Skripsi Fix
Skripsi Fix
Skripsi Fix
PENDAHULUAN
infrastruktur seperti jalan tol, sarana telekomunikasi adalah hal-hal aktual yang
Oleh karena itu jasa konstruksi adalah sebuah sektor yang memegang peran
penting di dalam pembangunan Indonesia, karena hal tersebut dijadikan sebagai alat
dapat terlepas dari peralatan. Hal tersebut guna membantu usahanya agar dapat
selesai dengan tepat waktu. Sehingga dengan adanya keadaan tersebut, membuka
1
C.S.T, Kansil. (2012) Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. PN.Balai
1
peluang kepada perusahaan khususnya yang bergerak di bidang jasa konstruksi untuk
penyewaan alat berat. Seperti dozer, excapator, loader, foco truck, drum roller,
antara dua orang atau lebih berisi janji-janji secara timbal balik yang di akui oleh
hukum, atau pelaksanaannya diakui sebagai kewajiban hukum dan mempunyai unsur
asing. Unsur asing yang di maksud adalah subjeknya atau objek yang di perjanjikan
atau sistem hukumnya.2 Buku III KUH-Perdata menganut sistem terbuka (Open
System), artinya bahwa para pihak bebas mengadakan kontrak dengan siapa pun,
lisan maupun tertulis. Di samping itu, di perkenakan untuk membuat kontrak baik
Hukum Perdata.
Suatu perjanjian dinamakan juga sebagai suatu persetujuan, oleh karena dua
pihak itu setuju untuk melakukan sesuatu. Dapat dikatakan bahwa antara perjanjian
dan persetujuan itu adalah sama artinya. Dimana persetujuan atau yang dinamakan
Overeenkomsten yaitu “suatu kata sepakat antara dua pihak atau lebih mengenai harta
2
Umar Said Sugianto. (2014). Pengantar Hukum Indonesia. Sinar Grafika. Jakarta. h.303.
3
Wirjono Prodjodikoro. (2011). Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu. Penerbit
Sumur. Bandung. h.11
2
Perjanjian atau kontrak yang telah di atur dalam KUH-Perdata, seperti jual beli,
perjanjian atau kontrak baru, seperti Leasing, beli sewa, franchise, surrogate mother,
umumnya, karena perjanjian ini dapat menguntungkan para pihak, baik itu pihak
dengan nilai guna dan manfaat benda dari benda yang disewakan untuk memenuhi
sewa yang telah diberikan oleh pihak si penyewa. Benda yang menjadi obyek
perjanjian sewa menyewa bisa bermacam-macam, mulai dari mobil, bus, hingga
buku-buku dan film dalam bentuk CD dan DVD. Tak terkecuali excavator atau alat-
alat berat, yang sering digunakan dalam pembangunan gedung, jalan dan kegiatan-
Kini, alat-alat berat tidak hanya dapat diperoleh dengan cara membeli saja,
melainkan juga digunakan dengan sistem menyewa. Hal ini tentu saja
4
AK Syahmin. (2006). Hukum Kontrak Internasional. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. h. 35.
5
Salim. (2006). Perkembangan Hukum Kontrak di luar KUH-Perdata. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta. h. 157.
3
Salah satu perbuatan atau hubungan hukum tersebut adalah perjanjian sewa-
menyewa. Perjanjian sendiri adalah suatu hubungan hukum mengenai harta benda
kekayaan antara dua pihak, dalam masa satu pihak berjanji atau dianggap berjanji
untuk melakukan suatu hal atau untuk tidak melakukan suatu hal, sedang pihak lain
pihak penyewa harus dapat menjaga barang yang di sewanya, kemudian pemilik sewa
harus menyerahkan bendanya dalam keadaan baik dan dapat di nikmati oleh pihak
dari waktu yang telah di sepakati dan pembayaran. Perkataan pembayaran ialah
pelaksanaan atau pemenuhan tiap perjanjian secara suka rela, artinya tidak dengan
paksaan atau eksekusi.8 Suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu mengingatkan
dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain dapat membayar
Perjanjian sewa menyewa ini pada dasarnya sama seperti perjanjian jual beli,
hanya saja perbedaannya adalah pada perjanjian jual beli benda atau barang telah
uang kepada si penjual. Sedangkan pada perjanjian sewa-menyewa ini, benda atau
6
Wirjono Prodjodikoro. (2011). Azas-Azas Hukum Perjanjian. Mandar Maju. Bandung. h. 11.
7
Salim HS. (2015). Hukum Kontrak. Sinar Grafika. Jakarta.
8
Subekti. (2001). Pokok-Pokok Hukum Perdata. Intermasa. Jakarta. h. 152.
9
Widijowati Dijan. (2012). Hukum Dagang. Andi. Yogyakarta. h. 165.
