Komunikasi Politik - Klompok 1
Komunikasi Politik - Klompok 1
Komunikasi Politik - Klompok 1
2024M/1445H
Abstrak
Studi ini melihat opini publik dalam konteks proses komunikasi di era digital
saat ini. Opini publik sangat memengaruhi pandangan kolektif masyarakat tentang
masalah atau peristiwa tertentu. Opini publik sangat penting dalam komunikasi karena
memengaruhi persepsi, sikap, dan tindakan individu maupun kelompok. Ruang lingkup
opini publik berkembang seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi. Dengan munculnya media sosial dan platform online, orang lebih mudah
mengekspresikan pendapat mereka, yang berdampak pada dinamika opini publik.
Pembentukan dan perubahan opini publik dipengaruhi oleh sejumlah variabel,
termasuk konten media, pengaruh influencer, dan algoritma platform. Selain itu,
penelitian ini melihat bagaimana perubahan ini berdampak pada cara individu,
kelompok, dan lembaga publik berkomunikasi satu sama lain. Dengan memahami apa
yang dimaksud dengan opini publik dalam komunikasi kontemporer, diharapkan dapat
menciptakan metode komunikasi yang efektif untuk menangani masalah publik dan
menciptakan hubungan yang lebih baik antara pemerintah, organisasi, dan
masyarakat.
Abstract
This study looks at public opinion in the context of communication processes in the
current digital era. Public opinion greatly influences society's collective views on
certain issues or events. Public opinion is very important in communication because it
influences the perceptions, attitudes and actions of individuals and groups. The scope
of public opinion is expanding along with advances in information and communication
technology. With the emergence of social media and online platforms, it is easier for
people to express their opinions, which has an impact on the dynamics of public
opinion. The formation and change of public opinion is influenced by a number of
variables, including media content, influencer influence, and platform algorithms.
Additionally, this research looks at how these changes impact the way individuals,
groups, and public institutions communicate with each other. By understanding what
is meant by public opinion in contemporary communication, it is hoped that we can
create effective communication methods to deal with public problems and create better
relationships between government, organizations and society.
A. Pendahuluan
1. Latar Blaang
Opini publik telah menjadi komponen penting dari komunikasi modern. Opini
publik mencerminkan sikap, pandangan, dan keyakinan yang dipegang oleh individu
atau kelompok terhadap berbagai masalah yang relevan dalam lingkup komunikasi.
Pemahaman tentang opini publik menarik untuk diteliti karena peran besarnya dalam
membuat keputusan politik, memengaruhi kebijakan publik, dan membentuk dinamika
sosial.
Opini publik semakin terlihat penting di era teknologi yang dinamis ini. Dengan
berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi, khususnya internet dan media
sosial, ada lebih banyak ruang bagi individu untuk mengungkapkan pendapat mereka
tentang berbagai masalah. Karena memungkinkan pengaruh individu dan kelompok
yang lebih kecil untuk berkembang secara cepat dan luas, fenomena ini sangat
memengaruhi opini publik. Dalam situasi seperti ini, sangat penting untuk memahami
seberapa luas perspektif publik. Bagaimana masyarakat mendapatkan dan
menyebarkan informasi dipengaruhi oleh pergeseran dari media konvensional ke media
digital. Media massa konvensional bukan satu-satunya sumber yang memengaruhi
opini publik; kisah-kisah yang ditulis di platform online dan individu atau kelompok
yang aktif di dalamnya juga berperan. Namun, tantangan baru muncul seiring dengan
berkembangnya cakupan opini publik dalam proses komunikasi.
2. Rumusan Masalah
Landasan Teori
Proses komunikasi tidak pernah statis namun selalu berubah (dinamis) karena
tiap komunikasi berlangsung selalu mempunyai situasi tertentu. Hal ini sama seperti
yang diungkapkan oleh DeVito yaitu, “Komunikasi tidak berlangsung dalam ruang
hampa sosial, melainkan dalam situasi tertentu. Situasi atau lingkungan komunikasi
(context) memiliki pengaruh atas bentuk dan kandungan isi pesan yang disampaikan.
