Kelompok 1 Pendidikan Dan Kebudayaan

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Dosen Pengampu : Isnawardatul Bararah, S.Ag., M.Pd.

Disusun Oleh:

Putro Miftahul Jannah (220201151)

Dara Aulia Yusnun Purba (220201115)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

1
BANDA ACEH 2024

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “ Pendidikan dan Kebudayan”.

Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas mata kuliah Sosiologi Pendidikan. Dalam
penulisan ini kami masih banyak kekurangan- kekurangan baik pada teknis penulisan maupun
materi , mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada
pihak-pihak yang membantu dan menyelesaikan penyusunan makalah ini, khususnya kepada
dosen mata kuliah Sosiologi Pendidikan dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu,
yang telah memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini.

Akhirnya kami berharap semoga Allah memberikan imbalan setimpal kepada mereka yang telah
memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai amal ibadah, Amiin yaa
rabbal ‘alamiin.

Banda Aceh, 6 Febuari 2024

Penulis

Kelompok 1 (satu)

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2

DAFTAR ISI....................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................................4

1.1 Latar Belakang...................................................................................................4


1.2 Rumusan masalah...............................................................................................7
1.3 Tujuan penulisan ...............................................................................................8

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................8

2.1 Pengertian Pendidikan......................................................................................8

2.2 Pengertian ebudayaan.........................................................................................9

2.3 Unsur-unsusr Kebudayaan...............................................................................13

2.4 Fungsi Pendidikan Bagi Kebudayaan...............................................................14

2.5 Fungsi Kebudayaan Dalam Masyarakat...........................................................16

2.6 Sistem Kebudayaan..........................................................................................20

BAB III PENUTUP........................................................................................................................21

3.1 Kesimpulan......................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................22

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan Negara Kepulauan terbesar di dunia. Potensi alam yang disajikan
maupun panorama wisata yang ditawarkan memberikan kesan estetika maupun kekayaan yang
tidak akan pernah habis. Mencintai masyarakat Indonesia sama dengan mencinta budayanya. Ini
tercermin dalam keanekaragaman budaya dan cirikhas masing-masing daerah yang sarat akan nilai
dan makna. Tentunya untuk melestarikan unsur budaya dan keanekaragaman tersebut, dibutuhkan
sinergitas serta kolaborasi di setiap aplikasi kehidupan. Salah satunya melalui pendidikan, dimana
menjadi gerbang dalam memfasilitasi pelestarian budaya.
1
Tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan teknologi serta digitalisasi telah menuntut kita untuk
semakin canggih dalam pengaplikasian di setiap aspek kehidupan. Masyarakat dituntut untuk
mulai memahami dan mengaplikasikan tekonologi dimulai dari handphone hingga bahkan sudah
muncul dengan AI (Artificial Intelligence) yang menawarkan akan kecanggihan dan adaptasi
dengan tantangan masa kini. Muncul suatu ide bagaimana menggabungkan budaya dalam proses
pembelajaran sehingga budaya yang terasa lampau tetap menjadi trend sesuai dengan
perkembangan jaman. Beberapa pendapat para ahli tentang mengkolaborasikan budaya dalam
proses pembelajaran sudah mulai dikembangkan disekolah maupun di masyarakat. 2
Budaya dan pendidikan tidak dapat terpisahkan. Koentjaningrat mengartikan kata kebudayaan
atau dalam bahasa Inggris culture, berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Buddhayah yang

1
Nay, Florianus Aloysius. (2018). “Aspek Etnomatematika pada Budaya Penangkapan Ikan Paus Masyarakat
Lamalera Kabupaten Lembata Nusa Tenggara Timur”. Prosiding Seminar Nasional Etnomatnesia. Hlm. 356-365

2
Normina. (2017). “Pendidikan dalam Kebudayaan”. Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan Vol. 15 No. 28
Oktober 2017. Hlm. 17-28

