Tugas MAKALAH Standar Penilaian BSNP, Strategi Dan Prosedur Penilaian Oleh Kelompok 2 KELAS 4D PGSD (1) - 1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 33

STANDAR PENILAIAN BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

(BSNP), STRATEGI DAN PROSEDUR PENILAIAN


Makalah ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi tugas kelompok pada Mata
Kuliah “Assesmen Pembelajaran” .

Dosen Pengampu :
Ibu Widi Candika Pakaya, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 2 :


Angriani Kasaraeng (15141909)
Alfiana Manengke (151419098)
Nur’ain Seftyani Salsabila Ente (151419095)
Frischa Tahaku (151419096)

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas karunia dan rahmat,
serta kasih sayangNya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Standar Penilaian Badan Standar Nasional Pendidikan (Bsnp), Strategi Dan
Prosedur Penilaian”. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi
besar, Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan
menuju zaman yang terang benderang seperti sekarang ini. Tidak lupa saya
ucapkan terima kasih kepada Ibu Widi Candika Pakaya, S.Pd., M.Pd selaku dosen
pengampu mata kuliah Assesmen Pembelajaran.

Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat


kesalahan dan kekeliruan dalam penyusunannya, baik yang berkenaan dengan
materi pembahasan maupun teknik pengetikan. Walaupun demikian kami sudah
berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan bisa menambah wawasan ilmu
pengetahuan bagi para pembaca dan kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari para pembaca guna memperbaiki kesalah
sebagaimana mestinya dan agar kemampuan kami dalam menyusun makalah
dapat berkembang dengan baik.

Gorontalo, 23 Februari 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...............................................................................................1
B. Perumusan Masalah .....................................................................................................2
C. Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Standar Penilaian Dalam Standar Nasional Pendidikan...............................................3
B. Standar Penilaian Pendidikan Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan..............6
C. Evaluasi Hasil Belajar Oleh Pemerintah......................................................................13
D. Strategi dan Prosedur Penilaian....................................................................................20
E. Teknik Tes dan Non Tes...............................................................................................24

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan..........................................................................................................................27
B. Saran 28
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................29

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Badan Standar Nasional Pendidikan atau yang disebut BSNP adalah badan
mandiri dan independen yang bertugas mengembangkan, memantau pelaksanaan, dan
mengevaluasi standar nasional pendidikan dan mengimplementasikan PP-SNP yang disusun
agar dapat dijadikan Kriteria Minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Adapun lingkup dari Standar Nasional Pendidikan
meliputi 8 standar yaitu: (1) standar isi, (2) standar proses, (3) standar kompetensi lulusan,
(4) standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6) standar
pengelolaan, (7) standar pembiayaan, dan (8) standar penilaian. Berkenaan dengan Standar
Penilaian Pendidikan, Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme,
prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Standar penilaian oleh pendidik
menurut BSNP mencakup standar umum, standar perencanaan, standar pelaksanaan, standar
pengolahan dan pelaporan hasil penilaian serta standar pemanfaatan hasil penilaian. Penilaian
pendidikan oleh pemerintah bertujuan menilai pencapaian kompetensi lulusan secara
nasional pada mata pelajaran tertentu. Hasil Ujian Nasional digunakan sebagai salah satu
pertimbangan untuk pemetaan mutu program, dasar seleksi masuk jenjang pendidikan
berikutnya, penentuan kelulusan peserta didik, pembinaan, dan pemberian bantuan kepada
pihak sekolah dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.
Dengan seiring waktu kebijakan bisa terganti karena setiap pergantian stakeholder
selalu memiliki desain baru untuk model pendidikan nasional. Dilansir dari kompas.com,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (MENDIKBUD RI) Nadiem
Makarim menyatakan bahwa Ujian Nasional (UN) akan terubah formatnya menjadi asesmen
kompetensi. karena UN yang selama ini dilaksanakan sebagai penilaian akhir dianggap selalu
bertolok ukur pada kognitif dan pemahaman materi, tidak berdasarkan aplikasi yang riil
untuk pencapaian kemampuan siswa dalam kehidupan nyata. Menurut Nadiem Makarim,
asesmen kompetensi yang digaungkan melalui Kebijakan Merdeka Belajar merupakan hasil
audiensi dan kesepakatan dari berbagai seluruh pihak terkait seperti siswa, wali murid, guru

1
dan stakeholder lainya dalam ranah pendidikan, asesmen kompetensi ini disusun agar guru
dapat secara mandiri melaksanakan penilaian terhadap siswanya

1.2 Perumusan masalah


a. Bagaimana Standar Penilaian Dalam Standar Nasional Pendidikan?
b. Bagaimana Standar Penilaian Pendidikan Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan?
c. Bagaimana Evaluasi Hasil Belajar Oleh Pemerintah?
d. Bagaimana Strategi dan Prosedur Penilaian dalam Asesmen Pembelajaran?
e. Bagaimana Melakukan Tenik Tes dan Non Tes?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui Standar Penilaian Dalam Standar Nasional Pendidikan
b. Untuk mengetahui Standar Penilaian Pendidikan Menurut Badan Standar Nasional
Pendidikan
c. Untuk mengetahui Evaluasi Hasil Belajar Oleh Pemerintah
d. Untuk Mengetahui Strategi dan Prosedur Penilaian?
e. Untuk Mengetahui Bagaimana Melakukan Teknik Tes dan Non Tes

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 STANDAR PENILAIAN DALAM STANDAR PENDIDIKAN

Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 35 Ayat (3) dijelaskan bahwa pengembangan
standar nasional pendidikan serta pemantauan dan pelaporan pencapaiannya secara nasional
dilaksanakan oleh suatu badan standardisasi, penjaminan, dan pengendalian mutu pendidikan,
yang kemudian eksistensi dari badan tersebut dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah No. 19
tahun 2005, pada Pasal 73 sampai Pasal 77, badan standardisasi, penjaminan, dan
pengendalian mutu pendidikan tersebut, disebut dengan Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP). Pada pasal-pasal tersebut dijelaskan secara tegas bahwa Badan Standar Nasional
Pendidikan yang selanjutnya disebut BSNP adalah badan mandiri dan independen yang
bertugas mengembangkan, memantau pelaksanaan, dan mengevaluasi standar nasional
pendidikan. BSNP berkedudukan di ibu kota wilayah Negara Republik Indonesia yang berada
di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri. Dijelaskan lebih jauh bahwa dalam
menjalankan tugas dan fungsinya BSNP bersifat mandiri dan profesional. Selanjutnya
mengenai keanggotaan BSNP dijelaskan pada Pasal 74 yang menyatakan bahwa:
Keanggotaan BSNP berjumlah gasal, paling sedikit 11 (sebelas) orang dan paling banyak 15
(lima belas) orang. Anggota BSNP ini terdiri atas ahli-ahli di bidang psikometri, evaluasi
pendidikan, kurikulum, dan manajemen pendidikan yang memiliki wawasan, pengalaman,
dan komitmen untuk peningkatan mutu pendidikan. Ditambahkan bahwa keanggotaan BSNP
diangkat dan diberhentikan oleh Menteri untuk masa bakti 4 (empat) tahun. Dalam
menjalankan fungsinya BSNP dipimpin oleh seorang ketua dan seorang sekretaris yang
dipilih oleh dan dari anggota atas dasar suara terbanyak, sedang untuk membantu kelancaran
tugasnya BSNP didukung oleh sebuah sekretariat yang secara ex-officio diketuai oleh pejabat
departemen yang ditunjuk oleh menteri, di samping itu BSNP dapat menunjuk tim ahli yang
bersifat ad-hoc sesuai kebutuhan. Pasal 76, PP No. 19 Tahun 2005 dinyatakan bahwa tugas
utama BSNP adalah membantu Menteri dalam mengembangkan, memantau, dan
mengendalikan standar nasional pendidikan. Ditegaskan pada ayat berikutnya bahwa standar
yang dikembangkan oleh BSNP berlaku efektif dan mengikat semua satuan pendidikan secara

