Makalah Paru
Makalah Paru
Makalah Paru
(KANKER PARU-PARU)
DISUSUN OLEH
NORMAWATI
(19CP1009)
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan Rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “KANKER PARU - PARU”. Makalah ini
disusun utuk memenuhi tugas mata kuliah.
Penulis menyadari bahwa, tanpa banguan dan bimbingan dari berbagai pihak, mulai dari
tahap awal sampai tahap akhir penyusunan makalah sangatlah sulit bagi penulis untuk
menyelesaiakn makalah ini, Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu menyelesaikan
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, Adapun saran dan kritik
yang membangun sangat penulis harapkan guna memyempurnakan karya tulis ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
A.Latar Belakang.......................................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan............................................................................................................
B. Saran .....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
Kanker paru adalah penyakit pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol pada jaringan
paru. Tumor ini timbul pada epitel organ respirasi (bronkus, bronkiolus, alveolus). Pertumbuhan
ini menyebabkan metastasis pada jaringan yang berdekatan dan infiltrasi ke luar jaringan paru
(Pietanza et al., 2015). Kanker paru terdiri dari dua tipe yaitu Non Small Cell Lung Carcinoma
(NSCLC) dan Small Cell Lung Carcinoma (SCLC). Non Small Cell Lung Carcinoma (NSCLC)
adalah jenis kanker paru epitel selain kanker paru sel kecil (SCLC). Jenis yang paling umum dari
NSCLC adalah karsinoma sel skuamosa, karsinoma sel besar, dan adenokarsinoma. Meskipun
NSCLC berhubungan dengan asap rokok, namunadenokarsinoma juga ditemukan pada pasien
yang tidak pernah merokok (NCCN, 2015).
Kanker paru merupakan penyebab kematian utama pada negara-negara industri. Kanker
paru menduduki peringkat utama yaitu mencakup sepertiga kematian pada laki-laki di Amerika
Serikat dan juga menjadi salah satu penyebab utama kematian pada perempuan. Menurut
American Cancer Society, sekitar 221.000 kasus baru kanker paru dan 156.900 kematian terjadi
pada tahun 2011. Kejadian kanker paru pada perempuan terus meningkat dengan banyak wanita
meninggal setiap tahunnya akibat kanker paru dibandingkan dengan kanker payudara, sejak
tahun 1987. Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan sebab-akibat merokok dan kanker
paru. Kejadian kanker paru terbanyak adalah
Berdasarkan latar belakang yang ada, dapat diajukan permasalahan sebagai berikut :
Bagi Ilmu Pengetahuan Manfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi adalah
dapat memberikan informasi tentang studi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
kanker paru adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal
dari paru sendiri (primer). Dalam pergertian klinik yang dimaksud dengan kanker paru
primer adalah tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus (karsinoma
bronkus/bronchogenic carcinoma)
2.2 Epidemiologi
Kanker paru merupakan penyebab utama keganasan di dunia, mencapai hingga 13 persen
dari semua diagnosis kanker.8 Selain itu, kanker paru juga menyebabkan 1/3 dari seluruh
kematian akibat kanker pada laki-laki.9 Di Amerika Serikat, diperkirakan terdapat sekitar
221.200 kasus baru dan 158.040 kematian akibat kanker paru pada tahun 2015.10 Di
Indonesia, kanker paru merupakan jenis kanker terbanyak pada laki-laki, dan terbanyak
kelima untuk semua jenis kanker pada perempuan. Kanker paru juga merupakan penyebab
kematian akibat kanker terbanyak pada laki-laki dan kedua terbanyak pada
perempuan.11Hasil penelitian berbasis rumah sakit dari 100 RS di Jakarta menunjukkan
bahwa kanker paru merupakan kasus terbanyak pada laki-laki dan nomor 4 terbanyak pada
perempuan, dan merupakan penyebab kematian utama pada laki-laki dan perempuan.
