89-Article Text-389-5-10-20220822
89-Article Text-389-5-10-20220822
89-Article Text-389-5-10-20220822
ABSTRACT
Renting is an agreement with which one party binds itself to give to the other party to
using of an item for a certain time and with a payment of a price which latter the party is
able to pay. The rights and obligations of the parties on leasing agreement, the rights of
the party that rents out are the rights to be received by the party who rents out. The
leasing party has the right to rent which must be paid by the lessee at a certain time in
accordance with the lease agreement. The renting party has the right to pandbeslag,
which is the seizure carried out by the court on leasing applications such as furniture that
is at home rented in the event that the tenant is in arrears of rent for auction if the tenant
does not pay the arrears in full. The leasing party has the right to request the cancellation
of the agreement and compensation. The right of the lessor is to give back the object that
is leased to the tenant, maintaining the object that is leased so that it can be used for the
intended purpose. The lease agreement ends with breach of contract before the expiry of
the lease agreement can expire on its own at a certain time, after being stopped with due
regard to a certain grace period. Even though a lease is a consensual agreement, but by
law there is a difference between a written rental and an oral lease.
ABSTRAK
Sewa menyewa adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu mengikat dirinya
untuk memberikan kepada pihak yang lain kenikmatan dari suatu barang selama suatu
waktu tertentu dan dengan pembayaran sesuatu harga yang oleh pihak yang tersebut
terakhir itu disanggupi pembayarannya. Hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian
sewa menyewa, Hak pihak yang menyewakan adalah hak-hak yang akan diterima oleh
pihak yang menyewakan adalah Pihak yang menyewakan berhak atas uang sewa yang
harus dibayar oleh penyewa pada waktu tertentu sesuai dengan perjanjian sewa menyewa.
Pihak yang menyewakan berhak atas pandbeslag, yaitu penyitaan yang dilakukan oleh
pengadilan atas permohonan yang menyewakan seperti mengenai perabot-perabot rumah
yang berada dirumah yang disewakan dalam hal penyewa menunggak uang sewa rumah
untuk dilelang dalam hal penyewa tidak membayar lunas tunggakan uang sewa itu. Pihak
yang menyewakan berhak meminta pembatalan perjanjian dan ganti rugi. Hak pemberi
sewa adalah menyerahkan benda yang disewakan kepada penyewa, memelihara benda
yang disewakan sedemikian sehingga benda itu dapat dipakai untuk keperluan yang
dimaksudkan. Perjanjian sewa menyewa berakhir dengan wanprestasi sebelum habis
waktu perjanjian yaiu persetujuan sewa menyewa dapat berakhir dengan sendirinya pada
waktu tertentu, setelah dihentikan dengan memperhatikan suatu tenggang tertentu.
Meskipun sewa menyewa merupakan suatu perjanjian yang konsensuil, namun oleh
undang-undang diadakan perbedaan antara sewa tertulis dan sewa lisan.
I. Pendahuluan
Latar Belakang.
“Penggantian biaya ganti rugi dan bunga karena tidak dipenuhinya suatu perikatan,
barulah mulai diwajibkan apabila debitur setelah dinyatakan lalai memenuhi
perikatannya, tetap melalaikannya atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dibuatnya
dalam tenggang waktu tertentu telah dilampauinya”.
Jadi maksud berada dalam keadaan lalai ialah peringatan atau pernyataan dari
kreditur tentang saat selambat-lambatnya debitur wajib memenuhi prestasi. Apabila saat
ini dilampauinya, maka debitur ingkar janji (wanprestasi).3
Dari uraian tersebut di atas, jelas kita dapat mengerti apa sebenarnya yang
dimaksud dengan wanprestasi itu. Untuk menentukan apakah seorang (debitur) itu
bersalah karena telah melakukan wanprestasi, perlu ditentukan dalam keadaan bagaimana
seseorang itu dikatakan lalai atau alpa tidak memenuhi prestasi. Sebagaimana biasanya
akibat tidak dilakukannya suatu prestasi oleh salah satu pihak dalam perjanjian, maka
pihak lain akan mengalami kerugian. Tentu saja hal ini sama sekali tidak diinginkan oleh
pihak yang menderita kerugian, namun kalau sudah terjadi, para pihak hanya dapat
berusaha supaya kerugian yang terjadi ditekan sekecil mungkin.
