Civil Society (Masyarakat Madani)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

CIVIL SOCIETY (MASYARAKAT MADANI)

Makalah ini Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kewarganegaraan

Dosen Pengampu: Hima Suyodho, S.Pd.I., M.Ag.

Disusun oleh:

Dwi Nurul Budiarti (53020220055)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB, DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SALATIGA

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Civil Society
(Masyarakat Madani). Sholawat serta salam disampaikan pada baginda Nabi Muhammad
saw. Yang telah memberikan warna ilahiah dalam kehidupan manusia di dunia hingga akhirat.

Dalam penyusunannya penulis memperoleh bantuan dari berbagai pihak, karena itu
penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya terutama kepada bapak Hima
Suyodho, S.Pd.I., M.Ag. sebagai dosen mata kuliah Kewarganegaraan dan teman-teman yang
telah banyak memberi dukungan, saran dan motivasi kepada kami sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik. Semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan sedikit
pengetahuan dan menuntun kepada langkah yang jauh lebih baik lagi.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dalam penyusunannya
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Maka dari itu penulis sangat
mengharapkan partisipasi pembaca untuk memberikan masukan baik berupa kritikan maupun
saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Salatiga, 29 November 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
BAB 1...................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN................................................................................................................................3
A. Latar Belakang ...........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................................4
C. Tujuan..........................................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................4
1. Pengertian Civil Society (Masyarakat Madani ).......................................................................4
2. Karakteristik Civil Society (Masyarakat Madani)....................................................................7
2. Teori Kontemporer Civil Society (Masyarakat Madani)..........................................................7
BAB III.................................................................................................................................................9
PENUTUP........................................................................................................................................9
A. Kesimpulan................................................................................................................................9
Daftar pustaka...............................................................................................................................10

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konsep civil Society mulai berkembang di Barat, yang selanjutnya oleh banyak
bangsa dan masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesia yang secara
antusias dikaji, dikembangkan, dan dieliminasi sesuai dengan realisasi empiris yang
dihadapi oleh negara-negara berkembang. Menurut Gellner (1995), menyatakan
bahwa masyarakat Adab sebagai Terjemah bahasa Inggris, civil society. Kata civil
society sebenarnya berasal dari bahasa latin, yaitu civitas dei yang artinya Kota Illahi
dan society yang berarti masyarakat. Oleh sebab itu, kata civil society dapat diartikan
sebagai komunitas masyarakat kota, yakni masyarakat yang telah berperadaban tinggi.
Konsepsi ini merujuk pada praktik bernegara dalam dunia Islam pada saat itu di
kota Madinah. Lawan dari kata atau istilah masyarakat madani adalah kaum
pengembang, badawah, yang masih membawa citranya yang kasar, berlawanan
pengetahuan yang sempit, masyarakat puritan, tradisional penuh mitos dan tahayul,
lebih banyak memainkan kekuasaan dan kekuatan, sering menindak dan bersifat
negatif lainnya.1
Masyarakat madani disebut sebagai manifestasi dari ajaran Islam, sedangkan civil
society dianggap sebagai sesuatu yang lebih berbau Sekuler. Hal tersebut disebabkan
oleh tempat kelahiran istilah itu adalah negara-negara Barat, yang seolah-olah identik
dengan sekulerisme.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari civil society (masyarakat madani)?
2. Apa saja karakteristik dari civil society (masyarakat madani)?
3. Apa saja teori kontemporer dari civil society (masyarakat madani)?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari civil society (masyarakat madani).
1
Hari Herdiawanto, Fokky Fuad Wasitaat Madja, dan Jumanta Hamdayama. Kewarganegaraan dan
Masyarakat Madani. (Jakarta: Prenadamedia). hal 256.

4
2. Untuk mengetahui karakteristik dari civil society (masyarakat madani).
3. Untuk mengetahui teori kontemporer dari civil society (masyarakat madani).

