai

beberapa hal yaitu:

1. Menurunnya kecemasan klien. Hal ini diketahui setelah konselor

menanyakankeadaan kecemasannya.

2. Adanya perubahan perilaku klien kearah yang lebih posited, sihat dan

dinamik.

3. Adanya rencana hidup masa yang akan datang dengan program yang

jelas.

4. Terjadinya perubahan sikap positif yaitu, mulai dapat engoreksi diri dan

meniadakan sikap yang suka menyalahkan dunia luar seperti, orangtua,

guru, teman, keadaan tidak menguntungkan dan sebagainya.

Maksudnya klien sudah berpikir realistic dan percaya diri. Tujuan-

tujuan tahap akhir konseling adalah sebgaai berikut: 1) Memutuskan

perubahan sikap dan perilaku memadai. Klien dapat melakukan

keputusan tersebut karena klien sejak awal sudah menciptakan berbagai

alternative dan mendiskusikannya dengan konselor, lalu klien putuskan

alternative mana yang terbaik. 2) Terjadinya transfer of learning pada

diri klien. Klien belajar dari proses konseling mengenai perilakunya

12
dan hal-hal yang membuatnya terbuka untuk mengubah perilakunya

di luar proses konseling. Artinya klien mengambil makna dari

hubungan konseling untuk keperluan akan suatu perubahan.

5. Melaksanakan perubahan perilaku. Pada akhir konseling klien sadar

akan perubahan sikap dan perilakunya. Sebab klien datang minta

bantuan adalah atas kesadaran akan perlunya perubahan pada dirinya.

6. Mengakhiri hubungan konseling. Sebelum ditutup ada beberapa tugas

klien yaitu, pertama, membuat kesimpulan-kesimpulan mengenai hasil

proses konseling, kedua, mengevaluasi jalannya proses konseling,

ketiga membuat perjanjian untuk pertemuan berikutnya.

B. Triple Eliminasi

Triple Eliminasi merupakan sebuah program kesehatan yang telah

berlandaskan dasar hukum Peraturan Menteri Kesehatan nomor 52 tahun 2017

tentang Eliminasi penularan Human Immunodeficiency Virus, Sifillis, dan

Hepatitis B dari ibu ke anak. WHO mencanangkan eliminasi penularan penyakit

infeksi dari ibu ke anak (mother-to-child transmission) di Asia dan Pasifik pada

tahun 2018-2030. Tiga penyakit yang menjadi fokus adalah HIV, Hepatitis B dan

Sifilis. Tiga penyakit tersebut merupakan penyakit infeksi yang endemik di

wilayah Asia dan Pasifik. Penularan penyakit tersebut ke bayi dapat dicegah

dengan imunisasi, skrining dan pengobatan penyakit infeksi pada ibu hamil. Upaya

pencegahan tersebut dilakukan dengan pendekatan terkoordinasi untuk

implementasi intervensi di fasilitas layanan kesehatan (Kementerian Kesehatan RI,

2019).

13
Program Triple Eliminasi bertujuan untuk deteksi dini infeksi penyakit

HIV, sifilis dan Hepatitis B pada ibu hamil dan sangat penting dilakukan oleh

semua ibu hamil karena dapat menyelamatkan nyawa ibu dan anak. Pemeriksaan

dapat dilakukan di Puskesmas terdekat pada kunjungan perawatan antenatal

pertama, idealnya sebelum usia kehamilan 20 minggu dan untuk ibu hamil yang

datang setelah 20 minggu tes skrining dan pengobatan harus dilakukan secepat

mungkin (WHO, 2018).

1. Manfaat pemeriksaan triple eliminasi

Manfaat dari pemeriksaan triple eliminasi untuk mendeteksi secara dini

virus HIV, Sifilis dan Hepatitis B yang dapat mengenali secepat mungkin gejala

tanda, ciri, dan risiko ancaman. Deteksi dini, skrining atau penapisan kesehatan

pada ibu hamil dilaksanakan pada saat pelayanan antenatal terpadu sehingga

mampu menjalani kehamilan hingga persalinan yang sehat (Permenkes, 2017).

2. Waktu pemeriksaan triple eliminasi

Pemeriksaan triple eliminasi dilakukan satu kali selama masa kehamilan,

yang bertujuan untuk mendeteksi virus HIV, Sifilis dan Hepatitis B, di

Puskesmas pemeriksaan wajib dilakukan pada awal kehamilan sesuai dengan

SOP untuk dapat dilakukan tindak lanjut bila ibu hamil terdeteksi virus HIV,

Sifilis dan Hepatitis B (SOP Puskesmas).

3. Penyakit Infeksi Terdeteksi melalui Triple Eliminasi

a. Human Immunodeficiency Virus ( HIV)

HIV adalah retrovirus golongan RNA yang spesifik menyerang sistem

imun/kekebalan tubuh manusia. Infeksi HIV mengakibatkan penurunan sistem

imunitas/kekebalan tubuh yang membuat tubuh sangat lemah dan kesulitan

14
hingga gagal melawan infeksi tumpangan (oportunistik) seperti virus, jamur,

bakteri dan parasit. Jika penderita HIV tidak mendapatkan pengobatan yang

adekuat akan mengarah pada kondisi AIDS. AIDS adalah sekumpulan

gejala/tanda klinis yang timbul akibat dari infeksi tumpangan (oportunistik)

karena penurunan kekebalan tubuh ( Kemenkes RI, 2019).

HIV yang masuk ke dalam tubuh dengan menghancurkan sel CD4. Sel

CD4 adalah bagian dari sel darah putih yang melawan infeksi. Jumlah CD4

normal berada dalam rentang 500–1400 sel per milimeter kubik darah. Semakin

sedikit sel CD4 dalam tubuh, maka semakin lemah pula sistem kekebalan tubuh

seseorang. Hal yang berpengaruh besar pada perubahan kondisi tubuh penderita

HIV menjadi AIDS adalah jenis virus dan virulensi virus, cara penularan, status

gizi (Kemenkes RI, 2019).

1) Cara Penularan HIV

Penularan dapat terjadi bila darah ataupun duh tubuh (sperma, cairan

vagina) penderita HIV masuk kedalam tubuh orang lain. Proses penularan ini

terjadi melalui:

a). Hubungan Seksual

Infeksi HIV dapat ditularkan melalui hubungan seksual tanpa

pelindung baik melalui vagina ataupun dubur (anal) dengan penderita

HIV.

b). Berbagi jarum suntik.

c). Tranfusi darah

d). Ibu ke bayi/Perinatal

15
Ibu penderita HIV sangat berpotensi menularkan secara

langsung/vertical kepada anak. Risiko penularan perinatal memiliki potensi

penularan yang sangat tingi yaitu 20-50% bila tidak mendapat pencegahan dan

penanganan yang adekuat yaitu pada ibu hamil HIV risiko menularkan pada

janin selama masa kehamilan melalui plasenta yang terinfeksi 2-5%, risiko

penularan kepada bayinya saat proses saat persalinan akibat kontak darah atau

cairan vagina sebesar 10-20% dan risiko penularan melalui ASI selama masa

menyusui sebesar 2-5% (Kemenkes RI, 2019).

