Komunikasi Politik - Klompok 1

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 31

JURNAL

‘’Ruang Lingkup Opini Publik Dalam Proses Komunikasi”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Komunikasi Politik

Dosen Pengampu: Pia Khoirotun Nisa, M.I.Kom

Disusun Oleh: Kelompok 1

Indi Azizi Hayi’ Lana 11210510000013

Atikah Zahra 11210510000019


Ratu Sasabila 11210510000124
Farah Gita Pramesti 11220510000148

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2024M/1445H
Abstrak

Studi ini melihat opini publik dalam konteks proses komunikasi di era digital
saat ini. Opini publik sangat memengaruhi pandangan kolektif masyarakat tentang
masalah atau peristiwa tertentu. Opini publik sangat penting dalam komunikasi karena
memengaruhi persepsi, sikap, dan tindakan individu maupun kelompok. Ruang lingkup
opini publik berkembang seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi. Dengan munculnya media sosial dan platform online, orang lebih mudah
mengekspresikan pendapat mereka, yang berdampak pada dinamika opini publik.
Pembentukan dan perubahan opini publik dipengaruhi oleh sejumlah variabel,
termasuk konten media, pengaruh influencer, dan algoritma platform. Selain itu,
penelitian ini melihat bagaimana perubahan ini berdampak pada cara individu,
kelompok, dan lembaga publik berkomunikasi satu sama lain. Dengan memahami apa
yang dimaksud dengan opini publik dalam komunikasi kontemporer, diharapkan dapat
menciptakan metode komunikasi yang efektif untuk menangani masalah publik dan
menciptakan hubungan yang lebih baik antara pemerintah, organisasi, dan
masyarakat.

Kata kunci: opini publik, komunikasi massa, prosskomunikasi, penggunaan data


pribadi, media sosial, Cambridge Analytica.

Abstract

This study looks at public opinion in the context of communication processes in the
current digital era. Public opinion greatly influences society's collective views on
certain issues or events. Public opinion is very important in communication because it
influences the perceptions, attitudes and actions of individuals and groups. The scope
of public opinion is expanding along with advances in information and communication
technology. With the emergence of social media and online platforms, it is easier for
people to express their opinions, which has an impact on the dynamics of public
opinion. The formation and change of public opinion is influenced by a number of
variables, including media content, influencer influence, and platform algorithms.
Additionally, this research looks at how these changes impact the way individuals,
groups, and public institutions communicate with each other. By understanding what
is meant by public opinion in contemporary communication, it is hoped that we can
create effective communication methods to deal with public problems and create better
relationships between government, organizations and society.

Keywords: public opinion, mass communication, prosscommunication, use of personal


data, social media, Cambridge Analytica.

A. Pendahuluan

1. Latar Blaang

Opini publik telah menjadi komponen penting dari komunikasi modern. Opini
publik mencerminkan sikap, pandangan, dan keyakinan yang dipegang oleh individu
atau kelompok terhadap berbagai masalah yang relevan dalam lingkup komunikasi.
Pemahaman tentang opini publik menarik untuk diteliti karena peran besarnya dalam
membuat keputusan politik, memengaruhi kebijakan publik, dan membentuk dinamika
sosial.

Opini publik semakin terlihat penting di era teknologi yang dinamis ini. Dengan
berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi, khususnya internet dan media
sosial, ada lebih banyak ruang bagi individu untuk mengungkapkan pendapat mereka
tentang berbagai masalah. Karena memungkinkan pengaruh individu dan kelompok
yang lebih kecil untuk berkembang secara cepat dan luas, fenomena ini sangat
memengaruhi opini publik. Dalam situasi seperti ini, sangat penting untuk memahami
seberapa luas perspektif publik. Bagaimana masyarakat mendapatkan dan
menyebarkan informasi dipengaruhi oleh pergeseran dari media konvensional ke media
digital. Media massa konvensional bukan satu-satunya sumber yang memengaruhi
opini publik; kisah-kisah yang ditulis di platform online dan individu atau kelompok
yang aktif di dalamnya juga berperan. Namun, tantangan baru muncul seiring dengan
berkembangnya cakupan opini publik dalam proses komunikasi.

Informasi yang tersebar luas di media sosial seringkali tidak akurat,


menyebabkan penyebaran berita palsu dan disinformasi yang dapat berdampak negatif
pada pendapat masyarakat. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami tidak
hanya bagaimana opini publik dibentuk dalam komunikasi digital, tetapi juga
bagaimana kita dapat mengelola informasi yang diterima dan mempromosikan
komunikasi yang berdasarkan fakta dan bukti. Untuk memulai, kami akan membahas
berbagai aspek opini publik yang terlibat dalam proses komunikasi. Kami akan
menekankan masalah dan peluang saat ini dalam komunikasi digital yang berkembang
pesat.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pengantar di atas, penulis akan meneliti mengenai Perubahan Pola


Komunikasi Massa Pada Penggunaan Instagram di Kalangan Remaja. Agar penelitian lebih
tersusun secara sistematis, dan hasil dari penelitian lebih terfokus pada pembahasan yang
di maksud, maka perlu dirumuskan masalah sebagai berikut:

Landasan Teori

Pngrtian Opini Publik

Menurut Morrissan, pandangan umum atau opini publik merujuk pada


keseluruhan perasaan yang dimiliki oleh suatu populasi terhadap suatu isu yang sedang
dihadapi. Dalam konteks ini, peran media sangatlah vital sebagai perantara informasi
dan penentu topik, masalah, atau hal-hal yang dianggap penting untuk diperhatikan
oleh masyarakat. Akibatnya, masyarakat cenderung terpengaruh oleh narasi yang
dibentuk oleh media, yang kemudian menghasilkan berbagai macam opini yang
tersebar melalui jejaring sosial. Opini-opini tersebut seringkali berasal dari individu
yang menyampaikan pendapat mereka terkait situasi yang dilaporkan, dengan berbagai
sikap seperti mendukung, menolak, atau bahkan bersikap netral. Seperti pada
pandangan Noelle Neuman terkait opini publik yang merupakan sikap atau
perilaku yang harus dikemukakan seseorang di depan publik jika dia tidak
ingin terisolasi dalam suatu kontroversi, Dengan demikian, seseorang dapat secara
aktif menyetujui atau menolak pandangan tertentu sesuai dengan kepercayaan atau
keyakinan mereka.
Opini publik ini menggunakan subjek yang berupa permasalahan baru yang
mengandung pernyataan bersifat kontroversial. Sifat dari pernyataannya tersebut
mempunyai suatu hal yang bertentangan dan menjadi reaksi pertama ataupun sebuah
gagasan baru. Adapun pengertian opini public menurut para ahli sebagai berikut:

Menurut Frazier Moore, pengertian opini publik adalah sebuah ungkapan


keyakinan yang menjadi pegangan bersama diantara para anggota sebuah kelompok
tentang suatu masalah kontroversial yang menyangkut kepentingan umum. Selanjutnya
di dalam buku yang berjudul The Making of Public Opinion, opini publik adalah hasil
dari pengintegrasian pendapat berdasarkan diskusi yang dilakukan oleh masyarakat
demokratis. Opini publik bukanlah jumlah total pendapat individu yang dikumpulkan.
Dengan begitu artinya:

a. Opini publik bukan merupakan kata sepakat.


b. Tidak merupakan pendapat yang dihitung secara numerical.

Lalu selanjutnya menurut George L. Bird dan Frederick E. Merwin


menurutnya, opini publik adalah penilaian sosial tentang suatu hal yang penting dan
berarti atas dasar pertukaran pikiran yang dilakukan individu dengan sadar dan juga
rasionil. Selanjutnya Leonardo W. Dood Opini publik merupakan sikap orang-orang
tentang suatu persoalan dimana mereka adalah anggota dari sebuah masyarakat yang
sama. Yang terakhir Menurut Edward M, opini publik tidak selalu logis, tidak
berbentuk, ambivalen, kontradiktif, dan juga mudah berubah. Konsekuensinya yaitu
mereka yang mempengaruhi opini publik hanya bisa berharap bahwa upaya mereka
dari waktu ke waktu akan menimbulkan konsensus terhadap persepsi yang masuk
terhadap isu yang sedang berkembang

Pengetian Proses Komunikasi

Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau


perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain sebagai komunikan. Pikiran
yang disampaikan bisa berupa gagasan, informasi, opini, dan lain sebagainya
sedangkan, perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keraguan, kekhawatiran,
kemarahan, keberanian, kegairahan dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati
manusia.

Proses komunikasi tidak pernah statis namun selalu berubah (dinamis) karena
tiap komunikasi berlangsung selalu mempunyai situasi tertentu. Hal ini sama seperti
yang diungkapkan oleh DeVito yaitu, “Komunikasi tidak berlangsung dalam ruang
hampa sosial, melainkan dalam situasi tertentu. Situasi atau lingkungan komunikasi
(context) memiliki pengaruh atas bentuk dan kandungan isi pesan yang disampaikan.

Proses komunikasi pada umumnya akan melewati dua tahap, yaitu: (a) Proses
komunikasi secara primer, yaitu proses penyampaian pikiran atau perasaan
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai
media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa,
isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang secara langsung mampu
menerjemah kanpikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan; (b) Proses
komunikasi secara sekunder, yaitu proses komunikasi oleh seorang kepada
orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai
lambang sebagai media pertama. Komunikator menggunakan media kedua dalam
melancarkan komunikasinya karena komunikan sasarannya berada di tempat yang
relatif jauh atau jumlahnya banyak. bisa berupa surat, perangkat elektronik, media
massa, dan lainnya.
Sedangkan proses komunikasi dalam dalam komunikasi politik bisa
menggunakan internet sebagai medianya. Kehadiran internet sebagai media baru ini
merupakan bagian tiga generasi dari
komunikasi politik, seperti Blumler dan Kavanagh dalam Heryanto, yang
menamakannya “third age of political communication”. Menurut mereka,
media cetak dan penyiaran, seperti televisi dan radio, tidak lagi dijadikan
rujukan utama dalam proses komunikasi politik. Hal ini disebabkan oleh
semakin masifnya penggunaan internet sebagai sumber utama masyarakat
dalam mencari informasi mengenai berita-berita atau peristiwa-peristiwa politik.
Apalagi dalam media sosial katakanlah, proses pencarian informasinya pun bersifat
dua arah. Masyarakat dapat berpartisipasi langsung (dinamis), tidak hanya menunggu
(pasif).

Komunikasi Opini Publik

Di era globalisasi saat ini, kemungkinan besar kita menghabiskan sebagian hari
kita dengan menerima banyak pesan. Kebanyakan yang tidak kita harapkan atau kita cari.
Kita mungkin mengabaikan banyak pesan karena tidak punya banyak waktu atau tidak
tertarik dengan isi pesan-pesan itu. Ringkasnya, perhatian kita menjadi sasaran untuk
diperebutkan secara sengit.

Komunikasi PR bersaing di lingkungan pesan yang padat ini. Tugas-tugas berat


menanti PR adalah :

1. Mendapat perhatian dari public sasaran.


2. Menstimulasi minat dalam isi pesan.
3. Membangun keinginan dan niat untuk bertindak berdasarkan pesan.
4. Mengarahkan tindakan dari mereka yang berperilaku yang konsisten dengan
pesan.
Komunikasi adalah proses timbal balik (resiprokal) pertukaran sinyal untuk
memberi informasi, membujuk, atau, memberi perintah, berdasarkan makna yang sama
dan dikondisikan oleh konteks hubungan para komunikator dan konteks sosialnya.

