Pengenalan Tanda Bahaya Pada Neonatus, Bayi Dan Balita

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 56

PENGENALAN TANDA BAHAYA PADA NEONATUS,BAYI DAN BALITA

OLEH : KELOMPOK 2

Munsira : P00324022158
Elsa cahyani : P00324022146
Ambarwati : P00324022139
Rahmanda : P00324022161
Arlisa : P003240222159

KEMENTERIAN KESEHATAN REPOBLIK INDONESIA


POLTEKES KEMENKES KENDARI
JURUSAN D-III KEBIDANAN
2024

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama allah SWT yang maha pengasih yang lagi maha
penyayang.Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami , sehingga kami dapat
menyelesaikanmakalah ini dengan tepat waktu.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah “ASUHAN
KEBIDANAN NEONATUS DAN BAYI” , dengan topic “Solusio Plasenta” yang
kami susun dengan maksimal dan sebaik-baiknya, untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memmbantu dalam penyusunan
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya, kritik dan
saran yang bersifat kontruktif akan sangat kami harapkan untuk perbaikan dan
penyempurnaan makalah ini agar dapat bermanfaat bagi penyusun dan bagi setiap
pembaca. Teima kasih

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ii


DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................2
C. Tujuan ......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................3
A. Pengertian ................................................................................................3
B. pengenalan tanda bahaya pada neonatus..............................................3
C. pengenalan tanda bahaya pada bayi......................................................4
D. pengenalan tanda bahaya pada balita...................................................6
BAB III PENUTUP ...............................................................................................7
A. Kesimpulan...............................................................................................7
B. Saran.........................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bayi baru lahir atau Neonatus adalah bayi yang baru lahir mengalami proses
kelahiran, berusia 0-28 hari yang memerlukan penyesuaian fisiologis berupa
maturitas, adaptasi dari kehidupan di dalam rahim dan diluar rahim1 Neonatus atau
bayi baru lahir normal yaitu bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu dengan berat badan lahir antara 2500-4000 gram, lahir langsung
menangis,dan tidak ada kecacatan konginetal2 Pada masa ini sangat penting dan
memerlukan perhatian dan perawatan khusus, bahkan tidak jarang diperlukan
perawatan tambahan terutama apabila terjadi kelainan atau gangguan pada bayi. Hal
ini dapat dipahami karena pada waktu kelahiran, bayi yang baru lahir mengalami
sejumlah adaptasi. Bayi ini membutuhkan pemantauan ketat untuk menghadapi masa
transisi dari kehidupan didalam rahim ke kehidupan diluar rahim. Penanganan bayi
baru lahir yang sehat yang kurang baik dapat menyebabkan kelainan atau gangguan
yang mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian.3 Hampir semua Negara
di dunia, kesehatan bayi baru lahir cendrung kurang mendapatkan perhatian
dibandingkan dengan usia lain,, padahal menurut WHO (World Health Organization)
mengenai angka kematian bayi baru lahir ditahun 2018 sebanyak 18.468, sedangkan
pada tahun 2019

sebanyak 18.282 kelahiran hidup. Menurut Data Survey Demografi dan


kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2019 angka kelahiran bayi sebesar 4,7 juta
kelahiran hidup, dan ditahun 2020 masih dalam angka 4,7 juta kelahiran hidup.4
Menurut Badan Pusat Statistic (BPS) provinsi Jawa Timur angka kelahiran bayi telah
mencapai 565,964 kelahiran hidup.5 Berdasarkan data yang diproleh dari Dinas
Kesehatan Kota Banyuwangi tahun 2020 angka kelahiran bayi baru lahir sebesar 5,9
per kelahiran hidup6. Dari study pendahuluan didapatkan data di Puskesmas Paspan
jumlah bayi lahir pada tahun 2020 sebanyak 463 dan mengalami peningkatan di bulan
Januari - Desember 2021 di peroleh sebanyak 485 Kelahiran hidup dimana 482 bayi
lahir fisiologis dan 2 bayi dengan kondisi BBLR dan 1 Asfiksia. Dari angka kejadian
bayi baru lahir fisiologis yang mengalami peningkatan perlu adanya pemantauan
untuk mencegah terjadinya komplikasi pada bayi baru lahir. Oleh karena itu bidan
perlu memahami adaptasi fisiologis pada bayi baru lahir agar dapat memberikan
asuhan yang sesuai dengan kebutuhan bayi dan evidence based kebidanan.7 Bayi
hingga usia 1 bulan merupakan golongan umur yang memiliki resiko gangguan
kesehatan paling tinggi dan berbagai masalah kesehatan bisa muncul, sehingga tanpa
penanganan yang tepat, bisa berakibat fatal. Upaya yang dapat dilakukan untuk
mencegah terjadinya resiko komplikasi pada bayi baru lahir diantaranya dengan
mengupayakan agar persalinan dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas

1
kesehatan serta, memberikan asuhan komprehensif sejak dalam kandungan,
persalinan, dan segera setelah melahirkan serta melibatkan keluarga dan masyarakat
dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas seperti melakukan
penatalaksanaan bayi baru lahir yaitu mengeringkan tubuh bayi, mengatur pernafasan
bayi, jepit dan potong tali pusat, hangatkan tubuh bayi, lakuan IMD, pemberian salep
mata, pemberian Vit K, Identifikasi bayi, menyuntik-kan HB0, dan menjamin
tersedianya pelayanan kesehatan sesuai standart pada kunjungan bayi baru lahir.2
Berdasarkan latar belakang yang digali, perlu dilakukan pembahasan secara
mendalam dalam melakukan Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Fisiologis di
wilayah Kerja Puskesmas Paspan Banyuwangi tahun 2022.

Sedangkan menurut Rusli ( 2013 ) bayi adalah anak usia 0 sampai 12 bulan.
Setiap bayi mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan dalam masa hidupnya.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang berkesinambungan, bersifat
kontinyu dan pertumbuhan merupakan bagian dari proses perkembangan (Wong,
2009).
Masa Bayi Balita adalah masa setelah dilahirkan sampai sebelum berumur 59
bulan, terdiri dari bayi baru lahir usia 0-28 hari, bayi usia 0-11 bulan dan anak balita
usia 12 - 59 bulan

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Pengertian.?
2. Pengenalan Tanda Bahaya Pada Neonatus?
3. Pengenalan Tanda Bahaya Pada Bayi?
4. Pengenalan Tanda Bahaya Pada Balita?

C. TUJUAN

1. Untuk Mengetahui Pengertian


2. Untuk Mengetahui Pengenalan Tanda Bahaya Pada Neonatus
3. Untuk Mengetahui Pengenalan Tanda Bahaya Pada Bayi
4. Untuk Mengetahui Pengenalan Tanda Bahaya Pada Balita

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Usia balita dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu golongan usia
bayi (0-2 tahun), golongan batita (2-3 tahun), dan golongan prasekolah (>3-5 tahun).
Adapun menurut WHO, kelompok balita adalah 0-60 bulan (Adriani dan Bambang,
2014

Masa Bayi Balita adalah masa setelah dilahirkan sampai sebelum berumur 59
bulan, terdiri dari bayi baru lahir usia 0-28 hari, bayi usia 0-11 bulan dan anak balita
usia 12 - 59 bulan.

Neonatus adalah sebutan bagi bayi yang baru lahir atau usianya 0-28 hari.
Bayi usia kurang dari satu bulan mempunyai tubuh yang sangat lemah dan rentan
terkena penyakit. Itulah kenapa bayi yang baru lahir perlu mendapatkan perhatian
khusus supaya kesehatannya tetap optimal.