2) Fase Tahapan HIV

Fase I : masa jendela ( window period), tubuh telah terinfeksi namun

pada pemeriksaan darah belum menunjukkan adanya antibody. Fase ini

berlangsung selama dua minggu sampai tiga bulan dan telah mampu

menularkan kepada orang lain. Gejala yang timbul antara lain : demam, ruam

kulit, nyeri tenggorokan, pembengkakan kelenjar getah bening, batuk atau

seperti gejala flu biasa.

Fase II : pada fase ini biasanya tanpa gejala/ asimptomatik namun pada

pemeriksaan darah tes HIV telah menunjukkan hasil positif. Fase ini dapat

berlangsung selama 2-3 tahun atau pada gejala ringan dapat berlangsung 5-8

tahun.

Fase III : masa AIDS, masa terminal/akhir dimana kekebalan tubuh telah

menurun drastis sehingga berbagai infeksi penyakit opourtunistik muncul

seperti peradangan mukosa atau selaput lender yang diatandai infeksi jamur di

mulut (Kemenkes RI, 2019).

16
3) Penanganan ibu hamil dengan HIV

Ibu hamil terinfeksi HIV dilakukan tindak lanjut pengobatan dengan

meminum obat ARV sejak diketahui kehamilan. Tujuannya adalah untuk

meningkatkan kekebalan tubuh ibu hamil menjadi lebih kuat dan mengurangi

resiko penularan pada janin Semakin cepat diketahui dan ditegakkan diagnosa

HIV melalui pemeriksaan triple eliminasi, semakin cepat pananganan dan

pengobatan ARV yang didapat ibu hamil dengan HIV, sehingga kekebalan

tubuh ibu akan kuat dan mengurangi resiko penularan pada janin (Kemenkes

RI, 2019).

Kemungkinan penularan vertikal dalam masa persalinan dapat

diturunkan sampai 2-4% dengan menggunakan cara pencegahan seperti

pemberian antiretrovirus (ARV), persalinan secara seksio sesaria, maka

sebaiknya bayi tidak diberikan ASI (Liazmi dkk, 2020)

4) Dampak Infeksi HIV pada Anak

Anak yang sejak bayi mengidap HIV, umumnya mengalami

perkembangan yang lambat bila dibandingkan dengan anak lain seusianya

sebagai akibat system kekebalan tubuh yang lemah. Anak pengidap HIV mudah

terserang penyakit dan lebih lama menguasai kemampuan motorik kasar seperti

duduk, tengkurap, merangkak, atau berdiri. Hal ini mengakibatkan gangguan

pertumbuhan yang membuatnya sulit menambahkan berat badan sehingga

menyebabkan otot anak cenderung lebih kecil.

17
b. Sifilis

Sifilis adalah salah satu penyakit infeksi menular seksual (IMS) yang

disebabkan infeksi bakteri Treponem Pallidum (Liazmi dan Mubina, 2020).

IMS merupakan faktor yang berpengaruh pada penularan HIV, keberadaan

luka/ulcerasi pada penderita IMS akan meningkatkan resiko masuknya infeksi

HIV saat melakukan hubungan seksual tanpa pelindung antara orang terinfeksi

IMS dengan pasangannya yang sehat. Berbagai penelitian di banyak negara

melaporkan bahwa infeksi sifilis dapat meningkatkan risiko penularan HIV

sebesar 3-5 kali ( Kemenkes RI, 2015).

Sifilis mempunyai sifat perjalanan penyakit yang kronik, dapat menyerang

semua organ tubuh, menyerupai berbagai penyakit (great imitator disease),

memiliki masa laten yang asimtomatik, dapat kambuh kembali dan dapat

ditularkan dari ibu ke janin (Rinandari et al., 2020). Ibu hamil yang terinfeksi

sifilis dan tidak diobati dengan adekuat mengakibatkan 67% kehamilan akan

berakhir dengan abortus, lahir mati atau sifilis kongenital pada neonatus. Infeksi

sifilis pada ibu hamil yang tidak diobati dapat mengakibatkan keguguran,

prematuritas, berat bayi lahir rendah dan sifilis kongenital ( Kemenkes RI,

2019)

1) Faktor risiko penularan sifilis dari ibu ke anak ada dua yaitu :

a) Faktor ibu

Dapat terjadi bila adanya infeksi penyakit menular seksual selama

kehamilan seperti misalnya HIV, gonorre dan lainnya. Risiko

penularan infeksi sifilis dari ibu ke anak selama kehamilan lebih

18
besar karena melalui barier plasenta sehingga mengakibatkan sifilis

kongenital.

b) Faktor tindakan

Obstetrik Risiko penularan dapat terjadi bila terdapat luka lesi pada

persalinan pervaginam.

c) Tranfusi darah

d) Ibu hamil ke bayi

2) Stadium Perjalanan Infeksi Sifilis

Masa inkubasi bakteri treponema pallidum yang masuk ke dalam tubuh

dan membentuk antibodi sekitar 10-45 hari. Gejala awal akan tampak sekitar

hari ke-21 berupa luka/lesi yang kenyal keras, bulat dan dasar bersih yang dapat

bertahanan hingga 3-6 minggu. Lesi dapat sembuh sendiri tanpa dilakukan

pengobatan. Jika penderita mendapat pengobatan maka stadium tidak akan

menjadi stadium sekunder.

Stadium sekunder akan menimbulkan gejala : ruam kulit pada beberapa

bagian tubuh atau seluruhnya, kerontokan rambut, gatal – gatal, bercak merak

dan kotor pada telapak tangan dan kaki, demam, sakit tenggorokan,

pembengkakan getah bening. Bila penderita mendapat pengobatan akan sembuh

, namun jika tidak dilakukan pengobatan yang adekuat akan berlanjut ke

stadium akhir.

Sifilis stadium akhir dapat terjadi 10-30 tahun sejak awal terinfeksi,

gejala yang muncul antara lain kesulitan koordinasi gerak tubuh, kelumpuhan,

19
mati rasa dan rasa kebal, kebutaan bertahap dan demensia (Kemenkes RI,

2019).

c. Infeksi Hepatitis B

Hepatitis B adalah peradangan hepar disebabkan virus hepatitis B.

Hepatitis akut apabila inflamasi hepar akibat infeksi virus hepatitis setelah

masa inkubasi virus 30- 180 hari (rata-rata 60-90 hari) disebut hepatitis

kronik apabila telah lebih dari 6 bulan. Hepatitis B merupakan penyakit

kronis yang asimptomatik (tanpa gejala) mampu mengakibatkan kematian

sehingga diperlukan pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan

diagnose dan pengobatan yang adekuat

1) Penularan Hepatituis B terjadi melalui 2 cara :

a) Horizontal

Penularan terjadi melalui kontak perkutan bisa melalui

selaput lendir/mukosa

b) Vertikal

Penularan yang terjadi dari ibu ke bayi yang dapat

berlangsung pada masa kehamilan, saat persalinan dan saat

masa laktasi.

