Tugas KMB - Diabetes Melitus - Kelompok 6
Tugas KMB - Diabetes Melitus - Kelompok 6
Tugas KMB - Diabetes Melitus - Kelompok 6
OLEH :
KELOMPOK 6
NURBASYIMAH 22235101018
FITRIA AMELIA 22235101006
WIRDA YANTI 22235101024
MUHAMMAD HAIKAL 22235101024
Dosen Pengampu :
Ns. ISNI HIJRIANA, M.Kep
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
Rahmat serta karunia-Nya kepada kita semua kami berhasil menyelesaikan
makalah ini yang Allhamdulillah tepat waktunya, dengan mata kuliah KMB
dengan tema “Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus”.
Sholawat serta salam tidak lupa kami panjatkan kehadirat Nabi Muhammad
SAW, yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang
benderang seperti saat ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, Untuk itu
kami mohon ma’af yang sebesar-besarnya atas ketidaksempurnaan dari makalah
ini. Dengan demikian kami mengundang para pembaca untuk memberi kritik dan
saran yang bersifat membangun agar makalah ini dapat tersusun lebih baik lagi.
Terima kasih, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Dan semoga
Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan Kesehatan bagi kita semua.
Amin ya robbal’alamin.
Penyusun
Kelompok 6
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Diabetes Melitus ataupun DM merupakan penyakit kronis yang
ditandai dengan hiperglikemia serta intoleransi glaukosa yang terjadi sebab minimnya
produksi insulin atau tubuh tidak bisa menggunakan insulin secara efisien (Ente dkk.,
2020). Ada dua jenis utama diabetes mellitus ialah diabetes tipe 1 serta diabetes tipe 2,
diabetes tipe 1 terjadi disebabkan oleh pankreas yang memecah sel-sel untuk produksi
insulin. Akibatnya, insulin tidak dapat diproduksi, sehingga memerlukan asupan dari
luar semacam suntik insulin. Serta diabetes tipe 2 terjadi sebab kelenjar pankreas yang
tidak dapat memadai kebutuhan insulin dalam tubuh (Richardo dkk., 2021).
Kasus diabetes melitus tipe 2 lebih banyak terjadi total kasus mencapai 90% dari
pada kasus diabetes mellitus tipe 1 (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia., 2018).
Menurut Kemenkes RI (2019), diabetes melitus terdapat faktor yang bisa diubah dan
faktor yang meningkatkan kadar gula darah, untuk faktor yang bisa diubah diantaranya
obesitas serta lingkar perut, minimnya kegiatan aktivitas fisik, dislipidemia, riwayat
penyakit jantung, hipertensi (tekanan darah tinggi), diet tidak teratur, sedangkan untuk
faktor yang dapat meningkatkan kadar gula darah adalah umur, hormon insulin, emosi,
asupan makan yang dikonsumsi, dan aktivitas fisik (R. Kemenkes., 2019). Terapi
farmakologi baik obat oral ataupun injeksi, obat anti diabetik juga menjadi faktor
langsung terhadap kestabilan kadar gula darah (Nanda dkk., 2018).
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu definisi Diabetes Melitus?
2. Bagaimana klasifikasi Diabetes Melitus?
3. Apa etiologi dari Diabetes Melitus?
4. Bagaimana patofisiologi Diabetes Melitus?
5. Bagaimana manifestasi klinis Diabetes Melitus?
6. Apa komplikasi Diabetes Melitus?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang Diabetes Melitus?
8. Bagaimana penatalaksanaan Diabetes Melitus?
1
9. Bagaimana Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus?
C. Tujuan
1. Agar dapat mengetahui dan memahami definisi Diabetes Melitus
2. Agar dapat mengetahui dan memahami klasifikasi Diabetes Melitus
3. Agar dapat mengetahui dan memahami etiologi Diabetes Melitus
4. Agar dapat mengetahui dan memahami patofisiologi Diabetes Melitus
5. Agar dapat mengetahui dan memahami manifestasi klinis Diabetes Melitus
6. Agar dapat mengetahui dan memahami komplikasi Diabetes Melitus
7. Agar dapat mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang Diabetes
Melitus
8. Agar dapat mengetahui dan memahami penatalaksanaan Diabetes Melitus
9. Agar dapat mengetahui dan memahami Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
terhadap insulin. Penyebabnya tidak hanya satu yaitu akibat resistensi
insulin yang banyaknya jumlah insulin karena gangguan sekresi atau
produksi insulin.
