Teori Input & Output Dari Bab II

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 60

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Manajemen Kesiswaan

a. Pengertian manajemen kesiswaan

Manajemen kesiswaan merupakan salah satu bidang operasional

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Manajemen kesiswaan adalah

seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja

serta pembinaan secara kontinu terhadap seluruh peserta didik (dalam

lembaga pendidikan bersangkutan) agar dapat mengikuti proses belajar

mengajar dengan efektif dan efisien. Oleh sebab itu, manajemen kesiswaan

bukan hanya berbentuk pencatatan data peserta didik tersebut dari suatu

sekolah, melainkan aspek yang lebih luas yang secara operasional dapat

membantu upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui

proses pendidikan di sekolah.1

Manajemen secara etimologi berasal dari bahasa Inggris yaitu dari

kata kerja to manage yang artinya mengurus, mengatur, menggerakkan

dan mengelola.2 Manajemen diartikan suatu proses yang direncanakan

untuk menjamin kerja sama, partisipasi dan keterlibatan sejumlah orang

1
Sri Minarti, Manajemen Sekolah: Mengelola Lembaga Pendidikan Secara Mandiri,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hal. 155
2
John M. Echol dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia,
1996), hal. 372

12
13

dalam mencapai sasaran dan tujuan tertentu yang ditetapkan secara efektif.

Manajamen mengandung unsur bimbingan, pengarahan, dan pengarahan

sekelompok orang terhadap pencapaian sasaran umum. Sebagai proses

sosial, manajemen meletakkan fungsinya pada interaksi orang-orang, baik

yang berada dibawah maupun berada di atas posisi operasional seseorang

dalam suatu organisasi.3

Manajemen kesiswaan menunjuk kepada pekerjaan-pekerjaan atau

kegiatan-kegiatan pencatatan peserta didik semenjak dari proses

penerimaan sampai saat peserta didik meninggalkan sekolah karena sudah

tamat mengikuti pendidikan pada sekolah itu.4 Semua anak yang sudah

terdaftar di sekolah secara otomatis menjadi tanggung jawab sekolah.

Mereka perlu diurus, diatur, diadministrasikan, sehingga cukup mendapat

perlakuan sebagaimana yang diharapkan oleh orang tua wali yang

mengirimkannya ke sekolah, agar dapat mengembangkan karakter dari

anaknya. Dan proses mendaftar, mencatat, menempatkan, melaporkan dan

kegiatan yang berhubungan dengan peserta didik inilah yang disebut

dengan pengelolaan siswa atau manajemen kesiswaan.5 Dalam manajemen

kesiswaan ada tujuan, fungsi dan prinsip yang harus dipenuhi.

3
Soebagio Admodiwirio, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: PT Arda Dizya Jaya,
2000), hal. 5
4
Suryosubroto, Manajemen Pendidikan Di Sekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), hal.
74
5
Ibrahim Bafadal, Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar, (Jakarta : PT. Bumi
Aksara, 2002), hal. 12
14

Manajemen kesiswaan merupakan suatu penataan atau pengaturan

segala aktivitas yang berkaitan dengan peserta didik, yaitu mulai dari

masuknya peserta didik sampai dengan keluarnya peserta didik tersebut

dari suatu sekolah atau lembaga. Jadi jelaslah, yang diatur adalah peserta

didiknya. Bahkan ada yang mendefinisikan manajemen kesiswaan adalah

suatu keseluruhan proses penyelenggaraan usaha kerja sama dalam bidang

kesiswaan dalam rangka pencapaian tujuan-tujuan pendidikan di sekolah.

Tujuan pengelolaan kesiswaan yaitu mengatur kegiatan-kegiatan dalam

bidang kesiswaan agar proses belajar mengajar di sekolah dapat berjalan

lancar, tertib, dan teratur, tercapai apa yang menjadi tujuan-tujuan

pendidikan di sekolah.

Dari penjelasan tersebut, terlihat bahwa manajemen kesiswaan

adalah suatu usaha untuk melakukan pengelolaan peserta didik mulai dari

peserta didik masuk sampai dengan keluar, bahkan pelayanan peserta didik

demi kelangsungan dan peningkatan mutu sehingga lembaga pendidikan

tersebut dapat berjalan dengan teratur, terarah, dan terkontrol dengan baik.

Tanpa adanya usaha perbaikan dan pengelolaan dari lembaga pendidikan,

sulit kiranya dapat menghasilkan sumber daya yang mempunyai potensi

yang tinggi dan berdaya guna, yaitu peserta didik (siswa). 6

6
Sri Minarti, Manajemen Sekolah: Mengelola Lembaga Pendidikan Secara Mandiri,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hal. 158-159
15

Kesiswaan berasal dari kata dasar siswa dalam kamus Bahasa

Indonesia berarti murid, kesiswaan7 yang mendapat imbuhan ke-an yang

berarti segala sesuatu yang menyangkut dengan peserta didik atau yang

lebih populer dengan siswa. Secara etimologi, peserta didik adalah siapa

saja yang terdaftar sebagai objek didik di suatu lembaga pendidikan.8

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003

peserta didik adalah anggota masyarakat yang mengembangkan potensi

diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan

jenis pendidikan tertentu.9

Dalam dunia pendidikan peserta didik sering disebut dengan anak

didik. Peserta didik adalah mereka yang sedang mengikuti program

pendidikan pada suatu sekolah atau jenjang pendidikan tertentu.10 Anak

didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau

sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pembelajaran.11 Peserta

didik merupakan salah satu sub-item yang penting dalam sistem

manajemen pendidikan di sekolah.12

7
JS. Badudu dan Sutan M. Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1994), hal. 1338
8
Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa (Jakarta: Rajawali, 1986), hal. 11
9
Pemerintah RI, Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dan Peraturan Pemerintah,…, hal. 3
10
Ali Imron, Manajemen Siswa Berbasis Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hal. 6
11
Syaiful Bahari Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaktif Edukatif, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2000), hal. 53
12
Ibrahim Bafadal, Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2003), hal. 9
16

Dengan beberapa pengertian diatas manajemen kesiswaan dapat

diartikan pengelolaan peserta didik mulai dari peserta didik masuk sekolah

sampai lulusnya peserta didik dari suatu sekolah, pelayanan peserta didik

di dalamnya terdapat perencanaan, penerimaan, pembinaan, dan

pengawasan peserta didik baik di dalam maupun di luar kelas. Peserta

didik di bina dan diarahkan agar peserta didik mampu dalam menghadapi

tantangan di masa depan nanti. Dalam pengelolaan peserta didik, mereka

juga menyiapkan wadah dalam mengembangkan kemampuan dan bakat

minat peserta didik sehingga nanti peserta didik setelah lulus memiliki

potensi tinggi dan berguna bagi bangsa dan Negara.

b. Tujuan Manajemen Kesiswaan

Tujuan umum manajemen kesiswaan adalah untuk mengatur

kegiatan-kegiatan peserta didik agar kegiatan-kegiatan tersebut

menunjang proses belajar mengajar di sekolah. Hal ini diharapkan agar

proses belajar mengajar di sekolah dapat berjalan lancar, tertib dan teratur

sehingga dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan sekolah

secara keseluruhan.13 Tujuan Khusus manajemen kesiswaan adalah

sebagai berikut.

a. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan psikomotorik peserta

didik.

13
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya Media, 2008), hal. 57
17

b. Menyalurkan dan mengembangkan kemampuan umum (kecerdasan),

bakat dan minat peserta didik.

c. Menyalurkan aspirasi, harapan dan memenuhi kebutuhan peserta didik.

d. Dengan terpenuhinya 1, 2, dan 3 di atas diharapkan peserta didik dapat

mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang lebih lanjut dapat

belajar dengan baik dan tercapai cita-cita mereka.14

Hal yang paling urgen pada manajemen kesiswaan adalah tujuan

yang hendak dicapai. Manajemen kesiswaan bertujuan untuk mengatur

berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di

sekolah dapat berjalan lancar, tertib, teratur, serta dapat mencapai tujuan

pendidikan sekolah. Untuk mewujudkan tujuan sekolah tersebut,

manajemen kesiswaan meliputi empat kegiatan, yaitu penerimaan peserta

didik baru, kegiatan kemajuan belajar, bimbingan, dan pembinaan disiplin

serta monitoring.

Manajemen kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan

dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah dapat

berjalan lancar, tertib, teratur, serta mencapai tujuan pendidikan sekolah.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut, bidang manajemen kesiswaan

sedikitnya memiliki tiga tugas utama yang harus diperhatikan, yaitu

14
Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2012), hal. 12
18

penerimaan siswa baru, kegiatan kemajuan belajar (pengeloaan proses

pembelajaran), serta bimbingan dan pembinaan disiplin. 15

Hadari Nawawi dalam Mujamil Qomar mengemukakan manajemen

kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai bidang kesiswaan agar

kegiatan pembelajaran dapat berjalan lancar, tertib, teratur serta mampu


16
mencapai tujuan pendidikan sekolah. Dalam konteks ini, para tenaga

pendidikan sekolah seperti kepala sekolah dan guru masing-masing

terlibat dalam kegiatan manjemen kesiswaan pada lembaga mereka

mengabdi. Keterlibatan mereka berbeda-beda sesuai dengan peran dan

tugasnya serta keterampilan masing-masing.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan

bahwa tujuan manajemen kesiswaan adalah mengatur seluruh kegiatan-

kegiatan peserta didik dari mulai penerimaan atau perekrutan, pembinaan,

mengikuti pembelajaran sampai peserta didik lulus agar kegiatan dapat

menunjang proses pembelajaran di lembaga pendidikan (sekolah).