Hepatitis B pada kehamilan beresiko mengakibatkan abortus,

kelahiran BBLR dan prematuritas sampai pada kematian maternal akibat

perdarahan. Akibat jangka panjang yang buruk, ibu dengan hepatitis B

disaran untuk transplantasi hepar, abortus atau sterilisasi (Gozali, 2020)

Infeksi hepatitis B pada bayi bisa menyebabkan kerusakan hati, dan pada

20
kasus terparah, dapat berujung hingga kematian. Pada bayi, infeksi ini

juga sulit dihilangkan, dan akan berkembang menjadi infeksi kronis,

dimana bayi berpotensi menularkan pada orang lain (Nugroho, 2019)

21
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini berasal dari kerangka Theory of Planned

Behavior (TPB) (Ajzen1991). Menurut teori ini, niat seseorang untuk berperilaku

akan terbentuk dari tiga domain yaitu sikap seseorang tersebut terhadap perilaku

tertentu, norma subyektif, dan kontrol perilaku

Kerangka konsep ini terdiri dari variabel terikat (dependen) yaitu niat ibu

hamil untuk melakukan pemeriksaan Triple Eliminasi dan variabel bebas

(independen) yaitu konseling tentang tripel eliminasi kepada ibu hamil

Berdasarkan kerangka teori pada tinjauan pustaka, tidak semua masuk

dalam kerangka konsep, hal ini disebabkan bahwa faktor-faktor yang masuk dalam

kerangka konsep merupakan faktor-faktor terpenting yang harus diketahui dan

diamati lebih dahulu sebagai hubungan konseling terhadap pemeriksaan triple

eliminasi oleh ibu hamil. Adapun variabel yang diteliti yaitu:

Variabel Independen Variabel Dependen

Pemeriksaan Triple
Konseling Eliminasi pada Ibu
Hamil

Bagan 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
Pengaruh Konseling Terhadap Pemeriksaan Triple Eliminasi

22
B. Definisi Operasional

Untuk memahami ruang lingkup atau pengertian variabel- variabel

diamati/diteliti. Perlu sekali variabel variabel tersebut diberi batasan atau “definisi

operasional” (Notoadmojo, 2012).

Tabel 3.1
Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Alat Cara ukur Hasil ukur Skala

Ukur ukur

1 Konseling Konseling yaitu Lembar -Observasi 0 0=Tidak Ordinal

suatu kegiatan yang Ceklis ( Bila ibu


-Pemberian
bertujuan untuk tidak
konseling
memberikan mendapatk

pemahaman kepada an

responden tentang konseling)

tiga penyakit

menular (HIV, 1 1=Ya

Hepatitis B, Sifilis) (Bila ibu

supaya responden mendapatk

mau melakukan an

pemeriksaan konseling)

2 Pemeriksa Pemeriksaan yang Lembar -Wawancara 0 0=Tidak Ordinal

23
an tripel dilakukan pada ibu ceklis

eliminasi hamil terkait tentang -Observasi (Bila tidak

penyakit HIV, -Pemeriksaan dilakukan

Hepatitis B Dan triple pemeriksaa

Sifilis eleminasi n Triple

Eleminasi)

1 1=Ya

(Bila

dilakukan

pemeriksaa

n Triple

Eleminas)

C. Hipotesis

HA: Ada pengaruh konseling terhadap pemeriksaan triple elminasi pada ibu hamil

24
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan

menggunakan desain case control untuk melihat pengaruh konseling terhadap

pemeriksaan tripel eliminasi pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas

Muara Kiawai Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2023.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian akan dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Muara Kiawai

Kabupaten Pasaman Barat

2. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan pada April tahun 2023 di wilayah kerja

Puskesmas Muara Kiawai Kabupaten Pasaman Barat.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2014). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di wilayah

kerja Puskesmas Muara Kiawai pada bulan April tahun 2023 sebanyak 94

orang ibu hamil.

25
2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi dan representative dari populasi yang diteliti (sugiyono,

2014). Sampel pada penelitian adalah 48 orang ibu hamil

Tekhnik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Teknik quota sampling, yaitu menetapkan jumlah sample dengan

menggunakan rumus.

Teknik ini bisa diartikan sebagai suatu proses pengambilan sampel dengan

menentukan terlebih dahulu jumlah sampel yang hendak diambil,

kemudian pemilihan sampel dilakukan dengan berdasarkan tujuan-tujuan

tertentu, asalkan tidak menyimpang dari ciri-ciri sampel yang ditetapkan

(Sugiyono,2017).

Berdasarkan rumus diatas maka jumlah sampel penelitian yaitu:

N
n =
1 + N (d2)

n = Besar sampel

N = Jumlah Populasi

d = Tingkat Ketetapan atau Presisi ( 5% )

94
n =
1 + 94 ( 0,1)2

94
n
1 + 0,124

26
n = 47,69 dibulatkan menjadi 48

Selanjutnya sampel dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:

1. Kelompok Kasus

Adalah: Kelompok ibu hamil yang belum mendapatkan konseling dan

belum mendapatkan pemeriksaan tripel eliminasi sebanyak 24 orang,

yang akan dilakukan konseling tentang triple eleminasi

2. Kelompok Kontrol

Adalah: Kelompok ibu hamil yang belum mendapatkan konseling

sebanyak 24 orang.

Skema rancangan penelitian dapat dilihat pada bagan 4.1

Triple Eliminasi
(+) Kelompok Kasus
Triple Eliminas Mendapatkan Konseling
(-)

Triple Eliminasi
(+) Kelompok Kontrol
Tidak Mendapatkan
Triple Eliminasi Konseling
(-)

Bagan 4.1
Skema Rancangan Penelitian Case Control

Pengambilan sampel penelitian harus sesuai dengan kriteria inklusi

yang ditetapkan oleh peneliti diantaranya sebagai berikut :

a. Kriteria inklusi:

27
1. Ibu hamil yang berada di wilayah kerja Puskesmas Muara

Kiawai pada bulan Maret 2023

2. Ibu bersedia menjadi responden

3. Ibu bisa diajak berinteraksi

4. Ibu bersedia mengikuti seluruh rangkaian kegiatan yang

dibutuhkan untuk penelitian

b. Kriteria Ekslusi

1. Ibu tidak tidak bersedia menjadi responden

2. Ibu yang tidak berada ditempat saat penelitian berlangsung

D. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

1. Jenis data yang dikumpulkan

a. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan tekhnik

wawancara secara langsung menggunakan lembar kusioner dan hasil

treatment konseling

b. Data sekunder

Merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung baik dari

buku literatur. Arsip arsip dan dokumen yang dimiliki oleh instansi

yang bersangkutan. Data sekunder digunakan untuk memberikan

gambaran tambahan pelengkap atau diproses lebih lanjut (Nazir, 2013)

data sekunder pada penelitian ini berupa data kohor ibu hamil, buku

KIA dan catatan-catatan lain yang berhubungan dengan penelitian ini

di Puskesmas Muara Kiawai

28
E. Teknik Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan cara

wawancara dan treatment dengan bantuan kusioner dan lembar observasi.