3
nasional setelah ditetapkan dengan Peraturan Menteri. Ketentuan tentang tugas dan wewenang
BSNP tertuang pada ayat (3) yang menyatakan bahwa untuk melaksanakan tugas-tugasnya
BSNP mempunyai wewenang untuk: a. mengembangkan Standar Nasional Pendidikan; b.
menyelenggarakan ujian nasional; c. memberikan rekomendasi kepada pemerintah dan
pemerintah daerah dalam penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan; d. merumuskan
kriteria kelulusan dari satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Ditambahkan, pada Pasal 77 bahwa dalam menjalankan tugasnya, BSNP didukung dan
berkoordinasi dengan departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama, dan
dinas yang menangani pendidikan di provinsi/kabupaten/kota.
Standar Nasional Pendidikan disusun oleh pemerintah agar dapat dijadikan kriteria
minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah Indonesia. Sehingga Standar Nasional
pendidikan dijadikan sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
pendidikan dalam rangka untuk mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu.
Pemerintah menetapkan beberapa standar yang merupakan lingkup dari standar
nasional pendidikan yang tertuang dalam Pasal 1 ayat (17) Undang-undang nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Yungto Pasal 1 Ayat (1) PP No. 19 2005 yaitu
sebagai berikut:
1. Standar isi. Secara umum, standar isi mencakup sasaran (goal) yang mencakup segala
sesuatu yang terdiri dari berbagai aspek yang akan dicapai dan menjadi pengalaman
peserta didik.
2. Standar proses adalah standar berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan
pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Proses pembelajaran pada satuan
pendidikan harus diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan dan
menantang, dapat memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Oleh karena itu, pada pelaksanaan
pembelajaran satuan pendidikan dituntut untuk mampu melakukan perencanaan,
pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya
pembelajaran yang efektif dan efisien.
3. Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Standar kompetensi lulusan digunakan sebagai pedoman

4
penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan, yang meliputi
kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran. Adapun standar
kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
4. Standar pendidik dan tenaga kependidikan.Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik
dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik yang
dimaksudkan adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang
pendidik yang dibuktikan dengan ijazah atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
5. Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah,
perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan
berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.
6. Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan
pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas
penyelenggaraan pendidikan.
7. Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi
satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun. Dijelaskan bahwa pembiayaan
pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal.
8. Standar penilaian adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme,
prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.
Dari uraian tersebut bila dicermati lebih bijak, kita akan memahami bahwa
standar penilaian merupakan salah satu bagian dari Standar Nasional Pendidikan yang
berkaitan dengan prosedur, mekanisme dan penilaian terhadap hasil belajar peserta didik.
Ada tiga jenis penilaian yang menjadi amanat pada peraturan pemerintah yaitu: (1)
penilaian yang dilakukan secara terus menerus oleh pendidik untuk memantau proses,
kemajuan, dan perbaikan hasil pembelajaran, (2) penilaian yang dilakukan oleh satuan

5
pendidikan yang bertujuan menilai pencapaian standar kompetensi lulusan yang
didalamnya mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan untuk semua mata pelajaran
sesuai programnya sebagai bentuk transparansi, profesional, pertanggung jawaban
lembaga, (3) penilaian yang dilakukan oleh pemerintah bertujuan untuk menilai
pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu. Dalam
pelaksanaannya penilaian yang dilakukan oleh pemerintah diserahkan kepada BNSP.

2.2 STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN MENURUT BADAN STANDAR


NASIONAL PENDIDIKAN
2.2.1 Standar Penilaian Pendidikan
Penilaian pendidikan merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian otentik, penilaian
diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester,
ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian
nasional, dan ujian sekolah/madrasah. Dalam Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013
tentang Standar Penilaian Pendidikan disebutkan bahwa penilaian hasil belajar peserta
didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-prinsip
sebagai berikut:
a. Objektif, berarti penilaian berbasis pada standardan tidak dipengaruhi faktor
subjektivitas penilai.
b. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu
dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan.
c. Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporannya.
d. Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusan dapat diakses oleh semua pihak.
2.2.2 Standar penilaian oleh pendidik
Standar penilaian oleh pendidik menurut BSNP mencakup standar umum, standar
perencanaan, standar pelaksanaan, standar pengolahan dan pelaporan hasil penilaian
serta standar pemanfaatan hasil penilaian.

6
a. Standar umum penilaian
Standar umum penialaian adalah aturan main dari aspek-aspek umum dalam
pelaksanaan penilaian. BSNP menjabarkan standar umum penilaian ini ke dalam
beberapa prinsip sebagaimana berikut:
1. Pemilihan teknik penilaian disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran
serta jenis informasi yang ingin diperoleh dari psereta didik.
2. Informasi yang dihimpun mencakup ranah-ranah yang sesuai dengan standar isi
dan standar kompetensi lulusan.
3. Informasi mengenai perkembangan perilaku peserta didik dilakukan secara
berkala pada kelompok mata pelajaran masing-masing.
4. Pendidik harus selalu mencatat perilaku peserta didik yang menonjol, baik yang
bersifat positif maupun negatif dalam buku catatan perilaku.
5. Melakukan sekurang-kurangnya tiga kali ulangan harian menjelang ulangan
tengah semester, dan tiga kali menjelang ulangan akhir semster.
6. Pendidik harus menggunakan teknik penilaian yang bervariasi sesuai dengan
kebutuhan.
7. Pendidik harus memeriksa dan memberikan balikan kepada peserta didik atas
hasil kerjanya sebelum memberikan tugas lanjutan.
8. Pendiidik harus memeiliki catatan kumulatif tentang hasil penilaian untuk
setiap peserta didik yang berada di bawah tanggung jawabnya. Pendidik harus
mencatat semua kinerja peserta didik untuk menentukan pencapaian kompetensi
peserta didik.
9. Pendidik melakukan ulangan tengah dan akhir semester untuk menilai
penguasaan kompetensi sesuai dengan tuntutan dalam standar kompetensi (SK)
dan standar lulusan (SL).
10. Pendidik yang diberi tugas menangani pengembangan diri harus melaporkan
kegiatan peserta didik kepada wali kelas untuk dicantumkan jenis kegiatan
pengembangan diri pada buku laporan pendidikan.

