Makalah Kapita Selekta Khadafi Implementasi Guru Kreatif Dan Berkarakter Melalui Pendekatan Happy Lea

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

IMPLEMENTASI GURU KREATIF DAN BERKARAKTER

MELALUI PENDEKATAN HAPPY LEARNING

MAKALAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Perkuliahan


Mata Kuliah : Kapita Selekta Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Zainal Azman, M.Pd. I

Oleh
Khadafi Ramadhani (2125.0037)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA


ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
(STAI)
BUMI SILAMPARI LUBUKLINGGAU
TAHUN 2024
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulisan makalah dapat terselesaikan, makalah yang berjudul “
Implementasi Guru Kreatif Dan Berkarakter Melalui Pendekatan Happy
Learning” sebagai salah satu tugas perkuliahan dapat diselesaikan dengan tepat
waktu.
Makalah yang disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kapita Selekta
Pendidikan. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang
Pendidikan islam bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Lubuklinggau,17 Mei 2024

Penulis
i

DAFTAR ISI

Halaman judul .................................................................................................


Kata Pengantar.................................................................................................i
Daftar isi..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2
C. Tujuan Pembahasan............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................3
A. Pengertian guru yang kreatif................................................................3
B. Pengertian guru yang bekarakter.........................................................4
C. Pengertian pendekatan happy learning pada poses belajar mengajar 4

BAB III PENUTUP.......................................................................................10


A. Kesimpulan............................................................................................10
B. Saran......................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................11
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu tindakan untuk menumbuhkan,
mengembangkan potensi, pikiran, kepribadian dan keahlian, sehingga
pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan
kualitas sumber daya manusia. Pendidikan merupakan salah satu faktor
penentu bagi kemajuan suatu bangsa. (Bintari, H. R. 2016:16) Akan tetapi
sampai saat ini kualitas pendidikan di Indonesia masih memprihatinkan dan
masih memerlukan peningkatan.
Banyak usaha yang telah dilakukan pemerintah Indonesia untuk
meningkatkan kualitas pendidikan, salah satu di antaranya adalah
meningkatkan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan. Hal ini dapat
difahami karena kualitas sistem pendidikan secara keseluruhan berkaitan
dengan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan. Uraian di atas
menggambarkan bahwa pendidik dan tenaga kependidikan merupakan kunci
utama dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. (Kartowagiran, B. 2016:2)
Komponen pendidikan yang paling menentukan karena peran dan
fungsinya yang amat strategis adalah guru. Karena demikian besar peran dan
fungsinya yang harus dimainkan oleh guru, hingga ada yang berpendapat
andaikata tidak ada gedung sekolah, tidak ada kurikulum dan komponen
pendidikan lainnya, namun masih ada guru dan murid, maka kegiatan
pendidikan masih akan bisa berjalan.
Sejalan dengan terjadinya perubahan paradigm tersebut maka guru
dimasa sekarang dituntut agar semakin kreatif dan berkarakter, serta dapat
diimplementasiakn dalam kegiatan belajar mengajar ysng semakin
mnyenangkan, menggembirakan, menggairahkan, menginspirasi dan
mencerahkan peserta didik.
2

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana guru yang kreatif?
2. Bagaimana guru yang bekarakter?
3. Bagaimana pendekatan happy learning pada poses belajar mengajar?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui guru yang kreatif
2. Untuk mengetahui guru yang bekarakter
3. Untuk mengetahui pendekatan happy learning pada poses belajar mengajar
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Guru Yang Kreatif


Guru sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2005 tentang guru dan dosen adalah tenaga pendidik yang bertugas
mengajar pada jenjang pendidikan Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, dan
Sekolah Menengah. Sedangkan kreatif berasal dari bahasa Inggris creative
yang berarti memiliki daya cipta. Dengan demikian, guru yang kreatif adalah
guru yang memiliki kompetensi kepribadian yang baik, yang selanjutnya dapat
mendukung pelaksanaan tugas sebagai guru yang mengajar, membimbing,
memberi teladan yang baik, mengembangkan bakat dan potensi, serta
bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya. Kompetensi kepribadian ini
selanjutnya menjadi salah satu syarat bagi seorang tenaga guru yang
professional.