B. Pengenalan Tanda Bahaya Neonatus

Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 miinggu
dan berat badan lahir 2.500-4000 gram dan telah mampu hidup di luar kandungan

a. Masa bayi baru lahir ( neonatus) dibagi menjadi 2 bagian, yaitu


 Periode partunate,dimana masa ini di mulai dari saat kelahiran sampai 15 dan 30
menit stelah kelahiran
 Periode neonate, dimana masa ini dari pemotongan tali pusat sampai sekitar
akhirminggu kedua dari kehidupan pascamatur
b. kondisi yang mempengaruhi penyesuaian diri pada kehidupan pascanatal
 Lingkungan pranatal,dimana pada waktu dilingkungan pranatal tidak di rawat
oleh ibunya sehingga dilingkungan pascanatal mempengaruhi
perkembanganya
 Jenis persalinan, mudah atau sulitnya persalinan mempengaruhi penyesuaian
pascanatal
 Pengalaman yang berhubungan dengan persalinan , ada dua pengalaman yang
berpengaruh besar pada penyesuaian pascanatal,yaitu seberapa jauh ibu
terpengaruh oleh obat-obatan dan mudah sulitnya bayi bernapas
 Lamanya periode kehamilan, jika bayi yang dilahirkansebelum waktunya
disebut premature sedangkan yang terlambat disebut postmatur. Abortus bayi

3
lahir dengan berat badan kurang dari 500 g, dan / atau usia gestasi kurang dari
20 minggu. Angka harapan hidup yang amat sangat kecil, kurang dari 1%
 Sikap orang tua, sikap yang menyenangkan dari orang tua memperlakukan
bayinya itu akan mendorong penyesuaian yang baik
 Perawatan pascanatal, yaitu ada 3 spek ; pertama kebutuhan tubuh, kedua
rangsangan yang diberikan dan ketiga kepercayaan orang tua
c. Berat badan bayi baru lahir( birthweight)
berat badan bayi pada saat kelahiran, ditimbang dalam waktu satu jam sesudah lahir
 Berat Bayi baru lahir cukup: bayi dengan berat lahir >2500 g
 Bayi berat lahir rendah (BBLR) bayi dengan berat badan lahir kurang dari
1500-2500 g
 Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) : bayi dengan berat badan lahir 1000-
1500 g
 Bayi berat lahir amat sangat rendah ( BBLASR)

Tanda - tanda bahaya pada bayi baru lahir adalah suatu keadaan atau masalah yang
dapat mengakibatkan kematian pada bayi. Oleh sebab itu, para orangtua diharapkan
memahami tanda bahaya tersebut sekaligus tahu cara mengatasinya.

1. Bayi Tidak Mau Menyusu


Anda harus merasa curiga jika bayi anda tidak mau menyusu. Seperti yang kita
ketahui bersama, ASI adalah makanan pokok bagi bayi, jika bayi tidak mau menyusu
maka asupan nutrisinya kan berkurang dan ini akan berefek pada kondisi tubuhnya.
Bayi biasanya tidak mau menyusu ketika sudah dalam kondisi lemah dan mungkin
dalam kondisi dehidrasi berat. Jika mendapati kondisi ini, para orangtua bisa
mengupayakan agar sang buah hati tetap menempel ke payudara ibu dengan cara
yang benar.

2. Kejang Jika kejang bayi dipicu oleh demam,

4
Kejang pada bayi memang terkadangterjadi . maka penting bagi para orangtua
untuk memberikan obat penurun panas yang sesuai dengan dosis anjuran dokter. Jika
bayi kejang tapi tidak dalam kondisi demam, para orangtua alangkah baiknya segera
berkonsultasi dengan dokter untuk membicarakan kemungkinan penyebab lain.

3. Bayi lemah Kondisi lemah


pada bayi bisa dipicu oleh beragam penyebab, seperti diare, muntah yang
berlebihan, ataupun infeksi berat.

4. Sesak napas
Frekuensi napas bayi pada umumnya lebih cepat dari manusia dewasa yaitu
sektar 30-60 kali permenit.. Jika bayi bernapas kurang dari 30 kali per menit atau
lebih dari 60 kali per menit, maka para orangtua wajib waspada.

5
5. Merintih
Bayi belum bisa mengungkapkan apa yang mereka rasakan. Maka dari itu,
ketika mendapati bayi merintih terus-menerus meski sudah diberi ASI atau sudah
ditimang-timang, para orangtua lebih baik segera menghubungi dokter. Bisa jadi ada
ketidaknyamanan lain yang bayi rasakan

6. Pusar kemerahan Tali pusar


yang berwarna kemerahan dapat menunjukkan adanya infeksi pada bayi. Saat
merawat tali pusar yang harus orangtua perhatikan adaah jaga tali pusar tetap kering
dan bersih. Bersihkan dengan air hangat dan biarkan keringbetadin dan alcohol boleh
diberkan tapi tidan untuk dikompreskan. Artinya hanya di oleskan saja saat sudah
kerng baru ditutup dengan kassa steril

6
7. Demam Bayi
dapat didiagnosis mengalami demam ketika suhu tubuhnya terpantau lebih dari
37,5 derajat Celsius. Jika mendapati bayi demam, para orangtua dianjurkan sesering
mungkin untuk mencegah kekurangan cairan. Selain itu, pertolongan pertama bisa
dilakukan dengan mengganti pakaian mereka dengan baju yang tipis agar panas cepat
menguap.

8. Mata bernanah Nanah


Nanah yang berlebihan pada mata bayi menunjukan adanya infeksi yang
berasal dri proses persalinan. Untuk mengatasi masalah ini, para orangtua bisa
melakukan tindakan berupa membersihkan mata bayi dengan kapas dan air hangat.

7
9. Kulit Bayi Kuning
Kuning pada bayi pada umumnya terjadi karena bayi kurang minum ASI. Tapi,
jika kuning pada bayi terjadi pada waktu kurang dari 24 jam setelah lahir atau lebih
dari 14 hari setelah lahir dan menjalar hingga telapak tangan dan kaki, para orangtua
patut cemas. Kondisi ini bisa menjadi gejala penyakit kuning.

 Tindakan yang harus dilakukan bila ada salah satu saja tanda bahaya: meruju
segera ke rumah sakit atau puskesmas. Masalah atau kondisi akut perlu
tindakan segera dalam satu jam kelahiran ( oleh tenaga di kamar bersalin )

Kondisi perlu tindaan awal


o Potensial infeksi bakteri ( pada ketuban pecah dini atau pecah lama )
o Potensial sifilis ( ibu dengan gejala atau serologis positif
o Kondisi malformasi atau masalah lain yang tidak perlu tindakan segera ( oleh
tenaga di kamar bersalin )

8
o Lakukan asuhan segera bayi baru lahir dalam jam pertama setelah kelahiran
bayi
o Rujuk ke kamar bayi atau tempat pelayanan yang sesuai

Komplikasi pada bayi baru lahir


o Prematuritas dan BBLR peristiwa persalinan yang terjadi sebelum usia
kehamilan mencapai 37 minggu ata 3 minggu sebelum waktu yang di tentukan
o Asfiksia, masalah sistem pernapasan yang di akibatkan oleh rendahnya kadar
oksigen di dalam tubuh. Umumnya terjadi karena adanya gangguan pada
sistem pernapasan. Asfiksia dapat berakibat fatal apabila tidak di tangani
dengan segera
o Infeksi bakteri, kondisi ketika bakteri masuk ke dalam jaringan tubuh lalu
berkembang biak dan menyebabkan peradangan
o Kejang, keadaan emergensi atau tanda bahaya yang sering terjadi pada
neonatus. Karena kejang dapat mengakibatkan hipoksia otak yang cukup
berbahaya bagi kelangsungan hidup bayi atau dapat mengakibatkan sekuele
di kemudian hari di samping itu kejang dapat merupakan tanda atau gejala
dari 1 masalah atau lebih
o Ikterus( penyakit kuning ) merupakan suatu gejala adanya peningkatan kadar
billirubin dala darah.
o Diare, salah satu gangguan pencernaan yang umum terjadi
o Hipotermi, kondisi saat suhu bayi dibawah normal
o Tetanus neonatorum, penyakit tetanus yang menyerang pada bayi baru lahir.
Pada bayi baru lahir beresiko tinggi terkena tetanus neonatorum apabila sibayi
dilahirkan dengan bantuan peralatan persalinan yang tidak steril.
o Trauma lahir, cedera pada bayi yang di akibatkan oleh kekuatan mekanis
selama proses kelahiran
o Kelainan congenital, kelainan bawaan sejak lahir