Peneliti mengunjungi responden dengan membawa lembar kuisioner,

lembar ceklist, booklet dan alat pemeriksaan triple eleminasi, kemudian

menjelaskan maksud dan tujuan dari peneliti yang akan dilakukan kepada

responden. Kemudian responden membaca lembar permohonan menjadi

responden. Jika responden setuju dan telah menandatangani lembar

persetujuan sebagai responden peneliti akan melakukan wawancara

kepada responden. Bagi responden yang belum mendapatkan pemeriksaan

triple eleminasi, peneliti langsung melakukan konseling dengan

persetujuan responden. Setelah itu ditanyakan lagi apakah responden

bersedia untuk dilakukan pemeriksaan triple eleminasi. Apabila responden

menjawab setuju, maka peneliti langsung melakukan pemeriksaan triple

eleminasi kepada responden. Lakukan pencatatan pada lembar ceklist

F. Langkah-langkah Penelitian

Langkah-langkah dalam penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap

yaitu pra konseling, konseling dan post konseling

1. Pra Konseling

- Bagi sampel menjadi 2 yaitu kelompok kasus dan kelompok

kontrol

- Lakukan pengumpulan data sesuai kebutuhan penelitian

29
- Persiapan treatment konseling yang akan dilakukan pada kelompok

kasus.

2. Konseling

- Diberikan konseling pada ibu hamil sesuai dengan booklet

- Lakukan konseling secara one by one

3. Post Konseling

- Lakukan tes kesediaan ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan

tripel eliminasi.

- Bila ibu bersedia, langsung lakukan pemeriksaan triple eleminasi

G. Tekhnik Pengolahan Data

1. Editing

Kegiatan mengecek kembali terhadap jawaban pada kusioner

apakah jawaban sudah lengkap, jelas, dan sudah relevan dengan

pertanyaan yang diajukan. Dengan tujuan untuk menjaga kualitas data

kebenaran data dan kelengkapan data agar dapat di proses ke tahap

berikutnya.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Tekhnik ini dilakukan

dengan memberikan tanda pada masing- masing hasil pengukuran dengan

kode berupa angka, yang selanjtnya dimasukkan ke dalam tabel lembar

kerja untuk memudahkan pengolahan data.

30
3. Prosesing

Setelah kusioner terisi dengan benar, serta sudah melakukan

pengkodean, maka akan dilakukan menganalisis data, proses data

dilakukan dengan cara memasukkan data dari lembar observasi ke

program computer

4. Cleaning

Cleaning merupakan tekhnik pembersihan data- data yang tidak

sesuai dengan kebutuhan akan terhapus (setiadi, 2013). Peneliti melakukan

kegiatan pengecekan kembali terhadap data yang sudah di entry apakah

ada kesalahan dan tidak dalam program perangkat computer terdapat

kesalahan atau tidak

G. Analisa Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil

penelitian. Dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan

persentase dari tiap variabel yaitu distribusi frekuensi pemeriksaan

triple eliminasi pada kelompok kontrol sebelum konseling dan

distribusi frekuensi pemeriksaan triple eliminasi pada kelompok kasus

setelah konseling.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk menguji hipotesis pengaruh

variabel dependen dengan variabel independent dengan menggunakan

uji chi squar. Uji chi square berguna untuk menguji hubungan atau

31
pengaruh dua variabel dan mengukur kuatnya hubungan antara satu

variabel dengan variabel lainnya (Noto Admodjo, 2015).

Nilai p alpha yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,05.

Hasil analisa ditetapkan berdasarkan nilai p value dengan kriteria:

a. Ha diterima jika p value ≤ 0,05 berarti ada pengaruh antara

variabel independen dengan variabel dependen.

b. Ha ditolak jika p value > 0,05 berarti tidak ada pengaruh antara

variabel independen dengan variabel dependen.

32
BAB V

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada ibu-ibu hamil yang berada di wilayah kerja

Puskesmas Muara Kiawai pada bulan April 2023 yang berjumlah 48 orang. Data

primer diperoleh langsung dari responden melalui wawancara menggunakan

kuesioner, lembar ceklis, pelaksanaan konseling dan pemeriksaan triple eleminasi

sedangkan untuk data sekunder diperoleh dari buku KIA, catatan KMS,Register

Kohor ANC dan Register Kohor ibu hamil.

1. Hasil Univariat

A. Pemeriksaan Triple Eleminasi Kelompok Kontrol

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka didapatkan

distribusi frekuensi pemeriksaan Triple Eleminasi pada ibu hamil

kelompok kontrol di wilayah kerja Puskesmas Muara Kiawai yang dapat

dilihat dari tabel 5.1

Tabel 5.1.
Distribusi Frekuensi Pemeriksaan Triple Eleminasi Pada Ibu
Hamil Tanpa Konseling di Wilayah Kerja Puskesmas Muara
Kiawai Tahun 2023

Pemeriksaan Triple Frekuensi ( n ) Persentase (%)


Eleminasi
Dilakukan 7 29,2

Tidak Dilakukan 17 70,8

Total 24 100

33
Pada tabel 5.1 menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol

terdapat 29,2% ibu hamil yang mendapatkan pemeriksaan triple

eliminasidi wilayah kerja Puskesmas Muara Kiawai tahun 2023

B. Pemeriksaan Triple Eleminasi Kelompok Kasus

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh

distribusi frekuensi pemeriksaan triple eliminasi pada ibu hamil kelompok

kasus di wilayah kerja Puskesmas Muara Kiawai yang dapat dilihat dari

tabel 5.2

Tabel 5.2.
Distribusi Frekuensi Pemeriksaan Triple Eleminasi Pada Ibu
Hamil Kelompok Kasus Setelah Konseling di wilayah kerja
Puskesmas Muara Kiawai Tahun 2023

Pemeriksaan Tripel Frekuensi ( n ) Persentase (%)


Eliminasi
Tidak Ada 3 12,5

Ada 21 88,5

Total 24 100

Pada tabel 5.2 menunjukkan bahwa setelah dilakukan konseling

pada kelompok kasus masih terdapat 12,5% ibu hamil tidak mendapatkan

pemeriksaan triple eliminasi di wilayah kerja Puskesmas Muara Kiawai

tahun 2023.

34
C. Hasil Bivariat

Pengaruh Konseling Terhadap Pemeriksaan Triple Eleminasi

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka didapatkan

pengaruh konseling terhadap pemeriksaan Triple Eleminasi pada ibu

hamil di wilayah kerja Puskesmas Muara Kiawai yang dapat dilihat

dari tabel 5.3.