4
merupakan bentuk jamak dari buddhi dapat diartikan sebagai budi atau akal. Kebudayaan juga
dapat diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan akal. Lebih lanjut, dalam penelitian Abu
Ahmadi pendapat lain menyatakan bahwa kata budaya adalah sebagai suatu perkembangan dari
kata majemuk: budi daya, yang berarti daya dari budi. Budaya adalah daya dari budi yang berupa
cipta, karsa dan rasa. Sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa tersebut. Jadi
kebudayaan secara keseluruhan adalah hasil usaha manusia untuk mencukupi semua kebutuhan
hidupnya. Jika ditilik secara etimologi tersebut, dapat ditarik suatu hubungan bahwa budaya
merupakan hal-hal yang berkaitan dengan akal yang dilakukan oleh manusia dan diwariskan dari
generasi ke generasi sehingga membentuk suatu kebiasaan.
Berbicara tentang pendidikan berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan masyarakat. Melalui
pendidikan memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk tetap sadar terhadap cara
berperilaku, norma, keterampilan, kehidupan sosial, religius, maupun perkembangan fisiknya.
Seringkali kita mendengar bahwa dengan mendidik semakin membudayakan manusia untuk tetap
berbudaya. Sehingga melalui konteks tersebut pendidikan dan budaya memiliki keterkaitan yang
sangat erat antara satu dengan yang lainnya. Memasuki dunia pendidikan maka kita dituntut juga
untuk melestarikan kebudayaan yang sudah melekat secara turun temurun. Tanpa disadari
masyarakat banyak bahwa senjata yang paling efektif untuk melestarikan kebudayaan yaitu dengan
mentransfer melalui kognitif, psikomotorik dan afektif yang terkandung atau tercantum lewat
proses pendidikan.
Fokus pendidikan yang utama yaitu melestarikan dan meningkatkan pemberdayaan budaya.
Melalui pendidikan ilmu ditransfer dari generasi ke generasi yang tidak lain merupakan proses
pelestarian budaya. Harapan yang diemban adalah terciptanya masyarakat yang bercirikan budaya
Indonesia dengan tetap mempertahankan nilai-nilai pancasila sebagai ideologi bangsa dan sudah
ditanamkan semenjak Indonesia merdeka pertama kali hingga sekarang ini. Budaya sebagai suatu
produk dari akal dan budi manusia dalam berbagai segi seperti yang sudah dikemukakan
sebelumnya, membentuk manusia untuk lebih peka dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-
perubahan kultur dan tantangan masyarakat tradisional untuk memasuki zaman yang modern.
Pendidikan menjadi jembatan untuk mempertemukan nilai-nilai tradisional yang sudah dipercayai
turun temurun dengan era digitalisasi yang menuntut manusia untuk “sensitif” terhadap teknologi.

5
Perubahan-perubahan yang selalu diciptakan oleh manusia, dimana berevolusi dengan
perkembangan zaman, berdasarkan pada kreatifitas dan iddle curiousity (rasa keingintahuan yang
terus berkembang) turut berpengaruh terhadap dunia pendidikan. Pendidikan mempunyai dua sifat
yang mendasar yaitu pendidikan bersifat reflektif, artinya proses pendidikan itu sendiri
mempunyai suatu tahapan dimana merupakan cerminan dari nilai-nilai kebudayaan yang selama
ini sudah ditanamkan. Kedua, pendidikan bersifat progresif, artinya pendidikan selalu mengalami
perubahan perkembangan sesuai tuntutan perkembangan kebudayaan. Kedua sifat tersebut
berkaitan erat dan terintegrasi.
Masyarakat adalah sekelompok orang atau organisasi yang menetap pada suatu daerah tertentu
dalam waktu yang cukup serta mempunyai aturan-aturan yang mengikat untuk mencapai suatu
tujuan bersama. Eksistensi adanya suatu masyarakat hanya dapat dilestarikan melalui kebudayaan.
Masyarakat menjadi fondasi bagi pelestarian budaya. Tanpa masyarakat maka budaya tidak dapat
terwujud begitupun sebaliknya tanpa masyarakat maka budaya tersebut tidak bisa dilestarikan.
Pendidikan merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik baik di sekolah, masyarakat
dan keluarga. Akan tetapi seringkali pendidikan hanya dianggap sebagai proses interaksi antara
pendidik dan peserta didik di sekolah. Pendidikan dilaksanakan dalam bentuk kegiatan belajar
mengajar yang terprogram dan bersifat formal, secara sengaja atau tidak disengaja, dan terstruktur.
Dalam arti sempit, pendidik bagi para siswa terbatas pada pendidik profesional atau guru.
Pemaknaan pendidikan harus disadari merupakan proses interaksi antara individu dengan
lingkungan sosial, masyarakat, sosial ekonomi, sosial politik, sosial budaya, Tuhan dan alam atau
bahkan interaksi dengan dirinya sendiri. Proses pembelajaran harus diperhatikan bukan hanya
sebatas di dalam ruangan kelas tetapi lebih dari itu, segala situasi hidup yang mempengaruhi
pertumbuhan individu, suatu proses pertumbuhan dan perkembangan sebagai hasil interaksi
individu tersebut dengan lingkungan maupun dengan masyarakat (life is education and education
is life). Dalam artian bahwa pendidikan adalah segala pengalaman hidup dalam berbagai
lingkungan yang berlangsung sepanjang hayat (long life education) dan berpengaruh positif bagi
pertumbuhan atau perkembangan individu yang bisa dijadikan nilai atau pijakan.
Proses mentransfer nilai-nilai budaya yang dimiliki paling efektif adalah melalui proses
pendidikan. Dalam masyarakat modern, proses pendidikan tersebut dikaitkan dengan program
pendidikan secara formal. Desentralisasi pendidikan yang sudah dicantumkan dalam kebijakan