 Angka kematian ibu dan bayi merupakan dua indikator yang lazim digunakan
untuk menentukan derajat kesehatan di suatu negara. Di Indonesia dua hal ini
menjadi perhatian pemerintah karena angka kematian ibu dan bayi di Tanah
Air masuk peringkat tiga besar di ASEAN. Hal tersebut disampaikan oleh
Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan, dr.
Lovely Daisy, M. K. M., pada acara temu media dalam rangka hari prematur
sedunia pada 15 Desember 2023.
Menurut Daisy, berdasarkan data Sensus Penduduk 2020, angka
kematian ibu melahirkan mencapai 189 per 100 ribu kelahiran hidup. Angka
ini, kata Daisy, membuat Indonesia menempati peringkat kedua tertinggi di
ASEAN dalam hal kematian ibu, jauh lebih tinggi daripada Malaysia, Brunei,
Thailand, dan Vietnam yang sudah di bawah 100 per 100 ribu kelahiran
hidup.

9
Adapun kematian bayi tercatat mencapai 16,85 per 1.000 kelahiran
hidup. “Jadi, dari 1.000 kelahiran hidup bayi-bayi itu, yang tidak akan
mencapai usia satu tahun sekitar 17 orang. Kalau kita bandingkan dengan
negara ASEAN lain, kita juga nomor tiga tertinggi. Artinya, kita juga perlu
mempercepat penurunan kematian bayi,” ujar Daisy.

Berdasarkan data dari Maternal Perinatal Death Notification (MPDN), sistem


pencatatan kematian ibu Kementerian Kesehatan, jumlah kematian ibu pada
tahun 2022 mencapai 4.005 dan di tahun 2023 meningkat menjadi 4.129.
Sementara itu, untuk kematian bayi pada 2022 sebanyak 20.882 dan pada
tahun 2023 tercatat 29.945.
Daisy mengatakan, kematian bayi banyak disebabkan oleh bayi berat
lahir rendah (BBLR) atau prematuritas dan asfiksia. BBLR, menurut Daisy,
terjadi ketika bayi lahir dengan berat badan di bawah 2.500 gram dan
biasanya dialami bayi prematur yang dilahirkan kurang dari masa kehamilan
37 minggu. “Bayi-bayi dengan berat badan kurang dari 2.500 gram ini atau
bayi-bayi prematur ini lebih rentan dan lebih mudah sakit dan juga
menyebabkan kematian. Jadi, kita perlu mencegah bayi-bayi ini agar jangan
lahir prematur, agar jangan lahir BBLR,” kata Daisy.
Menurut Dana Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF),
kelahiran prematur merupakan penyebab utama kematian anak usia di bawah
lima tahun dengan perkiraan 15 juta bayi lahir prematur di seluruh dunia
setiap tahun. Untuk itu, UNICEF mendorong salah satu upaya untuk
mencegah bayi lahir prematur dengan melakukan deteksi dini selama
kehamilan. Adapun untuk penyebab kematian ibu hamil umumnya adalah
pendarahan dan eklamsia. “Penyebab kematian ibu yang terbanyak adalah
hipertensi dalam kehamilan, biasa kami sebut dengan eklamsia dan
perdarahan yang sebenarnya ini bisa dicegah,” kata Daisy.

C. Pengenalan Tanda Bahaya Bayi

1. Kesulitan Bernafas

Pertama kali adalah Orang Tua bisa melihat cara anak bernafas. Tanda bahaya yang
timbul adalah ketika anak bernafas lebih cepat dari biasanya. Tanda lainnya yang
mengikuti seperti cuping hidung kembang kempis, kepala terangguk-angguk saat
bernafas, tampak cekungan pada dada saat bernafas.

2. Menolak Makan

10
Tanda berikutnya adalah anak akan menolak makan. Ketika dalam kondisi bahaya
pun, anak juga akan menolak untuk menyusu. Perhatikan frekuensi anak menyusu
dan makan setiap hari ya bunda.

3. Produksi Urin Berkurang Atau Menurun

Produksi urin pada popok bayi berkurang lebih dari setengah urin normal atau
frekuensi Buang Air Kecil [BAK] anak berkurang patut diwaspadai dan menjadi
gejala gangguan ginjal akut pada anak. Orang tua bisa memantau frekuensi BAK
pada anak disini.

4. Kesadaran Menurun

Ini juga tidak bisa disepelekan bun! Ketika menurunnya kesadaran, maka anak akan
terlihat lesu dan mengantuk di luar waktu tidur. Selain itu, anak juga cenderung
menangis lemah, atau bahkan tidak menangis. Kondisi gelisah hingga sulit
ditenangkan menjadi ciri dari penurunan kesadaran.

5. Demam Disertai Ruam

Ketika tubuh sang anak terserang demam, maka juga akan disertai ruam yang tidak
akan memudar jika ditekan.

6. Warna Kulit Tidak Normal

Kulit pun tidak luput menjadi ciri anak dalam kondisi bahaya. Perhatikan ya Bunda!
jika warna kulit anak berubah menjadi biru atau keabuan pada bibir, ekstremitas dan
alas kuku, bisa menjadi tanda bahaya bagi si kecil.

7. Kekhawatiran Khusus

Berkaitan dengan ikatan bathin Sang Ibu dengan anak. Jika Bunda merasakan
kekhawatiran khusus yang tidak biasa tentang kondisi anak, ini bisa jadi tanda sang
buah hati dalam kondisi bahaya.

11
D. Pengenalan Tanda Bahaya Balita

1. Bila batuk tidak sembuh dalam 2 hari dan demam


2. Diare dengan demam ada darah dalam tinja, diare makin parah,muntah terus
menerus, anak terlihat haus, anak tidak mau makan minum dan diare berulang-
ulang.
3. Demam disertai kejang, demam tidak trun dalam 2 hari, demam disertai bintik
merah pada kulit, perdarahan dihidung atau buang air besar berwarna hitam.
4. Luka bernanah atau berbau.

Tanda dan gejala pada bayi dan balita yaitu usia(2 bulan- 5 tahun) ada tidak nya tanda
bahaya. Tidak bisa minum atau menete, muntah, kejang, letargis, atau tidak sadar
serta keluhan seperti batuk atau kesulitan bernapas, adanya diare demam,masalah
telinga, malnutrisi, anemia dll.

1) Keluhan batuk atau sulit bernafas, tanda bahaya umum, tarikan dinding dada
kedalam, stridor dan nafas cepat.Penentuan frekuensi pernapasan adalah pada anak
usia 2-12 bulan normal pernapasan 50 kali atau lebih permenit, sedangkan frekuensi
pernapasan anak usia 12 bulan sampai dengan 5 tahun adalah 40 kali permenit atau
lebih.

2) Keluhan dan adanya tanda diare, seperti letargis atau tidak sadar, mata
cekung,tidak bisa minum atau malas makan,turgor jelek, gelisah, rewel haus atau
banyak minum,adanya darah darah dalam tinja (fases bercampur dengan darah).