Berdasarkan data hasil pemeriksaan di laboratorium Patologi Anatomi RSUP Persahabatan,
lebih dari 50 persen kasusdengan kebiasaan merokok. Golongan umur 50-64 tahun memiliki
inaktivasi gen tertinggi pada gen Cadherin-1 (CDH1) dan Glutathione S-transferase P-1
(GSTP1) sedangkan golongan umur >70 tahun memiliki kecenderungan inaktivasi gen
GSTP1 dan RASSF1A tertinggi dibanding kelompok umur lainnya. Hal ini menyebabkan
golongan umur diatas 45 tahun memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menderita kanker
paru.
Merokok memiliki hubungan erat dengan kejadian kanker paru. Rokok mengandung lebih
dari 7.000 zat kimia, dan 69 diantaranya diakui sebagai karsinogen.16 Karsinogen yang erat
kaitannya dengan kanker paru adalah 4-(methyl-nitrosamino)-1-(3-pyridyl)-1-butanone atau
Nicotine-derived nitrosamine ketone (NNK), N’-nitrosonornicotine (NNN) dan Polycyclic
Aromatic Hydrocarbon (PAH). NNK dengan dosis 1,8mg/kg dapat menginduksi kanker paru
pada mencit.
2.4 Klasifikasi
Secara umum, kanker paru dapat dibedakan menjadi kanker paru karsinoma sel kecil
(Small Cell Lung Cancer/ SCLC) dan kanker paru karsinomanon-sel kecil (Non-Small Cell
Lung Cancer/ NSCLC). NSCLC kemudian dikelompokkan menjadi squamous cell
carcinoma, adenocarcinoma, dan largecell carcinoma NSCLC merupakan jenis yang paling
sering terjadi, yaitu sekitar 80%-85% dari seluruh kasus kanker paru.23 Squamous-cell
carcinoma meliputi 25–30% dari semua kasus kanker paru. Sel ini timbul dari sel epitel
skuamosa pada bronkus bagian tengah paru-paru. Kanker subtipe ini sangat erat terkait
dengan kebiasaan merokok.24 Tipe paling sering dari NSCLC adalah adenokarsinoma,
dengan persentase 40% dari seluruh kasus kanker paru. Sel ini berasal dari sel alveolar tipe
II yang mensekresi lendir dan substansi lainnya.3 Adenokarsinoma merupakan tipe kanker
paru yang paling umum terjadi pada semua orang.25 Tipe ini biasanya tumbuh pada bagian
tepi paru-paru.3 Dibandingkan dengan tipe kanker paru yang lain, adenokarsinoma tumbuh
lebih lambat dan lebih mudah terdeteksi sebelum menyebar ke organ lain.
Tanda dan gejala dari kanker paru meliputi : batuk, dispneu, suara serak, nyeri dada,
wheezing, hemoptisis, mual muntah, wajah dan ekstremitas bengkak, anoreksia, penurunan
berat badan, lelah, dan nyeri tulang.