Sehingga, nanti peserta didik dapat memberikan kontribusi untuk

peningkatan kualitas output sekolah. Melalui kegiatan manajemen

kesiswaan pula, diharapkan sekolah mampu membimbing dan

mengarahkan peserta didik pada pembelajaran yang dasarnya setiap

individu peserta didik berbeda-beda sikap dan kemampuannya.

15
Sri Minarti, Manajemen Sekolah: Mengelola Lembaga Pendidikan,…, hal. 156, 159
16
Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam: Strategi Baru Pengelolaan Lembaga
Pendidikan Islam,( Jakarta: Erlangga, 2007), hal. 142
19

c. Fungsi Manajemen Kesiswaan

Fungsi manajemen kesiswaan secara umum adalah sebagai wahana

bagi peserta didik untuk mengembangkan diri seoptimal mungkin, baik

yang berkenaan dengan segi-segi individualitasnya, segi sosialnya, segi

kebutuhannya dan segi-segi potensi peserta didik lainnya. Fungsi

manajemen kesiswaan secara khusus dirumuskan sebagai berikut:

a. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan individualitas siswa

ialah agar mereka dapat mengembangkan potensi-potensi

individualitasnya tanpa banyak terhambat.

b. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan fungsi sosial peserta

didik ialah agar peserta didik dapat mengadakan sosialisasi dengan

sebayanya, dengan orang tua dan keluarganya, dengan lingkungan

sosial sekolahnya dan lingkungan sosial masyarakatnya. Fungsi ini

berkaitan dengan hakekat peserta didik sebagai makhluk sosial.

c. Fungsi yang berkenaan dengan penyaluran aspirasi dan harapan peserta

didik ialah agar peserta didik tersalur hobi, kesenangan dan minatnya.

Hobi, kesenangan dan minat peserta didik demikian patut disalurkan,

oleh karena ia juga dapat menunjang terhadap perkembangan diri

peserta didik secara keseluruhan.

d. Fungsi yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan dan

kesejahteraan peserta didik ialah agar peserta didik sejahtera dalam


20

hidupnya. Kesejahteraan demikian sangat penting karena dengan

demikian ia akan juga turut memikirkan kesejahteraan sebayanya. 17

d. Prinsip-prinsip Manajemen Kesiswaan

Tujuan dan fungsi manajemen kesiswaan bisa tercapai jika dalam

pelaksanaannya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :

a. Dalam mengembangkan program manajemen kesiswaan,

penyelenggaraan harus mengacu pada peraturan yang berlaku pada saat

program dilaksanakan.

b. Manajemen kesiswaan dipandang sebagai bagian keseluruhan

manajemen sekolah. Oleh karena itu ia harus mempunyai tujuan yang

sama dan atau mendukung terhadap manajemen sekolah secara

keseluruhan.

c. Segala bentuk kegiatan manajemen haruslah mengembangkan misi

pendidikan dan dalam rangka mendidik peserta didik.

d. Kegiatan-kegiatan manajemen kesiswaan haruslah diupayakan untuk

mempersatukan peserta didik yang mempunyai keragaman latar

belakang dan mempunyai banyak perbedaan. Perbedaan-perbedaan

yang ada pada peserta didik tidak diarahkan pada munculnya konflik

diantara mereka melainkan justru untuk mempersatukan, saling

17
Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2012), hal. 13
21

memahami dan saling menghargai sehingga siswa memiliki wahana

untuk berkembang secara optimal.

e. Kegiatan manajemen kesiwaan haruslah dipandang sebagai upaya

pengaturan terhadap pembimbingan peserta didik.

f. Kegiatan manajemen kesiswaan haruslah mendorong dan memacu

kemandirian peserta didik. Prinsip kemandirian peserta didik akan

bermanfaat tidak hanya ketika di sekolah, melainkan ketika sudah

terjun ke masyarakat.18

e. Kegiatan Manajemen Kesiswaan

1. Perencanaan peserta didik

Sebelum melangkah pada penerimaan peserta didik, paling tidak

ada satu langkah yaitu perencanaan kesiswaan. Dalam perencanaan

kesiswaan meliputi hal-hal berikut:

a) Sensus sekolah

Sensus sekolah yaitu pendataan anak-anak yang usianya sudah

memenuhi standar usia anak sekolah. Usia umur sekolah dipakai

sebagai dasar untuk membagi-bagikan daerah penyebaran bagi

pendirian suatu sekolah. Seluruh kegiatan sensus sekolah dapat

difungsikan untuk berbagai hal yaitu menetapkan perlunya

18
Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliani, Manajemen Pendidikan, (Yogyakarta : Aditya
Media, 2008), hal. 58
22

perencanaan jumlah dan lokasi sekolah, menetapkan beberapa batas

daerah penerimaan peserta didik di suatu sekolah, mempersiapkan

fasilitas pengangkutan, memproyeksikan layanan program

pendidikan bagi sekolah yang memerlukan, menata kewajiban

belajar dan undang-undang tenaga kerja bagi anak-anak.19

Menurut Yeager sensus sekolah berarti pencatatan tiap-tiap

peserta didik yang berada pada usia sekolah. Berarti sensus sekolah

adalah suatu aktivitas yang bermaksud mengumpulkan informasi

mengenai anak usia sekolah di suatu daerah (area) tertentu.

Berdasarkan data dari hasil sensus tersebut dapat dipergunakan

untuk merencanakan layanan peserta didik. Fungsi umum sensus

sekolah adalah sebagai dasar pembagian belanja dan sarana untuk

mendapatkan dana bantuan pendidikan. Sedangkan fungsi khusus

sensus sekolah banyak dikemukakan para ahli sesuai dengan sudut

pandang dan latar belakang serta daerah mereka. Salah satu

contohnya menurut Calvin Greader fungsi khusus adalah sebagai

berikut.

1) Penentuan kebutuhan program sekolah

2) Penentuan bidang school attendance

3) Pemberian fasilitas transportasi

19
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar Dan Teknik Supervisi: Dalam Rangka Pengembangan
Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 104-105
23

4) Perencanaan program pendidikan dan melayani kebutuhan-

kebutuhan yang diperlukan

5) Membuat persyaratan kehadiran dan undang-undang kerja bagi

anak

6) Menyediakan fasilitas pendidikan

7) Menganalisis kemajuan daerah sekolah setempat

8) Mengadakan pendaftaran terhadap sekolah privat

9) Mendapatkan informasi dari berbagai macam kesejahteraan

masyarakat, yayasan dan sebagainya. 20

b) Penentuan jumlah peserta didik yang diterima

Berapa jumlah calon peserta didik yang akan diterima di

suatu sekolah sangat bergantung pada jumlah kelas atau fasilitas

tempat duduk yang tersedia. Artinya, jumlah yang akan diterima di

sekolah disesuaikan dengan fasilitas terutama jumlah gedung yang

akan ditempati ketika peserta didik telah diterima di sekolah

tersebut.

Perencanaan peserta didik ini merupakan program awal yang

harus dilakukan oleh lembaga pendidikan dalam rangka untuk

menentukan kegiatan yang berkenaan dengan peserta didik di sekolah

baik ketika mulai masuk sekolah sampai pada program kelulusan

20
Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2012), hal. 30
24

peserta didik. Hal ini mencakup perkiraan kegiatan sekolah yang

berkaitan dengan peserta didik, dengan mengantisipasi apa yang akan

terjadi, tentunya mengambil pertimbangan tentang keadaan di masa

lampau, sekarang dan akan datang.21

Penerimaan peserta didik baru merupakan salah satu kegiatan

yang pertama dilakukan yang biasanya dengan mengadakan seleksi

calon peserta didik. Penerimaan peserta didik baru perlu dikelola

sedemikian rupa mulai dari perencanaan penentuan daya tampung

sekolah Islam atau jumlah peserta didik baru yang akan diterima yaitu

dengan mengurangi daya tampung dengan jumlah anak yang tinggal

kelas atau mengulang. Kegiatan penerimaan peserta didik baru biasanya

dikelola oleh panitia penerimaan siswa baru (PSB) atau panitia

penerimaan murid baru (PMB). Pengelolaan penerimaan peserta didik

baru ini harus dilakukan sedemikian rupa, sehingga kegiatan belajar

mengajar sudah dapat dimulai pada hari pertama setiap tahun ajaran

baru.

Menurut Drs. Ismed Syarief Cs, langkah-langkah penerimaan

peserta didik baru pada garis besarnya adalah sebagai berikut: 22

a) Membentuk panitia penerimaan peserta didik,

21
Sri Minarti, Manajemen Sekolah: Mengelola Lembaga Pendidikan Secara Mandiri,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hal. 160
22
Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam: Konsep, Strategi dan Aplikasi, (Yogyakarta:
TERAS, 2011), hal. 106
25

Panitia penerimaan peserta didik baru terdiri dari kepala

sekolah dan beberapa guru yang ditunjuk untuk mempersiapkan

segala sesuatu yang diperlukan yakni:

1) Syarat-syarat pendaftaran peserta didik baru.

2) Formulir pendaftaran.

3) Pengumuman.

4) Buku pendaftaran.

5) Waktu pendaftaran.

6) Jumlah calon yang diterima.