3) Disertai dengan adanya tanda bahaya umum, kaku kuduk,dan adnya infeksi lokal.
Seperti kekeruhan pada kornea mata, luka pada, mulut, mata bernanah, adanya tanda
presyok, seperti nadi lemah, ekstremitas dingin, muntah darah, fases
hitam,pendarahan hidung,pendarahan bawah kulit, nyeri uluhati,dll.

4) Tanda masalah telinga, seperti nyeri pada telinga, adanya pebengkakan, adanya
cairan keluar dari telinga yang kurang dari 14 hari.

5) Tanda status gizi, seperti badan kelihatan bertambah kurus, bengkakpada kedua,
kaki, telapk tangan pucat, serta status gizi dibawah garis merah pada pemeriksaan
berat badan menurut usia.

12
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Tanda bahaya bayi baru lahir adalah suatu keadaan atau masalah pada bayi
baru lahir yang dapat mengakibatkan kematian pada bayi. Tindakan yang harus
dilakukan bila ada salah satu saja tanda bahaya: Merujuk segera ke rumah sakit atau
puskesmas. Masalah atau kondisi akut perlu tindakan segera dalam satu jam kelahiran
(oleh tenaga di kamar bersalin): Tidak bernafas, Sesak nafas, Sianosis sentral (kulit
biru), Bayi berat lahir rendah (BBLR) < 2500 gram, Letargis, Hipotermi atau stress
dingin (suhu aksila <36.5°c), Kejang. Tanda bahaya pada balita adalah suatu keadaan
atau masalah pada balita yang dapat mengakibatkan kematian. Tindakan yang harus
dilakukan bila ada salah satu saja tanda bahaya dengan memberikan obat yang telah
tersedia dirumah atau jika tidak ada reaksi maka kita dapat Merujuk segera ke rumah
sakit atau puskesmas.

B. SARAN

Hendaknya kita dapat mengetahui dan mengenali tanda tanda bahaya pada bayi baru
lahir dan pada balita, sehingga apabila kita menemukan salah satu tanda bahaya pada
bayi dan balita kita dapat merujuk segera ke puskesmas atau ke rumah sakit.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Fadlun, Feryanto, Achmad. 2-12. Asuhan bayi baru lahir. Jakarta: Salemba
Medika Maryunani,
2. Prawirohardjo, Sarwono. 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka
3. Yeyeh, Ai Rukiysh. 2010. Asuhan Kebidana neonatus,bayi dan balita.
Jakarta:Trans Info Media Obstetric, Williams. Jakarta.

14
KETERAMPILAN DASAR KEBIDANAN

PADA ASUHAN NEONATUS

Dosen Pengampu : Hj. Syahrianti, S.Si.T, M.Kes

Oleh Kelompok III :


Ananda Irianti Rahma : P00324022141
Caca Nilarani Asri : P00324022152
Zabrina Okriani Ayu : P00324022145
Ilnda : P00324022148
Salfiani : P00324022156

KEMENTERIAN KESEHATAN REPOBLIK INDONESIA POLTEKES

KEMENKES KENDARI

JURUSAN D-III KEBIDANAN

2024/2025
15
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Keterampilan Dasar Kebidanan Pada Asuhan Neonatus. Makalah ini telah kami susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang
Keterampilan Dasar Kebidanan Pada Asuhan Neonatus ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

16
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................!

DAFTAR ISI...............................................................................................!!

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................

A. LATAR BELAKANG.......................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH...................................................................4
C. TUJUAN.............................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................

A. ANAMNESE RIWAYAT KESEHATAN.......................................5


B. PEMERIKSAAN DINI BAYI BARU LAHIR...............................11
C. INDIKATOR ANTROPOMETRI BAYI BARU LAHIR.............23

BAB III PENUTUP.......................................................................................

A. KESIMPULAN.................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................30

17
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Neonatus, atau bayi yang baru lahir dalam 28 hari pertama kehidupannya,
memerlukan perawatan khusus dan pemantauan yang cermat untuk memastikan
kesehatan dan kesejahteraannya. Keterampilan dasar kebidanan dalam asuhan neonatus
menjadi sangat penting dalam memastikan bayi mendapatkan perawatan yang optimal
sejak awal kehidupannya. Dua aspek utama dari keterampilan dasar kebidanan dalam
asuhan neonatus adalah anamnese riwayat kesehatan dan pemeriksaan dini bayi baru
lahir.

B. Rumusan Masalah

a. Apa yang di maksud dengan Anamnese Riwayat Kesehatan?


b. Mengapa perlu di lakukannya pemeriksaan anamnese untuk menentukan
langkah- langkah dalam perawatan?
c. Apa saja yang perlu di lakukan dalam pemeriksaan dini pada bayi baru lahir?
d. Mengapa perlu di lakukan pemeriksaan dini pada bayi baru lahir?

C. Tujuan

a. Untuk mengetahui apa pengertian dari anamnese dan langkah-langkah dalam


menentukan perawatan selanjutnya.
b. Untuk mengetahui pentingnya pemeriksaan dini pada bayi baru lahir dan
pemeriksaan apa saja yang perlu dilakukan.
c. Untuk mengetahui indikator penilaian antropometri, batas normal dan tidak
normal pada bayi baru lahir.

18
BAB II

PEMBAHASAN

A. Anamnese Riwayat Kesehatan

1. Pengertian
Anamnese riwayat kesehatan merupakan proses yang kompleks dalam
mengumpulkan informasi yang relevan dan akurat. Dengan memahami riwayat
kesehatan ibu dan bayi secara komprehensif, tenaga kesehatan dapat
merencanakan asuhan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan neonatus.
Dalam praktik kebidanan, anamnesis riwayat kesehatan menjadi dasar bagi
penyusunan rencana asuhan yang individual untuk setiap bayi baru lahir.
Informasi yang terkumpul dari anamnesis membantu tenaga kesehatan untuk
mengidentifikasi faktor risiko potensial yang dapat memengaruhi kesehatan dan
perkembangan bayi, serta mempersiapkan langkah-langkah pencegahan atau
intervensi yang diperlukan.
Dengan demikian, anamnese riwayat kesehatan merupakan salah satu
keterampilan dasar yang sangat penting dalam asuhan neonatus, yang tidak hanya
memungkinkan identifikasi dini masalah kesehatan potensial, tetapi juga
memfasilitasi penyusunan rencana asuhan yang holistik dan individual sesuai
dengan kebutuhan bayi dan keluarganya.

Beberapa poin yang menjadi fokus dalam anamnese riwayat kesehatan


meliputi:

1. Riwayat kehamilan

Untuk memperoleh informasi tentang usia kehamilan, apakah kehamilan


berlangsung normal atau terjadi komplikasi, serta penggunaan obat-obatan atau
zat-zat tertentu selama kehamilan.

2. Riwayat persalinan

Untuk mengetahui apakah persalinan berlangsung normal atau melalui


prosedur persalinan caesar, serta adanya komplikasi selama persalinan.

19
3. Riwayat kesehatan bayi

Untuk mendapatkan informasi tentang kondisi kesehatan bayi sejak lahir,


termasuk apakah bayi lahir prematur, berat badan lahir rendah, atau memiliki
masalah kesehatan lainnya yang memerlukan perhatian khusus.

Dengan memahami riwayat kesehatan tersebut, petugas kesehatan dapat


membuat rencana perawatan yang sesuai dengan kebutuhan spesifik bayi dan
mengidentifikasi faktor risiko yang mungkin memengaruhi kesehatan bayi.