3. Etiologi
Menurut Hasdiana (2012), penyebab penyakit diabetes melitus adalah :
a. Kelainan genetik
Diabetes melitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anaknya. Gen
penyebab diabetes melitus dibawah oleh anak jika orang tua enderita
diabetes melitus
b. Usia
Usia seseorang setelah >40 tahun akan mengalami penurunan fisiologis.
Penurunan ini yang akan beresiko pada penurunan fungsi endokrin
pankreas untuk memproduksi insulin
c. Pola hidup dan pola makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang
dibutuhkan oleh tubuh dapat memicu timbulnya diabetes. Pola hidup juga
sangat mempengaruhi, jika orang malas berolahraga memiliki risiko lebih
tinggi untuk terkena diabetes, karena olahraga berfungsi untuk membakar
kalori yang berlebihan di dalam tubuh
d. Obesitas
Seseorang dengan berat badan >90 kg cenderung memiliki peluang lebih
besar untuk terkena penyakit diabetes
e. Gaya hidup stress
Stres akan meningkatkan kerja metabolisme dan meningkatkan kebutuhan
akan sumber energi yang berakibat pada kenaikan kerja pankreas sehingga
pankreas mudah rusak dan berdampak pada penurunan insulin
f. Penyakit dan infeksi pada pankreas
ikroorganisme seperti bakteri dan virus dapat menginfeksi pankreas
sehingga menimbulkan radang pankreas. Hal itu menyebabkan sel beta (β)
pada pankreas tidak bekerja secara optimal dalam mensekresi insulin.
g. Obat-obatan yang merusak pankreas
4
Bahan kimia tertentu dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan
radang pankreas. Peradangan pada pankreas dapat menyebabkan pankreas
tidak berfungsi secara optimal dalam mensekresikan hormon yang
diperlukan untuk metabolisme dalam tubuh, termasuk hormon insulin.
4. Patofisiologi
Diabetes melitus tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan
insulin karena sel sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun.
Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh
hati. Disamping glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dihati
meskipun tetap berada dalam darah menimbulkan hiperglikemia
prospandial.jika kosentrasi glukosa daram darah cukup tinggi maka ginjal tidak
dapat menyerap kembali glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa
tersebut muncul dalam urine (glikosuria). Ketika glukosa yang berlebihan
dieksresikan kedalam urine,ekresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan
elektrolit yang berlebihan, keadaan ini dinamakan diuresis ostomik,sebagai
akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan
dalam berkemih (poliurea) ,dan rasa haus (polidipsi) (Smeltzer & Bare, 2015).
Diabetes melitus tipe II merupakan suatu kelainan metabolik dengan
karakteristik utama adalah terjadinya hiperglikemia kronik. Meskipun pula
pewarisannya belum jelas, faktor genetik dikatakan memiliki peranan yang
sangat penting dalam munculnya diabetes melitus tipe II. Faktor genetik ini
akan berinterksi dengan faktor faktor lingkungan seperti gaya hidup, obesitas,
rendah aktivitas fisik, diet, dan tingginya kadar asam lemak bebas. Mekanisme
terjadinya diabetes melitus tipe II umunya disebabkan karena resistensi insulin
dan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terkait dengan reseptor khusus
pada permukaan sel.sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor
tersebut,terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel.
Resistensi insulin diabetes melitus tipe II disertai dengan penurunan reaksi
intra sel. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan
mencegah terbentuknya glukosa dalam darah,harus terjadi peningkatan jumlah
insulin yang disekresikan. (Smeltzer & Bare, 2015).