Pada pemeriksaan fisik, tanda yang dapat ditemukan pada kanker paru dapat bervariasi
tergantung pada letak, besar tumor dan penyebarannya. Pemeriksaan fisik mencakup:
Pemeriksaan fisik paru: retraksi interkostal, penggunaan otot bantu pernapasan, perkusi
pekak, penurunan suara napas, stridor, wheezing
Pemeriksaan Radiologi
1) Rontgen toraks AP/lateral merupakan pemeriksaan awal untuk menilai pasien dengan
kecurigaan terkena kanker paru. Berdasarkan hasil pemeriksaan ini, lokasi lesi dan
tindakan selanjutnya dapat ditentukan. Jika pada rontgen toraks ditemukan lesi yang
dicurigai sebagai keganasan, maka pemeriksaan CT scan toraks harus dilakukan untuk
mengevaluasi lesi tersebut. [1-5]
3) Pemeriksaan lain diperlukan bila terdapat kecurigaan metastasis jauh. CT scan kepala /
MRI kepala dengan kontras diindikasikan bila terdapat kemungkinan metastasis ke
otak.USG abdomen untuk mendeteksi kemungkinan penyebaran pada abdomen. Bone
Scintigraphy dapat dilakukan untuk mendeteksi metastasis tulang terutama bila terdapat
peningkatan kalsium dan alkali fosfatase. PET Scan dapat dilakukan untuk evaluasi hasil
pengobatan dan mendeteksi metastasis jauh. [1-5]
5) Spesimen kanker paru bisa didapatkan melalui bronkoskopi, biopsi transtorakal, cairan
pleura, sputum, dan biopsi dengan jarum halus pada kelenjar getah bening. Biopsi
transtorakal merupakan tindakan biopsi paru transtorakal yang dapat dilakukan dengan
bantuan USG atau CT-Scan untuk mendapatkan jaringan kanker paru. [1-5]
6) Pada lesi sentral yang dicurigai sebagai keganasan, spesimen dapat diambil melalui
sputum dan bronkoskopi. Bila hasil negatif, dilanjutkan dengan biopsi transtorakal. Pada
lesi perifer yang dicurigai sebagai keganasan, spesimen dapat diambil melalui biopsi
transtorakal dengan bantuan CT Scan. Bila hasil negatif, dilanjutkan dengan torakoskopi
dan torakotomi. [1-5]
7) Hasil biopsi kemudian dilakukan pemeriksaan sitologi (biopsi jarum halus, cairan pleura
dan sputum) dan histopatologi untuk jaringan. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
menentukan apakah jaringan bersifat benigna atau maligna.
8) Pemeriksaan molekul Epidermal Growth Factor Receptor (EGFR), Kirsten Rat Sarcoma
(KRAS), Anaplastic Lymphoma Kinase (ALK), gen BRAF, gen ROS-1, dan
programmed death-ligand 1 (PD-L1) dapat dilakukan untuk menentukan gambaran
molekular sebagai acuan untuk terapi target.
9) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan pada kanker paru yaitu darah lengkap, fungsi
hati dan fungsi ginjal. Pemeriksaan elektrolit, blood urea nitrogen, kalsium dan
magnesium perlu dilakukan untuk mengevaluasi gejala paraneoplastik. Pemeriksaan
alkali fosfatase dapat ditambahkan untuk mendeteksi kemungkinan metastasis tulang
tapi hasilnya tidak spesifik untuk kondisi tersebut. Analisa gas darah diperlukan untuk
pasien dengan sesak napas yang mengarah pada gagal napas.
10) Pemeriksaan penanda tumor carcinoembryonic antigen (CEA) dan CYFRA-21 dapat
digunakan sebagai faktor prognostik dalam memprediksi respons terapi dan kesintasan
pada kanker paru bukan sel kecil terutama pada pasien yang tidak diketahui mutasi
EGFRnya atau pada karsinoma sel skuamosa. Kombinasi CEA dan CYFRA-21
diperkirakan dapat membantu diagnosis kanker paru bukan sel kecil pada nilai dua kali
lipat dari standar cut off nya, tetapi masi diperlukan penelitian lebih lanjut. (CEA,
CYFRA)
11) Pemeriksaan Lain
12) Terdapat beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan dalam membantu menegakkan
diagnosis dan menentukan progresifitas penyakit kanker paru. Bronkoskopi dapat
membantu menentukan lokasi lesi primer, pertumbuhan tumor intraluminal dan
mendapatkan spesimen untuk pemeriksaan sitologi dan histopatologi, sehingga diagnosa
dan stadium kanker paru dapat ditentukan.