Contoh Format ;

Tanggal pengkajian :

Jam :

Tempat pengkajian :

Nama mahasiswa :

NIM :

I. Data Subjektif

A. Identitas

a. Identitas pasien :

b. Nama orang tua :

c. Umur bayi :

d. Tanggal lahir/jam :

e. Jenis kelamin :

B. Indentitas penanggung jawab

a. Nama ayah/ibu :

b. Umur ayah/ibu :

c. Agama :

d. Suku/bangsa :

20
e. Pendidikan :

f. Pekerjaan :
g. Alamat :

C. Alasan Datang/Kunjungan :

D. Riwayat Kesehatan

1. Riwayat kesehatan maternal

a. Penyakit jantung :
b. Diabetes militus :
c. Penyakit ginjal :
d. Penyakit hati :
e. Hipertensi :
f. Penyakit kelamin ;

g. RH atau isoimunisas i :
h. Riwayat abortus :

2. Riwayat kesehatan prenatal

a. Haid pertama haid terakhir :

b. Ante Natal Care :

c. Imunisasi TT :

d. BB ibu :

e. Keluhan TM I-III :

f. Perdarahan :

g. Pre-Eklampsi :

h. Gestasional diabetes :

i. Kelainan ketuban :

j. Infeksi :

21
3. Riwayat kesehatan intra natal

a. Tanggal lahir :

b. Tempat :

c. Penolong :

d. Jenis persalinan :

e. Lama persalinan :

f. Ketuban pecah :

g. Penyulit :

h. Penggunaan obat selama

persalinan: 4.Riwayat Post Natal

a. Usaha nafas dengan bantuan atau tanpa bantuan

b. APGAR score : No Kriteria 1 menit 5 menit 10 menit

* Denyut jantung :

* Usaha nafas :

* Tonus otot :

* Reflek :

* Warna kulit Total :

c. Kebutuhan resusitasi .....jenis.....lama....

d. Trauma lahir :

II. OBJEKTIF

A. Pemeriksaan umum

a. Keadaan umum :

b. Kesadaran :

22
c. Tanda-tanda vital :
TD :
N:
S:
P:

d. Antropometri

a. Berat Badan :

b. Panjang Badan :

c. Lingkar kepala :
d. Lingkar dada :

e. Lingkar lengan :

B. Pemeriksaan fisik atau status pasien

1. Kepala :

a. Ubun-ubun :

b. Sutura, molase :

c. Caput sucsedaneum atau cephal hematom:

2. Muka :

3. Mata :

4. Hidung :

5. Telinga :

6. Mulut :

a. Bibir / palatum :

b. Pemeriksaan bibir sumbing:

7. Leher :

8. Dada :

a. Bentuk :

23
b. Puting susu :

c. Bunyi nafas :

d. Bunyi jantung :

9. Bahu, lengan, dan tangan

10. Abdomen :

a. Bentuk :

b. Penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis :


c. Perdarahan tali pusat, jumlah pembuluh darah tali pusat:

d. Benjolan :

11. Genetalia /Alat kelamin:

a. Laki-laki

* Testis berada dalam scrotum

* Penis berlubang dan ujungnya penis

b. Perempuan

* Vagina berlubang

* Uretra berlubang

* Labia mayora dan minora

12. Ekstremitas atas : Tangan dan jari

13. Ekstremitas bawah : Tungkai dan jari

14. Punggung/spina :

15. Kulit :

a. Verniks :

b. Warna :

c. Pembengkaan :

24
d. Tanda-tanda lahir :

16. Reflek fisiologis :

a. Reflek morrow : untuk mengetahui adanya paralise tangan atau kaki saat
bayi lahir menghilang usia 2-3 bulan

b. Reflek rooting : bila di colek dari salah satu pinggir pipi atau mulut bayi
akan menoleh untuk menyusui

c. Reflek sucking : reflek menghisap

d. Reflek Grasping : pada jari tangan jika diletakkan benda didalamnya maka
akan reflek menggenggam

e. Reflek tonik neck: reflek menoleh mencari arah sumber rangsangan.

f. Refleks babinski

g. Stepping reflex
17. Pemeriksaan penunjang

a. Darah

b. R/O foto dll

III ANALISA
Diagnosa (analisa dari data subjektif dan objektif).

B. Pemeriksaan Dini Bayi Baru Lahir

Pemeriksaan dini bayi baru lahir dilakukan segera setelah bayi lahir untuk
mengevaluasi kondisi fisiknya dan mendeteksi dini adanya masalah kesehatan atau
kelainan yang memerlukan perhatian medis lebih lanjut. Beberapa aspek yang
diperhatikan dalam pemeriksaan dini bayi baru lahir antara lain:

A. Suhu tubuh
Cara pengukuran suhu badan bayi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu:

1. Mengukur suhu aksilar


Pemeriksaan standar dan paling umum dilakukan, tetapi suhu yang diukur
lebih rendah 0,5ºC lebih rendah dibandingkan suhu rektal.
25
2. Mengukur suhu rektal
Pemeriksaan suhu ini mencerminkan suhu tubuh yang sebenarnya.
Pengukuran suhu rektal sudah tidak direkomendasikan lagi, dilakukan hanya pada
bayi yang sedang dilakukan terapi hipotermia.
3. Mengukur suhu kulit

B. Lebih banyak dilakukan pada bayi dalam inkubator atau penghangat bayi.
Tanda-tanda vital

Memeriksa denyut jantung, frekuensi pernafasan, dan tekanan darah bayi untuk
menilai keadaan kardiorespi

26
27
C. Refleks
Refleks pada bayi merupakan tindakan yang tidak disengaja. Maka dari itu,
gerakan tersebut menjadi bagian dari aktivitas bayi.
Berikut beberapa jenis refleks yang sering terjadi pada bayi baru lahir.

1. Rooting reflex
Gerakan secara tiba-tiba ini terjadi ketika Anda menyentuh kulit di sekitar pipi dan
pinggir mulut bayi. Bayi akan mengikuti arah sentuhan tersebut sambil membuka
mulutnya. Ia pun akan berusaha menggapai jari tangan untuk dijilat dengan menggerakkan
kepalanya.

Pada usia 4 bulan, gerakan yang terjadi secara tiba-tiba ini akan hilang karena bayi
sudah bisa mendapatkan puting susu atau botol dot tanpa kesulitan lagi mencari.

2. Refleks mengisap (sucking reflex)


Ini merupakan jenis refleks yang terjadi setelah rooting reflex karena membantu
bayi mengisap puting atau dot untuk mendapatkan ASI maupun susu. Meskipun berbeda,
tujuan kedua refleks ini sama, yaitu membantu bayi untuk mendapatkan makanan. Ketika
bagian atas atau langit-langit mulut bayi disentuh, bayi akan mulai mengisap.
Refleks mengisap mulai muncul saat usia 32 minggu kehamilan dan menjadi
sempurna saat usia 36 minggu kehamilan.

28
Oleh karena itu, bayi prematur biasanya belum bisa mengisap dengan baik. Tidak hanya
dari jari orangtua, bayi juga dapat melakukan gerakan secara tiba-tiba dengan mengisap
jari atau tangannya sendiri.

3. Refleks morow
Refleks moro atau bisa juga disebut sebagai refleks kejut. Kondisi ini terjadi saat
bayi terkejut karena suara atau gerakan yang tiba tiba juga cukup keras. Refleks pada bayi
baru lahir ini membuatnya menundukkan kepala, memanjangkan tangan juga kaki,
menangis, lalu menekukkan kembali tangan serta kaki. Biasanya, refleks moro akan terlihat
hingga bayi berusia 2 bulan.

4. Asymmetric tonic neck reflex


Ketika kepala bayi menengok ke satu sisi, ia akan memanjangkan lengan di sisi
yang sama. Sebaliknya, lengan pada sisi yang berlawanan akan ditekuk.
Refleks leher tonik ini terlihat seperti orang yang berlatih olahraga anggar. Gerakan ini
penting untuk menjaga stabilitas postur tubuh serta melatih pergerakan mata menuju titik
pandang. Biasanya, jenis refleks ini berlangsung sejak bayi baru lahir berusia 5-7 bulan.

