Makalah Masyarakat Madani

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

MASYARAKAT MADANI

Oleh:
Alfian Arrahman
Hari Sulis Triono
NPM: C1A220017
C1A220020

Program Studi: Ilmu Hukum

Dosen Pengampu:
Ade Nawawi S.Pdi.,M.Ag

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUBANG
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya. Tanpa pertolongan-Nya
mungkin kami tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Dengan membuat tugas ini kami diharapkan mampu untuk lebih mengenal
tentang ciri-ciri masyarat madani yang kami sajikan berdasarkan informasi dari
berbagai sumber.
Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan,
terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun,
berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya karya ilmiah ini
dapat terselesaikan dengan cukup baik. Karena itu, sudah sepantasnya jika kami
mengucapkan terima kasih.
Kami sadar, sebagai seorang Mahasiswa yang masih dalam proses
pembelajaran, penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna
penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amiin.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i


DAFTAR ISI .....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN `................................................................................1
A. Latar Belakang ........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................3


A. Landasan Teoritis ...................................................................................3
1. Pengertian Masyarakat ..................................................................... 3
2. Pengertian Masyarakat Madani .................................................... 3-4
3. Manfaat Masyarakat Madani ............................................................5
B. Sejarah Pemikiran Masyarakat Madani .............................................. 5-7
C. Ciri-Ciri Dan Syarat-Sayarat Masyarakat Madani ............................ 7-9
D. Masyarakat Madani di Indonesia ...................................................... 9-11
E. Faktor Yang Mempengaruhi Masyarakat Madani ........................ ...11-12
F. Solusi Mengatasi Masalah ............................................................... 12-13

BAB III PENUTUP ........................................................................................14


A. Kesimpulan ...........................................................................................14
B. Saran .....................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Wacana dan praksis tentang civil society belakangan ini semakin surut.
Kecenderungan ini sedikit mengherankan karena dalam “transisi” menuju
demokrasi, seharusnya wacana dan praksis civil society semakin kuat, bukan
melemah. Alasannya, eksistensi civil society merupakan salah satu diantara tiga
prasyarat pokok yang sangat esensial bagi terwujudnya demokrasi.
Mewujudkan masyarakat madani adalah membangun kota budaya bukan
sekedar merevitalisasikan adab dan tradisi masyarakat local, tetapi lebih dari itu
adalah membangun masyarakat yang berbudaya agamis sesuai keyakinan
individu, masyarakat berbudaya yang saling cinta dan kasih yang menghargai
nilai-nilai kemanusiaan .
Ungkapan lisan dan tulisan tentang masyarakat madani semakin marak akhir-
akhir ini seiring dengan bergulirnya proses reformasi di Indonesia. Proses ini
ditandai dengan munculnya tuntutan kaum reformis untuk mengganti Orde Baru
yang berusaha mempertahankan tatanan masyarakat yang status quo menjadi
tatanan masyarakat yang madani.
Untuk mewujudkan masyarakat madani tidaklah semudah membalikan
telapak tangan. namun, memerlukan proses panjang dan waktu serta menuntut
komitmen masing-masing warga bangsa ini untuk mereformasi diri secara total
dan konsisten dalam suatu perjuangan yang gigih.Selanjutnya, wacana tentang
masyarakat madani oleh banyak bangsa dan masyarakat di negara berkembang,
secara antusias ikut dikaji, dikembangkan, dan di eliminasi, sebgaimana realitas
empiris yang dihadapi.

1
B. Rumusan Masalah
Agar tidak terjadi kesimpang siuran dari penuliasan makalah ini, maka rumusan
masalah dari makalah ini adalah:
1. Pengertian masyarakat
2. Apakah pengertian masyarakat madani?
3. Apakah cirri-ciri dan karakter masyarakat madani?
4. Apakah pilar penegak masyarakat madani?
5. Bagaimana sejarah pemikiran masyarakat madani?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian masyarakat dan masyarakat madani
2. Untuk mengetahui ciri-ciri karakteristik dan syarat masyarakat madani
3. Untuk mengetahui pilar penegak masyarakat madani
4. Untuk mengetahui sejarah pemikiran masyarakat madani

