Makalah Amr Dan Nahi 1
Makalah Amr Dan Nahi 1
Makalah Amr Dan Nahi 1
Disusun Oleh :
Muhammad wasyi jahansya
B. Permasalahan
1. Apakah pengertian Amar, dan jelaskan yang berkaitan dengan Amar !
2. Apakah pengertian Nahi, dan jelaskan yang berkaitan dengan Nahi !
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................... Error! Bookmark not defined.
َّ اَقِ ْي ُموا
الصالَ َة
Artinya: “Dirikanlah Shalat”. (QS. Al baqarah: 43)2
Contoh lain:
Apabila lafadz yang khusus dalam nash syar’i datang dalam shighat amar atau perintah,
maka lafadz itu menunjukkan kewajiban. Artinya menuntut perbuatan yang diperintah itu
secara penetapan dan kepastian. Allah swt berfirman:
1 Muhammad Ma’sum Zein Zudbah, UshulFiqh,Darul Hikmah, JawaTimur . 2008. hal. 52.
2 Chaerul Uman dan Achyar Aminudin, Ushul Fiqih II, Pustaka Setia,Bandung.2001.hal
ص َن
ْ ََّتب ُ َوال ُْمطَلَّ َق
ََ َات ي
Artinya: “wahai wanita yang ditalak menahan diri (menunggu) …..”.
Firman tersebut menunjukkan kewajiban wanita yang ditalaq untuk menahan diri atau
beriddah selama tiga kali quru’ (suci). Sebab menurut pendapat yang rajih (unggul)
bahwasannya shighat amar dan shighat lain yang bermakna sama dengannya ditetapkan untuk
mewajibkan. Sedangkan suatu lafadz ketika di mutlakkan, maka ia menunjukkan terhadap
maknanya yang hakiki yang telah ditetapkan untuknya. Ia tidak boleh dipalingkan dari
maknanya yang hakiki, kecuali dengan adanya suatu qarinah (hubungan/keterkaitan kata
sebelum dan sesudahnya).
Selanjutnya jika ditemukan suatu qarinah (keterkaitan / hubungan) yang dapat
memalingkan shighat perintah dari makna kewajiban kepada makna lainnya, maka ia dipahami
sesuai dengan apa yang ditunjuki oleh qarinah itu, seperti ibahah (pembolehan).3
b. Berbentuk Fi’il mudhari’ yang didahului oleh lam Amar.
Misalnya, firman Allah:
ت ال َْعتِْي ِق
ِ ولْيطََّّوفُوا ِِبلْب ْي
َ ْ ََ
Artinya: “dan hendaklah thawaf sekeliling rumah tua itu (Baitullah)”. (QS.Al Haj: 29)
َولْتَ ُك ْن ِم ْن ُكم اَُّمة
Artinya: “dan hendaklah ada segolongan umat”. (QS. Ali Imran: 104)
c. Isim Fi’il Amr, seperti:
س ُك ْم
َ َعلَْي ُك ْم اَنْ ُف
Artinya: “Jagalah dirimu”. (QS. Al Maidah: 105)
d. Masdar pengganti fi’il, seperti:
س ًان ح ِوِِب لْوالِدي ِن ا
َ ْ َْ َ َ
Artinya: “dan berbuat baiklah kepada Ibu Bapak”. (QS. Al Baqarah: 83)
e. Bentuk lainnya yang semakna, seperti lafal faradla, kutiba dan lain sebagainya.
اج ِه ْم َ ْ ْ ْ قَ ْد َعلِ ْمنَا َما فَ َر
ِ ضنَا َعلَْي ِهم ِِف اَ ْزو
Artinya: “sesungguhnya kami telah mengetahui apa yang kami wajibkan kepada mereka
tentang istri istri mereka”. (QS. Al Ahzab: 50).
ِ ِ ِ
ام
ُ َب َعلَْي ُك ُم الصي َ ََيَيُّ َهالَّذيْ َن
َ ءامنُوا ُكت
9. Taskhir (penghinaan)
ِ ِ
َ ْ ُِك ْونُ ْوا ق َر َدةً َخاسئ
ي
Artinya: “Jadilah kamu sekalian kera yang hina”. (QS. Al Baqarah : 65)
10. Ta’jiz (melemahkan)
ِفَأْتُوا بِسورةٍ ِمن ِمثْلِه
ْ َ ُْ ْ
Artinya: “datangkanlah satu surat (saja) yang seumpama )Al Qur’an (itu”. (QS. Al Baqarah :
23)
11. Taswiyah (mempersamakan)
صِِبُوا
ْ َاصِِبُوا اَ ْوالَت
ْ َف
Artinya: “maka bersabar atau tidak”. (QS. At Thur :16)
12. Tamanni (angan-angan)
Contoh Syi’ir Arab:
ْ ِص ْب ُح ق
ف َالتَطْلَ ُع ُ ََي لَْي ُل طُ ْل ََي نَ ْو ُم ُز ْل ََي
Artinya: “wahai sang malam, memanjanglah wahai kantuk menghilanglah. Wahai waktu
subuh berhentilah dahulu, jangan segera dating.