29
5. Refleks menggenggam (palmar grasp reflex)
Tangan bayi akan tetap tertutup selama bulan pertama. Biasa juga disebut sebagai
grasp reflex, bayi akan menutup jari-jarinya seperti gerakan menggenggam. Refleks
menggenggam pada bayi baru lahir muncul ketika Anda menyentuh telapak tangannya.
Misalnya, ketika Anda menggelitik atau menaruh sesuatu di telapak tangan. Gerakan
secara tiba-tiba ini muncul sejak lahir dan bisa bertahan hingga usia 5 atau 6 bulan. Ada
kemungkinan Anda juga bisa melihat hal serupa di area kaki ketika bayi berusia 9 bulan.

6. Refleks Babinski
Refleks Babinski merupakan salah satu jenis gerakan yang normal pada bayi. Hal
ini terjadi ketika telapak kaki disentuh dengan tekanan yang cukup kuat. Efeknya jempol
bayi akan mengarah ke atas dan jari-jari kaki lainnya akan menyebar. Gerakan secara tiba-
tiba ini kemungkinan akan menghilang pada usia 1 hingga 2 tahun.

30
7. Stepping reflex
Refleks ini juga dikenal dengan istilah walking atau dance reflex. Hal ini karena bayi
terlihat seperti melangkah atau menari ketika ia diposisikan dalam posisi tegak dengan kaki
yang menyentuh tanah.

Gerakan tiba-tiba ini muncul sejak bayi baru lahir dan terlihat paling jelas setelah
usia 4 hari. Biasanya, gerakan tiba-tiba ini tidak terlihat lagi ketika bayi sudah di usia 2
bulan.

D. Pemeriksaan fisik

Melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh pada kulit, mata, telinga, mulut,


genitalia, dan organ lainnya untuk mendeteksi adanya kelainan bawaan atau masalah
kesehatan lainnya. Antara lain ;
1. Pemeriksaan APGAR
Pemeriksaan Apgar atau Apgar score dapat dilakukan segera setelah bayi
baru lahir. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan warna kulit, detak jantung,
refleks, kekuatan otot, serta pernapasan bayi. Apgar score tergolong baik jika
nilainya lebih dari 7.

31
2. Pemeriksaan usia gestasional, lingkar kepala, dan berat badan
Pemeriksaan usia gestasional dilakukan menggunakan penilaian new Ballard
score, dengan tujuan untuk mengetahui apakah bayi terlahir prematur atau
sudah cukup bulan.
3. Pemeriksaan antropometri
Pemeriksaan ini termasuk penghitungan berat badan, panjang badan, lingkar
kepala, lingkar kepala, lingkar dada dan pemeriksaan fisik lainnya.
Pemeriksaan ini penting dilakukan untuk mendeteksi apakah terdapat kelainan
pada bentuk kepala atau anggota tubuh bayi baru lahir.
4. Pemeriksaan mulut
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir selanjutnya adalah pemeriksaan mulut,
yang meliputi pemeriksaan gusi dan langit-langit mulut. Pemeriksaan ini
penting dilakukan untuk mendeteksi kelainan, seperti bibir sumbing.
5. Pemeriksaan jantung dan paru
Dalam pemeriksaan ini, dokter akan menggunakan stetoskop untuk
mengetahui apakah detak dan suara jantung bayi dalam kondisi normal atau
sebaliknya. Begitu juga dengan pemeriksaan paru, dokter akan memeriksa laju
pernapasan, pola pernapasan, dan mengevaluasi fungsi pernapasan bayi.

32
6. Pemeriksaan perut dan kelamin
Pemeriksaan perut bayi meliputi bentuk, lingkar perut, dan pemeriksaan
organ-organ di dalam perut seperti hati, lambung, dan usus hingga lubang anus.
Pemeriksaan tali pusat bayi juga termasuk dalam pemeriksaan fisik ini.

7. Pemeriksaan tulang belakang


Ini juga merupakan salah satu pemeriksaan fisik bayi baru lahir yang penting
dilakukan. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah bayi Anda memiliki
kelainan, seperti spina bifida atau cacat tabung saraf.
8. Pemeriksaan tangan dan kaki
Dokter akan memeriksa denyut nadi di setiap lengan bayi, serta memastikan
tangan dan kakinya dapat bergerak dengan optimal.
9. Pemeriksaan pendengaran
Pemeriksaan pendengaran bertujuan untuk mendeteksi ada atau tidaknya
gangguan pendengaran. Untuk mengetahui hal ini, dokter akan menggunakan
alat berupa otoacoustic emissions (OAE) atau automated auditory brainstem
response (AABR).

10. Pemeriksaan hipotiroid kongenital

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi apakah bayi mengalami


hipotiroid bawaan. Pemeriksaan ini dilakukan saat bayi berusia 48–72 jam
dengan pengambilan sampel darah untuk memeriksa kadar hormon thyroid
stimulating hormone (TSH).

Perawatan Bayi Baru Lahir


Menurut JNPK-KR/POGI, APN, (2007) asuhan segera, aman dan bersih untuk
33
bayi baru lahir ialah:

a. Pencegahan Infeksi
 Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan dengan
bayi.
 Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum
dimandikan.
 Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem,
gunting, penghisap lendir DeLee dan benang tali pusat telah didesinfeksi
tingkat tinggi atau steril.

 Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk
bayi, sudah dalam keadaan bersih. Demikin pula dengan timbangan, pita
pengukur, termometer, stetoskop.
b. Melakukan penilaian
 Apakah bayi cukup bulan/tidak.
 Apakah air ketuban bercampur mekonium/tidak.
 Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan.
 Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas Jika bayi tidak bernapas atau
bernapas megap–megap atau lemah maka segera lakukan tindakan resusitasi
bayi baru lahir.

c. Pencegahan Kehilangan Panas

Mekanisme kehilangan panas:

o Evaporasi
Penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi
sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan.
o Konduksi
Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi
dengan permukaan yang dingin, seperti: meja, tempat tidur, timbangan yang
temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi
bila bayi diletakkan di atas benda–benda tersebut.
o Konveksi
Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih
dingin, co/ruangan yang dingin, adanya aliran udara dari kipas angin,
hembusan udara melalui ventilasi, atau pendingin ruangan.
o Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda–
benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi, karena
benda–benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak
bersentuhan secara langsung).

34
Mencegah kehilangan panas melalui upaya berikut:
1. Keringkan bayi dengan seksama
Mengeringkan dengan cara menyeka tubuh bayi, juga merupakan
rangsangan taktil untuk membantu bayi memulai pernapasannya.
2. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat. Ganti
handuk atau kain yang telah basah oleh cairan ketuban dengan
selimut atau kain yang baru (hangat, bersih, dan kering).
3. Selimuti bagian kepala bayi.
Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yang relative luas dan
bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak
tertutup.
4. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya. Pelukan ibu
pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah
kehilangan panas. Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalam
waktu satu (1) jam pertama kelahiran.
5. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir. Karena
bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya, sebelum
melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain
atau selimut bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari
selisih berat bayi pada saat berpakaian/diselimuti dikurangi dengan
berat pakaian/selimut. Bayi sebaiknya dimandikan sedikitnya enam
jam setelah lahir.