5
5. Manifetasi Klinis
Menurut Hasdiana (2012), tanda dan gejala dari diabetes melituas antara
lain :
a. Nafsu makan meningkat (polyphagi) diakibatkan habisnya cadangan gula
didalam tubuh meskipun kadar gula darah tinggi.
b. Banyak minum (polydipsia) peningkatan rasa haus akibat volume urin
yang besar dan keringat yang menyebabkan dehidrasi.
c. Banyak buang air kecil (polyuria) merupakan gejala yang paling utama
yang dirasakan setiap pasien.
d. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan darah. Katabolisme
protein diotot dan ketidakmampuan sebagian sel untuk menggunakan
glukosa sebagai energi.
e. Bila tidak lekas diobati akan timbul rasa mual, bahkan penderita akan jatuh
koma yang disebabkan oleh koma diabetik.
f. Kesemutan akibat generasi sel persarafan mengalami gangguan akibat
kurangnya bahan dasar utama berasal dari protein.
6. Komplikasi
Komplikasi diabetes melitus terbagi menjadi dua adalah sebagai berikut:
a. Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi apabila kadar glukosa darah seorang meningkat
atau menurun tajam dalam waktu yang singkat.
1) Hipoglikemia
Hipoglikemia (kadar glukosa dalam darah yang abnormal rendah)
terjadi jika glukosa darah turun dibawah 50 hingga 60 mg/dl.
Penyebab hipoglikemia dapat terjadi akibat pemberian insulin atau
preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit
atau karena aktivitas fisik yang berat. Gejala terdiri atas gejala
adrenergik seperti tremor, takikardia, palpitasi, rasa lapar, dan gejala
neuro-glikopenik seperti perasaan ingin pingsan, penurunan daya
ingat, gelisah, kejang, kesadaran menurun sampai koma.Rekomendasi
biasanya berupa pemberian 10 hingga 15 gr gula yang bekerja cepat
peroral. Penderita diabetes melitus tipe II yang menggunakan obat
6
hipoglikemia oral juga dapat mengalami hipoglikemia (khususnya
pasien yang menggunakan klorpropamid yang merupakan obat
hipoglikemia oral dengan kerja lama) (Brunner & Suddarth, 2013).
2) Diabetes ketoasidosis
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak
cukupnya jumlah insulin. Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah
glukosa yang memasuki sel akan berkurang pula. Disamping itu
produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali. Kedua faktor ini
akan menimbulkan hiperglikemia. Dalam upaya untuk menghilangkan
glukosa yang berlebihan, ginjal akan mensekresikan glukosa bersama
air dan elektrolit. Diuresis osmotik yang ditandai oleh poliuri akan
menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit. Terapi ketoasidosis
diabetik diarahkan pada perbaikan utama, yaitu dehidrasi, kehilangan
elektrolit, dan asidosis (Brunner & Suddarth, 2013).
b. Komplikasi kronik
Komplikasi kronik terjadi apabila kadar glukosa darah secara
berkepanjangan tidak terkendali dengan baik sehingga menimbulkan
berbagai komplikasi kronik diabetes melitus.
1) Penyakit makrovaskuler (pembuluh darah besar) : memengaruhi
sirkulasi koroner, pembuluh darah perifer, dan pembuluh darah otak.
2) Penyakit mikrovaskuler (pembuluh darah kecil) : memengaruhi mata
(retinopati) dan ginjal (nefropati).
3) Penyakit neuropatik : memengaruhi saraf sensori motorik dan otonom
serta berperan memunculkan sejumlah masalah, seperti impotensi dan
ulkus kaki diabetik (Brunner & Suddarth, 2013).
7. Pemeriksaan Penunjang
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni,2011), menjelaskan bahwa
pemeriksaan penunjang atau diagnosis klinis diabetes melitus ditegakkan bila
ada gejala khas diabetes melitus berupa polyuria (peningkatan pengeluaran
urin), polydipsia (peningkatan rasa haus) , polifagia (peningkatan rasa lapar)
dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya. Jika
terdapat gejala khas, maka pemeriksaan dapat dilakukan, yaitu:
7
a. Pemeriksaan Glukosa Darah Sewaktu (GDS) ≥200 mg/dl diagnosis
diabetes melitus sudah dapat ditegakkan.
