Makalah Metode Penelitian Hukum Islam

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

TEHNIK PENULISAN METODE PENELITIAN STUDI KEBIJAKAN


HUKUM KELUARGA ISLAM (MAHAR )

Makalah dipresentasikan pada Diskusi Kelas Mata Kuliah


Metode Penelitian Hukum Islam
pada Program Magister S2

Oleh :
Mustamin
Nim. 02210721020

Dosen Pemandu :
Pof. Dr. H.Abidin,S.Ag., M.Ag.
Dr.H.Muhtadin Dg.Mustafa, M.Ag

PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) DATOKARAMA PALU
PROGRAM STUDI AKHWAL SYAKHSHIYAH
2022
DAFTARISI……………………………………………….……...........................ii
KATA PENGANTAR……….………………………………………….........…..iii
BAB. I PENDAHULUAN.
A.Latar Belakang Masalah……………………………………………………..1
B.Rumusan Masalah…………………………………………………………....2
A. Bagaimana Langkah-langkah menyusun Metode Penelitian ? …
B. Bagaimana Tehnik Penulisan Metode Penelitian Studi kebijakan
Hukum Islam ( Mahar ) ?…………………………………………………
C.Tujuan Penulisan………………………………………………
BAB.II PEMBAHASAN
A. Pengertian Metode penelitian
B. Langkah-langkah menyusun Metode Penelitian ……………………………
C. Tehnik Penulisan Metode Penelitian Studi kebijakan Hukum Islam
( Mahar ) ………………………………………………………………..

BAB. III PENUTUP


A. Kesimpulan …………………………………………………………...…...15
B. Saran…………………………………………………………………….…15
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..….... .16

ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadiran Allah Swt. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Tehnik Penulisan
Metode Penelitian Studi Kebijakan Hukum Keluarga Islam (Mahar )”
Shalawat dan salam kita kirimkan ke pada Junjungan Nabi besar Muhammad Saw,
beserta para sahabatnya sekalian.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Magister Hukum Keluarga Islam pada
Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu.
Selanjutnya Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Pof. Dr. H.
Abidin, S.Ag,.M.Ag. dan Dr.H.Muhtadin Dg.Mustafa, M.Ag. selaku Dosen Mata
Kuliah “Metode Penelitian Hukum Islam”.
Ucapan terima kasih pula disampaikan kep ada semua pihak yang telah
membagisebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Dengan kerendahan hati, Saya menyadari, makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari kita semua akan
penulis terima dengan senang hati demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah
ini bisa memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Amin…

Buol, Mei 2022

Penulis

Mustamin
Nim.02210721020

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Metode ialah suatu kerangka kerja untuk melakukan suatu tindakan, atau
suatu kerangka berfikir menyusun gagasan, yang beraturan, berarah dan
berkonteks, yang paut (relevant) dengan maksud dan tujuan. Secara ringkas,
metode ialah suatu sistem berbuat. Karena berupa sistem maka metode merupakan
seperangkat unsur-unsur yang membentuksuatu kesatuan.
Tujuan umum dari sebuah metode ilmiah adalah menjelaskan, memprediksi,
dan mengontrol fenomena-fenomena dalam kehidupan sosial . Oleh
karena itu,diperlukan sebuah metode dan prosedur yang sistimatis untuk dapat
memecahkan setiap persoalan yang dihadapi. Informasi-informasi
yang ada di dalam dan di luar organisasi menjadi sangat penting keberadaannya
guna dijadikan bahan kajian dan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan. Metode penelitian merupakan salah satu prosedur yang tepat
digunakan untuk pengambilan sebuah keputusan dalam bidang
tertentu. Dalam perkembangannya, kesadaran akan pentingnya memahami metodolo
gi penelitian (research methods), menjadikan bidang ilmu ini semakin banyak
diminati.
A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Langkah-langkah menyusun Metode Penelitian ?
2. Bagaimana Tehnik Penulisan Metode Penelitian Studi kebijakan
Hukum Islam ( Mahar )
C.Tujuan Penulisan
1.Mengerti dan memahami Langkah-langkah menyusun Metode Penelitian
2.Mengerti dan memahami Tehnik Penulisan Metode Penelitian
1-
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Metode penelitian


Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Maksud dari cara ilmiah adalah bahwa
kegiatan penelitian bersandar pada ciri-ciri keilmuan, yakni rasional, sistematis dan
empiris. Rasional berarti kegiatan penelitian yang dilakukan masuk akal, sehingga da
pat dijangkau dengan oleh penalaran manusia.
Empiris, berarti cara atau langkah yang dilakukan dapat diamati
oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui
cara atau langkah yang digunakan.Seistematis, berarti proses yang digunakan dalam
penelitian menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.Data penelitian
yang dihasilkan haruslah memiliki kriteria tertentu, yaitu valid, reliable,obyektif
Dikatakan valid , yaitu menunjukkan derajat ketepatan/kesesuaian
antara data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti dengan
data yang diperoleh oleh peneliti. Untuk memperoleh data yang langsung valid
dalam sebuah penelitian sering sulit dilakukan, maka dari itu data yang sudah
terkumpul sebelum diketahui
validitasnya,dilakukan pengujian realibilitas dan obyektivitas. Data yang reliabel
dan obyektif, biasanya akan valid. Sebaliknya data yang valid pasti reliabel dan
obyektif.
Data yang reliabel belum tentu valid dan data yang obyektif belum tentu
valid.
Untuk memperoleh data yang valid, reliabel, dan obyektif dalam penelitian kuantitatif
, maka instrument penelitiannya harus valid dan reliabel, maksudnya pengumpulan
data dilakukan dengan cara yang benar pada sampel yang representatif (mewakili
2-
3-

populasi yang diteliti).


Sedangkan untuk penelitian kualitatif, untuk memperoleh data
yang valid dan reliabel, peneliti harus menjadi human instrument yang baik,
mengumpulkan data secara triangulasidari berbagai sumber data yang tepat , dan
melakukan pengujian keabsahan data.
Untuk penelitian kombinasi, agar memperoleh data yang valid, reliabel, dan obyektif
maka carayang digunakan adalah dengan menggabungkan cara/metode yang
dilakukan dalam metode kuantitatif dan kualitatif.
Pengertian Metode Penelitian Menurut Para Ahli Menurut Sugiyono,
Pengertian metode penelitian adalah cara untuk mendapatkan
datadengan tujuan dapat dideskripsikan, dibuktikan, dikembangkan dan ditemukan pe
ngetahuan, teori, untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam
kehidupan manusia
Metode penelitian menurut Prof. M.E Winarno
adalah sebuah kegiatan ilmiah yangdilakukan menggunakan teknik yang cermat
dan sistematis.
Metode Penelitian menurut Muhammad Nasir
Metode penelitian merupakan hal
yang penting bagi seorang peneliti untuk mencapai sebuah tujuan, serta dapat menem
ukan jawaban dari masalah yang di ajukan.
B..Jenis-jenis Penelitian
Jenis-jenis Penelitian secara garis besar digolongkan menjadi dua macam yaitu
penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. Penelitian sendiri memiliki ciri-ciri
bersifatilmiah, berkesinambungan dari peneliti terdahulu ke peneliti baru,
memberikan kontribusi ataunilai tambah, juga bersifat analitis. Untuk
melakukan sebuah penelitian, terdapat jenis-
4-
jenis penelitian yang dapat dipilih sebagai petunjuk yang dapat memudahkan sebuah
proses penelitian dari awal hingga akhir. Pasalnya, penelitian punya tujuan untuk me
mperbaharui pengetahuan dari suatu bidang.
Secara etimologi, atau i l m u b a h a s a , penelitian memiliki arti mencari fakta-
fakta yang baru dan dikembangkan menjadi suatu teori untuk memperdalam dan
memperluas ilmu tertentu. Sedangkan menurut SoerjonoSoekanto, penelitian
adalah suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada suatu analisis serta konstruksi
yang dilakukan secara sistematis, metodologis, dan juga konsisten untuk mengungkap
kebenaran.
1. Jenis Penelitian Kuantitatif
Jenis penelitian kuantitatif merupakan investigasi sistematis mengenai sebuah
fenomenadengan mengumpulkan data yang dapat diukur menggunakan Teknik
statistik,matematika, atau komputasi. Penelitian kuantitatif banyak digunakan baik
dalam ilmu alam maupun ilmu fisika.
Adapun jenis yang terdapat dalam jenis-jenis penelitian kuantitatif adalah:
a. Penelitian Survei
Penelitian Survei adalah jenis penelitan yang dilakukan untuk mendapatkan
subuah fakta ataupun data yang ada pada dilapangan. Tujuan dari penelitan ini ialah
bisa berguna mendapatkan informasi yang tepat dan nyata.
b. Penelitian Eksperimen
Metode penelitian ini memiliki tujuan untuk meneliti pengaruh dari s u a t u
p e r l a k u a n tertentu terhadap gejala suatu kelompok tertentu dibanding
dengan kelompok lain yang menggunakan perlakuan berbeda.
2. Penelitian Kualitatif
Jenis penelitian kualitatif memiliki sifat deskriptif dan cenderung
menggunakan analisis.Proses dan makna lebih ditonjolkan dalam jenis penelitian ini
1.
A. Muri Yusuf, Metode Penulisan Kuantitatif, Kualitatif dan Penulisan Gabungan,
(Jakarta: PT. Fajar Interpratama Mandiri, 2014), h. 359.
5-