d. Membebaskan Jalan Nafas

Dengan cara sebagai berikut yaitu bayi normal akan menangis spontan
segera setelah lahir, apabila bayi tidak langsung menangis, penolong
segera membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai berikut:

a. Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.
b. Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi
lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit
tengadah kebelakang.
c. Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari
tangan yang dibungkus kassa steril.
d. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi
dengan kain kering dan kasar.
e. Alat penghisap lendir mulut (De Lee) atau alat penghisap lainnya yang
steril, tabung oksigen dengan selangnya harus sudah ditempat.
f. Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung.
g. Memantau dan mencatat usaha bernapas yang pertama (Apgar Score)
h. Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung atau mulut
harus diperhatikan.
e. Merawat Tali Pusat

o Setelah plasenta dilahirkan dan kondisi ibu dianggap stabil, ikat atau
35
jepitkan klem plastik tali pusat pada puntung tali pusat.
o Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam
larutan klonin 0,5 % untuk membersihkan darah dan sekresi tubuh lainnya.
o Bilas tangan dengan air matang atau disinfeksi tingkat tinggi.
o Keringkan tangan (bersarung tangan) tersebut dengan handuk atau kain
bersih dan kering.
o Ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan menggunakan
benang disinfeksi tingkat tinggi atau klem plastik tali pusat (disinfeksi tingkat
tinggi atau steril). Lakukan simpul kunci atau jepit kan secara mantap klem
tali pusat tersebut.
o Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling ujung tali
pusat dan dilakukan pengikatan kedua dengan simpul kunci dibagian tali
pusat pada sisi yang berlawanan.
o Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan klorin 0,5%.
o Selimuti ulang bayi dengan kain bersih dan kering, pastikan bahwa bagian
kepala bayi tertutup dengan baik. (Dep. Kes. RI, 2002).

f. Mempertahankan suhu tubuh bayi

Pada waktu lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya, dan
membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat. Bayi baru lahir
harus di bungkus hangat. Suhu tubuh bayi merupakan tolak ukur kebutuhan akan
tempat tidur yang hangat sampai suhu tubuhnya sudah stabil. Suhu bayi harus dicatat
(Prawiroharjo, 2002).
Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya secara memadai dan
dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak segera dicegah. Bayi yang
mengalami kehilangan panas (hipotermi) beresiko tinggi untuk jatuh sakit atau
meninggal. Menurut WHO derajat hipotermia terbagi menjadi 3 yaitu :
• Hipotermia ringan : 36º – 36,4ºCelcius
• Hipotermia sedang : 32º – 35,9º Celcius
• Hipotermia berat : < 32º Celcius
Jika bayi dalam keadaan basah atau tidak diselimuti mungkin akan mengalami
hipotermi, meskipun berada dalam ruangan yang relatif hangat. Bayi prematur atau
berat lahir rendah sangat rentan terhadap terjadinya hipotermi. Pencegah terjadinya
kehilangan panas yaitu dengan:
o Keringkan bayi secara seksama.
o Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat.
o Tutup bagian kepala bayi.
o Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusuikan bayinya.
o Lakukan penimbangan setelah bayi mengenakan pakaian.
o Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat. (Dep. Kes. RI, 2002)
g. Pencegahan infeksi
36
 Memberikan vitamin K.
Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K pada
bayi baru lahir normal atau cukup bulan perlu di beri vitamin K per oral 1
mg/hari selama 3 hari, dan bayi beresiko tinggi di beri vitamin K parenteral
dengan dosis 0,5–1 mg IM.
 Memberikan obat tetes atau salep mata.
Untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular
seksual) perlu diberikan obat mata pada jam pertama persalinan, yaitu
pemberian obat mata eritromisin 0.5 % atau tetrasiklin 1 %, sedangkan salep
mata biasanya diberikan 5 jam setelah bayi lahir.

Ø Perawatan mata harus segera dikerjakan, tindakan ini dapat dikerjakan


setelah bayi selesai dengan perawatan tali pusat.
Ø Yang lazim dipakai adalah larutan perak nitrat atau neosporin dan langsung
diteteskan pada mata bayi segera setelah lahir.

 Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi, pastikan untuk melakukan
tindakan pencegahan infeksi berikut ini:
o Cuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan kontak
dengan bayi.
o Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum
dimandikan.
o Pastikan bahwa semua peralatan, termasuk klem gunting dan benang
tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril, jika
menggunakan bola karet penghisap, pakai yang bersih dan baru.
o Pastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang
digunakan itu steril.
o Pastikan bahwa timbangan, pipa pengukur, termometer, stetoskop
dan benda- benda lainnya yang akan bersentuhan dengan bayi dalam
keadaan bersih (dekontaminasi dan cuci setiap setelah digunakan).
(Dep.kes.RI, 2002).

h. Identifikasi bayi
o Alat pengenal untuk memudahkan identifikasi bayi perlu di pasang segera
pasca persalinan. Alat pengenal yang efektif harus diberikan kepada bayi
setiap bayi baru lahir dan harus tetap ditempatnya sampai waktu bayi
dipulangkan. Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di
tempat penerimaan pasien, di kamar bersalin dan di ruang rawat bayi.
o Alat yang digunakan, hendaknya kebal air, dengan tepi yang halus tidak
mudah melukai, tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas.
o Pada alat atau gelang identifikasi harus tercantum nama (bayi, nyonya),
tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama lengkap ibu.
o Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan nama,
tanggal lahir, nomor identifikasi. (Saifudin, 2002)

Contoh. Bayi baru lahir IV Planning/perencanaan/pelaksanaan


37
Tanggal :
Jam :
a. Rencanakan untuk mempertahankan suhu tubuh bayi agar tetap hangat
dengan melaksanakan kontak antara kulit ibu dan bayi, periksa setiap 15
menit telapak kaki dan pastikan dengan periksa suhu aksila bayi
b. Rencanakan perawatan mata dengan menggunakan obat erotromisin 0,5%
atau tetrasiclin 1 % untuk pencegahan penyakit menular sexual
c. Rencanakan untuk memberikan identitas bayi dengan memberikan gelang
yang tertulis nama bayi/ ibu, tanggal lahir , jenis kelamin.
d. Tunjukkan pada orang tua bayi
e. Segera kontak dengan ibu kemudian dorong untuk melakukan pemberian
ASI.
f. Berikan vitamin K I per oral 1 mg/hari selama 3 hari untuk mencegah
perdarahan pada bayi normal, bayi risiko tinggi berikan melalui parenteral
dengan dosis 0,5-1 mg IM.
g. Lakukan perawatan tali pusat
h. Berikan konseling tentang kehangatan bayi, pemberian ASI, perawatan tali
pusat dan tanda bahaya umum.
i. Berikan imunisasi seperti BCG, polio dan hepatitis B.
j. Berikan perawatan rutin dan ajarkan pada ibu.

Dengan melakukan pemeriksaan\perawatan dini ini, petugas kesehatan


dapat segera menangani masalah kesehatan yang mungkin timbul pada bayi baru
lahir dan memastikan bahwa bayi mendapatkan perawatan yang sesuai dengan
kebutuhannya.

38
C. Indikator Penilaian Antropometri Bayi Baru Lahir

pada dasarnya, pengukuran pada bayi dengan menggunakan metode antropometri


dapat dilakukan pada anak sejak usia 0-18 tahun. Di Indonesia sendiri, penilaian
antropometri dari Kementerian Kesehatan mengacu pada parameter WHO yang
didasarkan pada 4 indeks atau macam pengukuran yaitu :
 Berat badan menurut umur (BB/U).
 Panjang/tinggi badan menurut umur (PB/U atau TB/U.
 Berat badan menurut panjang/tinggi badan (BB/PB atau BB/TB).
 Indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U).
Adapun keempat indeks pemeriksaan antropometri tersebut digunakan untuk
menentukan kesehatan bayi seperti berat badan rendah, resiko berat berlebih, gizi
buruk maupun obesitas.

Jenis-jenis antropometri dibagi menjadi:

 Umur : Faktor umur ini sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan
penentuan umur meningkatkan status gizi yang salah.

 Berat badan : Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang terpenting
karena dipakai untuk memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur. Pada usia
beberapa hari, berat badan akan mengalami penurunan yang sifatnya normal, yaitu sekitar
10% dari berat badan lahir. Hal ini disebabkan karena keluarnya mekonium dan air seni
yang belum diimbangi asupan yang mencukupi misalnya produksi ASI yang belum lancar.
Umumnya berat badan akan kembali mencapai berat badan lahir pada hari kesepuluh..