13) Endobronchial Ultrasound (EBUS) dapat dilakukan untuk menilai kelenjar getah bening
mediastinal, hilus, intrapulmoner, menilai lesi perifer dan saluran pernapasan dan
mendapatkan jaringan sitologi dan histopatologi pada kelenjar getah bening yang terlihat
pada CT-scan toraks maupun PET CT-scan.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali
masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien, baik fisik, mental, social
dan lingkungan (Dermawan, 2012).
a. Pengumpulan Data
Nama: Tulis nama panggilan pasien atau inisial
Umur: Resiko Ca paru meningkat pada orang berumur >40 tahun
Jenis kelamin: Ca paru merupakan jenis kanker terbanyak pada laki-laki di Indonesia dan
terbanyak kelima untuk semua jenis kanker pada perempuan
Agama: Tidak ada agama tertentu yang penganutnya memiliki resiko lenih banyak
mengidap Ca paru
Pendidikan: Tingkat pendidikan akan mempengaruhi resiko terserang Ca paru, orang
dengan pendidikan tinggi mungkin akan lebih berhati-hati ketika berhadapan dengan asap
yang berbahaya
Alamat: Jumlah kejadian Ca paru dua kali lebih banyak di daerah perkotaan
dibandingkan dengan daerah pedesaan karena banyaknya polusi udara di perkotaan
No. RM: Dapat dicatat sesuai dengan urutan pasien masuk
Pekerjaan: Pekerjaan yang berhubungan erat dengan asap dan zat karsinogen akan
meningkatkan resiko lebih besar terserang Ca paru. Beberapa pekerjaan yang
meningkatkan resiko Ca paru adalah pekerja asbes, kapster salon, pabrik industri, dan
lain-lain.
Status Perkawinan: Tidak ada hubungan antara status perkawinan dengan angka kejadian
Ca paru
Tanggal MRS: Dilihat sejak klien masuk IGD
Tanggal Pengkajian: Ditulis dengan tanggal ketika perawat melakukan pengkajian
pertama kali
Sumber Informasi: Sumber informasi bisa didapat dari pasien, keluarga, atau pasien dan
keluarha. Dari pasien biasanya jika pasien tidak ada keluarga, dari keluarga biasanya jika
pasien tidak kooperatif, dan dari pasien dan keluarga apabila keduanya kooperatif dalam
memberikan informasi
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
2) Riwayat penyakit sekarang: Batuk produktif, dahak bersifat mukoid atau purulen, atau
batuh darah; malaise; anoreksia; sesak nafas; nyeri dada dapat bersifat lokal atau pleuritic
3) Riwayat kesehatan terdahulu:
a) Penyakit yang pernah dialami: Kaji apakah klien memiliki riwayat penyakit paru dan
penyakit menular atau menurun lainnnya sebelumnya. Penyakit paru seperti
tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga dapat menjadi risiko kanker
paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik berisiko empat sampai enam
kali lebih besar terkena kanker paru
b) Alergi : Kaji alergi klien terhadap makanan, obat, plester,dan lain-lain
c) Imunisasi : Kaji apakah klien mendapatkan imunisasi lengkap atau tidak
d) Kebiasaan/pola hidup/life style: Kebiasaan yang sangat berkaitan denga Ca paru
adalah merokok, menghirup asap rokok, zat karsinogen, dan polusi udara. Merokok
merupakan faktor yang berperan paling penting yaitu 85% dari seluruh kasus. Jika
terjadipada laki-laki maka yang harus dikaji adalah usia mulai merokok, jumlah
batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya
berhenti merokok. Jika terjadi pada wanita maka yang harus dikaji adalah seberapa
sering menghirup asap rokok atau terpapar zat lainnya
e) Obat-obat yang digunakan: Menanyakan pada klien obat apa saja yang dikonsumsi
sebelum MRS
f) Riwayat penyakit keluarga: Mengkaji apakah terdapat riwayat keluarga sebelumnya
yang mengidap Ca paru, penyakit menular, atau menurunlainnya
c. Riwayat pengkajian nyeri
P : Provokatus paliatif: Apa yang menyebabkan gejala? Apa yang bisa memperberat ? apa
yang bisa mengurangi ?