dengan landasan teori yang dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian
sesuai dengan fakta di lapangan.Berbeda dengan jenis penelitian kuantitatif,
pada jenis penelitian ini, peneliti ikut serta
dalam peristiwa atau kondisi yang diteliti. Untuk itu, hasil dari riset kualitatif memer
lukan kedalaman analisis dari peneliti. Secara umum, penelitian kualitatif memper
oleh data utama dari wawancara dan observasi.
Adapun jenis-jenis penelitian kualitatif adalah:
a. Fenomenologi
Melalui penelitian ini, peneliti melakukan pengumpulan data dengan observasi
partisipan untuk mengetahui fenomena esensial partisipan dalam pengalaman
hidupnya.
b. Penelitian grounded theory
Peneliti bisa menggeneralisasi apa yang diamati atau dianalisis secara induktif,
teori abstrak tentang proses, tindakan, atau interaksi berdasarkan pandangan
partisipan yang diteliti.
c. Penelitian etnografi
Merupakan jenis penelitian kualitatif di mana peneliti melakukan
studi terhadap budaya kelompok dalam kondisi yang alamiah melalui observasi dan
wawancara.
d. Penelitian studi kasus
Pemahaman yang mendalam mengenai alasan suatu fenomena atau kasus terja
di dandapat menjadi dasar bagi riset selanjutnya. Jenis penelitian ini juga
dapat digunakan untuk menghasilkan dan menguji hipotesis.
2.A.Muri Yusuf, Metode Penulisan Kuantitatif, Kualitatif dan Penulisan
Gabungan,(Jakarta: PT. Fajar Interpratama Mandiri, 2014), h. 359.
6-

e. Penelitian narrative research


Peneliti melakukan studi terhadap satu orang individu atau lebih untuk
mendapatkan data tentang sejarah perjalanan kehidupannya yang kemudian disusun
menjadi laporan naratif kronologis.

A. langkah-langkah dalam penyusunan rancangan penelitian antara lain:

1. Menentukan topik atau latar belakang masalah yang akan diteliti.


2. Merumuskan masalah.
3. Menentukan objek penelitian.
4. Menentukan sumber data.
5. Menentukan pendekatan penelitian.
6. Menyusun hasil penelitian ke dalam sebuah laporan penelitian.

Sebuah rancangan penelitian sendiri akan bermanfaat apabila mempunyai


syarat-syarat tertentu. Dan syarat-syarat dari sebuah rancangan penelitian adalah
sebagai berikut ini:

 Sistematis atau unsur-unsur yang ada dalam rancangan penelitian harus tersusun
dalam urutan yang logis.
 Konsisten atau terdapat kesesuaian di antara unsur-unsur tersebut.
 Operasional atau dapat menjelaskan cara penelitian itu dilakukan.

Manfaat dari penelitian sendiri yakni:

 Memberikan pegangan yang Iebih jelas kepada peneliti daIam melakukan


penelitiannya.
 Menentukan batasan-batasan penelitian yang bertalian dengan tujuan penelitian.

3.
Dr. J. R. Raco, Metode Penulisan Kualitatif, (Jakarta: PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2010), h. 89-90.
7-

 Memberikan gambaran yang jeIas mengenai apa yang harus dilakukan, sekaIigus
gambaran tentang macam-macam kesulitan yang akan dihadapi dalam melakukan
peneIitian.

Rancangan penelitian yang dibuat sebelum melakukan penelitian berkaitan dengan


tujuan yang hendak dicapai dalam suatu penelitian. Adapun tujuan dari
penelitian antara lain:

 Eksploratoris, yang berarti penelitian berusaha untuk menjejaki sesuatu yang belum
dikenaI atau hanya sedikit dikenal, andaikan masalah-masalah itu belum pernah
diselidiki secara mendalam.
 Deskriptif, yang dimaksud bahwa penelitian dilakukan guna mengadakan deskripsi
untuk memberi gambaran yang lebih jelas tentang situasi-situasi sosial.
 Eksperimental, yang dimaksud bahwa penelitian dilakukan guna mengadakan
percobaan atau eksperimen untuk menguji hipotesis.