7
11. Pendidik menjaga kerahasiaan peserta didik dan tidak disampaikan kepada
pihak lain tanpa seizin yang bersangkutan maupun orangtua/wali murid.

b. Standar Perencanaan Penilaian


Kaitannya dengan standar perencanaan penilaian ini, BSNP menetapkan tujuh
prinsip sebagai berikut:
1. Pendidik harus membuat rencan penilaian secara terpadu dengan silabus dan
rencana pembelajarannya. Perencanaan penilaian setidaktidaknya meliputi
komponen yang akan dinilai, teknik yang akan digunakan serta kriteria
pencapaian kompetensi.
2. Pendidik harus mengembangkan kriteria pencapaian kompetensi dasar (KD)
sebagai dasar untuk penilaian.
3. Pendidik menentukan teknik penilaian dan instrumen penilaiannya sesuai
dengan indikator pencapaian KD.
4. Pendidik harus menginformasikan seawal mungkin kepada peserta didik
tentang aspek-aspek yang dinilai dan kriteria pencapaiaannya.
5. Pendidik menuangkan seluruh komponen penilaian ke dalam kisi-kisi
penilaian.
6. Pendidik membuat instrumen berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat dan
dilengkapi dengan pedoman penskoran sesuai dengan teknik penilaian yang
digunakan.
7. Pendidik menggunakan acuan kriteria dalam menentukan nilai peserta didik.

c. Standar Pelaksanaan Penilaian


BSNP menyebutkan dalam pedoman umum, bahwa standar pelaksanaan penilaian
yang dilakukan pendidik meliputi:
1. Pendidik melakukan kegiatan penilaian sesuai dengan rencana penilaian yang
telah disusun di awal kegiatan pembelajaran.
2. Pendidik menganalisis kualitas instrumen dengan mengacu pada persyaratan
instrumen serta menggunakan acuan kriteria.

8
3. Pendidik menjamin pelaksanaan ulangan dan ujian yang bebas dari
kemungkinan terjadinya tindak kecurangan.
4. Pendidik memeriksa pekerjaan peserta didik dan memberikan umpan balik dan
komentar yang bersifat mendidik.

d. Standar Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian


Dalam hal standar pengolahan dan pelaporan hasil penilaian BNSP ditetapkan
beberapa kriteria yang meliputi:
1. Pemberian skor untuk setiap komponen yang dinilai.
2. Penggabungan skor yang diperoleh dari berbagai teknik dengan bobot tertentu
sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.
3. Penentuan satu nilai dalam bentuk angka untuk setiap mata pelajaran, serta
menyampaikan kepada wali kelas untuk ditulis dalam buku laporan pendidikan
masing-masing peserta didik.
4. Pendidik menulis deskriptif naratif tentang akhlak mulia, kepribadian dan
potensi peserta didik yang disampaikan kepada wali kelas.
5. Pendidik bersama wali kelas menyampaikan hasil penilaiannya dalam rapat
dewan guru untuk menentukan kenaikan kelas.
6. Pendidik bersama wali kelas menyampaikan hasil penilaiannya kepada dewan
guru untuk menentukan kelulusan peserta didik pada akhir satuan pendidikan
dengan mengacu pada persyaratan kelulusan satuan pendidikan.
7. Pendidik bersama wali kelas menyampaikan hasil penilaiannya kepada orang
tua/wali peserta didik.

e. Standar Pemanfaatan Hasil Penilaian


BSNP menentukan lima standar pemanfaatan hasil penilaian sebagai berikut:
1. Pendidik mengklasifikasikan peserta didik berdasar tingkat ketuntasan
pencapaian Standar Kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD).
2. Pendidik menyampaikan balikan kepada peserta didik tentang tingkat capaian
hasil belajar pada setiap KD disertai dengan rekomendasi tindak lanjut yang
harus dilakukan.

9
3. Bagi peserta didik yang belum mencapai standar ketuntasan, pendidik harus
melakukan pembelajaran remidial agar setiap peserta didik dapat mencapai
standar ketuntasan yang dipersyaratkan.
4. Kepada peserta didik yang telah mencapai standar ketuntatasan yang
dipersyaratkan dan dianggap memiliki keunggulan, pendidik dapat memberikan
layanan pengayaan.
5. Pendidik menggunakan hasil penilaian untuk mengevaluasi efektifitas kegiatan
pembelajaran dan merencanakan berbagai upaya tindak lanjut.
2.2.3 Standar Penilaian oleh Satuan Pendidikan
Seperti yang tertuang dalam pasal 63 PP. No. 19/2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, baik itu pendidikan dasar dan menengah atau perguruan tinggi, penilaian
hasil belajar tidak hanya dilakukan oleh pendidik saja, melainkan juga dilakukan oleh
satuan pendidikan. Menurut BSNP, terdapat dua standar pokok yang harus diperhatikan
dalam penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, yaitu:
a. Standar penentuan kenaikan kelas, yang terdiri atas tiga hal pokok, yaitu:
1) Pada akhir tahun pelajaran, satuan pendidikan menyelenggarakan ujian kenaikan
kelas.
2) Satuan pendidikan menentukan Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) pada
setiap mata pelajaran. SKBM tersebut harus ditingkatkan secara berencana dan
berkala.
3) Satuan pendidikan menyelenggarakan rapat Dewan pendidikan untuk menentukan
kenaikan kelas setiap peserta didik.
b. Standar penentuan kelulusan
1) Pada akhir jenjang pendidikan, satuan pendidikan menyelenggarakan ujian sekolah
pada kelompok mata pelajaran IPTEKS.
2) Satuan pendidikan menyelenggarakan rapat dewan pendidikan untuk menentukan
nilai akhir peserta didik pada: a) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;
b) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; c) Kelompok mata
pelajaran estetika, dan d) Kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga dan kesehatan
untuk menentukan kelulusan. 3)Satuan pendidikan menentukan kelulusan peserta
didik berdasarkan kriteria kelulusan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No.

10
10/2005 pasal 72 ayat (1) yang menyaakan bahwa peserta didik dinyatakan lulus dari
satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah: a) Menyelesaikan
seluruh program pembelajaran,b) Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian
akhir untuk mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dam akhlak mulia,
kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata
pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga dan kesehatan, c)
Lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
teknologi; dan d)Lulus ujian nasional.

