Fraksinasi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

FITOKIMIA
FRAKSINASI

OLEH :

NAMA : SILVINA PUJI ARDIYANTI


NIM : 08041282126054
KELOMPOK : III (TIGA)
ASISTEN : BUNGA OKTAVIANI

LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI DAN GENETIKA


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2024
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, diantaranya
tumbuhan yang dapat dijadikan bahan obat tradisional dan telah digunakan oleh
masyarakat secara turun-temurun sejak zaman nenek moyang terdahulu.
Keanekaragaman jenis tumbuhan ini dikembangkan dan diolah sebagai bahan
dasar pembuatan obat herbal. Diperkirakan terdapat kurang lebih 40.000 spesies
tanaman obat di seluruh dunia, 30.000 diantaranya terdapat di Indonesia dan
digunakan sebagai bahan obat herbal. Tumbuhan menghasilkan metabolit primer
dan sekunder, kandungan metabolit sekunder yang dihasilkan dapat dimanfaatkan
sebagai tumbuhan obat (Putri et al., 2023).
Tumbuhan menghasilkan dua jenis metabolit yaitu metabolit primer dan
metabolit sekunder. Metabolit primer merupakan bahan penyusun utama makhluk
hidup dan berfungsi sebagai penyokong kelangsungan hidupnya. Proses
metabolisme primer melibatkan senyawa-senyawa yang di sebut metabolit primer
diantaranya polisakarida, protein, lemak dan asam nukletat. Sedangkan
metabolisme sekunder dihasilkan tumbuhan pada saat keadaan tercekam oleh
factor lingkungan maupun gangguan dari makhluk hidup lain. Metabolisme
sekunder pada tumbuhan menghasilkan produk metabolit sekunder yaitu alkaloid,
flavonoid, tannin, saponin dan terpenoid (Djoronga et al., 2014).
Metabolit sekunder dapat dihasilkan oleh tumbuhan dalam jumlah yang
kecil dan tidak mempunyai pengaruh langsung terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan, namun digunakan sebagai pelindung agar terhindar dari
gaangguan makhluk hidup lain. Selain itu metabolit sekunder yang dihasilkan
dapat digunakan oleh tanaman dalam bertahan di kondisi lingkungan yang
ekstrim. Metabolit sekunder memiliki banyak fungsi, antara lain atraktan (menarik
organisme lain), pertahanan terhadap patogen, perlindungan dan adaptasi terhadap
tekanan lingkungan, perlindungan dari radiasi UV, pengatur tumbuh, dan
persaingan dengan tanaman lain (Ningsih dan Advinda, 2023).

Universitas Sriwijaya
Tembesu (Cyrtophyllum fragrans) salah satu tumbuhan yang berpotensi
untuk dijadikan obat herbal. Tumbuhan ini banyak digunakan untuk mengatasi
beberapa penyakit dan banyak di temukan di India, Myanmar, kepulauan
Andaman, China, Filipina, Thailand, Malaysia, Singapura dan Indonesia. Bagian
yang sering digunakan adalah daun, buah dan batang. Tenbusu merupakan
tumbuhan yang termasuk dalam famili Gentianaceae. Berdasarkan kajian
etnobotani terhadap pemanfaatan Tembusu, daun, buah, dan batang. Tembusu
banyak dimanfaatkan sebagai bahan obat karena mempunyai efek farmakologi
seperti efek antiradang, antitumor, antibakteri, dan antijamur (Sari et al., 2023).
Tahap yang dilakukan untuk mendapatkan senyawa metabolit sekunder
tumbuhan adalah dengan ekstraksi. Simplisia yang dihasilkan dari proses
preparasi sampel di haluskan dan di ekstraksi menggunakan pelarut. Metode
ekstraksi yang digunakan pada praktikum ini adalah metode maserasi dengan
menggunakan pelarut metanol. Keuntungan pelarut metanol karena titik didihnya
rendah sehingga mudah diuapkan dan dipisahkan, sehingga dapat diperoleh
ekstrak pekat melalui proses evaporasi. Faktor yang mempengaruhi ekstraksi
meliputi waktu, suhu, jenis pelarut, perbandingan bahan dan pelarut, serta ukuran
partikel bahan atau daun yang dihaluskan yang biasa disebut simplisia (Yuniwati
et al., 2022).
Fraksinasi dilakukan setelah didapatkan ekstrak dari hasil ekstraksi.
Fraksinasi merupakan metode pemisahan ekstrak hasil maserasi yang telah
diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental. Fraksinasi memiliki prinsip yaitu
menarik senyawa dengan menggunakan dua pelarut yang tidak dapat bercampur
satu sama lain. Fraksinasi dilakukan menggunakan berbagai pelarut dengan
tingkat kepolaran yang berbeda-beda, sehingga masing-masing pelarut
mengandung senyawa dengan kepolaran yang berbeda pula. Pelarut yang
umumnya dipakai untuk fraksinasi adalah n-heksan, etil asetat, dan metanol. Di
dalam ekstrak metanol masih banyak mengandung senyawa yang kompleks
sehingga perlu dipisahkan dengan proses fraksinasi (Mulangsri et al., 2017).