Proses komunikasi pada umumnya akan melewati dua tahap, yaitu: (a) Proses
komunikasi secara primer, yaitu proses penyampaian pikiran atau perasaan
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai
media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa,
isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang secara langsung mampu
menerjemah kanpikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan; (b) Proses
komunikasi secara sekunder, yaitu proses komunikasi oleh seorang kepada
orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai
lambang sebagai media pertama. Komunikator menggunakan media kedua dalam
melancarkan komunikasinya karena komunikan sasarannya berada di tempat yang
relatif jauh atau jumlahnya banyak. bisa berupa surat, perangkat elektronik, media
massa, dan lainnya.
Sedangkan proses komunikasi dalam dalam komunikasi politik bisa
menggunakan internet sebagai medianya. Kehadiran internet sebagai media baru ini
merupakan bagian tiga generasi dari
komunikasi politik, seperti Blumler dan Kavanagh dalam Heryanto, yang
menamakannya “third age of political communication”. Menurut mereka,
media cetak dan penyiaran, seperti televisi dan radio, tidak lagi dijadikan
rujukan utama dalam proses komunikasi politik. Hal ini disebabkan oleh
semakin masifnya penggunaan internet sebagai sumber utama masyarakat
dalam mencari informasi mengenai berita-berita atau peristiwa-peristiwa politik.
Apalagi dalam media sosial katakanlah, proses pencarian informasinya pun bersifat
dua arah. Masyarakat dapat berpartisipasi langsung (dinamis), tidak hanya menunggu
(pasif).
Di era globalisasi saat ini, kemungkinan besar kita menghabiskan sebagian hari
kita dengan menerima banyak pesan. Kebanyakan yang tidak kita harapkan atau kita cari.
Kita mungkin mengabaikan banyak pesan karena tidak punya banyak waktu atau tidak
tertarik dengan isi pesan-pesan itu. Ringkasnya, perhatian kita menjadi sasaran untuk
diperebutkan secara sengit.
A. Pengirim
Karakteristik dari sumber pesan memengaruhi tingkat penerimaan pesan
oleh si penerima tetapi tidak banyak memengaruhi dampak pesan jangka panjang.
Para periset telah menyimpulkan bahwa, meskipun karakteristik sumber akan
memengaruhi proses komunikasi, dampaknya akan bervariasi dari satu situasi ke
situasi lainnya, dari satu topic ke topic lainnya, dan dari waktu ke waktu.
B. Pesan
Karakteristik pesan jelas berdampak pada proses komunikasi, tetapi
banyak ahli komunikasi sepakat bahwa “maknanya tergantung pada orang, bukan
kata-kata pesannya.” Observasi ini menghasilkan kesimpulan bahwa orang
berbeda yang menerima pesan yang sama mungkin akan menafsirkannya secara
berbeda, memberikan makna yang berbeda, dan bereaksi dengan cara yang
berbeda.
C. Medium atau Saluran
Sarjana dan praktisi komunikasi biasanya menganggap komunikasi tatap
muka adalah metode pertukaran informasi yang paling langsung, kuat, dan lebih
disukai. Berbeda dengan komunikasi massal, komunikasi interpersonal (antar-
orang) hanya melibatkan dua orang komunikator (biasanya keduanya
berdekatan), menggunakan banyak indra, dan bisa langsung ditanggapi. Akan
tetapi, deskripsi komunikasi interpersonal ini tidak mempertimbangkan
kemungkinan bahwa pesan media massa ditujukan kepada hanya sedikit orang di
dalam public spesifik.
D. Penerima
Eksperimen persuasi Yale menunjukkan bahwa penerima tidak semuanya
dipengaruhi oleh pesan dan tidak semuanya berubah sikap secara seragam. Orang
yang selalu agresif terhadap orang lain cenderung akan menolak terhadap pesan
persuasive. Di lain pihak, penerima yang rendah hati dan suka peduli pada orang
lain lebih mudah dipengaruhi oleh pesan persuasive ketimbang orang yang
angkuh dan suka tidak peduli dengan orang lain. Deskripsi yang lebih akurat
menyatakan bahwa penerima itu bertindak aktif dalam memproses pesan yang
didesain untuk sedikit orang, bukan untuk massa.
E. Konteks Hubungan
Rentang hubungan itu mencakup hubungan dekat dan intim, hubungan
formal, hubungan kompetitif, dan hubungan interpersonal konfliktual dalam
berbagai setting.
