Askeb Nifas Yuni-1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 34

1

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS, MENYUSUI DAN NEONATUS


DI PUSKESMAS KONANG

Disusun guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan


Stase Asuhan Kebidanan Nifas, Menyusui dan Neonatus
Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Disusun oleh :

Nama : Yuni Alfia R


NIM : 2215901085
Kelas :A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


STIKES NGUDIA HUSADA MADURA
TAHUN 2023

HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS, MENYUSUI DAN NEONATUS


2

NY. “L” USIA 26 TAHUN G1P0000 UK 39 MINGGU 3 HARI


DI PUSKESMAS KONANG

A
Disusun Oleh :
Nama : Yuni Alfia R
NIM : 2215901085
Kelas :A

Tanggal Pemberian Asuhan 10 April 2023

Disetujui :

Kepala Ruangan
Tanggal:
Di: Bangkalan (Sri Yuliati, Amd. Keb)
NIP 19780702 201407 2 004

Pembimbing Institusi
Tanggal:
Di: Bangkalan (Dr. Eny Susanti, M.Keb)
NIDN. 0707058302

Pembimbing Kasus
Tanggal:
Di: Bangkalan (Sri Yuliati, Amd. Keb)
NIP 19780702 201407 2 004

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan YME atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang
dilimpahkan, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Asuhan Kebidanan Masa Nifas
dan Menyusui selama di Puskesmas Konang
3

Penyusunan Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui ini merupakan


tugas berstruktur di Program Studi Pendidikkan Profesi Bidan Stikes Ngudia Husada
Madura untuk memenuhi target yang telah ditetapkan.
Bersama ini perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya dengan hati yang tulus kepada:
1. Dr. M. Hasinudin, S. Kep., Ns., M. Kep, selaku Ketua STIKES Ngudia Husada
Madura.
2. Lelly Aprilia Vidayati, S. SiT. M. Kes, selaku Ketua Prodi Profesi Bidan
STIKES Ngudia Husada Madura.
3. Dr. Eny Susanti, M.Keb, selaku dosen pembimbing praktek profesi bidan stase
asuhan kebidanan pada Ibu Nifas, Meenyusui dan Neonatus
4. Sri Yuliati, Amd.Keb, selaku pembimbing klinis profesi bidan asuhan
kebidanan pada Ibu Nifas, Meenyusui dan Neonatus Semoga Allah SWT membalas
budi baik semua pihak yang telah memberi kesempatan, dukungan dan bantuan dalam
menyelesaikan laporan asuhan kebidanan ini.
Kami menyadari bahwa asuhan kebidanan ini jauh dari sempurna tetapi
kami berharap bisa bermanfaat bagi pembaca.
Bangkalan, 10 April 2023

Penyusun
4

DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum...................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus..................................................................................2
1.4 Manfaat......................................................................................................3
1.4.1 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan...................................................3
1.4.2 Manfaat Bagi Mahasiswa.................................................................3
BAB 2 TINJAUAN UMUM....................................................................................4
2.1 Konsep Dasar Asuhan Dan Managemen Kebidanan.................................4
2.2 Konsep Dasar Teori...................................................................................6
2.2.1 Konsep Dasar Nifas..........................................................................6
2.2.2 Konsep Dasar Neonatus.................................................................14
2.3 Managemen Asuhan Kebidanan..............................................................18
BAB 3 TINJAUAN KASUS..................................................................................20
BAB 4 PEMBAHASAN........................................................................................33
BAB 5 PENUTUP.................................................................................................35
5.1 Kesimpulan..............................................................................................35
5.2 Saran........................................................................................................36
5.2.1 Bagi profesi....................................................................................36
5.2.2 Bagi klien.......................................................................................36
5.2.3 Bagi institusi pendidikan................................................................36
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................37
5

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Masa Nifas adalah masa yang dimulai setelah placenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
Di masa nifas ini sering ditemukan komplikasi berupa infeksi yang
dialami oleh ibu seperti endometritis, peritonitis, luka perineum, mastitis,
bendungan ASI, kelainan pada puting susu, thromboflebitis yang sering
disebabkan oleh Perdarahan, trauma persalinan, partus lama, retensio plasenta,
keadaan Umum ibu (anemia dan malnutrition).
Untuk itu, asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini, karena
merupakan masa kritis, baik pada ibu maupun pada bayinya, diperkirakan bahwa
60% diakibatkan kehamilan setelah persalinan dan setelah persalinan dan 50%
kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Prawirohardjo, 2007).
Pada masa nifas harus terselenggara pelayanan bagi ibu meliputi upaya
pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin
terjadi, serta penyelidikan pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan
kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi Ibu. Dengan meningkatkan kualitas
pelayanan maternitas diharapkan para petugas kesehatan dapat mengurangi
tingkat infeksi pada masa nifas sehingga dapat mengurangi AKI di Indonesia.
Peningkatan kualitas pelayanan maternitas dapat dicapai salah satunya
dengan manajemen asuhan kebidan dan dokumentasi yang baik dan benar, maka
dari itu dalam laporan ini kami mengambil kasus nifas fisiologis untuk
mempelajari manajemen dan dokumentasi asuhan kebidanan pada masa nifas
sehingga kami dapat meningkatkan pengetahuan dan pelayanan pada ibu nifas
fisiologis.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis merumuskan
masalah sebagai berikut “Asuhan Kebidanan pada ibu nifas, menyusui dan
neonatus di Puskesmas Konang”

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas,
menyusui dan neonates.
6

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas
2. Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu menyusui
3. Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada neonatus
4. Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian hasil asuhan
kebidanan pada ibu nifas
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Membantu sebagai masukan bagi Institusi, sebagai tambahan bacaan
mahasiswa mengenai asuhan kebidanan pada ibu nifas, menyusui dan
neonatus berdasarkan studi kasus
1.4.2 Manfaat Bagi Mahasiswa
Membantu sebagai masukan kepada tenaga kesehatan dalam
meningkatkan asuhan kebidanan pada ibu nifas, menyusui dan neonatus.
7

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR ASUHAN DAN MANAJEMEN KEBIDANAN


2.1 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan
2.2.1 Pengertian
Asuhan kebidanan adalah rangkaian kegiatan yang didasarkan pada proses
pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan
wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan
(Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 320 Tahun 2020 Tentang
Standar Profesi Bidan, 2020). Asuhan yang diberikan dapat berupa pemberian
pelayanan kesehatan pada klien yang memiliki masalah atau kebutuhan pada masa
kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana. Tidak terbatas
pada masa itu saja menurut Burhan (2015), asuhan kebidanan merupakan asuhan
yang diberikan selama reproduksi mulai dari masa bayi, balita, remaja, masa sebelum
hamil, hamil, bersalin, nifas hingga menopause dimana bidan bertanggung jawab
penuh dalam memberikan pelayanan yang berkesinambungan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa asuhan kebidanan merupakan asuhan yang diberikan oleh bidan
pada wanita selama daur hidupnya dengan tujuan menjamin setiap wanita
mendapatkan hak-hak reproduksinya sehingga menjalani kehidupan yang sehat dan
aman.
Tanggung jawab asuhan diberikan pada bidan dimana bidan berperan sebagai
pendamping wanita. Dalam Undang - Undang RI No 4 Tahun 2019 Tentang
Kebidanan dijelaskan bahwa bidan merupakan seorang perempuan 8 yang telah
menyelesaikan program pendidikan kebidanan baik di dalam negeri maupun luar
negeri yang diakui secara sah oleh pemerintah pusat dan telah memenuhi persyaratan
untuk melakukam praktik kebidanan.. Sedangkan praktik kebidanan merupakan
kegiatan pemberian pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam bentuk asuhan
kebidanan. Asuhan yang diberikan tidak terbatas pada pelayanan kesehatan namun
harus sesuai dengan standar asuhan yang telah ditetapkan baik oleh pemerintah
maupun organisasi profesi. Bidan memberikan asuhan harus bersifat holistik,
humanistik berdasarkan evidence based dengan pendekatan manajemen asuhan
kebidanan dan memperhatikan aspek fisik, psikologi, emosional, sosial budaya,
spiritual, ekonomi dan lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan reproduksi
perempuan berupa upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif sesuai dengan
kewenangannya (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 320 Tahun
2020 Tentang Standar Profesi Bidan, 2020).
8