1.2. Tujuan Praktikum


Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana mekanisme fraksinasi
yang benar dan bagaimana cara untuk mendapatkan fraksi kental yang baik serta

Universitas Sriwijaya
mengetahui mekanisme metode KLT dan cara melakukan penotolan di plat KLT.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tembesu
Tembesu (Fagraea fragrans Roxb.) merupakan salah satu jenis dari Famili
Loganiaceae yang mempunyai wilayah sebaran yang sangat luas. Dalam
taksonomi tumbuhan tembesu termasuk dalam: Phylum: Traecheopyhta, Class :
Magnolipsida, Famili : Loganiaceae, Genus : Fagraea, Spesies : Fagraea
fragrans Roxb. Tembesu merupakan jenis pohon yang mempunyai sifat sifat
sepanjang tahun (evergreen) dengan percabangan yang banyak. Tinggi pohon
tembesu mencapai 40 m, tinggi bebas cabang hingga 25 m. Batang Pohon
tembesu memiliki ciri fisik bergelombang lemah tanpa banir. Kulit luar berwarna
cokelat sampai hitam, beralur dangkal, dan sedikit mengelupas (Bramasto et al.,
2018).
Pohon tembesu merupakan salah satu tumbuhan yang dapat digunakan
sebagai obat untuk mengatasi beberapa penyakit dan banyak ditemukan di India,
Myanmar, Kepulauan Andaman, China, Filipina, Thailand, Malaysia, Singapura
dan Indonesia. Di Indonesia, penggunaan tumbuhan sebagai obat sudah banyak
digunakan sejak ribuan tahun lalu, namun penggunaannya masih belum
terdokumentasi dengan baik. Pengobatan tradisional dengan menggunakan
berbagai tumbuh-tumbuhan umumnya lebih aman daripada penggunaan obat
modern karena memiliki efek samping yang relative sedikit. Secara fitokimia,
ekstrak dari buah Tembesu (Fagraea fragrans Roxb.) mengandung beberapa
metabolit sekunder (Rachmat et al., 2020).

2.2. Fraksinasi
Fraksinasi merupakan metode pemisahan ekstrak hasil maserasi yang telah
diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental. Fraksinasi dilakukan menggunakan
berbagai pelarut dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda, sehingga masing-
masing pelarut mengandung senyawa dengan kepolaran yang berbeda pula.
Prinsip dari fraksinasi yakni dengan menggunakan proses penarikan senyawa
pada suatu ekstrak dengan menggunakan dua macam pelarut yang tidak saling

Universitas Sriwijaya
bercampur. Pada fraksinasi dilakukan proses penggojogan searah dan konstan
untuk memaksimalkan penarikan senyawa (Nuraeni dan Kodir, 2021).