Tabel 5.3.
Pengaruh Konseling Terhadap Pemeriksaan Triple Eleminasi Pada Ibu
Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Kiawai Tahun 2023

Konseling
Total P value OR
Pemeriksaan Tidak Dilakukan
Tripel Dilakukan
Eliminasi
n % n % n %

Tidak 17 35,4 3 62,3 20 41,6 0,001 11,64

Ya 7 14,6 21 43,8 28 58,3

Total 24 24 48 100

Hasil analisis bivariat menggunakan uji statistik Chi Squar diperoleh

nilai p sebesar 0,001 maka Ho ditolak dan hipotesis diterima, artinya terdapat

pengaruh yang signifikan antara konseling dengan pemeriksaan Triple Eleminasi

pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Muara Kiawai tahun 2023. Pada

analisis ini juga ditemukan nilai OR 11,64 yang dapat diartikan bahwa ibu yang

35
tidak mendapatkan konseling tentang Triple Eleminasi berisiko 12 kali lebih

besar untuk tidak melakukan pemeriksaan Triple Eleminasi dibandingkan dengan

ibu yang mendapatkan konseling.

36
BAB VI
PEMBAHASAN

1. Pemeriksaan Triple Eliminasi Kelompok Kontrol

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, bahwa pada

kelompok kontrol (24 orang) terdapat 70,8 % ibu hamil tidak

mendapatkan pemeriksaan triple eliminasi di wilayah kerja Puskesmas

Muara Kiawai tahun 2023.

Hasil penelitian ini lebih tinggi dibandingkan penelitian yang

dilakukan Surya di wilayah kerja Puskesmas Lasi Kabupaten Solok,

dimana terdapat 47,6 % ibu hamil tidak melakukan pemeriksaan Triple

Eleminasi.

Hal ini masih jauh dari target yang telah ditetapkan Kementerian

Kesehatan, dimana melalui optimalisasi cakupan pelayanan antenal serta

deteksi dini berkualitas, ditargetkan 100% ibu hamil dilakukan

pemeriksaan Triple Eleminasi yaitu HIV, Sifilis dan Hepatitis B di tahun

2022 (Kementerian Kesehatan, 2017).

Pemeriksaan Triple Eleminasi sangat penting dalam rangka

eliminasi penularan melalui kegiatan deteksi dini resiko infeksi HIV,

Sifilis, dan Hepatitis B sebagai upaya untuk mengenali secepat mungkin

gejala, tanda, atau ciri dari resiko, ancaman, atau kondisi yang

membahayakan melalui pemeriksaan darah paling sedikit 1 (satu) kali

pada masa kehamilan (Dirjen P2P Kementerian Kesehatan, 2017).

37
Berdasarkan data yang dikumpulkan dari 24 responden yang tidak

mendapatkan konseling, hanya 29,2 % (7 orang) ibu hamil yang

mendapatkan pemeriksaan triple eliminasi. Sedangkan 17 orang ( 70,8% )

ibu hamil tidak mendapatkanpemeriksaan triple eliminasi.

Berdasarkan data fakta yang ditemui tersebut, peneliti berasumsi

bahwa ibu hamil yang tidak mendapatkan konseling tentang pemeriksaan

triple eliminasi pada umumnya tidakakan melakukan pemeriksaan triple

eliminasi. Ibu hamil yang belum melakukan pemeriksaan triple eliminasi

di wilayah kerja Puskesmas Muara Kiawai bisa disebabkan karena ibu

hamil merasa takut terhadap pemeriksaan triple eliminasi. Rasa takut ini

disebabkan karena ibu merasa takut untuk pengambilan darah yang bisa

saja disebabkan karena ibu belum memahami tentang pentingnya

pemeriksaan triple eliminasi tersebut.

2. Pemeriksaan Triple Eliminasi Kelompok Kasus

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada kelompok kasus

( 24 orang ) ibu hamil yang telah dilakukan konseling tentang

pemeriksaan triple eliminasi, didapatkan hasil bahwa masih ada sebanyak

3 orang ( 12,5 % ) ibu hamil yang tidak mendapatkan pemeriksaan Triple

Eleminasi di wilayah kerja Puskesmas Muara Kiawai .

Konseling adalah kegiatan yang dilakukan untuk penambahan

pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui tehnik praktik belajar atau

instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia

38
secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih mandiri

dalam mencapai tujuan hidup sehat (Diantari, 2019).

Hasil penelitian ini lebih rendah dari penelitian yang dilakukan

fauzana di wilayah kerja Puskesmas Air Dingin Kota Padang, dimana

terdapat 15,7% ibu hamil yang telah mendapatkan konseling tidak

mendapatkan pemeriksaan Triple Eleminasi.

Konseling individu merupakan salah satu dari sekian banyak bentuk

“guideance services” (layanan bimbingan). Layanan ini bahkan disebut

sebut sebagai layanan yang paling utama dari semua bentuk layanan

bimbingan yang ada. Menurut Dewa Ketut konseling individu adalah

pelayanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan klien/konseli

mendapatkan pelayanan langsung tatap muka (secara perorangan) dengan

konselor dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi

yang dihadapinya.

Dari hasil penelitian sebanyak 24 orang ibu hamil yang belum

mendapatkan pemeriksaan triple eliminasi, yang kemudian pada ibu-ibu

tersebut diberikan konseling tentang pentingnya pemeriksaan triple

eliminasi, akhirnya 21 orang ibu hamil melakukan pemeriksaan triple

eliminasi. Masih ada 3 orang ibu hamil yang tidak mendapatkan

pemeriksaan triple eliminasi setelah dilakukan konseling, ketika peneliti

tanyakan kenapa ibu tidak mau melakukan pemeriksaan triple eliminasi, 1

orang menjawab sangat takut dengan jarum suntik, 1 orang menjawab tidak

39
diizinkan suami dan 1 orang lagi tidak ada alasan, dan menjawab pokoknya

tidak mau.

Menurut asumsi peneliti konseling sangat penting untuk menambah

pemahaman ibu hamil, sehingga bisa membantu ibu hamil dalam

mengambil keputusan yang tepat untuk kesehatan ibu dan bayinya seperti

pemeriksaan triple eliminasi pada ibu hamil. Masih adanya ibu hamil yang

tetap tidak mau melakukan pemeriksaan triple eliminasi meskipun telah

dilakukan konseling, bisa saja disebabkan oleh faktor lain dan itupun

persentasinya sangat kecil.

C. Pengaruh Konseling Terhadap Pemeriksaan Triple Eleminasi

Untuk mengetahui pengaruh konseling terhadap pemeriksaan

Triple Eleminasi dilakukan analisis menggunakan uji chi square. Uji chi

square berguna untuk menguji hubungan atau pengaruh dua variabel dan

mengukur kuatnya hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya

(Noto Admodjo, 2015). Dari hasil uji chi square diperoleh nilai p sebesar

0,001 maka Ho ditolak dan hipotesis diterima. Artinya terdapat pengaruh

yang signifikan antara konseling dengan pemeriksaan Triple Eleminasi

pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Muara Kiawai tahun 2023.