2.1.2 Manajemen Asuhan Kebidanan


Manajemen asuhan kebidanan adalah pendekatan yang digunakan bidan
dalam memberikan asuhan kebidanan mulai dari pengkajian, perumusan diagnosis
kebidanan, perencanaan, implementasi, evaluasi dan pencatatan asuhan kebidanan
(Kepmenkes RI No. 320 Tahun 2020 Tentang Standar Profesi Bidan). Menurut Helen
Varney (1997) dalam Astuti (2016), manajemen kebidanan adalah proses pemecahan
masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan 9 teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam
rangkaian atau tahapan logis untuk mengambil keputusan yang fokus pada masalah
klien. Dalam kata lain manajemen ini merupakan pola pemikiran yang menjadi acuan
bidan dalam menentukan keputusan pada setiap tindakan yang diberikan.
Menurut Helen Varney (1997) dalam (Sulistyawati, 2016) manajemen
kebidanan memiliki 7 langkah yang berkesinambungan yaitu:
1. Langkah I : Pengkajian Pengkajian adalah pengumpulan semua data yang akurat,
relevan dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien secara
holistik meliputi biopsikososio, spiritual dan kultural. Terdiri dari data subjektif (hasil
anamnesis, biodata, keluhan utama, riwayat obstetri, riwayat kesehatan dan latar
belakang sosial budaya) dan data objektif (hasil pemeriksaan fisik dan psikologis dan
pemeriksaan penunjang) (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 320
Tahun 2020 Tentang Standar Profesi Bidan, 2020). Ibu yang hamil pada usia 35 tahu
atau lebih berisiko mengalami prematuritas dan komplikasi kehamilan lainnya (Astuti
et al., 2020). Sehingga diperlukan langkah pengkajian yang berfokus pada keadaan
ibu maupun masalah sebab pada ibu hamil dengan usia ini kemungkinan komplikasi
maupun masalah risiko terjadinya lebih besar.
2. Langkah II : Analisa diagnosa dan masalah
Diagnosis kebidanan adalah kesimpulan analisis data yang diperoleh dari pengkajian
secara akurat dan logis yang dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara
mandiri, kolaborasi dan rujukan (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 320 Tahun 2020 Tentang Standar Profesi Bidan, 2020). Ibu hamil primigravida
pada usia ≥35 tahun meiliki diagnosa kehamilan risiko tinggi dimana dalam diagnosa
kebidanan ini dapat disertai dengan masalah yang muncul akibat dari keadaan ibu
hamil.
3. Langkah III: Analisa diagnosa dan masalah potensial
Diagnosa atau masalah yang mungkin akan timbul. Diagnosa atau masalah potensial
ini didapatkan dari pengkajian data subjektif maupun objektif yang dapat merujuk
pada gejala dari masalah yang dapat terjadi selama kehamilan. Identifikasi memiliki
tujuan utama untuk mencegah dan mendeteksi masalah sedini mungkin. Usia ibu
merupakan faktor risiko komplikasi dalam kehamilan (Rochjati, 2011). Komplikasi
atau masalah dapat timbul pada kemudian hari yang disebabkan oleh usia ibu hetika
hamil seperti hipertensi gestasional, pre-eklapmsi eklampsia dan komplikasi atau
9

masalah lainnya.
4. Langkah IV: Menetapkan kebutuhan/tindakan segera Menentukan tindakan yang
harus diambil dengan data pendukung subjektif dan objektif. Mengidentifikasi
perlunya tindakan segera oleh 11 bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultaikan
atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan
kondisi klien (Astuti, 2016).
5. Langkah V: Intervensi
Intervensi atau merencanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-
langkah sebelumnya. Rencana asuhan yg menyeluruh meliputi apa yang sudah
diidentifikasi dari klien dan dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita
tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya (Astuti, 2016).
6. Langkah VI: Implementasi
Implementasi adalah pelaksanan tindakan kebidanan berdasarkan rencana yang
diberikan secara yang diberikan secara komprehensif, efektif, efisien dan aman
(safety) kepada klien dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
baik secara mandiri, kolaborasi atau rujukan (Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 320 Tahun 2020 Tentang Standar Profesi Bidan, 2020)
7. Langkah VII: Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian secara sistematis dan berkesinambungan terhadap
efektifitas tindakan dan asuhan kebidanan yang telah diberikan sesuai dengan
perubahan perkembangan kondisi klien, dilakukan sesuai standar dan segera setelah
melakukan asuhan dicatat dan dikomunikasikan kepada klien dan/atau keluarga serta
segera 12 ditindaklanjuti (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 320
Tahun 2020 Tentang Standar Profesi Bidan, 2020).
2.1.3 Ruang lingkup
Pelayanan kebidanan berfokus pada upaya pencegahan, promosi kesehatan,
pertolongan persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, melaksanakan
tindakan asuhan sesuai dengan kewenangan atau bantuan bila diperlukan, serta
melaksanakan tindakan kegawatdaruratan. Bidan memiliki tugas penting dalam
konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya pada wanita tetapi juga pada
keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini harus mencakup pendidikan antenatal dan
persiapan menjadi orang tua, serta dapat meluas pada kesehatan wanita, kesehatan
seksual atau kesehatan reproduksi, dan asuhan anak (Astuti et al., 2016).
2.1.4 Peran Bidan
Dalam menyelenggarakan praktik kebidanan sesuai Undang - Undang RI No
4 Tahun 2019 Tentang Kebidanan, bidan dapat berperan sebagai:
1. Pemberi pelayanan kebidanan
2. Pengelola pelayanan kebidanan
3. Penyuluh dan konselor
4. Pendidik, pembimbing dan fasilitator klinik
10