4
barang yang telah disepakati tidak dapat dimiliki oleh si penyewa. Si penyewa hanya
dapat menikmati manfaat benda atau barang tersebut dengan menggunakannya saja
dan itupun dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan para pihak.
penyewaan alat berat. Alat berat merupakan salah satu sumber daya peralatan yang di
gunakan dalam suatu proyek. Sehingga membuka peluang bagi pengusaha yang ada
penyimpangan terhadap hukum atau pelanggaran hukum karena ada pihak yang di
rugikan atau pihak lain yang merasa tidak puas dengan suatu kesepakatan atau
perjanjian yang telah di sepakati. Terjadinya karena wanprestasi pihak debitur dalam
suatu perjanjian, membawa akibat yang tidak mengenakan bagi debitur yaitu:
1. Mengganti Kerugian;
3. Jika perikatan itu timbul dari perikatan timbal balik, kreditur dapat minta
10
Miru Ahmadi. (2007). Hukum Perlindungan Konsumen. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta. h. 128.
5
Wanprestasi diatur dalam Pasal 1243 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUH Perdata), berbunyi: “Penggantian biaya, kerugian dan bunga karena tak
dinyatakan lalai, tetap lalai untuk memenuhi perikatan itu, atau jika sesuatu yang
harus diberikan atau dilakukannya hanya dapat diberikan atau dilakukan hanya
dapat diberikan atau dilakukannya dalam waktu yang melampaui waktu yang telah
ditentukan.11
PT. Tadika Konsultan memiliki kurang lebih 20 unit alat berat Alat berat
yang dimiliki bervariasi jenis, diantaranya excavator, dozer, vibro, trailer, dan lain
memperhatikan kondisi alat berat, kondisi mesin, sampai dengan operator ahli pun
adanya suatu perjanjian sewa menyewa yang di sepakati oleh si penyewa dan si
pemberi sewa, dalam hal sewa menyewa telah adanya suatu aturan yang mengatur
tentang perjanjian sewa menyewa yang telah di jelaskan dalam KUH-Perdata Buku
ke tiga tentang perikatan dalam Pasal 1550, 1560, 1564 Tentang Hak dan
oleh PT. Tadika Konsultan dengan penyewa telah adanya suatu perjanjian yang
11
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1243 Tentang Wanprestasi.
6
terebih dahulu di buat oleh pemberi sewa ( PT. Tadika Konsultan) dengan penyewa
sebelum melakukan perjanjian sewa menyewa alat berat yang di jelaskan dalam
yang disewa kepada PT. Tadika Konsultan sebelum jatuh tempo paling lambat 1
bulan, akan tetapi dalam kenyataan dilapangan sering terjadi keterlambatan dalam
pengembalian alat berat yang disewakan oleh PT. Tadika Konsultan kepada si
Tadika Konsultan”.
1.2 Permasalahan
berikut :
Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam penulisan skripsi ini adalah :
7
1. Prosedur pelaksanaan perjanjian sewa menyewa alat berat excavator antara
2. Penyelesaian sengketa dari perjanjian sewa menyewa alat berat excavator pada
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
8
b. Bagi Penulis
Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif yaitu jenis
penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan bahan hokum primer, sekunder dan
tersier. Dari segi kegunaan atau manfaatnya, penelitian ini lebih tepat dikategorikan
sebagai jenis penelitian terapan (Applied Research), yakni jenis penelitian yang
praktis, sehingga jenis penelitian ini dapat juga disebut dengan Operational Research
12
Supardi. (2005). Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. UII Press. Yogyakarta. H. 26
9
1.6.2. Sifat Penelitian
deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk
dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang ditangani.
berkaitan dengan isu yang dihadapi yang telah menjadi putusan pengadilan yang
kasus yaitu tentang perjanjian sewa menyewa excavator yang dilakukan oleh PT.
Tadika Konsultan.
Sumber data dalam mengerjakan skripsi ini terdapat beberapa bahan hukum
1. Bahan Hukum Primer: adalah bahan hukum yang mengikat. Dalam penulisan
skripsi ini yang menjadi bahan hukum primer adalah Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata.
10
2. Bahan Hukum Sekunder: adalah bahan hukum yang menjelaskan bahan hukum
primer. Dalam penulisan skripsi ini yang menjadi bahan hukum sekunder adalah
buku-buku literatur tentang perjanjian, hasil-hasil penelitian dan tulisan para ahli
3. Bahan Hukum Tersier: adalah bahan hukum yang dapat memberikan petunjuk
Dalam penulisan skripsi ini yang menjadi bahan hukum tersier adalah kamus,
demikian juga dengan penulisan skripsi ini penulis berusaha untuk memperoleh data-
data maupun bahan-bahan yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini setidak-
tidaknya dapat lebih dekat kepada golongan karya ilmiah yang baik.