B. Guru Yang Berkarakter


Secara harfiah karakter berarti cetak biru , sidik jari, jati diri, sifat
dasar, watak yang melekat atau chemistry. Guru yang berkarakter adalah guru
yang memiliki jati diri, sifat dan watak dasar serta chemistry yang unik dan
jelas serta berbeda dengan orang lain. Guru yang berkarakter adalah guru
yang terbina potensi jasmani, rohani, intelektual, social dan berbagai
kompetensi lainnya secara utuh. Guru yang berkarakter juga adalah guru yang
memiliki kebebasan untuk menyatakan pilihannya secara betanggung jawab,
serta mampu berbuat dan bertindak dalam hubungannya dalam masyarakat.
Karakter guru yang demikian itu terciptanya melalui sebuah proses
pendidikan dan pembelajaran yang panjang. Yaitu mulai dari pendidikan
yang dialaminya semasa ia kecil dan hidup didalam lingkungan keluarga,
hingga pendidikan dan pembelajaran yang dialaminya di tingkat kanak-kanak
hingga perguruan tinggi. Selain itu, karakter guru tersebut juga tercipta
melalui proses pendidikan dan pembelajarannya yang dilakukan melalui
interaksi dirinya dengan lingkungan masyarakat sekitarnya, dengan teman
4

pergaulannya, dengan organisasinya yang diikutinya, dan dengan berbagai


kegiatan lainnya.
Guru yang berkarakter ini selanjutnya menjadi pusat perhatian dari
para ahli pendidikan, mengingat guru yang berkarakter ini sangat menentukan
keberhasilan pendidikan. Dalam hubungan ini, Imam Al-Ghazali misalanya
mengatakan, bahwa guru yang berkarakter itu adalah guru yang menetapkan
pola hidup zuhud (sederhana), ikhlas dalam melaksanakan tugasnya;
menyayangi dan melindungi peserta didik, bersikap pemaaf atas kesalahan
yang dilakukan peserta didik dan orang lain, bersikap adil dalam
memperlakukan peserta didik, senantiasa menambah ilmunya setiap saat;
tidak mengajarkan mata pelajaran berikutnya sebelum pelajaran yang pertama
dikuasai dengan baik; satu nya kata dan perbuatan (tidak munafik),
berpandangan jauh kedepan, mengarahkan peserta didik dalam melanjutkan
studinya, dan tidak meminta upah dalam melaksanakan tugasnya.

C. Pendekatan Happy Learning


Pendekatan adalah terjemahan dari bahasa Inggis (approach) yang
selanjutnya diartikan sebagai titik tolakatau sudut pandangan. Pendekatan
tersebut dapat berupa konsep-konsep keimuan yang digunakan, atau kategori
lainnya. Sedangkan happy learning secara harfiah berarti pembelajaran yang
menyenangkan. Sedangkan dari sudut lain, happy learning merupakan sebuah
sifat dan karakter pembelajaran yang berbasis pada asumsi bahwa pada
dasarnya manusia lebih suka diperlkaukan dengan cara yang halus dari pada
yang kasar, dengan cara yang menggembiarakan dari pada yang menkutkan.
Pendekatan happy learning ini menjadi semacam spirit atau jiwa yang
mendasari pelaksanaan pendidikan. Dalam praktiknya happy learning ini
diwujudkan dalam model pembelajaran yang mengundang peserta didik untuk
berpartisipatif, aktif, kreaktif dan efektif dan menyenangkan yang selanjutnya
dikenl dengan istilah pakem. Pendekatan happy learning juga terkait dengan
pendekatan dalam proses pembelajran yang bertumpu pada asumsi bahwa
peserta didik adalah sebagai individu yang merdeka, memiliki hak bicara,
makhluk yang harus dihormati, serta memiliki berbgai potensi, bakat dan
5