Pada analisis ini juga ditemukan nilai OR 11,64 yang dapat diartikan

bahwa ibu yang tidak mendapatkan konseling tentang Triple Eleminasi

berisiko 12 kali lebih besar untuk tidak melakukan pemeriksaan Triple

Eleminasi.

40
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Aulia yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

konseling dengan pemeriksaan triple eleminasi di wilayah kerja

Puskesmas Gunung Kota Padang Panjang dengan hasil analisis statistik

uji Chi Square didapatkan nilai p = 0,001.

Pemeriksaan Triple Eleminasi sangat penting dalam rangka

eliminasi penularan melalui kegiatan deteksi dini resiko infeksi HIV,

Sifilis, dan Hepatitis B sebagai upaya untuk mengenali secepat mungkin

gejala, tanda, atau ciri dari resiko, ancaman, atau kondisi yang

membahayakan melalui pemeriksaan darah paling sedikit 1 (satu) kali

pada masa kehamilan (Dirjen P2P Kementerian Kesehatan, 2017).

Menurut Kementerian Kesehatan melalui optimalisasi cakupan

pelayanan antenal serta deteksi dini berkualitas, ditargetkan 100% ibu

hamil dilakukan pemeriksaan Triple Eleminasi yaitu HIV, Sifilis dan

Hepatitis B di tahun 2022 (Kementerian Kesehatan, 2017).

Menurut asumsi peneliti masih banyak ibu-ibu hamil yang tidak

mendapatkan pemeriksaan Triple Eleminasi bisa disebabkan karena

kurangnya kesadaran mereka akan pentingnya pemeriksaan Triple

Eleminasi. Salah satu upaya untuk meningkatkan kesadaran ibu-ibu

hamil tersebut perlu dilakukan konseling, karena konseling individu dapat

menambah pengetahuan dan kemampuan seseorang sehingga dapat

mengubah atau mempengaruhi perilaku ibu hamil untuk dapat lebih

mandiri dalam meningkatkan derajat kesehatannya.

41
BAB VII
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka

diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebanyak 70,8 % ibu hamil pada kelompok kontrol belum

mendapatkan pemeriksaan Triple Eleminasi di wilayah kerja

Puskesmas Muara Kiawai tahun 2023.

2. Sebanyak 12,5 % ibu hamil pada kelompok kasus tidak

mendapatkan pemeriksaan Triple Eleminasi setelah dilakukan

konseling di wilayah kerja Puskesmas Muara Kiawai tahun 2023.

3. Terdapat pengaruh antara konseling dengan pemeriksaan Triple

Eleminasi di wilayah kerja Puskesmas Muara Kiawai tahun 2023.

B. Saran

1. Pimpinan Puskesmas, koordinator KIA beserta seluruh bidan jorong

yang ada di wilayah kerja Puskesmas Muara Kiawai berkomitmen

terhadap pemberian konseling tentang pemeriksaan Triple Eleminasi

pada seluruh ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Muara Kiawai.

2. Petugas Puskesmas Muara Kiawai untuk selalu memberikan edukasi

serta informasi positif yang menyangkut pemeriksaan Triple

Eleminasi agar masyarakat tidak lagi percaya terhadap isu – isu

negatif tentang Triple Eleminasi.

41
3. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya agar dapat mengembangkan

penelitian ini menggunakan variabel lain yang berpengaruh terhadap

pemeriksaan Triple Eleminasi.


DAFTAR PUSTAKA

Aulia, 2021 Hubungan Konseling Dengan Pemeriksaan Triple Eleminasi di


Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Kota Padang Panjang Tahun 2021.
Skripsi, Stikes Yarsi Bukittinggi

Dewi Surya, 2021 Hubungan Konseling dengan Triple Eliminasi di Wilayah Kerja
Puskesmas Lasi Tahun 2021, Skripsi Stikes Ford De Kock Bukittinggi

Fathimah, Fetty. 2014. Gambaran Orang Tua/Pengasuh Dalam Memberikan


Makanan Bergizi Kepada Anak Terinfeksi Human Immunodeficiency Virus Di
Yayasan Tegak Tegar Di Wilayah Jakarta Timur Tahun 2013. Skripsi Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Fauzana. 2020. Faktor - faktor Yang Berhubungan Dengan Triple Eliminasi di


Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin Kota Padang Tahun 2020. Skripsi
Stikes Mercu Bhakti Jaya Padang

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2019. Health Statistics. Jakarta:


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2014. Pedoman


Pelaksanaan Konseling Dan Tes Hiv.. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia 2014

Kemenkes RI. Pedoman Nasional Tes Dan Konseling Hiv/Aids. 2013; Available
From: Https://Docplayer.Info/29575731-Pedoman-Nasional-Tes-Dan-
Konseling-Hiv-Dan- Aids.Html

Kemenkes RI. Pedoman Pelaksanaan Konseling Dan Tes Hiv [Internet]. 2014.
Available From: Https://Aidsfree.Usaid.Gov/Sites/Default/Files
/Hts_Policy_Indonesia_2014.Pdf;

Kemenkes RI. Pedoman Program Pencegahan Penularan Hiv, Sifilis Dan Hepatitis
B Dari Ibu Ke Anak. Jakarta; 2019.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2022. Triple Eliminasi. Jakarta:


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Notoatmodjo. (2016). Metodologi Penelitian Kesehatan. In Jakarta: Rineka Cipta.


Https://Doi.Org/10.1016/J.Ymgme.2014.12.174

Nurhayati. Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Prilaku Ibu Hamil Dalam
Pemeriksaan Hiv Di Wilayah Kerja Puskesmas Halmahera Kota Semarang.
2016.
Nursalam. 2020. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta: Selemba
Medika

Setiadi. (2013). Konsep Dan Praktek Penulisan Riset Keperawatan (Ed.2).


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sipahutar, A.H. 2014. Karakteristik Kopi Arabika. Universitas Sumatera Utara, 1-


Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono (2015). Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung: Alfabeta.