11
dahulu oleh penulis sebagai pedoman, metode ini digunakan agar responden
Penelitian ini analisis data yang dilakukan secara kualitatif yang menekankan
dianalisis untuk memperoleh jawaban tentang pokok permasalahan yang akan dibahas
dalam penulisan skripsi ini secara kualitatif untuk mendapatkan jawaban yang pasti
dan hasil yang akurat. Sedangkan data-data berupa teori yang diperoleh
mengenai isi dari tiap-tiap bab. Berikut ini akan diuraikan secara angka sistematika
BAB I PENDAHULUAN
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Isi tinjauan Pustaka sangat berkaitan dengan permasalahan yang diteliti, Pada
merupakan bagian yang menulis langsung dari buku-buku referensi yang telah
disediakan.
Bab ini penulis menyajikan hasil penelitian dan melakukan analisis terhadap
BAB IV PENUTUP
Bab ini penulis akan menarik kesimpulan dan memberikan saran sehubungan
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Perjanjian
ovreenkomst dalam bahasa Belanda atau istilah agreement dalam bahasa Inggris. Jadi,
dengan istilah “perikatan” dimaksudkan sebagai semua ikatan yang di atur dalam
KUH Perdata, jadi termasuk juga baik perikatan yang terbit karena undang-undang
Hukum perjanjian dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah contract yang
dalam praktik sering dianggap sama dengan istilah perjanjian. Bahkan dalam bahasa
Indonesia pun sudah sering di pergunakan istilah kontrak. misalnya untuk sebutan
Perjanjian adalah suatu kesepakatan di antara dua atau lebih pihak yang
13
Munir Funady. (2015). Konsep Hukum Perdata. Rajawali: Jakarta Pers. h. 179.
14
Menurut Subekti, perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seseorang atau
lebih berjanji kepada pihak lain untuk melaksanakan suatu hal, di mana dengan
dengan merujuk pada Pasal 1233 KUH Perdata, perikatan-perikatan bersumber pada
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, yang menyatakan bahwa Buku ketiga KUH Perdata
Ada beberapa asas yang dapat di temukan dalam Hukum Perjanjian, di antaranya
sebagai berikut :
hukum yang berlaku bagi subjek hukum. Dalam hal ini para pihak dalam suatu
kontrak.
b. Asas kebebasan berkontrak, bahwa para pihak dalam suatu perjanjian bebas untuk
menentukan materi atau isi suatu perjanjian sepanjang tidak bertentangan dengan
Asas ini tercermin jelas dalam pasal 1338 KUH Perdata yang di rumuskan
sebagai berikut :
14
Wirijono Prodjodikoro. (2000). Asas-Asas Hukum Perjanjian. Mandar maju. Bandung. h. 3.
15
1) Semua persetujuan yang di buat secara sah berlaku sebagai undang-undang
2) Persetujuan itu tidak dapat tertarik kebali selain dengan sepakat kedua belah
untuk itu.
3) Kebebasan untuk menentukan atau memilih kausa dari perjanjian yang akan
di buatnya.
c. Asas pacta sun servanda, adalah janji itu mengikat, bahwa suatu kontrak disebut
secara sah oleh para pihak mengikat para pihak tersebut secara penuh sesuai isi
kontrak tersebut.
mengikatnya sebuah perjanjian yang di buat oleh para pihak dalam bentuk
perjanjian apapun terutama dalam bentuk perjanjian tidak tertulis. Asas Pacta Sun
16
servanda merupakan asa yang tidak berdiri sendiri seperti asas-asas perjanjian
lainnya.
d. Asas konsensul, suatu perjanjian timbul apabila telah ada konsensus atau
persesuaian kehendak antara para pihak. Dengan kata lain, sebelum tercapainya
kata sepakat, perjanjian tidak mengikat. Konsensus tersebut tidak perlu di taati
e. Asas obligator, yaitu jika suatu kontrak sudah di buat, maka para pihak telah
terikat, tetapi keterikatannya itu hanya sebatas timbulnya hak dan kewajiban
semata-mata.
f. Asas ketetapan waktu, setiap kontrak apa pun bentuknya, harus memiliki batas
setiap kegiatan yang telah di sepakati harus diselesaikan tepat waktu. Prinsip ini
Asas-asas tersebut di atas merupakan asa yang timbul sebagai akibat dari
perjanjian suatu kontrak atau perjanjian. Dalam suatu kontrak asas tersebut secara
tidak langsung pasti muncul karena hahekat dari suatu kontak adalah timbulnya hak
17
dan kewajiban masing-masing pihak. Oleh karena itu maka semua asas tersebut di
Suatu perjanjian baru sah dan karenanya akan menimbulkan akibat hukum
jika di buat secara sah sesuai hukum yang berlaku. Persyaratan-persyaratan hukum
yang harus di penuhi agar sebuah perjanjian ini sah dan mengikat, adalah sebagai
berikut :
Suatu kontrak di anggap sah dan mengikat apabila kontrak itu telah memenuhi
semua syarat-syarat seperti yang di tetapkan di dalam Pasal 1320 KUH Perata
2) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan, yaitu para pihak secara hukum
harus sudah dewasa atau cakap berbuat. Jika salah satu pihak belum dewasa,
ia dapat diwakili oleh walinya. Namun, dalam praktisi, kadang kala umur
yang menjadi tolak ukur apakah seorang itu sudah dewasa atau belum dewasa
tidak dicantumkan dalam komparasi naskah kontrak. Akan tetapi, usia para
15
Munir Fuandy. (2002). Pengantar Hukum Bisnis. PT. Cinta Aditya bakti. Bandung. h.13.