5. Penggerak peran serta masyarakat dan pemberdayaan perempuan


6. Peneliti

2.1.5 Wewenang Bidan


Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan ibu sesuai
dengan Undang - Undang RI No 4 Tahun 2019 Tentang Kebidanan bidan memiliki
wewenang dalam :
1. Memberikan asuhan kebidanan pada masa sebelum hamil
2. Memberikan asuhan kebidanan pada masa kehamilan normal 3. Memberikan asuhan
kebidanan pada masa persalinan dan menolong persalinan normal
3. Memberikan asuhan kebidanan masa nifas
4. Melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan ibu hamil, bersalin, nifas dan
rujukan
5. Melakukan deteksi dini kasus risiko dan komplikasi pada masa kehamilan,
persalianan, pascapersalinan, nifas serta asuhan pasca keguguran dan dilanjutkan
dengan rujukan.
Berdasarkan Undang – Undang tersebut, penyelenggaraan pendidikan
kebidanan harus memberikan pembelajaran terhadap penguasaan keterampilan klinis
kebidanan yang dijelaskan lebih lanjut dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 320 Tahun 2020 Tentang Standar Profesi Bidan. Sistematika daftar
keterampilan klinis dikelompokkan berdasarkan lingkup asuhan kebidanan, disertai
dengan tingkat kemampuan yang harus dimiliki yang dikelompokkan menjadi empat
tingkat yaitu:
1. Knows (Mengetahui dan menjelaskan) Lulusan Bidan mampu menguasai
pengetahuan teoritis yang mendukung kompetensi bidan sehingga dapat menjelaskan
kepada klien dan keluarganya, teman sejawat, serta profesi lainnya tentang prinsip,
tujuan, tata cara dan risiko yang mungkin timbul dalam Pelayanan Kesehatan.
2. Know how (Pernah melihat atau didemonstrasikan) Lulusan Bidan menguasai
pengetahuan teoritis dari keterampilan klinis kebidanan dengan melihat dan
mengamati keterampilan tersebut dalam bentuk demonstrasi atau pelaksanaan
langsung pada klien/masyarakat.
3. Shows (Terampil melakukan atau terampil menerapkan di bawah supervisi) Lulusan
Bidan mampu melaksanakan keterampilan klinis Kebidanan di bawah supervisi atau
kolaborasi dalam tim, dan merujuk untuk tindakan lebih lanjut. Pengujian
4. Does (Terampil melakukan secara mandiri) Lulusan Bidan mampu melaksanakan
keterampilan klinis kebidanan secara mandiri dan tuntas.
11

Tabel 2.1. Daftar keterampilan yang berlaku sampai 2026 (bagi ahli madya
kebidanan)
Tingkat Keterampilan
No Keterampilan
(ahli madya kebidanan)
1 Konseling adaptasi kehamilan 3
2 Konseling keluarga berencana 4
Pemberian pendidikan kesehatan pada
perempuan, keluarga dan masyarakat
tentang perkembangan kehamilan,
3 4
gejala dan tanda bahaya serta tindakan
yang dilakukan ketika terdapat tanda
bahaya
Pemberian pendidikan kesehatan pada
4 Ibu dan keluarga untuk persiapan 4
persalinan dan kelahiran
5 Skrining kehamilan risiko tinggi 3
6 Konseling pada ibu hamil yang berisiko 2
7 KIE Tanda Bahaya Kehamilan 4
Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 320 Tahun 2020
Tentang Standar Profesi Bidan

2.2 Konsep Dasar Evidence Based Practice


Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, ilmu kebidanan pun ikut
berkembang. Setiap perkembangan menghasilkaan ilmu baru sebagai dasar dalam
melaksanakan asuhan kebidanan harus dapat dipertanggungjawabkan karena asuhan
yang diberikan bersangkutan dengan keberlangsungan hidup seseorang. Evidence
based practice adalah praktik berdasarkan penelitian yang terpilih dan terbukti
bermanfaat serta merupakan penerapan yang sistematis, ilmiah dan eksplisit dari
penelitian terbaik saat ini dalam pengambilan keputusan asuhan kebidanan (Tyastuti,
2016). Penerapan evidence based dalam praktik kebidanan menghasilkan asuhan
yang efektif dan tidak selalu melakukan intervensi.
Selain menghasilkan asuhan yang efektif dan tidak selalu melakukan
intervensi, evidence based practice memiliki manfaat lain sebagai berikut :
1. Intervensi yang dilakukan terhadap klien dapat dipertanggungjawabkan dengan
jaminan keselamatan klen (patient safety) karena berdasarkan pada bukti ilmiah yang
telah diteliti sebelumnya
2. Kompetensi yang dimiliki mengalami peningkatan sebagai hasil dari proses belajar
dan penerapan evidence based practice
3. Memenuhi tuntutan dan kewajiban sebagai seseorang yang profesional dalam
memberikan asuhan terhadap klien
4. Memenuhi kepuasan klien sebagai akibat dari penerapan ilmu yang secara terus-
12

menerus di update sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.


Menurut Kostania (2020) dalam penerapannya Evidence Based Practice
diuraikan dalam 7 langkah yaitu:
1. Menumbuhkan semangat menyelidiki. 2.
2. Menanyakan pertanyakan klinik dengan menggunakan PICO/PICOT yang fokus pada
klien dan berorientasi pada masalah
3. Mencari dan mengumpulakn bukti-bukti (artikel penelusuran) yang paling relevan
dengan PICO/PICOT di database terpercaya. 4.
4. Melakukan penilaian klinis (critical appraisal) terhadap bukti-bukti (artikel pencarian)
dengan memperhatikan tingkatan evidence based untuk menemukan bukti terbaik.
5. Mengintergasikan bukti-bukti (artikel penelitian) terbaik dengan salah satu ahli klinik
serta memperhatikan keinginan dan manfaatnya bagi pasien dalam membuat
keputusan atau perubahan
6. Mengevaluasi outcome dan perubahan yang telah diputuskan berdasarkan bukti-bukti
7. Menyebarluaskan hasil dari evidence based practice.

2.1 Konsep Dasar Teori


2.1.1 Konsep Dasar Nifas
A. Pengertian
Masa nifas dimulai setelah 2 jam post partum dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, biasanya
berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan baik
secara fisiologi maupun psikologis akan pulih dalam waktu 3 bulan
(Nurjanah, dkk, 2013)

B. Fisiologi Nifas
Menurut Nurjanah, dkk (2013) Masa nifas dibagi dalam 3 tahap, yaitu:
1. Puerperium dini (immediate puerperium), yaitu pemulihan di mana
ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan (waktu 0-24 jam
Postpartum). Dalam agama Islam dianggap telah bersih dan boleh
bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium intermedial (early puerperium), suatu masa di mana
pemulihan dari organ-organ reproduksi secara menyeluruh selama
kurang lebih 6-8 minggu.
3. Remote puerperium (later puerperium), waktu yang diperlukan
untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan yang sempurna secara
bertahap terutama jika selama masa kehamilan dan persalinan ibu
mengalami komplikasi, waktu untuk sehat bisa berminggu-minggu,
bulan bahkan tahun.
13

C. Perubahan Masa Nifas


1. Sistem kardiovaskular
Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat segera setelah
melahirkan karena terhentinya aliran darah ke plasenta yang
mengakibatkan beban jantung meningkat yang dapat diatasi dengan
haemo konsentrasi sampai volume darah kembali normal dan pembuluh
darah kembali ke ukuran semula.
2. Sistem reproduksi
a. Uterus
- Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi)
sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
- Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000gr
Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah
pusat dengan berat uterus 750 gr
- Satu minggu post partum tinggi fundus uteri teraba pertengahan
pusat simpisis dangan berat uterus 500 gr
- Dua minggu post partum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas
simpisis dengan berat urterus 350 gr
- Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil dengan
berat uterus 50 gram
b. Lochea
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri
dan vagina dalam masa nifas. Macam-macam lochea yaitu:
Jenis lochea Waktu Warna Ciri-ciri
Rubra (cruenta) 1-3 hari post- Merah Berisi darah segar
partum dan sisa-sisa
selaput ketuban,
sel-sel desidua,
verniks kaseosa,
lanugo dan
meconium
Sanguinol enta 3-7 hari post- Berwarna Berisi darah dan
partum merah lender
kekuningan
Serosa 7-14 hari post- Merah jambu Cairan serum,
partum kemudian jaringan desidua,
kuning leukosit dan
eritrosit.
Alba 2 minggu post- Berwarna Cairan berwarna
14

partum Putih putih seperti krim


terdiri dari leukosit
dan sel-sel desidua.
Purulenta Terjadi infeksi dan keluar cairan
seperti nanah berbau busuk
Lochea Statis Lochea tidak lancar keluarnya