Q : QuaLity-quantity: Bagaimana gejala dirasakan, sejauh mana gejala dirasakan
R : Region – radiasi: Dimana gejala dirasakan ? apakah menyebar?
S : Skala – severity: Seberapah tingkat keparahan dirasakan? Pada skala berapah ?
T : Time: Kapan gejala mulai timbul? Seberapa sering gejala dirasakan? tiba-tiba atau
bertahap ? seberapa lama gejala dirasakan?
d. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum:
b. Tanda vital:
c. Tekanan Darah : Normal, jika tidak ada riwayat hipertensi
d. Nadi : Meningkat (Normal 80-100x/menit)
e. RR : Meningkat (Normal 16-24x/menit)
f. Suhu : Biasanya normal (36,5-37,5) kecuali jika ada inflamasi
e. Pengkajian Fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)
Kepala
Inspeksi: kepala simetris, rambut tersebar merata berwarna hitam kaji uban),
distribusi normal, kaji kerontokan rambut jika sudah dilakukan kemoterapi Palpasi:
tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat lesi, tidak ada perdarahan, tidak ada lesi.
Mata Inspeksi: konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil isokor, refleks pipil
terhadap cahaya (+/+), kondisi bersih, bulu mata rata dan hitam Palpasi: tidak
ditemukan nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal
Telinga Inspeksi: telinga simetris, lubang telinga bersih tidak ada serumen, tidak ada
kelainan bentuk.Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal
Hidung Inspeksi: hidung simetris, hidung terlihat bersih, terpasang alat bantu
pernafasan
Mulut Inspeksi: mukosa bibir lembab, mulut bersih, lidah berwarna merah, gigi
bersih tidak ada karies gigiPalpasi: tidak ada pembesaran tonsil
Dada Inspeksi: Betuk dada kadang tidak simetris, kaji adanya retraksi dada
Palpasi: Pengembangan paru tidak simetris, kaji adanya kemungkinan flail chest
Perkusi: Suara paru sonorAuskultasi: Ada suara nafas tambahan Wheezing
Abdomen Inspeksi: bentuk abdomen datar Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan Perkusi:
Kaji adanya ketegangan abdomenAuskultasi: Kaji adanya penurunan bising usus
karena penurunan nafsu makan
Urogenital Inspeksi: Tidak terpasanga alat bantu nafas
Ekstremitas Inspeksi: ekstremitas biasanya sulit digerakkan karena takut sesak nafas
Palpasi: akral dingin, tidak ada edema, tugor kuit baik.
Kulit dan kuku Inspeksi : Turgor kulit tidak baik, tidak ada lesi, kuku berwarna pink
Palpasi : kondisi kulit lembab, CRT <2 detik, dan akral dingin.
Keadaan local Pasien tampak lemah berbaring di tempat tidur, terpasang alat bantu
pernafasan, kesadaran compos mentis (sadar penuh).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman atau respon
individu, keluarga, atau komunitas pada masalah kesehatan, pada resiko masalah kesehatan
atau pada proses kehidupan . Diagnosa keperawatan merupakan bagian vital dalam
menentukan asuhan keperawatan yang sesuai untuk membantu pasien mencapai kesehatan
yang optimal (PPNI, 2016):
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (iskemia)
2. Defisist nutisi b.d kurangnya asupan makanan
3. Pola napas tidak efektif b.d penyakit kronis
4. Intoleransi aktifitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, dispneu,
kelemahan umum, hilang berat badan, depresi.