Seluruh kegiatan penerimaan calon peserta didik baru harus

direncanakan dengan baik dan dibuat jadwalnya. Dalam

penjadwalan ini perlu diperhatikan hari libur sekolah atau hari

minggu agar tidak saling “tabrakan” untuk program pendidikan

untuk kelas-kelas lama.

b) Menentukan syarat pendaftaran calon, 23

Biasanya syarat pendaftaran calon peserta didik baru sudah

diatur oleh Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan yang

berasal dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan bagi sekolah

tingkat SMP/SMA/SMK dan untuk sekolah tingkat MTs/MA

23
Suryosubroto, Manajemen Pendidikan Di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal. 74-
75
26

berpedoman pada ketentuan-ketentuan dari Kantor Kementerian

Agama .

Untuk memperjelas masalah syarat-syarat pendaftaran di

SLTP/SLTA di bawah ini dikemukakan contoh persyaratan yang

dimaksud:

(1) Surat keterangan kelahiran, atau umur;

(2) Surat keterangan kesehatan;

(3) Surat kelakuan baik dari kepala sekolah asal;

(4) Salinan tanda lulus/STTB yang disahkan;

(5) Salinan rapor kelas tertinggi;

(6) Membayar biaya pendaftaran;

(7) Pas foto ukuran 3 x 4 atau 4 x 6 sebanyak yang diperlukan;

(8) Mengisi formulir pendaftaran.

Pada dasarnya tidak ada penolakan dalam hal penerimaan

peserta didik di sekolah negeri maupun swasta, kecuali jika fasilitas

sekolah-sekolah yang bersangkutan tidak mengizinkan. Bila tidak

semua anak dapat ditampung maka sekolah dapat mengadakan

seleksi atau tes masuk. Kedudukan, jabatan, atau penghasilan orang

tua atau wali tidak boleh dijadikan dasar dalam mengadakan

seleksi.

c) Menyediakan formulir pendaftaran,


27

Formulir pendaftaran dimaksud untuk mengetahui identitas

calon dan untuk kepentingan pengisian buku induk sekolah.

Sebuah contoh formulir pendaftaran:

FORMULIR PENDAFTARAN

Sekolah : …………………… No. : …………………

1. Nama calon : ……… Asal Sekolah: ……………

2. Jenis kelamin : ……………………………………

3. Tempat / Tgl. Lahir : ……………………………………

4. Bangsa : ……………………………………

5. Agama : ……………………………………

6. Anak ke : ……………………………………

7. Alamat : ……………………………………

8. Nama orang tua / wali : ……………………………………

9. Pendidikan : ……………………………………

10. Pekerjaan : ……………………………………

11. Alamat pekerjaan : ……………………………………

12. Keterangan lain-lain : ……………………………………

Catatan :

Diterima / ditolak di kelas : ……… ……………….. 2019

Panitia penerima, Yang mendaftarkan,

( ) ( )
28

d) Pengumuman pendaftaran calon,

Hal ini dilakukan setelah segala sesuatunya sudah disiapkan

baik perangkat, peralatan, tenaga panitia pelaksana pendaftaran,

maupun fasilitas yang lain. Pengumuman data melalui media

massa seperti surat kabar dan sebagainya, tetapi dapat juga hanya

menggunakan papan pengumuman di sekolah. Adapun maksud

atau tujuan pengumuman ini ialah agar kesempatan dan syarat

pendaftaran calon peserta didik baru di sekolah tersebut diketahui

oleh masyarakat luas khususnya para orang tua yang

berkepentingan. 24

e) Menyediakan buku pendaftaran,

Buku ini digunakan untuk mencatat para calon yang

mendaftarkan ingin masuk ke sekolah itu. Berdasarkan pencatatan

ini pula calon memperoleh nomor pendaftaran (nomor calon) yang

mungkin disebut sebagai nomor seleksi.

Contoh format buku pendaftaran :

Tabel. 2.1 Format Buku Pendaftaran

No. Nama Tanggal Alamat Asal Keterangan


Lahir Sekolah

24
Suryosubroto, Manajemen Pendidikan,…, hal. 75-76
29

f) Waktu pendaftaran,

Penentuan waktu atau lama pendaftaran calon tergantung

pada kebutuhan. Waktu bisa diperpanjang apabila target belum

terpenuhi, dan sebaliknya mungkin dipersiapkan apabila target

sudah terpenuhi.

g) Penentuan calon yang diterima.

Pada SLTP / SLTA penentuan calon yang diterima di

samping memperhatikan persyaratan pendaftaran dan daya

tampung kelas, biasanya diperhatikan pula hasil seleksi (tes

masuk). Kadang-kadang hasil tes inilah yang merupakan faktor

“kunci” mengingat sifat-sifat khusus yang diperlukan dan dituntut

oleh lembaga pendidikan yang hendak diikuti. Apabila hasil tes

masuk yang hendak dijadikan standar, maka penentuan calon yang

diterima dapat didasarkan pada urutan keberhasilan nilai tes

(system ranking) sampai sebanyak calon yang ditargetkan sesuai

dengan daya tampung kelas.25

2. Pembinaan peserta didik

Dalam pelaksanaan pembinaan peserta didik meliputi hal-hal sebagai

berikut:

a) Bimbingan dan disiplin peserta didik

25
Suryosubroto, Manajemen Pendidikan,…, hal. 78
30

Sekolah sebagai lembaga yang mengembangkan proses

pembelajaran dengan tujuan mengembangkan pengetahuan peserta

didik, kepribadian, aspek sosial emosional, keterampilan-

keterampilan, juga bertanggung jawab memberikan bimbingan dan

bantuan terhadap peserta didik yang bermasalah, baik dalam

belajar, emosional, maupun, sosial sehingga dapat tumbuh dan

berkembang secara optimal sesuai potensi masing-masing. Artinya

tugas sekolah adalah menyiapkan anak-anak untuk kehidupan

masyarakat melalui pembelajaran yang diarahkan untuk mengasah

potensi mereka dengan sikap disiplin.

Dalam rangka meningkatkan disiplin dan rasa tanggung

jawab peserta didik di sekolah, seorang guru harus menyatakan

peraturan dan konsekuensinya bila peerta didik melanggarnya

konsekuensi ini dilakukan secara bertahap, dimulai dari peringatan,

teguran, memberi tanda cek, disuruh menghadap kepala sekolah,

dan atau dilaporkan kepada orang tuanya tentang pelanggaran yang

dilakukannya di sekolah.

b) Pendataan kemajuan belajar peserta didik

Keberhasilan kemajuan untuk prestasi belajar para peserta

didik memerlukan data yang autentik, terpercaya dan memiliki

keabsahan. Data ini diperlukan untuk mengetahui dan mengontrol

keberhasilan atau prestasi oleh kepala sekolah sebagai manajer


31

pendidikan di sekolah. Kemajuan belajar peserta didik secara

periodik harus dilaporkan kepada orang tua sebagai masukan untuk

berprestasi dalam proses pendidikan dan membimbing anaknya

dalam belajar baik di rumah maupun di sekolah.26

c) Pencatatan dan pelaporan

Pencatatan dan pelaporan peserta didik disebuah lembaga

pendidikan (sekolah) sangat dibutuhkan. Kegiatan pencatatan dan

pelaporan ini dimulai sejak peserta didik diterima di sekolah

sampai mereka tamat atau meninggalkan sekolah. Pencatatan

tentang kondisi peserta didik perlu dilakukan agar pihak lembaga

dapat memberikan bimbingan yang optimal pada peserta didik.

Sedangkan pelaporan dilakukan sebagai wujud tanggung jawab

lembaga agar pihak-pihak terkait dapat mengetahui perkembangan

peserta didik di lembaga tersebut.27

Pembinaan terhadap peserta didik meliputi layanan-layanan

khusus yang menunjang manajemen peserta didik atau manajemen

kesiswaan. Layanan-layanan yang dibutuhkan peserta didik di sekolah

meliputi:

26
Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan: Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional,
(Bandung: Angkasa, 1989), hal. 90
27
Dafit Hermawan, Manajemen dalam Meningkatkan Kualitas Input dan Output Di SMP
Negeri 3 Salaman Mangelang Serta Relevansinya dengan Studi Kependidikan Islam, Skripsi,
(Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2013), hal. 23-24
32

a) Layanan bimbingan dan konseling

Layanan bimbingan dan konseling merupakan proses pemberian

bantuan terhadap peserta didik agar perkembangannya optimal

sehingga anak didik bisa mengarahkan dirinya dalam bertindak dan

bersikap sesuai dengan tuntutan dalam situasi lingkungan sekolah.