18
pihak jika tidak disebutkan, maka dapat di asumsikan bahwa para pihak sudah
dewasa.
3) Mengenai suatu hal tertentu, dalam suatu kontrak objek perjanjian harus
jelas dan di tentukan oleh para pihak, ojek perjanjian tersebut dapat berupa
barang maupun jasa, namun dapat juga berupa tidak berbuat sesuatu. Hal
tersebut ini dalam kontrak disebut prestasi yang dapat berwujud barang,
4) Suatu sebab yang halal, yaitu isi dan tujuan suatu perjanjian haruslah
a) Kausa yang halal di lihat dari pengertian mitif dan tujuan atau
b) Kausa yang halal harus dikaitkan dengan isi kontrak. Isi kontrak
tersebut yaitu hal-hal yang di sepakati para pihak dalam kontrak, yang
16
Harlen Sinaga. (2015). Hukum Acara Perdata dengan Pemahaman hukum Material. PT.
Gelora Aksara Pratama. h. 29.
19
sebut antara lain dalam Pasal 1338 (ayat 3) dan 1339 KUH Perdata, yaitu
sebagai berikut:
saja) yang bersifat formalitas terhadap sahnya suatu perjanjian antara lain
2) Agar sah secara hukum, perjanjian tertentu harus di buat oleh pejabat
notaris.
b) Perjanjian jual beli tanah harus di buat oleh Pejabat Akte Tanah (
PPAT).
20
4. Syarat Khusus Substantif Sahnya Perjanjian
antara lain adalah bahwa agar suatu perjanjian gadai sah, maka harus di
objek gadai tersebut haruslah dialihkan dari pihak pemberi gadai ke pihak
1) Batal demi hukum (nietig, null and void). Dalam hal ini, kapan pun
pernah ada, dalam hal ini jika tidak terpenuhi syarat objektif dalam
oleh yang berkepentingan, dalam hal ini jika tidak terpenuhi syarat
21
3) Perjanjian tidak dapat dilaksanakan (unenforceable). Dalam hal ini,
tersebut tidak begitu saja batal, tetapi juga tidak dapat dilaksanakan,
bakukan dan di buat dalam bentuk formulir. Dengan kata lain, perjanjian
hukum.
2. Perjanjian bebas, dasar hukum kebebasan berkontrak ini yaitu Pasal 1338
KUH Perdata. Namun, mengingat KUH Perdata Pasal 1338 ayat (3)
22
3. Perjanjian tertulis dan tidak tertulis, dalam praktik, khususnya kontrak
dagang selalu di buat dalam bentuk tertulis karena kontrak tertulis dapat di
jadikan alat bukti bahwa telah terjadi suatu persetujuan para pihak. Juga
telah mengikat para pihak. Kontrak tertulis itu merupakan surat yang
berupa akta. Sementara itu, akta sendiri terdiri dari dua macam, yaitu akta
autentik dan akta di bawah tangan. Di sisi lain, kontrak tidak tertulis, dalam
mengenai bisnis kecil-kecilan yang terjadi tara para relasi bisnis yang
1. Perjanjian di bawah tangan yang di tanda tangani oleh para pihak yang
2. Perjanjian dengan saksi notaris untuk melegalisir tanda tangan para pihak.
satu pihak mungkin saja menyangkai isi perjanjian. Namun, pihak yang
23
3. Perjanjian yang di buat di hadapan dan oleh notaris dalam bentuk akta
notaris. Akta notaris adalah akta yang di baut di hadapan dan di muka
Mengenai jenis perjanjian, secara umum suatu perjanjian yang baik dalam
bentik tertulis maupun tidak tertulis terbagi atas beberapa jenis, di antaranya :
1. Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang menibulkan hak dan kewajiban
bagi kedua belah pihak, misalnya perjanjian jual beli, dan sewa-menyewa.
3. Perjanjian atas beban ialah perjanjian terhadap prestasi dari pihak yang satu
selalu terdapat kontrak prestasi dari pihak lain dan antara kedua prestasi itu ada
5. Perjanjian tidak bernama adalah yang tidak diatur dalam KUH Perdata, namun
berbagai unsur perjanjian, misalnya perjanjian pendirian pabrik pupuk dan diikuti
24
dengan perjanjian jual beli mesin pupuk serta perjanjian perbuatan teknik
7. Perjanjian obligator, yaitu perjanjian antara pihak-pihak yang mengikat diri untuk
8. Perjanjian kebendaan, yaitu perjanjian hak atas benda dialihkan (transfer of title)
penguasa/pemerintah.
25
2.1.1.6. Macam-macam Perjanjian.
untuk merawatnya sebagai seorang bapak rumah yang baik, sampai pada saat
penyerahan.
