Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara umum, pendidikan merupakan suatu alat yang digunakan oleh masyarakat untuk meraih perubahan serta memperbaiki situasinya. Di dalamnya, terdapat suatu upaya yang disengaja dan terencana yang diatur oleh Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 yang bertujuan menciptakan lingkungan belajar dan proses pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk secara aktif menggali potensi diri mereka, sehingga mampu memperoleh kekuatan dalam dimensi spiritual, keagamaan, kemandirian, serta pengendalian atas kebebasan individu. Selain itu, juga mencakup pengembangan kepribadian, kecerdasan, akhlak yang luhur, dan keterampilan yang diperlukan oleh individu, masyarakat, bangsa, dan Negara (Rahmi & Yuswanti, 2021). Peserta didik merupakan masukan mentah, bahan mentah yang akan diolah dalam lingkungan transformasi pembelajaran untuk memperoleh tujuan pendidikan untuk mengubah sikap. Bukankah ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan hasil kecerdasan dan kreativitas manusia? Karena memanfaatkan potensi manusia merupakan tugas pendidikan yang berupa proses pembelajaran. Oleh karena itu, pendidikan merupakan upaya mentransformasikan nilai-nilai dan mengembangkan potensi yang ada pada diri manusia (Thalib, 2019). Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, termasuk yang terjadi dalam interaksi antara siswa dan guru. Perbedaan karakteristik materi memang mendorong adanya perbedaan strategi pembelajaran. Sains sebagai pengetahuan faktual memerlukan pendekatan atau strategi yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran seorang siswa. Tursinawati (2013:67) menyatakan bahwa pembelajaran IPA di SD/MI merupakan landasan awal yang akan menghasilkan siswa ilmiah yang membawa pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Oleh karena itu, beberapa faktor yang dapat berhubungan atau meningkatkan efektivitas dalam meningkatkan pembelajaran sains adalah strategi yang ditunjukkan kepada guru dan dapat menjadi sumber minat dan rangsangan yang dibutuhkan siswa untuk motivasi belajarnya, sehingga mereka dapat melakukannya. lebih baik (Rahmi & Yuswanti, 2021) Saat ini pembelajaran IPA semakin banyak menjadi kegiatan menghafal konsep dan fakta sebagai sumber kegiatan pengetahuan. Sebaliknya pada abad 21, siswa dituntut untuk menemukan sendiri konsep dan faktanya. Pembelajaran sains juga harus mempunyai fokus yang diarahkan pada upaya sikap untuk menciptakan iklim di mana siswa dapat belajar sambil mempraktikkan pengetahuan, sikap, nilai-nilai, dan keterampilan belajarnya (Ecosystem, 2023) Ada cara setiap manusia mendapatkan informasi dan mengolahnya. Jadi meskipun setiap individu menerima dalam waktu yang sama, namun cara menerima yang dimiliki setiap orang akan berbeda dengan orang lainnya. Setiap individu mempunyai gaya belajarnya masing-masing. Gaya belajar memerlukan beberapa faktor seperti faktor fisik, emosi, sosiologis dan lingkungan seperti yang dikemukakan oleh Zagoto et al., 2019. Bagi yang lain, mereka belajar lebih baik dalam kelompok. Yang lain suka memiliki sosok yang otoriter atau orang tua, ada guru di sekitar. Berkumpul sendiri, bagi sebagian orang, adalah peluang terbuka di mana mereka dapat memperoleh hasil terbaik. Lingkungan: Ada yang memerlukan lingkungan kerja yang baik, tertata rapi dan bersih, namun ada pula yang menyukai segala sesuatunya apa adanya, dan segala sesuatunya terbuka sehingga segala sesuatu dapat terlihat dengan baik (Peduk, 2022). Salah satu faktor penentu yang akan mengarahkan seseorang berhasil atau tidaknya dalam hidup, khususnya dalam proses sekolah dan pembelajaran adalah motivasi. Oleh karena itu, guru hendaknya mampu membimbing siswa bagaimana agar termotivasi dengan melakukan aktivitas aktif sesuai dengan yang diharapkan. Kecenderungan ini juga dialami oleh setiap orang, karena dengan mempelajari kebiasaan-kebiasaan berperilaku negatif di kelas, terdapat sifat keras kepala dalam bekerja asal-asalan. Bahkan ada juga yang mengerjakan pekerjaan orang lain. Hal tersebut akan membentuk suatu motivasi dalam belajar berdasarkan asumsi bahwa semua itu didukung oleh beberapa faktor, terutama faktor internal dan eksternal. Contoh sederhana dari faktor internal adalah kenyataan bahwa peserta didik terus membaca, meskipun ia diberitahu untuk tidak melakukannya. Di sisi lain, unsur eksternal untuk sementara waktu dapat melalui sebagai faktor motivasi di luar diri seorang