13. Do’a
ب اغْ ِف ْرَِل
ِ َر
Artinya: “Ya Allah ampunilah aku”. (QS. Shad : 35)
14. Ihanah (meremehkan)
ت ال َْع ِزيْ ُز َ َّذُ ْق إِن
َ ْك اَن
Artinya: “Rasakanlah, sesungguhnya kamu orang yang perkasa lagi mulia”. (QS. Ad Dukhan
: 49)
15. Imtinan
فَ ُكلُ ْوا ِِمَّا َرَزقَ ُك ُم اّلل
Artinya: “Makanlah apa yang direzekikan kapadamu”. (QS. An Nahl :114)5
Kaidah kedua: Perintah setelah larangan menunjukan kepada kebolehan. Maksud dari kaidah
ini ialah, apabila ada perbuatan-perbuatan yang semula dilarang, lalu datang perintah
mengerjakan, maka perintah tersebut bukan perintah wajib tetapi bersifat membolehkan.
Seperti Firman Allah swt:
5 [5]Ibid,.hal.113.
perintah itu dimaksudkan pengulangan, maka harus ada qarinah atau kalimat yang menunjukan
pada pengulangan.
Allah berfirman:
Perlu diketahui bahwa suatu perintah atau suruhan yang tidak ada qarinahnya, dengan suatu
hal yang lain berarti menunjukkan arti kemestian (wajib).
b. Menunjukkan anjuran (nadb) berdasarkan sebuah kaidah yang berarti amar / suruhan ialah
menunjukkan sebuah anjuran (nadb).
Kesimpulannya, amar tetap mengandung arti wajib, kecuali apabila amar tadi sudah tidak
mutlaq lagi, atau terdapat qarinah yang dapat mengubah ketentuan tersebut, sehingga amar itu
berubah pula, yakni tidak menunjukkan wajib, tetapi menjadi bentuk yang menunjukkan
hukum sunnah atau mubah dan sebagainya sesuai dengan qarinah yang memengaruhinya.7
ًاع َفة
َض َ ض َعافًا ُم ِ َوَال ََتْ ُكلُوا
ْ َالرَِب أ
Artinya: “dan janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda”. (QS. Ali Imran:
130)
Karena La ta’kulu berbentuk nahi, sedangkan ketentuan nahi adalah haram, maka makan
harta riba hukumnya haram, karena tidak diridlai Allah swt. Inilah hukum asli dari nahi.
Kecuali apabila ada qarinah yang memengaruhinya, maka nahi tersebut tidak lagi
menunjukkan hukum haram, tetapi menunjukkan hukum makruh, mubah, dan sebagainya.
Sesuai dengan qarinah yang memengaruhinya itu. Ada ulama yang berpendapat
bahwa nahi yang masih asli itu menunjukkan hukum makruh. Namun, pendapat yang lebih
kuat, bahwa nahi adalah haram.11
ِ
الصالَةَ َوأَنْتُ ْم ُس َك َارى
َّ بُ ََيأَيُّ َها الَّذيْ َن َامنُوا َالتَ ْق َر
Artinya: “hai orang-orang yang beriman, jangan kamu kerjakan shalat dalam keadaan
mabuk”. (QS.An Nisa : 43)
Ungkapan yang menunjukkan kepada nahi (larangan) itu ada beberapa bentuk
diantaranya:
b. Untuk pelajaran
1. Nahi yang menunjukkan perbuatan itu sendiri sebagaimana contoh di atas yang menyebabkan
perbuatan yang dilarang itu hukumnya fasid (rusak) haram.
2. Nahi yang menunjukkan juz’I dari perbuatan (bagian dari perbuatan). Misalnya, larangan jual
beli anak binatang yang masih dalam kandungan ibunya.
3. Nahi yang menunjukkan sifat perbuatan yang tidak dapat dipisahkan, misalnya larangan
berpuasa pada hari raya karena hikmah di hari raya ialah agar semua umat Islam dapat
menikmati kegembiraan makan minum di hari tersebut.