26
Tidak berbuat sesuatu artinya tidak melakukan perbuatan seperti yang telah
sebutkan dalam Pasal 1242 KUH Perdata “Jika perjanjian itu bertujuan untuk
tidak berbuat sesuatu, maka pihak yang manapun jika yang berbuat berlawanan
Kewajiban penggantian biaya, rugi dan bunga bagi debitur dalam suatu
apa yang di perjanjikan atau ingkar janji pada tenggang waktu yang di tentukan.
istilah “charter”, padahal secara hukum kedua istilah tersebut berbeda. Istilah
pemakaian sebuah kendaraan atau alat serta pengemudinya yang tunduk dengan
perintah si pencarter.
dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada
pihak yang lainnya kenikmatan dari suatu barang, selama suatu waktu tertentu dan
27
dengan pembayaran sesuatu harga, yang oleh pihak tersebut belakangan itu
disanggupi pembayarannya.17
Menurut Yahya Harahap sewa menyewa di artikan sebagai berikut “ Sewa menyewa (
huur en verhuur) adalah persetujuan antara pihak yang menyewakan dengan pihak
penyewa. Pihak yang menyewakan atau pemilik menyerahkan barang yang hendak di
Sewa menyewa, seperti halnya dengan jual beli dan perjanjian lain pada
umumnya, adalah suatu perjanjian konsensus. Artinya ia sudah sah dan mengikat
pada detik tercapainya sepakat mengenai unsur-unsur pokoknya, yaitu barang dan
harga.
oleh pihak yang lain, sedangkan kewajiban pihak yang terakhir ini adalah membayar
“harga sewa”. Jadi bara diserahkan tak untuk di miliki seperti halnya dalam jual beli ,
sewanya itu.
dinikmati dan bukannya menyerahkan hak milik atas barang tersebut, maka ia tidak
usah pemilik dari barang tersebut. Dengan demikian maka seorang yang mempunyai
17
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1548 Tentang Sewa-Menyewa.
28
hak nikmat hasil dapat secara sah menyewakan barang yang di kuasainya dengan hak
tersebut.
Dalam Pasal 1579 KUH Perdata, yang bertuju pada perjanjian sewa menyewa
di mana waktu sewa itu di tentukan. Pasal tersebut berbunyi: “pihak yang menyewa
Definisi lain tentang sewa menyewa secara bahasa yaitu Ijarah adalah suatu
imbalan yang berikan sebagai upah sesuatu pekerja. Sewa menyewa berarti suatu
perjanjian tentang pemakaian dan pemungutan hasil suatu benda, atau tenaga
manusia, misalnya menyewa rumah untuk tempat tinggal, menyewa kerbau untuk
membajak sawah, menyewa tenaga manusia untuk mengangkut barang, menyewa alat
manfaat yang diketahui dan di sengaja dari suatu zat yang di sewakan dengan
imbalan.
2. Menurut Malikiyah bahwa ijarah adalah nama bagi akad-akad untuk kemanfaatan
3. Menurut Syaikh Syihab Al-Din dan Syaikh Umairah bahwa yang di maksud
dengan ijarah adalah akad atas manfaat yang di ketahui dan di sengaja untuk
29
4. Menurut Muhammad Al-Syabini Al-Khatib bahwa yang di maksud dengan ijarah
Dalam perjanjian sewa menyewa ini yang menjadi subjek perjanjian yakni si
penyewa dan pihak yang menyewakan suatu barang atau benda. Subjek perjanjian
sewa menyewa ini dapat berupa manusia pribadi dan badan hukum. Agar kedua
subjek hukum dalam perjanjian itu dapat secara sah melakukan perbuatan hukum
2. Tidak dilarang oleh peraturan hukum dalam hal melakukan perbuatan hukum yang
sah.
Adapun yang dimaksud dengan orang yang sudah cakap atau telah dewasa
yakni ditandai dengan dicapainya umur 21 tahun atau telah menikah, walaupun
usianya belum mencapai 21 tahun.9 Berdasarkan Pasal 433 Kitab Undang Undang
18
Hendi Suhedi. (2011). Fiqih Muamalah. Raja Wali Pers. Jakarta. h.114.
30
Hukum Perdata bahwa orang-orang yang berada dibawah pengampuan adalah setiap
orang dewasa yang berada dalam keadaan boros atau bahkan karena gila.
dalam perjanjiannya.