2.3. Macam-Macam Fraksinasi


Metode pemisahan yang paling banyak digunakan adalah metode fraksinasi
cair-cair biasanya menggunakan tiga pelarut yang berbeda kepolarannya dari
pelarut yang non polar, semi polar, dan pelarut yang lebih polar. Pelarut yang
memiliki perbedaan sifat baik itu polaritasnya ataupun masa jenisnya apabila
diletakkan pada labu pemisah akan menyebabkan terbentuknya fraksi yang
terpisah antara bagian atas serta bawah dengan menggunakan corong pisah. Fase
yang menempati bagian atas akan memiliki masa jenis yang lebih rendah
dibandingkan dengan fase bagian bawah dan akan bergerak terpisah mengikuti
kepolaran dari pelarut yang digunakan. Fraksinasi dapat menggunakan pelarut n-
heksan, etil asetat dan aquadest (Uthia et al., 2017).
Fraksinasi padat-cair membuktikan bahwa dua fraksi dengan karakteristik
yang berbeda dapat dipisahkan menggunakan pelarut yang sesuai. Prinsip yang
digunakan pada partisi padat-cair ini adalah like dissolve like. Molekul dengan
afinitas yang tinggi terhadap cairan dengan sejumlah besar ion yang bermuatan
berlawanan akan menarik yang berlawanan sehingga apabila satu senyawa bersifat
sangat polar maka koefisien partisinya akan lebih tinggi pada fase polar
dibandingkan dengan senyawa nonpolar. Metode fraksinasi pada umumnya
dijadikan acuan dalam pendugaan sifat kepolaran suatu senyawa yang akan
dipisahkan. Metode fraksinasi memiliki kelebihan yaitu dapat memisahkan
senyawa bioaktif berdasarkan tingkat kepolaran (Putri et al., 2023).
Teknik lainnya yaitu fraksinasi kolom yang proses pembagian fraksinya
dilakukan pada sebuah kolom dengan meggunakan prinsip-prinsip kromatografi di
mana sama-sama mengaplikasikan prinsip tingkat kepolaritasannya. Hal yang
dikenal pada kromatografi kolom adalah adanya fase gerak dan fase diam Fase
gerak berupa pelarut yang dapat bergerak/mengalir karena adanya pengaruh gaya
kapilaritas, gravitasi dan tekan. Pelarut yang dapat digunakan dapat berupa pelarut
organic seperti metanol, kloroform, dan akuades. Fase diam berupa sesuatu yang
tidak bergerak yang difungsikan sebagai media/jalur tempat bergeraknya setiap
senyawa yang akan dipisahkan. Silika gel yang disilanisasi digunakan sebagai fase

Universitas Sriwijaya
diam, dan eluennya adalah campuran larutan metanol air (Dymek et al., 2021).

BAB 3
METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum Fitokimia ini dilaksanakan pada hari Rabu, 28 Februari 2024.
Pukul 08.00 sampai 10.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Bioteknologi dan
Genetika, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Sriwijaya, Indralaya.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah botol pelarut, chamber,
corong pisah, gelas vial, pipet kapiler, plat KLT, rotary evaporator, statif, dan
tabung gojok sebagai alat. Adapun bahannya yaitu DPPH, pelarut etil asetat,
pelarut methanol, pelarut N-heksan.

3.3. Cara Kerja


Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, Ekstrak kental daun hasil
ekstraksi sebelumnya akan difraksinasi dengan menggunakan dua pelarut yang
memiliki kepolaran yang berbeda. Pelarut pertama yaitu n-heksan dan metanol-
air. Pelarut kedua yaitu etil asetat dan metanol air. Pertama, Ekstrak metanol daun
sampel dilarutkan dalam metanol-air dengan perbandingan volume 1:1. kemudian
n-heksan dengan perbandingan volume yang sama dengan larutan metanol-air
dimasukkan ke dalam corong pisah dan digojok hingga terbentuk lapisan
metanolair dan lapisan n-heksan. lapisan n-heksan dipisahkan dan ditampung ke
dalam gelas kaca dan dilakukan hingga mendapatkan 1 liter fraksi n-heksan.
Kedua, Lapisan metanol-air ditambahkan etil asetat dan digojok hingga terbentuk
lapisan metanol-air dan etil asetat. Lapisan etil asetat ditampung di dalam gelas
kaca dan dilakukan hingga mendapatkan 1 liter fraksi etil asetat. Setelah semua
fraksi dari masing – masing pelarut didapatkan, fraksi nheksan, etil asetat dan
metanol air diuapkan di dalam rotary evaporator hingga dihasilkan fraksi kental n-
heksan, fraksi kental etil asetat dan fraksi kental metanol-air. Selanjutnya, fraksi-