peserta didik. Hal ini meliputi sumber pengajaran, metode, media dan setting tempat siswa belajar. Dengan demikian, motivasi siswa meningkat melalui aktivitas dan hasil belajar jika ada motivasi belajar (No et al., 2024). Kesuksesan dalam pendidikan tidak pernah terlepas dari rangkaian proses belajar mengajar yang melibatkan beberapa elemen yang saling terkait, seperti: pendidik, murid, materi, media, model pembelajaran, dan penyampaian materi pelajaran. Dalam dinamika proses belajar mengajar, murid telah mengakumulasi pengetahuan dan nilai-nilai yang berdampak pada pembentukan sikap dan penguasaan keterampilan. Sekolah diharapkan dapat menyediakan fondasi dasar yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Apabila murid dipersiapkan dengan memperhatikan potensi mereka dalam dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik, proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar. Pentingnya keberadaan pendidik yang mampu menciptakan lingkungan pembelajaran yang memungkinkan pengembangan seluruh potensi anak menjadi semakin jelas. Contohnya, dengan cara meningkatkan potensi siswa melalui bimbingan dan arahan yang diberikan oleh pendidik di lingkungan sekolah (Ikrom & Putri, 2021). Salah satu tindakan penting yang mendukung kesuksesan dalam proses pembelajaran adalah suasana pembelajaran yang menyenangkan. Dengan pendekatan yang diterapkan saat ini, materi pelajaran menjadi lebih mudah dipahami dan diserap oleh para siswa. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tidak hanya terbatas pada kegiatan observasi semata, namun juga melibatkan beragam pendekatan dalam penerapannya. Penyampaian materi pelajaran menjadi lebih jelas melalui penggunaan model pembelajaran khusus dan berbagai media yang digunakan oleh guru. Selain itu, upaya untuk mengatasi kendala-kendala dalam proses pengajaran dapat membantu meningkatkan fokus dan perhatian siswa terhadap materi yang diajarkan. Mengingat masih adanya masalah terkait motivasi dan pencapaian belajar yang belum optimal, diperlukan strategi untuk mengatasi tantangan tersebut. Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa agar dapat meningkatkan motivasi mereka dalam belajar Ilmu Pengetahuan Alam. Diharapkan dengan motivasi yang meningkat, proses pembelajaran dapat berjalan lancar dan tujuan pembelajaran dapat tercapai, memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah secara kreatif, inovatif, dan terbuka. Ada beberapa model pembelajaran yang dapat dipertimbangkan, salah satunya adalah pembelajaran kooperatif yang melibatkan partisipasi aktif siswa secara langsung. Model ini mengintegrasikan keempat keterampilan berbahasa (membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara) dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok yang berbeda kemampuannya, sehingga memungkinkan adanya kolaborasi antarsiswa yang saling mendukung. Dengan demikian, pembelajaran kooperatif memiliki potensi yang lebih besar daripada metode pembelajaran ceramah (Ikrom & Putri, 2021) Berdasarkan observasi yang di lakukan penulis di SDN 3 Limboto Barat penulis melakukan wawancara dengan wali kelas 2 dimana di sampikan bahwa hasil belajar di kelas tersebut rendah ada beberapa yang faktor yang mempengaruhi seperti guru yang kesulitan dalam perubahan kurikulum yang dari k13 ke kurikulum merdeka,belum lagi siswa di kelas tersebut banyak yang belum bisa menulis dan membaca karena kurangnya minat dan motivasi belajar siswa dan dukungan dari orang tua. Sekolah tersebut termasuk pedalaman dan susah di jangkau jadi kalau hujan banyak siswa yang tidak akan datang akhirnya mereka akan ketinggalan pembelajaran. Dalam pengamatan yang di lakukan oleh penulis banyak siswa yang bermain,walaupun sudah di tegur berulang kali oleh guru. Dalam pembelajaran guru hanya mengandalkan media nyata agar siswa di kelas ini tertarik karena rasa ingin tahu mereka yang sangat besar,guru di kelas tersebut tidak menggunaka media digital karena kekurangan lcd dan ada beberapa guru yang laptopnya sudah tidak berfungsi dan juga di desa tersebut jaringannya sangat susah. Dalam pembelajaran guru menggunakan beberapa model tetapi di kelas tersebut lebih suka dengan bermain peran. Berdasrkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian tindakan kelas sebagai upaya dalam melakukan perbaikan terhadap pembelajaran dengan judul “ PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PICTURE AND PICTURE PADA PEMBELAJARAN IPA DI KELAS 2 SDN 3 LIMBOTO BARAT”.