Fungsi bimbingan disini adalah membantu peserta didik dalam

memilih jenis sekolah lanjutannya, memilih program, lapangan

pekerjaan sesuai bakat, minat dan kemampuan. Selain itu

bimbingan dan konseling juga membantu guru dalam

menyesuaikan program pengajaran yang disesuaikan dengan bakat

minat peserta didik, serta membantu peserta didik dalam

menyesuaikan diri dengan bakat dan minat peserta didik untuk

mencapai perkembangan yang optimal.

b) Layanan perpustakaan

Layanan perpustakaan ini diperlukan untuk memberikan layanan

dalam menunjang proses pembelajaran sekolah, melayani

informasi yang dibutuhkan serta memberikan layanan rekreatif

melalui koleksi bahan pustaka. Keberadaan perpustakaan sangatlah

penting karena perpustakaan juga dipandang sebagai kunci dalam


28
pembelajaran peserta didik di sekolah. Bagi peserta didik

perpustakaan bisa menjadi penyedia bahan pustaka yang

28
Meilina Bustari, Manajemen Peserta Didik, (Yogyakarta: FIP UNY, 2005), hal. 23
33

memperkaya dan memperluas cakrawala pengetahuan,

meningkatkan ketrampilan, membantu peserta didik dalam

mengadakan penelitian, memperdalam pengetahuannya berkaitan

dengan subjek yang diminati, serta meningkatkan minat baca

peserta didik dengan adanya bimbingan membaca dan sebagainya.

c) Layanan kantin

Kantin diperlukan di setiap sekolah agar kebutuhan anak terhadap

makanan yang bersih, bergizi dan higienis bagi anak sehingga

kesehatan anak terjamin selama di sekolah. Guru bisa mengontrol

dan berkonsultasi dengan pengelola kantin dalam menyediakan

makanan yang sehat dan bergizi. Peranan lain dengan adanya

kantin di dalam sekolah anak didik tidak berkeliaran mencari

makanan dan tidak harus keluar dari lingkungan sekolah.

d) Layanan kesehatan

Layanan kesehatan di sekolah biasanya dibentuk dalam sebuah

wadah yang bernama Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Sasaran

utama UKS untuk meningkatkan atau membina kesehatan siswa

dan lingkungan hidupnya. Program UKS sebagai berikut: (1)

mencapai lingkungan hidup yang sehat; (2) pendidikan kesehatan;

(3) pemeliharaan kesehatan di sekolah.

e) Layanan transportasi
34

Layanan transportasi bagi peserta didik sebagai penunjang untuk

kelancaran proses belajar mengajar, biasanya layanan transportasi

diperlukan bagi peserta didik di tingkat prasekolah dan pendidikan

dasar. Penyelenggaraan transportasi sebaiknya dilaksanakan oleh

sekolah yang bersangkutan atau pihak swasta.29

Pembinaan peserta didik adalah hal penting yang ada dalam

manajemen kesiswaan. Pembinaan ini sesuai dengan pendidikan

nasional yang tertuang dalam UUSPN (Undang-Undang Sistem

Pendidikan Nasional), bahwasanya peserta didik sebagai kader penerus

perjuangan bangsa dan pembangunan nasional harus dipersiapkan

sebaik-baiknya serta dihindarkan dari segala kendala yang merusaknya

dengan memberikan bekal secukupnya dalam kepemimpinan Pancasila,

pengetahuan, dan keterampilan.30

Pembinaan pada peserta didik contohnya disiplin peserta didik.

Dalam pembinaan disiplin peserta didik perlu adanya pedoman yang

dikenal dengan istilah tata tertib sekolah. Tata tertib sekolah yang

merupakan salah satu alat yang digunakan oleh kepala sekolah untuk

melatih peserta didik supaya dapat mempraktekkan disiplin di sekolah.

Kewajiban menaati tata tertib sekolah Islam adalah hal yang penting

29
Meilina Bustari, Manajemen Peserta Didik, (Yogyakarta: FIP UNY, 2005), hal. 24
30
Mulyono, Manajemen Administrasi Dan Organisasi Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2014), hal. 179
35

sebab merupakan bagian dari sistem persekolahan dan bukan sekedar

sebagai kelengkapan sekolah Islam.31

Menurut Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 1

Mei 1974, No. 14/U/1974 berisi tentang:

Tata tertib sekolah ialah ketentuan-ketentuan yang mengatur


kehidupan sekolah sehari-hari dan mengandung sanksi terhadap
pelanggarnya. Tata tertib murid adalah bagian dari tata tertib
sekolah, di samping itu masih ada tata tertib guru dan tata tertib
tenaga administratif. Kewajiban menaati tata tertib sekolah
adalah hal yang penting sebab merupakan bagian dari sistem
persekolahan dan bukan sekedar sebagai kelengkapan sekolah.32

Pada dasarnya tata tertib untuk peserta didik adalah sebagai

berikut.

a) Tugas dan kewajiban dalam kegiatan intra sekolah :

1) Peserta didik harus datang di sekolah sebelum pelajaran dimulai

2) Peserta didik harus sudah siap menerima pelajaran sesuai jadwal

sebelum pelajaran itu dimulai

3) Peserta didik tidak dibenarkan tinggal didalam kelas pada saat

jam istirahat kecuali keadaan tidak mengizinkan misalnya hujan

4) Peserta didik boleh pulang jika pelajaran telah selesai

5) Peserta didik wajib menjaga kebersihan dan keindahan sekolah

31
Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam: Konsep, Strategi dan Aplikasi, (Yogyakarta:
TERAS, 2011), hal.109
32
Suryosubroto, Manajemen Pendidikan Di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal. 74
- 83
36

6) Peserta didik wajib berpakaian sesuai dengan yang ditetapkan

oleh sekolah

7) Peserta didik harus juga memperhatikan kegiatan ekstra

kurikuler seperti: kepramukaan, kesenian, palang merah remaja,

dan sebagainya.

b) Larangan-larangan yang harus diperhatikan :

1) Meninggalkan sekolah atau jam pelajaran tanpa izin dari kepala

sekolah atau guru yang bersangkutan

2) Merokok di sekolah

3) Berpakaian tidak senonoh atau bersolek yang berlebihan

4) Kegiatan yang mengganggu jalannya pelajaran

c) Sanksi bagi murid dapat berupa :

1) Peringatan lisan secara langsung

2) Peringatan tertulis dengan tembusan orang tua

3) Dikeluarkan sementara

4) Dikeluarkan dari sekolah.

Dalam prakteknya, aturan tata tertib yang yang bersumber dari

Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tersebut perlu

dijabarkan atau diperinci sejelas-jelasnya dan disesuaikan dengan

kondisi sekolah agar mudah dipahami oleh murid.33

33
Suryosubroto, Manajemen Pendidikan Di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal. 74
- 83
37

3. Evaluasi peserta didik

a) Pengertian Evaluasi

Evaluasi merupakan bagian dari kegiatan kehidupan manusia

sehari-hari. Disadari atau tidak orang sering melakukan evaluasi,

baik terhadap dirinya sendiri, terhadap lingkungan sosialnya atau

lingkungan fisiknya. Mulai dari ia berpakaian, ia melihat diri

dihadapan kaca untuk mengetahui apakah ia menampilkan diri

dalam keadaan yang wajar atau tidak. Demikian pula halnya dalam

peristiwa pendidikan sebagai usaha yang disengaja untuk

memungkinkan seseorang (peserta didik) mengalami

perkembangan melalui proses belajar mengajar. Program

pengajaran dirancang dan dilaksanakan untuk tujuan tertentu.

Tujuan itu ialah supaya peserta didik mengalami perubahan yang

positif. Penilaian berarti usaha untuk mengetahui sejauh mana

perubahan itu telah terjadi melalui kegiatan belajar mengajar.

Evaluasi dalam pengertian ini sesuai dengan B.S. Bloom

yang dikutip oleh W. Gulo, menyatakan bahwa:

“evaluation, as we see it, is the systematic collection of


evidence to determine wether in fact certain changes are
taking place in the learns as well as to determine the amount
or degree of change in individual students.” 34

34
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012),
hal. 11
38

Sesuai dengan pengertian ini maka ciri pertama dari evaluasi

ialah mengukur perubahan, jika hal ini dihubungkan dengan tujuan

pengajaran, maka perubahan yang diinginkan oleh program

pengajaran ialah peningkatan kemampuan, baik dari kemampuan

kognitif-intelektual, sosio-emosional, maupun kemampuan

ketrampilan-motorik. Tujuan pengajaran ialah penguasaan

perangkat kemampuan yang direncanakan.

Menurut Wand dan Brown, evaluasi adalah tindakan atau

suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Evaluasi hasil

belajar peserta didik berarti kegiatan menilai proses dan hasil

belajar peserta didik baik berupa kegiatan kurikuler, ko-kurikuler,

maupun ekstra-kurikuler. Penilaian hasil belajar bertujuan untuk

melihat kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan

materi pengajaran yang telah dipelajarinya sesuai dengan tujuan-

tujuan yang telah ditetapkan.

b) Tujuan dan fungsi evaluasi

Pasaribu dan Simanjutak menyatakan bahwa tujuan evaluasi

peserta didik dibagi menjadi dua tujuan umum dan tujuan khusus.

Tujuan umum dari evaluasi peserta didik ada tiga diantaranya.

1) Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan

peserta didik dalam mencapai tujuan yang diharapkan


39

2) Memungkinkan pendidik atau guru menilai aktifitas atau

pengalaman yang didapat

3) Menilai metode mengajar yang digunakan.

Sedangkan tujuan khusus dari evaluasi peserta didik

diantaranya.

1) Merangsang kegiatan peserta didik

2) Menemukan sebab-sebab kemajuan atau kegagalan belajar

peserta didik

3) Memberikan bimbingan sesuai dengan kebutuhan,

perkembangan dan bakat siswa yang bersangkutan

4) Untuk memperbaiki mutu pembelajaran atau cara belajar dan

metode mengajar.35

Beradasarkan tujuan penilaian hasil belajar tersebut, ada

beberapa fungsi penilaian yang dapat dikemukakan antara lain:

1) Fungsi selektif

Dengan mengadakan evaluasi, guru mempercayai cara untuk

mengadakan seleksi atau penilaian terhadap peserta didiknya.

Evaluasi dalam hal ini bertujuan untuk memilih peserta didik

yang dapat diterima di sekolah tertentu, memilih peserta didik

yang naik kelas atau tingkat berikutnya, memilih peserta didik

35
Meilina Bustari, Manajemen Peserta Didik, (Yogyakarta: FIP UNY, 2005), hal. 56
40

yang seharusnya mendapat beasiswa, memilih peserta didik

yang sudah berhak meninggalkan sekolah, dan sebagainya.