Universitas Sriwijaya
fraksi tersebut diuji aktivitas antioksidannya dengan DPPH menggunakan
kromatografi lapis tipis.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka didapatkan hasil
sebagai berikut:
No. Jenis Fraksi Berat Fraksi Berat Rendeman Fraksi
(gram) (%)
1. N-Heksan 25,19 gram 45 %
2. Etil Asetat 15,38 gram 27 %
3. Metanol air 22,11 gram 39 %

Dik : Berat fraksi total


= 25,19 gram + 15,38 gram + 22,11 gram
= 62,68 gram
% Rendemen = 179,51 – 154,32 x 100%
56
= 25,19 x 100%
56
= 45 % (fraksi N-Heksan)

% Rendemen = 203,92 – 188,54 x 100%


56
= 15,38 x 100%
56
= 27 % (fraksi Metanol air)

% Rendemen = 210,65 – 188,54 x 100%


56
= 22,11 x 100%
56
= 39 % (fraksi Etil asetat)

Universitas Sriwijaya
4.2. Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan di ketahui bahwa nilai fraksi dan
rendemen tertinggi pada fraksi N-heksan dengan rendemen sebesar 45% diikuti
oleh nilai fraksi etil asetat sebesar 22,11 gram dengan rendemen 39% dan yang
terakhir dari fraksi metanol air dengan nilai fraksi 15,38 gram serta rendemen
sebesar 27 %. Menurut Nuraeni dan Kodir (2021), pelarut N-heksan digunakan
untuk melarutkan senyawa non polar, etil asetat untuk melarutkan senyawa semi
polar, air untuk senyawa polar. Hal ini berarti pada sampel daun tembesu lebih
banyak mengandung senyawa non polar karena fraksi tertingggi diperoleh dari
pelarut N-heksan. Sebaliknya, komponen senyawa aktif yang bersifat semi polar
dan polar terdapat dalam jumlah yang lebih kecil dalam daun tembesu.
Metode pemisahan yang digunakan berupa fraksinasi cair-cair, metode
pemisahan ini menggunakan dua cairan pelarut yang tidak saling bercampur,
sehingga senyawa yang diinginkan data terpisah. Fraksinasi ini memanfaatkan
perbedaan sifat kelarutan senyawa dalam pelarut tertentu untuk memperoleh fraksi
yang diperkaya komponen yang diinginkan. Prosesnya melibatkan ekstraksi
bertahap dengan pelarut yang dipilih berdasarkan afinitasnya terhadap senyawa
tertentu. Menurut Mulangsri et al. (2017), pemisahan dilakukan untuk
memisahkan senyawa berdasarkan polaritasnya. Selama proses tersebut, senyawa
terlarut dipisahkan dari senyawa lain yang mungkin memiliki kelarutan lebih
rendah.
Fraksinasi dilakukan untuk memisahkan kandungan senyawa utama dari
golongan senyawa yang lain. Menurut Nuraeni dan Kodir (2021), penarikan
senyawa dengan menggunakan pelarut yang tidak bercampur, pada fraksinasi
dilakukan proses penggojogan searah dan konstan untuk memaksimalkan
penarikan senyawa. Pemisahan dilakukan dengan memperhatikan sifat-sifat
senyawa yang dikehendaki. Fraksinasi dilakukan menggunakan tiga jenis larutan
yang berbeda, sehingga senyawa akan masuk kedalam pelarut yang sesuai dengan
tingkat kepolarannya.
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dilakukan setelah cairan hasil fraksinasi