2. Menerima kembali barang yang di sewakan setelah jangka waktu sewa berakhir.
2. Memelihara barang yang disewakan sedemikian, hingga barang itu dapat di pakai
Dalam perjanjian sewa menyewa seorang penyewa mempunyai hak, antar lain
31
1. Menerima barang yang di sewanya pada waktu dan dalam keadaan seperti telah di
3. Berhak atas ganti kerugian, apabila yang menyewakan menyerahkan barang yang
1. Menurut Pasal 1560 KUH Perdata si penyewa harus menempati dua kewajiban
utama yaitu:
a) memakai barang yang di sewa sebagai seorang bapak rumah yang baik, sesuai
dengan tujuan yang di berikan pada barang itu menurut perjanjian sewa
menyewa, atau jika tidak ada suatu perjanjian mengenai itu, menurut tujuan
32
2.1.2.4 Macam-Macam Sewa-Menyewa
Akad sewa menyewa di bagi kepada dua macam menurut objek sewanya,
yaitu:19
1. Bersifat manfaat, yaitu sewa menyewa yang bersifat manfaat di sebut juga sewa
2. Bersifat pekerjaan (jasa) yaitu sewa menyewa yang bersifat pekerja (jasa) di sebut
Dilihat dari segi akadnya, akad ijarah di bagi menjadi dua macam, yaitu:20
biasa. Semua pihak tetap memiliki kedudukan sebagaimana awal perjanjian, yaitu
antara pihak yang menyewakan dan pihak yang menyewa barang. Setelah masa
2. Sewa menyewa dengan hak opsi pada akhir masa sewa atau Al-Ijarah Muntahiyah
Bi Al-Tamlik (IMBT). Dalam akad IMBT merupakan akad sewa menyewa dengan
hak opsi pada akhir masa sewa untuk pengalihan hak atas barang yang di
sewakan. Dalam sewa menyewa ini, uang pembayaran sewanya sudah termasuk
cicilan atas harga pokok barang. Pihak yang menyewakan berjanji kepada
19
Ahmad Wardi Muslich. (2010). Fiqih Muamalah. Amzah. Jakarta. h. 329.
20
Irma Devita Purnamasari dan Suswinarno. (2011). Akad Syariah. Kaifa. Bandung. h.107
33
2.1.2.5 Resiko dalam Sewa-Menyewa
Menurut Pasal 1553 KUH Perdata, dalam sewa menyewa itu resiko mengenai
yang di persewakan di pikul oleh pemilik barang, yaitu yang menyewakan. Resiko
adalah kewajiban untuk memikul kerugian yang di sebabkan oleh suatu peristiwa
yang terjadi di luar kesalahan salah satu pihak, yang menimpa barang yang menjadi
obyek perjanjian. Peraturan tentang resiko dalam sewa menyewa itu tidak begitu
jelas diterangkan oleh Pasal 1553 KUH Perdata tersebut seperti halnya dengan
peraturan-peraturan tentang resik dalam jual beli yang di berikan oleh Pasal 1460
KUH Perdata, di mana dengan terang di pakai perkataan “tanggungan” yang berarti
resiko. Peraturan tentang resiko dalam sewa menyewa itu harus kita ambil dari Pasal
1553 KUH Perdata tersebut secara mengambil kesimpulan. Dalam pada ini di
tuliskan bahwa, apabila barang yang di sewa itu musnah karena suatu peristiwa yang
terjadi di luar kesalahan salah satu pihak, maka perjanjian sewa menyewa gugur demi
hukum. Dari perkataan “gugur demi hukum” inilah kita simpulkan bahwa masing-
masing pihak sudah tidak dapat menuntut sesuatu apa dari pihak lamanya, hal
sepenuhnya oleh pihak yang menyewakan. Dan ini memang suatu peraturan resiko
yang sudah setepatnya, karena pada dasarnya setiap pemilik barang wajib
34
BAB III
PEMBAHASAN
Pasal 1338 Ayat (1) KUHPerdata yang menyatakan bahwa “Semua perjanjian
yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang undang bagi yang membuatnya.”
Dapat ditafsirkan bahwa setiap orang dapat membuat perjanjian dengan isi
apapun, ada kebebasan setiap subyek hukum untuk membuat perjanjian dengan
yang harus dituangkan dalam kontrak, yaitu dengan diterbitkannya Perka LKPP No.
6 Tahun 2010 jo. Perka LKPP No. 2 Tahun 2011 tentang Standar Dokumen
pemerintah.
milik negara atau daerah oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dan menerima
imbalan uang tunai”. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17
Tahun 2007 tentang pedoman teknis pengelolaan barang milik daerah pasal 1 angka
35
19 “Sewa adalah pemanfaatan barang milik daerah oleh pihak lain dalam jangka
c. Adanya objek sewa menyewa, yaitu barang, baik bergerak maupun tidak bergerak,
kepada pihak yang menyewakan. Perjanjian sewa menyewa alat-alat berat merupakan
Tahun 1999 tentang Jasa kontruksi menyebutkan dalam Pasal 1 butir 1 pengertian
pekerjaan konstruksi.