2.2.4 Standar Penilaian Pendidikan pada Kurikulum 2013


Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau variable. Jadi penilaian
autentik adalah proses pengumpulan informasi tentang perkembangan dan pencapaian
pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu
mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan
pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai. Berdasarkan lampiran
Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tantang Standar Penilaian yang dilakukan
secara komperhensif untuk menilai, mulai dari proses hingga keluar (output)
pembelajaran. Penilaian autentik mencakup ranah sikap, keterampilan, dan
pengetahuan.1. Macam-macam Penilaian Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria
mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.
Penilaian dalam kurikulum 2013 mengacu pada Permendikbud Nomor 66 Tahun
2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Standar penilaian bertujuan untuk
menjamin (1) perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang
akan dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian, (2) pelaksanaan penilaian
peserta didik secara professional, terbuka, edukatif, efektif, efisien, dan sesuai dengan
konteks social budaya, (3) pelaporan hasil penilaian peserta didik secara objektif,
akuntabel, dan inofatif. Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan
pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik
mencakup: penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan,
ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat

11
kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian
sekolah/madrasah, yang diuraikan sebagai berikut.
a. Penilaian Otentik
Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk
menilai mulai dari masukan (input), proses,dan keluaran (output) pembelajaran.
b. Penilaian Diri
Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta didik
secara reflektif untuk membandingkan posisi relatifnya dengan kriteria yang telah
ditetapkan.
c. Penilain Berbasis Portofolio
Penilaian berbasis portofolio merupakan penilaian yang dilaksanakan untuk
menilai keseluruhan entitas proses belajar peserta didik termasuk penugasan
perseorangan dan/atau kelompok di dalam dan/atau di luar kelas khususnya pada
sikap/perilaku dan keterampilan.
d. Ulangan
Ulangan merupakan proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian
kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk
memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik.
e. Ulangan Harian
Ulangan harian merupakan kegiatan yang dilakukan secara periodic untuk menilai
kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi Dasar (KD) atau
lebih.
f. Ulangan Tengah Semester
Ulangan tengah semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 – 9
minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan tengah semester meliputi
seluruh indikator yang merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut.
g. Ulangan Akhir Semester
Ulangan akhir semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester. Cakupan

12
ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua KD pada
semester tersebut.
h. Ulangan Tingkat Kompetensi
Ujian Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UTK merupakan kegiatan
pengukuran yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk mengetahui pencapaian
tingkat kompetensi. Cakupan UTK meliputi sejumlah Kompetensi Dasar yang
merepresentasikan Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi tersebut.
i. Ujian Mutu Pendidikan Kompetensi
Ujian Mutu Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UMTK merupakan
kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengetahui
pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UMTK meliputi sejumlah Kompetensi
Dasar yang merepresentasikan Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi tersebut.
j. Ujian Nasional
Ujian Nasional yang selanjutnya disebut UN merupakan kegiatan pengukuran
kompetensi tertentu yang dicapai peserta didik dalam rangka menilai pencapaian
Standar Nasional Pendidikan, yang dilaksanakan secara nasional.
k. Ujian Sekolah/Madrasah
Ujian Sekolah/Madrasah merupakan kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi
di luar kompetensi yang diujikan pada UN, dilakukan oleh satuan pendidikan.

2.3 Evaluasi hasil belajar oleh pemerintah


Dinamika perkembangan pendidikan nasional di Republik Indonesia selalu
mengalami pergantian kebijakan. Kebijakan terganti karena setiap pergantian stakeholder
selalu memiliki desain baru untuk model pendidikan nasional. Dilansir dari kompas.com,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (MENDIKBUD RI) Nadiem
Makarim menyatakan bahwa Ujian Nasional (UN) akan terubah formatnya menjadi
asesmen kompetensi. Menurut Nadiem Makarim, asesmen kompetensi yang digaungkan
melalui Kebijakan Merdeka Belajar merupakan hasil audiensi dan kesepakatan dari
berbagai seluruh pihak terkait seperti siswa, wali murid, guru dan stakeholder lainya
dalam ranah pendidikan, asesmen kompetensi ini disusun agar guru dapat secara mandiri
melaksanakan penilaian terhadap siswanya (KEMENDIKBUD RI, 2019).Kemandirian

13
sifat penyusunan asesmen kompetensi untuk perubahan UN tetap terorganisir pada
gagasan KEMENDIKBUD RI. Dilansir dari Tempo.co, MENDIKBUD RI menekankan
bahwa penyusunan asesmen kompetensi berbasis pada penilaian daya nalar menggunakan
bahasa (literasi) dan daya nalar berbasis data angka (numerasi) yang bertolok ukur dari
konsep Programme for International Student Assessment (PISA). Konsep penilaian ini
merupakan kemampuan dasar yang harus dikuasai oleh siswa dalam model pendidikan
setelah UN terakhir pada tahun 2020. Literasi dan numerasi dapat digunakan sebagai
modal dasar bagi siswa untuk memahami teknis dan konsep dalam mata pelajaran secara
berkelanjutan. Adapun UN yang selama ini dilaksanakan sebagai penilaian akhir selalu
bertolok ukur pada kognitif dan pemahaman materi, tidak berdasarkan aplikasi yang riil
untuk pencapaian kemampuan siswa dalam kehidupan nyata. Wacana perubahan ini dapat
menimbulkan tantangan baru bagi seluruh pihak terkait, baik siswa, guru, maupun
stakeholder lainya. Asesmen nasional merupakan suatu program yang dibuat oleh
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim Asesmen nasional akan
dijadikan pengganti Ujian Nasional (UN) pada tahun 2021, pada asesmen nasional
peserta didik tidak akan dititik beratkan pada pemaham materi kurikulum ataupun
berdasarkan mata pelajaran, namun akan diarahkan kepada dua kompetensi minimum
yaitu literasi membaca dan numerisasi. Literasi membaca dalam konteks asesmen
nasional bukan hanya kemampuan membaca peserta didik, namun juga pemahaman
peserta didik tentang menganalisis suatu teks dan memahami makna teks tersebut.
Numerisasi pada asesmen nasional berarti kemampuan perserta didik dalam menganaliss
menggunakan angka.
Asesmen nasional sebagai pengganti Ujian Nasional memiliki tujuan untuk
menghasilkan informasi menggenai peserta didik, kemudian informasi peserta didik
tersebut digunaakan oleh pendidik untuk meningkatkan kualitas kegiatan belajar
mengajar, hasil dari tujuan tersebut ialah adanya peningkatan hasil belajar peserta didik
kegiatan asesmen nasional dibagi menjadi tiga tahapan yaitu Asesmen Kompetensi
Minimum (AKM), Survei Karakter, Survei Lingkungan Belajar .

14
Asesmen Kompetensi Minimum terdiri dari dua hal yaitu literasi membaca dan
numerisasi, pada tahap ini peserta didik akan diuji untuk memahami, menganalisis suatu
teks bacaan dan suatu persoalan analisis menggunakan angka.
Survei Karakter merupakan kegiatan yang akan dilakukan oleh peserta didik
untuk mengetahui hasil belajar sosial emosional pribadi berdasarkan nilai pada pancasila
seperti beriman kepada Tuhan YME, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri,
bernalar kritis, kreatif
Survei Lingkungan Belajar merupakan pengumpulan informasi mengenai kualitas
pembelajatran dan lingkungan pembelajaran sekolah. Pada tahapan ini dilaksanakan oleh
kepala sekolah, pendidik, dan peserta didik. Survei lingkungan belajar ini dilakukan
dengan tujuan meningkatkan tingkat sarana dan prasaran pembelajaran disekolah.
Asesmen Nasional ini akan dilaksanakan berbeda dengan Ujian Nasional, jika Ujian
Nasional dilaksanakan pada kelas 6 untuk SD, kelas 9 untuk SMP, dan kelas 12 untuk
SMA. Hal itu berbeda pada Asesmen Nasional, Asesmen Nasional akan dilaksanakan
pada kelas 5 untuk SD, kelas 8 untuk SMP, dan kelas 11 untuk SMA, Asesmen Nasional
meruapakan suatu ide yang sangat bagus dan juga perkembangan dari sistem sebelumnya,
kemudian asesmen nasional juga sangat baik untuk peserta didik dikarenakan peserta
didik tidak hanya menghafal teori saja, melainkan mulai mempelajari konsep dasar
pemikiran seperti literasi membaca dan numerisasi.
Penulis merumuskan argumentasi analisis dampak sebagai peluang yang dapat
terjadi jika sistem UN tergantikan dengan asesmen kompetensi. Analisis dampak yang
dirumuskan berdasarkan kajian perspektif penulis dalam isu pendidikan nasional
Republik Indonesia. Studi kasus dalam argumentasi ini menilik pada fakta lapangan yang
umum terjadi. Disamping itu, penulis juga merumuskan problem-solving dari analisis
dampak yang berdasarkan pada Kebijakan Merdeka Belajar. Berikut analisis dampak dari
kajian perspektif penulis:
a) kreatifitas guru dalam inovasi pembelajaran;
b) sistem Teacher Centered Learning (TCL) tidak akan berdampak komprehensif untuk
memahami kompetensi siswa;
c) penggunaan buku ajar akan terpangkas dalam Kegiatan Belajar dan Mengajar (KBM).

15
1. Kreatifitas Guru dalam Inovasi Pembelajaran Wacana pelaksanaan asesmen
kompetensi ini membuat guru harus lebih kreatif dalam menentukan bahan
penilaian. Hal ini akan mempengaruhi kebiasaan guru yang mengacu pada silabus
tanpa adanya improvisasi model pembelajaran dan berlaku konservatif pada
model pembelajaran yang konvensional. Sedangkan, gagasan memberlakukan
konsep literasi dan numerasi yang disusun secara mandiri oleh guru merupakan
model penilaian yang bersifat progresif. Sehingga, target Kebijakan Merdeka
Belajar tidak dapat terlaksana secara komprehensif. Hal diatas menujukkan bahwa
guru dituntut untuk kreatif mengembangkan penilaian bagi siswanya. Upaya
pemerataan kualitas guru dalam melaksanakan penilaian berbasis literasi dan
numerasi dapat dimulai sejak dini melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP). MGMP merupakan wadah perkumpulan bagi para guru mata pelajaran
yang berada di suatu sanggar, sekolah kabupaten/kota yang berfungsi sebagai
sarana berkomunikasi, belajar, bertukar pikiran dan pengalaman dalam rangka
meningkatkan kinerja guru sebagai praktisi/pelaku perubahan reorientasi
pembelajaran di kelas (Anwar: 2011: 1).4 Melalui pengertian diatas, MGMP
dapat membantu guru dalam mengembangkan inovasi pembelajaran didaerahnya.
Selain itu, KEMENDIKBUD dapat melaksanakan Bimbingan Teknis Kebijakan
Merdeka Belajar kepada jajaran stakeholder dibawah-bawahnya.Bimbingan teknis
yang berjangka panjang dapat mempengaruhi kualitas inovasi pembelajaran guru.
Pelaksanaan bimbingan teknis tidak hanya diselenggarakan sekali saja, melainkan
lebih dari sekali dalam jangka panjang untuk melaksanakan skema bimbingan
teknis diatas secara maksimal. Alhasil guru mendapatkan umpan balik inovasi
pembelajaran dari bimbingan teknis yang akan diimplementasikan dalam satuan
pendidikanya. Pelaksanaan asesmen kompetensi awal bagi guru dapat
dilaksanakan dalam skala kecil pada satuan pendidikanya semisal di dalam kelas.
Dalam pelaksanaanya guru dapat menengarai hambatan awal dan tantangan, lalu
melaporkan hasil kajianya dalam bimbingan teknis selanjutnya bersama MGMP.
Sehingga, guru dapat melaksanakan asesmen kompetensi secara massal bersama-
sama dalam satuan pendidikanya.

16
2. Pendekatan Teacher Centered Learning (TCL) Tidak Akan Berdampak
Komprehensif untuk Memahami Kompetensi Siswa Kegiatan Belajar dan
Mengajar (KBM) di Indonesia masih umum dilaksanakan dengan metode
pembelajaran konvensional (Teacher Centered Learning). Metode pembelajaran
konvensional adalah metode pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan
metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah digunakan sebagai alat
komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan
pembelajaran. Dalam pembelajaran sejarah metode konvensional ditandai dengan
ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan
(Djamarah dalam Kholik: 2011).5 Menurut Helmiati (2016: 24) proses belajar
mengajar konvensional umumnya berlangsung satu arah yang merupakan transfer
atau pengalihan pengetahuan, informasi, norma, nilai, dan lain-lainnya dari
seorang pengajar kepada siswa. Proses semacam ini dibangun dengan asumsi
bahwa peserta didik ibarat botol kosong atau kertas putih. Guru atau pengajarlah
yang harus mengisi botol tersebut atau menulis apapun di atas kertas putih
tersebut.6 Kurikulum 2013 menghendaki pembelajaran yang terpusat pada siswa,
tetapi pada implementasinya guru mendominasi untuk sekadar transfer ilmu
pengetahuan dan akhlak. Karena guru mendominasi KBM, peran siswa sebagai
subjek utama pendidikan dan pembelajaran hanya mendapat ruang yang sempit
untuk menujukkan kemampuanya atas pencapaian pembelajaran. Menurut kajian
perspektif penulis, asesmen kompetensi memiliki pendekatan Student Centered
Learning (SCL). SCL merupakan pendekatan pembelajaran terpusat pada siswa,
guru berperan sebagai supervisor (motivator, fasilitator, dan inovator) yang
melaksanakan kegiatan belajar dan mengajar secara inklusif dalam membantu
pemecahan masalah siswa (Antika: 2014: 3).7 SCL merupakan gambaran untuk
implementasi asesmen kompetensi bagi siswa, karena seluruh aspek literasi dan
numerasi kembali kepada pencapaian masing-masing siswa. Sehinga, metode
pembelajaran konservatif yang sekadar transfer ilmu pengetahuan dan akhlak saja
tidak dapat menjadi tolok ukur bagi pelaksanaan asesmen kompetensi. Problem-
solving untuk memecahkan problema tersebut ialah dengan cara memperbesar
peran siswa dalam KBM.

17
Guru dapat mengajak siswa untuk: a) brainstorming isu dalam pembelajaran;
b) saling bertukar pendapat atas hasil analisinya; c) mengajak setiap siswa untuk
belajar untuk menjadi guru atas teman-temanya dengan cara presentasi kelas; d)
merefleksikan pembelajaran terhadap siswa. Peran guru dalam contoh diatas ialah
sebagai supervisor bagi siswanya. Pembiasaan diatas dapat membuat siswa untuk
tidak takut berbuat salah atas pemikiranya, karena salah pada saat pembelajaran
lebih baik daripada ditutup-tutupi oleh siswa. Atas tindakan tersebut siswa dapat
belajar mengekspresikan dirinya, pemikiranya bersama dengan masyarakat kelas
yang ada didalamnya. Karena siswa mampu berekspresi dan menunjukkan
kemampuanya dalam KBM, dapat mempermudah guru dalam melaksanakan
asesmen kompetensi. Sehingga, Kebijakan Merdeka Belajar yang digaungkan
oleh MENDIKBUD RI dapat menjadi kebijakan riil merdeka.
3. Penggunaan Buku Ajar Akan Terpangkas dalam Kegiatan Belajar dan Mengajar
(KBM) Pelaksanaaan instrumen asesmen kompetensi akan memangkas media
buku ajar dalam Kegiatan Belajar dan Mengajar (KBM). Buku ajar cenderung
membuat siswa hanya sekadar hafalan materi dan terpaku pada isi buku yang
menjadi acuan pembelajaran. Hafalan inilah yang menjadi ujung penilaian dalam
UN saat ini, yang mana siswa dituntut untuk menghafalkan bacaan dan
pemecahan rumus yang menyita waktu. Model tersebut membuat siswa, wali
murid, dan guru terbebani waktu, tenaga dan pikiran. Alhasil setelah UN dilalui,
ilmu yang dihafalkan oleh siswa tidak digunakan pada jenjang selanjutnya. Aspek
hafalan tidak cukup untuk membuat siswa tumbuh dan berkembang dalam
instrumen asesmen kompetensi. Sehingga media buku ajar perlu dikombinasikan
dengan metode pembelajaran yang lain. Instrumen asesmen kompetensi
cenderung mengajak siswa untuk mengobservasi dan menganalisis suatu objek
pembelajaran. MENDIKBUD RI mengharapkan bila KBM tidak hanya
dilaksanakan didalam kelas, melainkan observasi diluar ruangan. Sedangkan
metode pembelajaran yang sekadar menggunakan buku ajar tidak relevan untuk
melaksanakan rangkaian asesmen kompetensi yang berpotensi membuat tujuan
penilaian ini cidera ditengah jalan. Menurut kajian perspektif penulis, penggunaan
media buku ajar dapat dikombinasikan dengan metode learning by doing sebagai

18
bentuk implementasi langsung. Metode pembelajaran learning by doing atau
dalam bahasa Indonesia disebut belajar sambil melakukan merupakan salah satu
metode dengan hasil belajar paling optimal. Metode pembelajaran learning by
doing merupakan metode pembelajaran langsung tanpa proses ceramah, tanpa
penggunaan prototipe, dan tanpa simulasi terlebih dahulu atau secara sederhana
dilakukan sebagai suatu proses natural tanpa mengada-ada akan mencapai hasil
akhir pendidikan paling tinggi. Pembelajaran dengan melakukan juga menyisakan
pengalaman yang akan diingat karena benar-benar dilakukan secara langsung.
Contohnya ialah ketika seseorang dihadapkan pada persoalan yang sama dan
pernah dilakukan sebelumnya melalui proses belajar metode ini maka orang akan
semakin mudah untuk mengingat apa yang telah dipelajari (Suyatno dalam
Permono: 2020: 5).8 Implementasi metode pembelajaran learning by doing dapat
dilaksanakan dimana saja. Metode ini mengajak siswa untuk melakukan suatu
pembelajaran dengan implementasi secara langung. Lingkungan sekitar sekolah
maupun lingkungan diluar sekolah dapat menjadi objek pembelajaran. Sebagai
contoh seorang Guru Mata Pelajaran Sejarah dapat mengajak siswa kelas 10
sekolah menengah untuk mengujungi situs prasejarah atau situs sejarah. Guru
tersebut dapat mengajak siswa untuk mengobservasi dan menganalisis artefak,
kerajinan, bangunan dan peninggalan yang lainya. Metode pembelajaran learning
by doing dapat dikombinasikan dengan penggunaan media buku ajar. Pengalaman
konservatif siswa akan model yang lama tidak akan berubah secara drastis dengan
implementasi asesmen kompetensi yang baru bagi seluruh aspek pendidikan.
Sehingga implementasi asesmen kompetensi tidak membuat siswa terbebani
dengan metode yang baru, melainkan dapat membantu proses penyerapan materi
pembelajaran secara komprehensif bagi siswa. Berikut implikasi atas kombinasi
buku ajar dengan learning by doing: a) menerima teori materi pembelajaran dari
pemaparan guru dan buku ajar; b) melakukan observasi terhadap objek yang
tersusun dalam teori materi pembelajaran; c) menganalisis korelasi objek dengan
teori materi pembelajaran yang diterima; d) mendiskusikan hasil observasi dan
analisis bersama siswa lain dan guru sebagai supervisor; e) merefleksikan hasil
KBM untuk persiapan asesmen kompetensi.

19
2.4 STRATEGI DAN PROSEDUR PENILAIAN
2.4.1 Langkah-Langkah Pokok Asesmen Pembelajaran
1. Menyususun Rencana Asesmen atau Evaluasi Hasil Belajar
Dalam merencanakan asesmen atau evaluasi hasil belajar, Anda
perlu melakukan setidaknya enam hal, yaitu:
a) Merumuskan tujuan dilakukannya asesmen atau evaluasi, termasuk
merumuskan tujuan terpenting dari diadakannya asesmen. Hal ini
perlu dilakukan agar arah proses asesmen jelas.
b) Menetapkan aspek-aspek yang akan dinilai, apakah aspek kognitif,
afektif, atau psikomotor.
c) Memilih dan menentukan teknik yang akan digunakan. Anda bisa
menentukan apakah akan menggunakan teknik tes ataukah non tes.
Dari sejumlah teknik tes atau non tes yang ada, Anda juga masih
harus menentukan mana yang akan digunakan dengan
memperhatikan ciri-ciri dari masingmasing teknik serta memahami
beberapa kelebihan dan kekurangannya.
d) Menyusun instrumen yang akan dipergunakan untuk menilai
proses dan hasil belajar para peserta didik. Sejumlah instrumen
yang mungkin digunakan adalah butir-butir soal tes (test item),
daftar cek (check list), rating scale, panduan wawancara, dan lain-
lain.
e) Menentukan metode penskoran jawaban siswa. Dengan kata lain
Anda harus memutuskan tolok ukur, norma atau kriteria yang akan
dijadikan pegangan atau patokan dalam menginterpretasi data hasil
evaluasi. Misalnya saja, apakah Anda akan menggunakan Penilaian
Beracuan Patokan (PAP) ataukah menggunakan Penilaian
Beracuan Kelompok atau Norma (PAN).
f) Menentukan frekuensi dan durasi kegiatan asesmen atau evaluasi
(kapan, berapa kali, dan berapa lama).
g) Mereviu tugas-tugas asesmen Setelah Anda menyusun tugas
asesmen, seyogyanya Anda meminta bantuan pihak lain untuk

20
mencermatinya sebelum mencantumkannya pada instrumen
asesmen. Dengan meminta bantuan pihak lain, Anda akan
mengetahui apakah kalimat Anda bisa dipahami orang lain, apakah
struktur kalimat yang kita gunakan sudah tepat, apakah tidak
terjadi pengulangan, dan seterusnya.

2. Menghimpun Data

Dalam kegiatan ini Anda sebagai guru bisa memilih teknik tes
dengan menggunakan tes atau memilih teknik non tes dengan melakukan
pengamatan, wawancara atau angket dengan menggunakan instrumen-
instrumen tertentu berupa rating scale, check list, interview guide atau
angket. Ketika melakukan asesmen prestasi peserta didik, para guru harus
memahami situasi dan kondisi lingkungan fisik dan psikologis.
Lingkungan fisik harus tenang dan nyaman. Selama proses asesmen
berlangsung, guru juga harus memonitor jalannya asesmen dan membantu
agar semuanya berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

3. Melakukan Verifikasi Data


Verifikasi data perlu dilakukan agar kita dapat memisahkan data
yang “baik” (yakni data yang akan memperjelas gambaran mengenai
peserta didik yang sedang dievaluasi) dari data yang “kurang baik” (yaitu
data yang akan mengaburkan gambaran mengenai peserta didik).
4. Mengolah dan Menganalisis Data
Tujuan dari langkah ini adalah memberikan makna terhadap data
yang telah dihimpun. Agar data yang terhimpun tersebut bisa dimaknai,
kita bisa menggunakan teknik statistik dan/atau teknik non statistik,
berdasarkan pada mempertimbangkan jenis data.
5. Melakukan Penafsiran atau Interpretasi dan Menarik Kesimpulan
Kegiatan ini pada dasarnya merupakan proses verbalisasi terhadap
makna yang terkandung pada data yang telah diolah dan dianalisis
sehingga menghasilkan sejumlah kesimpulan. Kesimpulankesimpulan

21
yang dibuat tentu saja harus mengacu pada sejumlah tujuan yang telah
ditentukan di awal.

6. Menyimpan Instrumen Asesmen dan Hasil Asesmen


Langkah keenam ini memang perlu disampaikan di sini untuk
mengingatkan para guru, sebab dengan demikian mereka dapat
menghemat sebagian waktunya untuk ha-hal yang lebih baik. Dengan
disimpannya instrumen dan ringkasan dan jawaban siswa, termasuk
berbagai catatan tentang upaya memperbaiki instrumen, sewaktu-waktu
Anda membutuhkan untuk memperbaiki instrumen tes pada tahun
berikutnya maka tidak akan membutuhkan waktu yang lama. Tentu saja,
perubahan disana-sini perlu dilakukan karena isi dan struktur unit
pelajaran yang dipelajari siswa juga telah berubah.
7. Menindaklanjuti Hasil Evaluasi
Berdasarkan data yang telah dihimpun, diolah, dianalisis, dan
disimpulkan maka Anda sebagai guru atau evaluator bisa mengambil
keputusan atau merumuskan kebijakan sebagai tindak lanjut konkret dari
kegiatan penilaian. Dengan demikian, seluruh kegiatan penilaian yang
telah dilakukan akan membawa banyak manfaat karena terjadi berbagai
perubahan dan atau perbaikan. Sementara itu, senada dengan apa yang
dijelaskan di atas, Badan Standar Nasional Pendidikan Departemen
Pendidikan Nasional (2006) menyatakan bahwa dalam prosedur penilaian,
guru seharusnya menggunakan langkah-langkah sistematis sebagai
berikut.

2.4.2 Beberapa Prinsip Dalam Menentukan Prosedur Asesmen

Jika Anda hendak menghimpun informasi mengenai kemajuan belajar


yang telah dicapai peserta didik, Anda akan dihadapkan pada berbagai teknik baik

22
yang berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar. Mengingat
banyaknya strategi, teknik, maupun prosedur asesmen yang ada, maka Anda perlu
mengetahui beberapa prinsip yang bisa dijadikan pedoman dalam memilih dan
menggunakan asesmen pembelajaran secara bermakna:

a. Sasaran pembelajaran yang akan dinilai asesmen harus jelas.


b. Teknik-teknik asesmen yang Anda pilih harus benar-benar sesuai
dengan masing-masing sasaran pembelajaran.
c. Teknik-teknik asesmen yang dipilih harus benar-benar memenuhi
kebutuhan pembelajar.
d. Jika memungkinkan, untuk masing-masing sasaran pembelajaran harus
digunakan berbagai indikator prestasi pembelajar.
e. Ketika Anda menginterpretasi atau melakukan penafsiran terhadap
hasil asesmen, Anda harus mempertimbangkan kelemahan –
kelemahannya.

2.4.3 Fokus Asesmen di Sekolah Dasar

Untuk siswa Sekolah Dasar, kegiatan asesmen sebagian besar dilakukan


dengan cara:

a. Melakukan observasi atau pengamatan terhadap berbagai kegiatan praktik


dan memecahkan masalah yang dilakukan secara formal.
b. Melakukan kegiatan lisan, yaitu melakukan tanya jawab secara langsung
dengan anak.
c. Melakukan kegiatan tertulis, baik dengan cara mengajukan pertanyaan
secara langsung maupun menulis.
d. Memberikan tes, baik sifatnya informal (disusun oleh guru) maupun yang
formal (Black, et. al., 1989 dalam Conner, 1991)

23
2.5 TEKNIK TES dan NON TES
1. Teknik Tes
Tes yang digunakan di sekolah dasar.
a. Tes Membaca
Di Sekolah Dasar, tes membaca memperoleh tempat yang paling utama
karena kecakapan membaca (reading skill) mempunyai peran kunci untuk
memperoleh segala macam pengetahuan. Meskipun alat dan sumber belajar yang
dapat digunakan peserta didik semakin beraneka ragam (seperti televisi, radio,
situs bersejarah, dan sebagainya), namun buku dan berbagai macam sumber
bacaan lainnya tetap menempati prioritas tertinggi di dalam upaya
mengembangkan ilmu pengetahuan. Kenyataan menunjukkan bahwa kecakapan
membaca yang semakin baik untuk memahami berbagai sumber bacaan semakin
diperlukan ketika seseorang menempuh pendidikan pada jenjang yang lebih
tinggi.
b. Tes Bakat Akademik Kelompok
Tes jenis ini digunakan untuk membantu menafsirkan hasil tes membaca
dan aspek prestasi akademik lainnya. Sesuai dengan namanya tes ini dipersiapkan
secara kelompok.
c. Tes Keterampilan Dasar
Agar memberikan hasil yang optimal, tes jenis ini sebaiknya dilakukan
bersama-sama dengan tes bakat akademik. Sebaiknya tes ini dilakukan setiap
tahun. Namun demikian, jika dengan pertimbangan tertentu hanya dapat
dilakukan sekali dalam setahun, maka sebaiknya diberikan kepada peserta didik
yang duduk di kelas tiga atau kelas empat, sehingga hasil dari tes tersebut bisa
dijadikan dasar untuk merencanakan program pengajaran individual yang
memerlukan pengajaran remedial.
d. Tes Kesiapan Membaca
Anda yang sedang mengajar di Sekolah Dasar kelas satu biasanya
memerlukan panduan terutama ketika hendak membentuk kelompok belajar

24
membaca dan menilai kemajuan siswa. Nah, tes kesiapan membaca ini merupakan
bagian dari panduan tersebut.
e. Tes Intelegensi Individual
Upaya untuk mengetahui kecakapan intelektual secara umum seringkali
dilakukan dengan melakukan tes kelompok. Namun demikian, tidak jarang hasil
tes kecakapan intelektual yang dilakukan secara individual juga diperlukan,
terutama jika ada peserta didik yang mengalami permasalahan terkait dengan
kesulitan belajar atau hal-hal psikologis. Karena kesulitan dan permasalahan yang
dihadapi peserta didik sifatnya sangat pribadi, maka tes intelegensi individual
menjadi sebuah pilihan yang tepat.
f. Tes Hasil Belajar dalam Mata Pelajaran
Kebanyakan dari tes jenis ini dibuat oleh guru sesuai dengan kurikulum
sekolah, sehingga tes ini mendapat tempat yang pertama di antara berbagai jenis
tes yang ada dan digunakan di sekolahsekolah. Namun demikian, tes prestasi ini
masih memiliki sejumlah keterbatasan khususnya terkait dengan kegunaannya
untuk membantu guru membuat keputusan instruksional dalam menilai kurikulum
sekolah. Oleh karena itulah penggunaan tes-tes lainnya sangat dianjurkan untuk
melengkapi penggunaan tes hasil belajar ini.