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Civil Society (Masyarakat Madani)


Masyarakat madani berasal dari bahasa Inggris, civil society. Kata civil society
sebenarnya berasal dari bahasa latin yaitu civitas dei yang artinya kota Illahi dan
society yang berarti masyarakat. Dari kata civil akhirnya membentuk kata civilization
yang berarti peradaban. Oleh sebab itu, kata civil society dapat diartikan sebagai
komunitas masrakat kota, yang memiliki peradaban maju. Menurut Madjid, seperti
yang dikutip Mahasin (1995), pada awalnya lebih merujuk pada dunia Islam yang
ditunjukkan oleh masyarakat kota Arab. Sebaliknya, lawan dari kata masyarakat non
madani adalah kaum pengembara, badawah, yang masih membawa citranya yang
kasar, berwawasan pengetahuan yang sempit, masyarakat puritan, tradisional penuh
mitos dan takhayul, banyak memainkan kekuasaan dan kekuatan, sering dan suka
menindas, serta sifat-sifat negatif lainnya.
Tokoh-tokoh seperti BJ. Habibie, Nurcholis Madjid, Nurhidayat Wahid,
Abdulrahman Wahid, A. S. Hikam, Azumahdi Azzra dan lain-lain, banyak
mengemukakan tentang tatanan masyarakat madani. Namun demikian, mewujudkan
masyarakat madani tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Membentuk
masyarakat madani memerlukan proses panjang dan waktu, serta menuntut komitmen
masing-masing warga bangsa ini untuk mereformasi diri secara total dan konsisten
dalam perjuangan yang gigih.2
Istilah madani menurut Munawir (1997) sebenarnya dari bahasa Arab, madaniy.
Kata madaniy berakal dari kata kerja madana yang berarti mendiami, tinggal, atau
membangun. Kemudian berubah istilah menjadi madaniy yang berarti beradab, orang
kota, orang sipil, dan yang bersifat sipil atau perdata. Pendapat yang dikemukakan
oleh Hall (1998), menyatakan bahwa masyarakat madani identik dengan civil society,
artinya suatu ide, angan-angan, bayangan, cita-cita suatu komunitas yang dapat

2
Aep Saepuloh dan Tarsono. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi Islam. (Bandung:
Baticpress). hal. 196.

5
terjewantahkan ke dalam kehidupan sosial. Hefner menyatakan bahwa masyarakat
modern yang berisikan kebebasan dan demokratisasi dalam berinteraksi di masyarakat
yang semakin plural dan heterogen. Dalam keadaan seperti ini, masyarakat mampu
mengorganisasikan dirinya dan tumbuh kesadaran diri dalam mewujudkan peradaban.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat madani pada
prinsipnya memiliki multimakna, yaitu masyarakat yang demokratis menjunjung
tinggi etika dan moralitas, transparan, toleransi, berpotensi, aspirasi, bermotivasi,
berpartisipasi, konsisten, memiliki perbandingan, mampu berkoordinasi, sederhana,
sinkronisasi, integral, mengakui emansipasi, dam hak asasi, namun yang paling
dominan adalah masyarakat yang demokratis.
B. Karakteristik Civil Society (Masyarakat Madani)
Marcos Tullios Cicero mengemukakan pertama kali istilah masyarakat madani
dalam bahasa Inggris yaitu civil society. Dalam perkembangannya, civil society
dipahami sebagai organisasi-organisasi masyarakat yang terutama bercirikan
kesukarelaan dan kementerian yang tinggi berhadapan dengan negara serta
keterikatan dengan nilai-nilai atau norma hukum yang dijatuhi masyarakat. Bangsa
Indonesia berusaha untuk mencari bentuk masyarakat madani yang pada dasarnya
adalah masyarakat sipil yang demokratis dan alamin atau religius.
Karakteristik masyarakat madani adalah sebagai berikut:3
1. Free public sphere (ruang publik yang bebas), yaitu masyarakat memiliki akses
penuh terhadap setiap kegiatan publik. Mereka berhak melakukan kegiatan secara
merdeka dalam menyampaikan pendapat, berserakan, berkumpul, serta
memublikasikan informasi kepada publik.
2. Demokratis, yaitu proses untuk menerapkan prinsip-prinsip demokrasi sehingga
mewujudkan masyarakat yang demokratis. Untuk menumbuhkan demokratisasi
dibutuhkan kesiapan anggota masyarakat berupa kesadaran pribadi, kesetaraan,
dan kemandirian, serta kemampuan untuk berperilaku demokratis kepada orang
lain dan menerima perlakuan demokratis dari orang lain. Demokratisasi dapat
terwujud melalui penegakan pilar-pilar demokrasi yang meliputi:
a. Lembaga swadaya masyarakat (LSM);
b. Pers yang bebas;
c. Supremasi hukum;
d. Perguruan tinggi;
3
Arep Sulaiman. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. (Bandung: Arfino Raya). hal. 158.