Penelitian merupakan suatu proses yang terdiri atas beberapa langkah, yaitu:

1. Mengidentifikasi Masalah
2. Merumuskan dan Membatasi Masalah
3. Melakukan Studi Kepustakaan
4. Merumuskan Hipotesis atau Pertanyaan Penelitian
5. Menentukan Desain dan Metode Penelitian
6. Menyusun Instrumen dan Mengumpulkan Data
7. Menganalisis Data dan Menyajikan Hasil
8. Menginterpretasikan Temuan, Membuat Kesimpulan

B. Tehnik Penulisan

a. Pengumpulan Data dan Informasi


Data dan informasi yang mendukung penulisan dikumpulkan dengan
melakukan penelusuran pustaka, pencarian sumber-sumber yang relevan dan
pencarian data melalui internet. Data dan informasi yang digunakan yaitu data
dari skripsi, media elektronik, dan beberapa pustaka yang relevan.
8-

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu:


1. Sebelum analisis data dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan studi pustaka
yang menjadi bahan pertimbangan dan tambahan wawasan untuk penulis mengenai
lingkup kegiatan dan konsep-konsep yang tercakup dalam penulisan
2. Untuk melakukan pembahasan analisis dan sintesis data-data yang diperoleh,
diperlukan data referensi yang digunakan sebagai acuan, dimana data tersebut dapat
dikembangkan untuk dapat mencari kesatuan materi sehingga diperoleh suatu solusi dan
kesimpulan.

b. Pengolahan Data dan Informasi


Beberapa data dan informasi yang diperoleh pada tahap pengumpulan data, kemudian
diolah dengan menggunakan suatu metode analisis deskriptif berdasarkan data
sekunder.
c. Analisis dan Sintesis
Aspek-aspek yang akan dianalisis yaitu studi kebijakan hukum Keluarga Islam.
Sintesis yang dijelaskan yaitu alternatif solusi untuk mengatasi permasalah yang
dianalisis.
Format penulisan secara umum adalah sebagai berikut:
A. Pembabakan tulisan
Tulisan dibagi menjadi berbagai bagian (bab, pasal, ayat, paragraf atau alinea). Tiap
bagian merupakan suatu kesatuan terbuka, artinya berkaitan dengan bagian sebelumnya
sebagai penerus dan berkaitan dengan bagian berikutnya sebagai pendahulu. Pada
umumnya pembabakan terdiri atas
a. Pendahuluan (Pengantar)
b. Tubuh tulisan yang terbagi menjadi
1. Tinjauan pustaka
2. Sifat obyek penelitian (Bahan penelitian atau Keadaan wilayah penelitian)
3. Metodologi (Metode) penelitian
4.Muri Yusuf, Metode Penulisan Kuantitatif, Kualitatif dan Penulisan Gabungan,
9-

4. Hasil penelitian
5. Pembahasan
6. Penutup
7. Kesimpulan (boleh ditambah pendapat atau saran)
8. Daftar Pustaka
B. Fungsi tiap bagian
a. Pendahuluan
Menguraikan latar belakang pemilihan persoalan; maksud, tujuan dan ruang lingkup
penelitian; keterbatasan ungkapan (limitations); batasan pengertian (takrif, asumsi);
teori dan hipotesis.
b. Tinjauan pustaka
Membentangkan intisari pengalaman paut, penelitian terdahulu, dan nilai informasi yang
ditemukan dalam bahan pustaka dibandingkan dengan hasil penelitian yang
dilaporkan.
c. Sifat obyek penelitian
Menjelaskan kekhususan berkenaan dengan persoalan yang dipilih dan dengan maksud
dan tujuan penelitian; mengunjukkan faktor-faktor yang berkaitan dengan hakekat
obyek penelitian yang mungkin berpengaruh atas hasil penelitian.
d. Metodologi penelitian
Bab ini dapat dipecah menjadi beberapa pasal, tergantung pada keragaman metodologi
yang digunakan.
e. Hasil penelitian
Memuat data mentah dan yang sudah diolah. Kalau data mentah terlalu banyak, dapat
dipindahkan menjadi lampiran. Hasil olahan data dapat berupa tabel, diagram,
kurva dan/atau persamaan atau fungsi matematik. Kalau dipikir perlu, dapat
dilengkapi dengan foto-foto.
5.Dr. J. R. Raco, Metode Penulisan Kualitatif, (Jakarta: PT. Gramedia
(Jakarta: PT. Fajar Interpratama Mandiri, 2014), h. 359.
10-