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Landasan Teoritis
1. Pengertian Masyarakat
(Society)? Pengertian Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang hidup
secara bersama-sama di suatu wilayah dan membentuk sebuah sistem, baik semi
terbuka maupun semi tertutup, dimana interaksi yang terjadi di dalamnya adalah
antara individu-individu yang ada di kelompok tersebut.
Secara etimologis kata “masyarakat” berasal dari bahasa Arab,
yaitu “musyarak” yang artinya hubungan (interaksi). Sehingga definisi
masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang hidup bersama-sama di suatu
tempat dan saling berinteraksi dalam komunitas yang teratur.
Suatu masyarakat terbentuk karena setiap manusia menggunakan perasaan,
pikiran, dan hasratnya untuk bereaksi terhadap lingkungannya. Hal tersebut
menunjukkan bahwa manusia adalah mahluk sosial yang secara kodrati saling
membutuhkan satu sama lainnya.

2. Pengertian Masyarakat Madani


Masyarakat madani atau civil society merupakan bagian masyarakat yang
memiliki adab dalam membangun, memaknai, dan menjalani kehidupannya. Asal
mula kata madani yaitu dari Bahasa Inggris, yang artinya beradab atau berbudaya.
Pengertian Masyarakat Madani menurut para ahli:
Mun’im (1994) mendefinisikan istilah civil society sebagai seperangkat
gagasan etis yang mengejawantah dalam berbagai tatanan sosial, dan yang paling
penting dari gagasan ini adalah usahanya untuk menyelaraskan berbagai konflik
kepentingan antarindividu, masyarakat, dan negara. Hefner menyatakan bahwa
masyarakat madani adalah masyarakat modern yang bercirikan demokratisasi
dalam beriteraksi di masyarakat yang semakin plural dan heterogen. Dalam
keadan seperti ini masyarakat diharapkan mampu mengorganisasi dirinya, dan

3
tumbuh kesadaran diri dalam mewujudkan peradaban. Mereka akhirnya mampu
mengatasi

dan berpartisipasi dalam kondisi global, kompleks, penuh persaingan dan


perbedaan.
 Mahasin (1995) menyatakan bahwa masyarakat madani sebagai terjemahan
bahasa Inggris, civil society. Kata civil society sebenarnya berasal dari
bahasa Latin yaitu civitas dei yang artinya kota Illahi dan society yang
berarti masyarakat. Dari kata civil akhirnya membentuk
kata civilization yang berarti peradaban. Oleh sebab itu, kata civil
society dapat diartikan sebagai komunitas masyarakat kota yakni
masyarakat yang telah berperadaban maju.
 Istilah madani menurut Munawir (1997) sebenarnya berasal dari bahasa
Arab,madaniy. Kata madaniy berakar dari kata kerja madana yang berarti
mendiami, tinggal, atau membangun. Kemudian berubah istilah
menjadimadaniy yang artinya beradab, orang kota, orang sipil, dan yang
bersifat sipil atau perdata. Dengan demikian, istilah madaniy dalam bahasa
Arabnya mempunyai banyak arti. Konsep masyarakat madani menurut
Madjid (1997) kerapkali dipandang telah berjasa dalam menghadapi
rancangan kekuasaan otoriter dan menentang pemerintahan yang sewenang-
wenang di Amerika Latin, Eropa Selatan, dan Eropa Timur.
 Hall (1998) mengemukakan bahwa masyarakat madani identik dengan
civil society, artinya suatu ide, angan-angan, bayangan, cita-cita suatu
komunitas yang dapat terjewantahkan dalam kehidupan sosial. Pada
masyarakat madani pelaku social akan bepegang teguh pada peradaban dan
kemanusiaan.
Intinya, berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat
madani pada prinsipnya memiliki multimakna atau bermakna ganda yaitu:
demokratis, menjunjung tinggi etika dan moralitas, transparansi,
toleransi, berpotensi, aspiratif, bermotivasi, berpartisipasi, konsistensi, memiliki
perbandingan, komparasi, mampu berkoordinasi, simplifikasi, sinkronisasi,

3
integrasi, mengakui emansipasi, dan hak asasi, sederhana,namun yang paling
dominan adalah masyarakat yang demokratis. Dengan mengetahui makna madani,
maka istilah masyarakat madani secara mudah dapat difahami sebagai masyarakat
yang beradab, masyarakat sipil, dan masyarakat yang tinggal di suatu kota atau
berfaham masyarakat kota yang pluralistik.