6
pemerintah, memberikan ruang sebebas-bebasnya bagi masing-masing daerah untuk mengkaitkan
segala proses pendidikan yang ada di sekolah dikolaborasikan dengan budaya yang terdapat pada
masing-masing daerah tersebut. Pendidikan memberikan dua gagasan utama yaitu pengembangan
potensi individu dan pewarisan nilai-nilai budaya. Dari sudut pandang individu pendidikan
dianggap sebagai proses pengembangan potensi diri sedangkan dari sudut pandang kemasyarkatan
pendidikan sebagai pewarisan nilai-nilai budaya. Manusia sebagai pencipta budaya pada
hakikatnya adalah pencipta budaya itu sendiri. Budaya tersebut meningkat seiring dengan
peningkatan potensi manusia pencipta budaya tersebut.
Refleksi diakhir tulisan menunjukkan bahwa pendidikan dan budaya mempunyai hubungan yang
erat dan intim. Budaya harus bisa dilestarikan, dikembangkan, dan dipublikasikan. Melalui
pendidikan nilai-nilai budaya Indonesia yang pruralis serta beragam tetap dipertahankan secara
permanen, sehingga menjadi ciri khas bangsa Indonesia di mata dunia. Budaya sebagai identitas
bangsa Indonesia menjadi investasi terbesar bagi kaum muda Indonesia untuk dapat berinovasi
dan berkreasi menampilkan wajah Indonesia dalam menciptakan sumber daya manusia yang
berkarakter, berbudaya dan religius. Proses pembentukan masyarakat Indonesia tersebut dapat
dioptimalkan dengan memadukan teknologi yang semakin modern dan canggih dengan proses
pembelajaran baik di lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Cerdas berkarakter bangsaku,
berbudaya dan semakin maju.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada makalah Pendidikan dan Kebudayaan adalah :

1. Pengertian Pendidikan
2. Pengertian kebudayaan
3. Fungsi Pendidikan bagi kebudayaan

1.3 Tujuan Penulisan


7
1. Untuk mengetahui pengertian Pendidikan
2. Untuk mengetahui pengertian kebudayaan
3. Untuk mengetahui Fungsi Pendidikanbagi kebudayaan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendidikan

Menurut kamus bahasa Indonesia pendidikan berasal dari 'didik' kata. Dan mendapat imbuhan
'pe' dan akhiran 'an', maka kata ini mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan mendidik.
Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha pendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Menurut Ki hajar Dewantara (bapak pendidikan nasional) menjelaskan tentang pengertian


pendidikan merupakan tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya,
pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka
sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan
setinggi-tingginya.

Menurut M.J. langeveld, pendidikan adalah setiap usaha pengaruh perlindungan dan bantuan
yang diberikan kepada anak-anak tertuju pada pendewasaan anak, atau lebih tepat membantu anak
agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri.

Emil durkheim pendidikan adalah tindakan yang dilaksanakan generasi tua terhadap mereka
yang belum siap untuk kehidupan sosial. AKC Ottaway upaya yang dilakukan oleh generasi tua

8
untuk menjadikan orang-orang di bawahnya (generasi muda) agar siap memasuki kehidupan
sosial.

Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan yang
diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan
tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang
lain. Pendidikan artinya proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses pembuatan,
cara mendidik.

2.2 Pengertian kebudayaan

Secara etimologis kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta “budhayah”, yaitu bentuk jamak
dari budhi yang berarti budi atau akal. Sedangkan ahli antropologi yang memberikan definisi
tentang kebudayaan secara sistematis dan ilmiah adalah E.B. Tylor dalam buku yang berjudul
“Primitive Culture”, bahwa kebudayaan adalah keseluruhan kompleks mencakup pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan lain kemampuan-kemampuan serta
kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat (Rowland
Pasaribu, 2013 : 92) 3

Koentjaraningrat mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan manusia dari kelakuan dan


hasil kelakuan yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatkanya dengan belajar dan yang
semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Dari beberapa pengertian tersebut dapat ditarik

3
Pasaribu, Rowland Bismark Fernando. 2013. Manusia dan Kebudayaan.
rowlandpasaribu.wordpress.com (diakses selasa, 1 Maret 2022)

9
kesimpulan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya
manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan cara belajar, yang semuanya tersusun dalam
kehidupanan masyarakat.