c. Serviks
Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendur,
terkulai dan berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus
uteri berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga
perbatasan antara korpus dan serviks uteri berbentuk cincin. Warna
serviks merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah.
Segera setelah bayi lahir, tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan
2-3 jari dan setelah 1 minggu hanya 1 jari saja yang dapat masuk.
Namun demikian, selesai involusi, ostium eksternum tidak sama
seperti sebelum hamil. (Rukiyah, dkk, 2011)
d. Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan
yang sangat besar salama proses melahirkan bayi dan dalam beberapa
hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada
dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali
kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara
berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi
lebih menonjol. (Walyani, 2015)
e. Payudara
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi
terjadi secara alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme
fisiologis yaitu produksi susu dan sekresi susu (let down). Selama
sembilan bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh menyiapkan
fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi baru lahir.
Setelah melahirkan, ketika hormon yang dihasilkan plasenta tidak
ada lagi untuk menghambat kelenjar pituitary akan mengeluarkan
prolaktin (hormon laktogenik). Ketika bayi menghisap puting, refleks
saraf merangsang lobus posterior pituitary untuk menyekresi hormon
oksitosin. Oksitosin merangsang reflek let down (mengalirkan),
sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus aktiferus payudara
ke duktus yang terdapat pada puting. Ketika ASI dialirkan karena
isapan bayi atau dengan dipompa sel-sel acini terangsang untuk
menghasilkan ASI lebih banyak. (Saleha, 2013)
15

3. Perubahan sistem pencernaan


Setelah kelahiran plasenta, maka terjadi pula penurunan produksi
progesteron. Sehingga hal ini dapat menyebabkan heartburn dan
konstipasi terutama dalam beberapa hari pertama. Kemungkinan terjadi
hal ini karena kurangnya keseimbangan cairan selama persalinan dan
adanya reflek hambatan defekasi dikarenakan adanya rasa nyeri pada
perineum karena adanya luka episiotomi. (Bahiyatun, 2016)
4. Perubahan sistem perkemihan
Diuresis dapat terjadi setelah 2-3 hari postpartum. Diuresis terjadi
karena saluran urinaria mengalami dilatasi. Kondisi ini akan kembali
normal setelah 4 minggu postpartum. Pada awal postpartum, kandung
kemih mengalami odema, kongesti dan hipotonik. Hal ini disebabkan
oleh adanya overdistensi pada saat kala dua persalinan dan pengeluaran
urine yang tertahan selama proses persalinan. Sumbatan pada uretra
disebabkan oleh adanya trauma saat persalinan berlangsung dan trauma
ini dapat berkurang setelah 24 jam post partum. (Bahiyatun, 2016)
5. Perubahan tanda-tanda vital
Perubahan tanda-tanda vital terdiri dari beberapa menurut
Nurjanah, dkk, (2013) yaitu:
a. Suhu Badan
Satu hari (24 jam) post partum suhu badan akan naik sedikit
(37,5oC-38oC) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan,
kehilangan cairan (dehidrasi) dan kelelahan karena adanya
bendungan vaskuler dan limfatik. Apabila keadaan normal suhu
badan menjadi biasa. Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik lagi
karena adanya pembentukan ASI, payudara menjadi bengkak,
berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun
kemungkinan adanya infeksi endometrium, mastitis, tractus genetalis
atau sistem lain.
b. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa antara 60-80 x/menit
atau 50-70 x/menit. Sesudah melahirkan biasanya denyut nadi akan
lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100 x/menit, harus waspada
kemungkinan infeksi atau perdarahan post partum.
c. Tekanan Darah
Tekanan darah meningkat pada persalinan 15 mmHg pada
systole dan 10 mmHg pada diastole. Biasanya setelah bersalin tidak
berubah (normal), kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah
ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada
16

post partum dapat menandakan terjadinya preeklamsi pada masa post


partum.
d. Pernapasan
Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan
suhu dan denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal, pernapasan
juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada
saluran napas contohnya penyakit asma. Bila pernapasan pada masa
post partum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.
6. Perubahan sistem kardiovaskular
Curah jantung meningkat selama persalinan dan berlangsung
sampai kala tiga ketika volume darah uterus dikeluarkan. Penurunan
terjadi pada beberapa hari pertama post partum dan akan kembali
normal pada akhir minggu ke-3 post partum. (Bahiyatun, 2016)

D. Tanda Bahaya Nifas


Tanda bahaya nifas menurut Wulandari (2011):
1. Perdarahan pervaginam: kehilangan darah sebanyak 500 cc atau lebih
dari traktus genetalia setelah melahirkan.
2. Infeksi nifas: nyeri pelvic, demam 38,50C atau lebih, rabas vagina
yang abnormal, rabas vagina yang berbau busuk, keterlambatan
dalam penurunan uterus.
3. Kelainan payudara: bendungan air susu (payudara keras berbenjol-
benjol), mastitis (menggigil, suhu tubuh meningkat, payudara keras
kemerahan dan nyeri).
4. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama
5. Rasa sakit, merah, lunak dan pembengkakan di kaki
6. Merasa sedih dan tidak mampu mengasuh bayinya dan dirinya sendiri
7. Sakit kepala, nyeri epigastrik dan penglihatan kabur
8. Pembengkakan di wajah atau ekstermitas
9. Demam, muntah dan nyeri saat berkemih

E. Penatalaksanaan Masa Nifas


Penatalaksaan Menurut Marmi (2012), masa nifas paling sedikit
empat kali kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk:
1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya
gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.
3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa
nifas
4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul yang mengganggu
17

kesehatan ibu maupun bayinya.


Berikut ini merupakan aturan waktu dan bentuk asuhan yang wajib
diberikan sewaktu melakukan kunjungan masa nifas Tahapan kunjungan
masa nifas antara lain:
1. Kunjungan I (6-8 jam post partum).
a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
b. Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta
melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut.
c. Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara
mencegah perdarahan yang disebabkan oleh atonia uteri.
d. Pemberian ASI awal.
e. Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru
lahir.
f. Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.
g. Setelah bidan menolong persalinan, maka bidan harus menjaga ibu
dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau setelah
keadaan ibu dan bayi baru lahir baik. (Marmi, 2012)
2. Kunjungan II (6 hari post partum)
a. Memastikan involusi uterus berjalan dengan baik dan normal,
uterus berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri (TFU) di
bawah umbilikus dan tidak ada perdarahan abnormal.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan.
c. Memastikan ibu mendapatkan istirahat yang cukup.
d. Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup cairan.
e. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada
tanda- tanda kesulitan menyusui.
f. Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir (Marmi,
2012)
3. Kunjungan III (2 minggu post partum).
Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang
diberikan pada kunjungan 6 hari post partum. (Marmi, 2012)
4. Kunjungan IV (6 minggu post partum).
a. Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas.
b. Memberikan konseling keluarga berencana (KB) secara dini.
(Marmi, 2012).
18