f. Pembahasan
Memuat penafsiran makna hasil penelitian berkenaan dengan menjawab hipotesis dan
implikasinya atas teori atau kaedah yang berlaku sekarang. Selain itu juga
dikemukakan, kalau ada, segi-segi persoalan yang belum dapat diselesaikan secara
tuntas, sehingga memerlukan penelitian lebih lanjut. Kadang-kadang pembahasan
disatukan dengan hasil penelitian, dengan maksud merangkaikannya sekaligus dengan
pengolahan data. Akan tetapi kalau difikir bab hasil penelitian akan menjadi terlalu
panjang, pembahasan dijadikan bab tersendiri.
g. Kesimpulan
Mengutarakan gagasan khusus berdasarkan pembahasan yang telah disampaikan,
memastikan atau meragukan teori atau kaedah yang berlaku sekarang, implementasinya
dalam pemecahan persoalan sejenis, manfaat yang dapat dipetik dari hasil penelitian, baik
yang langsung maupun yang tidak langsung, dan arah pangembangan penelitian yang
diperlukan.
C. Judul
Judul harus memenuhi persyaratan:
a. Ringkas. Ada yang mempersyaratkan maksimum 16 kata.
b. Dapat memberikan gambaran jelas tentang pokok persoalan, ruang lingkup
kajiandan sudut pandangan yang diambil.
c. Mengunjukkan asas penghampiran (biologi, fisik, sosial, ekonomi, atau yang lain).

Ketentuan dasar bagi penyajian hasil penelitian secara efektif ialah:


2. Persoalan beserta seginya yang ditinjau dari tatacara penghampirannya
(approach) harus diungkapkan jelas.
3. Menunjukkan kepentingan persoalannya.
4. Ruang lingkup uraian harus jelas, akan tetapi tidak terlalu luas agar
dimungkinkan menjabarkan subyeknya secara khusus.
6. Hajra Yansa, yayuk Basuki, dkk. Uang Panai‟ dan Stasus Sosial Perempuan dalam
Perspektif Budaya Siri‟ pada Perkawinan Suku Bugis Makassar Sulawesi Selatan, Volume 3
Nomor 2 (2016) h.
11-

5. Sajian disusun berdasarkan kesudahan kajian yang dapat dipertahankan


(defendable).
6. Susunan uraian harus menarik dengan urutan penalaran yang mudah diikuti,
dengan tata bahasa yang tidak rancu, dan kalau dapat merangsang tanggapan
hadirin atau pembaca.
7. Penarikan kesimpulan harus langsung dan paut dengan maksud dan tujuan
penelitian, berarti tidak menggunakan asumsi berlebihan dan
mengekstrapolasikan pendapatterlalu jauh.

8. Uraian dibagi dalam bagian-bagian yang urutannya dapat mengantarkan


pembaca memasuki inti kajian setapak demi setapak, dan membentuk kesatuan
uraian yang bulat.

D. Contoh Metode Penelitian Studi Kebijakan Hukum Keluarga Islam


tentang Mahar .

“Mahar Dan Uang Panaik Dalam Perspektif Hukum Islam”

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan merupakan Sunnah Rasul Saw, yang bertujuan untuk


melanjutkan keturunan dan menjaga manusia agar tidak terjerumus ke dalam
perbuatan yang sama sekali tidak diinginkan oleh syariat. Untuk itu, perkawinan
baru dianggap sah apabila memenuhi rukun dan syaratnya. Salah satu syarat tersebut
adalah adanya mahar yang merupakan hak istri dan wajib hukumnya.
Mahar merupakan tanda kesungguhan laki-laki untuk menikahi seorang
perempuan. Mahar juga merupakan pemberian seorang laki-laki kepada perempuan
yang akan dinikahinya, yang dimana mahar tersebut akan menjadi hak milik istri
secara penuh. Seseorang bebas dalam menentukan bentuk dan jumlah mahar yang
diinginkan karena memang tidak ada batasan dalam syariat islam mengenai mahar,
12-
akan tetapi mahar itu disunnahkan yang sesuai dengan kemampuan pihak calon
suami. Islam menganjurkan agar meringankan mahar.
Perkawinan adat Bugis selain mahar yang merupakan salah satu syarat
sah, “uang panaik” juga merupakan adat yang harus dipenuhi oleh pihak laki- laki
dalam bentuk uang. Uang panaik adalah uang antaran yang harus

diserahkan oleh pihak keluarga calon mempelai laki-laki kepada pihak keluarga
calon mempelai perempuan untuk membiayai prosesi pesta pernikahan. Mahar dan
Uang panaik memang hampir mirip, yaitu sama-sama merupakan kewajiban. Namun
kedua hal ini sebenarnya berbeda. Mahar merupakan kewajiban dalam Islam,
sedangkan Uang panaik merupakan kewajiban dalam tradisi adat masyarakat Bugis.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Identifikasi dan batasan masalah yang telah dipaparkan
penulis, maka dapat dirumusksn masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana M a h a r d a n u a n g p e n a i k d a l a m perspektif hukum


Islam?