2) Fungsi diagnostik

Apabila alat yang digunakan dalam evaluasi cukup memenuhi

persyaratan, dengan melihat hasilnya guru akan dapat

mengetahui kelemahan peserta didik, sehingga lebih mudah

untuk mencari cara mengatasinya.

3) Fungsi penempatan

Pendekatan yang lebih bersifat melayani perbedaan

kemampuan peserta didik adalah pengajaran secara kelompok.

Untuk dapat menentukan dengan pasti di kelompok mana

peserta didik harus ditempatkan.

4) Fungsi pengukur keberhasilan program

Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana suatu

program berhasil diterapkan. 36

Secara garis besar ada dua macam alat evaluasi, yaitu tes dan

non tes. Dalam penggunaan alat evaluasi yang berupa tes,

hendaknya guru membiasakan diri tidak hanya menggunakan tes

obyektif saja tetapi juga diimbangi dengan tes uraian. Tes adalah

penilaian yang komprehensif terhadap seorang individu atau

keseluruhan usaha evaluasi program. Dalam suatu kelas, tes

36
Ibid, hal. 57
41

mempunyai fungsi ganda, yaitu untuk mengukur keberhasilan

peserta didik dan untuk mengukur keberhasilan program

pengajaran. Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur

keberhasilan peserta didik, ada tiga jenis tes, yaitu.

1) Tes diagnostik

Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui

kelemahan-kelemahan peserta didik sehingga berdasarkan

kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan

yang tepat. Kedudukan diagnosis adalah dalam menemukan

letak kesulitan belajar peserta didik dan menentukan

kemungkinan cara mengatasinya dengan memperhitungkan

faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar.

2) Tes formatif

Tes formatif atau evaluasi formatif dimaksudkan untuk

mengetahui sejauhmana peserta didik telah terbentuk setelah

mengikuti suatu program tertentu. Jenis penilaian ini juga

berfungsi untuk memperbaiki proses belajar mengajar.

3) Tes sumatif

Tes sumatif atau evaluasi sumatif dilaksanakan setelah

berakhir pemberian sekelompok program atau pokok bahasan.

Jenis penilaian ini berfungsi untuk menentukan angka

kemajuan hasil belajar peserta didik.


42

Hasil evaluasi terhadap peserta didik tersebut selanjutnya

ditindaklanjuti dengan memberikan umpan balik. Ada dua kegiatan

dalam menindaklanjuti hasil penilaian peserta didik, antara lain.

1) Program remedial

Belajar tuntas merupakan kriteria keberhasilan belajar

mengajar. Maksud utama konsep belajar tuntas adaah upaya

agar dikuasainya bahan secara tuntas oleh sekelompok peserta

didik yang sedang mempelajari bahan tertentu secara tuntas.

Tingkat ketuntasan ini bermacam-macam dan merupakan

persyaratan (kriteria) minimum yang harus dikuasai peserta

didik. Batas minimum ini kadang-kadang dijadikan dasar

kelulusan bagi peserta didik yang menempuh bahan tersebut.

Biasanya dipersyaratkan penguasaan bahan pelajaran bergerak

antara 75% sampai 90%. Biasanya penanganan masalah

kesulitan belajar, secara metodologis dapat dilakukan melalui

pendekatan pengajaran remedial, bimbingan dan penyuluhan,

psikoterapi atau dengan pendekatan lainnya.

Pengajaran remedial mempunyai arti terapeutik,

maksudnya dalam proses pengajaran remedial secara langsung

maupun tidak langsung juga menyembuhkan beberapa

gangguan atau hambatan yang berkaitan dengan kesulitan

belajar. Pengajaran remedial adalah suatu bentuk khusus


43

pengajaran yang ditujukan untuk menyembuhkan atau

memperbaiki sebagian atau keseluruhan kesulitan belajar yang

dihadapi oleh peserta didik. Perbaikan diarahkan kepada

pencapaian hasil belajar yang optimal sesuai dengan

kemampuan masing-masing melalui perbaikan keseluruhan

proses belajar mengajar dan keseluruhan kepribadian peserta

didik.37

Pengajaran remedial adalah salah satu tahapan kegiatan

utama dalam keseluruhan kerangka pola layanan bimbingan

belajar, serta merupakan rangkaian kegiatan lanjutan yang

logis dari usaha diagnostik kesulitan belajar. Adapun langkah-

langkah dalam pengajaran remedial, antara lain:

(a) Penelaahan kembali kasus dan permasalahannya

(b) Menentukan alternatif pilihan tindakan

(c) Melaksanakan layanan bimbingan dan penyuluhan atau

psikoterapi

(d) Melaksanakan pengajaran remedial

(e) Mengadakan pengukuran prestasi belajar kembali

(f) Mengadakan re-evaluasi dan re-diagnostik

Sasaran akhir kegiatan remedial identik dengan

pengajaran biasa (pada umumnya) yaitu membantu setiap

37
Meilina Bustari, Manajemen Peserta,…, hal. 58
44

peserta didik dalam batas-batas normalitas tertentu agar dapat

mengembangkan diri seoptimal mungkin, sehingga dapat

mencapai tingkat penguasaan atau ketuntasan tertentu,

sekurang-kurangnya sesuai dengan batas kriteria keberhasilan

yang dapat diterima. 38

2) Pengayaan dan pengukuhan

Layanan pengayaan ditujukan kepada peserta didik yang

mengalami kesulitan belajar ringan. Materi program

pengayaan dalam hal ini dapat bersifat :

(a) Ekuivalen (horizontal) dengan PBM (Proses Belajar

Mengajar) utama, sehingga bobot nilainya dapat

diperhitungkan oleh peserta didik yang bersangkutan

(b) Suplementer saja terhadap program PBM utama, dengan

tidak menambah bobot nilai tertentu yang penting dapat

meningkatkan penguasaan pengetahuan atau keterampilan

bagi peserta didik yang relatif lemah, dan memberikan

dorongan serta kesibukan bagi peserta didik yang cepat

belajar untuk mengisi kelebihan waktunya dibanding

dengan teman sekelasnya.

Teknik pelaksanaannya dapat dengan cara :

38
Ibid, hal. 60
45

(a) Berupa tugas atau soal pekerjaan rumah bagi peserta didik

yang dapat belajar

(b) Berupa tugas atau soal yang dikerjakan di kelas pada jam

pelajaran tersebut juga (sementara peserta didik yang lain

mengerjakan program PBM utama) bagi peserta didik

yang cepat belajar.

3) Percepatan

Alternatif lain adalah memberikan layanan kepada kasus

berbakat tetapi menunjukkan kesulitan psikososial atau ego

emosional, dengan jalan mengadakan akselerasi atau promosi

kepada program PBM utama berikutnya yang lebih tinggi. Ada

dua kemungkinan pelaksanaannya, antara lain :

(a) Promosi penuh status akademisnya ke tingkat yang lebih

tinggi sebatas kemungkinannya, apabila peserta didik

menunjukkan keunggulan yang menyeluruh dari bidang

studi yang ditempuhnya dengan luar biasa (dilakukan

dengan placement test dari tingkat yang akan ia masuki)

(b) Maju berkelanjutan (continuous progress) tidak diartikan

sebagai promosi status akademisnya secara keseluruhan,

tetapi pada beberapa bidang studi tertentu dimana kasus

sangat menonjol dapat diberikan layanan dengan program

atau bahan pelajaran yang lebih tinggi sebatas


46

kemampuannya, status akademisnya tetap sama dengan

teman sekelasnya.39

B. Kualitas, Input dan Output

a. Pengertian kualitas

Arti dasar kata kualitas menurut Dahlan Al-Barry dalam Kamus

Modern Bahasa Indonesia adalah kualitet, mutu, baik buruknya barang. 40

Menurut Supranta, kualitas adalah sebuah kata yang bagi penyedia jasa

merupakan sesuatu yang harus dikerjakan dengan baik.41 Banyak pakar

dan organisasi yang mencoba mendefinisikan kualitas (mutu) berdasarkan

sudut pandangnya masing-masing seperti yang terurai di bawah ini.

a. Menurut Joseph Juran, kualitas adalah kesesuaian untuk penggunaan

(fitness for use), ini berarti bahwa suatu produk atau jasa hendaklah

sesuai dengan apa yang diperlukan

b. Menurut Edward Deming, suatu tingkat yang dapat diprediksi dari

keseragaman dan kebergantungan pada biaya rendah dan sesuai dengan

pasar. 42

39
Meilina Bustari, Manajemen Peserta Didik, (Yogyakarta: FIP UNY, 2005), hal. 62
40
M. Dahlan Al-Barry, Kamus Modern Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Arloka, 2001), hal.
329
41
Supranta. J, Metode Riset, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), hal. 288
42
Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Regika Aditama, 2010), hal.
226-227
47

c. Welch Jr mengatakan bahwa kualitas adalah jaminan kesetiaan

pelanggan, pertahanan terbaik melawan saingan dari luar, dan satu-

satunya jalan menuju pertumbuhan dan pendapatan yang langgeng.

d. Menurut ISO 2000, kualitas adalah totalitas karakteristik suatu produk

(barang dan jasa) yang menunjang kemampuannya untuk memuaskan

kebutuhan yang dispesifikan atau ditetapkan.

e. Menurut Soewarso Hardjosudarmo, bahwa yang dimaksud kualitas

adalah penilaian subyektif daripada “costumer” terhadap produk dan

jasa.

Dari beberapa pendapat tokoh di atas, terdapat beberapa

kesamaan yaitu dalam elemen-elemen sebagai berikut.

1) Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan

pelanggan

2) Kualitas menyangkut produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan

3) Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa

yang dianggap kualitas saat ini, mungkin dianggap kurang

berkualitas pada masa mendatang)

Akan tetapi menurut Permadi, mutu jasa pendidikan bersifat relatif

(sesuai dengan kebutuhan pelanggan), dan bukan bersifat absolut. Dengan

kata lain mutu pendidikan akan baik dan memuaskan jika sesuai atau

melebihi kebutuhan para pelanggan yang bersangkutan.


48

Dalam pendidikan, yang dimaksud pelanggan atau klien (client)

dibagi menjadi dua, yakni pelanggan internal dan pelanggan eksternal.

a. Pelanggan internal (internal costumer) adalah orang-orang yang berada

dalam organisasi sekolah, yaitu guru, staf tata usaha, pesuruh (office

boys) cleaning service, pelayan teknis dan komponen lainnya.

b. Pelanggan eksternal (eksternal costumer) adalah orang-orang yang

berada di luar organisasi sekolah yang memperoleh layanan dari

sekolah. Pelayanan eksternal dibagi menjadi dua macam, yakni:

1. Pelanggan primer (primary costumer) adalah pelanggan utama,

yakni orang-orang yang langsung bersentuhan dengan jasa-jasa

pendidikan yang diberikan oleh sekolah, seperti peserta didik.

2. Pelanggan sekunder (secondary costumer) adalah pihak-pihak lain

yang secara tidak langsung terimbas dari layanan pendidikan yang

diberikan oleh sekolah, yaitu orang tua peserta didik, masyarakat,

pemerintah dan dunia usaha dan industri sebagai pengguna tenaga

kerja.43

Jadi, dari penjelasan di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa lembaga

pendidikan yang berkualitas adalah lembaga pendidikan yang bisa

memenuhi kepuasan pelanggan, pelanggan disini adalah pemerintah,

orang tua peserta didik, masyarakat, peserta didik, staff tata usaha, guru,

43
Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung: Rafika
Aditama, 2009), hal. 81-83
49

maupun tenaga pendidikan lainnya. Kepuasan pelanggan adalah harapan

pelanggan. Pelanggan puas, lembaga pendidikan semakin berkualitas.

b. Pengertian Input dan Output

Input pendidikan di dalamnya terdapat peserta didik, intelektual

peserta didik, fisik peserta didik, sosial, dan afektif. Sedangkan, output

pendidikan meliputi proses lulusan dan kemampuan dan performance

(mutu pendidikan). Diantara input dan output pendidikan juga terdapat

proses yang meliputi proses pembelajaran, evaluasi, pengelolaan,

aktivitas, dan interaksi.44

Di dalam input dan output sekolah ada sebuah proses pembelajaran,

proses adalah kunci yang sangat penting dalam mengembangkan output di

sekolah diantaranya yaitu proses pembelajaran. Proses adalah tahapan

untuk mencapai tujuan. Sedangkan, proses pembelajaran merupakan

kegiatan utama di sekolah. Sekolah diberi kebebasan memilih strategi,

metode, dan teknik-teknik pembelajaran dan pengajaran yang paling

efektif, sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, karakteristik peserta

didik, karakteristik guru, dan kondisi nyata sumber daya yang tersedia di

sekolah. Secara umum, strategi metode pembelajaran atau pengajaran

44
Toto Ruhimat, Jurnal tentang Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, online diakses pada
hari Senin tanggal 03 Desember 2018, pukul 22.06 WIB
50

yang berpusat pada peserta didik lebih mampu memberdayagunakan

pembelajaran peserta didik.

Proses pembelajaran semestinya lebih mementingkan proses

pencarian jawaban dari pada mempunyai jawaban. Oleh karena itu,

pembelajaran yang lebih mementingkan buku yang dianggap benar oleh

guru dianggap kurang efektif. Proses pembelajaran yang efektif

semestinya menumbuhkan daya kreasi, daya nalar, rasa keingintahuan, dan

eksperimentasi-eksperimentasi untuk menemukan kemungkinan-

kemungkinan baru (meskipun nanti hasilnya keliru), memberikan

keterbukaan terhadap kemungkinan-kemungkinan baru, menumbuhkan

demokrasi, dan memberikan toleransi pada kekeliruan-kekeliruan akibat

kreativitas berpikir. Dalam konteks ini tanggung jawab guru yang

terpenting ialah merencanakan dan menuntut peserta didiknya melakukan

kegiatan-kegiatan belajar guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan

yang diinginkan.45

Secara ringkas, proses pembelajaran yang dimaksud adalah seperti

yang tampak dalam bagan di bawah ini.

45
Sri Minarti, Manajemen Sekolah: Mengelola Lembaga Pendidikan Secara Mandiri,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hal. 169-170
51

Proses Pembelajaran

Input Proses Output

Tujuan

Alat
Evaluasi
Materi
Hasil Belajar
Guru 1. Peningkatan
PBM
(Proses Belajar Mengajar) Daya Pikir
Siswa a. Perilaku Guru 2. Peningkatan
b. Perilaku Siswa Daya Kalbu
Metode 3. Peningkatan
Daya Fisik
Media

Waktu

Lingkungan

Gambar. 2.1 Proses Pembelajaran

Sekolah juga dituntut untuk membina, membimbing, serta

mengembangkan kegiatan kesiswaan yang bersifat edukatif dan sebagai

wadah pengembangan potensi peserta didik. Artinya, pada tataran yang

demikian sekolah dikatakan sebagai sistem. Maka, seharusnya

menghasilkan output yang dapat di jamin kepastiannya. Output sekolah

pada umumnya diukur dari tingkat kinerjanya. Kinerja sekolah adalah

pencapaian atau prestasi sekolah yang dihasilkan melalui proses

persekolahan. Kinerja sekolah diukur dari efektivitasnya, kualitasnya,


52

produktivitasnya, efisiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya,

surplusnya, dan moral kerjanya, dengan keterangan seperlunya seperti

berikut.

Kinerja Sekolah

Kualitas &Inovasi

INPUT PROSES OUTPUT OUTCOME

Efektivitas
Pengelolaan

Produktivitas
Efisiensi Internal
Efisiensi eksternal

Gambar. 2.2 Kinerja Sekolah

Efektivitas adalah ukuran yang menyatakan sejauh mana sasaran

atau tujuan (kuantitas, kualitas, waktu) telah dicapai. Dalam bentuk

persamaan, efektivitas sama dengan hasil nyata dan hasil yang diharapkan.

Sekolah yang efektif pada umumnya menunjukkan kedekatan atau

kemiripan antara hasil nyata dan hasil yang diharapkan.

Kualitas, dalam konteks sekolah adalah gambaran dan karakteristik

menyeluruh dari lulusan yang menunjukkan kemampuannya dalam

memuaskan kebutuhan yang ditentukan atau yang tersirat, misalnya NUN


53

(Nilai Ujian Nasional), prestasi olahraga, prestasi karya tulis ilmiah, dan

prestasi pentas seni. Kualitas lulusan dipengaruhi oleh tahapan-tahapan

kegiatan sekolah yang saling berhubungan, yaitu perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi.46

Produktivitas adalah hasil perbandingan antara output dibagi input.

Baik output maupun input dinyatakan dalam bentuk kuantitas. Kuantitas

output berupa jumlah lulusan dan kuantitas input berupa jumlah tenaga-

tenaga kerja sekolah dan sumber daya selebihnya (uang, peralatan,

perlengkapan, bahan, dan lain sebagainya).

Efisensi dapat diklasifikasikan menjadi efisiensi internal dan

efisiensi eksternal. Efisiensi internal menunjuk kepada hubungan antara

output pendidikan (prestasi belajar) dan input (sumber daya) yang

digunakan untuk memproses atau menghasilkan output pendidikan.

Efisiensi internal sering diukur dengan biaya efektivitas. Sedangkan

efisiensi eksternal adalah hubungan antara biaya yang digunakan untuk

menghasilkan lulusan dan kemanfaatan atau keuntungan kumulatif

(individual-sosial dan ekonomik-bukan ekonomik) yang didapat setelah

kurun waktu yang panjang di luar sekolah. Analisis biaya manfaat

merupakan alat utama untuk mengukur efisiensi eksternal.

Inovasi adalah proses kreatif dalam mengubah input, proses, dan

output agar dapat sukses dalam menanggapi dan mengantisipasi

46
Ibid, 171-173
54

perubahan-perubahan internal dan eksternal sekolah. Inovasi selalu

memberikan nilai tambah terhadap input, proses, dan maupun output yang

ada. Kualitas kehidupan kerja adalah kinerja sekolah yang ditunjukkan

oleh ukuran-ukuran tentang bagaimana warga sekolah merasakan hal-hal,

seperti pekerjaannya, kemanfaatannya, kepastiannya, keadilannya, kondisi

kerjanya, kesan dari anak buah kepada atasan, kolega kerjanya, peluang

untuk majunya, pengembangannya, keselamatan dan keamanannya, dan

imbal jasanya.47

Dana simpanan tetap sekolah merupakan penyisihan sebagian dari

dana surplus sekolah yang dapat digunakan untuk kepentingan sekolah

sewaktu-waktu, khususnya untuk pengembangan sekolah. Dana simpanan

tetap sekolah ini diambil dari sebagian dana surplus sekolah. Dana surplus

sekolah adalah dana kelebihan yang dihasilkan dari selisih antara

“pendapatan sekolah” dikurangi dan “biaya sekolah”. Dalam perusahaan,

dana simpanan tetap seperti sering disebut “laba ditahan” (sebagian), yang

dapat digunakan sewaktu-waktu ada fluktuasi kelangsungan hidup

maupun untuk pengembangan (pemekaran) sekolah. Konsekuensinya,

model Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) yang

mengharuskan “gunakan uang semuanya” harus bergeser menjadi

“gunakan uang seefisien mungkin”. Dengan demikian, anggaran sekolah

akan tepat guna sesuai keadaan sekolah.