4. Nahi yang menunjukkan hal-hal di luar perbuatan yang tidak mesti berhubungan dengan
perbuatan tersebut. Misalnya, larangan dalam jual beli sewaktu shalat jum’at yang akibatnya
akan meninggalkan shalat jum’at.12
Dalam melarang suatu perbuatan, menurut pendapat Muhammad Khudhari Beik, Allah
juga memakai beragam gaya bahasa diantaranya:
a. Larangan secara tegas dengan memakai kata naha atau yang searti dengannya yang secara
bahasa berarti melarang. Misalnya surat An-Nahl ayat 90 yang artinya:
12 Ibid,.hal.120.
“Dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan”.
b. Larangan dengan menjelaskan bahwa suatu perbuatan diharamkan, misalnya ayat 33 surat Al-
A’raf:
c. Larangan dengan menegaskan bahwa perbuatan itu tidak halal dilakukan, contoh surat An-
Nisa’ ayat 19:
ِ ِ ِ َّ
َ ََي اَيُّ َهاالذيْ َن َامنُوا َال ََي ُّل لَ ُك ْم اَ ْن تَ ِرثُوا ان
ساءَ َك ْرَها
Artinya :“Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita
dengan jalan paksa”.
d. Larangan dengan menggunakan kata kerja Mudhari’ (kata kerja untuk sekarang atau
mendatang) yang disertai huruf lam yang menunjukkan larangan, misal surat Al-An’am ayat
152:
ِ ِ َو َذرواظ
ِْ اه َر
ُاْل ِْْث َوَِبطنَه ُْ َ
“Dan tinggalkanlah dosa yang Nampak dan yang tersembunyi”.
f. Larangan dengan cara mengancam pelakunya dengan siksaan pedih, misalnya surat Al-Taubah
: 34.
ِ ِ
َ ْ فَِإن انْتَ َهوافَ َال ُع ْد َوا َن اََّال َعلَى الظَّال ِم
ي
Artinya: “Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), Maka tidak ada permusuhan
(lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim”13
4. Syarat-syarat Nahi
1. Bentuk nahi hanya satu saja, yaitu fiil mudhari’ yang disertai la nahi.
Arti nahi yang pokok.
a. Menunjukkan haram
Artinya: “ larangan itu menunjukkan haram (haramnya perbuatan yang dilarang)”.
Alasannya, apabila ada kata-kata larangan yang tidak disertai qarinah, akal kita dapat mengerti
keharusan yang diminta larangan itu, yang segera dapat dimengerti menunjukkan pengertian
yang sebenarnya. Demikian pula pemahaman lama salaf.
Qarinah ialah kata-kata yang menyerupai larangan, yang menyebabkan larangan itu
tidak menyebabkan haram.
b. Menunjukan makruh
Artinya: “Bermula larangan menunjukkan makruh”. (makruhnya perbuatan yang dilarang).
Alasannya, larangan itu hanya menunjukkan buruknya (tidak baiknya) perbuatan yang
dilarang. Keburukan ini tidak berarti haram atau larangan menunjukkan rusaknya perbuatan
yang dilarang.14
c. Melarang sesuatu mengakibatkan perbuatan yang dilarang hukumnya menjadi rusak dan tidak
sah.
Artinya, larangan melakukan suatu perbuatan itu akan mengakibatkan perbuatan yang
dilarang tadi apabila dilakukan hukumnya menjadi tidak sah. Contoh zina. Sebagian ulama
termasuk imam Ghazali dan ar Razi berpendapat bahwa “nahi itu tidak menyebabkan tidak
13 Satria Efendi dan Ma’shum Zein, UshulFiqh, KencanPerdana Media Group, Jakarta, hal. 187-190.
14 Syafi’I Karim,Op,Cit,. hal.234.
sahnya suatu perbuatan yang dilakukan, kecuali hanya dalam soal ibadah saja, tidak dalam
muamalah”. Sebagian ulama Syafi’iyyah, hanafiah, dan muktazilah berpendapat bahwa “nahi
itu tidak menyebabkan tidak sahnya perbuatan yang dilarang, tidak pada lughah / bahasanya,
tidak pada syara’, dan tidak pula dalam soal-soal ibadah dan muamalah”. Sementara Imam
Syaukani berkata di dalam kitab shulnya Irsyadul Fuhul bahwa “tiap-tiap nahi yang tidak
membedakan antara ibadah dan muamalah menyebabkan perbuatan yang dilarang itu haram
hukumnya, dan tidak sahnya hukum menurut syara’ berarti batal (tidak sah). 15
2. Nahi
Pengertian Nahi
Nahi adalah suatu larangan yang harus ditaati yang datangnya dari atasan kepada
bawahan, yakni dari Allah SWT kepada hamba-Nya.
Sighat (bentuk kata) Nahi
Dilalah dan Tuntutan Nahi
Syarat-syarat Nahi
E. Daftar Pustaka
Efendi,Satria dan Ma’shum Zein.tt. UshulFiqh.Jakarta: Kencan Perdana Media Group.
Karim,Syafi’i.2001. Fiqih-Ushul Fiqih.Bandung: Pustaka Setia.
Uman,Chaerul dan Achyar Aminudin.2001. Ushul Fiqih II.Bandung: Pustaka Setia.
Zudbah, Muhammad Ma’sum Zein.2008. UshulFiqh.Jawa Timur:Darul Hikmah.
Zuhri,Moh dan Ahmad Qarib.1994.Ilmu Ushul Fiqih.Semarang:Toha Putra Group.