3. Manfaat Masyarakat Madani


Manfaat yang diperoleh dengan terwujudnya masyarakat madani ialah
terciptanya masyarakat Indonesia yang demokratis sebagai salah satu tuntutan
reformasi di dalam negeri dan tekanan-tekanan politik dan ekonomi dari luar
negeri. Di samping itu, melalui masyarakat madani akan mendorong munculnya
inovasi-inovasi baru di bidang pendidikan. Selanjutnya, dengan terwujudnya
masyarakat madani, maka persoalan-persoalan besar bangsa Indonesia seperti:
konflik-konflik suku, agama, ras, etnik, golongan, kesenjangan sosial,
kemiskinan, kebodohan, ketidakadilan pembagian “kue bangsa” antara pusat dan
daerah, saling curiga serta ketidakharmonisan pergaulan antarwarga dan lain-lain
yang selama Orde Baru lebih banyak ditutup-tutupi, direkayasa dan dicarikan
kambing hitamnya itu diharapkan dapat diselesaikan secara arif, terbuka, tuntas,
dan melegakan semua pihak, suatu prakondisi untuk dapat mewujudkan
kesejahteraan lahir batin bagi seluruh rakyat. Dengan demikian, kekhawatiran
akan terjadinya disintegrasi bangsa dapat dicegah.
Guna mewujudkan masyarakat madani dibutuhkan motivasi yang tinggi dan
partisipasi nyata dari individu sebagai anggota masyarakat. Hal ini intinya
menyatakan bahwa untuk mewujudkan masyarakat madani diperlukan proses dan
waktu serta dituntut komitmen masing-masing warganya untuk mereformasi diri
secara total dan selalu konsisten dan penuh kearifan dalam menyikapi konflik
yang tak terelakan. Tuntutan terhadap aspek ini sama pentingnya dengan
kebutuhan akan toleransi sebagai instrumen dasar lahirnya sebuah konsensus atau
kompromi.

B. Sejarah Pemikiran Masyarakat Madani

3
Istilah masyarakat madani di Indonesia bermula dari gagasan Dato Anwar
Ibrahim yang tengah menjabat sebagai Menteri Keuangan. Istilah masyarakat
madani kemudian mendapat legitimasi dari beberapa pakar di Indonesia, termasuk
Nurcholis Majid yang telah melakukan rekontruksi terhadap masyarakat madani
dalam sejarah islam pada artikelnya “Masyarakat Madani”.
Lalu istilah masyarakat madani dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah
civil society pertama kali dikemukan oleh Cicero dalam filsafat politiknya dengan
istilah societies civilis yang identik dengan negara. Rahadrjo (1997) menyatakan
bahawa istilah civil society sudah adasejak zaman sebelum masehi. Orang yang
pertama kali mencetuskan istilah civil society adalah Cicero (104-43 SM), sebagai
oratur yunani.Civil society menurut Cicero ialah suatu komunitas politik yang
beradab seperti yang dicontohkan oleh masyarakat kota yang memiliki kode
hukum sendiri. Dengan konsep civility (kewargaan) dan urbanity (budaya kota),
maka dipahami bukan hanya sekadar konsentrasi penduduk, melainkan juga
sebagai pusat peradaban dan kebudayaan.
Filsuf yunani Aristoteles (384-322 M) yang memandang masyarakat sipil
sebagai suatu sistem kenegaraan atau identik dengan negara itu sendiri, pandangan
ini merupakan Fase pertama sejarah wacana civil society, yang berkembang
dewasa ini, yakni masyarakat sivil diluar dan penyeimbang lembaga negara, pada
masa ini civil society dipahami sebagai sistem kenegaraan dengan menggunakan
istilah koinonia politike, yakni sebuah komunitas politik tempat warga dapat
terlibat langsung dalam berbagai percaturan ekonomi-politik dan pengambilan
keputusan.
Fase kedua, pada tahun 1767 Adam Ferguson mengembangkan wacana civil
society, dengan konteks sosial dan politik di Skotlandia. Berbeda dengan
pendahulunya, ia lebih menekankan visi etis pada civil society, dalam kehidupan
sosial, pemahaman ini lahir tidak lepas dari pengaruh revolusi industri dan
kapitalisme yang melahirkan ketimpangan sosial yang mencolok.
Fase ketiga, berbeda dengan pendahulunya, pada tahun 1792 Thomas Paine
memaknai wacana civil society sebagai suatu yang berlawanan dengan lembaga
negara, bahkan ia dianggap sebagain anitesis negara, bersandar pada paradigma
ini, peran negara sudah saatnya dibatasi, menurut pandangan ini, negara tidak lain