Semua komunikasi relasional merefleksikan empat dimensi dasar :
1) Kemunculan emosi, ketenangan, dan formalitas.
2) Keakraban dan kemiripan.
3) Kedekatan atau kegemaran.
4) Dominasi-ketundukan.
F. Lingkungan Sosial
Komunikasi memperngaruhi dan dipengaruhi oleh setting social. Jadi
kominikasi terjadi sebagai sebuah proses terstruktur didalam system yang terdiri
dari komponen dan aktivitas yang saling behubungan. Komunikasi dalam
kelompok akan tergantung kepada sifat dari kelompok, karakteristik anggota
kelompok, ukuran kelompok, struktur kelompok, kohesivisitas kelompok, dan
tujuan kelompok.
Efek Komunikasi
Ada dua konsep dalam teori dan riset penentuan agenda yang berguna bagi PR:
1) Issues Alliance akan menentukan keutamaan dan penetrasi isu terhadap
audien, atau menentukan seberapa baiklah isu itu beresonansi (resonates)
dengan masing-masing public. Orang akan lebih memerhatikan isu yang
berhubungan dengan kepentingan mereka.
2) Cognitive priming mendeskripsikan pengalaman personal dan hubungan
seseorang dengan isu. Periset berpendapat bahwa seseorang yang tidak
banyak atau tidak punya pengalaman personal terhadap suatu isu harus
mengandalkan media untuk mendapatkan informasi.
Opini publik sebelumnya belum pernah begitu kuat, begitu tersebar, begitu cair,
dan begitu meledak dan manipulative sebagaimana sekarang. Adalah bagian dari misi PR
untuk membantu organisasi mengenali, memahami, dan menghadapi pengaruh kuat ini
dalam lingkungan mereka.
Opini publik adalah sekumpulan pandangan individu terhadap isu yang sama.
Opini public merefleksikan proses dinamis dimana ide-ide “diekspresikan, disesuaikan,
dan dikompromikan dalam rangka menuju determinasi kolektif dari suatu arah tindakan.”
Publik
John Dewey mendefinisikan public sebagai unit social aktif yang terdiri dari
semua pihak yang terlibat yang mengenali problem bersama yang akan mereka cari
solusinya secara bersama-sama.
Grunig membeberkan 3 faktor yang menggerakkan public laten menjadu public aktif
yang melakukan komunikasi :
Orientasi
Para sarjana umumnya membedakan antara sikap dan opini dengan dua cara :
1. Opini umumnya dianggap sebagai respons verbal dan jelas terhadap stimulus
spesifik (sebuah isu), sedangkan sikap adalah kecenderungan umum yang lebih
mendasar untuk memberikan respons mendukung atau menolak serangkaian
stimulus.
2. Kandungan opini dianggap lebih banyak sisi kognitifnya ketimbang afektifnya.
Sikap adalah orientasi intuitif yang cepat sedangkan opini adalah pilihan yang
dipikir masak-masak untuk melakukan sebuah tindakan dalam matriks social.
Figure 4 : Model Orientasi Individual
Koorientasi
Konsep opini public social atau interpersonal membutuhkan dua atau lebih
individu yang berorientasi dan berkomunikasi mengenai suatu objek yang menjadi
perhatian bersama. Mereka “berkoorientasi” untuk sesuatu yang sama.
Konsensus Koorientasi
Hubungan Koorientasional
1. Sebuah organisasi dan public menganut definisi yang berbeda terhadap isu
yang sama.
2. Persepsi organisasi terhadap pandangan public tentang suatu isu tidak sesuai
dengan pandangan actual dari public.
3. Anggota public memiliki persepsi yang tidak akurat tentang pandangan
organisasi tentang suatu isu yang menjadi perhatian bersama.
Pengaruh media sosial terhadap opini publik adalah pengaruh yang ditimbulkan
oleh media sosial terhadap pandangan dan pendapat masyarakat. Media sosial
memungkinkan individu untuk berbagi informasi, berinteraksi, dan mendiskusikan isu-
isu penting dalam masyarakat. Dengan Popularitas media sosial yang terus bertambah,
pengaruhnya terhadap opini publik juga semakin besar.