Figure 1 : Model Proses Komunikasi

Proses pemberian informasi elibatkan empat langkah diatas. Proses instruksi


menambahkan satu langkah lagi: menstimulasi pembelajaran dan praktik. Proses
persuasi melampaui pembelajaran aktif dan karenanya menambahkan langkah keenam
penerimaan perubahan: penerimaan keinginan atau sudur pandang si pengirim. Jelas
bahwa hambatan untuk mendapatkan hasil dari pemberian informasi, istruksi, dan
persuasi ini akan semakin besar jika langkah kelima dan keenam dimasukkan ke dalam
proses.

Elemen-Elemen Dalam Komunikasi

A. Pengirim
Karakteristik dari sumber pesan memengaruhi tingkat penerimaan pesan
oleh si penerima tetapi tidak banyak memengaruhi dampak pesan jangka panjang.
Para periset telah menyimpulkan bahwa, meskipun karakteristik sumber akan
memengaruhi proses komunikasi, dampaknya akan bervariasi dari satu situasi ke
situasi lainnya, dari satu topic ke topic lainnya, dan dari waktu ke waktu.
B. Pesan
Karakteristik pesan jelas berdampak pada proses komunikasi, tetapi
banyak ahli komunikasi sepakat bahwa “maknanya tergantung pada orang, bukan
kata-kata pesannya.” Observasi ini menghasilkan kesimpulan bahwa orang
berbeda yang menerima pesan yang sama mungkin akan menafsirkannya secara
berbeda, memberikan makna yang berbeda, dan bereaksi dengan cara yang
berbeda.
C. Medium atau Saluran
Sarjana dan praktisi komunikasi biasanya menganggap komunikasi tatap
muka adalah metode pertukaran informasi yang paling langsung, kuat, dan lebih
disukai. Berbeda dengan komunikasi massal, komunikasi interpersonal (antar-
orang) hanya melibatkan dua orang komunikator (biasanya keduanya
berdekatan), menggunakan banyak indra, dan bisa langsung ditanggapi. Akan
tetapi, deskripsi komunikasi interpersonal ini tidak mempertimbangkan
kemungkinan bahwa pesan media massa ditujukan kepada hanya sedikit orang di
dalam public spesifik.
D. Penerima
Eksperimen persuasi Yale menunjukkan bahwa penerima tidak semuanya
dipengaruhi oleh pesan dan tidak semuanya berubah sikap secara seragam. Orang
yang selalu agresif terhadap orang lain cenderung akan menolak terhadap pesan
persuasive. Di lain pihak, penerima yang rendah hati dan suka peduli pada orang
lain lebih mudah dipengaruhi oleh pesan persuasive ketimbang orang yang
angkuh dan suka tidak peduli dengan orang lain. Deskripsi yang lebih akurat
menyatakan bahwa penerima itu bertindak aktif dalam memproses pesan yang
didesain untuk sedikit orang, bukan untuk massa.
E. Konteks Hubungan
Rentang hubungan itu mencakup hubungan dekat dan intim, hubungan
formal, hubungan kompetitif, dan hubungan interpersonal konfliktual dalam
berbagai setting.
Semua komunikasi relasional merefleksikan empat dimensi dasar :
1) Kemunculan emosi, ketenangan, dan formalitas.
2) Keakraban dan kemiripan.
3) Kedekatan atau kegemaran.
4) Dominasi-ketundukan.
F. Lingkungan Sosial
Komunikasi memperngaruhi dan dipengaruhi oleh setting social. Jadi
kominikasi terjadi sebagai sebuah proses terstruktur didalam system yang terdiri
dari komponen dan aktivitas yang saling behubungan. Komunikasi dalam
kelompok akan tergantung kepada sifat dari kelompok, karakteristik anggota
kelompok, ukuran kelompok, struktur kelompok, kohesivisitas kelompok, dan
tujuan kelompok.

Hubungan Antar Elemen Dalam Proses Komunikasi

A. Pengirim dan Pesan


Pengirim harus memilih pesan yang tepat dan sesuai dengan karakteristik
penerima. Pengirim juga harus memperhatikan konteks komunikasi saat
menyampaikan pesan.
B. Pesan dan Saluran
Saluran yang dipilih untuk menyampaikan pesan dapat mempengaruhi cara
penerima menafsirkan pesan.
C. Penerima dan Umpan Balik
Umpan balik dari penerima dapat membantu pengirim untuk meningkatkan
efektivitas komunikasi.
D. Konteks dan Elemen Lainnya
Konteks komunikasi dapat mempengaruhi semua elemen dalam proses
komunikasi, termasuk pengirim, pesan, saluran, penerima, dan umpan balik.

Hubungan antar elemen dalam proses komunikasi sangatlah penting untuk


memastikan bahwa komunikasi dapat berjalan dengan efektif. Dengan memahami
hubungan antar elemen ini, kita dapat meningkatkan kemampuan komunikasi kita dan
menjalin hubungan yang lebih baik dengan orang lain.

Efek Komunikasi

A. Menciptakan Persepsi tentang Dunia di Sekitar Kita

Teoretisi awal menyatakan komunikasi massa berperan sebagai pemberitahuan


kepada kita tentang peristiwa, sesuatu, orang, dan tempat yang tidak bisa kita jumpai
secara langsung. Media massa membantu kita menciptakan “gambaran yang terpercaya”
tentang dunia yang berada di luar jangkauan dan pengalaman langsung kita.

Figure 2 : Media Massa dalam Formasi Opini Publik


B. Menentukan Agenda
Teori “Penentuan Agenda dari Efek Komunikasi Massa” dibangun
berdasarkan gagasan Lipmann tentang dampak media dengan cara membedakan
antara apa yang kita pikirkan tentang sesuatu dan apa yang kita pikirkan.
Perbedaannya adalah, yang disebut pertama mencakup apa yang kita ketahui
tentang sesuatu (kognisi) sedangkan yang disebut belakangan merujuk kepada
opini kita dan perasaan kita (predisposisi).

