Epidemiologi Kanker Paru
Epidemiologi Kanker Paru
Epidemiologi Kanker Paru
Disusun Oleh :
Kelompok 1
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
C. Tujuan................................................................................................. 5
A. Kesimpulan.......................................................................................... 12
B. Saran ................................................................................................... 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kanker Paru
6
yang telah direkomendasikan untuk deteksi dini kanker paru yaitu terbatas pada
kelompok pasien risiko tinggi dengan melakukan anamnesa dan pemeriksaan
fisik yang mendukung kecurigaan adanya keganasan pada paru-paru seperti
dapat dilakukannya pemeriksaan low-dose CT scan untuk skrining kanker paru
setiap tahun selama 3 tahun, namun tidak dilakukan pada pasien dengan
komorbiditas berat lainnya. Pemeriksaan ini dapat mengurangi mortalitas akibat
kanker paru hingga 20% tetapi tidak direkomendasikan untuk pasien yang tidak
memenuhi kriteria kelompok resiko tinggi tersebut.
Pemeriksaan low-dose CT scan dilakukan pada pasien risiko tinggi yaitu
pasien usia 40 tahun dengan riwayat merokok ≥30 tahun dan berhenti merokok
dalam kurun waktu 15 tahun sebelum pemeriksaan [rekomendasi A], atau
pasien ≥50 tahun dengan riwayat merokok ≥20tahun dan adanya minimal satu
faktor risiko lainnya [rekomendasi B].
Adapun untuk menegakkan diagnosis kanker paru bukan hanya
didasarkan pada pemeriksaan low dose CT scan saja tetapi juga didasarkan pada
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan
patologi.
1. Anamnesis
Pada anamnesis Gejala klinis kanker paru tidak khas tetapi batuk,
sesak napas, atau nyeri dada (gejala respirasi) yang muncul lama atau tidak
kunjung sembuh dengan pengobatan biasa pada “kelompok risiko” harus
ditindak lanjuti untuk prosedur diagnosis kanker paru. Gejala yang
berkaitan dengan pertumbuhan tumor langsung, seperti batuk, hemoptisis,
nyeri dada dan sesak napas/stridor. Batuk merupakan gejala tersering (60-
70%) pada kanker paru. Gejala lain berkaitan dengan pertumbuhan
regional, seperti efusi pleura, efusi perikard, sindorm vena kava superior,
disfagia, Pancoast syndrome, paralisis diafragma. Pancoast syndrome
merupakan kumpulan gejala dari kanker paru yang tumbuh di sulkus
superior, yang menyebabkan invasi pleksus brakial sehingga
menyebabkan nyeri pada lengan, sindrom Horner (ptosis, miosis, hemi
facialan hidrosis). Keluhan suara serak menandakan telah terjadi
7
kelumpuhan saraf atau gangguan pada pita suara. Gejala klinis sistemik
yang juga kadang menyertai adalah penurunan berat badan dalam waktu
yang singkat, nafsu makan menurun, demam hilang timbul. Gejala yang
berkaitan dengan gangguan neurologis (sakit kepala, lemah/parese) sering
terjadi jika telah terjadi penyebaran ke otak atau tulang belakang. Nyeri
tulang sering menjadi gejala awal pada kanker yang telah menyebar ke
tulang. Terdapat gejala lain seperti gejala para neoplastik, seperti nyeri
muskuloskeletal, hematologi, vaskuler, neurologi, dan lain-lain.
2. Pemeriksaan fisik
Setelah melakukan anamnesa maka selanjutnya adalah
pemeriksaan fisik yang mencakup tampilan umum (performance status)
yang menjadi suatu parameter untuk menentukan prognosis penyakit,
indikasi untuk menentukan jenis terapi dan agresivitas pengobatan,
penderita yang menurun, penemuan abnormal terutama pada pemeriksaan
fisik paru benjolan leher, ketiak atau dinding dada, tanda pembesaran
hepar atau tanda asites, nyeri ketok di tulang. Pada pemeriksaan fisik,
tanda yang dapat ditemukan pada kanker paru dapat bervariasi tergantung
pada letak, besar tumor dan penyebarannya. Pembesaran kelenjar getah
bening (KGB) supraklavikula, leher dan aksila menandakan telah terjadi
penyebaran ke KGB atau tumor di dinding dada, kepala atau lokasi lain
juga menjadi petanda penyebaran. Sesak napas dengan temuan suara napas
yang abnormal pada pemeriksaan fisik yang didapat jika terdapat massa
yang besar, efusi pleura atau atelektasis. Venektasi (pelebaran vena) di
dinding dada dengan pembengkakan (edema) wajah, leher dan lengan
berkaitan dengan bendungan pada vena kava superior (SVKS). Sindroma
Horner sering terjadi pada tumoryang terletak si apeks (pancoast tumor).