Menurut Koentjaraningrat, ada 3 wujud kebudayaan, yaitu :

1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai- nilai, norma-
norma, peraturan dan sebagainya, wujud pertama ini adalah wujud ideal dari kebudayaan.
Sifatnya abstrak, tak dapat diraba atau difoto. Lokasinya ada di dalam kepala-kepala atau
dengan perkataan lain, dalam alam pikiran warga masyarakat di mana kebudayaan
bersangkutan itu hidup. Wujud ideal dari kebudayaan ini, yaitu adat-istiadat. Wujud
kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam
masyarakat.
2. Wujud kedua dari kebudayaan yang disebut sistem sosial atau social system, mengenai
tindakan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas
manusia yang berinteraksi, berhubungan, serta bergaul satu dengan yang lain, dari hari ke
hari dan dari tahun ke tahun. Selalu menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata
kelakuan.
3. Wujud ketiga dari kebudayaan disebut kebudayaan fisik dan tak memerlukan banyak
penjelasan. Karena berupa seluruh total dari hasil fisik dari aktivitas, perbuatan dan karya
semua manusia dalam masyarakat, maka sifatnya paling konkret dan berupa benda-benda
atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat dan difoto.

Berdasarkan penggolongan wujud budaya tersebut, maka Rowland pasaribu (2013)


mengkelompokkan wujud kebudayaan menjadi: 4

4
Pasaribu, Rowland Bismark Fernando. 2013. Manusia dan Kebudayaan.
rowlandpasaribu.wordpress.com (diakses selasa, 1 Maret 2022)

10
Budaya yang bersifat Abstrak Sebagaimana telah dijelaskan di atas, budaya yang bersifat
abstrak ini letaknya ada di dalam pikiran manusia, sehingga tidak dapat diraba atau difoto. Karena
terwujud sebagai ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan dan cita-cita. Dengan
demikian, budaya yang bersifat abstrak adalah wujud ideal dari budaya. Ideal disini berarti sesuatu
yang seharusnya atau sesuatu yang diinginkan manusia sebagai anggota masyarakat yang telah
menjadi aturan main bersama.
Budaya yang bersifat Konkret Wujud budaya yang bersifat konkret berpola dari tindakan atau
perbuatan dan aktivitas manusia di dalam masyarakat yang terlihat secara kasat mata. Sebagaimana
disebutkan Koentjaraningrat wujud budaya konkret ini dengan system social dan fisik, yang terdiri
dari:

1) Perilaku
Perilaku adalah cara bertindak atau bertingkahlaku tertentu dalam situasi tertentu. Setiap
perilaku manusia dalam masyarakat harus mengikuti pola-pola perilaku masyarakatnya. Pola-pola
perilaku adalah cara bertindak seluruh anggota suatu masyarakat yang mempunyai norma-norma
dan kebudayaan yang sama. Manusia mempunyai aturan main tersendiri dalam hidupnya di
masyarakat, karena itu menurut Rapl Linton dalam mengatur hubungan antarmanusia diperlukan
design for living atau garis-garis petunjuk dalam hidup sebagai bagian budaya, misalnya:
apa yang baik dan buruk, benar-salah, sesuai-tidak sesuai dengan keinginan (valuational elements)
bagaimana orang harus berlaku (priscriptrive elements) perlu tidaknya diadakan upacara ritual adat
atau kepercayaan, (cognitive elements), misalnya : kelahiran, pernikahan, kematian.

2) Bahasa
Linton menyebutkan bahwa salah satu penyebab paling penting dalam memperlambangkan
budaya sampai mencapai tarafnya seperti sekarang ialah bahasa. Bahasa berfungsi sebagai alat
berfikir dan alat berkouminkasi. Tanpa berfikir dan berkomunikasi kebudayaan sulit ada.
Sebagaimana diketahui sebuah pepatah mengatakan “bahasa menunjukkan bangsa”, artinya

11
bahasalah yang mempopulerkan sebuah bangsa yang tentu saja termasuk didalamnya kebudayaan
bangsa tersebut. Melalui bahasa kebudayaan suatu bangsa dapat dibentuk, dibina, dikembangkan,
serta dapat diwariskan pada generasi mendatang. Bahasa bermanfaat bagi manusia, bahasa dapat
menjelaskan ketidak mengertian manusia akan sesuatu hal. Dengan demikian bahasa dapat
menambah pengetahuan manusia, memperluas cakrawala pemikiran, melanggengkan kebudayaan.

3) Materi
Budaya materi merupakan hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya manusia dalam
masyarakat. Bentuk materi ini berupa pakaian, alat-alat rumah tangga, alat produksi, alat
transportasi, alat komunikasi, dan sebagainya. Klasifikasi unsur budaya dari yang kecil hingga
yang besar adalah sebagai berikut :

I. Items, unsur yang paling kecil dalam budaya;


II. Traits, merupakan gabungan beberapa unsure terkecil;
III. Kompleks budaya, gabungan beberapa dari items dan terkait. Aktivitas budaya, merupakan
gabungan dari beberapa kompleks budaya.

