Ibadah Dibagi Menjadi Dua Bentuk Yaitu Ibadah Mahdlah Dan Ibadah Ghairu Mahdlah

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 4

1. Ibadah dibagi menjadi dua bentuk yaitu ibadah mahdlah dan ibadah ghairu mahdlah.

Coba
jelaskan kedua pengertian berikut, serta berikan contoh masing-masing dari jenis ibadah
tersebut.
2. Tuliskan ayat dan tafsir yang menjelaskan tentang proses penciptaan manusia, serta jelaskan
tahapan penciptaan manusia menurut Al-Qur’an!
3. Al-Quran menyebutkan beberapa istilah untuk menyebut manusia. Jelaskan istilah-istilah
yang digunakan tersebut!
4. Manusia juga disebut sebagai khalifah. Jelaskan langkah-langkah yang dilakukan manusia
untuk merealisasikan peran sebagai khalifah!
5. Islam berjuang untuk tegaknya masyarakat yang beradab dan sejahtera. Jelaskan prinsip-
prinsip untuk menegakkan masyarakat yang beradab dan sejahtera!

JAWABAN

1. Ibadah madlah secara istilah adalah ibadah yang secara umum tidak dapat
terwakilkan seperti Ibadah badaniyah apa itu ibadah badaniyah ibadah badannya
adalah ibadah murni yang berupa gerakan disik tanpa dicampuri komponen lainnya
untuk hal ini Contohnya yaitu salat dan puasa.

badah ghairu mahdhah beda dengan ibadah mahdha ibadah ghairu mahdha secara
umum dapat diwakilkan oleh orang lain yang meliputi ibadah maliyah maddah
adalah ibadah Maria ghairu maddah. ibadah Maria Mahda adalah ibadah yang
menyangkut urusan harta seperti sajakah dan zakat dengan ibadah maliyah Khairu
mahdha adalah ibadah yang dapat kaitannya dengan harta namun juga terkandung
gerakan fisik di dalamnya hal dalam hal ini seperti haji dan umroh .

2. Surah Al-Mu'minun (23:12-14):


"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal)
dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu
segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci Allah
Pencipta yang Paling Baik."
Tafsir: Ayat ini menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari tanah, kemudian menjadi
air mani yang disimpan dalam rahim. Air mani tersebut kemudian berkembang
menjadi segumpal darah, segumpal daging, tulang belulang, dan akhirnya menjadi
makhluk yang berbentuk manusia

3. Basyar (Manusia ada, human being)


Kata basyar terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti penampakan sesuatu
dengan baik dan indah. Dari akar kata yang sama lahir kata basyarah yang berarti
kulit. Manusia dinamai basyar karena kulitnya nampak jelas, dan berbeda dengan
kulit makhluk lain yang tertutupi bulu. Dengan demikian istilah basyar merupakan
gambaran manusia secara materi yang dapat dilihat, memakan sesuatu, berjalan,
dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia dalam pengertian ini
disebutkan di dalam Alquran sebanyak 35 kali dalam berbagai surat. Diantaranya
terdapat dalam surat Al-Anbiyaa: 2-3, Al-Kahfi: 110, Ibrahim: 10, Hud: 26, Al-
Mukminuun: 24 dan 33, As-Syu’araa: 93, Yassin: 15, Al-Isra: 93, dan lain-lain.

Basyar adalah makhluk yang sekedar ada (being). Singkatnya, basyar adalah manusia
dalam arti fisis-biologis. Manusia dilihat sudut fisik tidaklah jauh berbeda dengan hewan.
Manusia bisa makan, minum, tidur, sakit dan mati. Begitu pula hewan. Bahkan, bila manusia
dan hewan dibandingkan dari segi perbuatan nistanya, maka manusia bisa lebih jahat dan
kejam)

Insan/An-Naas (Manusia menjadi, manusia being) Kata insan diambil dari akar kata uns
yang berarti jinak, lawan dari binatang liar; harmonis dan tampak. Namun dari sudut
pandang Alquran, barangkali lebih tepat diambil dari kata nasiya (lupa), atau nasa-yanusu
(berguncang).Insan adalah makhluk yang menjadi (becoming). Ia terus-menerus maju
menuju ke kesempurnaan. Karakter “menjadi” ini membedakan manusia dengan fenomena
lain di alam. Hewan tidak dapat mengubah kondisinya, sedangkan manusia bisa terus
berupaya menyempurnakan dirinya serta berevolusi dengan akal dan ilmu. Di tataran ini,
manusia sudah mulai memiliki perbedaan daripada hewan.Alquran sering kali
memperhadapkan insan dengan jin. Jin adalah makhluk halus yang tidak tampak, sedangkan
manusia memiliki ‘badan kasar’ yang nyata dan berwatak ramah dibanding bangsa jin. Kata
insan digunakan Alquran untuk menunjuk kepada manusia secara menyeluruh dalam jiwa
dan raga.