3
hanyalah keniscayaan buruk belaka, konsep negera yang absah, menurut
pemikiran ini adalah perwujudkan dari delegasi kekuasaan yang diberikan oleh
masyarakat demi terciptanya kesejahteraan bersama.
Fase keempat, wacana civil society selanjutnya dikembangkan oleh G.W.F
Hegel (1770-1831 M), Karl Max (1818-1883 M), dan Antonio Gramsci (1891-
1837 M). dalam pandangan ketiganya, civil society merupakan elemen ideologis
kelas dominan, pemahaman ini adalah reaksi atau pandangan Paine, Hegel
memandang civil society sebagai kelompok subordinatif terhadap negara,
pandangan ini, menurut pakar politik Indonesia Ryass Rasyid, erat kaitannya
dengan
perkembangan sosial masyarakat borjuasi Eropa yang pertumbuhannya ditandai
oleh pejuang melepaskan diri dari cengkeraman dominasi negara.
Fase kelima, wacana civil society sebagai reaksi terhadap mazhab Hegelian
yang dikembangkan oleh Alexis dengan Tocqueville (1805-1859), bersumber dari
pengalamannya mengamati budaya demokrasi Amerika, ia memandang civil
society sebagai kelompok penyeimbang kekuatan negara, menurutnya kekuatan
politik dan masyarakat sipil merupakan kekuatan utama yang menjadikan
demokrasi Amerika mempunyai daya tahan yang kuat.
Di Indonesia, pengertian masyarakat madani pertama kali diperkenalkan oleh
Anwar Ibrahim (mantan Deputi PM Malaysia) dalam festival Istiqlal 1995. Oleh
Anwar Ibrahim dinyatakan bahwa masyarakat madani adalah: Sistem sosial yang
subur yang diasaskan kepada prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara
kebebasan perorangan dan kestabilan masyarakat. Masyarakat mendorong daya
usaha serta inisiatif individu baik dari segi pemikiran, seni, pelaksanaan
pemerintahan, mengikuti undang – undang dan bukan nafsu atau keinginan
individu, menjadikan keterdugaan serta ketulusan.
Perjuangan masyarakat madani di Indonesia pada awal pergerakan kebangsaan
dipelopori oleh Syarikat Islam (1912) dan dilanjutkan oleh Soeltan Syahrir pada
awal kemerdekaan (Norlholt, 1999). Jiwa demokrasi Soeltan Syahrir ternyata
harus menghadapi kekuatan represif baik dari rezim Orde Lama di bawah
pimpinan Soekarno maupun rezim Orde Baru di bawah pimpinan Soeharto,
tuntutan perjuangan transformasi menuju masyarakat madani pada era reformasi

3
ini tampaknya sudah tak terbendungkan lagi dengan tokoh utamanya adalah
Amien Rais dari Yogyakarta.

C. Ciri-Ciri Dan Syarat-Syarat Masyarakat Madani


Ciri utama masyarakat madani adalah demokrasi. Demokrasi
memilikikonsekuensi luas di antaranya menuntut kemampuan partisipasi
masyarakat dalam sistem politik dengan organisasi-organisasi politik yang
independen sehingga memungkinkan kontrol aktif dan efektif dari masyarakat
terhadap pemerintah dan pembangunan, dan sekaligus masyarakat sebagai pelaku
ekonomi pasar.