1
Salim Hs, Hukum Kontrak, Teori & Tekhnik Penyusunan Kontrak, Penerbit Sinar
Grafika, Jakarta. 2003.Hal. 98
2
Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, PT.Citra Aditya Bakti,
Bandung. 2001.Hal. 19
3
Ibid. Hal. 19
4
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu,
Penerbit Sumur, Bandung, 2011, Hal. 44.
5
Mariam Darus Badrulzaman, Op.Cit, Hal. 33.
46
Dalam hal terjadinya wanprestasi, maka pihak lain sebagai pihak yang
menderita kerugian dapat memilih antar beberapa kemungkinan, yaitu:
Jika dalam suatu perjanjian telah terjadi wanprestasi atau ingkar janji maka pasti
akan ada suatu akibat yang terjadi yaitu:
b. Debitur harus membayar ganti rugi kepada debitur (Pasal 1243 KUH Perdata).
Beban resiko beralih untuk kerugian debitur, jika halangan itu timbul setelah
debitur wanprestasi, kecuali bila ada kesengajaan atau kesalahan besar dari pihak
kreditur. Oleh karena itu, debitur tidak dibenarkan untuk berpegang pada keadaan
memaksa. Jika peringatan lahir dari perjanjian timbal balik, kreditur dapat
membebaskan diri dari kewajibannya memberikan kontra prestasi dengan
menggunakan Pasal 1266 KUH Perdata.6
Untuk meningkatkan produktivitas usaha yang dilakukan para pelaku usaha maka
terlebih dahulu diperlukan suatu tempat ataupun lokasi khusus untuk melaksanakan
kegiatan usahanya dengan maksimal misalnya seperti kegiatan usaha jual beli barang,
dimana akan terjadi kegiatan interaksi dari pihak penjual yang akan menawarkan barang
produksinya baik berupa barang elektronik, kebutuhan pangan, maupun benda lain yang
dapat di perjualbelikan terhadap pembeli (konsumen) guna memenuhi kebutuhan dari
setiap masyarakat. Maka untuk mendukung kegiatan usaha jual beli yang dilakukan oleh
para pelaku usaha tersebut diperlukan tempat berupa ruangan toko yang akan digunakan
sebagai tempat terjadinya kegiatan usaha tersebut.7
Setiap pelaku usaha yang akan melakukan suatu kegiatan usaha dapat
menggunakan ruangan berupa toko, ruangan ataupun kios di mana pun lokasi yang akan
dijangkau untuk mendukung proses kelancaran dari kegiatan usaha tersebut, baik lokasi
toko tersebut di daerah pusat kota maupun di pinggiran kota, dibandara, dipelabuhan atau
di stasiun. Dengan adanya hubungan saling ketergantungan antar sesama manusia itu
maka dapat kita lihat dalam hal pemenuhan kegiatan usaha ini untuk mendapatkan tempat
yang akan digunakan untuk melakukan kegiatan usaha tersebut dapat dilakukan dengan
menyewa ruangan toko kepada pihak pengelola dari ruangan toko tersebut apabila pelaku
usaha tidak mampu untuk membeli ruko untuk melaksanakan kegiatan usahanya
6
Salim Hs, Op Cit Hal. 99
7
Sudarsono, Pengantar Ilmu Hukum, cetakan keempat, Rineka Cipta, Jakarta, 2004. Hal
45.