5. Kurang pengetahuan b.d kurang informasi mengenai penyakit kanker paru
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan segala bentuk terapi yang dikerjakan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai peningkatan, pencegahan
dan pemulihan kesehatan pasien individu, keluarga, dan komunitas.(PPNI, 2018a)(PPNI,
2018b):
1. Nyeri akut
Manajemen Nyeri ( I.08238)
Observasi
Kaji nyeri secara komprehensip
Monitor KU dan TTV klien Edukasi
Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
Anjurkan klien untuk mengontrol aktivitasnya
2. Defisit nutrisi
Perawatan defisist nutrisi Observasi
Mengkaji status nutrisi pasien Terapeutik
Kolaborasi pemberian obat antiemetik Edukasi
Anjurkan pasien memakan makanan selagi masih hangat
Anjurkan pasien untuk menghindari makanan yang banyak mengandung gas
3. Pola napas tidak efektif
Monitor jalan napas
Ajarkan batuk efektif
Posisi semifowler/fowler
Fisioterapi dada
Kolaborasi bronkodilator
4. Intoleransi aktivitas
Manajemen energi
Observasi
Indentifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
Monitor pola dan jam tidur
Monitor kelelahan fisik dan emosional
Anjurkan tirah baring
Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
5. Kurang pengetahuan b.d kurang informasi mengenai penyakit kanker paru
Edukasi kesehatan
Observasi
Identifikasi kesehatan dan kemampuan menerima informasi
Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motifasi perilaku
hidup bersih dan sehat
Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
Berikan kesempatan untuk bertanya
Ajarkan strategi yang dapat di gunakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih
dan sehat
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih
baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam (Potter &
Perry, 2011).Komponen tahap implementasi :
Tindakan keperawatan mandiri
Tindakan keperawatan kolaboratif
Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap
asuhan keperawatan.
Evaluasi
Evaluasi yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Karakteristik umum pasien kanker paru yang paling banyak ditemukanadalah usia
> 40 tahun, jenis kelamin laki-laki, perokok berat, pekerjaanpetani, tempat tinggal di luar
Kota Padang, mengalami perbaikansaat keluar dari rumah sakit, dan keluar atas
persetujuan dokter. Sebagian besar pasien kanker paru dengan jenis sel diketahui
mengalami komplikasi. Jenis komplikasi kanker paru yang paling banyak ditemukan
adalahefusi pleura ganas, diikuti dengan hemoptisis dan obstruksi jalan napas.
2. Saran
Bagi masyarakat, terutama yang memiliki faktor risiko kanker paru, disarankan untuk
segera datang ke tempat pelayanan kesehatanjikaterdapat tanda dan gejala kanker paru,
sehingga dapat ditatalaksanalebih dini dan mencegah terjadinya komplikasi.
sebaiknya dilakukan penelitian mengenai masing-masing komplikasi dan hubungannya
dengan factor risikoseperti usia, jenis kelamin, dan riwayat merokok.
DAFTAR PUSTAKA
Burkitt, H.G., Quick, C.R.G., and Reed, J. B. (2007). In: Essential Surgery Problems, Diagnosis,
& Management . (4th ed.). London: Elsevier Ltd.
Dewi, A. A. W. T. (2015). Evaluasi Penggunaan Antibiotika Profilaksis Pada pasien Operasi Ca
Paru di Instalasi Rawat Inap RS Baptis Batu Jawa Timur.
Elizabeth J. Corwin. (2011). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Adityamedi.
Ellyvon. (2018). Kenali Kanker Paru, dari Gejala dan Pengobatan.
Eylin. (2009). Karakteristik Pasien dan Diagnosis Histologi Pada Kasus Ca Paru Berdasarkan
Data Registasi di Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran UI RSUP Cipto
Mangunkusumo.
Goleman, daniel; boyatzis, Richard; Mckee, A. (2019). Kebiasaan Konsumsi Makanan Cepat
Saji Pada Siswa Kelas Viii Smp Negeri 1 Yogyakarta. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Guyton. (2007). 'The Lung', in Schmit, W., Gruliow, R., Texbook of Medical Phsysicologi, 11th
ed, Elsevier Saunders, Philadelphia.
Hidayatullah, R. M. R. (2014). Efektivitas Antibiotik yang Digunakan pada Pasca Operasi Ca
Paru Di RUMKITAL dr . Mintohardjo Jakarta Pusat.
Jong, S. & de. (2010). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Kiik, S. M. (2018). Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Waktu Pemulihan