Ada dua konsep dalam teori dan riset penentuan agenda yang berguna bagi PR:
1) Issues Alliance akan menentukan keutamaan dan penetrasi isu terhadap
audien, atau menentukan seberapa baiklah isu itu beresonansi (resonates)
dengan masing-masing public. Orang akan lebih memerhatikan isu yang
berhubungan dengan kepentingan mereka.
2) Cognitive priming mendeskripsikan pengalaman personal dan hubungan
seseorang dengan isu. Periset berpendapat bahwa seseorang yang tidak
banyak atau tidak punya pengalaman personal terhadap suatu isu harus
mengandalkan media untuk mendapatkan informasi.

Periset McCombs dan Shaw mereformulasi dan memperluas teori penentuan


agenda dengan menyatakan, “Media bukan hanya memberi tahu kita apa yang
kita pikirkan tentang sesuatu, tetapi juga bagaimana kita memikirkan tentangnya,
dan, konsekuensinya, apa yang akan dipikirkan.

C. Penyebaran Informasi dan Inovasi


Media memberikan informasi dari sumber yang tidak bisa dijangkau
melalui jaringan interpersonal yang sifatnya “senang bicara untuk bersenang-
senang.” Namun, setelah orang mendapat informasi dari media, mereka
memasuki percakapan dengan membawa informasi baru yang berguna.
Ide atau inovasi lebih mudah diadopsi jika ide-ide itu :
1) Lebih menguntungkan ketimbang situasi sekarang.
2) Kompatibel dengan pengalaman sebelumnya dan aspek situasi lainnya.
3) Sederhana.
4) Mudah dicoba.
5) Dapat diamati melalui hasil yang kelihatan.
D. Mendefinisikan Dukungan Sosial

Individu-individu yang menganggap opini mereka bertentangan dengan


opini kebanyakan orang lain cenderung akan tetap diam terhadap suatu isu. Sikap
diam dan pasif mereka dapat menimbulkan kesimpulan keliru bahwa banyak
orang mendukung pandangan tertentu. Sejumlah orang yang setuju dengan
mereka makin banuak, akan lebih mungkin untuk mengekspresikan
pandangannya pada intinya =, opini public muncul saat individu-individu secara
kolektif mengetahui adanya dukungan pada pandangan mereka melaui interaksi
personal dan dengan membaca media masa. Spiral akan terus berlanjut ketika
orang lain melihat kehadiran atau ketidakhadiran dukungan atas pandangan
mereka. Spiral ini diperkuat ketika media meliput pandangan yang paling
kelihatan dan paling sering muncul dan tidak membuat usaha untuk menentukan
distribusi actual dari pandangan itu. Liputan media dapat merefleksikan,
memperkuat, atau menentang efek spiral keheningan terhadap opini public.
Tetapi memahami dinamika observasi kolektif individual terhadap lingkungan
social dan opimi public akan diwujudkan secara langsung dalam praktik PR.

Pesan media massa dapat memberikan kepada individu gambaran


lingkungan soalnya, pengetahuan tentang apakah ada penerimaan atau penolakan
social atas pandangan atau tindakan mereka. Model efek komunikasi
“sosiokultural” ini enunjukkan bahwa “pesan yang disajikan via media massa
mungkin menimbulkan consensus dalam hal orientasi dan tindakan yang
berkaitan dengan objek atau tujuan persuasif tertentu.
Figure 3: Model Persuasif Sosiokultural

Publik Dan Opini Mereka

Opini publik sebelumnya belum pernah begitu kuat, begitu tersebar, begitu cair,
dan begitu meledak dan manipulative sebagaimana sekarang. Adalah bagian dari misi PR
untuk membantu organisasi mengenali, memahami, dan menghadapi pengaruh kuat ini
dalam lingkungan mereka.

Dimensi Opini Publik

Opini publik adalah sekumpulan pandangan individu terhadap isu yang sama.
Opini public merefleksikan proses dinamis dimana ide-ide “diekspresikan, disesuaikan,
dan dikompromikan dalam rangka menuju determinasi kolektif dari suatu arah tindakan.”

Arah opini mengindikasikan kualitas evaluative dari predisposisi, yang memberi


tahu kita evaluasi “positif-negatif-netral”, evaluasi yang “mendukung-menentang-
netral”, atau evaluasi “pro-kontra-tergantung” yang dilakukan oleh public.

Pengukuran intensitas menunjukkan seberapa kuatkah perasaan orang terhadap


opini mereka, apapun arahnya.Stabilitas mengacu kepada berapa lama responden
menganut arah dan intensitas perasaan yang sama. Dukungan informasional mengacu
pada seberapa banyak pengetahuan public terhadap objek opini. Pengukuran dukungan
sosial memberikan bukti tentang sejauh mana orang menganggap opini mereka juga
didukung oleh orang lain dalam lingkungan social mereka. Mendeskripsikan dan
memahami opini public membutuhkan pengukuran sensitivitas dan kedalaman yang
lebih luas dan bukan sekedar menggunakan pertanyaan ya-tidak seperti yang dipakai
dalam polling lewat telepon.

Publik

Praktisi PR harus membuang gagasan tentang “public umum”. Program yang


efektif harus dimaksudkan untuk menjalin komunikasi dan membangun hubungan
dengan “public sasaran: yang didefinisikan secara spesifik atau “public strategis”.

John Dewey mendefinisikan public sebagai unit social aktif yang terdiri dari
semua pihak yang terlibat yang mengenali problem bersama yang akan mereka cari
solusinya secara bersama-sama.

Grunig membeberkan 3 faktor yang menggerakkan public laten menjadu public aktif
yang melakukan komunikasi :

1. Pengenalan problem merepresentasikan sejauh mana orang menyadari bahwa ada


yang tidak beres dalam suatu situasi, dan karenanya mereka tahu bahwa mereka
butuh informasi.
2. Pengenalan batas-batas merepresentasikan sejauh mana orang memandang diri
mereka dibatasi oleh factor eksternal, dan sejauh mana mereka memandang bahwa
mereka dapat berbuat sesuatu untuk situasi itu.
3. Level keterlibatan merepresentasikan sejauh mana orang memandang dirinya
terlibat dan dipengaruhi oleh situasi. 3 variabel tersebut diukur berdasarkan
seberapa aktif atau pasifkah perilaku komunikasi suatu public. Perilaku komunikasi
aktif dinamakan pencarian informasi karena orang dalam kelompok itu
kemungkinan akan mencari informasi tentang isu. Perilaku komunikasi pasif
disebut pemrosesan informasi sebab audien yang pasif mungkin memerhatikan
atau tidak memperhatikan suatu pesan.