Salah satu pengaruh media sosial terhadap opini publik adalah pembentukan
opini kolektif. Media sosial memungkinkan banyak orang dengan pandangan yang
sama berkumpul dan membentuk kelompok atau komunitas yang mendukung ide-ide
tertentu. Hal ini dapat mempengaruhi pandangan dan pendapat masyarakat secara
keseluruhan.
Selain itu, media sosial juga memungkinkan masyarakat untuk memperoleh
informasi secara real-time. Dengan adanya berbagai platform media sosial seperti
Facebook, Twitter, dan Instagram, individu dapat dengan cepat mendapatkan informasi
terkini mengenai berbagai isu dan peristiwa yang terjadi di sekitar mereka. Informasi
yang diperoleh melalui media sosial dapat mempengaruhi pandangan dan pendapat
masyarakat.
Selain itu, media sosial juga memberikan platform bagi individu untuk
menyampaikan pendapat mereka. Dengan adanya fitur komentar dan opini yang dapat
diungkapkan secara terbuka, individu dapat menyampaikan pendapat mereka mengenai
berbagai isu dan peristiwa. Pendapat-pendapat ini juga dapat mempengaruhi opini
publik secara keseluruhan.
Namun, perlu diingat bahwa media sosial juga dapat memperkuat polarisasi
opini. Karena individu lebih cenderung terhubung dengan orang-orang yang memiliki
pandangan yang sama dengan mereka, media sosial dapat menyebabkan masyarakat
terpolarisasi dalam pandangan mereka dan kurang menerima pendapat yang berbeda.
Dalam konteks pengaruh media sosial terhadap opini publik, penting untuk
menjadi konsumen yang cerdas dan kritis. Mengkonsumsi berita dan informasi dari
berbagai sumber, memverifikasi kebenaran informasi sebelum membagikannya, serta
berpartisipasi dalam diskusi yang sehat dan bermakna adalah hal yang perlu dilakukan
untuk memastikan bahwa pengaruh media sosial tidak membentuk opini publik secara
sembarangan.
Menurut para ahli, pengaruh media sosial terhadap opini publik dapat dilihat
dari beberapa perspektif yang berbeda. Berikut adalah beberapa pendapat dari para ahli:
Lee Rainie: Rainie berpendapat bahwa media sosial memberikan platform bagi
individu untuk menyampaikan pendapat mereka dan mendapatkan informasi dari
beragam sumber. Namun, ia juga mengatakan bahwa media sosial cenderung
memperkuat pola pikir yang sudah ada dan secara umum tidak mengubah pandangan
masyarakat secara dramatis.
Pengaruh media sosial terhadap opini publik menjadi isu yang sering muncul
dalam pemberitaan dan penggunaan media sosial. Dalam era digital, informasi dapat
dengan mudah disebarkan dan menjadi viral dalam waktu singkat. Hal ini dapat
mempengaruhi opini publik tanpa melalui proses verifikasi yang benar. Beberapa
prinsip yang relevan dalam pengaruh media sosial terhadap opini publik antara lain:
Studi Kasus
Di era digital seperti sekarang ini salah satu media komunikasi politik yang
memiliki peran yang besar adalah media sosial. Sebab dengan menggunakan media
sosial yang tidak mengenal waktu dan ruang, sosialisasi politik dan partisipasi politik
dapat dilakukan dan diterima oleh siapa saja, kapan saja, dan dimana saja.
Menggunakan media sosial dalam bidang politik memberikan keuntungan sebab
menjadi faktor terwujudnya keterbukaan dan transparansi dalam proses perpolitikan.
Adapun studi kasus yang di ambil terkait salah satu aktor politik yang aktif
menggunakan media sosial Instagram yaitu Anies Baswedan, penggunaan media sosial
bertujuan untuk menyalurkan komunikasi politiknya kepada masyarakat dengan
memposting foto, video ataupun tulisan yang berkaitan dengan perpolitikan. Dimana
dengan adanya postingan tersebut membuat masyarakat tahu bagaimana kinerja,
Personal Branding, maupun ideologi dari Anies Baswedan yang akan berpengaruh
pada citra, opini publik, dan popularitas Anies Baswedan dalam kacamata masyarakat
Indonesia. Berdasarkan Akun pribadi media sosial Instagram, Mantan Gubernur DKI
Jakarta dengan nama pengguna @aniesbaswedan dalam Platform media sosial
Instagram memiliki 5,8 Juta pengikut .
