Fraksinasi
Fraksinasi
Fraksinasi
FITOKIMIA
FRAKSINASI
OLEH :
Universitas Sriwijaya
Tembesu (Cyrtophyllum fragrans) salah satu tumbuhan yang berpotensi
untuk dijadikan obat herbal. Tumbuhan ini banyak digunakan untuk mengatasi
beberapa penyakit dan banyak di temukan di India, Myanmar, kepulauan
Andaman, China, Filipina, Thailand, Malaysia, Singapura dan Indonesia. Bagian
yang sering digunakan adalah daun, buah dan batang. Tenbusu merupakan
tumbuhan yang termasuk dalam famili Gentianaceae. Berdasarkan kajian
etnobotani terhadap pemanfaatan Tembusu, daun, buah, dan batang. Tembusu
banyak dimanfaatkan sebagai bahan obat karena mempunyai efek farmakologi
seperti efek antiradang, antitumor, antibakteri, dan antijamur (Sari et al., 2023).
Tahap yang dilakukan untuk mendapatkan senyawa metabolit sekunder
tumbuhan adalah dengan ekstraksi. Simplisia yang dihasilkan dari proses
preparasi sampel di haluskan dan di ekstraksi menggunakan pelarut. Metode
ekstraksi yang digunakan pada praktikum ini adalah metode maserasi dengan
menggunakan pelarut metanol. Keuntungan pelarut metanol karena titik didihnya
rendah sehingga mudah diuapkan dan dipisahkan, sehingga dapat diperoleh
ekstrak pekat melalui proses evaporasi. Faktor yang mempengaruhi ekstraksi
meliputi waktu, suhu, jenis pelarut, perbandingan bahan dan pelarut, serta ukuran
partikel bahan atau daun yang dihaluskan yang biasa disebut simplisia (Yuniwati
et al., 2022).
Fraksinasi dilakukan setelah didapatkan ekstrak dari hasil ekstraksi.
Fraksinasi merupakan metode pemisahan ekstrak hasil maserasi yang telah
diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental. Fraksinasi memiliki prinsip yaitu
menarik senyawa dengan menggunakan dua pelarut yang tidak dapat bercampur
satu sama lain. Fraksinasi dilakukan menggunakan berbagai pelarut dengan
tingkat kepolaran yang berbeda-beda, sehingga masing-masing pelarut
mengandung senyawa dengan kepolaran yang berbeda pula. Pelarut yang
umumnya dipakai untuk fraksinasi adalah n-heksan, etil asetat, dan metanol. Di
dalam ekstrak metanol masih banyak mengandung senyawa yang kompleks
sehingga perlu dipisahkan dengan proses fraksinasi (Mulangsri et al., 2017).
Universitas Sriwijaya
mengetahui mekanisme metode KLT dan cara melakukan penotolan di plat KLT.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tembesu
Tembesu (Fagraea fragrans Roxb.) merupakan salah satu jenis dari Famili
Loganiaceae yang mempunyai wilayah sebaran yang sangat luas. Dalam
taksonomi tumbuhan tembesu termasuk dalam: Phylum: Traecheopyhta, Class :
Magnolipsida, Famili : Loganiaceae, Genus : Fagraea, Spesies : Fagraea
fragrans Roxb. Tembesu merupakan jenis pohon yang mempunyai sifat sifat
sepanjang tahun (evergreen) dengan percabangan yang banyak. Tinggi pohon
tembesu mencapai 40 m, tinggi bebas cabang hingga 25 m. Batang Pohon
tembesu memiliki ciri fisik bergelombang lemah tanpa banir. Kulit luar berwarna
cokelat sampai hitam, beralur dangkal, dan sedikit mengelupas (Bramasto et al.,
2018).
Pohon tembesu merupakan salah satu tumbuhan yang dapat digunakan
sebagai obat untuk mengatasi beberapa penyakit dan banyak ditemukan di India,
Myanmar, Kepulauan Andaman, China, Filipina, Thailand, Malaysia, Singapura
dan Indonesia. Di Indonesia, penggunaan tumbuhan sebagai obat sudah banyak
digunakan sejak ribuan tahun lalu, namun penggunaannya masih belum
terdokumentasi dengan baik. Pengobatan tradisional dengan menggunakan
berbagai tumbuh-tumbuhan umumnya lebih aman daripada penggunaan obat
modern karena memiliki efek samping yang relative sedikit. Secara fitokimia,
ekstrak dari buah Tembesu (Fagraea fragrans Roxb.) mengandung beberapa
metabolit sekunder (Rachmat et al., 2020).
2.2. Fraksinasi
Fraksinasi merupakan metode pemisahan ekstrak hasil maserasi yang telah
diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental. Fraksinasi dilakukan menggunakan
berbagai pelarut dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda, sehingga masing-
masing pelarut mengandung senyawa dengan kepolaran yang berbeda pula.