Grunig mendefinisikan 4 tipe public :


1. All-issue publics bersikap aktif dalam semua isu.
2. Apathetic publics tidak memerhatikan atau tidak aktif terhadap semua isu.
3. Single-issue publics aktif pada satu atau sejumlah isu terbatas.
4. Hot-issue publics baru aktif setelah semua media mengekspos hampir semua
orang dan isu menjadi topic social yang diperbincangkan secara luas.

Operasi Individual Dan Koorientasi

 Orientasi

Individu menetapkan nilai kepada objek di lingkungannya berdasarkan


pengalaman mereka sebelumnya dengan objek itu dan berdasarkan penilaian mereka
terhadap objek itu dalam konteks kekinian. Nilai pertama disebut “kemenonjolan”
atau (salience), atau perasaan tentang suatu objek yang berasal dari pengalaman
individu dari situasi sebelumnya. Nilai kedua adalah relevansi (pertinence), yakni
nilai relative dari sebuah objek berdasarkan perbandingan objek-dengan-objek
berdasarkan atribut yang sama.

Untuk mendeskripsikan dan memahami opini tentang individu tentang beberapa


objek, maka kita harus mengukur tingkat kemenonjolan dan relevansi sekaligus.
Perbedaan ini akan membantu menjelaskan hubungan antara sikap dan opini.

Para sarjana umumnya membedakan antara sikap dan opini dengan dua cara :

1. Opini umumnya dianggap sebagai respons verbal dan jelas terhadap stimulus
spesifik (sebuah isu), sedangkan sikap adalah kecenderungan umum yang lebih
mendasar untuk memberikan respons mendukung atau menolak serangkaian
stimulus.
2. Kandungan opini dianggap lebih banyak sisi kognitifnya ketimbang afektifnya.
Sikap adalah orientasi intuitif yang cepat sedangkan opini adalah pilihan yang
dipikir masak-masak untuk melakukan sebuah tindakan dalam matriks social.
Figure 4 : Model Orientasi Individual

 Koorientasi

Konsep opini public social atau interpersonal membutuhkan dua atau lebih
individu yang berorientasi dan berkomunikasi mengenai suatu objek yang menjadi
perhatian bersama. Mereka “berkoorientasi” untuk sesuatu yang sama.

Model koorientasional dalam Gambar 8.5 mengilustrasikan elemen


intrapersonal dan interpersonal dalam hubungan komunikasi. Pertama, konstruk
kongruensi intrapersonal mendeskripsikan sejauh mana pandangan kita sesuai
dengan perkiraan kita tentang pandangan orang lain mengenai isu yang sama. Kedua,
akurasi adalah sejauh mana perkiraan anda cocok dengan pandangan orang lain yang
sesungguhnya. Lalu yang lainnya adalah kesepekatan (agreement) dan pemahaman
(understanding). Kesepakatan adalah sejauh mana dua orang atau lebih memberikan
evaluasi yang sama terhadap sebuah isu yang menjadi perhatian bersama. Pemahaman
akan mengukur kemiripan dalam definisi dua orang atau lebih.
Figure 5: Model Koorientasi

 Konsensus Koorientasi

Memahami opini public - atau consensus – membuatnya menjadi fenomena social


kompleks yang dapat dideskripsikan dengan menggunakan konsep koorientasional.

1. Konsensus monolitik merupakan tingkat kesepakatan actual yang tinggi yang


secara akurat dikenali oleh mereka yang terlibat.
2. Disensus hadir ketika tingkat ketidaksepakatan yang tinggi dikenali secara akurat.
3. Konsensus semu hadir ketika ada ketidaksepakatan actual tetapi mayoritas mereka
yang terlibat didalamnya beranggapan bahwa mereka semua sepakat.

Ketidaktahuan pluralistic merepresentasikan keadaan opini public dimana


mayoritas menganggap hanya ada sedikit kesepakatan, tetapi dalam kenyataannya ada
kesepakatan yang luas.
Figure 6 : Tipe-tipe Konsensus Koorientasi

 Hubungan Koorientasional

Pendekatan koorientasional membantu untuk mengidentifikasi 3 problem


PR yang membutuhkan strategi komunikasi yang langsung :

1. Sebuah organisasi dan public menganut definisi yang berbeda terhadap isu
yang sama.
2. Persepsi organisasi terhadap pandangan public tentang suatu isu tidak sesuai
dengan pandangan actual dari public.
3. Anggota public memiliki persepsi yang tidak akurat tentang pandangan
organisasi tentang suatu isu yang menjadi perhatian bersama.

Pendekatan koorientasional membantu 3 tujuan utama dalam perencanaan PR :

1. Pengukuran koorientasional menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk


mengidentifikasi dan mendeskripsikan problem dalam hubungan organisasi-
publik.
2. Pengukuran koorientasional memberikan pedoman yang berguna untuk
merencanakan pesan dan respons yang tepat guna mengoreksi problem
hubungan organisasi-publik.
3. Penggunaan pengukuran koorientasional secara berulang akan menunjukkan
bagaimana hubungan berubah sebagai akibat dari komunikasi dan tindakan
korektif lainnya.
Figure 7 : Model Koorientasional dari Hubungan Organisasi Publik

Kesimpulannya, PR menjalin dan mempertahankan hubungan antara organisasi


dan publiknya dengan memfasilitasi komunikasi dua arah. Akan tetapi, komunikasi
tersebut mungkin tidak begitu berdampak pada sejauh mana pihak akan setuju atau tidak
setuju ketimbang pada akurasi dari persepsi terhadap pandangan orang lain.