khususnya Anies Baswedan menjadi jauh lebih efektif. Sebab bagi Anies
Baswedan selaku aktor politik media sosial bertujuan untuk melakukan branding
politic dan mencarisimpati masyarakat. Disisi lain juga memberikan masyarakat
ruang diskusi politik yang dapat berpengaruh pada pembuatan opini publik
terhadap Anies menjelang Pilpres yangakan berlangsung di tahun 2024.Media
sosial berperan sebagai penghubung antara masyarakat dengan elit politik. Anies
Baswedan mengambil peluang tersebut untuk meningkatkan elektabilitasnya
sebagai calon presiden 2024 nanti.
Komunikasi politik adalah suatu bidang atau disiplin yang menelaah perilaku
dan kegiatan komunikasi yang bersifat politik, mempunyai akibat politik, atau
berpengaruh terhadap perilaku politik. Komunikasi politik dengan demikian
memiliki implikasi atau konsekuensi terhadap aktivitas politik. Perilaku dan
aktivitas politik sangat terkait dengan pembentukkan opini publik, karena perilaku
dan aktivitas politik yang dilakukan masyarakat umumnya terjadi karena adanya
sifat umum yang kolektif bernama opini publik. Komunikasi politik dalam sistem
yang demokratis membuat opini publik dapat bergerak bebas di ranah kebebasan
yang dimungkinkan karena aturan main yang demokratis. Melalui proses
komunikasi politik, suatu opini dapat berubah menjadi opini publik sesuai dengan
kepentingan pihak-pihak yang memprakarsai berlangsungnya komunikasi. Proses
ini terjadi karena opini publik tumbuh secara alamiah di tengah-tengah dinamika
sosial politik masyarakat.
Tanpa media, komunikasi politik tidak mungkin berjalan dua arah antara
komunikator politik atau politisi dengan masyarakat, maupun juga sebaliknya.
Akan tetapi, dalam perkembangannya media tidak hanya sekedar perantara atau
saluran lalu lintas opini publik yang ada di masyarakat. Media telah melangkah
lebih jauh dari sekedar channel saja, tetapi juga menjadi komunikator. Media
membuat pernyataan-pernyataan politik (political statement) dalam bentuk
komentar, editorial, dan pertanyaan wawancara, sesuai dengan kepentingannya
sendiri. Dampak komunikasi politik terhadap keterlibatan dan perilaku masyarakat
dalam politik terkait dengan fakta-fakta tentang pemimpin opini (opinion leader).
Hal ini dilihat dari sisi bagaimana komunikasi politik yang dilakukan para
pemimpin opini tersebut dapat berdampak pada keterlibat dan perilaku masyarakat
di dalam konteks pembentukkan opini publik.
Daftar Pustaka
Awad bin Muhammad Alkatiri, dkk. Opini Publik Terhadap Penerapan New
Normal Di Media Sosial Twitter, Cover Age, Vol. 11, No. 1, September,
h. 21.
Erry Indrawan, Efriza, Anwar Ilmar, Kehadiran Media Baru (New Media) Dalam
Proses Komunikasi Politik, Volume 8 Nomor 1, h. 2.
Erry Indrawan, Efriza, Anwar Ilmar, Kehadiran Media Baru (New Media) Dalam
Proses Komunikasi Politik, Volume 8 Nomor 1, h. 7.
Gloria Mariska L, Proses Komunikasi Orang Tua-Anak Pada Keluarga Dengan
Ibu Bekerja Dan Ayah Sebagai Ayah Rumah Tangga, Jurnal E-
Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Petra,
Surabaya,Vol 2. No.1 Tahun 2014, h.3
Indrawan, Raden Mas Jerry. "Dampak komunikasi politik dan opini publik
terhadap perilaku masyarakat." WACANA: Jurnal Ilmiah Ilmu
Komunikasi 16.2 (2017): 171-179.
Nurfitriani M.Siregar, Strategi Komunikasi dalam Pembentukan Opini Publik
Masyarakat, Tadbir Jurnal Manajemen Dakwah, Volume 3, Nomor 2,
Desember 2021, h. 351.
Purwanto, Djoko, Drs., M.B.A. Komunikasi Bisnis. Edisi Ketiga. Ciracas, Jakarta:
PenerbitErlangga
Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2000), h. 11.