47
dikarenakan harga dari suatu bangunan relatif tinggi maka pelaku usaha tersebut dapat
memilih untuk menyewa sebuah ruangan toko yang harganya lebih terjangkau dari pada
dengan membeli bangunan ruko, sehingga timbul hubungan saling ketergantungan antara
pelaku usaha sebagai penyewa dengan pihak yang menyewakan ruangan tersebut.
Ada beberapa unsur yang memberi wujud pengertian perjanjian, antara lain
hubungan hukum (rechtsbetrekking) yang menyangkut Hukum Kekayaan antara dua
orang (persoon) atau lebih, yang memberi hak pada satu pihak dan kewajiban pada pihak
lain tentang suatu prestasi. Dengan demikian perjanjian (overeenkomst) adalah hubungan
hukum atau rechtsbetrekking yang oleh hukum itu sendiri diatur dan disahkan cara
perhubungannya.9
Hubungan hukum antara pihak yang satu dengan yang lain tidak dapat timbul
dengan sendirinya. Hubungan itu tercipta oleh karena adanya “tindakan hukum” atau
rechtshandeling. Tindakan atau perbuatan hukum yang dilakukan oleh pihak-pihaklah
yang menimbulkan hubungan hukum perjanjian sehingga terhadap satu pihak diberi hak
oleh pihak yang lain untuk memperoleh prestasi. Sedangkan pihak yang lain itupun
menyediakan diri dibebani dengan “kewajiban” untuk menunaikan prestasi. Tanpa
prestasi hubungan hukum yang dilakukan berdasar tindakan hukum sama sekali tidak
mempunyai arti apa-apa bagi hukum perjanjian. Pihak yang berhak atas prestasi
mempunyai kedudukan sebagai “schuldeiser” atau “kreditur”. Pihak yang wajib
menunaikan prestasi berkedudukan sebagai “schuldenaar” atau “debitur”.10
Alternatif yang biasa diambil oleh masyarakat Indonesia adalah dengan cara
menyewa tanah dan bangunannya karena dianggap praktis dan tidak memerlukan biaya
yang cukup besar sehingga dianggap menguntungkan. Sewa menyewa itu sendiri diatur
dalam Kitab Udang-Undang Hukum Perdata. Adapun definisi dari pada sewa menyewa
terdapat dalam Pasal 1548 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang berbunyi:
8
M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 2016. Hal. 6.
9
Handri Raharjo, Hukum Perjanjian di Indonesia, Pustaka Yustisia, Yogyakarta. 2009,
Hal. 42.
10
M. Yahya Harahap Op Cit Hal. 7
48
Sewa menyewa adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu mengikat
dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lain kenikmatan dari suatu barang
selama suatu waktu tertentu dan dengan pembayaran sesuatu harga yang oleh
pihak yang tersebut terakhir itu disanggupi pembayarannya11.
a. Bagi pihak yang menyewakan ia akan memperoleh keuntungan dari harga sewa
yang diberikannya juga dapat memperluas bidang usaha yang akan
dikembangkannya.
b. Bagi pihak penyewa ia dapat menghemat sebagian dari dananya dengan cara
menyewa suatu tempat atau barang daripada ia membelinya dikarenakan harga
membeli suatu barang relatif tinggi. Selain itu ia juga tidak disibukkan dalam hal
pembayaran pajak terhadap barang ataupun bangunan lokasi apabila ia membeli
suatu barang.
c. Sewa menyewa seperti halnya dengan jual beli dan perjanjian-perjanjian lain
pada umumnya adalah suatu perjanjian konsensual. Artinya, ia sudah sah dan
mengikat pada detik tercapainya sepakat mengenai unsur-unsur pokoknya, yaitu
barang dan harga.12
11
R.Subekti. dan R.Tjitrosudibio. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pradnya
Paramita. Jakarta. 2004, Hal.381.
12
R. Subekti, Aneka Perjanjian, (Cetakan X. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung: 1995,
Hal. 40.
13
I.G. Rai Widjaya, Merancang Suatu Kontrak, Contract Drafting Teori Dan Praktik,
Kesaint Blanc, Jakarta, 2008. Hal. 168.