Gabungan dari beberapa aktivitas budaya menghasilkan unsur- unsur budaya menyeluruh
(cultural universal). Terjadinya unsure budaya tersebut dapat melalui discovery, yaitu penemuan
yang terjadi secara tidak sengaja atau kebetulan, yang sebelumnya tidak ada. dan invention, yaitu
penemuan atau usaha yang disengaja untuk memperoleh hal-hal baru.

2.4 Unsur-unsur Kebudayaan

Adanya perbedaan wujud kebudayaan antara satu budaya dengan budaya lain, disebabkan
karena dalam masyarakat terdiri atas berbagai unsur, baik yang besar maupun yang kecil yang
membentuk satu kesatuan. Ada banyak pendapat tentang unsur-unsur yang membentuk suatu
kebudayaan.

Menurut Melville J. Herskovits, unsur-unsur kebudayaan terdiri atas sebagai berikut :

a) alat-alat teknologi
12
b) system ekonomi;
c) keluarga;
d) kekuasaan politik

Menurut Bronislaw Malinowski, menyebutkan unsur-unsur kebudayaan, sebagai berikut :

a) sistem norma-norma yang memungkinkan kerjasama antar anggota masyarakat agar


menguasai alam sekelilingnya;
b) organisasi ekonomi;
c) alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan, perlu diingat
bahwa keluarga adalah lembiga pendidikan yang utama;
d) organisasi kekuatan

Kluckhohn, berpendapat bahwa terdapat tujuh unsur kebudayaan yang bersifat universal
(cultural universal), artinya ketujuh unsur ini dapat ditemukan pada semua kebudayaan bangsa di
dunia, yaitu:

a) sistem religi
b) sistem pengetahuan
c) sistem matapencaharian hidup
d) sistem peralatan hidup atau teknologi
e) organisasi kemasyarakatan
f) Bahasa
g) Kesenian

Tiap-tiap unsur kebudayaan itu dapat diperinci menjadi unsur-unsurnya yang lebih kecil
hingga beberapa kali. Dengan metode Raplh Linton pemerincian dapat dilakukan hingga empat
kali. Karena serupa dengan kebudayaan dalam keseluruhan, setiap unsur kebudayaan universal itu
juga mempunyai tiga wujud, yaitu wujud sistem budaya, wujud sistem sosial, dan wujud
kebudayaan fisik sehingga pemerincian dari ketujuh unsur tersebut masing-masing harus juga
dilakukan mengenai ketiga wujud tersebut (Rowland Pasaribu, 2013 :15).

13
2.4 Fungsi Pendidikan bagi Kebudayaan

Menurut normina ketika seseorang mengagumi Karya agung kemanusiaan seperti candi
Borobudur dan Prambanan tersirat pemikiran bahwa di belakang karya ini tentu ada pendidikan,
pengajaran dan pelatihan yang telah tersistem dengan baik namun data tentang sistem pendidikan
saat itu belum ditemukan orang selain prasasti dan buah hasil pembahasan titik pendidikan
pelatihan tenaga pematung pasti diikuti disiplin tertentu hingga dapat membuat batu tersusun rapi
geometris.

Teknologi pembuatan candi kala itu pasti merupakan teknologi garda depan di dunia bahkan
hingga saat ini pun orang masih menobatkan sebagai keajaiban di dunia titik andai candi-candi
dibangun pada era sekarang pun tidak mudah direalisasikan dan dengan biaya sangat besar.
Pantaslah bung Karno selalu mengagung-agungkan betapa perkasanya bangsa di nusantara kala
itu.

Sesuai apa yang terpahat dalam relief candi, maka pendidikan selain diberikan secara tertulis
ada juga secara lisan titik pendidikan lisan baik Hindu maupun Budha bisa berupa dakwah
pengajian pimpinan agama atau melalui dongeng, mythos, cerita, lagenda turun-temurun.
Indonesia pada tahun 1825 sudah dikenal prajurit Putri yang terdidik dan terlatih bernama nyai
Ageng Serang yang gagah berani memimpin pasukan pangeran Diponegoro.

Materi pelajaran dalam pendidikan tradisi di nusantara umumnya secara lisan dan bersifat
umum meliputi antara lain perihal kejiwaan, ke filsafahan, kesusastraan, adat istiadat, tata krama,
perbintangan seperti contoh gubug penceng, panjer sore. Siswa diharuskan mondok atau
pemberian pelajaran kebanyakan dengan bahasa tutur di mana satu siswa diasuh satu guru.