Hidayat Nur Wahid mencirikan masyarakat madani sebagai masyarakat yang


memegang teguh ideology yang benar, berakhlak mulia, secara politik-ekonomi-
budaya bersifat mandiri, serta memiliki pemerintahan sipil.
Ciri-ciri dan Karakteristik yang harus dimiliki masyarakat madani adalah sebagai
berikut :
1. Free public sphere (ruang publik yang bebas), yaitu masyarakat memiliki
akses penuh terhadap setiap kegiatan publik, mereka berhak melakukan
kegiatan secara merdeka dalam menyampaikan pendapat, berserikat,
berkumpul, serta mempublikasikan informasikan kepada publik.
2. Demokratisasi, yaitu proses untuk menerapkan prinsip-prinsip demokrasi
sehingga muwujudkan masyarakat yang demokratis. Untuk menumbuhkan
demokratisasi dibutuhkan kesiapan anggota masyarakat berupa kesadaran
pribadi, kesetaraan, dan kemandirian serta kemampuan untuk berperilaku
demokratis kepada orang lain dan menerima perlakuan demokratis dari
orang lain.
3. Toleransi, yaitu kesediaan individu untuk menerima pandangan-
pandangan politik dan sikap sosial yang berbeda dalam masyarakat, sikap
saling menghargai dan menghormati pendapat serta aktivitas yang
dilakukan oleh orang/kelompok lain.

3
4. Pluralisme, yaitu sikap mengakui dan menerima kenyataan mayarakat
yang majemuk disertai dengan sikap tulus, bahwa kemajemukan sebagai
nilai positif dan merupakan rahmat dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
5. Keadilan sosial (social justice), yaitu keseimbangan dan pembagian yang
proporsiaonal antara hak dan kewajiban, serta tanggung jawab individu
terhadap lingkungannya.
6. Partisipasi sosial, yaitu partisipasi masyarakat yang benar-benar bersih
dari rekayasa, intimidasi, ataupun intervensi penguasa/pihak lain, sehingga
masyarakat memiliki kedewasaan dan kemandirian berpolitik yang
bertanggungjawab.

7. Supremasi hukum, yaitu upaya untuk memberikan jaminan terciptanya


keadilan. Keadilan harus diposisikan secara netral, artinya setiap orang
memiliki kedudukan dan perlakuan hukum yang sama tanpa kecuali.
Ada pula syarat-syarat khusus menuju Masyarakat Madani, diantaranya:
1. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi.
2. Memiliki kemampuan memenuhi kebutuhan pokok sendiri.
3. Semakin baik mengandalkan sumber-sumber pembiayaan dalam negeri.
4. Secara umum telah memiliki kemampuan ekonomi, sistem politik, sosial
budaya, dan pertahanan keamanan yang dinamis, tangguh serta
berwawasan global.

D. Masyarakat Madani di Indonesia


Indonesia memiliki tradisi kuat civil society (masyarakat madani) bahkan jauh
sebelum negara bangsa berdiri, masyarakat sipil telah berkembang pesat yang
diwakili oleh kiprah beragam organisasi sosial keagamaan dan pergerakan
nasional dalam dalam perjuangan merebut kemerdekaan, selain berperan sebagai
organisasi perjuangan penegakan HAM dan perlawanan terhadap kekuasaan
kolonial, organisasi berbasis islam, seperti Serikat Islam (SI), Hahdlatul Ulama
(NU) dan Muhammadiyah, telah menunjukan kiprahnya sebagai komponen civil
society yang penting dalam sejarah perkembangan masyarakat sipil di Indonesia.