C. PEMBAHASAN

a. Mahar dan Uang Panaik Dalam Pandangan Hukum Islam

A. Mahar
1. Pengertian Mahar
Mahar secara etimogi artinya maskawin, secara terminologi, mahar ialah
pemberian wajib dari calon suami kepada calon istri sebagai ketulusan hati calon
suami untuk menimbulkan rasa cinta kasih bagi seseorang istri kepada calon
suaminya atau suatu pemberian yang diwajibkan bagi calon suami kepada calon
istrinya, baik dalam bentuk benda maupun jasa.
Mahar dalam bahasa Indonesia disebut juga dengan maskawin. Maskawin atau
mahar adalah pemberian seorang suami kepada isterinya sebelum, sesudah, atau
13-
pada waktu berlangsungya akad nikah sebagai pemberian wajib.18 Mahar dalam
bahasa arab juga disebut ‫ااصداق‬shadaq

karena sang suami mengungkapkan kesungguhan cinta yang ia persembahkan


dalam pernikahan.
Para ulama telah berbeda pendapat mengenai masalah mahar.
Sebagaian mereka berpendapat, bahwa mahar itu diberikan sesuai dengan
kesepakatan di antara calon pengantin. Pendapat ini dikemukakan oleh Sufyan
Ats-Tsauri , Syafi‟i, Ahmad dan Ishak. Sedangkan Imam Malik berpendapat “Mahar
itu tidak boleh kurang dari seperempat dinar.” Sedangkan dari Aisyah Radhiyallahu
Anha, ia berkata “Bahwa mahar yang diberikan oleh Nabi untuk istri-istrinya
sebesar dua belas setengah„uqiyah‟ (HR. Muslim).

Mas kawin adalah harta yang wajib dibayar suami terhadap istrinya karena
akad atau bercampur secara benar. Mas kawin memiliki nama yang banyak, yaitu
shadaq, mahr, nihlah, faridhah, hiba, ajr, dan aqd alaiq. mahar secara sosial,
ekonomi dan ideologis, difungsikan untuk beragam tujuan, Abu Zahrah menjelaskan
bahwa selain menjadi tanda etis-moral keseriusan dan ketulusan ikatan pernikahan,
mahar berfungsi sebagai bantuan material suami kepada isterinya guna persiapan
berumah tangga.Di dalam KHI (Kompilasi Hukum Islam) pada Bab Mahar telah
dijelaskan apa itu mahar. Pasal 30 dikatakan bahwa “Calon mempelai pria wajib
membayar
mahar kepada calon mempelai wanita yang jumlah,bentuk dan jenisnya disepakati

7.H. Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat (Jakarta: Prenada Media, 2003, Cet.Pertama), h.
84.
8.Mardani, Hukum Keluarga Islam Di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2017, Cet. Kedua), h.7.
664.
9
Noryamin Aini, “Tradisi Mahar di Ranah Lokalitas Umat Islam: Mahar dan Struktur Sosial di
Masyarakat Muslim Indonesia,” AHKAM: Jurnal Ilmu Syariah 17, No.1 (29 Juli 2014), h. 16.
10.
Direktori Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam Departemen Agama R.I, Kompilasi
Hukum Di Indonesia, Jakarta: 2001, h. 5
14-
oleh kedua belah pihak”. Pada pasal 31 “Penentuan mahar berdasarkan atas
kesederhanaan dan kemudahan yangdianjurkan oleh ajaran Islam”. Pasal 34 terdapat
dua ayat: (1) Kewajiban menyerahkan mahar bukan merupakan rukun dalam
perkawinan; (2) Kelalaian menyebut jenis dan jumlah mahar pada waktu akad nikah,
tidak menyebabkan batalnya perkawinan. Begitu pula halnya dalam keadaan mahar
masih terhutang, tidak mengurangi sahnya perkawinan. Pada pasal 37 juga
disebutkan bahwa “Apabila terjadi selisih pendapat mengenai jenis dan nilai
mahar yang ditetapkan, penyelesaian diajukan ke
Pengadilan Agama.

2. Dasar Hukum Mahar


Mahar hukumnya wajib bagi seseorang suami untuk kesempurnaan akad nikah, baik
disebutkan dalam akad tersebut dengan sejumlah harta tertentu atau tanpa
menyebutkan jumlahnya. Bahkan seandainya suami bersepakat untuk tidak
memberikannya atau tidak menyebutkannya, maka kesepakatan tersebut tidak sah,
sebab mahar adalah sebuah keharusan.