2.1.2 Konsep Dasar Neonatus


A. Pengertian
Neonatus adalah bayi segera dilahirkan sampai dengan usia 4
minggu (Manuaba, 2010).
Neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru
saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan
penyesuaian diri dari kehidupan-kehidupan intrauterin ke kehidupan
ekstrauterin (Dewi, 2011).
B. Tanda Neonatus Normal
Neonatus mempunyai ciri-ciri berat badan lahir 2500-4000 gram,
umur kehamilan 37-40 minggu, bayi segera menangis, bergerak aktif,
kulit kemerahan, menghisap ASI dengan baik dan tidak ada cacat bawan
(Kementrian Kesehatan RI, 2010).
Tanda-tanda neonatus normal adalah appearance color (warna
kulit) seluruh tubuh kemerahan, pulse (denyut jantung) >100 x/menit,
grimace (reaksi terhadap rangsangan) menangis/batuk/bersin, activity
(tonus otot) gerakan aktif, respiration (usaha nafas) bayi menangis kuat.
(Mochtar 1998 dalam Rukiyah 2012).
Kehangatan tidak terlalu panas (lebih dari 380C) atau terlalu
dingin (kurang dari 360C), warna kuning pada kulit (tidak pada
konjungtiva), terjadi pada hari ke-2 sampai ke-3 tidak biru, pucat, memar.
Pada saat diberi makan, hisapan kuat, tidak mengantuk berlebihan, tidak
muntah. Tidak juga terlihat tanda-tanda infeksi seperti tali pusat merah,
bengkak, keluar cairan, berbau busuk, berdarah. Dapat berkemih selama
24 jam, tinja lembek, sering hijau tua, tidak ada lendir atau darah pada
tinja, bayi tidak menggigil atau tangisan kuat, dan tidak terdapat tanda:
lemas, mengantuk, lunglai, kejangkejang halus tidak bisa tenang,
menangis terus- menerus (Prawirohardjo 2002 dalam Rukiyah 2012).

C. Asuhan Kebidanan Neonatus


Asuhan yang dapat diberikan pada neonatus menurut Saifuddin
(2009), antara lain :
1. Penanganan Bayi Baru Lahir
a. Membersihkan jalan nafas
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir.
Apabila bayi lahir tidak langsung menangis, penolong segera
membersihkan dengan cara:
- Letakkan bayi pada posisi terlentang ditempat yang keras dan
hangat
- Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga
19

leher bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala
diatur lurus sedikit tengadah ke belakang.
- Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan
jari tangan yang dibungkus kasa steril
- Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok
kulit bayi dengan kain kering dan kasar Kekurangan zat asam
pada BBL dapat menyebabkan kerusakan otak. Membersihkan
jalan napas berguna agar tidak menyebabkan aspirasi lendir ke
dalam paru-paru.
b. Memotong dan merawat tali pusat
- Klemlah tali pusat dengan 2 buah klem, pada titik kurang lebih
2-3 cm dari pangkal pusat bayi (tinggalkan kurang lebih 1 cm
diantara klem)
- Potonglah tali pusat diantara kedua klem sambil melindungi
bayi dari gunting dengan tangan kiri
- Pertahankan kebersihan saat memotong talai pusat,
memotong tali pusat dengan gunting steril
- Periksa tali pusat setiap 15 menit. Bila masih ada perdarahan,
lakukan pengikatan ulang yang lebih ketat
c. Perawatan Mata
Obat salep mata eritromisin 0,5% atau 1% digunakan untuk
pencegahan penyakit mata karena infeksi bakteri. Salep mata ini
diberikan pada jam pertama setelah persalinan.
d. Berikan vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena kekurangan
vitamin K perlu diberikan dengan dosis 0,5 – 1 mg per IM.
e. Identifikasi bayi
Pada tempat persalinan yang mungkin lebih dari satu
persalinan diperlukan alat pengenal kepada setiap bayi baru lahir
sampai bayi dipulangkan.
f. Jaga bayi agar tetap hangat
g. Menyusui bayi secara on demand
Menyusui bayi secara on demand adalah memberikan ASI
tanpa jadwal/jika bayi menginginkan. Bayi dapat mengukur rasa
laparnya sendiri, sehingga pada saat yang tepat dapat menerima
ASI. Manfaat pemberian ASI secara on demand adalah
perkembangan dan pertumbuhan bayi lebih baik, proses involusi
uteri berjalan lebih cepat, menurunkan kejadian kanker payudara,
menurunkan kejadian diare pada bayi yang mendapatkan asupan
ASI yang rendah serta dapat sebagai metode KB dalam waktu
20

singkat (Metode Amenore Laktasi) (Manuaba, 2007).


h. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Manfaat IMD bagi bayi adalah membantu stabilisasi
pernafasan bayi, mengendalikan suhu tubuh yang baik
dibandingkan dengan inkubator, menjaga kolonisasi kuman
yang aman untuk bayi dan mencegah infeksi nosocomial.
Kontak kulit dengan kulit juga membuat bayi lebih tenang
sehingga didapatkan pola tidur yang baik. Dengan demikian,
berat badan bayi cepat meningkat. Bagi ibu, IMD dapat
mengoptimalkan pengeluaran hormon oksitosin, prolactin, dan
secara psikologis menguatkan ikatan bayi antara ibu dan bayi
(Prawirohardjo, 2011).
D. Kunjungan Neonatus
Standar kunjungan neonatus dilakukan minimal 3 kali yakni sebagai
berikut (Kemenkes, 2010) :
1. Kunjungan neonatus (KN 1) pada 6 jam sampai 48 jam bayi lahir.
2. Kunjungan neonatus kedua (KN 2) pada 3-7 hari bayi lahir
3. Kunjungan neonatus ketiga (KN 3) pada 8-28 hari bayi lahir.
2.2 Managemen Asuhan Kebidanan
1) Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien
melalui anamnesis sebagai langkah pertama.
2) Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien,
hasil laboratorium dan uji diagnostic lain yang dirumuskan dalam data
fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah kedua.
3) Analisa
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi
data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi:
a) Diagnosis atau masalah
b) Antisipasi diagnosis / masalah potensial
c) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi /
kolaborasi dan / atau rujukan sebagai langkah II, III dan IV
4) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,
tindakan segera, tindakan secara komprehensif, penyuluhan,
dukungan, kolaborasi, evaluasi/ follow up dari rujukan.
21

BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

DI PUSKESMAS KONANG

Tanggal Pengkajian : 13 April 2023


Jam : 08.30 WIB.

IDENTITAS PASIEN: IDENTITAS PENANGGUNG


JAWAB:
1. Nama : Ny “L” Nama : Tn.”K”
2. Umur : 26 tahun Umur : 27 tahun
3. Agama : Islam Agama : Islam
4. Pendidikan : SD Pendidikan : SD
5. Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
6. Suku Bangsa : Madura Suku Bangsa : Madura
7. Alamat : Konang Alamat : Konang

I. PENGKAJIAN DATA
1. Keluhan utama : Ibu melahirkan anak kedua tanggal 13 April 2023
jam 08.15 WIB ingin memeriksakan kesehatannya.