b. Pemeriksaan Glukosa Darah Puasa (GDP) ≥126 mg/dl juga dapat
digunakan untuk pedoman diagnosis diabetes melitus
c. Pemeriksaan Hemoglobin A1c (HbA1C) merupakan pemeriksaan tunggal
yang sangat akurat untuk menilai status glikemik jangka panjang dan
berguna pada semua tipe penyandang diabetes melitus. Pemeriksaan ini
bermanfaat bagi pasien yang membutuhkan kendali glikemik. Pemeriksaan
HbA1c dianjurkan untuk dilakukan secara rutin pada pasien diabetes
melitus. Pemeriksaan pertama untuk mengetahui keadaan glikemik pada
tahap awal penanganan, pemeriksaan selanjutnya merupakan pemantauan
terhadap keberhasilan pengendalian. Untuk pasien tanpa gejala khas
diabetes melitus, hasil pemeriksaan glukosa darah abnormal satu kali saja
belum cukup kuat untuk menegakkan diagnosis diabetes melitus.
Diperlukan investigasi lebih lanjut yaitu:
1) Pemeriksaan GDP ≥126mg/dl, GDS ≥200 mg/dl pada hari yang lain
2) Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) ≥ 200mg/dl
8. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan diabetes mellitus adalah untuk mengurangi dan
menghilangkan gejala (polyuria, polidipsi, dan polyphagia), mengurangi
terjadinya komplikasi makrovaskuler, mengurangi mortalitas dan
meningkatkan kualitas hidup, menurunkan kadar glukosa darah pada kondisi
normal (Damayanti, 2015).
a. Terapi non farmakologi
Terapi non farmakologi meliputi edukasi, terapi gizi, latihan jasmani dan
pengendalian gula darah. Pada pasien Diabetes Melitus yang terpenting
adalah mengubah pola hidup terlebih dahulu, kemudian diteruskan dan
dibantu dengan pengobatan secara farmakologi.
b. Diet
Tujuan penatalaksanaan diet pasien diabetes melitus adalah mencapai
dan mempertahankan kadar glukosa darah dan lipit mendekati normal,
mencapai dan mempertahankan berat badan dalam batas-batas normal
8
atau ±10% dari berat badan idaman, mencegah komplikasi dan kronik
serta meningkatkan kualitas hidup
c. Latihan fisik (Olah Raga)
Olahraga mengaktifasi ikatan insulin dan reseptor insulin di membran
plasma sehingga dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan
meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki
pemakaian kadar insulin.
d. Pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan pada diabetes diperlukan karena penatalaksanaan
Diabetes Melitus merupakan perilaku khusus seumur hidup. Penderita
Diabetes Melitus harus mengerti tentang nutrisi, manfaat dan efek
samping terapi, latihan, perkembangan penyakit, strategi pencegahan,
teknik pengontrolan gula darah dan penyesuaian terhadap terapi.
e. Farmakologi
penatalaksanaan medis pada pasien Diabetes Melitus, yaitu:
1) Obat Hiperglikemik Oral (OHO)
Berdasarkan cara kerjanya OHO dibagi menjadi 4 golongan:
a) Pemicu sekresi insulin
b) Penambah sensitivitas terhadap insulin
c) Penghambat gluconeogenesis
d) Penghambat glukosidase alfa
2) Insulin diperlukan dalam keadaan:
a) Penurunan berat badan yang cepat
b) Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis
c) Ketoasidosis diabetik
d) Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
3) Terapi kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis
rendah, untuk kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan
respon kadar glukosa darah.
9
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut Amin (2013), fase pengkajian merupakan sebuah komponen
utama untuk mengumpulkan informasi, data, menvalidasi data,
mengorganisasikan data, dan mendokumentasikan data. Pengumpulan data
antara lain meliputi :
a. Anamnese
1) Identitas penderita
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal
masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
2) Keluhan Utama
Adanya : rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang
menurun, rasa luka yang tidak sembuh dan mengalami rasa sakit pada
luka.
3) Riwayat kesehatan Sekarang
Berisi : tentang kapan saja harus dilakukan luka, sebabkan luka serta
upaya yang telah dilakukan oleh para penderita untuk mengatasinya.