Adapun dasar hukum kewajiban mengenai mahar terdapat pada QS. An-
Nisa‟ (4): 4;
ْۤ ْۤ َ ‫س ْۤا َء‬
َ ‫صد ُٰقتِّ ِّه َّن ِّن ْحلَةً ۗ فَا ِّْن ِّطبْنَ لَ ُك ْم‬ َ ِّ‫´ َو ٰاتُوا الن‬
ًٔ‫سا فَ ُكلُ ْوهُ َه ِّن ْيـًٔا َّم ِّر ْيـ‬
ً ‫ش ْيءٍ ِّم ْنهُ نَ ْف‬
َ ‫ع ْن‬
Artinya: “Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai
pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada
kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah
(ambillah)pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya”

Imam Syafi‟i mengatakan bahwa mahar adalah sesuatu yang wajib diberikan
oleh seorang laki-laki kepada perempuan untuk dapat menguasai seluruh anggota

11. H. Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat (Jakarta: Prenada Media, 2003, Cet.
Pertama), h. 92-93.
15-

badannya. Jika istri telah menerima maharnya, tanpa paksaan dan tipu muslihat, lalu
ia memberikan sebagian maharnya maka boleh diterima dan tidak disalahkan. Akan
tetapi, bila istri dalam memberikan maharnya karena malu, atau takut, maka tidak
halal menerimahnya. Allah SWT berfirman dalam QS.an-Nisa‟(4): 20

َ ُ‫ارا فَ ََل تَأ ْ ُخذ ُ ْوا ِم ْنه‬


ۗ ‫شيْـًٔا‬ ً ‫ط‬َ ‫ج َّم َكانَ زَ ْو ٍۙجٍ َّو ٰاتَ ْيت ُ ْم ا ِْح ٰدى ُه َّن ِق ْن‬ ٍ ‫َوا ِْن ا َ َر ْدت ُّ ُم ا ْس ِت ْبدَا َل زَ ْو‬
‫اَتَأ ْ ُخذ ُ ْونَهٗ بُ ْهتَانًا َّواِثْ ًما ُّم ِب ْينًا‬

“Dan jika kamu ingin mengganti istrimu dengan istri yang lain, sedang kamu telah
memberikan kepada seorang di antara mereka harta yang banyak, maka janganlah
kamu mengambil kembali sedikit pun darinya. Apakah kamu akan mengambilnya
kembali dengan jalan tuduhan yang dusta dan dengan (menanggung) dosa yang
nyata?

Hadis Nabi SAW bersabda:


Artinya: “Dari Amir bin Rabiah: sesungguhnya seorang perempuan dari bani
Fazarah kawin dengan maskawin sepasang sandal. Rasulullah SAW bertanya
kepada perempuan tersebut: Relakah engkau dengan maskawin sepasang sandal?
Perempuan itu menjawab: Ya, akhirnya Rasulullah Saw,meluluskannya”.
Sabdanya lagi:
Artinya: “Kawinlah engkau walaupun dengan maskawin cincin
daribesi”.

1. Pengertian Uang panaik


Uang panaik atau biasa disebut dengan uang belanja adalah biaya yang
diberikan oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan dalam rangka pelaksanaan
pesta pernikahan tersebut.pemberian Uang panaik merupakan salah satu langkah
awal yang harus dilakukan oleh laki-laki ketika akan melansungkan perkawinan
dimana ditentukan setelah adanya proses lamaran. Uang panaik merupakan syarat

12. Hajra Yansa, yayuk Basuki, dkk. Uang Panai‟ dan Stasus Sosial Perempuan dalam Perspektif
Budaya Siri‟ pada Perkawinan Suku Bugis Makassar Sulawesi Selatan, Volume 3
Nomor 2 (2016) h.
16-

yang mengikat untuk berlangsung atau tidaknya perkawinan, dimana Uang panaik ini

menjadi kewajiban calon mempelai perempuan dan orang tuanya untuk membiayai
segala hal-hal yang berkaitan dengan pesta perkawinan.

2. Perbedaan Mahar dengan Uang panaik


Mahar dan Uang panaik dalam perkawinan adat adalah suatu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan. Karena dalam prakteknya kedua hal tersebut memiliki posisi
sama dalam hal kewajiban yang harus dipenuhi. Walaupun Uang panaik lebih
mendapatkan perhatian dan dianggap sebagai suatu hal yang sangat menentukan
kelancaran jalannya proses perkawinan. Sehingga jumlah nominal Uang panaik lebih
besar dari jumlah mahar.

Apabila kisaran Uang panaik biasa mencapai ratusan juta rupiah karena
dipengaruhi oleh beberapa faktor, justru sebaliknya mahar yang tidak terlalu

dipermasalahkan sehingga jumlah nominalnya diserahkan kepada kerelaan


suami yang biasanya berbentuk barang yaitu tanah, rumah, atau satu set perhiasan.
Hal tersebut dapat dilihat ketika prosesi akad nikah yang hanya menyebutkan mahar
dalam jumlah kecil.