6
e. Partai politik.
3. Toleransi, yaitu kesediaan individu untuk menerima pandangan-pandangan politik
dan sikap sosial yang berbeda dalam masyarakat, sikap saling menghargai dan
menghormati pendapat serta aktivitas yang dilakukan oleh orang atau kelompok
lain.
4. Pluralisme, yaitu sikap mengakui dan menerima kenyataan masyarakat yang
majemuk disertai dengan sikap tulus, bahwa kemajemukan sebagai nilai positif
dan merupakan rahmat dari Tuhan Yang Mahakuasa.
5. Keadilan sosial (sosial justice), yaitu keseimbangan dan pembagian yang
proporsional antara hak dan kewajiban, serta tanggung jawab individu terhadap
lingkungannya.
6. Partisipasi sosial, yaitu partisipasi masyarakat yang benar-benar bersih dari
rekayasa, intimidasi, ataupun intervensi penguasa atau pihak lain, sehingga
masyarakat memiliki kebebasan dan kemandirian berpolitik yang bertanggung
jawab.
7. Supremasi hukum, yaitu upaya untuk memberikan jaminan terciptanya keadilan.
Keadilan harus diposisikan secara netral. Artinya, setiap orang memiliki
kedudukan dan perlakuan hukum yang sama tanpa kecuali.
C. Teori Kontemporer Civil Society (Masyarakat Madani)4
1. Teori Anwar Ibrahim
Anwar Ibrahim adalah cendekiawan Malaysia yang pertama kali
memunculkan istilah masyarakat madani. Menurut beliau masyarakat madani
adalah sebuah sistem sosial yang tumbuh dan berkembang berdasarkan
prinsip-prinsip moral yang menjamin seimbangnya antara kebebasan individu
dengan kebebasan masyarakat. Menurut Anwar, masyarakat madani
mempunyai ciri-ciri yang khas: kemajemukan budaya (multicultural),
Hubungan timbal balik (reprocity), dan sikap saling memahami dan
menghargai. Anwar mengakui bahwa fenomena sosial politik di dunia Islam
jauh dari cita-cita masyarakat madani. Hal ini disebabkan karena sampai
sekarang masyarakat muslim, khususnya di Asia dan Afrika, masih harus
berjuang menghadapi persoalan-persoalan serius seperti kemiskinan,
ketidakadilan, ketidaktoleranan, kerakusan ekonomi, kebejatan sosial politik

4
Imam Arifin. Skripsi: Konsep Masyarakat Madani Menurut Nurcholis Madjid. (Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah, 2018). hal 34.

7
dan budaya serta kelesuan intelektual yang disebabkan oleh kekuasaan
otoriter, ketiadaan stabilitas politik dan pemingggiranhak-hak politik rakyat.
2. Teori Dawam Rahardjo
Dawam Rahardjo adalah seorang alumni Universitas Gadjah Mada
(UGM), beliau menyatakan bahwa masyarakat madani merupakan terjemahan
dari istilah latin (civilis societas) yang sudah ada sebelum masehi, yang
ditetapkan oleh Cicero seorang orator dan pujangga Roma yang pengertiannya
mengacu kepada gejala budaya perorangan masyarakat. Dawam lanjut
menjelaskan masyarakat madani adalah sebuah pergaulan yang sama sekali
sudah berbeda dan karena itu dilawankan dengan kehidupan asli atau
kehidupan alami (state of nature). Yang dimaksud masyarakat alami adalah
semua masyarakat yang masih sederhana dan hidup dengan kebudayaan yang
terbatas ruang lingkupnya. Dawam juga mengatakan bahwa masyarakat
madani adalah masyarakat ekonomi (economic society) dan masyarakat uang
(money society).
3. Teori Din Syamsuddin
Menurut Din Syamsuddin masyarakat madani didefinisikan dengan
melihat paradigma sosial politik Islam, dengan melacak sumber-sumber
doktrinalnya, sehingga terdapat dua kunci yang dapat mendekatkan kita pada
konsep masyarakat madani (civil society), yakni kata “ummah” dan
“madinah”. Dua kata kunci tersebut menjadi nilai-nilai pengiring bagi
terbentuknya masyarakat madani. Ummah dalam bahasa Arab menujukan
pengertian komunitas keagamaan tertentu, yaitu komunitas yang mempunyai
keyakinan agama yang sama. Dilihat dari sisi sejarah, “ummah” yang
dibangun oleh Nabi Muhammad di Madinah dimaksudkan untuk membina
lebih erat solidaritas di kalangan para pemeluk Islam (kaum Muhajirin dan
kaum Anshar). Sedangkan “madinah” berarti kota berhubungan dan
mempunyai akar arti yang sama dengan kata “tamaddun” yang berarti
peradaban. Perpaduan tersebut merupakan persepsi yang ideal bahwa
“madinah” adalah lambang peradaban yang kosmopolit.
4. Teori Azyumardi Azra
Menurut pandangan dari Azyumardi Azra masyarakat madani adalah lebih
dari sekedar gerakan prodemokrasi, karena ia juga mengacu pada
pembentukan masyarakat yang berkualitas dan ber-tamaddun (civility). Dan

8
salah satu syarat penting bagi demokrasi untuk tumbuh dan menguat dalam
masyarakat adalah civil society atau masyarakat madani. Di mana proses
politik yang berlangsung disebut sebagai proses demokratisasi, sedangkan
pemikiran (inspirasi) plus subjek (aktor) yang menggerakkan perubahan
menuju demokratisasi digambarkan sebagai masyarakat madani.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

civil society dapat diartikan sebagai komunitas masrakat kota, yang memiliki
peradaban maju. Pendapat yang dikemukakan oleh Hall (1998), menyatakan
bahwa masyarakat madani identik dengan civil society, artinya suatu ide, angan-
angan, bayangan, cita-cita suatu komunitas yang dapat terjewantahkan ke dalam
kehidupan sosial. Hefner menyatakan bahwa masyarakat modern yang berisikan
kebebasan dan demokratisasi dalam berinteraksi di masyarakat yang semakin
plural dan heterogen. Karakteristik Civil Society (Masyarakat Madani), antara
lain: free public sphere (ruang publik yang bebas), demokratis, toleransi,
pliralisme, keadilan sosial, partipasi sosial, dan supermasi hukum. Dan teorinya
terbagi menjadi empat yang diungkapkan dari berbagai ahli antara lain: Teori
Anwar Ibrahim, Teori Dawam Rahardjo, Teori Din Syamsuddin, dan Teori
Azyumardi Azra.

9
DAFTAR PUSTAKA

Herdiawanto, Hari. Fokky Fuad Wasitaat Madja, dan Jumanta Hamdayama. Kewarganegaraan dan
Masyarakat Madani. (Jakarta: Prenadamedia). hal 256.

Saepuloh, Aep dan Tarsono. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi Islam. (Bandung:
Baticpress). hal. 196.

Sulaiman, Arep. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. (Bandung: Arfino Raya). hal. 158.

Arifin, Iman. Skripsi: Konsep Masyarakat Madani Menurut Nurcholis Madjid. (Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah, 2018). hal 34.

10
11

Anda mungkin juga menyukai