talent yang perlu dibantu pengembangannya dengan bertitik tolak pada


kebebasan dan kemerdekaannya. Dengan asumsi ini maka pendekatan happy
learning terkait dengan pendekatan yang bertumpu pada pembelajaran yang
bertumpu pada peserta didik yang selanjutnya melahirkan metode belajar
mengajar yang amat variatif. Diantaranya cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
Melalui metode dan pendekatan yang berbasis pada peserta didik
tersebut diharapkan mereka dapat lebih kreatif , inovatif, imaginative, dan
penuh percaya diri sebagai akibat dari wawasan, pengalaman, keterampilan,
serta berbagai kemampuan lainnya yang diilikinya. Manusia yang demikian
itulah yang kelak akan mampu bersaing dan keluar sebagai pemenang
ditengah-tengah kehidupan global yang penuh tantangan dan kompetitif.
Heppy learning adalah belajar yang menyenangkan, sedangkan pendekatan
diartikan sebagai sebuah konsep keilmuan yang digunakan oleh para peneliti
dalam mencari kebenaran hasil penelitian, misalnya pendekatan sosiologis,
psikologis dan historis.
1. Pendekatan sosilologis
Secara sederhana, bahwa arti sosiologi dapat dipahami sebagai
suatu disiplin ilmu tentang keadaan masyarakat yang lengkap dengan
struktur, lapisan, serta berbagai gejala sosial yang saling berhubungan.
Masyarakat adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan,
memiliki kepentingan bersama, dan memiliki budaya. Sosiologi hendak
mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat, dan perilaku sosial manusia
dengan mengamati perilaku kelompok yang dibangunnya. Sebagai sebuah
ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun
dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh
orang lain atau umum.
Dalam sejarah perkembangannya, sosiologi termasuk kedalam
disiplin ilmu yang masih muda usianya (dalam perspektif barat). Berawal
dari pendapat Ibn Khaldun, dengan konsep pemikirannya yang sudah
menjurus kepada pemahaman terhadap gejala sosial yang berkembang di
daerah arab dan beberapa daerah lain sekitarnya, menyusul kemudian
pendapat Comte dengan objek pengamatan yang sama yaitu masyarakat,
6

dan diteliti dengan metode ilmiah. Akhirnya di tangan Comte lahir suatu
cabang ilmu yang diperkenalkannya dengan nama”sosiologi”.
2. Pendekatan psikologis
Psikologi sebagai ilmu merupakan pegetahuan yang di peroleh
dengan pendekatan ilmiah, dan merupakan pengetahuan yang di peroleh
dengan penelitian-penelitian ilmiah. Oleh karenanya sebagai salah satu ciri
psikologi sebagai suatu ilmu adalah berdasarkan data empiris di samping
data tersebut di peroleh secara sistematis, ( Morgan, dkk,1984 ). Namun,
lebih spesifik lagi psikologi lebih banyak di kaitkan dengan kehidupan
organism manusia. Bruno (1987), membagi pengertian psikologi dalam
tiga bagian yang pada prinsipnya saling berhubungan. Pertama psikologi
adalah studi (penyelidikan) mengenai “ruh”. Kedua, adalah ilmu
pengetahuan mengenai “kehidupan mental”. Ketiga, psikologi adalah ilmu
pengetahuan mengenai “tingkah laku” organism.
3. Pendekatan historis
Historis artinya sejarah, menurut Ismaun menyatakan bahwa
sejarah sebagai ilmu adalah suatu susunan pengetahuan (a body of
knowledge) tentang peristiwa dan cerita yang terjadi di dalam masyarakat
manusia pada masa lampau yang disusun secara sistematis dan metodis
berdasarkan asas-asas, prosedur, dan metode serta teknik ilmiah yang
diakui oleh para sejarawan. Sejarah sebagai ilmu mempelajari sejarah
sebagai aktualitas dan mengadakan penelitian serta pengkajian tentang
peristiwa dan cerita sejarah. Sejarah sebagai ilmu ialah suatu disiplin,
cabang pengetahuan tentang masa lalu, yang berusaha menuturkan dan
mewariskan pengetahuan mengenai masa lalu suatu masyarakat tertentu.