4) Riwayat kesehatan Sebelumnya
Adanya : publikasi penyakit DM atau penyakit-penyakitlain y ang ada
kesulitannya dengandefisiensi i nsulin mis alnya penyakit
pankreas.Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, atau
arterosklerosis, tindakan medisyang pernah ada dapat juga obat-obatan
yang biasa digunakan oleh penderita
5) Sejarah kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya salah satu anggota keluarga yang
juga menderita DM atau yang disebabkan karena kekurangan insulin
misal hipertensi, jantung.
6) Riwayat psikososial
Meliputi : informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang
dialami penderitanaik dengan penyakitnya juga tanggapan keluarga
terhadap penyakit penderita. 2.
10
2. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara pembicaraan, badan
tinggi, berat badan dan tanda- tanda vital.
2) Kepala dan Leher
Kaji bentuk kepala, posisi rambut, adakah pembesaran pada leher,
kadang-kadang berdenging, adakah kesulitan pendengaran, sering
terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, mudah
bengkak dan berdarah, mudah penguplikasian semakin lebar ,
diplopia, lensa mata keruh.
3) Sistem integumen
Turgor kulit menurun, ada luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan ganggren,
kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
4) Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, dahak, nyeri dada. Pada penderita DM
mudah terjadi infeksi.
5) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun , nadi perifer lemah atauberkurang, takikardi
/ bradikardi, hipertensi / hipotensi, aritmia, kardiomegalis
6) Sistem pencernaan
Terdapat polifagi, polidipsi, Mual, muntah, diare, konstipasi,
dehidrase, perubahan Berat Badan, peningkatan lingkar perut,
obesitas.
7) Sistem urin
Poliuri, retensio urin, inkontinensia urin, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
8) Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn badan tinggi,
cepat lelah, lemah dan nyeri, keberadaan gangren di ekstrimitas.
9) Sistem neurologis
11
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk,
reflek lambat, rusak mental, disorientasi.
3. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan kurang
pada rencana manajemen diabetes
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencederaan fisik
c. Gangguan integritas kulit/ jaringan berhubungan dengan faktor mekanisme
4. Rencana Keperawatan
12
berkurang nonfarmakologis
2. Gelisah berkurang 4. Kontrol lingkungan yang dapat
3. Meringis berkurang memperberat rasa nyeri
5. Anjurkan banyak istirahat tidur
6. Anjurkan memonitor nyeri
seacara mandiri
7. Kolaborasi pemberian terapi
analgetik
3. Gangguan Setelah dilakukan asuhan Perawatan luka
integritas keperawatan diharapkan 1. Monitor karakteristik luka
kulit/jaringan gangguan intergritas 2. Monitor tanda-tanda infeksi
berhubungan kulit/jaringan dapat 3. Lepaskan balutan dan plester
dengan faktor teratasi dengan kriteria secara perlahan
mekanis hasil : 4. Bersihkan dengan cairan NaCl
Penyembuhan luka atau pembersih nontoksik
1. Penyatuan kulit 5. Bersihkan jaringan nekrotik
meningkat 6. Berikan salep yang sesuai ke
2. Penyatuan tepi luka kulit/lesi (jika perlu)
meningkat 7. Pasang balutan sesuai jenis
3. Peradangan luka luka
menurun 8. Pertahankan teknik steril saat
perawatan luka
9. Jadwalkan perubahan posisi
setiap 2 jam sesuai kondisi
pasien
10. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
11. Ajarkan prosedur perawatan
luka secara mandiri
12. Kolaborasi proseur
debridement dan terapi
13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata
Nama : Tn. T
Umur : 60 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Karyawan
Status : Kawin
Pendidikan : SMA
Suku Bangsa : Aceh
Alamat : Sigli
No. Reg. : 067876
DX. Medis : DM ( Diabetes Militus )
Tgl masuk : 13-09-2015
Tgl Pengkajian : 17-09-2015
2. Penanggung Jawab
Nama : Ny. Nani
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Hubungan Keluarga : Istri
Alamat : Sigli
14
b. Keluhan Utama :
P : Poliativ
Pada saat di kaji tanggal 17-09-2015 Klien tidak
mengetahui secara pasti penyebab dari penyakitnya
keluhan yang dirasa kan klien muntah dan mual serta
nyeri pada daerah luka.