3
Terdapat beberapa strategi yang ditawarkan kalangan ahli tentang bagaimana
seharusnya bangunan masyarakat madani bisa terwujud di Indonesia :
1. Pandangan integrasi nasional dan politik. Pandangan ini menyatakan
bahwa sistem demokrasi tidak munkin berlangsung dalam kenyataan hidup
sehari-hari dalam masyarakat yang belum memiliki kesadaran dalam hidup
berbangsa dan bernegara.
2. Pandangan reformasi sistem politk demokrasi, yakni pandangan yang
menekankan bahwa untuk membangun demokrasi tidak usah terlalu
bergantung pada pembangunan ekonomi, dalam tataran ini, pembangunan
institusi politik yang demokratis lebih diutamakan oleh negara dibanding
pembangunan ekonomi.

3. Paradigma membangun masyarakat madani sebagai basis utama


pembangunan demokrasi, pandangan ini merupakan paradigma alternatif
di antara dua pandangan yang pertama yang dianggap gagal dalam
pengembangan demokrasi, berbeda dengan dua pandangan pertama,
pandangan ini lebih menekankan proses pendidikan dan penyadaran
politik warga negara, khususnya kalangan kelas menengah.
Bersandar pada tiga paradigma diatas, pengembangan demokrasi dan
masyarakat madani selayaknya tidak hanya bergantung pada salah satu pandangan
tersebut, sebaliknya untuk mewujudkan masyarakat madani yang seimbang
dengan kekuatan negara dibutuhkan gabungan strategi dan paradigma, setidaknya
tiga paradigma ini dapat dijadikan acuan dalam pengembangan demokrasi di masa
transisi sekarang melalui cara :
1. Memperluas golongan menengah melalui pemberian kesempatan bagi
kelas menengah untuk berkembang menjadi kelompok masyarakat madani
yang mandiri secara politik dan ekonomi, dengan pandangan ini, negara
harus menempatkan diri sebagai regulator dan fasilitator bagi
pengembangan ekonomi nasional, tantangan pasar bebas dan demokrasi
global mengharuskan negara mengurangi perannya sebagai aktor dominan
dalam proses pengembangan masyarakat madani yang tangguh.

3
2. Mereformasi sistem politik demokratis melalui pemberdayaan lembaga-
lembaga demokrasi yang ada berjalan sesuai prinsip-prinsip demokrasi,
sikap pemerintah untuk tidak mencampuri atau mempengaruhi putusan
hukum yang dilakukan oleh lembaga yudikatif merupakan salah satu
komponen penting dari pembangunan kemandirian lembaga demokrasi.
3. Penyelenggaraan pendidikan politik (pendidikan demokrasi) bagi warga
negara secara keseluruhan. Pendidikan politik yang dimaksud adalah
pendidikan demokrasi yang dilakukan secara terus-menerus melalui
keterlibatan semua unsur masyarakat melalu prinsip pendidikan
demokratis, yakni pendidikan dari, oleh dan untuk warga negara.
Kondisi Indonesia yang dilanda euforia demokrasi, semangat otonomi daerah
dan derasnya globalisasi membutuhkan masyarakat yang mempunyai kemauan
dan
kemampuan hidup bersama dalam sikap saling menghargai, toleransi, dalam
kemajemukan yang tidak saling mengeksklusifkan terhadap berbagai
suku, agama, bahasa, dan adat yang berbeda. Kepedulian, kesantunan, dan
setiakawan merupakan sikap yang sekaligus menjadi prasarana yang diperlukan
bangsa Indonesia. Pengembangan masyarakat madani di Indonesia tidak bisa
dipisahkan dari pengalaman sejarah bangsa Indonesia sendiri. Kebudayaan, adat
istiadat, pandangan hidup, kebisaan, rasa sepenanggungan, cita-cita dan hasrat
bersama sebagai warga dan sebagai bangsa, tidak mungkin lepas dari lingkungan
serta sejarahnya. Keunggulan bangsa Indonesia, adalah berhasilnya proses
akulturasi dan inkulturasi yang kritis dan konstruktif. Pada saat ini, ada
pertimbangan lain mengapa pengembangan masyarakat madani secara khusus kita
beri perhatian.
Untuk membangun masyarakat madani di Indonesia, ada enam faktor harus
diperhatikan, yaitu:
1. Adanya perbaikan di sektor ekonomi, dalam rangka peningkatan
pendapatan masyarakat, dan dapat mendukung kegiatan pemerintahan.
2. Tumbuhnya intelektualitas dalam rangka membangun manusia yang
memiliki komitmen untuk independen.