2. Riwayat kebidanan:
a) Menstruasi :
- Menarche :14 tahun
- Siklus :28 hari
- Banyaknya : ganti pembelut 3-4x/hr
- Keluhan :dismenorea kadang- kadang
b) Gangguan kesehatan alat reproduksi :
- Keputihan : Tidak ada
- Infeksi : Tidak ada
- Gatal – gatal pada alat kelamin : Tidak ada
- Tumor : Tidak ada
22

c) Riwayat kehamilan persalinan , nifas dan KB yang lalu :

Kehamilan Persalinan Nifas KB


Anak
No UK Penyulit Penolon Tempat BB Penyu Lakt Kompl Alkon Lama
Ke
g Bayi lit asi ikasi

1. 1 39 Tidak Bidan Puskes 3.00 Tdk Ya Tidak Suntik 4 th


mgg ada mas 0 ada sd ada 3 bln
4 Konang 2th
hari

d) Riwayat hamil ini


1. HPHT: 03 Juli 2022
2. HPL : 10 April 2023
3. Keluhan-Keluhanpada
1) Trimester I : Ibu mengatakan mual mutah tapi tidak sampai
menggangguaktivitas
2) TrimesterII: Ibu mengatakan tidak ada keluhan
3) TrimesterIII: Ibu mengatakan sering BAK
4. ANC
1) Trimester I : Ibu periksa kehamilan 2 kali. Umur kehamilan 4
minggu dan 8minggu
2) Trimester II : Ibu periksa kehamilan 2 kali. Umur kehamilan 12
minggu, dan 20 minggu
3) Trimester III : Ibu periksa kehamilan 3 kali. Umur kehamilan 26
minggu, 30 minggu, 32 minggu, 38minggu
5. Penyuluhan yang pernah didapat
Ibu pernah mendapat penyuluhan tentang tablet Fe dan persiapan
persalinan
6. Imunisasi TT
TT 3 : Ibu mendapat imunisasi TT pada saat umur kehamilan 5 bulan
tanggal 06 Maret 2022
7. Gerakan janin
Ibu sudah mulai merasakan gerakan janin saat usia kehamilan 4
bulan.
e) Riwayat persalinan sekarang :
- Tanggal melahirkan : 13 April 2023
- Jenis Persalinan : Spontan
- Jenis kelamin : Laki-laki
- Jumlah perdarahan :350 cc
23

- Robekan jalan lahir : ada


- Gangguan setelah persalinan : Rasa nyeri pada perineum
- Lama persalinan : 1 jam
- Kondisi plasenta : Utuh
- Tindakan lain yang dilakukan : Tidak ada
- Kondisi bayi lahir :
a. BB : 3100 gram
b. PB :49 cm

c. Cacat bawaan : Tidak ada

- Komplikasi persalinan : Tidak ada


- Kondisi air ketuban : Jernih, pecah saat di pimpin meneran

f) Riwayat Kesehatan :
1. Riwayat penyakit sekarang
Ibu tidak sedang menderita sakit apapun
2. Riwayat penyakit sistemik
Jantung: Ibu tidak pernah nyeri dada sebelah kiri serta tidak mudah
lelah dan tidak pernah keringat dingin saat aktivitas
ringan
Ginjal : Ibu tidak pernah nyeri pada pinggang kanan dan kiri dan
tidak pernah sakit saatBAK
Asma : Ibu tidak pernah sesaknafas

TBC : Ibu tidak pernah batuk lebih dari 2 minggu serta tidak
pernah batukberdarah
Hepatitis: Ibu tidak pernah mengalami sakit kuning pada mata,
kuku, dankulit
DM : Ibu tidak sering lapar, haus, dan BAK pada malamhari
Hipertensi : Ibu tekanan darahnya tidak pernah lebih dari
140/90mmHg
Epilepsi : Ibu tidak pernah kejang sampai mengeluarkan busa
darimulutnya
Lain-lain :Ibu tidak pernah menderita penyakit lain seperti
HIV dan AIDS.
3. Riwayat penyakit keluarga
Di dalam keluarga nya dan keluarga suami tidak ada yang menderita
penyakit menurun (hipertensi, jantung, DM) dan penyakit menular
(HIV, AIDS. HEPATITIS)
4. Riwayat keturunan kembar
Di keluarga nya dan keluarga suami tidak ada yang memiliki
24

keturunan kembar
5. Riwayat operasi
Tidak pernah melakukan operasi apapun.
6. Status perkawinan
- Usia nikah pertama kali : 20 Tahun
- Status pernikahan : Syah
- Lama pernikahan : 6 Tahun
- Ini adalah suami yang ke : 1
7. Pola makan
- Menu : Nasi, sayur, lauk, buah, makanan selingan
- Frekuensi : 3 Kali sehari
- Banyaknya : 1 Porsi
- Pantangan : Tidak ada
8. Pola minum
- Frekuensi : 8 gelas/hari
- Jenis minuman : Air putih
9. Pola istirahat
- Siang : 1-2 jam
- Malam : 6-7 jam
10. Aktivitas sehari – hari : Mengerjakan pekerjaan rumah, dan
merawat bayinya.
11. Personal hygiene
- Mandi : 2 kali/sehari
- Keramas: 1 kali/2 hari
- Ganti baju dan celana dalam : 3 kali/sehari
- Kebersihan kuku : Bersih
12. Keadaan lingkungan :Bersih
- Fasilitas MCK (mandi ,nyuci, kakus) : Ada
- Letak tempat tinggal dekat dengan kandang ternak atau tidak
: Tidak
- Polusi udara : Ada
- Keadaan kamar : Berdebu
13. Respon terhadap kelahiran bayi : Senang
- Respon keluarga terhadap kelahiran bayi : Senang
- Respon ayah terhadap kelahiran bayi : Senang
- Respon ibu terhadap kelahiran bayi : Senang
14. Pengetahuan ibu tentang perawatan bayi :Sudah mengetahui
15. Perencanaan KB : Ada
16. Pengetahuan ibu tentang keadaanya dan perawatannya : Kurang
25

17. Adat istiadat setempat yang berkaitan dengan masa nifas :Tidak
boleh keluar rumah selama 40 hari post partum

B. DATA OBJEKTIF
1) Keadaan umum : Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) Keadaan emasional : Stabil, ibu senang merawat bayinya
4) Tanda – tanda vital
- Tekanan darah : 110/70 MmHg
- Suhu badan (Temp) : 36,5ºC
- Nadi (RR) : 80x/mnt
- Pernafasan (HR) : 20x/mnt
5) Inspeksi :
- Kepala : Rambut hitam, bersih, tidak rontok
- Telinga : bersih, tidak ada serumen, tidak ada gangguan
pendengaran
- Mata : konjungtiva merah muda, sclera tidak icterus.
- Hidung : Bersih, tidak polip, tidak ada pernafasan cuping
hidung
- Mulut : bibir merah muda, lembab, gigi tidak ada caries
- Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada
pembengkakan kelenjar tyroid
- Dada : simetris, putting susu meninjol, ASI sudah keluar
- Perut : striae lividae, linea nigra
- Ekstremitas : tidak oedem, tidak ada varises
- Genetalia dan anus : bersih, lochea sanguilenta, tadak ada
haemoroid
6) Palpasi
- Perut : kontraksi uterus baik, TFU pertengahan pusat-
sympisis, kandung kencing kosong
7) Pemeriksaan penunjang : Tidak dilakukan

II. INTERPRETASI DATA DASAR


26

Tanggal : 18 April 2023


Pukul : 08.45 WIB

a. Diagnosa
P20002 Ab0, post partum hari ke 6 dengan Keadaan umum ibu baik
DS :
- ibu telah melahirkan anak kedua tanggal 13 April 2023, pukul
08.15 WIB

DO :

- Keadaan umum : Baik

- Tekanan darah : 110/70 MmHg


- Suhu badan (Temp) : 36,5ºC
- Nadi (RR) : 80x/mnt
- Pernafasan (HR) : 20x/mnt

- Lochea Sanguilenta
- TFU pertengahan pusat dan simpisis
- Kontraksi uterus baik
- Luka jahitan perineum mulai megering
- Pengeluaran ASI lancar
b. Masalah
Tidak Ada
c. Kebutuhan
HE pada ibu tentang perawatan masa nifas

III. ANTISIPASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL


Tidak ada

IV. TINDAKAN SEGERA


Tidak ada

V. IMPLEMENTASI

Tanggal : 18 April 2023

Pukul : 08.50 WIB

1. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan


Rasional : keadaan normal akan membuat ibu rileks dalam menyusui
bayinya
2. Jelaskan pada ibu tentang :
a. Personal hygiene
Rasional : ibu dapat menjaga kebersihan dirinya
27

b. Nutrisi dan cairan


Rasional : kebutuhan gizi ibu terpenuhi
c. Istirahat :
Rasional :Kondisi ibu akan cepat pulih kembali
3. Jelaskan tanda bahaya nifas
Rasional : Agar ibu dapat mengantisipasi dengan keadaannya
4. Jelaskan tentang perawatan payudara
Rasional : Agar ibu dapat merawat payudaranya dan Bendungan ASI
teratasi.
5. Jelaskan teknik menyusui yang benar
Rasional : Ibu dapat menyusui bayinya dengan benar sehingga bayi dapat
meneteki dan tidak terjadi bendungan ASI
6. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin
Rasional : Karena semakin sering bayi menghisap putting susu ibu,
pengeluaran ASI juga semakin lancar. Hal ini disebabkan hisapan bayi
akan memberikan rangsangan pada hipofisis untuk segera mengeluarkan
hormone oksitosin yang bekerja merangsang otot polos untuk memeras
ASI.
7. Jelaskan cara merawat luka jahitan perineum
Rasional : Perawatan pada luka dapat mencegah perkembangan
mikroorganisme patogen dan dapat mempercepat penyembuhan luka serta
memberikan rasa nyaman pada ibu.
8. Anjurkan ibu untuk melakukan senam nifas
Rasional : Untuk mempercepat proses pemulihan otot-otot rahim pasca
persalinan

VI. INTERVENSI

Tanggal : 18 April 2023

Pukul : 09.00 WIB

1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu saat ini dalam
keadaan baik dan hasil pemeriksaan Normal
2. Menjelaskan pada ibu tentang:
a. Personal Hygiene : Mandi 2x sehari, mengganti pakaian dan pembalut
secara teratur, menjaga kekeringan daerah genetalia agar jahitan cepat
kering dan tidak terjadi infeksi
b. Nutrisi dan Cairan : Mengkonsumsi makanan bergizi, yaitu makanan
yang mengandung gizi seimbang (karbohidrat, lemak, protein, vitamin,
mineral) dalam jumlah yang cukup dan daun katuk.
28

c. Istirahat : pola istirahat yang cukup yaitu 2 jam siang, 8 jam malam atau
tidur saat bayi tidur, karna pola istirahat dapat mempengaruhi produksi
ASI.
3. Menjelaskan tanda bahaya masa nifas
a. Pendarahan per vagina
b. Infeksi masa nifas
c. Sakit kepala, nyeri epigastrik, dan penglihatan kabur
d. Pembengkakan di wajah atau ekstremitas
e. Demam, muntah, rasa sakit waktu berkemih.
f. Bendungan ASI, mastitis, abses payudara
g. Kehilangan nafsu makan untuk jangka waktu yang lama
h. Rasa sakit, merah dan pembengkakan kaki
i. Baby blues atau post partum blues
Hasil : Ibu mengerti tanda bahaya masa nifas
4. Menjelaskan tentang perawatan payudara
a. Pengompresan puting payudara ibu dengan kasa yang dibasahi baby oil
b. Olesi ibu jari dan telunjuk dengan minyak kemudian letakkan ibu jari
pada puting susu ibu, lakukan gerakan memutar kearah dalam
c. Gunakan handuk kasar setiap membersihkan payudara agar otot
payudara menjadi kuat
d. Tuangkan minyak oil pada kedua telapak tangan secukupnya. Kedua
telapak tangan berada diantaranya kedua belah payudara lalu diurut
mulai dari atas kesamping, kebawah dan menuju putting susu dengan
mengangkat payudara perlahan-lahan.
e. Telapak tangan kiri menyokong payudara sebelah kiri dan tangan kanan
dengan sisi kelingking mengurut payudara mulai dari pangkal dada
kearah putting susu,lakukan juga pada payudara sebelah kanan.
f. Telapak tangan kiri menyokong payudara sebelah kiri dan tangan kanan
dengan buku-buku jari mengurut payudara mulai dari pangkal dada
kearah putting susu. Kemudian dengan payudara sebelah kanan.
g. Sokong payudara kiri dengan tangan kiri, kanan dengan tangan yang
berlawanan membuat gerakan memutar sambil menekan dari pangkal
payudara dan berakhir pada putting susu.
h. Kompres payudara dengan waslap dingin selama 5 menit.
i. Bersihkan dan keringkan payudara dengan handuk.
Hasil : Ibu mengerti tentang perawatan payudara
5. Menjelaskan teknik menyusui yang benar
a. Ibu duduk dengan telapak kaki menapak lurus
b. Bayi digendong sejajar dengan payudara dengan satu lengan, kepala
bayi pada lengkung siku dan bokong di telapak tangan ibu
29

c. Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan


d. Badan bayi dimiringkan ke arah payudara
e. Memegang payudara dengan ibu jari berada di atas dan 4 jari yang lain
menyangga panyudara
f. Mengoleskan sedikit ASI pada puting susu, areola dan sekitarnya.
Rangsang bayi membuka mulut dengan cara menyentuh pipinya
dengan puting susu, kemudian memasukkan puting susu dan areola ke
mulut bayi
g. Cara melepas puting susu yaitu dengan menekan dagu bayi kebawah
h. Jangan lupa sendawakan bayi dengan menggendong bayi di pundak
ibu, kemudian punggungnya ditepuk agar tidak gumoh
i. Untuk menyusui berikutnya mulailah dari payudara yang terakhir
disusukan
Hasil : Ibu mengerti teknik menyusui yang benar
6. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin
Hasil : Ibu bersedia menyusui bayinya sesering mungkin
7. Menjelaskan cara perawatan luka jahitan perineum
a. Lepas semua pembalut dan cebok dari arah depan ke belakang
b. Washlap dibasahi dan buat busa sabun lalu gosokkan perlahan
washlap yang sudah ada busa sabun tersebut ke seluruh lokasi luka
jahitan. Jangan takut dengan rasa nyeri, bila tidak dibersihkan dengan
benar maka darah kotor akan menempel pada luka jahitan dan menjadi
tempat kuman berkembang biak.
c. Bilas dengan air hangat dan ulangi sekali lagi sampai yakin bahwa
luka benar – benar bersih. Bila perlu lihat dengan cermin kecil.
d. Setelah luka bersih boleh berendam dalam air hangat dengan
menggunakan tempat rendam khusus. Atau bila tidak bisa melakukan
perendaman dengan air hangat cukup di siram dengan air hangat.
e. Kenakan pembalut baru yang bersih dan nyaman dan celana dalam
yang bersih dari bahan katun. Jangan mengenakan celana dalam yang
bisa menimbulkan reaksi alergi.
f. Segera mengganti pembalut jika terasa darah penuh, semakin bersih
luka jahitan maka akan semakin cepat sembuh dan kering.
g. Konsumsi makanan bergizi dan berprotein tinggi agar luka jahitan
cepat sembuh. Makanan berprotein ini bisa diperoleh dari telur, ikan,
ayam dan daging, tahu, tempe. Jangan pantang makanan, ibu boleh
makan semua makanan kecuali bila ada riwayat alergi.
h. Luka tidak perlu dikompres obat antiseptik cair tanpa seizin dokter
atau bidan.
Hasil : Ibu sudah mengerti tentang perawatan luka perineum
30