Selanjutnya Happy Learning secara harfiah berarti pembelajaran yang


menyenangkan. Sedangkan dari sudut lain, happy learning merupakan sebuah
sifat dan karakter pembelajaran yang berbasis pada asumsi bahwa pada
dasarnya manusia lebih suka diperlakukan dengan cara yang halus, bukan
dengan cara yang kasar, dengan cara yang menggembirakan bukan
menakutkan. Pendekatan happy learning ini muncul sebagai respon terhadap
7

meningkatnya tuntutan masyarakat yang ingin diperlakukan secara adil,


manusiawi, demokratis, egaliter, dan terbuka. Tuntutan ini sejalan dengan
situasi dunia internasional tentang semakin kuatnya desakan terhadap
penegakkan hak-hak asasi manusia sebagai akibat dari terjadinya
kemerdekaan dari bangsa-bangsa terjajah. Dalam prakteknya happy learning
ini diwujudkan dalam model pembelajaran yang mengundang peserta didik
untuk partisipatif, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan yang selanjutnya
dikenal dengan istilah PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif,
Efektif, dan Menyenangkan).
PAIKEM juga memungkinkan siwa melakukan kegiatan yang
beragam untuk mengembangkan sikap, pemahaman, dan keterampilannya
sendiri dalam arti tidak semata-mata “disuapi” guru. Di antara metode-
metode mengajar yang amat mungkin digunakan untuk
mengimplementasikan:
1. Pembelajaran Aktif
Secara harfiah active artinya: “in the habit of doing things,
energetic” (Hornby, 1994:12), artinya terbiasa berbuat segala hal dengan
menggunakan segala daya. Pembelajaran yang aktif berarti pembelajaran
yang memerlukan keaktifan semua siswa dan guru secara fisik, mental,
emosional, bahkan moral dan spiritual.
Guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa
aktif bertanya, membangun gagasan, dan melakukan kegiatan yang dapat
memberikan pengalaman langsung, sehingga belajar merupakan proses
aktif siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri. Dengan demikian,
siswa didorong untuk bertanggung jawab terhaap proses belajarnya
sendiri.
2. Pembelajaran Inovatif
Pembelajaran inovatif dapat menyeimbangkan fungsi otak kiri
dan kanan apabila dilakukan dengan cara mengintegrasikan media/alat
bantu terutama yang berbasis teknologi baru/maju ke dalam proses
pembelajaran tersebut. Sehingga, terjadi proses renovasi mental, di
antaranya membangun rasa pecaya diri siswa. Penggunaan bahan
8

pelajaran, software multimedia, dan microsoft power point merupakan


salah satu alternatif.
3. Pembelajaran Kreatif
Kreatif (creative) berarti menggunakan hasil ciptaan/kreasi baru
atau yang berbeda dengan sebelumnya. Pembelajaran yang kreatif
mengandung makna tidak sekedar melaksanakan dan menerapkan
kurikulum. Kurikulum memang merupakan dokumen dan rencana baku,
namun tetap perlu dikritisi dan dikembangkan secara kreatif. Dengan
demikian, ada kreativitas pengembangan kompetensi dan kreativitas
dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas termasuk pemanfaatan
lingkungan sebagai sumber bahan dan sarana untuk belajar. Pembelajaran
kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang
beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa dan tipe
serta gaya belajar siswa.
4. Pembelajaran Efektif
Pembelajaran dapat dikatakan efektif (effective / berhasil guna)
jika mencapai sasaran atau minimal mencapai kompetensi dasar yang
telah ditetapkan. Di samping itu, yang juga penting adalah banyaknya
pengalaman dan hal baru yang “didapat” siswa. Guru pun diharapkan
memeroleh “pengalaman baru” sebagai hasil interaksi dua arah dengan
siswanya.
Untuk mengetahui keefektifan sebuah proses pembelajaran, maka
pada setiap akhir pembelajaran perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi yang
dimaksud di sini bukan sekedar tes untuk siswa, tetapi semacam refleksi,
perenungan yang dilakukan oleh guru dan siswa, serta didukung oleh
data catatan guru. Hal ini sejalan dengan kebijakan penilian berbasis
kelas atau penilaian authentic yang lebih menekan- kan pada penilaian
proses selain penilaian hasil belajar (Warta MBS UNICEF : 2006).
5. Pembelajaran Menyenangkan
Pembelajaran yang menyenangkan (joyful) perlu dipahami secara
luas, bukan hanya berarti selalu diselingi dengan lelucon, banyak
bernyanyi atau tepuk tangan yang meriah. Pembelajaran yang
9