Q : Qualitas
Nyeri seperti ditisik-tusuk benda tajam.
R :Region
Nyeri terasa pada bagian kaki kiri yang terdapat
luka.
S :Skala
Nyeri sering hilang timbul dengan skala nyeri 5
dari (1-10).
T :Time
Nyeri terasa tanpa mengenal waktu sering kali
terasa secara tida terduga.
15
Keluhan
6 – 8 gelas/hari
Air putih,susu,teh,kopi
Tidak ada
2 Pola Eliminasi
a. BAB
Frekwensi
2x/hari 1x/hari
Konsistensi
Warna lembek lembek
Keluhan
Kuning tengguling Kuning Tengguli
Tidak ada Tidak ada
4 Personal Hygiene
Mandi 2x/hari pakai sabun diseka
Gosok gigi
2x/hari pakai odol 1x/hari pakai odol
Keramas
3x/minggu belum pernah
C. Pemeriksaan Fisik
6. Keadaan Umum
a. Kesadaran : CM
b. GCS : V 5, M 6, E 4
c. TTV : TD : 130/80
S : 36,5
N : 92
R : 20x/menit
1. Sistem panca indra
Sistem penglihatan
16
Bentuk mata simetris, reflek cahaya +/+, sklera tidak ikterik,
Sistem pendengaran
Perabaan
2. Sistem pernafasan
Hidung simetris, tidak ada lesi, septum nasal di tengah, tidak ada
3. Sistem pencernaan
Mulut mucosa merah muda, tidak ada sariawan, bibir lembab. Perut
tekan pada bagian perut kanan bawah, hepar tidak teraba membesar,
4. Sistem kardiovaskuler
17
Tidak ada peningkatan vena jugolaris BJ I dan II reguler, tekanan
6. Sistem persyarafan
Penampilan meningen :
Test Brudenski I : -
Test Brudenski II :-
Orientasi
jelas.
c. Terhadap waktu
Immediale memory
Remote Memory
18
Klien mengatakan bahwa klien merupakan kepala
keluarga
sama besarnya.
dalam.
langsung mengejap.
19
gigi, klien dapat membedakan rasa aasin,
semua pertanyaan.
fasikulasi tremor.
7. Sistem endokrin
8. Sistem Integumen
Suhu tubuh 36,50C, kulit tampak bersih lembab, turgod baik, kuku
9. Sistem musculokeletal
a. Extremitas atas
20
Bentuk simetris, klien dapat melakukan gerakan abduksi,
paresthesi (baal).
Kekuatan otot
5 5
2 5
b. Ekstremitas bawah
2. Data Sosial
1. Pendidikan : SMA
2. Pekerjaan : Wiraswasta
orang-orang di sekitarnya.
penampilannya
3. Data Psikologis
Konsep Diri
21
- Peran : Klien berperan sebagai kepala keluarga serta ayah bagi
anak-anaknya
- Ideal diri : Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan ingin cepat
pulang.
- Harga diri : Klien sebagai Wiraswasta ingin segera sembuh dan kembali
Keluarga klien mengatakan sebelum sakit hubungan klien dan keluarga baik,
Klien dan keluarga tabah dan menganggap kejadian ini sebagai cobaan hidup
4. Data Spiritual
Klien beragama islam, telah bisa melakukan ibadah sehari-hari dan selalu
yakin kepada Allah SWT. Bahwa sakitnya pasti akan sembuh jika Allah
5. Data Penunjang
Nama : Tn. T
Umur : 60 Th
Ruang : Flamboyan
22
NO TANGGA PEMERIKSAAN HASIL NILAI INTERPET
1 2 3 4 5 6
1 13-09-2015 HETMATOLOGI
W.12,0 – 16,0
W.38 – 48
Ureum 46 10-50
6. Therapy
1. Infus Rl 20 tpm
2. Ceftriaxone 2x1 gr IV
3. Pumpicel 1x40 mg
5. Metformin 3x500 mg
D. Analisa Data
Nama : Tn. T
Umur : 60 Th
Ruang : Flamboyan
23
NO DATA ETIOLOGI MASALAH Paraf
1 2 3 4
ulserasi
nyeri
24
3 Ds : Hipermetabolisme Gangguan
Klien lemas dan Pemenuhan
sering merasa lapar Penurunan nutrisi
pemakayan glukosa
Do :
Klien diet rendah Hiperglikemi
kalori dan gula
Hypokalemi
Shock
Gangguan pemenuhan
nutrisi
Mediator kuman
Infeksi
25
E. Diagnosa Keperawatan
1. Potensial terjadinya infeksi sehubungan dengan luka yang belum diobati serta
pembalut belum diganti dan masih basah.
