Makalah Agama Kelompok 1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KELOMPOK

PERSPEKTIF KEHIDUPAN SOSIAL DALAM AGAMA ISLAM

Disusun Oleh :

Noer Adhela Krisna Putri Achmad – 202211210002

Fernanda Maulana Kusuma Putri – 202211210003

Rahma Novia Budiati -202211210014

Muhammad Rizky Kusuma W – 202211330013

Rio Firmansyah – 202211330015

Najwa Aulia N – 202211220006

Cahya Putra As-Sholih (202211210012)

Siti Amriyah (202211210019)

Solehati (202211330023)

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra


Tahun Pelajaran 2022-2023

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kami karunia
nikmat dan kesehatan, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini, dan terus dapat
menimba ilmu di Universitas Dr.Soetomo.

Penulisan makalah ini merupakan sebuah tugas dari dosen mata kuliah Pendidikan Agama
Islam. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan
pengetahuan pada mata kuliah yang sedang dipelajari, agar saya menjadi menjadi mahasiswa
yang berguna bagi agama, bangsa dan negara.

Dengan tersusunnya makalah ini saya menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan
kelemahan, demi kesempurnaan makalah ini saya sangat berharap perbaikan, kritik dan saran
yang sifatnya membangun apabila terdapat kesalahan.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi saya
sendiri umumnya para pembaca makalah ini.

Terima kasih.

Surabaya, November 2022

( Kelompok 1 ( Satu )
DAFTAR ISI

JUDUL............................................................................................................................1

KATA PENGANTAR....................................................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG .................................................................................................4


B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................................5
C. TUJUAN ......................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MASYARAKT MADANI..................................................................6


B. KARAKTERISTIK MASYARAKAT
MADANI......................................................................................................................7
C. BAGAIMANA UPAYA DALAM MEWUJUDKAN
MASYRAKAT MADANI............................................................................................8
D. POSISI DAN PERAN UMAT ISLAM
MEWUJUDKAN MASYARAKAT MADANI...........................................................10

BAB III PENUTUPAN

A. KESIMPULAN ..........................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................10
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai teori atau konsep, civil society sebenarnya sudah lama dikenal sejak masa
Aristoteles pada zaman Yunani Kuno, Cicero, pada zaman Roma Kuno, pada abad
pertengahan, masa pencerahan dan masa modern. Dengan istilah yang berbeda-beda, civil
society mengalami evolusi pengertian yang berubah dari masa ke masa. Di zaman
pencerahan dan modern, isttilah tersebut dibahas oleh tokoh-tokoh ilmu-ilmu sosial

Mewujudkan masyarakat madani adalah membangun kota budaya bukan sekedar


merefitalisasikan adab dan tradisi masyarakat lokal, tetapi lebih dari itu adalah
membangun masyarakat yang berbudaya agamis sesuai keyakinan individu, masyarakat
berbudaya yang saling cinta dan kasih yang menghargai nilai-nilai kemanusian.
Ungkapan lisan dan makalah tentang masyarakat madani semakin marak akhir-akhir ini
seiring dengan bergulirnya proses reformasi di Indonesia.

Proses ini ditandai dengan munculnya tuntutan kaum reformis untuk mengganti Orde
Baru yang berusaha mempertahankan tatanan masyarakat yang status quo menjadi tatanan
masyarakat yang madani. Untuk mewujudkan masyarakat madani tidaklah semudah
membalikan telapak tangan. Namun, memerlukan proses panjang dan waktu serta
menuntut komitmen masing-masing warga bangsa ini untuk mereformasi diri secara total
dan konsisten dalam suatu perjuangan yang gigih.

Supaya tercipta pemahaman yang menyeluruh tentang masyarakat madani, penulis ingin
membahas konsep masyarakat madani yang lebih kompleks mencakup pengertian,
karakteristik, dan perwujudan masyarakat madani serta posisi dan peran umat islam
Indonesia. Maka dari itu, penulis mengangkat judul “Konsep Masyarakat Madani” dalam
makalah ini dalam rangka pemenuhan tugas Pendidikan Agama Islam.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Pengertian masyarakat madani


2. Karakteristik masyarakat madani
3. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk mewujudkan masyarakat madani
4. Apa posisi dan peran umat islam dalam mewujudkan masyarakat madan

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penulisan makalah ini adalah