14
Harun Al-Rasyid, Upaya Penyelesaian Sengketa Sewa Menyewa Perumahan Menurut
Ketentuan Perundang-Undangan, Ghalia Indonesia, Jakarta. 2003. Hal. 45
49
dengan Perjanjian Sewa Menyewa. Sewa menyewa rumah, ruangan atau toko adalah
keadaan dimana rumah, ruangan atau toko dihuni oleh bukan pemilik berdasarkan
perjanjian sewa menyewa. Sewa menyewa merupakan bentuk dari salah satu perjanjian
yang terdiri dari dua pihak yaitu pihak penyewa dan pihak yang menyewakan. Perjanjian
pada pokoknya mengatur hubungan dimana kedua belah pihak saling mempunyai prestasi
secara timbal balik, sehingga menimbulkan suatu hak dan kewajiban dari masing-masing
pihak yang mengadakan perjanjian15.
Undang-undang dan pendapat para ahli melihat perjanjian sewa menyewa akan
menimbulkan suatu hak dan kewajiban diantara masing-masing pihak. Pihak penyewa
mempunyai hak untuk menempati ruangan atau toko yang disewa dalam suatu waktu
tertentu yang telah ditentukan dan berkewajiban membayar sejumlah harga tertentu yang
telah diperjanjikan. Pihak pemilik tempat atau ruangan berhak atas pembayaran sejumlah
uang tertentu dan berkewajiban menyerahkan ruangan atau toko kepada penyewa untuk
dinikmati pada masa waktu tertentu. Perjanjian sewa menyewa dianggap sah dan
mengikat pada saat tercapainya kata sepakat antara kedua belah pihak. Apabila benda
yang dijadikan objek sewa menyewa tidak mampu dibayar oleh penyewa sesuai dengan
kesepakatan, maka objek penguasaan sewa menyewa kembali kepada yang menyewakan.
Perumusan Masalah
1. Bagaimana Hak dan Kewajian Para Pihak Dalam Perjanjian Sewa Menyewa?
2. Bagaimana Perjanjian Sewa Menyewa berakhir dengan wanprestasi sebelum
habis waktu perjanjian?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui Hak dan Kewajian Para Pihak Dalam Perjanjian Sewa
Menyewa.
2. Untuk mengetahui Perjanjian Sewa Menyewa berakhir dengan wanprestasi
sebelum habis waktu perjanjian.
Jenis penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif yaitu jenis penelitian
yang dilakukan dengan mempelajari norma-norma yang ada atau peraturan perundang-
undangan yang terkait dengan permasalahan yang dibahas.16
15
Ahmadi Miru, Hukum kontrak & perancangan kontrak. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta, 2007, Hal. 34
16
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1984. Hal. 51
50
penulisan hukum yang mendasarkan pada karakteristik ilmu hukum yang berdasarkan
pada karakteristik ilmu hukum yang normatif.17
Untuk mengetahui data yang dipergunakan dalam penulisan ini maka penulis
mempergunakan metode yaitu Penelitian kepustakaan (Library Research) yaitu dengan
melakukan penelitian terhadap berbagai sumber bacaan yaitu buku-buku, majalah hukum,
peraturan undang-undang, pendapat para sarjana, dan juga bahan-bahan kuliah.
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif yang menekankan
pada pemahaman mengenai masalah-masalah dalam kehidupan sosial berdasarkan
kondisi realitas atau natural setting yang holistis, kompleks dan rinci.18 Data kualitatif
yang diperoleh secara sistematis dan kemudian substansinya dianalisis untuk memperoleh
jawaban tentang pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini
secara kualitatif untuk mendapatkan jawaban yang pasti dan hasil yang akurat. Sedangkan
data-data berupa teori yang diperoleh dikelompokkan sesuai dengan sub bab pembahasan,
selanjutnya dianalisis secara kualitatif sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang
pokok permasalahan.