sewa-menyewa adalah suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu mengikat
dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lainnya kenikmatan dari suatu barang,
selama waktu tertentu dan dengan pembayaran suatu barang, selama waktu tertentu
dan dengan pembayaran suatu harga, yang pihak tersebut belakangan itu disanggupi
36
progress fisik dan berita acara pembayaran yang diterbitkan oleh pihak pertama
c. Invoice
pelaksanaan dari Pasal 1 Ayat (5) UUJK, Kontrak kerja kostruksi merupakan:
“Keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum antara pengguna jasa dan
1999 Tentang Jasa Konstruksi melingkupi tiga bentuk kegiatan pelaksana konstruksi,
konstruksi, dari tiga layanan yang ada pada jasa konstruksi tersebut, penggunaan alat-
alat berat dilakukan pada pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang merupakan layanan
37
dimana terdapat proses pembuatan sebuah bangunan yang membutuhkan alat-alat
menimbulkan hubungan hukum maupun akibat hukum antara para pihak yang
dan penyedia jasa yang menimbulkan akibat hukum dalam bidang konstruksi. Akibat
hukum, yaitu timbulnya hak dan kewajiban diantara para pihak. Momentum
c. Adanya dokumen yang mengatur hubungan antara pengguna jasa dan penyedia jasa.
sesuai dengan klasifikasi dan kualitas yang diperjanjikan. Dalam Pasal 18 ayat (1)
38
Adapun kewajiban dari penyedia jasa konstruksi diantaranya adalah mencakup:
penyedia jasa konstruksi adalah memperoleh informasi dan menerima imbalan jasa
merupakan doumen secara lengkap dan benar yang harus disediakan oleh pengguna
jasa untuk penyedia jasa konstruksi sehingga dapat melakukan sesuai dengan tugas
dan kewajibannya.
MIGAS serta sertifikat yang diperlukan berdasarkan ketentuan klien yang masih
berlaku.
39
3.3.2 Pembagian Tanggung Jawab
1. Selama masa penyewaan alat berat, keperluan oli, perbaikan kerusakan, pergantian
1. Pemakaian BBM (Bahan Bakar Minyak) solar untuk keperluan operasi menjadi
tanggung jawab Pihak Penyewa. Dan harus disiapkan sesuai dengan kerja alat
seharinya.
2. Kebutuhan operator dan helper (makan, minum, tempat tinggal dan transportasi)
3. Pihak Penyewa wajib untuk menyediakan security, guna menjaga keamanan alat di
4.Pihak Penyewa wajib membayar ganti rugi terhadap alat berat jika terjadi pencurian,
kehilangan dan kerusakan dalam bentuk apapun yang dilakukan secara sengaja
5.Apabila alat jatuh/mengalami kecelakaan pada saat di lokasi kerja, maka biaya yang
timbul akibat hal tersebut menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari Pihak Penyewa.
6.Jika terjadi kecelakaan kerja terhadap operator, maka seluruh biaya yang timbul
40
3.3.3 Laporan Operasi Alat (Time Sheet)
1.Laporan harian operasi alat dibuat dan ditanda tangani oleh Pengawas Kerja dari
Penyewa.
4. Apabila alat stand by (tidak bekerja) disebabkan karena hujan atau banjir, maka
akan dihitung/charge minimum 6 (enam) jam/hari, walaupun operator ada atau tidak
5. Apabila alat telah bekerja di atas 2 (dua) jam dan terjadi hujan/alat Berat stand by,
1. Alat tidak boleh dipindahkan oleh Pihak Penyewa sebelum masa jam perjanjian
2. Apabila Pihak Penyewa akan menggunakan alat ke luar lokasi di luar perjanjian ini,
sedang masa jam alat belum habis, maka Pihak Penyewa harus memberitahukan
3. Apabila masa jam kerja alat belum habis dari masa perjanjian, maka Pihak Penyewa
harus mencari jalan solusinya dan apabila tidak ada jalan solusinya dari Pihak
(delapan) jam hingga jam perjanjian mencapai target yang telah disepakati bersama.
41
4. Tidak dibenarkan apabila Pihak Penyewa merentalkan kembali/menyewakan
kembali alat Pihak Pemilik, kepada Pihak lain dan apabila terdapat hal tersebut, maka
perjanjian ini putus dengan sendirinya dan semua biaya menjadi tanggung jawab
Pihak Penyewa kepada Pihak Pemakai dan Pihak Pemilik akan menarik alat dari
lokasi Pihak Penyewa tanpa pemberitahuan apapun dan semua pembayaran tidak
a.Masa perjanjian kontrak akan berlaku setelah penandatanganan oleh kedua belah
pihak.
b.Kontrak perjanjian sewa Excavator akan berakhir saat sudah selesai digunakan, jika
a.Terkait harga sewa bersifat tetap selama berlangsungnya masa kontrak, bahwa
b.Jika terjadi perpanjangan waktu dari awal sewa, maka akan berlangsung
pembicaraan kembali.
3.3.7 Perselisihan
1. Jika timbul perselisihan antara Pihak Pemilik dengan Pihak Penyewa, maka sebisa
2. Apabila perselisihan tidak dapat diselesaikan secara musyawarah, maka kedua belah
pihak sepakat untuk menyelesaikan masalah tersebut secara hukum yang berlaku.