Universitas Sriwijaya
di evaporasi dan didapatkan cairan kental. KLT dilakukan untuk memisahkan
analit-analit yang ada didalam sampel terdistribusi antara dua fase yaitu fase diam
dan fase gerak. Menurut Alen et al. (2017), pemisahan dengan Kromatografi
Lapis Tipis (KLT) dilakukan beberapa kali menggunakan beberapa eluen dengan
tingkat kepolaran yang berbeda untuk mendapatkan pelarut yang mampu
memberikan pemisahan yang baik serta noda zat warna yang bagus. Fase diam
dapat berupa bahan padat dalam bentuk molekul kecil atau dalam bentuk cairan
yang dilapiskan pada pendukung padat atau dilapiskan pada dinding kolom.
Sedangkan fase gerak dapat berupa gas atau cairan.
Proses identifikasi menggunakan KLT bertujuan untuk melihat pemisahan
sampel berupa pola kromatogram yang khas pada ekstrak berdasarkan perbedaan
kepolaran antara sampel dengan pelarut (eluen), serta memberikan gambaran awal
komposisi kandungan kimia berdasarkan pola kromatogram. Ekstrak ditotolkan
pada plat KLT kemudian dimasukkan ke dalam chamber berisikan kombinasi
pelarut yang telah jenuh. Menurut Fajriaty et al. (2018), adanya senyawa
antioksidan atau flavonoid pada pola kromatogram ditandai dengan adanya bercak
warna kuning. Warna ini mengidentifikasikan bahwa fraksi kental mengandung
senywa bioaktif berupa antioksidan.
Metode DPPH mempunyai kelebihan jika dibandingkan dengan metode
lain, karena metodenya sederhana, mudah, dan hanya membutuhkan sampel dan
reagen yang sedikit dalam uji antioksidan. Menurut Mulangsri et al. (2017),
DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil), salah satu jenis radikal bebas sintetik yang
berwarna ungu dan mempunyai atom nitrogen yang tidak berpasangan. Prinsip
dasar dalam uji antioksidan menggunakan metode DPPH karena adanya reaksi
kimia antara senyawa antioksidan dan radikal bebas DPPH melalui mekanisme
reaksi donasi atau pemberian atom hidrogen oleh senyawa antioksidan ke radikal
bebas DPPH yang mengakibatkan adanya perubahan warna larutan dari ungu
menjadi kuning atau dari ungu pekat menjadi ungu pudar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses fraksinasi, baik faktor internal
maupun eksternal. Faktor internalnya yaitu pelarut yang digunakan, mencakup
sifat kepolaran dan titik didih. Menurut Pratiwi et al. (2016), pelarut sangat
berpengaruh pada penyarian senyawa aktif sehingga dengan pemakaian pelarut

Universitas Sriwijaya
yang berbeda dapat diketahui pelarut yang memiliki aktivitas antioksidan yang
paling tinggi. Sedangkan titik didih berpengaruh saat proses penguapan. Faktor
eksternalnya meliputi suhu, karena penting untuk menyesuaikan dengan titik didih
pelarut.
BAB 5
KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan


sebagai berikut:
1. Rendemen tertinggi pada fraksi N-heksan dengan rendemen sebesar 45%
diikuti oleh nilai fraksi etil asetat sebesar 22,11 gram dengan rendemen 39%
dan yang terakhir dari fraksi metanol air dengan nilai fraksi 15,38 gram serta
rendemen sebesar 27 %.
2. Metode pemisahan yang digunakan berupa fraksinasi cair-cair, metode
pemisahan ini menggunakan dua cairan pelarut yang tidak saling bercampur.
3. Fraksinasi dilakukan menggunakan tiga jenis larutan yang berbeda yaitu
pelarut N-heksan, etil asetat dan metanol air.
4. Metode DPPH mempunyai kelebihan jika dibandingkan dengan metode lain,
karena metodenya sederhana, mudah, dan hanya membutuhkan sampel dan
reagen yang sedikit dalam uji antioksidan.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses fraksinasi meliputi pelarut yang
digunakan, mencakup sifat kepolaran, titik didih dan suhu.

Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Alen, Y., Agresa, F. L., dan Yuliandra, Y. (2017). Analisis Kromatografi Lapis
Tipis (KLT) dan Aktivitas Antihiperurisemia Ekstrak Rebung
Schizostachyum brachycladum Kurz (Kurz) pada Mencit Putih
Jantan. JSFK (Jurnal Sains Farmasi dan Klinis). 3(2): 146-152.

Bramasto, Y., dan Sudrajat, D. J. (2018). Karakteristik Morfo-Fisiologi Daun,


Buah, Dan Benih Tembesu (Fagraea fragrans Roxb.) Dari Lima Populasi
Di Jawa Bagian Barat dan Sumatera Selatan. Jurnal Penelitian Hutan
Tanaman. 15(1): 1-66.

Djoronga, M. I., Pandiangan, D., Kandou, F. E. F., dan Tangapo, A. M. (2014).