Hak pihak yang menyewakan adalah hak-hak yang akan diterima oleh pihak yang
menyewakan adalah sebagai berikut:19
a. Pihak yang menyewakan berhak atas uang sewa yang harus dibayar oleh penyewa
pada waktu tertentu sesuai dengan perjanjian sewa menyewa.
b. Pihak yang menyewakan berhak atas pandbeslag, yaitu penyitaan yang dilakukan
oleh pengadilan atas permohonan yang menyewakan seperti mengenai perabot-
perabot rumah yang berada dirumah yang disewakan dalam hal penyewa menunggak
uang sewa rumah untuk dilelang dalam hal penyewa tidak membayar lunas
tunggakan uang sewa itu.
c. Pihak yang menyewakan berhak meminta pembatalan perjanjian dan ganti rugi
apabila:
1) Pihak penyewa mengulang sewakan barang atau benda yang disewa tersebut
kepada pihak lain sedangkan hal tersebut dalam Pasal 1561 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata dilarang dalam perjanjian sewa menyewa.
17
Astri Wijayanti, Strategi Penulisan Hukum, Lubuk Agung, Bandung. 2011. Hal 163.
18
Syamsul Arifin, Mejtode Penulisan Karya Ilmiah dan Penelitian Hukum, Medan Area
University Press, 2012 Hal. 66
19
R.M. Suryodiningrat, Perikatan-Perikatan Bersumber Perjanjian, Tarsito, Bandung.
2002, Hal. 46.
51
2) Pihak penyewa memakai barang yang disewa secara lain dari tujuan yang
dimaksud sehingga mengakibatkan kerugian kepada pihak yang menyewakan
yakni suatu kerusakan atau tidak dapat dipakai kembali barang atau benda yang
disewakan tersebut. Hal ini diatur dalam Pasal 1561 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata.
Mengenai kewajiban pertama, yakni pada saat telah terjadinya kesepakatan dalam
perjanjian, barang yang disewakan harus diserahkan kepada pihak penyewa untuk
dapat dinikmati. Adapun mengenai penyerahan benda pada persetujuan sewa
menyewa adalah penyerahan nyata atau sering disebut penyerahan secara
deliverence. Pihak yang menyewakan harus melakukan tindakan pengosongan serta
menentukan barang yang disewa. Oleh karena dalam sewa menyewa pihak yang
menyewakan hanya wajib melakukan penyerahan nyata, dari padanya tidak dapat
dituntut penyerahan yuridis.21
b. Memelihara benda yang disewakan sedemikian sehingga benda itu dapat dipakai
untuk keperluan yang dimaksudkan.22
Dalam hal kewajiban kedua, pihak yang menyewakan wajib memelihara dan
melakukan perbaikan selama perjanjian sewa menyewa masih berjalan sehingga
barang yang disewa tetap dapat dipakai sesuai dengan hajat yang dikehendaki pihak
penyewa, kecuali dalam hal reparasi kecil sebagaimana yang ditentukan Pasal 1551
ayat 2 KUH Perdata.
20
Ibid Hal. 46
21
M. Yahya Harahap Op Cit Hal. 228
22
R. M. Suryodiningrat, Op.Cit., Hal. 45
23
M. Yahya Harahap Op Cit Hal. 229
52
c. Menjamin kepada penyewa kenikmatan tentram dan damai atas benda selama
perjanjian sewa menyewa berlangsung.
Pada keterangan di atas, kewajiban ketiga dari pihak yang menyewakan ini dapat
ditegaskan bahwa jaminan bagi penyewa untuk menikmati benda yang disewanya dengan
tentram dan damai adalah kewajiban pihak yang menyewakan untuk menangkis tuntutan
pihak ketiga.24
Oleh karena itu setiap cacat yang dapat menimbulkan gangguan pemakaian,
mewajibkan pihak yang menyewakan untuk mengganti kerugian. Setiap gangguan di
luar akibat overmacht dapat dianggap sebagai keadaan “wanprestasi”. Akan tetapi
sesuatu hal yang tidak dapat dianggap wanprestasi jika sesuatu hal itu hanya bersifat
kurang nikmat, yang tidak merupakan akibat gangguan penikmatan. Apalagi jika
hilangnya atau kurangnya penikmatan tadi oleh karena keadaan yang tidak terduga
sebelumnya. Hal seperti ini tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak yang
menyewakan.