2. Gangguan pola aktivitas sehubungan dengan poses perubahan sikap tubuh
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d gangguan
keseimbangan insulin
4. Potensial terjadinya infeksi sehubungan dengan tida adekuatnya sistem imun
tubuh.
Nama : Tn. T
Umur : 60 Th
Ruang : Flamboyan
1 2 3 4 5
26
2 Gangguan pola aktivitas 17-09-2015 19-09-2015
b.d luka ulkus DM
DS:
Klien merasa lemas dan
nyeri pada bagian kaki
DO :
Klien bedrest dan dalam
beraktivitas dibantu oleh
keluarga atau perawat
Do :
Klien diet rendah kalori
dan gula
27
F. Intervensi Keperawatan
Nama : Tn. T
Umur : 60 Th
Ruang : Flamboyan
PERENCANAAN TT/NAMA
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN
INTERVENSI RASIONAL PERAWAT
1 2 3 4 5 6
1 Gangguan rasa nyaman nyeri b.d Rasa nyaman nyeri Atur posisi tidur dan Dengan mengatur
trauma yg tida terasa
terpenuhi kriteria : kurangi pergerakan. posisi tidur klien, luka
menyebabkan luka ulkus
DS : Klien mengeluh sering
Jangka Pendek Ajarkan tehnik bekas operasi tidak
merasa nyeri pada daerah luka Setelah dilakukan distraksi dan relaksasi terganggu
DO :
tindakan keperawatan Kolaborasi pemberian Dengan tehnik
Kulit terlihat kering dan terdapat
2x24 jam Klien merasa analgetik distraksi dan relaksasi
ulkus kulit
nyeri berkurang dan dapat menurunkan
28
Jangka Panjang Dangan pemberian
2 Gangguan pola aktivitas b.d luka Aktivitas klien kembali Kaji tingkat aktivitas Dapat mengetahui
ulkus DM seperti biasanya dengan
klien sejauh mana
DS: kriteria :
Klien merasa lemas dan nyeri JANGKA PENDEK : Anjurkan keluarga kemampuan klien
pada bagian kaki Segera setelah dilakukan untuk membantu kien dalam beraktivitas
DO : tindakan keperawatan
dalam memenuhi ADL ADL klien terpenuhi
Klien bedrest dan dalam 2x24 jam klien dapat
beraktivitas dibantu oleh keluarga memenuhi ADL. Bantu klien dalam Agar kebutuhan
29
memenuhi ADL nya
pasifdapat mencegah
terjadinya kontraktur
sendi
3 Gangguan pemenuhan nutrisi b.d Gangguan pemenuhan Kaji pola masuk diet dan Untuk mengatur
diet rendah kalori dan gula nutrisi dapat teratasi
nutrisi jumlah kalori yang
Ds : dengan kriteria:
Klien lemas dan sering merasa JANGKA PENDEK : Anjurkan pasien untuk masuk
30
normal Untuk mengatur
klien
4 Resiko terjadinya infeksi b.d tida Resiko terjadinya infeksi Mengganti balutan Untuk mencegah
adekuatnya sistem imun tubuh dapat teratasi dengan
Bersihkan luka dengan kontaminasi pada luka
DS : Klien mengeluh nyeri pada kriteria :
memperhatikan septic sehingga mengurangi
daerah luka JANGKA PENDEK :
DO : Segera setelah dilakukan dan antiseptic resiko infeksi
- Terdapat luka Dm pada bagian tindakan
Membersihkan luka Membunuh dan
kaki kiri keperawatan2x24 jam
- Luka tampak lembab dan kotor tanda-tanda infeksi dengan betadine memberihkan dari
infeksi
31
G. Implementasi Keperawatan
Nama : Tn. T
Umur : 60 Th
Ruang : Flamboyan
DX PERAWAT
1 2 3 4 5 6
DM.