8. Menganjurkan ibu untuk melakukan senam nifas :


Hari pertama
a. Latihan pernafasan iga-iga
Sikap : Tidur terlentang dengan satu bantal kecil dibawah lutut
Caranya : Berbaring dengan lutut ditekuk, letakkan tangan diatas perut
dibawah area iga-iga, tarik nafas melalui hidung, keluarkan melalui
mulut. Keluarkan sebanyak 15 kali
b. Latihan pergelangan kaki
- Gerakan dorso fleksi dan plantar fleksi
Caranya : Tidur terlentang, tangan disamping, luruskan kedua kaki
dengan lutut bagian belakang menekan kasur dehingga betis dan lutut
bagian belakang terasa tertarik. Tundukkan kedua telapak kaki
bersama jari-jarinya. Lakukan sebanyak 15 kali.
- Gerakakn sirkumduksi
Caranya : Tidur terlentang, kedua telapak kaki digerakkan kebawah,
buka kesamping kemudian tegakkan kembali kedua telapak kaki,
dibuka dari atas kesamping, turunkan, hadeapkan kembali. Lakukan
sebanyak 15 kali.
- Gerakan inversi
Caranya : Tidur terlentang, hadapkan kedua telapak kaki satu sama
lain lalu lakukan gerakan kaki kebawah, buka kesamping. Lakukan
sebanyak 15 kali.
c. Latihan kontraksi otot perut dan otot bokong secara ringan.
Caranya : Tidur terlentang, kedua tangan disamping badan, tundukkan
kepala, kerutkan otot bokong lalu lepaskan perlahan. Lakukan
sebanyak 15 kali.
Hari kedua
Ulangi gerakan pertama, kemudian :
1. Latihan otot perut
Caranya : Tidur terlentang dengan 1 bantal. Letakkan kedua tangan
di samping badan dan kedua kaki lurus. Angkat kepala sehingga
dagu menempel di dada sambil menarik nafas perlahan, tahan
kembali. Ulangi sebanyak 6 kali.
2. Latihan otot kaki
Caranya : Tidur terlentang dengan 1 bantal, letakkan tangan
disamping badan dan kedua kaki lurus. Kaki ditekuk perlahan-
lahan lalu dikembalikan seperti semula. Lakukan sebanyak 5 kali.
3. Latihan menguatkan otot dada
Caranya : duduk atau berdiri dengan kedua tangan saling
berpegangan pada lengan bawah dekat siku. Badan lengan atas
31

membentuk sudut 90º. Kedua tangan mendorong lengan keaarah


siku tanpa menggeser telapak tangan sampai otot terasa tertarik
kemudian lepasakan. Lakukan sebanyak 45 kali.
Hari ketiga
Ulangi gerakan pertama dan kedua, kemudian :
1. Latihan untuk mengembalikan Rahim pada bentuk semula.
Caranya : tidur tengkurap pada 2 bantal menyangga perut
bagian bawah, 1 bantal kecil menyangga punggung kaki.
Kepala menoleh kesamping kiri/kanan tangan diletakkan di
bantal dengan sikut sedikit dibengkokkan. Pertahankan sikap
ini, mula-mula selam 5 menit sampai 20 menit, lakukan
latihan ini sampai ibu merasa tidak mual lagi.
2. Latihan menguatkan otot perut
Caranya : tidur telentang dengan kedua tangan diangkat
diletakkan diatas kepala. Kedua tangan diayun ke depan
sambil mengangkat kepala dan bahu atau seperti gerakan sit
up. Lakukan sebanyak 6 kali.
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia melakukannnya
VII. EVALUASI

Tanggal : 18 April 2023

Pukul : 09.00 WIB

- Ibu mengerti dan memahami yang dijelaskan oleh bidan


- Ibu bersedia melakukan yang dianjurkan oleh bidan
- Ibu akan control saat kunjungan ulang 2 minggu atau sewaktu-waktu
jika terdapat keluhan atau tanda bahaya pada ibu
32

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian data subjektif dan objektif Ny”L”
berada dalam masa nifas yang sehat . Dalam masa nifas , istirahat ,
relaksasi dan personal hygiene sangatlah di anjurkan untuk mengurangi
keluhan-keluhan yang dirasakan. Disamping itu konsumsi nutrisi/gisi
seimbang sangatlah diperlukan untuk produksi ASI dan mempercepat
pemulihan kesehatannya.
4.2 Saran
1. Untuk Klien
a. Diharapkan pada setiap ibu nifas agar mengkomsumsi makanan
yang bergizi karena makanan yang bergizi akan memenuhi
kebutuhan energi, juga untuk mempecepat proses penyembuhan dan
pengembalian alat reproduksi mendekati keadaan sebelum hamil
serta untuk memperbanyak produksi ASI.
b. Diharapkan pada setiap ibu nifas agar senantiasa menjaga
kebersihan dirinya terutama daerah genitalia utnuk mencegah
terjadinya infeksi pada diri ibu.
c. Diperlukan keterlibatan suami/keluarga dalam perawatan untuk
meningkatkan hubungan yang lebih erat antara pasien dengan
bayinya demi menambah pengetahuan dan bimbingan sebagai
kelanjutan perawatan dirumah
2. Untuk Bidan
a. Sebagai petugas kesehatan khususnya seorang bidan diharapkan
senantiasa berupaya untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan yang lebih
professional berdasarkan manajemen kebidanan sebagai
pertanggung jawaban apabila ada gugatan.
b. Sebagai petugas kesehatan khususnya seorang bidan diharapkan
senantiasa berupaya untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan yang lebih
professional berdasarkan manajemen kebidanan sebagai
pertanggung jawaban apabila adagugatan.
c. Dalam melaksanakan tugas sebagai bidan harus sepengetahuan dan
mendapat persetujuan dariklien.
d. Diharapkan bidan dalam memberikan asuhan kepada klien
menerapkan manajemen kebidanan serta pendokumentasian asuhan
sebagai pertanggung jawaban apabila adagugatan.
33

3. Dalam pandangan islam dalam memberikan asuhan kepada klien harus


menerapkan kaidah agama di dalamnya agar klien dapat mengerti
tentang larangan dalam melakukan hubungan badan antara suami istri
apabila dalam keadaan haid atau nifas.
34

DAFTAR PUSTAKA

Wulandari,D. “Asuhan Kebidanan Nifas”. 2009. Jogjakarta : Mitra


Cendikia. Wiknjosastro,H. “Ilmu Kebidanan”. 2006. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka-SP
Prawihardjo, S. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.
2006. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka-SP
Saifuddin, A. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.
2006. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka-SP
Saleha S. 2009. “Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas”. Salemba Medika.
Jakarta. Salma, dkk. 2006. “Asuhan Kebidanan Antenatal”. Buku
Kedokteran. Jakarta.
Mochtar, Rustam. 2004. Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.
JNPK-KR. 2008. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal, Buku Acuan.
Ed.4 revisi. Jakarta: Jaringan Nasional Pelatihan Klinik-Kesehatan
Reroduksi.
Varney, H. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. 2007. Jakarta : EGC.
Dinkes Propinsi Sulawesi Selatan tahun 2010, online. Diakses tanggal 26
Februari 2011.
Cunnigham F, Gary, et al. 2005. “Masa Nifas “, Obstetri Willia
ms, edisi 21, EGC,
Jakarta, hal 447,459,467 (http://blogspot.com/2010/12/kematian-
maternal.html)
(http://himapid.blogspot.com/2011/03/kematian-maternal.html)

(http://www.anatomipayudara.com)

(http://formasi-fib-ui-org/blog/artikelislam/nifas-dan-hukumnya.html)

Anda mungkin juga menyukai