2) Pihak yang menyewakan tidak boleh merubah bangunan dan susunan barang yang
disewa selama perjanjian sewa menyewa masih berlangsung.
Larangan ini sesuai dengan azas penikmatan yang harus diberikan kepada penyewa
yakni atas seluruh barang yang disewa. Oleh karena itu merubah atas sebahagian
atau susunan barang yang disewa, sedikit banyak dapat menimbulkan gangguan atas
penggunaan dan penikmatan barang.27
24
R. Subekti 1995 Op Cit Hal. 42
25
Ibid
26
Ibid
27
M. Yahya Harahap, Lo.Cit., Hal. 226
53
Hak pihak penyewa. Selain hak dan kewajiban yang diterima dan dilaksanakan oleh
pihak yang menyewakan, pihak penyewa juga memiliki hak dan kewajibannya dalam
pelaksanaan perjanjian sewa menyewa. Hal-hal yang menjadi hak dari pihak penyewa
yaitu:28
1. Pihak penyewa berhak atas penyerahan barang dalam keadaan terpelihara sehingga
barang itu dapat dipergunakan untuk keperluan yang diperlukan.
2. Pihak penyewa berhak atas jaminan dari pihak yang menyewakan mengenai
kenikmatan tentram dan damai dan tidak adanya cacat yang merintangi pemakaian
barang yang disewanya.
3. Pihak penyewa berhak mengehentikan sewa menyewa apabila barang yang
disewakan tidak dapat dipergunakan oleh pihak penyewa. Hal ini diatur dalam Pasal
1555 ayat (3) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
4. Pihak penyewa diperbolehkan pada waktu mengosongkan barang yang disewa,
membongkar dan membawa segala apa yang ia miliki dengan biaya sendiri telah
membawa barang pada tempat sewa, asalkan pembongkaran dan pembawaan itu
dilakukan Undang Hukum Perdata.
Kewajiban pihak penyewa sesuai dengan ketentuan Pasal 1560 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata, pihak penyewa mempunyai dua kewajiban yakni:29
1. Pihak penyewa diwajibkan untuk memakai barang sewaan secara sangat berhati-hati
dan menurut tujuan dan maksud dari pada persetujuan sewa menyewa.
2. Pihak penyewa berkewajiban untuk membayar uang sewa pada waktu-waktu yang
ditentukan dalam persetujuan sewa menyewa.
Pada kewajiban kedua pihak penyewa yaitu dengan membayar uang sewa, tidak
diatur lebih lanjut oleh Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Menurut Pasal 1393 ayat
(2) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyebutkan: “Pembayaran uang sewa ini
harus dilakukan ditempat kediaman pihak yang menyewakan, jadi harus dibawa ke
tempat kediamannya, kecuali apabila pihak yang menyewakan pindah ke lain kediaman,
dan dalam hal mana pembayaran uang sewa harus dilakukan pada tempat kediaman si
penyewa, jadi pihak yang menyewakan harus menarik sewanya ke tempat kediamannya
tersebut.
28
R.M. Suryodiningrat, Op.Cit., Hal. 48
29
Hasim Purba, Op.Cit., Hal. 85
30
M. Yahya Harahap, Op.Cit., Hal. 230
54
ditimbulkan pihak penyewa, mewajibkan pihak penyewa tersebut “membayar ganti rugi”.