Thrombus pada vena ekstremitas ditandai dengan edema disertai nyeri
pada anggota gerakdan gangguan sistem hemostatis (peningkatan kadar D-
dimer) menjadi gejala telah terjadinya bendungan vena dalam (DVT).
Tanda-tanda patah tulang patologik dapat terjadi pada kanker yang
8
bermetastasis ke tulang. Tanda-tanda gangguan neurologis akan didapat
jika kanker sudah menyebar ke otak atau tulang belakang.
3. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium Darah rutin: Hb, Leukosit, Trombosit,
fungsi hati, fungsi ginjal.
a. Pemeriksaan Patologi Anatomik (Sitologi dan Histopatologi)
b. Pemeriksaan imuno histokimia untuk menentukan jenis (sepertiTTF-
1 dan lain-lain) dilakukan apabila fasilitas tersedia.
c. Pemeriksaan Penanda molekuler yang telah tersedia diantaranya
adalah mutasi EFGR hanya dilakukan apabila fasilitas tersedia
4. Pemeriksaan Pencitraan
a. Foto toraks AP/lateral merupakan pemeriksaan awal untuk menilai
pasien dengan kecurigaan terkena kanker paru. Berdasarkan hasil
pemeriksaan ini, lokasi lesi dan tindakan selanjutnya termasuk
prosedur diagnosis penunjang dan penanganan dapat ditentukan. Jika
pada foto toraks ditemukan lesi yang dicurigai sebagai keganasan,
maka pemeriksaan CT scan toraks wajib dilakukan untuk
mengevaluasi lesi tersebut.
b. CT scan toraks dengan kontras merupakan pemeriksaan yang penting
untuk mendiagnosa dan menentukan stadium penyakit,dan
menentukan segmen paru yang terlibat secara tepat. CT scan toraks
dapat diperluas hingga kelenjar adrenal untuk menilai kemungkinan
metastasis hingga regio tersebut.
c. CT scan kepala dengan kontras diindikasikan bila penderita mengeluh
nyeri kepala hebat untuk menilai kemungkinan adanya metastasis ke
otak.
d. USG abdomen dilakukan untuk menilai kemungkinan metastasi
e. Bone Scan dilakukan untuk mendeteksi metastasi ke tulang-tulang.
Bone survey dilakukan jika fasilitas bone scan tidak ada.
f. PET-scan dapat dilakukan untuk menilai hasil pengobatan
9
5. Pemeriksaan Khusus
a. Bronkoskopi adalah prosedur utama untuk mendiagnosa kanker paru.
Prosedur ini dapat membantu menentukan lokasi lesi primer,
pertumbuhan tumor intraluminal dan mendapatkan spesimen untuk
sitologi dan biopsi, sehingga diagnosa dan stadium kanker paru dapat
ditentukan. Salah satu metode terkini adalah bronkoskopi fleksibel
yang dapat menilai paru hingga sebagian besar bronkus derajat ke-
empat, dan kadang hingga derajat ke-enam. Spesimen untuk
menghasilkan pemeriksaan sitologi dan histopatologi didapat melalui
bilasan bronkus, sikatan bronkus dan biopsi bronkus. Prosedur ini
dapat memberikan hingga >90% diagnosa kanker paru dengan tepat,
terutama kanker paru dengan lesi pada regio sentral. Kontraindikasi
prosedur bronkoskopi ini adalah hipertensi pulmoner berat,
instabilitas kardiovaskular, hipoksemia refrakter akibat pemberian
oksigen tambahan, perdarahan yang tidak dapat berhenti, dan
hiperkapnia akut. Komplikasi yang dapat terjadi adalah pneumotoraks
dan perdarahan.
b. Bila tersedia, pemeriksaan Endobrachial Ultrasound (EBUS) dapat
dilakukan untuk membantu menilai kelenjar getah bening mediastinal,
hilus, intrapulmoner juga untuk penilaian lesi perifer dan saluran
pernapasan, serta mendapatkan jaringan sitology dan histopatologi
pada kelenjar getah bening yang terlihat pada CT-scan toraks maupun
PET CT-scan.
c. Biopsi Biopsi transtorakal (transthoracal biopsy-TTB), merupakan
tindakan biopsi paru transtorakal, tanpa tuntunan radiologis(blinded
TTB) maupun dengan tuntunan USG (USG-guided TTB)atau CT-
scan toraks (CT-guided TTB), untuk mendapatkan sitologi atau
histopatologi kanker paru.
d. Tindakan biopsi lain, seperti aspirasi jarum halus kelenjar untuk
pembesaran kelenjar getah bening, maupun biopsi pleura dapat
dilakukan bila diperlukan
10
6. Pemeriksaan Lainnya
a. Pleuroscopy dilakukan untuk melihat masalah intrapleura dan
menghasilkan spesimen intrapleura untuk mendeteksi adanya sel ganas
pada cairan pleura yang dapat merubah stadium dan tatalaksana pasien
kanker paru. Jika hasil sitologi tidak menunjukkan adanya sel ganas,
maka penilaian ulang atau CT scan toraks dianjurkan.
b. Media stinoskopi dengan VATS kadang dilakukan untuk mendapatkan
specimen, terutama penilaian kelenjar getah bening mediastinal.
c. Torakotomi eksplorasi dilakukan sebagai modalitas terakhir, jika
dengan semua modalitas lainnya tidak ditemukan sel ganas
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa, kanker paru adalah Kanker
paru adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang
berasal dari paru sendiri (primer) yang dalam pengertian klinik yang dimaksud
dengan kanker paru primer adalah tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus
dan perlu adanya pengklasifikasian untuk setiap kanker dengan melakukan
skrining walaupun metode skrining pada kanker paru masih belum sesuai
secara umum tetapi ada berbagai tahapan untuk mengetahui diagnosis dimulai
dari anamnesis sampai dengan pemeriksaan-pemeriksaan seperti pemeriksaan
fisik, laboratorium, patologik anatomic, pencitraan dan pemeriksaan fisik
lainnya.
B. Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
Aberle DR, Adams AM, Berg CD, Black WC, Clapp JD, Fagerstrom RM, et al.
Reduced lung-cancer mortality with low-dose computed tomographic
screening. N Engl J Med 2011; 365: 395–409. DOI:
10.1056/NEJMoa1102873 [PMC free article] [PubMed] [Google Scholar]
American Cancer Society. Cancer Facts & Figures 2013. Atlanta, GA: American
Cancer Society; 2013. [Google Scholar]
American Lung Association. Providing guidance on lung cancer screening to
patients and physicians. http://www.lung.org/lung-disease/lung-
cancer/lung-cancer-screening-guidelines/lung-cancer-screening.pdf.
Accessed August 22, 2013.[Google Scholar]
Lewin G, Morissette K, Dickinson J, Bell N, Bacchus M, Singh H, et al.
Recommendations on screening for lung cancer. CMAJ 2016; 188: 425–
32. DOI: 10.1503/cmaj.151421 [PMC free article] [PubMed] [Google
Scholar]
Moyer VAU.S. Preventive Services Task Force. Screening for lung Cancer: U.S.
Preventive Services Task Force recommendation statement. Ann Intern
Med 2014; 160: 330–8. DOI: 10.7326/M13-2771 [PubMed] [Google
Scholar]
US Office of the Surgeon General. Smoking and Health: Report of the Advisory
Committee to the Surgeon General of the Public Health Service. Bethesda,
MD: US National Library of Medicine; 1964. Pub. No. 1108.[Google
Scholar]
13