Prinsip dari fraksinasi yakni dengan menggunakan proses penarikan senyawa
pada suatu ekstrak dengan menggunakan dua macam pelarut yang tidak saling
Universitas Sriwijaya
bercampur. Pada fraksinasi dilakukan proses penggojogan searah dan konstan
untuk memaksimalkan penarikan senyawa (Nuraeni dan Kodir, 2021).
Universitas Sriwijaya
diam, dan eluennya adalah campuran larutan metanol air (Dymek et al., 2021).
BAB 3
METODE PRAKTIKUM
Universitas Sriwijaya
fraksi tersebut diuji aktivitas antioksidannya dengan DPPH menggunakan
kromatografi lapis tipis.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka didapatkan hasil
sebagai berikut:
No. Jenis Fraksi Berat Fraksi Berat Rendeman Fraksi
(gram) (%)
1. N-Heksan 25,19 gram 45 %
2. Etil Asetat 15,38 gram 27 %
3. Metanol air 22,11 gram 39 %
Universitas Sriwijaya
4.2. Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan di ketahui bahwa nilai fraksi dan
rendemen tertinggi pada fraksi N-heksan dengan rendemen sebesar 45% diikuti
oleh nilai fraksi etil asetat sebesar 22,11 gram dengan rendemen 39% dan yang
terakhir dari fraksi metanol air dengan nilai fraksi 15,38 gram serta rendemen
sebesar 27 %. Menurut Nuraeni dan Kodir (2021), pelarut N-heksan digunakan
untuk melarutkan senyawa non polar, etil asetat untuk melarutkan senyawa semi
polar, air untuk senyawa polar. Hal ini berarti pada sampel daun tembesu lebih
banyak mengandung senyawa non polar karena fraksi tertingggi diperoleh dari
pelarut N-heksan. Sebaliknya, komponen senyawa aktif yang bersifat semi polar
dan polar terdapat dalam jumlah yang lebih kecil dalam daun tembesu.
Metode pemisahan yang digunakan berupa fraksinasi cair-cair, metode
pemisahan ini menggunakan dua cairan pelarut yang tidak saling bercampur,
sehingga senyawa yang diinginkan data terpisah. Fraksinasi ini memanfaatkan
perbedaan sifat kelarutan senyawa dalam pelarut tertentu untuk memperoleh fraksi
yang diperkaya komponen yang diinginkan. Prosesnya melibatkan ekstraksi
bertahap dengan pelarut yang dipilih berdasarkan afinitasnya terhadap senyawa
tertentu. Menurut Mulangsri et al. (2017), pemisahan dilakukan untuk
memisahkan senyawa berdasarkan polaritasnya. Selama proses tersebut, senyawa
terlarut dipisahkan dari senyawa lain yang mungkin memiliki kelarutan lebih
rendah.
Fraksinasi dilakukan untuk memisahkan kandungan senyawa utama dari
golongan senyawa yang lain. Menurut Nuraeni dan Kodir (2021), penarikan
senyawa dengan menggunakan pelarut yang tidak bercampur, pada fraksinasi
dilakukan proses penggojogan searah dan konstan untuk memaksimalkan
penarikan senyawa. Pemisahan dilakukan dengan memperhatikan sifat-sifat
senyawa yang dikehendaki. Fraksinasi dilakukan menggunakan tiga jenis larutan
yang berbeda, sehingga senyawa akan masuk kedalam pelarut yang sesuai dengan
tingkat kepolarannya.
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dilakukan setelah cairan hasil fraksinasi
Universitas Sriwijaya
di evaporasi dan didapatkan cairan kental. KLT dilakukan untuk memisahkan
analit-analit yang ada didalam sampel terdistribusi antara dua fase yaitu fase diam
dan fase gerak. Menurut Alen et al. (2017), pemisahan dengan Kromatografi
Lapis Tipis (KLT) dilakukan beberapa kali menggunakan beberapa eluen dengan
tingkat kepolaran yang berbeda untuk mendapatkan pelarut yang mampu
memberikan pemisahan yang baik serta noda zat warna yang bagus. Fase diam
dapat berupa bahan padat dalam bentuk molekul kecil atau dalam bentuk cairan
yang dilapiskan pada pendukung padat atau dilapiskan pada dinding kolom.
Sedangkan fase gerak dapat berupa gas atau cairan.
Proses identifikasi menggunakan KLT bertujuan untuk melihat pemisahan
sampel berupa pola kromatogram yang khas pada ekstrak berdasarkan perbedaan
kepolaran antara sampel dengan pelarut (eluen), serta memberikan gambaran awal
komposisi kandungan kimia berdasarkan pola kromatogram. Ekstrak ditotolkan
pada plat KLT kemudian dimasukkan ke dalam chamber berisikan kombinasi
pelarut yang telah jenuh. Menurut Fajriaty et al. (2018), adanya senyawa
antioksidan atau flavonoid pada pola kromatogram ditandai dengan adanya bercak
warna kuning. Warna ini mengidentifikasikan bahwa fraksi kental mengandung
senywa bioaktif berupa antioksidan.