- Kurangi aktivitas
- Kolaborasi pemberian
analgetik
I : Sesuaikan dengan
32
rencana.
E : Klien tidak
merasakan sakit.
R : Intervensi
dihentikan.
kebutuhan aktivitas.
Menganjurkan rencana.
pasif intervensi.
33
3 19-09-2015 10.00 Mengkaji pola Gangguan pemenuhan
klien rencana.
berkurang
R : lanjutkan
intervensi.
34
Membersihkan terobati.
kotor.
A : Potensial terjadinya
infeksi.
mengalami balutan
dan membersihkan
luka dengan
antiseptic.
I : Sesuaikan dengan
rencana.
bersih
R : lanjutkan intervensi
35
H. Evaluasi Keperawatan
Nama : Tn. T
Umur : 60 Th
Ruang : Flamboyan
CATATAN PERKEMBANG
DX PERAWAT
1 2 3 4
daerah lika.
gelisah.
DM.
kriteria
- Kurangi aktivitas
R : Intervensi dihentikan.
36
2 19-09-2015 Kekurangan pola aktivitas dapat
terpenuhi
bagian kaki
tempat tidur.
teratasi.
R : lanjutkan intervensi.
terpenuhi
muntah.
R : lanjutkan intervensi.
37
4 Infeksi tidak terjadi den luka dapat
kering
terobati.
kotor.
dengan antiseptic.
R : lanjutkan intervensi
38
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diabetes Melitus atau sering disebut dengan kencing manis adalah suatu
penyakit kronik yang terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi cukup insulin atau
tidak dapat menggunakan insulin (resistensi insulin), dan di diagnosa melalui
pengamatan kadar glukosa di dalam darah. Insulin merupakan hormon yang dihasilkan
oleh kalenjar pankreas yang berperan dalam memasukkan glukosa dari aliran darah ke
sel-sel tubuh untuk digunakan sebagai sumber energi.
penyebab penyakit diabetes melitus adalah :
Kelainan genetik
Usia
Pola hidup dan pola makan
Obesitas
Gaya hidup stress
Penyakit dan infeksi pada pankreas
klasifikasi Diabetes Melitus adalah sebagai berikut:
a. Diabetes Melitus tipe I
Diabetes Melitus tipe I atau disebut juga dengan insulin dependent (tergantung
insulin) adalah mereka yang menggunakan insulin oleh karena tubuh tidak dapat
menghasikan insulin. Pada Diabetes Melitus tipe 1, badan kurang atau tidak
menghasilkan insulin, terjadi karena masalah genetik, virus atau penyakit
autoimun, injeksi insulin diperlukan setiap hari untuk pasien Diabetes Melitus
tipe I. Diabetes Melitus tipe 1 disebabkan oleh faktor genetik (keturunan), faktor
imunologi dan faktor lingkungan.
b. Diabetes Melitus tipe II
Diabetes Melitus tipe II atau disebut juga dengan insulin requirement
(membutuhkan insulin) adalah mereka yang membutuhkan insulin sementara
atau seterusnya. Pankreas tidak menghasilkan cukup insulin agar kadar gula
darah normal, oleh karena itu badan tidak dapat respon terhadap insulin.
39
Penyebabnya tidak hanya satu yaitu akibat resistensi insulin yang banyaknya
jumlah insulin karena gangguan sekresi atau produksi insulin.
B. Saran
1) Meningkatkan kualitas belajar dan memperbanyak literatur dalam pembuatan
makalah agar dapat membuat makalah yang baik dan benar.
2) Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa kesehatan khususnya untuk
mahasiswa keperawatan agar mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada
pasien dibetes melitus.
40
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC NOC Jilid 2. Yogyakarta: Media Action Publishing
Hasdiana. 2012. Mengenal Diabetes Melius Pada Orang Dewasa dan anak- anak
Dengan Solusi Herbal. Penerbit Nuha Medika. Jogjakarta
Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC
41