1. Mengetahui pengertian dari masyarakat madani


2. Memahani karateristik masyarakat madani
3. Mengetahui upaya yang dilakukan untuk mewujudkan masyarakat madani
4. Mengetahui apa posisi dan peran umat islam Indonesia dalam mewujudkan
masyarakat madani
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Masyarakat Madani

Masyarakat madani berasal dari bahasa Inggris, civil society. Kata civil society
sebenarnya berasal dari bahasa Latin yaitu civitas dei yang artinya kota Illahi dan society
yang berarti masyarakat. Dari kata civil akhirnya membentuk kata civilization yang berarti
peradaban (Gellner seperti yang dikutip Mahasin 1995). Oleh sebab itu, kata civil society
dapat diartikan sebagai komunitas masyarakat kota, yakni masyarakat yang telah
berperadaban maju. Konsepsi seperti ini, menurut Madjid: seperti yang dikutip Mahasin
(1995), pada awalnya lebih merujuk pada dunia Islam yang ditunjukkan oleh masyarakat kota
Arab.

Sebaliknya, lawan dari kata atau istilah masyarakat nonmadani adalah kaum
pengembara, badawah, yang masih membawa citranya yang kasar, berwawasan pengetahuan
yang sempit, masyarakat puritan, tradisional penuh mitos dan takhayul, banyak memainkan
kekuasaan dan kekuatan, sering dan suka menindas, serta sifat-sifat negatif lainnya.

Gellner (1995) menyatakan bahwa masyarakat madani akan terwujud keika terjadi
tatanan masyarakat yang harmonis, yang bebas dari eksploitasi dan penindasan pendek kata,
masyarakat madani ialah kondisi suatu komunitas yang jauh dari monopoli kebenaran dan
kekuasaan. Kebenaran dan kekuasaan adalah milik bersama. Setiap anggota masyarakat
madani tidak bisa ditekan, ditakut-takuti, dianggu kebebasannya, semakin dijauhkan dari
demokrasi, dan sejenisnya. Oleh karena itu, perjuangan menuju masyarakat madani pada
hakikatnya merupakan proses panjang dan produk sejarah yang abadi, dan perjuangan
melawan kezaliman dan dominasi para penguasa menjadi ciri utama masyarakat madani.

Istilah madani menurut Munawir (1997) sebenarnya berasal dari bahasa Arab,
madaniy. Kata madaniy berakar dari kata kerja madana yang berarti mendiami, tinggal, atau
membangun. Kemudian berubah istilah menjadi madaniy yang artinya beradab, orang kota,
orang sipil, dan yang bersifat sipil atau perdata. Dengan demikian istilah madaniy dalam
bahasa Arab mempunyai banyak arti. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Hall (1998),
yang menyatakan bahwa masyarakat madani identik dengan civil society, artinya suatu ide,
angan-angan, bayangan, cita-cita suatu komunitas yang dapat terjewantahkan ke dalam
kehidupan social. Dalam masyarakat madani, pelaku social akan berpegang tegung pada
peradaban dan kemanusiaan. Hefner (1998:16-20) menyatakan bahwa masyarakat madani
merupakan masyarakat modern yang bercirikan kebebasan dan demokratisasi dalam
berinteraksi di masyarakat yang semamin plural dan heterogen. Dalam keadaan seperi ini
masyarakat diharapkan mampu mengoranisasikan dirinya, dan tumbuh kesadaran diri dalam
mewujudkan peradaban. Mereka akhirnya mampu mengatasi dan berpartisipasi dalam kondisi
global, kompleks, penuh persaingan dan perbedaan.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat madani pada


prinsipnya memiliki multimakna, yaitu masyarakat yang demokratis, menjunjung tinggi etika
dan moralitas, transparan, toleransi, berpotensi, aspiratif, bermotivasi, berpartisipasi,
konsisten, memiliki perbandingan, mampu berkoordinasi, sederhana, sinkron, integral,
mengakui emansipasi, dan hak asasi, namun yang paling dominant adalah masyarakat yang
demokratis.