Atau atas reparasi kecil yang dibiarkan pihak penyewa, dapat diperbaiki langsung oleh
pihak yang menyewakan atas beban tagihan rekening pihak penyewa. Akan tetapi
mengenai “kebakaran” yang memusnahkan barang yang disewa tidak dapat
dipertanggungjawabkan kepada pihak penyewa. Kecuali jika dapat dibuktikan bahwa
terjadinya kebakaran akibat kesalahan dan kelalaian pihak penyewa. Berarti kebakaran
yang dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak penyewa harus atas dasar
“kesengajaan”, perbuatan demikian dianggap merupakan perbuatan onrechtmatigedaad
atau perbuatan melanggar hukum yang dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak
penyewa.
Pihak penyewa juga berkewajiban menyerahkan kembali barang sewa pada akhir
persewaan.32 Pengembalian ini dapat dilihat berdasarkan ketentuan Pasal 1562 dan 1563
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang mewajibkan pihak penyewa untuk
mengembalikan barang yang disewa kepada pihak yang menyewakan sebagaimana
keadaan barang itu sesuai dengan keadaan waktu diserahkan ketangan pihak penyewa.
Jadi pada prinsipnya penyewa harus mengembalikan barang sebagaimana keadaan barang
sewaktu diterima pihak penyewa.33
Jika barang yang disewa terdiri atas barang yang tidak bergerak, pada saat
pengembalian kepada pihak yang menyewakan maka semuanya harus sudah
dikosongkan. Namun apabila pihak penyewa ingin melanjutkan kembali persewaan atas
barang yang disewakan maka pihak penyewa harus melakukan perpanjangan sewa
dengan persetujuan pihak yang menyewakan. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa
kewajiban dari pihak yang menyewakan merupakan hak dari pihak penyewa dan
kewajiban pihak penyewa merupakan hak dari pihak yang menyewakan.
Ada dua hal yang perlu diketahui berkenaan dengan berakhirnya sewa menyewa
yakni:34
31
R. Subekti 1995 Op.Cit., Hal. 43.
32
Hasim Purba,Op.Cit., Hal. 86
33
M. Yahya Harahap, Op.Cit., Hal. 231
34
I.G. Rai Widjaya, Op.Cit., Hal. 174.
55
a. Perjanjian sewa tidak sekali-kali hapus dengan meninggalnya pihak yang
menyewakan maupun dengan meninggalnya pihak yang menyewa. Hal ini diatur
dalam Pasal 1575 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
b. Dengan dijualnya barang yang disewa, suatu sewa menyewa yang telah dibuat
sebelumnya tidaklah putus kecuali apabila hal tersebut telah diperjanjikan pada waktu
menyewakan barang dan apabila ada diperjanjikan demikian, si penyewa tidak berhak
menuntut suatu ganti rugi jika tidak ada suatu janji yang tegas. Tetapi apabila janji
yang demikian itu memang ada, si penyewa tidak diwajibkan mengosongkan barang
yang disewa selama ganti rugi yang terutang belum dilunasi.
Dalam perjanjian sewa menyewa yang masa berakhirnya telah ditentukan secara
tertulis, sewa menyewa dengan sendirinya berakhir sesuai dengan batas waktu yang
telah ditentukan para pihak. Jadi jika lama sewa menyewa sudah ditentukan dalam
persetujuan secara tertulis, perjanjian sewa berakhir tepat pada saat yang telah
ditetapkan. Pemutusan sewa dalam hal ini tidak perlu lagi diakhiri dengan surat
lain.35
2) Sewa menyewa yang berakhir dalam waktu tertentu yang diperjanjikan secara lisan.
Dalam hal ini berakhirnya sewa tidak disudahi sesaat setelah lewatnya batas waktu
yang ditentukan. Melainkan setelah adanya pemberitahuan dari salah satu pihak yang
menyatakan kehendak akan mengakhiri sewa menyewa. Pemberitahuan pengakhiran
sewa tersebut harus memperhatikan jangkauan waktu yang layak menurut kebiasaan
setempat. Batas waktu antara penghentian dengan pengakhiran inilah yang disebut
jangka waktu penghentian. Jangka waktu penghentian tidak boleh terlampau pendek.