47
Ibid, hal. 173
55

Model kerja adalah tingkat baik buruknya warga sekolah terhadap

pekerjaannya yang ditunjukkan oleh etika kerjanya, kedisiplinannya,

kejujuran dan kebersihannya, kerajinannya, komitmennya, tanggung

jawabnya, hubungan kerjanya, daya adaptasi dan antisipasinya, motivasi

kerjanya, dan jiwa kewirausahaannya (bersikap dan berfikir mandiri,

memiliki sikap berani mengambil risiko, tidak suka menari kambing

hitam, selalu berusaha membuat dan meningkatkan nilai sumber daya,

terbuka terhadap umpan balik, selalu ingin mencari perubahan lebih baik,

tidak pernah merasa puas dan terus-menerus melakukan inovasi dan

improvisasi demi perbaikan selanjutnya, dan memiliki tanggung jawab

moral yang baik).48

Setiap sekolah harus memiliki kejelasan tentang output yang akan

dicapai. Berpangkal dari output ini, kemudian dilakukan pemantauan

terhadap proses pelaksanaan agar output yang diharapkan dapat dicapai.

Oleh sebab itu dalam menentukan keberhasilan pada pembelajaran yang

dilaksanakan perlu adanya suatu strategi pembelajaran yang

menitikberatkan pada faktor karakteristik siswa dan hal tersebut

merupakan hal penting juga yang harus diperhatikan dan dijadikan

pertimbangan oleh pendidik. Oleh karenanya, strategi pembelajaran yang

48
Ibid, hal. 174
56

dilakukan oleh pendidik adalah dengan memerhatikan kecenderungan cara

berpikir siswa dalam pembelajaran. 49

Jadi dari penjelasan mengenai kualitas input dan output diatas dapat

ditarik kesimpulan bahwa kualitas input dan output dapat dilihat dari

kinerja sekolah atau lembaganya. Mulai dari efektivitasnya, kualitasnya,

produktivitasnya, efisiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya,

surplusnya, dan moral kerjanya. Semua itu merupakan proses dalam

meningkatkan kualitas input dan output di suatu sekolah. Selain itu salah

satu yang paling berpengaruh dalam peningkatan kualitas input dan output

adalah melalui proses pembelajaran. Di sisi lain, di dalam proses

pembelajaran harus menekankan proses belajar mengajar pada

pemberdayaan peserta didik, yang dilakukan melalui interaksi perilaku

pengajar, dan perilaku pelajar, baik di ruang maupun di luar kelas.

c. Indikator kualitas

Para pakar telah mendefinisikan kualitas secara beragam menurut

pendapatnya masing-masing, begitu juga dengan indikator kualitas. David

A Gavin mengemukakan delapan dimensi atau kategori kritis dari kualitas,

yaitu:

1. Performance (kinerja). Karakteristik kinerja utama produk

49
Sri Minarti, Manajemen Sekolah: Mengelola Lembaga Pendidikan Secara Mandiri,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hal. 177
57

2. Feature (profil). Aspek sekunder dari kinerja atau kinerja tambahan

dari suatu produk

3. Reliability (hal dapat dipercaya). Kemungkinan produk malfungsi atau

tidak berfungsi dengan baik, dengan konteks ini produk atau jasa dapat

dipercaya dalam menjalankan fungsinya

4. Conformance (kesesuaian). Kesesuaian atau cocok dengan keinginan

atau kebutuhan konsumen

5. Durability (daya tahan). Daya tahan produk baik secara ekonomis

maupun teknis

6. Serviceability (kepelayanan). Kecepatan, kesopanan, kompetensi,

mudah diperbaiki

7. Aesthetics (keindahan). Keindahan produk dalam desain, rasa, suara

atau bau dari produk, dan ini bersifat subyektif

8. Perceived quality (kualitas yang dipersepsi). Kualitas dalam pandangan

pelanggan atau konsumen. 50

Menurut Nanang Hanifah dan Cucu Suhana dalam bukunya strategi

pembelajaran, bahwa indikator dalam suatu pendidikan adalah mencakup

input, proses dan output pendidikan. Input pendidikan adalah segala

sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya

proses. Sesuatu yang dimaksud berupa sumber daya dan perangkat serta

50
Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan,..., hal. 228
58

harapan-harapan sebagai pemandu bagi berlangsungnya proses. Seperti

terurai berikut ini:

1. Input sumber daya, meliputi sumber daya manusia (kepala sekolah,

guru termasuk guru BP, karyawan, siswa) dan sumber daya lainnya

(peralatan perlengkapan, uang, dan bahan)

2. Input perangkat lunak, meliputi struktur organisasi sekolah, peraturan

perundang-undangan, deskripsi tugas, rencana dan program

3. Input harapan-harapan, berupa visi, misi, tujuan, dan sasaran-sasaran

yang ingin dicapai oleh sekolah.

Kesiapan input sangat diperlukan agar proses dapat berlangsung

dengan baik. Oleh karena itu tinggi rendahnya suatu input dapat diukur

tingkat kesiapannnya. Proses dapat dikatakan bermutu tinggi jika

pengkoordinasian dan penyerasian serta pemanduan input sekolah (guru,

peserta didik, kurikulum, uang dan peralatan) dilakukan secara harmonis

sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan

(enjoyable learning), mampu mendorong motivasi dan minat belajar dan

benar-benar mampu memberdayakan peserta didik.

Evaluasipun harus menjadi proses yang berkelanjutan dan tidak

boleh ditinggal sampai akhir studi. Hasilnya harus dibicarakan dengan

murid dengan tujuan untuk melengkapi hasil evaluasi. Sifat melibatkan

seluruh elemen akan sangat membantu dalam membangun kecakapan

analitis para pelajar. Kualitas dalam konteks pendidikan adalah mengacu


59

pada prestasi yang dicapai oleh anak didik atau sekolah pada setiap kurun

waktu tertentu. Prestasi yang dicapai atau hasil pendidikan (student

achievement) dapat berupa hasil tes kemampuan akademis, (misalnya

ulangan umum, UAS, EBTA dan UNAS). Dapat pula prestasi dibidang

lain, seperti prestasi disuatu cabang olahraga, seni atau keterampilan

tambahan tertentu.51

d. Prinsip-prinsip kualitas

Prinsip kualitas adalah sejumlah asumsi yang dinilai dan diyakini

memiliki kekuatan untuk mewujudkan mutu. Akan hal ini, beberapa ahli

dan organisasi mencoba merumuskan prinsip-prinsip yang paling tepat

untuk mewujudkan kualitas dalam organisasi atau kelembagaan. Menurut

Deming ada empat belas prinsip kualitas yang harus dilakukan jika

menghendaki tercapainya suatu kualitas, yaitu:

1. Menciptakan konsistensi tujuan untuk pengembangan produk dan jasa

dengan adanya tujuan suasana bisnis yang kompetitif.

2. Adopsi filosofi baru.

3. Menghentikan ketergantungan pada adanya dengan upaya pencapaian

kualitas.

4. Menghentikan anggapan bahwa penghargaan dalam bisnis adalah

terletak pada harga.

51
Nanang Hanifah dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran,..., hal. 83-86
60

5. Peningkatan sistem produksi dan layanan secara terus menerus guna

peningkatan kualitas dan produktivitas.

6. Pelatihan dalam pekerjaan.

7. Kepemimipinan kelembagaan.

8. Menghilangkan rasa takut.

9. Menghilangkan penghalang antar departemen.

10. Mengurangi slogan peringatan-peringatan dan target, dan mengganti

dengan pemantapan metode-metode yang dapat meningkatkan

kualitas kerja.

11. Kurangi standar kerja yang menentukan kuota berdasarkan jumlah.

12. Hilangkan penghambat yang dapat menghilangkan hak asasi manusia

untuk merasa bangga terhadap kecakapan kerjanya.

13. Lembagakan suatu program pendidikan dan peningkatan diri yang

penuh semangat.

14. Setiap orang dalam perusahaan bekerja sama dalam mendukung

proses transformasi.