2. Teknik Non Tes


Dengan teknik non tes, asesmen atau evaluasi proses dan hasil belajar peserta
didik dilakukan tanpa “menguji” peserta didik, melainkan dengan melakukan
observasi atau pengamatan, melakukan wawancara, menyebar angket, dan lain-lain.
a. Pengamatan atau Observasi
Observasi bisa dilakukan secara formal ataupun informal,
terstruktur (structured) maupun tidak terstruktur (unstructured). Ketika
meringkas hasil, Anda bisa menampilkan data dalam bentuk bar atau run
charts. Kemudian umpan balik diberikan kepada para siswa atau pihak-
pihak yang berkepentingan. Diharapkan pihak penerima umpan balik
tersebut melakukan refleksi dan memberikan ide-ide untuk perbaikan.
Jenis-Jenis Observasi:

25
1) Focused Observation (Observasi Terfokus)
2) Systematic Observation (Observasi Sistematik)
3) Open Observation (Observasi Terbuka dan Tidak Spesifik)
b. Interviews (interviu)
Memang kelebihan interviu adalah sifatnya yang personal dan
fleksibel sehingga sangat memungkinkan Anda sebagai guru membangun
hubungan yang positif, saling percaya, dan saling mendukung dengan
setiap siswa tanpa terikat dengan waktu. Artinya, Anda dapat mengajukan
sejumlah pertanyaan baik kepada seorang siswa ataupun sejumlah siswa
sebelum, selama, dan setelah pelajaran baik untuk tujuan asesmen maupun
untuk tujuan pembelajaran.
c. Angket
Seluruh proses pembelajaran memiliki komponen afektif yang
sangat penting perannya bagi anak. Mendapat nilai 100 untuk pelajaran
tertentu bagi anak misalnya, tidak begitu bermakna bila dia membenci
pelajaran tersebut atau bahkan tidak ingin lagi mempelajarinya. Oleh
karena itu berbagai sikap anak perlu diketahui karena keberadaannya
sangat menentukan di dalam proses pembelajaran.

26
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
BSNP adalah badan mandiri dan independen yang bertugas
mengembangkan, memantau pelaksanaan, dan mengevaluasi standar
nasional pendidikan.Pemerintah menetapkan beberapa standar yang
merupakan lingkup dari standar nasional pendidikan yang tertuang dalam
Pasal 1 ayat (17) Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Yungto Pasal 1 Ayat (1) PP No. 19 2005 yaitu : (1)
standar isi, (2) standar proses, (3) standar kompetensi lulusan, (4) standar
pendidik dan tenaga kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6)
standar pengelolaan, (7) standar pembiayaan, dan (8) standar penilaian.
Bila dicermati, Anda akan paham bahwa standar penilaian pendidikan
adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme,
prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian
oleh pemerintah bertujuan menilai pencapaian kompetensi lulusan secara
nasional pada mata pelajaran tertentu. Penilaian oleh pemerintah, dalam
pelaksanaannya diserahkan kepada BSNP. Dinamika perkembangan
pendidikan nasional di Republik Indonesia selalu mengalami pergantian
kebijakan. Dilansir dari kompas.com, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia (MENDIKBUD RI) Nadiem Makarim
menyatakan bahwa Ujian Nasional (UN) akan terubah formatnya menjadi
asesmen kompetensi. Asesmen nasional sebagai pengganti Ujian Nasional
memiliki tujuan untuk menghasilkan informasi menggenai peserta didik,
kemudian informasi peserta didik tersebut digunaakan oleh pendidik untuk
meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar, hasil dari tujuan tersebut
ialah adanya peningkatan hasil belajar peserta didik kegiatan asesmen

27
nasional dibagi menjadi tiga tahapan yaitu Asesmen Kompetensi
Minimum (AKM), Survei Karakter, Survei Lingkungan Belajar .

b. Saran
Kami selaku penyusun makalah ini ingin menyampaikan bahwa
melalui makalah ini semoga para pembaca dapat memahami dengan baik
mengenai materi standar penilaian Badan Standar Nasional Pendidikan
(BNSP) secara mendalam dan mendapat wawasan ilmu pengetahuan lebih
banyak lagi agar kelak dapat menjadikan standar penilaian oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan sebagai acuan dalam mengajar.

28
DAFTAR PUSTAKA

Muta’ali, AhmadJihad.Opini Masyarakat Tentang Asesmen Nasional Sebagai


Pengganti Ujian

Nasional.https://www.academia.edu/44296048/OPINI_MASYARAKAT_
TENTANG_ASESMEN_NASIONAL_SEBAGAI_PENGANTI_UJIAN_
NASIONAL_Studi_kasus_terhadap_Masyarakat_Awam_dan_Masyarakat
_Intelektual . (diakses tanggal 23 Februari 2020)

Nehru, Awandha,Nio.2019. Asesmen Kompetensi Sebagai Bentuk Perubahan


Ujian Nasional Pendidikan Indonesia: Analisis Dampak Dan Problem-
Solving Menurut Kebijakan Merdeka Belajar.
https://www.academia.edu/42222001/ASESMEN_KOMPETENSI_SEBA
GAI_BENTUK_PERUBAHAN_UJIAN_NASIONAL_PENDIDIKAN_I
NDONESIA_ANALISIS_DAMPAK_DAN_PROBLEM_SOLVING_ME
NURUT_KEBIJAKAN_MERDEKA_BELAJAR . 1-4. (diakses tanggal
23 Februari 2020)

Novita, Nanda, mellyzar, Herizal.2021. Asesmen Nasional (AN): Pengetahuan


dan presepsi Calon Guru.

http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JISIP/article/view/1568/1453 .
5(1).172-178. (diakses tanggal 23 Februari 2020)

Poerwanti, Endang.2012. Standar Penilaian Badan Standar Nasional Pendidikan


(Bsnp).http://staff.unila.ac.id/ngadimunhd/files/2012/03/2-Standar-
Penilaian-Sesuai-BSNP.pdf . 2-9. (diakses tanggal 23 Februari 2020)

Strategi dan Prosedur Penilaian

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/
JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN_BIMBINGAN/195911301987031-

29
YAYA_SUNARYA/BAHAN_EVALUASI-ASESMEN/LANGKAH-
LANGKAH.pdf . (diakses tanggal 27 Februari 2020)

30

Anda mungkin juga menyukai