Penapisan Alkaloid Pada Tumbuhan Paku dari Halmahera Utara. Jurnal
MIPA. 3(2), 102-107.

Dymek, A., Widelski, J., Wojtanowski, KK, Vivcharenko, V., Przekora, A., dan
Mroczek, T. (2021). Fraksinasi Alkaloid Lycopodiaceae Dan Evaluasi
Aktivitas Antikolinesterase Dan Sitotoksiknya. Molekul. 26 (21): 6379.

Fajriaty, I., Hariyanto, H., Andres., dan Setyaningrum, R. (2018). Skrining


Fitokimia Dan Analisis Kromatografi Lapis Tipis Dari Ekstrak Etanol
Daun Bintangur (Calophyllum soulattri Burm. F.). 7(1): 54-67.

Mulangsri, D. A. K., Budiarti, A., dan Saputri, E. N. (2017). Aktivitas antioksidan


fraksi dietileter buah mangga arumanis (Mangifera indica L.) dengan
metode DPPH. Jurnal Pharmascience. 4(1): 85-93.

Ningsih, I. S., dan Advinda, L. (2023). Senyawa Aktif Flavonoid yang Terdapat
Pada Tumbuhan. Jurnal Serambi Biologi. 8(2): 257-263.

Nuraeni, A. D., dan Kodir, R. A. (2021). Uji Aktivitas Antibakteri


Propionibacterium acnes Ekstrak Etanol dan Fraksi Daun Karuk (Piper
sarmetosum Roxb. Ex. Hunter) serta Analisis KLT Bioautografi. Jurnal
Riset Farmasi, 1(1): 9-15.

Pratiwi, L., Fudholi, A., Martien, R., dan Pramono, S. (2016). Ethanol Extract,
Ethyl Acetate Extract, Ethyl Acetate Fraction, And N-Heksan Fraction
Mangosteen Peels (Garcinia mangostana L.) As Source Of Bioactive
Substance Free-Radical Scavengers. JPSCR: Journal of Pharmaceutical
Science and Clinical Research. 1(2): 71-82.

Putri, F. E., Diharmi, A., dan Karnila, R. (2023). Identifikasi Senyawa Metabolit

Universitas Sriwijaya
Sekunder Pada Rumput Laut Coklat (Sargassum plagyophyllum) Dengan
Metode Fraksinasi. Jurnal Teknologi Dan Industri Pertanian
Indonesia. 15(1): 40-47.

Rachmat, A., Julinar, J., Desnelli, D., dan Basir, D. (2020). Produksi Tablet
Kosmetika Herbal Buah Tembesu Untuk Perawatan Kulit dan
Wajah. JPPM (Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat). 4(2):
239-245.

Sari, B. A., Salim, E. M., dan Saleh, I. (2023). Activities of Tembusu Plants
(Cyrtophyllum fragrans (Roxb.) DC.) As Medicinal Plants: Literature
Review Article. Oceana Biomedicina Journal. 6(2): 199-206.

Uthia, R., Arifin, H., dan Efrianti, F. (2017). Pengaruh hasil fraksinasi ekstrak
daun kemangi (Ocimum sanctum L.) terhadap aktivitas susunan saraf pusat
pada mencit putih jantan. Jurnal Farmasi Higea. 9(1): 85-95.

Yuniwati, M., Pratiwi, W., Kusmartono, B., dan Sunarsih, S. (2022). Pengaruh
Waktu Proses dan Ukuran Bahan terhadap Efektivitas Proses Maserasi
Daun Strobilantes cusia. Jurnal Teknologi. 15(1): 61-67.

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN

Gambar 1. Proses Titrasi (Pemisahan Pelarut).

Gambar 2. Penguapan dengan Rotary Evaporator.

Gambar 3. Fraksi Kental N-heksan (Kiri), Fraksi Kental Etil Asetat (Tengah),
dan Fraksi Kental Metanol Air (Kanan).

Universitas Sriwijaya
Gambar 4. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan dengan DPPH Menggunakan KLT dari Fraksi
Kental N-heksan (Kiri), Etil Asetat (Tengah), dan Metanol Air (Kanan).
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2024).

Jurnal Internasional

Cek Plagiarisme
(Sumber: Duplichecker, 2024).

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai