Makalah Kel 30
Makalah Kel 30
Makalah Kel 30
Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Hukum Perdata Islam Indonesia
Disusun Oleh:
2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT. atas rahmat serta hidayah-Nya yang
telah memberikan kita kesehatan dan kenikmatan pada saat ini. Tak lupa shalawat serta
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi besar kita yaitu Nabi
Muhammad SAW. yang telah menuntun manusia dari zaman jahiliyah menuju zaman yang
terang benderang, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Ketentuan Pidana dan Sanksi Administrasi Dalam Pengelolaan Harta Wakaf”. Adapun
makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Hukum Perdata Islam di Indonesia.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu Najichah, M.H. yang
telah membantu penulis baik secara moral maupun materi. Sehingga, penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Penulis berharap makalah ini dapat
bermanfaat dalam menambah wawasan dan ilmu pengetahuan kita semua. Penulis juga
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
penulis berharap adanya kritik dan saran pembaca demi perbaikan makalah yang telah
penulis buat agar menjadi lebih baik lagi kedepannya.
B. Rumusan Masalah
1. Mengetahui mengenai pengelolaan harta benda wakaf,
2. Mengetahui ketentuan pidana dalam pengelolaan harta wakaf,
3. Mengetahui sanksi administrasi dalam pengelolaan harta wakaf.
BAB II
PEMBAHASAN
1
M. Athoillah. Hukum Wakaf. (Bandung : Yrama Widya). 2014. Hlm 205.
Ketentuan pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf, antara lain: (a)
Mengelola serta mengembangkan harta benda wakaf yang dilakukan nadzir berdasarkan
prinsip syariah; (b) Mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf agar menjadi
produktif; (c) Dalam mengembangkan dan mengelola harta benda wakaf sangat diperlukan
penjamin dari lembaga syariah; dan (d) Dalam pengelolaan dan pengembangan harta wakaf,
nadzir dilarang merubah peruntukan harta wakaf, tanpa persetujuan tertulis dari Badan
Wakaf Indonesia. Dalam konteks pemanfaatan harta benda wakaf, mayoritas ulama
sepakat bahwa orang yang mempunyai hak untuk memanfaatkan harta wakaf itu untuk
dirinya sendiri adalah hak orang yang menerima wakaf. Namun dia tidak memiliki hak
untuk mengalihkan manfaat itu kepada orang lain dan apabila dia mengalihkan manfaat itu
kepada orang lain dengan jalan meminjamkan atau menyewakan serta sebagian hal lainnya,
maka akadnya dipandang tidak sah, kecuali pihak wakif tadi membolehkan hal itu.
Sedangkan kalau secara adat, orang lain diperbolehkan memanfaatkan harta wakaf itu
sebagai kepentingan masyakat, orang yang selain yang menerimanya juga boleh
memanfaatkannya meskipun dari pihak wakif tadi tidak membolehkannya.
Adapun kemanfaatan benda wakaf menjadi landasan yang sangat relevan dengan
keberadaan benda wakaf itu sendiri. 2 Sedangkan golongan Hanafiah mensyaratkan bahwa
harta yang diwakafkan itu 'ain (zat) nya harus kekal yang memungkinkan dapat
dimanfaatkan secara terus-menerus. Dalam hal salinan akta ikrar wakaf, surat-surat lain
atau bukti-bukti kepemilikan serta dokumen lainnya yang ada kaitannya dengan wakaf.
Bukti pendaftaran harta benda wakaf telah disampaikan oleh PPAIW kepada nadzir. Jika
harta wakaf dapat ditukar atau digantikan namanya, maka nadzir akan melaporkan hal
tersebut kepada instansi yang berwenang dan komisi wakaf Indonesia melalui PPAIW
tentang harta wakaf yang ditukar namanya sesuai dengan aturan yang berlaku selama
proses pendaftran terhadap harta wakaf. Menteri Badan Wakaf Indonesia
mengadminstrasikan pendaftaran harta benda wakaf dan mengumumkan kepada
masyarakat mengenai harta benda wakaf yang telah didaftarkan. Terkait ketentuan pidana
dan sanksi administratif terkait pelanggaran ketentuan pengelolaan harta benda wakaf,
2
Haroen, Nasrun. Fiqih Muamalah. (Jakarta : Gaya Media Pratama). 2007. Hlm 26-27.