Perguruan, pawiyatan, pesantren secara kontinyu telah melaksanakan pendidikan dan


menghasilkan putra terbaik sebut saja misalnya sutawijono. dalam kerajaan di Jawa Sumatera
Kalimantan Sulawesi dan lainnya juga terdapat pendidikan yang secara sistematis diselenggarakan
khusus kerabat Sentana Keraton. Tingkatan pendidikan di Keraton misalnya Sasono sunu Sasono
putra dan putri dari kancah inilah lahir alumni bangsawan negarawan Sultan agung

14
hanyakrakusuma pangeran Diponegoro, pangeran Antasari Sultan Hasanuddin, Sultan Ternate,
pangeran Mangkubumi.

Berkat pendidikan tradisi beliau-beliau terbuka mata batinnya, merdeka pikirannya, merdeka
jiwanya dan merdeka tenaganya. Dengan demikian pula apa yang dialami Ki Hajar Dewantara
sejak pendidikan keluarga, sekolah di pura pakualaman, pondok pesantren Kalasan dan interaksi
dengan elit pemuda Nusantara titik literatur pendidikan tradisi menghasilkan karya agung berupa
serat pararaton negara kertagama, sastra gending, wulangreh, wonotomo. 5

Berikut beberapa fungsi pendidikan budaya adalah:

1. Memperkenalkan, memelihara dan mengembangkan unsur-unsur budaya.


2. Pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi berperilaku baik ini bagi
peserta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan budaya bangsa.
3. 3.Perbaikan memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab dalam
pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat dan,
4. Penyaring untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak
sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.
5. Menumbuhkan semangat kebudayaan.

Juga terdapat tujuan pendidikan budaya adalah sebagai berikut:

1. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warga


negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.
2. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan
nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religious
3. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi.

5
Normina, “Pendidikan Dalam Kebudayaan”. Ittihad jurnal kopertais Wilayah Kalimantan volume 15 no.28
Oktober 2017, hal:21-22.

15
4. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif
berwawasan kebangsaan dan,
5. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman,
jujur penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan
penuh kekuatan. 6

2.5 Fungsi Kebudayaan Dalam Bermasyarakat

Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat. bermacam
kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan anggota- anggotanya seperti kakuatan alam,
maupun kekuatan-kekuatan lainnya didalam masyarakat itu sendiri tidak selalu baik baginya.
Selain itu, manusia dan masyarakat memerlukan pula kepuasan, baik dibidang spiritual maupun
material. Kebutuhan kebutuhan masyarakat tersebut diatas untuk sebagian besar dipenuhi oleh
kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri. dikatakan sebagian besar karena
kemampuan manusia terbatas sehingga kemampuan kebudayaan yang merupakan hasil ciptaanya
juga terbatas didalam memenuhi segala kebutuhan (Roni Hidayat, 2015 ::5).

Dalam tindakan–tindakan untuk melindungi diri terhadap lingkungan alam, pada taraf
permulaan, manusia bersikap menyerah dan semata-mata bertindak didalam batas-batas untuk
melindungi dirinya. Taraf tersebut masih banyak dijumpai pada masyarakat-masyarakat yang
hingga kini masih rendah taraf kebudayaannya. Misalnya suku bangsa kubu yang yang tinggal
dipedalaman daerah jambi masih bersikap menyerah terhadap lingkungan alamnya. Rata-rata
mereka itu masih merupakan masyrakat yang belum mempunyai tempat tinggal tetap karena

6
Normina, “Pendidikan Dalam Kebudayaan”. Ittihad jurnal kopertais Wilayah Kalimantan volume 15 no.28
Oktober 2017, hal:21-22.

16
persedian bahan pangan semata-mata tergantung dari lingkungan alam, taraf teknologi mereka
belum mencapai tingkatan dimana manusia diberikan kemungkinan-kemungkinan untuk
memanfaatkan dan menguasai lingkungan alamnya (Roni Hidayat, 2015 ::5) 7

Keadaan berlainan dengan masyarakat yang sudah kompleks, yang taraf kebudayaannya lebih
tinggi sehingga akan memanfaatkan hasil karya manusia yang disebut teknologi, memberikan
kemungkinan-kemungkinan yang sangat luas untuk memanfaat hasil alam dan apabila mungkin,
menguasai alam. perkembangan teknologi dinegara-negara besar seperti amerika serikat, rusia,
prancis, jerman, dan sebagainya, merupakan berapa contoh dimana masyarakat tidak lagi pasif
menghadapi tantangan alam sekitarnya (Roni Hidayat, 2015 : 5).