42
3. Apabila terjadi kesalahpahaman di luar dari perjanjian, maka Pihak Penyewa
dianggap lalai dan tidak memahami isi dari perjanjian, dan Pihak Pemilik tetap
Menurut Pasal 1553 BW, dalam sewa menyewa, risiko barang yang dipersewakan
dipikul oleh si pemilik barang atau pihak yang menyewakan. Mengenai arti dari
“risiko”, diuraikan sebagai berikut; Risiko adalah kewijaban untuk memikul kerugian
yang disebabkan oleh suatu perisiwa yang terjadi diluar kesalahan salah satu pihak,
yang menimpa barang yang menjadi objek perjanjian. Peraturan tentang risiko dalam
sewa menyewa tidak begitu jelas diterangkan dalam Pasal 1553 ini.
Berbeda dengan pengertian risiko jual beli dalam Pasal 1460 BW, dimana dengan
pengaturan tentang risiko dalam sewa menyewa tetap bisa diambil dari Pasal 1553
Dalam Pasal ini dituliskan bahwa, apabila barang yang disewa itu musnah karena
suatu peristiwa yang terjadi diluar kesalahan salah satu pihak, maka perjanjian sewa
21
Wawancara dengan Bapak Yudhi. Selaku Direktur PT. Tadika Konsultan. 24 Mei 2022.
43
menyewa dianggap gugur demi hukum. Dari isitlah “gugur demi hukum” ini, dapat
disimpulkan bahwa masing-masing pihak sudah tidak dapat menuntut apapun dari
pihak lawannya.
ganti biaya, rugi dan bunga kepada si berpiutang, apabila telah membawa dirinya
dalam keadaan tidak mampu untuk menyerahkan bendanya atau tidak merawat
kewajiban yang timbul dari suatu perjanjian yang dilakukan oleh salah satu pihak
apabila:
44
3.5 Penyelesaian Perjanjian Sewa Menyewa Alat Berat Excavator
pekerjaan konstruksi, serta dalam hal terjadi kegagalan bangunan (Pasal 37 ayat (1).
Penyelesaian sengketa ini dapat menggunakan jasa pihak ketiga yang disepakati
oleh para pihak (Pasal 37 ayat (2). Sejalan dengan ketentuan tentang kontrak kerja
secara musyawarah untuk mufakat. Jika perselisihan tidak dapat diselesaikan secara
musyawarah dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kalender sejak dimulainya acara
arbiter-arbiter yang ditunjuk menurut Peraturan tersebut (UU Arbitrase tahun 1999).
sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dalam hal pihak kedua tidak melaksanakan
kerugian yang disebabkan oleh suatu peristiwa yang terjadi diluar kesalahan salah
satu pihak, yang menimpa barang yang menjadi obyek dari suatu perjanjian. Risiko
45
terhadap obyek sewa didasarkan terjadinya suatu peristiwa diluar dari kesalahan para
a. Musnah secara total (seluruhnya) Jika barang yang menjadi oyek perjanjian sewa-
menyewa musnah yang diakibatkan oleh peristiwa di luar kesalahan para pihak maka
perjanjian tersebut gugur demi hukum. Pengertian musnah disini berarti barang yang
menjadi obyek perjanjian sewa-menyewa tidak lagi bisa digunakan sebagai mana
mestinya, meskipun terdaat sisa atau bagian kecil dari barang tersebut masih ada.
Ketentuan tersebut diatur di dalam pasal 1553 KUH Perdata yang menyatakan jika
suatu keadaan yang diakibatkan oleh suatu keadaan yang tidak bisa dipertanggung
jawabkan pada salah satu pihak maka perjanjian sewa-menyewa dengan sendirinya
batal.
musnah sebagian apabila barang tersebut masih dapat di gunakan dan dinikmati
46
menjelaskan bahwa “si berhutang wajib memberikan ganti biaya, rugi dan bunga
kepada si berpiutang, apabila telah membawa dirinya dalam keadaan tidak mampu
menyelamatkannya.
kewajiban yang timbul dari suatu perjanjian yang dilakukan oleh salah satu pihak
47
BAB IV
PENUTUP
4.I Kesimpulan
penggunaan alat, kesepakatan tentang jangka dan waktu sewa, harga sewa,
jangka waktu sewa disepakati oleh para pihak, pemakaian terhadap alat dapat
dengan melibatkan pekerja baik dari pihak penyewa maupun rekomendasi dari
lalai dan tidak memahami isi dari perjanjian, dan Pihak Pemilik tetap
48
4.2. Saran
1. Saran bagi pihak penyewa Alangkah baiknya jika pihak penyewa melakukan
pengecekan terhadap objek sewa yang berupa alat berat setelah perjanjian
sewa meyewa alat tersebut. Hal ini dilakukan, guna mencegah adanya
kerusakan pada alat berat sebelum dikirimnya ke lokasi yang dituju. Pihak
tempat tinggal atau mess operator selama bertugas maupun tidak terlambat
peraturan dan bentuk perjanjian yang telah dibuat. Terlebih lagi jika pihak
sewa menyewa alat berat pada perusahaaan, mengingat draft kontrak yang
49