Pengaruh Media Sosial terhadap Opini Publik

Pengaruh media sosial terhadap opini publik adalah pengaruh yang ditimbulkan
oleh media sosial terhadap pandangan dan pendapat masyarakat. Media sosial
memungkinkan individu untuk berbagi informasi, berinteraksi, dan mendiskusikan isu-
isu penting dalam masyarakat. Dengan Popularitas media sosial yang terus bertambah,
pengaruhnya terhadap opini publik juga semakin besar.

Salah satu pengaruh media sosial terhadap opini publik adalah pembentukan
opini kolektif. Media sosial memungkinkan banyak orang dengan pandangan yang
sama berkumpul dan membentuk kelompok atau komunitas yang mendukung ide-ide
tertentu. Hal ini dapat mempengaruhi pandangan dan pendapat masyarakat secara
keseluruhan.
Selain itu, media sosial juga memungkinkan masyarakat untuk memperoleh
informasi secara real-time. Dengan adanya berbagai platform media sosial seperti
Facebook, Twitter, dan Instagram, individu dapat dengan cepat mendapatkan informasi
terkini mengenai berbagai isu dan peristiwa yang terjadi di sekitar mereka. Informasi
yang diperoleh melalui media sosial dapat mempengaruhi pandangan dan pendapat
masyarakat.

Selain itu, media sosial juga memberikan platform bagi individu untuk
menyampaikan pendapat mereka. Dengan adanya fitur komentar dan opini yang dapat
diungkapkan secara terbuka, individu dapat menyampaikan pendapat mereka mengenai
berbagai isu dan peristiwa. Pendapat-pendapat ini juga dapat mempengaruhi opini
publik secara keseluruhan.

Namun, perlu diingat bahwa media sosial juga dapat memperkuat polarisasi
opini. Karena individu lebih cenderung terhubung dengan orang-orang yang memiliki
pandangan yang sama dengan mereka, media sosial dapat menyebabkan masyarakat
terpolarisasi dalam pandangan mereka dan kurang menerima pendapat yang berbeda.

Dalam konteks pengaruh media sosial terhadap opini publik, penting untuk
menjadi konsumen yang cerdas dan kritis. Mengkonsumsi berita dan informasi dari
berbagai sumber, memverifikasi kebenaran informasi sebelum membagikannya, serta
berpartisipasi dalam diskusi yang sehat dan bermakna adalah hal yang perlu dilakukan
untuk memastikan bahwa pengaruh media sosial tidak membentuk opini publik secara
sembarangan.

Menurut para ahli, pengaruh media sosial terhadap opini publik dapat dilihat
dari beberapa perspektif yang berbeda. Berikut adalah beberapa pendapat dari para ahli:

Zizi Papacharissi: Menurut Papacharissi, media sosial dapat mempengaruhi


opini publik dengan membentuk "ekokamar" di mana individu cenderung terhubung
dengan orang-orang yang memiliki pandangan yang sama. Hal ini dapat menyebabkan
terbentuknya "gelembung filter" di mana individu hanya terpapar pada pandangan dan
informasi yang mendukung opini mereka sendiri.

Lee Rainie: Rainie berpendapat bahwa media sosial memberikan platform bagi
individu untuk menyampaikan pendapat mereka dan mendapatkan informasi dari
beragam sumber. Namun, ia juga mengatakan bahwa media sosial cenderung
memperkuat pola pikir yang sudah ada dan secara umum tidak mengubah pandangan
masyarakat secara dramatis.

Ethan Zuckerman: Zuckerman berpendapat bahwa media sosial dapat


memperkuat isu-isu minoritas dan memicu perubahan sosial. Dengan memungkinkan
individu dengan pandangan minoritas untuk bersuara dan berkumpul, media sosial
dapat mempengaruhi agenda publik dan membuat isu-isu minoritas lebih diperhatikan.

Cass Sunstein: Sunstein berargumen bahwa media sosial cenderung


memperkuat polarisasi opini dan mengurangi ruang untuk dialog dan kompromi. Ia
mengatakan bahwa konsumsi informasi yang terfilter dan kurangnya paparan pada
pandangan yang berbeda dapat memperkuat pandangan ekstrem dan membatasi
kemampuan individu untuk memahami pandangan yang berbeda.

Pengaruh media sosial terhadap opini publik menjadi isu yang sering muncul
dalam pemberitaan dan penggunaan media sosial. Dalam era digital, informasi dapat
dengan mudah disebarkan dan menjadi viral dalam waktu singkat. Hal ini dapat
mempengaruhi opini publik tanpa melalui proses verifikasi yang benar. Beberapa
prinsip yang relevan dalam pengaruh media sosial terhadap opini publik antara lain:

- Kredibilitas: Informasi yang disampaikan melalui media sosial haruslah benar


dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini penting untuk mencegah penyebaran berita
palsu atau hoaks yang dapat merugikan masyarakat.
- Kebebasan Berekspresi: Setiap orang memiliki hak untuk berekspresi melalui
media sosial. Namun, kebebasan berekspresi juga harus diiringi dengan rasa tanggung
jawab dan etika dalam menyampaikan informasi.

Dalam menghadapi tantangan etika dalam komunikasi massa, perlu adanya


regulasi yang jelas dan ketat terkait penggunaan data pribadi dalam media sosial. Selain
itu, perlu adanya upaya untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat
tentang etika berkomunikasi dalam era digital. Media juga harus menjaga etika
jurnalistik dan privasi pengguna.

Studi Kasus

Di era digital seperti sekarang ini salah satu media komunikasi politik yang
memiliki peran yang besar adalah media sosial. Sebab dengan menggunakan media
sosial yang tidak mengenal waktu dan ruang, sosialisasi politik dan partisipasi politik
dapat dilakukan dan diterima oleh siapa saja, kapan saja, dan dimana saja.
Menggunakan media sosial dalam bidang politik memberikan keuntungan sebab
menjadi faktor terwujudnya keterbukaan dan transparansi dalam proses perpolitikan.