2.6 Sistem Kebudayaan

Konsep sistem dapat ditujukan kepada: organisasi, kumpulan, himpunan, organ tubuh dan
seterusnya. Menurut Emile Durkheim masyarakat merupakan suatu sistem, yaitu sistem sosial
budaya karena didalam masyarakat itu terdiri dari individu-individu yang melakukan kegiatan,
kebiasaan, tata cara sehingga terbentuk kesatuan. Dengan demikian sostem sosial budaya adalah
unsur-unsur sosial budaya yang saling berkaitan dengan yang lain secara teratur, sehingga tercipta
tata kelakuan yang serasi bagi masyarakatnya (Rowland Pasaribu, 2013 : 12-13). 8

Sistem budaya merupakan komponen dari kebudayaan yang bersifat abstrak dan terdiri dari
pikiran-pikiran, gagasan, konsep, serta keyakinan dengan demikian sistem kebudayaan merupakan
bagian dari kebudayaan yang dalam bahasa Indonesia lebih lazim disebut sebagai adat istiadat.

7
Pasaribu, Rowland Bismark Fernando. 2013. Manusia dan Kebudayaan. rowlandpasaribu.wordpress.com
(diakses selasa, 1 Maret 2022)

8
Pasaribu, Rowland Bismark Fernando. 2013. Manusia dan Kebudayaan. rowlandpasaribu.wordpress.com
(diakses selasa, 1 Maret 2022)

17
Dalam adat istiadat terdapat juga sistem norma dan di situlah salah satu fungsi sistem budaya
adalah menata serta menetapkan tindakan-tindakan dan tingkah laku manusia. 9

Sistem kebudayaan suatu daerah akan menghasilkan jenis-jenis kebudayaan yang berbeda. Berikut
Jenis kebudayaan yang dikelompokkan oleh Rowland Pasaribu (2013) ke dalam 2 Kebudayaan
yaitu:

a. Kebudayaan material. Kebudayaan material antara lain hasil cipta, karsa, yang berwujud
benda, barang alat pengolahan alam, seperti gedung, pabrik, jalan, rumah dan sebagainya.
b. Kebudayaan non-material. Merupakan hasil cipta, karsa, yang benwujud kebiasaan, adat
istiadat, ilmu pengetahuan dan sebagainya. Non-material antara lain adalah :

1) Cara (usage). Proses interaksi yang terus menerus akan melahirkan pola-pola tertentu yang
disebut cara (usage). Norma yang disebut cara hanya mempunyai kekuatan yang lemah
dibanding norma yang lain. Pelanggaran terhadap norma ini hanya disebut tidak sopan,
misalnya makan sambil berdiri, berdecak, bersendawa, dan sebagainya.
2) Volkways (norma kelaziman/kebiasaan). Kebiasaan adalah perbuatan yang diulang-ulang
dalam bentuk sama, merupakan cermin bahwa orang tersebut menyukai perbuatannya.
Contohnya bertutur sopan santun, memberi salam, menghormati orang tua. Pelanggaran
terhadap norma ini akan dianggap sebagai penyimpangan terhadap kebiasaan masyarakat.
Sanksi terhadap pelanggaran ini berupa teguran, sindiran, dipergunjingkan dan sebagainya
yang sifatnya sangsi masyarakat, yang mungkin dianggap ringan.
3) Mores (Norma tata kelakuan / norma kesusilaan). Mores adalah aturan yang berlandaskan
pada apa yang baik dan seharusnya menurut ajaran agama, filsafat atau nilai kebudayaan.
Pelanggaran terhadap usege, volkways hanya akan dianggap aneh atau tidak sopan, tetapi

9
Hidayat, Roni. 2015. Makalah Masyarakat dan Kebudayaan. www.libron.com (diakses selasa,

1 Maret 2022)

18
pelanggaran terhadapan mores akan disebut jahat. Contoh terhadap mores adalah berzinah.
Sanksinya berat, dirajam atau diusir dari kampung halamannya. Karena sanksinya yang
berat mores disebut norma berat.

Fungsi norma tata kelakuan di masyarakat :

a) Memberikan batas-batas pada kelakuan individu (perintah dan larangan)


b) Mengidentifikasikan individu dengan kelompoknya (memaksa individu untuk
menyesuaikan perikelakuannya dengan norma yang berlaku)
c) Menjaga solidaritas antaranggota masyarakat (menjaga keutuhan dan kerjasama antar
anggota masyarakat).