menyenangkan adalah pembelajaran yang dapat dinikmati siswa. Siswa


merasa nyaman, aman dan asyik. Perasaan yang mengasyikkan
mengandung unsur inner motivation(motivasi abtin), yaitu dorongan
keingintahuan yang disertai upaya mencari tahu sesuatu.
Selain itu pembelajaran perlu memberikan tantangan kepada
siswa untuk berpikir, mencoba dan belajar lebih lanjut, penuh dengan
percaya diri dan mandiri untuk mengembangkan potensi diri secara
optimal. Dengan demikian, diharapkan kelak siswa menjadi manusia
yang berkarakter penuh percaya diri, menjadi dirinya sendiri dan
mempunyai kemampuan yang kompetitif (berdaya saing).
Adapun ciri-ciri pokok pembelajaran yang menyenangkan, adalah
sebagai berikut:
a. Adanya lingkungan yang rileks, menyenangkan, tidak membuat
tegang (stress), aman, menarik, dan tidak membuat siswa ragu
melakukan sesuatu meskipun keliru untuk mencapai keberhasilan
yang tinggi;
b. Terjaminnya ketersediaan materi pelajaran dan metode yang relevan;
c. Terlibatnya semua indera dan aktivitas otak kiri dan kanan;
d. Adanya situasi belajar yang menantang (challenging) bagi peserta
didik untuk berpikir jauh ke depan dan mengeksplorasi materi yang
sedang dipelajari;
e. Adanya situasi belajar emosional yang positif ketika para siswa
belajar bersama, dan ketika ada humor, dorongan semangat, waktu
istirahat, dan dukungan yang antusias
1

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Guru yang kreatif dan berkarakter adalah guru yang memiliki
kompetensi kepribadian yang baik sebagai salah satu syarat guru yang
professional. Guru semacam ini sangat dibutuhkan dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan, terutama dalam membangun karakter peserta
didik yang mandiri, kreatif, inovatif, berani mengambi keputusan yang
diperhitungkan , berani mengambil tanggung jawab ataskeputusannya,
memiliki integritas pribadi, bermoral dan berakhlak mulia, berusaha
mengambil hikmah dan mamfaat atas determinasiketerbatasan yang ada pada
dirinya.
Pendektan happy learning adalah penddekatan yang bertumpu pada
psikologi peserta didik yaitu sebagai makhluk yang pada dasarnya lebih suka
diperlakukan dengan cara yang halus dari pada kasar, dan cara yang
menyenangkan dari pada cara yang menakutkan. Happy learning terkait
dengan metode pembelajaran yang bertumpu pada pencuptaan suasana
lingkungan yang kondusif, sistem, sarana prasarana dan lainnya yang
memungkinkan berbagai potensi , bakat dan minat peserta didik dapat
dieksplorasi dan ditumbuhkan, dalam suasana yang partisipatif, aktif, kreatif,
efektif dan menyenangkan (PAIKEM)

B. Saran
Kami sangat menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini penulis
masih banyak kekeliruan dan kesalahan. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca tentunya yang bersifat
membangun.
1

DAFTAR PUSTAKA

Nata, Abuddin. 2012. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo


Persada
Muzayyin Arifin. 2011. Kapita Selekta Pendidikan Islam , Jakarta: PT. Bumi
Aksara
Jamaludin, Abdullah, Aly. 1999. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Bandung: CV.
Pustaka Setia

Anda mungkin juga menyukai