Ross Tapsell dalam bukunya yang berjudul kuasa media di Indonesia,


membahas jika kasus-kasus yang terjadi di Indonesia sangat pas digunakan untuk
mencari tahu bagaimana media sosial dapat mempengaruhi orang banyak.1 Masyarakat
Indonesia masuk kedalam golongan pengguna media sosial paling aktif di dunia,
Berdasarkan laporan We Are Social, pada Januari 2022 jumlah pengguna aktif media
sosial di Indonesia sebesar 191 juta orang, dimana jumlah tersebut meningkat sebesar
12,35% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebanyak 170 juta orang.2
Adapun Indonesia memiliki pengguna aktif platform media sosial Instagram sebanyak
99,9 juta orang dan pengguna Twitter sebanyak 18,45 juta pada 2022. Dengan jumlah
pengguna media sosial yang besar tentu membuat pertukaran informasi lebih mudah
dilakukan melalui platform platform media sosial secara online dibanding
menggunakan media cetak, Masyarakat pengguna media sosial dapat dengan leluasa
mendapatkan insight insight baru dari media sosial, ataupun dalam menyalurkan hak
berbicara dan partisipasinya. Sehingga dapat dikatakan jika media sosial berpartisipasi
secara masif dalam pembentukan opini publik.

Adapun studi kasus yang di ambil terkait salah satu aktor politik yang aktif
menggunakan media sosial Instagram yaitu Anies Baswedan, penggunaan media sosial
bertujuan untuk menyalurkan komunikasi politiknya kepada masyarakat dengan
memposting foto, video ataupun tulisan yang berkaitan dengan perpolitikan. Dimana
dengan adanya postingan tersebut membuat masyarakat tahu bagaimana kinerja,
Personal Branding, maupun ideologi dari Anies Baswedan yang akan berpengaruh
pada citra, opini publik, dan popularitas Anies Baswedan dalam kacamata masyarakat
Indonesia. Berdasarkan Akun pribadi media sosial Instagram, Mantan Gubernur DKI
Jakarta dengan nama pengguna @aniesbaswedan dalam Platform media sosial
Instagram memiliki 5,8 Juta pengikut .

1.1 Instagram dan Twitter Anies Rasyid Baswedan


1.2 Postingan Instagram dan twitter Anies Baswedan tentang Rutinitasnya
Mengurus Hewan

Terkait komunikasi politik Anies baswedan dapat dilihat jika ia merupakan


aktorpolitik yang cukup aktif dan intens dalam bersosial media. Setelah ia resmi
menjadi mantan Gubernur DKI Jakarta, melalui akun instagram pribadi miliknya
ia sering membagikan postingan terkait foto, video, maupun tulisan yang berisikan
kegiatankegiatannya yang berkaitan dengan politik maupun yang tidak. Seperti
video kegiatannyayang sedang mengurus hewan peliharaan, video atau foto terkait
kunjungannya ke provinsi Sumatera Utara yang disebutkan sebagai bentuk
silaturahmi kebangsaan.
Berikut Postingan Anies di Platform Instagram dan Twitter yang
membagikan kegiatannya mengurus hewan peliharaan, memberikan kesan
seseorang aktor politik yangsantai, telaten dan merakyat. Dengan postingan seperti
ini membuatnya lebih dekat dengan masyarakat karena membahas topik yang
ringan yaitu seputar merawat dan mengoleksi burung peliharaannya yang tentu
kegiatan tersebut juga merupakan kegiatanyang digemari oleh masyarakat.

1.3 Postingan Instagram Anies Baswedan ketika bersilaturahmi ke Provinsi SumateraUtara


1.4 Postingan Instagram Anies Baswedan ketika melakukan kegiatan silaturahmi keagamaan.

Selanjutnya postingan di Instagramnya terkait kunjungannya ke Medan,


SumateraUtara. Dimana dalam foto foto tersebut diketahui ia melakukan beberapa
rangkaian kegiatan seperti kegiatan diskusi dan silaturahmi bersama simpul relawan
Sumatera Utaradan Para pemuda dari berbagai organisasi kemahasiswaan, kesiswaan
dan aktivis di Prananda Surya Paloh Foundation, Medan, Lalu kegiatan silaturahmi
kebangsaan ke istana Maimun. Jika dilihat dari postingan instagramnya selama
berkunjung ke Medan dapat dilihat jika Kunjungan Anies Baswedan mendapat
sambutan yang antusias dari Masyarakat terbukti dari ramainya masyarakat yang
datang untuk menyambutkeberadaan Anies. Hal ini jika dilihat dari sudut pandang
masyarakat yang melihat dari Media sosial memberikan kesan jika Anies merupakan
sosok aktor politik yang memilikicitra yang baik terbukti dengan keberadaanya yang
diterima baik oleh masyarakat Medan dan sosok yang mengayomi karena
memberikan arahan yang baik kepada masyarakat dengan melakukan diskusi
bersama para relawan untuk membahas restorasi Indonesia menuju perubahan yang
lebih baik.
1.5 Tweet Anies Baswedan dalam akun pribadinya di Twitter ketika melakukan kegiatan