Secara sederhana kedua istilah di atas memang memiliki pengertian yang


sama yaitu keduanya sama-sama merupakan kewajiban. Namun, jika dilihat dari
sejarah yang melatar belakanginya, pengertian kedua istilah tersebut jelas berbeda.
Mahar adalah kewajiban dalam tradisi Islam, sedangkan Uang panaik adalah
kewajiban menurut adat masyarakat setempat.

13.Rheny Eka Lestari, Mitos dalam Upacara Uang panaik Masyarakat Bugis Makassar.
Skripsi (Jember: Universitas Jember, 2016), h. 4.
14.Moh Ikbal, Tinjauan Hukum Islam Tentang Uang panaik Dalam
Perkawinan Adat Suku Bugis Makassar Kelurahan Untia Kecamatan
Biringkanaya Kota Makassar. Skripsi (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Surabaya,
2012), h. 20.
BAB III
PENUTUP

A..Kesimpulan

- Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Maksud dari cara ilmiah adalah bahwa
kegiatan penelitian bersandar pada ciri-ciri keilmuan, yakni rasional, sistematis dan
empiris. Rasional berarti kegiatan penelitian yang dilakukan masuk akal, sehingga da
pat dijangkau dengan oleh penalaran manusia.
Empiris, berarti cara atau langkah yang dilakukan dapat diamati
oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui
cara atau langkah yang digunakan.Seistematis, berarti proses yang digunakan dalam
penelitian menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.Data penelitian
yang dihasilkan haruslah memiliki kriteria tertentu, yaitu valid, reliable,obyektif
- Format penulisan secara umum adalah sebagai berikut:
Tulisan dibagi menjadi berbagai bagian (bab, pasal, ayat, paragraf atau alinea). Tiap
bagian merupakan suatu kesatuan terbuka, artinya berkaitan dengan bagian sebelumnya
sebagai penerus dan berkaitan dengan bagian berikutnya sebagai pendahulu. Pada
umumnya pembabakan terdiri atas :
a. Pendahuluan (Pengantar)
b. Tubuh tulisan yang terbagi menjadi
1. Tinjauan pustaka
2. Sifat obyek penelitian (Bahan penelitian atau Keadaan wilayah penelitian)
3. Metodologi (Metode) penelitian
4. Hasil penelitian
5. Pembahasan
6. Penutup
7. Kesimpulan (boleh ditambah pendapat atau saran)

17-
18-

A. Saran

Demikian makalah ini dapat diselesaikan dengan maksimal. Penulis


menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna dan banyak kekurangan, baik
secara teknis maupun referensi. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati,
penulis senantiasa mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca agar dapat menambah cakrawala wawasan penulis.
Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya. Amin.
DAFTAR PUSTAKA

Sunaryati Hartono. Penelitian Hukum dI Indonesia Pada Akhir Abad 20.


Bandung: Alumni, 2006. Bambang Waluyo. Penelitian Hukum dalam Praktek.
Jakarta: Sinar Grafika, 2002. Herawan Wasito. Pengantar Metodologi
penelitian. Jakarta: Gramedia Pustaka utama, 1997.

A. Muri Yusuf, Metode Penulisan Kuantitatif, Kualitatif dan Penulisan


Gabungan,(Jakarta: PT. Fajar Interpratama Mandiri, 2014), h. 359.
Dr. J. R. Raco, Metode Penulisan Kualitatif, (Jakarta: PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia, 2010), h. 89-90.
16
Hajra Yansa, yayuk Basuki, dkk. Uang Panai‟ dan Stasus Sosial
Perempuan dalam Perspektif Budaya Siri‟ pada Perkawinan uku Bugis Makassar
Sulawesi Selatan,

Ikbal, Moh “Uang panaik dalam Perkawinan Adat Suku Bugis Makassar”,
The Indonesian Journal Of Islamic Family Law”, 06, Juni 2016.
Ikbal, Moh. Tinjauan Hukum Islam Tentang Uang panaik Dalam Perkawinan
Adat Suku Bugis Makassar Kelurahan Untia Kecamatan Biringkanaya Kota
Makassar. Skripsi (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2012).

Ikram, Muhammad repository. Ar-raniry Banda Aceh.ac.id/2018/pengaruh


tingginya-uang-hantaran-terhadap-penundaan-perkawinan.
Ridha Jafar, Ahmad ”Uang Panai‟ Dalam Sistem perkawinan Adat Bugis Makassar
Perspektif Hukum Islam”( Yogyakarta: Skripsi Universitas Islam Indonesia, 2016).
19-

Anda mungkin juga menyukai