Tetapi memberi jangka waktu yang layak memungkinkan pihak penyewa
mempersiapkan segala sesuatu mengatasi akibat dari pengakhiran sewa.36
3) Pengakhiran sewa menyewa baik tertulis maupun dengan lisan yang tidak ditentukan
batas waktu berakhirnya.
Dalam bentuk perjanjian sewa menyewa seperti ini, secara umum dapat disimpulkan
bahwa penghentian dan berakhirnya berjalan sampai pada saat yang dianggap pantas
oleh kedua belah pihak. Atau batas waktu pengehentian yang selayaknya ini
berpedoman kepada kepatutan dan kebiasaan setempat. Misalnya pengakhiran sewa
berjangka waktu seminggu seperti pada sewa menyewa penginapan ditempat
rekreasi, dapat juga dengan jangka waktu sebulan tergantung pada pemakaian barang
yang bersangkutan. Hal ini dikemukakan karena undang-undang tidak mengatur cara
pengakhiran perjanjian sewa tanpa batas waktu.37
35
M. Yahya Harahap, Op.Cit., Hal. 238
36
Ibid., Hal. 239.
37
Ibid., Hal. 240
56
menyatakan hendak memakai sendiri barang yang disewakan, kecuali jika telah
diperjanjikan. Namun apabila ketentuan seperti ini tidak disebut dalam persetujuan,
maka pihak yang menyewakan tidak dapat mempergunakan alasan tersebut”.
1. Hak dan kewajian para pihak dalam perjanjian sewa menyewa, Hak pihak yang
menyewakan adalah hak-hak yang akan diterima oleh pihak yang menyewakan
adalah Pihak yang menyewakan berhak atas uang sewa yang harus dibayar oleh
penyewa pada waktu tertentu sesuai dengan perjanjian sewa menyewa. Pihak
yang menyewakan berhak atas pandbeslag, yaitu penyitaan yang dilakukan oleh
pengadilan atas permohonan yang menyewakan seperti mengenai perabot-perabot
rumah yang berada dirumah yang disewakan dalam hal penyewa menunggak
uang sewa rumah untuk dilelang dalam hal penyewa tidak membayar lunas
tunggakan uang sewa itu. Pihak yang menyewakan berhak meminta pembatalan
perjanjian dan ganti rugi. Hak pemberi sewa adalah menyerahkan benda yang
disewakan kepada penyewa, memelihara benda yang disewakan sedemikian
sehingga benda itu dapat dipakai untuk keperluan yang dimaksudkan
2. Perjanjian sewa menyewa berakhir dengan wanprestasi sebelum habis waktu
perjanjian yaiu persetujuan sewa menyewa dapat berakhir dengan sendirinya
pada waktu tertentu, setelah dihentikan dengan memperhatikan suatu tenggang
tertentu. Meskipun sewa menyewa merupakan suatu perjanjian yang konsensuil,
namun oleh undang-undang diadakan perbedaan antara sewa tertulis dan sewa
lisan.
Saran
57
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Ahmadi Miru, Hukum kontrak & perancangan kontrak. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta, 2007.
I.G. Rai Widjaya, Merancang Suatu Kontrak, Contract Drafting Teori Dan Praktik,
Kesaint Blanc, Jakarta, 2008,
R. Subekti, Aneka Perjanjian, (Cetakan X. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung: 1995.
Salim Hs, Hukum Kontrak, Teori & Tekhnik Penyusunan Kontrak, Penerbit Sinar
Grafika, Jakarta. 2003.
Sudarsono, Pengantar Ilmu Hukum, cetakan keempat, Rineka Cipta, Jakarta, 2004.
Syamsul Arifin, Mejtode Penulisan Karya Ilmiah dan Penelitian Hukum, Medan Area
University Press, 2012
Peraturan Perundang-Undangan
58