4) Norma adat istiadat (custom). Tata kelakuan yang kekal serta kuat integrasinya dengan
pola-pola perilaku masyarakat dapat mengikat menjadi adat istiadat (costum). Anggota
masyarakat yang melanggar adat istiadat dapat memperoleh sanksi yang berat, misalnya
dikucilkan dari masyarakat. Misal, bercerai adalah suatu aib besar bagi masyarakat
Lampung. Dalam masyarakat sunda perempuan apabila tidak dilamar dianggap aib,
sebaliknya dalam masyarakat Minang perempuanlah yang melamar laki-laki, dan
sebangainya.
5) Norma hukum (Laws). Adalah suatu norma yang lebih tepat disebut sebagai hukum yang
tertulis, meskipun tidak selalu demikian. Laws adalah suatu rangkaian aturan yang
ditujukan kepada anggota masyarakat yang berisi ketentuan-ketentuan, perintah, kewajiban
dan larangan agar dalam masyarakat tercipta suatu ketertiban dan keadilan. Aturan ini
lazimnya tertulis yang dikodifikasikan dalam bentuk berbagai macam kitab undang-
undang, atau tidak tertulis berupa keputusan-keputusan hukum pengadilan adat. Karena
sebagian besar norma hukum adalah tertulis maka sanksinya adalah yang paling tegas bila
dibandingkan dengan norma lain.
6) Mode (fashion). Mode atau fashion adalah cara dan gaya melakukan dan membuat sesuatu,
yang sering berubah-ubah, serta diikuti orang banyak. Hal terakhir ini merupakan ciri khas
dari mode, yakni sifatnya yang massal. Mode atau fashion tidak hanya tampak pada cara
orang memotong dan menggunakan pakaian, cara mengatur rambut dan sebagainya, tetapi

19
juga dalam hal mengejar sesuatu yang baru di bidang lain. Dari mode akan lahir sesuatu
yang baru yang bersifat inovatif, misalnya tarian tradisonal Jawa dielaborasi dengan
kesenian Melayu atau Bali akan lahir tarian kontemporer-modern, tetapi dari mode juga
akan melahirkan sesuatu yang dianggap aneh oleh masyarakat misalnya rambut dengan
gaya funky, dengan dicat berwarna-warni, yang mungkin nantinya akan dianggap biasa.
Dalam sistem budaya ini terbentuk unsur-unsur yang paling berkaitan satu 10

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pendidikan yang berarti proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau tingkah laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan latihan, proses pembuatan cara mendidik.

10
Kistanto, N. H. 2015. Tentang konsep kebudayaan. Sabda: Jurnal Kajian Kebudayaan, 10(2).

20
Pendidikan hadir dalam bentuk sosialisasi kebudayaan, berinteraksi dengan nilai-nilai masyarakat
setempat dan memelihara hubungan timbal balik yang menentukan proses-proses perubahan
tatanan sosiokultur masyarakat dalam rangka mengembangkan kemajuan kebudayaan yang bisa
diartikan sebagai keseluruhan tingkah laku dan kepercayaan yang dipelajari yang merupakan ciri
anggota suatu masyarakat tertentu.

Pendidikan dan kebudayaan merupakan suatu hal yang saling berintegrasi pendidikan selalu
berubah sesuai perkembangan kebudayaan, karena pendidikan merupakan proses transfer
kebudayaan dan sebagai cermin nilai-nilai kebudayaan yang bersifat reflektif pendidikan juga
bersifat progresif yaitu selalu mengalami perubahan perkembangan sesuai tuntutan perkembangan
kebudayaan namun kedua sifat tersebut berkaitan erat dan terintegrasi. Peran pendidikan adalah
sebagai transfer nilai-nilai budaya atau sebagai cara yang paling efektif dalam mentransfer nilai-
nilai budaya adalah dengan cara proses pendidikan, karena keduanya sangat erat hubungannya.
Kebudayaan yang dengan pendidikan sangat erat sekali keduanya saling berkesinambungan dan
tidak dapat dipisahkan karena saling dan membutuhkan antara satu sama lain.

DAFTAR PSUTAKA

https://ilmu.lpkn.id/2021/02/06/budaya-dan-pendidikan-memaknai-budaya-dalam-perspektif-
pendidikan-indonesia/

Normina. (2017). Pendidikan dalam Kebudayaan. Ittihad jurnal kopertais Wilayah Kalimantan.
Vol 15, nomor 28, hal: 21-22

21
Normina. (2017). Pendidikan dalam Kebudayaan. Ittihad jurnal kopertais Wilayah Kalimantan.
Vol 15, nomor 28, hal:25

Hidayat, Roni. 2015. Makalah Masyarakat dan Kebudayaan. www.libron.com (diakses selasa, 1
Maret 2022)

Kistanto, N. H. 2015. Tentang konsep kebudayaan. Sabda: Jurnal Kajian Kebudayaan, 10(2).

Pasaribu, Rowland Bismark Fernando. 2013. Manusia dan Kebudayaan.

rowlandpasaribu.wordpress.com (diakses selasa, 1 Maret 2022) Soyomukti, Nurani. 2010.


Pengantar Sosiologi. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media

22
23
24

Anda mungkin juga menyukai