3
3. Terjadinya pergeseran budaya dari masyarakat yang berbudaya
paternalistik menjadi budaya yang lebih modern dan lebih independen.
4. Berkembangnya pluralisme dalam kehidupan yang beragam.
5. Adanya partisipasi aktif dalam menciptakan tata pamong yang baik.
6. Adanya keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan yang melandasi moral
kehidupan.

E. Faktor Yang Mempengaruhi Masyarakat Madani


Terdapat dua faktor yang mempengaruhi masyarakat madani, yaitu faktor
pendorong dan faktor penghambat.
Beberapa faktor pendorong timbulnya masyarakat madani:
1. Adanya penguasa politik yang cenderung mendominasi (menguasai)
masyarakat agar patuh dan taat pada penguasa.

2. Masayarakat diasumsikan sebagai orang yang tidak memilkik kemampuan


yang baik (bodoh) dibandingkan dengan penguasa ( pemerintah).
3. Adanya usaha untuk membatasiruang gerak dari masyarakat dalam
kehidupan poitik. Keadaan ini sangat menyulitkan bagi masyarakat untuk
mengemukakan pendapat, karena ruang publik yang bebaslah individu
berada dalam posisi setara, dan melakukan transaksi.
Factor penghambat masyarakat madani:
1. Adapun yang masih menjadi kendala dalam mewujudkan masyarakat
madani di Indonesia diantaranya :
2. Kualitas Sumber Daya Manusiayang belum memadai karena pendidikan
yang belum merata.
3. Masih rendahnya pendidikan politik masyarakat.
4. Kondisi ekonomi nasional yang belum stabil pasca krisis moneter.
5. Tingginya angkatan kerja yang belum terserap karena lapangan kerja yang
terbatas.
6. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sepihak dalam jumlah yang besar.
7. Kondisi sosial politik yang belum pulih pasca reformasi.

3
F. Solusi Mengatasi Masalah
Salah satu cara untuk mewujudkan masyarakat madani adalah dengan
melakukan demokratisasi pendidikan. Masyarakat madani perlu segera
diwujudkan karena bermanfaat untuk meredam berbagai tuntutan reformasi dari
dalam negeri maupun tekanan-tekanan politik dan ekonomi dari luar negeri. Di
samping itu, melalui masyarakat madani akan muncul inovasi-inovasi pendidikan
dan menghindari terjadinya disintegrasi bangsa.Untuk mewujudkan masyarakat
madani dalam jangka panjang adalah dengan cara melakukan demokratisasi
pendidikan. Demokratisasi pendidikan ialah pendidikan hati nurani yang lebih
humanistis dan beradab sesuai dengan cita-cita masyarakat madani. Melalui
demokratisasi pendidikan akan terjadi proses kesetaraan antara pendidik dan
peserta didik di dalam proses belajar mengajarnya. Inovasi pendidikan yang
berkonteks demokratisasi pendidikan perlu memperhatikan masalah-masalah
pragmatik. Pengajaran yang kurang menekankan pada konteks pragmatik pada
gilirannya akan
menyebabkan peserta didik akan terlepas dari akar budaya dan masyarakatnya.
Demokrasi sendiri adalah suatu bentuk pemerintahan dengan kekuasaan di tangan
rakyat. Dalam perkembangannya, demokrasi bermakna semakin spesifik lagi yaitu
fungsi-fungsi kekuasaan politik merupakan sarana dan prasarana untuk memenuhi
kepentingan rakyat. Dengan demokrasi, rakyat boleh berharap bahwa masa
depannya ditentukan oleh dan untuk rakyat, sedangkan demokratisasi ialah proses
menuju demokrasi. Tujuan demokratisasi pendidikan ialah menghasilkan lulusan
yang merdeka, berpikir kritis dan sangat toleran dengan pandangan dan praktik-
praktik demokrasi.
Generasi penerus sebagai anggota masyarakat harus benar-benar disiapkan
untuk membangun masyarakat madani yang dicita-citakan. Masyarakat dan
generasi muda yang mampu membangun masyarakat madani dapat dipersiapkan
melalui pendidikan. Salah satu cara untuk mewujudkan masyarakat madani adalah
melalui jalur pendidikan, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Generasi penerus merupakan anggota masyarakat madani di masa
mendatang. Oleh karena itu, mereka perlu dibekali cara-cara berdemokrasi
melalui demokratisasi pendidikan. Dengan demikian, demokratisasi pendidikan