Sukarni Ik Dan Margareth Zh. (2013). Kehamilan, Persalinan, Dan Nifas.
Yogyakarta: Nuhamedik
Lampiran 1

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN PENGARUH KONSELING TERHADAP PEMERIKSAAN TRIPEL ELIMINASI PADA IBU
HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUARA KIAWAI TAHUN 2023

N KEGIATAN JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI


O
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Persiapan Proposal

2 Konsultasi Proposal

3 Seminar Proposal

4 Perbaikan dan Penyerahan


Proposal

5 Mengurus Izin Penelitian

6 Pelaksanaan Penelitian

a. Pengumpulan Data
b. Pengolahan Data
7 Penyusunan Laporan

4
8 Persiapan Ujian Skripsi

9 Ujian Skripsi

1 Perbaikan dan Penyerahan


0 Akhir/Yudisium

Diketahui: Lubuk Alung, Mei 2023

Dosen Pembimbing

Gusmadewi, Amd. Keb, SKM, M.Kes Idola Fitriani Marion

NIDN: 1012087501 NIM : 1903010


Lampiran 2

DAFTAR KONSULTASI BIMBINGAN SKRIPSI

NAMA MAHASISWA/I : Idola Fitriani Marion


NOMOR NIM : 1903010
PROGRAM STUDI : Sarjana Kebidanan
DOSEN PEMBIMBING I : Gusmadewi, AMd.Keb, SKM, M.Kes
DOSEN PEMBIMBING II : Yohana Suganda, S.St, M.Keb

KONSUL SARAN TANDA KONSUL SARAN TANDA


PEMBIMBING TANGAN PEMBIMBING TANGA
HARI/ TGL HARI/ N
I TGL II
KONSUL SARAN TANDA KONSUL SARAN TANDA
PEMBIMBING TANGAN PEMBIMBING TANGAN
HARI/ HARI/
TGL I TGL II

Lubuk Alung, Juni 2023


Ka. Prodi Sarjana Kebidanan

Rahmatul Ulya, M.Keb


NIDN 1009098301

Lampiran 3
SURAT PERMOHONAN RESPONDEN

Kepada Yth. Calon Responden

Di tempat

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah Mahasiswa Program


Sarjana Kebidanan Universitas Sumatra Barat (UNISBAR) Tahun 2023 :

Nama : Idola Fitriani Marion

NIM : 1903010

Saat ini sedang mengadakan penelitian dengan judul : “Pengaruh


konseling Terhadap Pemeriksaan Tripel Eliminasi Pada Ibu Hamil Di Wilayah
Kerja Puskesmas Muara Kiawai Tahun 2023”.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh
konseling Terhadap Pemeriksaan Tripel Eliminasi Pada Ibu Hamil Di Wilayah
Kerja Puskesmas Muara Kiawai Tahun 2023.
Penelitian ini tidak berbahaya dan tidak merugikan ibu dan bapak sebagai
responden. Kerahasiaan semua informasi yang telah diberikan akan dijaga dan
hanya digunakan untuk kepentingan penelitian saja. Jika ibu dan bapak tidak
bersedia menjadi responden, maka diperbolehkan untuk tidak ikut berpartisipasi
dalam penelitian ini dan apabila selama pengambilan data terdapat hal – hal yang
tidak diinginkan, maka ibu berhak mengundurkan diri. Apabila ibu dan bapak
menyetujuinya, maka kami mohon ketersediaannya untuk menandatangani lembar
persetujuan untuk pelaksanaan penelitian ini.atas perhatian dan kerjasamaanya,
kami ucapkan terimakasih.

Hormat kami,

Idola Fitriani Marion

Lampiran 4
LEMBAR PERSETUJUAN SEBAGAI RESPONDEN

Judul Proposal : Pengaruh konseling Terhadap Pemeriksaan Tripel


Eliminasi Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas
Muara Kiawai Tahun 2023

Nama : Idola Fitriani Marion

NIM : 1903010

Peneliti sedah menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian yang sedang

dilaksanakan oleh peneliti.

Saya mengerti, bahwa resiko yang terjadi kecil. Apabila ada proses penelit

ian dapat menimblkan respon emosional yang tidak nyaman, maka peneliti akan

menghentikan dan akan memberikan dukungan. Saya berhak mengundurkan diri d

ari penelitian taanpa ada sanksi atau kehilangan hak.

Saya mengerti, bahwa catatan penelitian ini akan dirahasiakan dan dijamin

selegal mungkin. Semua berkas yang mencantumkan identitas dan semua jawaban

yang saya berikan hanya digunakan untuk keperluan pengelolahan data.bila sudah

tidak digunakan dan hanya peneliti yang mengetahui kerahasiaan data.

Demikian secara sukarela dan tidak ada paksaan dari pihak manapun, serta

persedia berperan dalam penelitian ini.

Responden

( )

Lampiran 5

LEMBAR KUISIONER DAN CEKLIST PENELITIAN


PENGARUH KONSELING TERHADAP PEMERIKSAAN TRIPEL
ELIMINASI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS MUARA KIAWAI KABUPATEN
PASAMAN BARAT TAHUN 2023

No. Responden : ___________ (diisi oleh peneliti)


Tanggal pengisian : ________________
A. Identitas
1. Umur :
2. Jumlah anak :
3. Pendidikan Terakhir :
4. Umur Kehamilan saat melakukan Pemeriksaan :
5. Pekerjaan :
B. Kuesioner
1. Apakah ibu pernah mendapatkan konseling dari petugas kesehatan tentang
tripel eliminasi?
a. Pernah
b. Tidak pernah

2. Apakah pada kehamilan ini ibu sudah mendapatkan pemeriksaan triple


eleminasi?
a. Sudah
b. Belum

(Jika ibu menjawab BELUM, lanjut ke pertanyaan nomor 3)

3. Apakah ibu bersedia saya berikan penjelasan tentang Triple eleminasi?


a. Bersedia
b. Tidak
(Jika ibu BERSEDIA, langsung lakukan konseling triple eleminasi. Setelah
konseling, lanjut ke pertanyaan nomor 4

4. Apakah ibu bersedia melakukan pemeriksaan tripel eliminasi


a. Bersedia
b. Tidak
(Jika ibu BERSEDIA langsung lakukan pemeriksaan triple eleminasi)
Lampiran 6

BOOKLET
PEMERIKSAAN TRIPEL ELIMINASI

A. Tripel Eliminasi

Pemeriksaan Triple Eliminasi adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk

mendeteksi infeksi penyakit HIV, Sifilis dan hepatitis B. Triple Eliminasi


merupakan sebuah program kesehatan yang telah berlandaskan dasar hukum

Peraturan Menteri Kesehatan nomor 52 tahun 2017 tentang Eliminasi penularan

Human Immunodeficiency Virus, Sifillis, dan Hepatitis B dari ibu ke anak.

Penularan penyakit HIV, sifilis dan hepatitis B dari ibu ke bayi dapat

dicegah dengan pemeriksaan Triple Eliminasi dilakukan selama 1 kali pada masa

kehamilan,pemeriksaan tripel eliminasi dilakukan pada kehamilan pertama yang

dilakukan di puskesmas atau rumah sakit. Ibu hamil dapat menularkan pada bayi

pada saat kehamilan, persalinan dan menyusui.

Program Triple Eliminasi bertujuan untuk deteksi dini infeksi penyakit

HIV, sifilis dan Hepatitis B pada ibu hamil dan sangat penting dilakukan oleh

semua ibu hamil karena dapat menyelamatkan nyawa ibu dan anak. Pemeriksaan

dapat dilakukan di Puskesmas terdekat pada kunjungan perawatan antenatal

pertama, idealnya sebelum usia kehamilan 20 minggu dan untuk ibu hamil yang

datang setelah 20 minggu tes skrining dan pengobatan harus dilakukan secepat

mungkin (WHO, 2018).