Metode DPPH mempunyai kelebihan jika dibandingkan dengan metode
lain, karena metodenya sederhana, mudah, dan hanya membutuhkan sampel dan
reagen yang sedikit dalam uji antioksidan. Menurut Mulangsri et al. (2017),
DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil), salah satu jenis radikal bebas sintetik yang
berwarna ungu dan mempunyai atom nitrogen yang tidak berpasangan. Prinsip
dasar dalam uji antioksidan menggunakan metode DPPH karena adanya reaksi
kimia antara senyawa antioksidan dan radikal bebas DPPH melalui mekanisme
reaksi donasi atau pemberian atom hidrogen oleh senyawa antioksidan ke radikal
bebas DPPH yang mengakibatkan adanya perubahan warna larutan dari ungu
menjadi kuning atau dari ungu pekat menjadi ungu pudar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses fraksinasi, baik faktor internal
maupun eksternal. Faktor internalnya yaitu pelarut yang digunakan, mencakup
sifat kepolaran dan titik didih. Menurut Pratiwi et al. (2016), pelarut sangat
berpengaruh pada penyarian senyawa aktif sehingga dengan pemakaian pelarut
Universitas Sriwijaya
yang berbeda dapat diketahui pelarut yang memiliki aktivitas antioksidan yang
paling tinggi. Sedangkan titik didih berpengaruh saat proses penguapan. Faktor
eksternalnya meliputi suhu, karena penting untuk menyesuaikan dengan titik didih
pelarut.
BAB 5
KESIMPULAN
Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
Alen, Y., Agresa, F. L., dan Yuliandra, Y. (2017). Analisis Kromatografi Lapis
Tipis (KLT) dan Aktivitas Antihiperurisemia Ekstrak Rebung
Schizostachyum brachycladum Kurz (Kurz) pada Mencit Putih
Jantan. JSFK (Jurnal Sains Farmasi dan Klinis). 3(2): 146-152.
Dymek, A., Widelski, J., Wojtanowski, KK, Vivcharenko, V., Przekora, A., dan
Mroczek, T. (2021). Fraksinasi Alkaloid Lycopodiaceae Dan Evaluasi
Aktivitas Antikolinesterase Dan Sitotoksiknya. Molekul. 26 (21): 6379.
Ningsih, I. S., dan Advinda, L. (2023). Senyawa Aktif Flavonoid yang Terdapat
Pada Tumbuhan. Jurnal Serambi Biologi. 8(2): 257-263.
Pratiwi, L., Fudholi, A., Martien, R., dan Pramono, S. (2016). Ethanol Extract,
Ethyl Acetate Extract, Ethyl Acetate Fraction, And N-Heksan Fraction
Mangosteen Peels (Garcinia mangostana L.) As Source Of Bioactive
Substance Free-Radical Scavengers. JPSCR: Journal of Pharmaceutical
Science and Clinical Research. 1(2): 71-82.
Putri, F. E., Diharmi, A., dan Karnila, R. (2023). Identifikasi Senyawa Metabolit
Universitas Sriwijaya
Sekunder Pada Rumput Laut Coklat (Sargassum plagyophyllum) Dengan
Metode Fraksinasi. Jurnal Teknologi Dan Industri Pertanian
Indonesia. 15(1): 40-47.
Rachmat, A., Julinar, J., Desnelli, D., dan Basir, D. (2020). Produksi Tablet
Kosmetika Herbal Buah Tembesu Untuk Perawatan Kulit dan
Wajah. JPPM (Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat). 4(2):
239-245.
Sari, B. A., Salim, E. M., dan Saleh, I. (2023). Activities of Tembusu Plants
(Cyrtophyllum fragrans (Roxb.) DC.) As Medicinal Plants: Literature
Review Article. Oceana Biomedicina Journal. 6(2): 199-206.
Uthia, R., Arifin, H., dan Efrianti, F. (2017). Pengaruh hasil fraksinasi ekstrak
daun kemangi (Ocimum sanctum L.) terhadap aktivitas susunan saraf pusat
pada mencit putih jantan. Jurnal Farmasi Higea. 9(1): 85-95.
Yuniwati, M., Pratiwi, W., Kusmartono, B., dan Sunarsih, S. (2022). Pengaruh
Waktu Proses dan Ukuran Bahan terhadap Efektivitas Proses Maserasi
Daun Strobilantes cusia. Jurnal Teknologi. 15(1): 61-67.
Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN
Gambar 3. Fraksi Kental N-heksan (Kiri), Fraksi Kental Etil Asetat (Tengah),
dan Fraksi Kental Metanol Air (Kanan).
Universitas Sriwijaya
Gambar 4. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan dengan DPPH Menggunakan KLT dari Fraksi
Kental N-heksan (Kiri), Etil Asetat (Tengah), dan Metanol Air (Kanan).
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2024).
Jurnal Internasional
Cek Plagiarisme
(Sumber: Duplichecker, 2024).
Universitas Sriwijaya