3
berguna untuk menyiapkan peserta didik agar terbiasa bebas berbicara dan
mengeluarkan pendapat secara bertanggung jawab, turut bertanggung jawab,
terbiasa mendengar dengan baik dan menghargai pendapat orang lain,
menumbuhkan keberanian moral yang tinggi, terbiasa bergaul dengan rakyat, ikut
merasa memiliki, sama-sama merasakan suka dan duka dengan masyarakatnya,
dan mempelajari kehidupan masyarakat. Kelak jika generasi penerus ini menjadi
pemimpin bangsa, maka demokratisasi pendidikan yang telah dialaminya akan
mengajarkan kepadanya bahwa seseorang penguasa tidak boleh terserabut dari
budaya dan rakyatnya, pemimpin harus senantiasa mengadakan kontak dengan
rakyatnya, mengenal dan peka terhadap tuntutan hati nurani rakyatnya, suka dan
duka bersama, menghilangkan kesedihan dan penderitaan-penderitaan atas
kerugian-kerugian yang dialami rakyatnya. Upaya ke arah ini dapat ditempuh
melalui demokratisasi pendidikan. Dengan komunikasi struktural dan kultural
antara pendidik dan peserta didik, maka akan terjadi interaksi yang sehat, wajar,
dan bertanggung jawab.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mayarakat madani dipahami sebagai kemandirian aktivitas warga
masyarakat madani sebagai “area tempat berbagai gerakan sosial” (seperti
himpunan ketetanggaan, kelompok wanita, kelompok keagamaan, dan kelompk
intelektual) serta organisasi sipil dari semua kelas (seperti ahli hukum, wartawan,
serikat buruh dan usahawan) berusaha menyatakan diri mereka dalam suatu
himpunan, sehingga mereka dapat mengekspresikan diri mereka sendiri dan
memajukkan pelbagai kepentingan mereka.
Karakteristik masyarakat madani diperlukan persyaratan-persyaratan yang
menjadi nilai universal dalam penegakkan masyarakat madani. Diantaranya yaitu
ruang public yang bebas, demokratisasi, toleransi, pluralisme, keadilan social,
partisipasi social, dan supremasi hukum. Masyarakat madani juga harus
mempunyai pilar-pilar penegak, karena berfungsi sebagai mengkritisi kebijakan-

3
kebijakan penguasa yang diskriminatif serta mampu memperjuangkan aspirasi
masyarakat yang tertindas.
Berkembangnya masyarakat madani di Indonesia diawali dengan kasus-
kasus pelanggaran HAM dan pengekangan kebebasan berpendapat, berserikat,
dan kebebasan untuk mengeluarkan pendapat dimuka umum kemudian
dilanjutkan dengan munculnya berbagai lembaga-lembaga non pemerintah
mempunyai kekuatan dan bagian dari sosial control.

B. Saran
Setelah selesainya makalah ini, disana sini banyak kekurangan dari
benarnya. Maka kami selaku penyusun makalah ini berharap kritik dan saran-
sarannya yang sifatnya membangun. Karena kami selaku penyusun masih dalam
tahap belajar. Atas saran-sarannya kami mengucapkan terima kasih dan semoga
makalah ini berguna bagi penyusun dan pembacanya.

DAFTAR PUSTAKA

 Adi, Suryadi. 2002.Masyarakat Madani: Pemikiran, Teori dan


Relevansinya dengan Cita -cita Reformasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
 Arifin Rahman. Sistem Politik Indonesia Dalam Perspektif, Struktural dan
Fungsional. Surabaya, SIC.1998

Anda mungkin juga menyukai