2.2 Karakteristik Masyarakat Madani

Ada tiga karakteristik dasar dalam masyarakat madani, yaitu :

1. Diakuinya semangat pluralisme. Artinya, pluralitas telah menjadi sebuah keniscayaan


yang tidak dapat dielakkan, sehingga mau tidak mau, pluralitas telah menjadi suatu kaidah
yang abadi. Dengan kata lain, pluralitas merupakan sesuatu yang kodrati (given) dalam
kehidupan. Pluralismebertujuan mencerdaskan umat melalui perbedaan konstruktif dan
dinamis, dan merupakan sumber dan motivator terwujudnya kreativitas, yang terancam
keberadaannya jika tidak terdapat perbedaan. Satu hal yang menjadi catatan penting bagi kita
adalah sebuah perbedaan yang kosmopolit akan tercipta manakala manusia memiliki sikap
inklusif, dan mempunyai kemampuan (ability) menyesuaikan diri terhadap lingkungan
sekitar. Namun, dengan catatan, identitas sejati atas parameter-parameter otentik agama tetap
terjaga.

2. Tingginya sikap toleransi. Baik terhadap saudara sesame agama maupun terhadap
umat agama lain. Secara sederhana toleransi dapat diartikan sebagai sikap suka mendengar,
dan menghargai pendapat dan pendirian orang lain. Senada dengan hal itu, Quraish Shihab
(2000) menyatakan bahwa tujuan agama tidak semata-mata mempertahankan kelestariannya
sebagai sebuah agama. Namun, juga mengakui eksistensi agama lain dengan memberinya hak
hidup berdampingan, dan saling menghormati satu sama lain.
3. Tegaknya prinsip demokrasi. Demokrasi bukan sekedar kebebasan dan persaingan,
demokrasi adalah pula suatu pilihan untuk bersama-sama membangun, dan memperjuangkan
perikehidupan warga dan masyarakat yang semakin sejahteran. Masyarakat madani
mempunyai ciri-ciri ketakwaan kepada Tuhan yang tinggi, hidup berdasarkan sains dan
teknologi, berpendidikan tinggi, mengamalkan nilai hidup modern dan progresif,
mengamalkan nilai kewarganegaraan, akhlak dan moral yang baik, mempunyai pengaruh
yang luas dalam proses membuat keputusan, dan menentukan nasib masa depan yang baik
melalui kegiatan sosial, politik, dan lembaga masyarakat.

2.3 Upaya Mewujudkan Masyarakat Madani


‫هّٰلل‬
ۗ ‫ب لَ َكانَ خَ ْيرًا لَّهُ ْم‬ ِ ْ‫اس تَْأ ُمرُوْ نَ بِ ْال َم ْعرُو‬
ِ ‫ف َوتَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َوتُْؤ ِمنُوْ نَ بِا ِ ۗ َولَوْ ٰا َمنَ اَ ْه ُل ْال ِك ٰت‬ ِ َّ‫ت لِلن‬ ْ ‫ُك ْنتُ ْم َخ ْي َر اُ َّم ٍة اُ ْخ ِر َج‬
َ‫ِم ْنهُ ُم ْال ُمْؤ ِمنُوْ نَ َواَ ْكثَ ُرهُ ُم ْال ٰف ِسقُوْ ن‬

“ 110. kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli
kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”

Masyarakat madani sejatinya bukanlah konsep yang ekslusif dan dipandang sebagai dokumen
usang. Ia merupakan konsep yang senantiasa hidup dan dapat berkembang dalam setiap ruang
dan waktu. Mengingat landasan dan motivasi utama dalam masyarakat madani adalah
Alquran. Prinsip terciptanya masyarakat madani bermula sejak hijrahnya Nabi Muhammad
Saw. beserta para pengikutnya dari Makah ke Yatsrib. Hal tersebut terlihat dari tujuan hijrah
sebagai sebuah refleksi gerakan penyelamatan akidah dan sebuah sikap optimisme dalam
mewujudkan cita-cita membentuk yang madaniyyah (beradab)

Pembangunan yang dilakukan oleh Rasulullah adalah pembangunan yang mengacu


pada sistem ilahi, dan dikerjakan secara bertahap, yaitu:

1. Tahap Persiapan. Membersihkan mental masyarakat dari kemusyrikan, kezaliman,


dan kebodohan. Yakni memantapkan keyakinan atau aqidah atau kepercayaan kepada
Allah. Maka manusia akan bersikap jujur, adil, berwibawa, tegas dan sopan santun.
Kalau kebenaran sudah dijungkir balikan, hukum diinjak-injak, mereka akan bangkit
membelanya
2. Tahap Penggalangan. Rasulullah SAW tiba di yastrib pada hari Jum’at tanggal 12
Rabiul Awal tahun pertama Hijriah. Pada hari itu juga Yatrib diganti namanya
menjadi Madinah. Langkah yang ditempuh adalah:
1. Menyatukan visi dan misi yang diikat dengan persaudaraan.
2. Menanamkan rasa kasih sayang dan persamaan derajat atau tingkatan, tidak ada
perbedaan antara satu dengan yang lain, kecuali takwanya.
3. Mengadakan perjanjian perdamaian, kerukunan umat beragama.
4. Toleransi dalam menjalankan keyakinan agama atau kepercayaan, tidak adanya
paksaan dalam beragama.
5. Menata sistem hukum, pranata perundang-undangan.
6. Tahap Pemberdayaan. Menerapkan diberikannya kepada mereka kebebasan
melakukan kegiatan, tetapi harus di dalam koridor peraturan yang ada. Semangat
iman, dan semangat disiplin itulah yang mengantarkan manusia menjadi
muttaqiin. Jiwa iman dan taqwa inilah yang melandasi orang dalam setiap
kegitaannya, apapun pekerjaan dan profesinya. Rasulullah memberikan motivasi
kepada setiap orang, bahwa apa yang dikerjakan itu pasti akan mendapat balasan,
tidak hanya berupa upah di dunia tetapo pahala juga di akherat. Bekerjalah setiap
perkerjaan akan dimudahkan Allah. Beliau bersabda:

“ Dari Ali Bin Abi Thalib r.a berkata: datang seseorang kepada Rasulullah SAW dan
berkata: apakah tidak sebaiknya kita berserah diri kepada Allah? Rasul SAW menjawab:
tidak, bekerjalah kamu segala sesuatu itu dimudahkan, kemudian membaca ayat: “maka
barangsiapa yang memberi dan bertaqwa serta membenarkan adanya pahala kebaikan pasti
akan kami mudahkan baginya”.

Oleh karena itu dalam menghadapi perkembangan dan perubahan zaman maka perlu
ditekankan untuk mewujudkan masyarakat madani selain apa yang sudah dilakukan oleh
Rasulullah SAW, antara lain:

1. Membangkitkan semangat islam melalui pemikiran islamisasi ilmu pengetahuan,


islamisasi kelembagaan ekonomi melalui lembaga ekonomi dan perbankan syariah
dan lain-lain.
2. Kesadaran untuk maju dan selalu bersikap konsisten terhadap moral atau akhlak
islami.
3. Menegakkan hukum islam dan ditegakkannya keadilan dengan disertai komitmen
yang tinggi.
4. Ketulusan ikatan jiwa, sikap yang yakin kepada adanya tujuan hidup yang lebih tinggi
daripada pengalaman hidup sehari-hari di dunia ini
5. Adanya pengawasan sosial.
6. Menegakkan nilai-nilai hubungan sosial yang luhur dan prinsip demokrasi
( musyawarah ).

2.4 Posisi dan Peran Umat Islam Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani

Dalam sejarah Islam, realisasi keunggulan normatif atau potensial umat Islam terjadi pada
masa Abbassiyah. Pada masa itu umat Islam menunjukkan kemajuan di bidang kehidupan
seperti ilmu pengetahuan dan teknologi, militer, ekonomi, politik dan kemajuan bidang-
bidang lainnya. Umat Islam menjadi kelompok umat terdepan dan terunggul. Nama-nama
ilmuwan besar dunia lahir pada masa itu, seperti Ibnu Sina, Ubnu Rusyd, Imam al-Ghazali,
al-Farabi, dan yang lain. Oleh karena itu dalam menghadapi perkembangan dan perubahan
zaman pemberdayaan civil society perlu ditekankan, antara lain melalui peranannya:

1. Sebagai pengembangan masyarakat melalui upaya peningkatan pendapatan dan


pendidikan.
2. Sebagai advokasi bagi masyarakat yang “teraniaya”, tidak berdaya membela hak-hak
dan kepentingan mereka (masyarakat yang terkena pengangguran, kelompok buruh
yang digaji atau di PHK secara sepihak dan lain-lain).
3. Sebagai kontrol terhadap negara.
4. Menjadi kelompok kepentingan (interest group) atau kelompok penekan (pressure
group).
5. Masyarakat madani pada dasarnya merupakan suatu ruang yang terletak antara negara
di satu pihak dan masyarakat di pihak lain. Dalam ruang lingkup tersebut terdapat
sosialisasi warga masyarakat yang bersifat sukarela dan terbangun dari sebuah
jaringan hubungan di antara assosiasi tersebut, misalnya berupa perjanjian, koperasi,
kalangan bisnis, Rukun Warga, Rukun Tetangga, dan bentuk organisasi-organsasi
lainnya.
2.4.1 Kualitas Sumber Daya Manusia Umat Ismal
‫هّٰلل‬
َ‫ب لَ َكان‬ ِ ْ‫اس تَْأ ُمرُوْ نَ بِ ْال َم ْعرُو‬
ِ ‫ف َوتَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َوتُْؤ ِمنُوْ نَ بِا ِ ۗ َولَوْ ٰا َمنَ اَ ْه ُل ْال ِك ٰت‬ ِ َّ‫ت لِلن‬ ْ ‫ُك ْنتُ ْم َخ ْي َر اُ َّم ٍة اُ ْخ ِر َج‬
َ‫خَ ْيرًا لَّهُ ْم ۗ ِم ْنهُ ُم ْال ُمْؤ ِمنُوْ نَ َواَ ْكثَ ُرهُ ُم ْال ٰف ِسقُوْ ن‬

“ 110. kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli
kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”

Dari ayat tersebut sudah jelas bahwa Allah menyatakan bahwa umat Islam adalah umat
yang terbaik dari semua kelompok manusia yang Allah ciptakan. Di antara aspek kebaikan
umat Islam itu adalah keunggulan ku

2.4.2 Posisi Umat Islam

SDM umat Islam saat ini belum mampu menunjukkan kualitas yang unggul. Karena
itu dalam percaturan global, baik dalam bidang politik, ekonomi, militer, dan ilmu
pengetahuan dan teknologi, belum mampu menunjukkan perannya yang signifikan. Di
Indonesia, jumlah umat Islam lebih dari 85%, tetapi karena kualitas SDM nya masih
rendah, juga belum mampu memberikan peran yang proporsional. Hukum positif yang
berlaku di negeri ini bukan hukum Islam. Sistem sosial politik dan ekonomi juga belum
dijiwai oleh nilai-nilai Islam, bahkan tokoh-tokoh Islam belum mencerminkan akhlak
Islam.
BAB 3

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai


kemanusiaan, maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
2. Karakteristik masyarakat madani adalah Free public sphere, demokratisasi, toleransi,
bertuhan, damai, tolong menolong, keseimbangan antara hak dan kewajiban,
berperadaban tinggi dan berakhlak mulia serta supremasi hukum.
3. Cara mewujudkan masyarakat madani adalah :
a) Membangkitkan semangat islam melalui pemikiran islamisasi ilmu
pengetahuan, islamisasi kelembagaan ekonomi melalui lembaga ekonomi dan
perbankan syariah dan lain-lain.
b) Kesadaran untuk maju dan selalu bersikap konsisten terhadap moral atau
akhlak islami.
c) Menegakkan hukum islam dan ditegakkannya keadilan dengan disertai
komitmen yang tinggi.
d) Ketulusan ikatan jiwa, sikap yang yakin kepada adanya tujuan hidup yang
lebih tinggi daripada pengalaman hidup sehari-hari di dunia ini
e)Adanya pengawasan sosial.
f) Menegakkan nilai-nilai hubungan sosial yang luhur dan prinsip demokrasi
( musyawarah ).
4. Posisi dan perat umat islam Indonesia dalam masyarakat madani adalah:
a.Pengembangan masyarakat melalui upaya peningkatan pendapatan dan
pendidikan.
b)Sebagai advokasi bagi masyarakat yang “teraniaya”, tidak berdaya membela
hak-hak dan kepentingan mereka,
c) Sebagai kontrol terhadap negara.
d) Menjadi kelompok kepentingan (interest group) atau kelompok penekan
(pressure group).

BAB 4

DAFTAR PUSTAKA

Retrieved from http://otoynfriends.blogspot.com/2012/05/masyarakat-madani-dalam-islam.html

Azizah. (25 july 2016). Masyarakat Madani. Jakarta: Gramedia. Retrieved from
https://www.gramedia.com/literasi/masyarakat-madani/

PDAI. (06 april 2021). Pengertian Masyarakat Madani. Medan. Retrieved from
https://www.dosenpendidikan.co.id/masyarakat-madani/

S, S. (2007). Dakwa Damai. Bandung.

Saifudin, A. (2000). Membangun Masyarakat Madani. Jakarta: Al Marwadi Prima.

Anda mungkin juga menyukai