Lalu postingan di Instagramnya yang masih berkaitan dalam kunjungannya


ke Medan, Sumatera Utara. Dimana diketahui jika Anies melakukan silaturahmi
dengan mengunjungi tokoh NU di Salah satu Pondok pesantren di Medan, lalu
mengunjungi PGWI yang merupakan persekutuan gereja-gereja Indonesia di
wilayah Sumatera Utara,dan juga membuat kegiatan Temu Ramah Kebangsaan
yang dihadiri oleh tokoh lintas agama dan etnis yang ada di Sumatera Utara.
Postingan ini membangun citra Anies sebagai aktor politik yang memiliki toleransi
yang tinggi terhadap perbedaan agama danetnis serta seseorang yang mendukung
terwujudnya persatuan dari keberagaman yang ada untuk menciptakan keadilan.
Hal itu dibuktikan dengan Tweet-an nya yang mengatakan jika keberagaman
merupakan sebuah fakta dan persatuan merupakan hal yang harus diperjuangkan,
walaupun masyarakat Indonesia berbeda beda asal usulnya tetap memiliki tujuan
yang sama yaitu persatuan dan keadilan.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan jika di masa
seperti ini Penggunaan platform Instagram dan Twitter oleh Anies untuk
menyalurkan informasi dinilai sangat tepat, perubahan Komunikasi politik
menjadi lebih modern dengan menggunakan sosial media membuat apa yang
disampaikan oleh para aktor politik,

khususnya Anies Baswedan menjadi jauh lebih efektif. Sebab bagi Anies
Baswedan selaku aktor politik media sosial bertujuan untuk melakukan branding
politic dan mencarisimpati masyarakat. Disisi lain juga memberikan masyarakat
ruang diskusi politik yang dapat berpengaruh pada pembuatan opini publik
terhadap Anies menjelang Pilpres yangakan berlangsung di tahun 2024.Media
sosial berperan sebagai penghubung antara masyarakat dengan elit politik. Anies
Baswedan mengambil peluang tersebut untuk meningkatkan elektabilitasnya
sebagai calon presiden 2024 nanti.

Komunikasi politik adalah suatu bidang atau disiplin yang menelaah perilaku
dan kegiatan komunikasi yang bersifat politik, mempunyai akibat politik, atau
berpengaruh terhadap perilaku politik. Komunikasi politik dengan demikian
memiliki implikasi atau konsekuensi terhadap aktivitas politik. Perilaku dan
aktivitas politik sangat terkait dengan pembentukkan opini publik, karena perilaku
dan aktivitas politik yang dilakukan masyarakat umumnya terjadi karena adanya
sifat umum yang kolektif bernama opini publik. Komunikasi politik dalam sistem
yang demokratis membuat opini publik dapat bergerak bebas di ranah kebebasan
yang dimungkinkan karena aturan main yang demokratis. Melalui proses
komunikasi politik, suatu opini dapat berubah menjadi opini publik sesuai dengan
kepentingan pihak-pihak yang memprakarsai berlangsungnya komunikasi. Proses
ini terjadi karena opini publik tumbuh secara alamiah di tengah-tengah dinamika
sosial politik masyarakat.

Tanpa media, komunikasi politik tidak mungkin berjalan dua arah antara
komunikator politik atau politisi dengan masyarakat, maupun juga sebaliknya.
Akan tetapi, dalam perkembangannya media tidak hanya sekedar perantara atau
saluran lalu lintas opini publik yang ada di masyarakat. Media telah melangkah
lebih jauh dari sekedar channel saja, tetapi juga menjadi komunikator. Media
membuat pernyataan-pernyataan politik (political statement) dalam bentuk
komentar, editorial, dan pertanyaan wawancara, sesuai dengan kepentingannya
sendiri. Dampak komunikasi politik terhadap keterlibatan dan perilaku masyarakat
dalam politik terkait dengan fakta-fakta tentang pemimpin opini (opinion leader).
Hal ini dilihat dari sisi bagaimana komunikasi politik yang dilakukan para
pemimpin opini tersebut dapat berdampak pada keterlibat dan perilaku masyarakat
di dalam konteks pembentukkan opini publik.

Daftar Pustaka
Awad bin Muhammad Alkatiri, dkk. Opini Publik Terhadap Penerapan New
Normal Di Media Sosial Twitter, Cover Age, Vol. 11, No. 1, September,
h. 21.

Azmi, Fadhel Azmi, et al. "Komunikasi Politik Anies Baswedan dalam


Membentuk Opini Publik Melalui Media Sosial Menjelang Pemilihan
Presiden 2024." PARAPOLITIKA: Journal of Politics and
Democracy Studies 3.2 (2022): 121-141.
Cutlip M Scott ,Center H Allen, Broom M Glen, (2009) Effective Public Relation
,edisi kesembilan :Kencana Prenada Media Group.

Erry Indrawan, Efriza, Anwar Ilmar, Kehadiran Media Baru (New Media) Dalam
Proses Komunikasi Politik, Volume 8 Nomor 1, h. 2.

Erry Indrawan, Efriza, Anwar Ilmar, Kehadiran Media Baru (New Media) Dalam
Proses Komunikasi Politik, Volume 8 Nomor 1, h. 7.
Gloria Mariska L, Proses Komunikasi Orang Tua-Anak Pada Keluarga Dengan
Ibu Bekerja Dan Ayah Sebagai Ayah Rumah Tangga, Jurnal E-
Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Petra,
Surabaya,Vol 2. No.1 Tahun 2014, h.3

Indrawan, Raden Mas Jerry. "Dampak komunikasi politik dan opini publik
terhadap perilaku masyarakat." WACANA: Jurnal Ilmiah Ilmu
Komunikasi 16.2 (2017): 171-179.
Nurfitriani M.Siregar, Strategi Komunikasi dalam Pembentukan Opini Publik
Masyarakat, Tadbir Jurnal Manajemen Dakwah, Volume 3, Nomor 2,
Desember 2021, h. 351.

Purwanto, Djoko, Drs., M.B.A. Komunikasi Bisnis. Edisi Ketiga. Ciracas, Jakarta:
PenerbitErlangga

Ratni Hardiana, Mazdalifah,Sakhyan Asmara, Proses Komunikasi Tim Program


Kelurahan Bersinar Dalam Pencegahan Narkoba Di Kelurahan Tanah
Seribu Binjai, MUKASI: Jurnal Ilmu Komunikasi, h. 69

Shahreza, M. (2018). proses dan elemen-elemen komunikasi politik..


https://doi.org/10.31227/osf.io/9zh46

Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2000), h. 11.

Anda mungkin juga menyukai