Sedangkan An-Naas adalah bentuk jamak dari insan. Alquran menyebut manusia sebagai
naas dalam statusnya sebagai makhluk sosial yang bergaul dan bermasyarakat serta dalam
berbagai contoh perilakunya terhadap Tuhan.

Bani Adam : Manusia disebut sebagai Bani Adam untuk merujuk asal-usulnya sebagai
keturunan Nabi Adam AS. Dalam konteks, dari mana seorang manusia berasal, untuk apa dia
hidup, dan kemana dia akan kembali. Penggunaan istilah Bani Adam menunjukkan bahwa
manusia bukan hasil dari evolusi makhluk anthropus (sejenis kera). Manusia dalam
pandangan Al-Quran bukan makhluk anthropomorfisme, yaitu makhluk penjasadan sifat-
sifat Tuhan.Alquran menggambarkan manusia sebagai makhluk theomorfis yang memiliki
sesuatu yang agung di dalam dirinya. Di samping itu manusia dianugerahi akal yang dapat
membedakan nilai baik dan buruk, sehingga membawa ia pada kualitas tertinggi sebagai
makhluk yang bertakwa. Al-Quran memandang manusia sebagai makhluk yang suci dan
mulia, bukan sebagai makhluk yang kotor dan penuh dengan dosa, sebagaimana pandangan
mereka bahwa nabi Adam dan Hawa yang diturunkan dari surga karena melanggar larangan
Allah merupakan asal mula hakikat manusia sebagai pembawa dosa bawaan (turunan).
Alquran memuliakan manusia sebagai makhluk surgawi, yang sedang dalaam perjalanan
menuju kehidupan spiritual yang suci dan abadi di akhirat kelak, meskipun ia harus melewati
rintangan dan cobaan dengan beban dosa ketika melakukan kesalahan di dalam kehidupan
dunia
4. Khalifah Fil Ardhi karya Arif Zulkifli, secara bahasa, khalifah berarti menggantikan
atau menenmpati tempatnya. Khalifah juga memiliki arti wakil Nabi Muhammad,
kepala negara Islam, serta penguasa maupun pengelola

Tugas Manusia sebagai Khalifah


1. Menjaga Keadilan
2. Menjadi Pemimpin
3. Menjaga Lingkungan
4. Beribadah dan Mengenal Allah SWT

5. Berikut adalah beberapa prinsip utama Islam untuk


mencapai masyarakat yang beradab dan sejahtera:

1. Keadilan

Islam mendorong keadilan dalam segala aspek kehidupan, baik dalam sistem hukum,
ekonomi, maupun sosial.Prinsip keadilan ini mengharuskan perlakuan yang sama dan adil
terhadap semua individu tanpa memandang latar belakang, agama, atau status
sosial.Keadilan menjadi dasar bagi stabilitas masyarakat yang beradab dan sejahtera.

2. Persaudaraan dan Toleransi

Islam mengajarkan nilai persaudaraan antar sesama manusia, tidak memandang perbedaan
ras, agama, atau budaya.

Prinsip toleransi menghormati keberagaman dan mempromosikan dialog antar agama dan
budaya, menciptakan lingkungan yang harmonis dan beradab di tengah masyarakat yang
multikultural.

3. Kesejahteraan Sosial

Islam mendorong masyarakat untuk peduli terhadap kesejahteraan sosial dan kesejahteraan
umum. Prinsip ini mendorong pemberdayaan masyarakat yang kurang mampu,
pendistribusian yang adil dari sumber daya, dan penghapusan
kemiskinan.Islam menekankan pentingnya zakat dan sedekah untuk membantu mereka
yang membutuhkan dalam masyarakat.

5. Kebaikan dan Kemurahan Hati

Islam mendorong umatnya untuk berperilaku baik dan memperlihatkan kemurahan hati
terhadap sesama.Prinsip kebaikan ini mendorong umat Muslim untuk memberikan bantuan
dan dukungan kepada orang lain tanpa pamrih, serta menjunjung tinggi nilai-nilai kasih
sayang dan empati terhadap orang lain.

5. Pendidikan dan Pengetahuan

Islam menganggap pendidikan dan pengetahuan sebagai hal yang penting dan wajib
diperoleh oleh setiap Muslim.Prinsip ini mendorong pengembangan pengetahuan dan
keilmuan yang holistik, yang mencakup baik pengetahuan agama maupun pengetahuan
umum, untuk kemajuan individu dan masyarakat.

6. Ketaatan kepada Allah

Islam menekankan pentingnya ketaatan kepada ajaran agama dan ketundukan kepada
kehendak Allah.Prinsip ini memandu umat Muslim untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai
agama, menjalankan ibadah dengan tulus, dan mengedepankan moralitas dan etika dalam
semua aspek kehidupan.

Anda mungkin juga menyukai