Joseph Juran berpendapat bahwa ada sepuluh prinsip dalam suatu

kualitas, yaitu:

1. Build awarenes of opportunites to improve (membangun kepedulian

untuk perbaikan atau peningkatan)

2. Set goals for improvement (menentukan tujuan-tujuan untuk

peningkatan).
61

3. Organize to reach goals (mengorganisasi untuk pencapaian tujuan)

4. Provide training (menyelenggarakan pelatihan)

5. Carry out projects to solve problems (mendorong pembangunan

pemecahan masalah)

6. Report progress (melaporkan perkembangan)

7. Give recognition (memberikan pengakuan)

8. Communicate result (mengkomunikasikan hasil-hasilnya)

9. Keep score (simpan skor)

10. Maintain momentum by making improvement part of the regular

systems and processes of the company (menjaga momentum dengan

membuat peningkatan tahunan sebagai bagian dari sistem dan proses

reguler perusahaan). 52

Sedangkan menurut Philip Crosby, ada empat prinsip kualitas, yaitu:

1. Kesesuaian dengan tuntutan

2. Pencegahan terhadap mutu rendah dengan pengawasan, bukan

penilaian atau koreksi

3. Standar performa adalah tidak ada kesalahan, bukan “hal itu hampir

mendekati”

4. Pengukuran kualitas.

52
Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta,
2009), hal. 296-302
62

Akan tetapi menurut versi ISO terdapat delapan prinsip kualitas,

yaitu:

1. Costumer focused organization (orientasi pelanggan),

2. Leadership (kepemimpinan),

3. Involvement of people (keterlibatan orang-orang)

4. Process aproach (pendekatan proses),

5. System aproach to management (penggunaan pendekatan sistem pada

manajemen),

6. Continual improvement (perbaikan secara berkelanjutan),

7. Factual aproach to decision making (pendekatan faktual dalam

pembuatan keputusan),

8. Matually beneficial supplier relationship (hubungan yang saling

menguntungkan dengan supplier).53

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas

Kualitas yang dicapai oleh siswa atau suatu pendidikan dipengaruhi

oleh faktor-faktor yang datang dari dalam maupun dari luar, faktor-faktor

tersebut antara lain:

1. Sumber daya; sekolah harus mempunyai fleksibilitas dalam mengatur

semua sumber daya sesuai dengan kebutuhan setempat. Selain

53
Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan,..., hal. 296-302
63

pembiayaan operasional atau administrasi, pengelolaan keuangan

harus ditujukan untuk:

a) Memperkuat sekolah dalam menentukan dan mengisolasikan

dana sesuai dengan skala prioritas yang telah ditetapkan untuk

proses peningkatan kualitas,

b) Pemisahan antara biaya yang bersifat akademis dari proses

pengadaannya,

c) Pengurangan kebutuhan birokrasi pusat.

2. Pertanggungjawaban (accountability); sekolah dituntut memiliki

akuntabilitas baik kepada masyarakat maupun pemerintah. Hal ini

merupakan perpaduan antara komitmen terhahadap standar

keberhasilan dan harapan atau tuntutan orang tua atau masyarakat.

Pertanggungjawaban ini bertujuan untuk meyakinkan bahwa dana

masyarakat digunakan sesuai dengan kebijakan yang telah ditentukan

dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan dan jika mungkin

untuk menyajikan informasi mengenai apa yang sudah dikerjakan.

Untuk itu setiap sekolah harus memberikan laporan pertanggung-

jawaban dana mengomunikasikannya dengan orang tua atau

masyarakat dan pemerintah, dan melaksanakan kaji ulang secara

komprehensif terhadap pelaksanaan program prioritas sekolah dalam

proses peningkatan kualitas pendidikan.


64

3. Kurikulum; berdasarkan standar kurikulum yang telah ditentukan

secara nasional, sekolah bertanggung jawab untuk mengembangkan

kurikulum baik dari standar materi (content) dan proses

penyampaiannya. Melalui penjelasan bahwa materi tersebut ada

manfaat dan relevansinya terhadap peserta didik, sekolah harus

menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dari melibatkan

semua indra dan lapisan otak serta menciptakan tantangan agar peserta

didik tumbuh dan berkembang secara intelektual dengan menguasai

ilmu pengetahuan, ketrampilan, memiliki sikap arif dan bijaksana,

karakter dan memiliki kematangan emosional. Ada tiga yang harus

diperhatikan dalam hal ini yaitu:

a) Pengembangan kurikulum tersebut harus memenuhi kebutuhan

peserta didik.

b) Bagaimana mengembangkan ketrampilan pengelolaan untuk

menyajikan kurikulum tersebut kepada peserta didik sedapat

mungkin secara efektif dan efisien dengan memperhatikan

sumber daya yang ada.

c) Mengembangkan berbagai pendekatan yang mampu mengatur

perubahan sebagai fenomena alamiah di sekolah.

4. Personil sekolah; sekolah bertanggung jawab dan terlibat dalam

proses perekrutan (dalam arti menentukan jenis guru yang diperlukan)

dan pembinaan struktural staf sekolah (kepala sekolah, wakil kepala


65

sekolah, guru, dan staf lainnya). Sementara itu pembinaan profesional

dalam rangka pembangunan kapasitas atau kemampuan kepala

sekolah dan pembinaan ketrampilan guru dalam pengimplementasian

kurikulum termasuk staf kependidikan lainnya dilakukan secara terus

menerus atas inisiatif sekolah. Untuk itu birokrasi diluar sekolah

berperan untuk menyediakan wadah dan instrumen pendukung.

Dalam konteks ini pengembangan profesional harus menunjang

peningkatan mutu dan penghargaan terhadap prestasi perlu

dikembangkan.54

C. Penelitian Terdahulu

Tabel. 2.2 Penelitian Terdahulu

Nama, Judul,
No. Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Tahun Penelitian
1. Inni Durrotun Pelaksanaan Fokus Peneliti
Nafi’ah, manajemen penelitian pada memfokuskan
Manajemen kesiswaan di MIN pelaksanaan pada pelaksanaan
Kesiswaan dalam Tempel sudah baik. kegiatan manajemen
Upaya Meningkat- Hasil tersebut bisa pembinaan kesiswaan dan
kan Mutu Pendidi- dilihat dari peneri- siswa upaya kepala
kan di MIN maan peserta didik madrasah dalam
Tempel Ngaglik baru (PPDB) yaitu rangka
Sleman pada pembentukan meningkatkan
Yogyakarta Tahun panitia-panitia PSB mutu pendidikan
2009 dan seleksi calon sedangkan
siswa baru, program penelitian
bimbingan dan sekarang fokus
konseling, kegiatan pada
ekstra-kurikuler, perencanaan
penerimaan
siswa,

54
Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan,..., hal. 306-307
66

dan kegiatan pembi- pelaksanaan


naan peserta didik pembinaan
siswa, dan
evaluasi siswa
dalam
meningkatkan
kualitas input
dan output
2. Davit Hermawan, Hasil penelitian Sama-sama Peneliti
Manajemen menunjukkan bahwa memfokuskan memasukkan
Kesiswaan untuk manajemen pada relevansi dengan
Meningkatkan kesiswaan di SMP manajemen studi
Kualitas Input dan Negeri 3 Salaman kesiswaan kependidikan
Output di SMP Magelang telah dalam islam sedangkan
Negeri 3 Salaman terlaksana antara meningkatkan penelitian
Magelang serta lain penerimaan kualitas input sekarang tidak
Relevansinya siswa baru, dan output ada relevansinya,
dengan Studi pembinaan siswa,
Kependidikan pencatatan dan
Islam Tahun 2013 pelaporan serta
kelulusan atau
alumni.
3. Rojahatin, Hasil penelitian Sama-sama Peneliti
Manajemen menunjukkan memfokuskan mengambil fokus
Kesiswaan untuk penerapan pada penelitian
Meningkatkan manajemen pelaksanaan pelaksanaan
Kualitas Input Dan kesiswaan yang manajemen manajemen
Output Madrasah berlangsung di MA kesiswaan kesiswaan, upaya
Aliyah Di Pondok 1 Putri Annaqayah yang dilakukan
Pesantren Tahun tergolong cukup sekolah serta
2014 baik, dimana konsep implikasi dari
pengendalian, dan implementasi
evaluasi sudah dapat manajemen
diterapkan oleh kesiswaan
civitas MA 1 Putri sedangkan
Annuqayah. peneliti sekarang
tidak mengambil
implikasi dari
implementasi
manajemen
kesiswaan
67

D. Paradigma Penelitian

Perencanaan
Penerimaan peserta
didik
Meningkatkan
Pelaksanaan Kualitas Input dan
Manajemen
Pembinaan peserta Output
Kesiswaan
didik

Evaluasi Peserta
didik

Gambar. 2.3 Paradigma Penelitian Manajemen Kesiswaan dalam


Meningkatkan Kualitas Input dan Output

Setelah melihat apa yang sudah peneliti sampaikan di atas dapat

digambarkan bahwa Manajemen kesiswaan untuk meningkatkan kualitas input

dan output di Madrasah Aliyah Negeri 1 Blitar tidak lepas dari seorang kepala

madrasah karena mereka yang merencanakan, melaksanakan dan juga

mengevaluasi manajemen kesiswaan sekolah. Dalam penelitian ini akan digali

informasi mengenai manajemen kesiswaan yang dilakukan di MAN 1 Blitar

melalui informan utama yaitu Kepala Madrasah, Waka Kurikulum, Waka

Kesiswaan, Waka Sarana dan Prasarana, Waka Hubungan Masyarakat, Ketua

Penerimaan Peserta Didik dan Pembina OSIS (Organisasi Siswa Intra-Sekolah),

infroman tersebut merupakan indicator pelaksana manajemen kesiswaan yang

diterapkan untuk meningkatkan kualitas input dan output. Manajemen

kesiswaan tidak lepas dari kegiatan-kegiatan manajemen kesiswaan yaitu


68

perencanaan penerimaan peserta didik, pelaksanaan pembinaan peserta didik,

dan evaluasi peserta didik. perencanaan penerimaan peserta didik membahas

tentang prosedur penerimaan peserta didik, pembentukan panitia penerimaan

peserta didik, kebijakan penerimaan peserta didik, dan promosi penerimaan

peserta didik. Pelaksanaan pembinaan peserta didik berhubungan dengan

bagaimana pembinaan kedisiplinan peserta didik, pembinaan akademik dan non

akademik peserta didik. Setelah pelaksanaan pembinaan peserta didik ada

evaluasi peserta didik yang membahas tentang evaluasi kemajuan belajar peserta

didik dan evaluasi penilaian hasil belajar peserta didik. Hasil evaluasi ini

selanjutnya sebagai bahan untuk perubahan yang lebih baik bagi peserta didik

sekaligus lembaga pendidikan.


48

Anda mungkin juga menyukai