Pemerintah telah menetapkan atau menegaskannya dalam Undang-Undang Nomor 41
Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006.
3
Badan Wakaf Indonesia. "Undang-Undang No.41 Tahun 2004 Tentang Wakaf".
4
Achmad Arief Budiman, Hukum Wakaf Administrasi, Pengelolaan dan Pengembangan, (Semarang: Karya Abadi
Jaya, 2015), hlm. 182.
3. Penghentian sementara atau pencabutan izin sebagai LKS-PWU dapat dilakukan
setelah LKS-PWU dimaksud telah menerima 3 (tiga) kali surat peringatan tertulis;
4. Penghentian sementara atau pencabutan izin sebagai LKS-PWU dapat dilakukan
setelah mendengar pembelaan dari LKS-PWU dimaksud atau rekomendasi dari
instansi terkait.5
5
Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 460.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Beberapa ketentuan dalam kewenangan pengelolaan harta benda wakaf terkait dengan
pemahaman kepemilikan wakaf yang dikemukan oleh empat tokoh madzab fikih. Pertama,
Ulama Hanafiyah memandang bahwa benda wakaf adalah milik wakif sehingga
pengelolaannya bererada di bawah kekuasaan atas wakif. Di mana wakif memiliki
wewenang penuh untuk mengelola benda wakaf bahkan boleh mengambil kembali kapan
saja, dan apabila wakif meninggal dunia maka benda wakaf di wariskan kepada ahli waris.
Kedua, Ulama Malikiyah berpendapat bahwa benda wakaf dimiliki wakif dan manfaatnya
diberikan kepada nadzir. Pemahaman tersebut tidak memberi keluasan kepada nadzir untuk
mengelola wakaf karena status kepemilikan wakaf masih milik wakif dan mengigat kaidah
fikih yang mengharuskan adanya izin dari pemilik suatu benda ketika seseorang akan
mengelola harta wakaf milik orang lain.
Dalam perspektif metodologis, ketentuan sanksi pidana dimaksudkan agar tidak ada
pihak mana pun atau siapa pun yang mendapat amanat untuk mengurus dan mengelola
benda wakaf, baik benda bergerak atau benda tidak bergerak, tetapi mampu menjaga
amanat dengan baik, serta menjaga diri jangan sampai tergoda memanfaatkan harta yang
bukan haknya. Karena hanya akan merubah jalan rezeki yang semula halal menjadi sulit.
Apalagi di tengah upaya dan gerakan Pemberantasan Korupsi di negara Indonesia. Oleh
karena itu, dalam mengelola harta benda wakaf, hendaknya semua pihak berpikiran bersih
dalam mencari rezeki yang halal, supaya kehidupannya diliputi keberkahan dunia dan
akhirat.
Selain ketentuan pidana tersebut, UU tentang Wakaf juga mengatur tentang sanksi
administratif. Ini dimaksudkan agar para pengelola di dalam menjalankan amanatnya,
semaksimal mungkin melaksanakan tertib hukum, tertib administrasi, tertib pengelolaan,
dan tertib pertanggungjawaban dan pelaporan.
DAFTAR PUSTAKA
Rofiq, Ahmad. Hukum Perdata Islam Di Indonesia. (Depok : Rajawali Pers). 2021.
Mujahidin, Ahmad. Hukum Wakaf Di Indonesia. (Jakarta : Kencana). 2021.
M. Athoillah. Hukum Wakaf. (Bandung : Yrama Widya). 2014.
Rofiq, Ahmad. Hukum Perdata Islam Di Indonesia. (Jakarta: Raja Grafindo
Persada,2013)
Budiman, Achmad Arief, Hukum Wakaf Administrasi, Pengelolaan dan Pengembangan,
(Semarang: Karya Abadi Jaya, 2015)