Manfaat dari pemeriksaan triple eliminasi adalah mencegah penularan

HIV, sifilis dan hepatitis B dari ibu ke anak. Penularan penyakit HIV, sifilis dan

hepatitis B dari ibu ke bayi dapat dicegah dengan pemeriksaan triple eliminasi.

Ibu mengidap HIV, sifilis dan hepatitis B dapat menularkan kepada

bayinya pada saat hamil, melahirkan, menyusui

Cara pemeriksaan Triple Eliminasi pada ibu hamil adalah dengan mengambil

sampel darah ibu.


A. Penyakit Infeksi Terdeteksi melalui Triple Eliminasi

1. Human Immunodeficiency Virus ( HIV)

HIV adalah retrovirus golongan RNA yang spesifik menyerang

sistem imun/kekebalan tubuh manusia. Infeksi HIV mengakibatkan

penurunan sistem imunitas/kekebalan tubuh yang membuat tubuh sangat

lemah dan kesulitan hingga gagal melawan infeksi tumpangan

(oportunistik) seperti virus, jamur, bakteri dan parasit.

1. Cara Penularan HIV

a) Hubungan Seksual

b) Berbagi jarum suntik.

c) Tranfusi darah

d) Ibu ke bayi/Perinatal

2. Dampak Infeksi HIV pada Anak

Anak yang sejak bayi mengidap HIV, umumnya mengalami

perkembangan yang lambat bila dibandingkan dengan anak lain seusianya


sebagai akibat system kekebalan tubuh yang lemah. Anak pengidap HIV

mudah terserang penyakit dan lebih lama menguasai kemampuan motorik

kasar seperti duduk, tengkurap, merangkak, atau berdiri. Hal ini

mengakibatkan gangguan pertumbuhan yang membuatnya sulit

menambahkan berat badan sehingga menyebabkan otot anak cenderung

lebih kecil.

B. Sifilis

Sifilis adalah salah satu penyakit infeksi menular seksual (IMS)

yang disebabkan infeksi bakteri Treponem Pallidum (Liazmi dan Mubina,

2020).

Faktor risiko penularan sifilis dari ibu ke anak ada dua yaitu

a) Faktor ibu

Dapat terjadi bila adanya infeksi penyakit menular seksual

selama kehamilan seperti misalnya HIV, gonorre dan lainnya.

Risiko penularan infeksi sifilis dari ibu ke anak selama kehamilan


lebih besar karena melalui barier plasenta sehingga mengakibatkan

sifilis kongenital.

b) Faktor tindakan

Obstetrik Risiko penularan dapat terjadi bila terdapat luka

lesi pada persalinan pervaginam.

c) Tranfusi darah

d) Ibu hamil ke bayi

a. Infeksi Hepatitis B

Hepatitis B adalah peradangan hepar disebabkan virus hepatitis B.

Penyakit Hepatitis B yang ditularkan ibu kepada bayi sangat

berbahaya karena berkembang menjadi infeksi hati kronis dan

berpotensi menularkan pada orang lain.

Sumber: Adopsi dari jurnal (Susi,2021)

Lampiran 7

LEMBAR CEKLIS KELOMPOK KONTROL


TANPA KONSELING

Nomor KONSELING TRIPLE ELEMINASI


Responden Dilakukan Tidak Ya Tidak
1 tidak tidak
2 tidak tidak
3 tidak ya
4 tidak tidak
5 tidak tidak
6 tidak ya
7 tidak tidak
8 tidak tidak
9 tidak ya
10 tidak tidak
11 tidak ya
12 tidak tidak
13 tidak tidak
14 tidak tidak
15 tidak tidak
16 tidak ya
17 tidak ya
18 tidak tidak
19 tidak tidak
20 tidak tidak
21 tidak tidak
22 tidak ya
23 tidak tidak
24 tidak tidak
Jumlah 24 0 7 17

LEMBAR CEKLIS KELOMPOK KASUS


SETELAH KONSELING

Nomor
Responden KONSELING TRIPLE ELEMINASI
Dilakukan Tidak Ya Tidak

1 ya ya
2 ya ya
3 ya ya
4 ya ya
5 ya ya
6 ya ya
7 ya ya
8 ya ya
9 ya ya
10 ya ya
11 ya ya
12 ya ya
13 ya tidak
14 ya ya
15 ya ya
16 ya ya
17 ya ya
18 ya ya
19 ya ya
20 ya tidak
21 ya ya
22 ya ya
23 ya tidak
24 ya ya
Jumlah 24 0 21 3

Lampiran 8

MASTER TABEL
Pengaruh Konseling Terhadap Pemeriksaan Triple Eleminasi
Pada ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Kiawai
Tahun 2023

KONSELING
Nomor TRIPLE ELEMINASI
Responden Dilakukan Tidak Skor Ada Tidak Skor
1 tidak 0 tidak 0
2 tidak 0 tidak 0
3 tidak 0 ya 1
4 tidak 0 tidak 0
5 tidak 0 tidak 0
6 tidak 0 ya 1
7 tidak 0 tidak 0
8 tidak 0 tidak 0
9 tidak 0 ya 0
10 tidak 0 tidak 0
11 tidak 0 ya 1
12 tidak 0 tidak 0
13 tidak 0 tidak 0
14 tidak 0 tidak 0
15 tidak 0 tidak 0
16 tidak 0 ya 1
17 tidak 0 tidak 0
18 tidak 0 ya 0
19 tidak 0 tidak 0
20 tidak 0 tidak 0
21 tidak 0 tidak 0
22 tidak 0 ya 1
23 tidak 0 tidak 0
24 tidak 0 tidak 0
25 ya 1 ya 1
26 ya 1 ya 1
27 ya 1 ya 1
28 ya 1 ya 1
29 ya 1 ya 1
30 ya 1 ya 1
31 ya 1 ya 1
32 ya 1 ya 1
33 ya 1 ya 1
34 ya 1 ya 1
35 ya 1 ya 1
36 ya 1 ya 1
37 ya 1 tidak 0
38 ya 1 ya 1
39 ya 1 ya 1
40 ya 1 ya 1
41 ya 1 ya 1
42 ya 1 ya 1
43 ya 1 ya 1
44 ya 1 tidak 0
45 ya 1 ya 1
46 ya 1 ya 1
47 ya 1 tidak 0
48 ya 1 ya 1
24 24 28 20

Keterangan:
Kelompok Kontrol : Responden nomor 1 s/d 24
Kelompok Kasus: Responden nomor 25 s/d 48

Lampiran 9
Foto Kegiatan Penelitian
Lampiran 10
SPSS Hasil penelitian

Anda mungkin juga menyukai