39
Pada bayi sehat, kenaikkan berat badan normal pada triwulan I adalah sekitar 700 –1000
gram/bulan, pada triwulan II sekitar 500 – 600 ram/bulan, pada triwulan III sekitar 350 –
450 gram/bulan dan pada triwulan IV sekitar 250 – 350 gram/bulan.

Dari perkiraan tersebut, dapat diketahui bahwa pada usia 6 bulan pertama berat
badan akan bertambah sekitar 1 kg/bulan, sementara pada 6 bulan berikutnya hanya + 0,5
kg/bulan. Pada tahun kedua, kenaikannya adalah + 0,25 kg/bulan.

Setelah 2 tahun, kenaikkan berat badan tidak tentu, yaitu sekitar 2,3 kg/tahun. Pada
tahap adolesensia (remaja) akan terjadi pertambahan berat badan secara cepat ( growth
spurt).
Cara pemeriksaan :
1. Lepas pakaian yang tebal pada bayi dan anak saat pengukuran. Apabila perlu, cukup
pakaian dalam saja.
2. Tidurkan bayi pada meja timbangan. Apabila menggunakan timbangan dacin,
masukkan anak dalam gendongan, lalu kaitkan gendongan ke timbangan. Sedangkan
apabila dengan berdiri, ajak anak untuk berdiri diatas timbangan injak tanpa dipegangi.
3. Ketika minmbang berat badan bayi, tempatkan tangan petugas diatas tubuh bayi (tidak
menempel) untuk mencegah bayi jatuh saat ditimbang.
4. Apabila anak tidak mau ditimbang, ibu disarankan untuk menimbang berat badannya
lebih dulu, kemudian anak digendong oleh ibu dan ditimbang Selisih antara berat badan
ibu bersama anak dan berat badan ibu sendiri menjadi berat badan anak.
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat rumus berikut :
BB anak = (Berat badan ibu dan anak) – BB ibu
5. Tentukan hasil timbangan sesuai dengan jarum penunjuk pada timbangan.
6. Selanjutnya, tentukan posisi berat badan anak sesuai dengan standar yang berlaku,
yaitu apakah status gizi anak normal, kurang atau buruk. Untuk menentukan berat badan
ini juga dapat dilakukan dengan melihat pada kurva KMS, apakah berada berat badan anak

berada pada kurva berwarna hijau, kuning atau merah.


Ukuran normal menurut WHO dan kemenkes :
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai
42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai 4000 gram (Depkes RI, 2005).

40
Berat badan bayi yang di bawah 2.500 akan lahir bayi dengan berat lahir rendah [BBLR]
dan di atas 4.000 gram lahir bayi besar [Makrosomia].

 Tinggi Badan ( Panjang badan) : Tinggi badan untuk anak kurang dari 2 tahun sering
disebut dengan panjang badan. Pada bayi baru lahir, panjang badan rata-rata adalah
sebesar + 50 cm. Pada tahun pertama, pertambahannya adalah 1,25 cm/bulan ( 1,5 X
panjang badan lahir). Penambahan tersebut akan berangsur-angsur berkurang sampai usia
9 tahun, yaitu hanya sekitar 5 cm/tahun.

Baru pada masa pubertas ada peningkatan pertumbuhan tinggi badan yang cukup
pesat, yaitu 5 – 25 cm/tahun pada wanita, sedangkan pada laki-laki peningkatannya sekitar
10 –30 cm/tahun. Pertambahan tinggi badan akan berhenti pada usia 18 – 20 tahun.
Tinggi badan dapat diperkirakan berdasarkan rumus dari Behram (1992), yaitu
1. Perkiraan panjang lahir : 50 cm
2. Perkiraan panjang badan usia 1 tahun = 1,5 Panjang Badan Lahir
3. Perkiraan panjang badan usia 4 tahun = 2 x panjang badan lahir
4. Perkiraan panjang badan usia 6 tahun = 1,5 x panjang badan usia 1 tahun
5. Usia 13 tahun = 3 x panjang badan lahir
6. Dewasa = 3,5 x panjang badan lahir atau 2 x panjang badan 2 tahun
Atau dapat digunakan rumus Behrman (1992):
1. Lahir : 50 cm
2. Umur 1 tahun : 75 cm
3. 2 – 12 tahun ; umur (tahun) x 6 + 77

Cara pemeriksaan :
Usia kurang dari 2 tahun :
1) Siapkan papan atau meja pengukur. Apabila tidak ada, dapat digunakan pita pengukur
(meteran).

41
2) Baringkan anak telentang tanpa bantal (supinasi), luruskan lutut sampai menempel
pada meja (posisi ekstensi).
3) Luruskan bagian puncak kepala dan bagian bawah kaki (telapak kaki tegak lurus
dengan meja pengukur) lalu ukur sesuai dengan skala yang tertera.
4) Apabila tidak ada papan pengukur, hal ini dapat dilakukan dengan cara memberi
tanda pada tempat tidur (tempat tidur harus rata/datar) berupa garis atau titik pada
bagian puncak kepala dan bagian tumit kaki bayi. Lalu ukur jarak antara kedua tanda
tersebut dengan pita pengukur, untuk lebih jelasnya.

Ukuran normal menurut WHO dan kemenkes :


Panjang badan bayi baru lahir normal antara 48 sampai 52 cm. Secara resmi, badan WHO
menetapkan untuk bayi laki-laki yang baru lahir idealnya memiliki panjang sekitar 48 - 52 cm
dan untuk berat badan sekitar 2,9 - 3,9 kg. Sedangkan untuk bayi perempuan sendiri sekitar
2,8 - 3,7 kg dan untuk panjang sekitar 41 - 51 cm.

 Lingkar Kepala: Secara normal, pertambahan ukuran lingkar kepala pada setiap tahap
relatif konstan dan tidak dipengaruhi oleh factor ras, bangsa dan letak geografis. Saat lahir,
ukuran lingkar kepala normalnya adalah 34-35 cm. Kemudian akan bertambah sebesar +
0,5 cm/bulan pada bulan pertama atau menjadi + 44 cm.

Pada 6 bulan pertama ini, pertumbuhan kepala paling cepat dibandingkan dengan
tahap berikutnya, kemudian tahun-tahun pertama lingkar kepala bertambah tidak lebih
dari 5 cm/tahun, setelah itu sampai usia 18 tahun lingkar kepala hanya bertambah + 10
cm.

Cara pengukuran lingkar kepala adalah :


1) Siapkan pita pengukur (meteran).
2) Lingkarkan pita pengukur pada daerah glabella (frontalis) atau supra orbita bagian
anterior menuju oksiput pada bagian posterior [mulai ukur lingkar kepala bayi dengan

42
melingkarkan pita di atas alis dan telinga] dan pastikn pita melingkar di atas kepala
yang paling menonjol. Kemudian tentukan hasilnya.
3) Cantumkan hasil pengukuran pada kurva lingkar kepala.

Ukuran normal menurut WHO dan kemenkes :


Ukuran lingkar kepala normalnya adalah 34-35 cm. Kemudian akan bertambah sebesar +
0,5 cm/bulan pada bulan pertama atau menjadi + 44 cm. Antropometri ini perlu diukur untuk
mengetahuai keadaan patologi dari besarnya kepala atau peningkatan ukuran kepala
contohnya pada kasus hidrosefalus dan mikrosefalus.

 Lingkar Dada : Pengukuran lingkar dada jarang dilakukan. Pengukurannya dilakukan pada
saat bernapas biasa ( mid respirasi ) pada tulang Xifoidius (insicura substernalis).
Pengukuran lingkar dada ini dilakukan dengan posisi berdiri pada anak yang lebih
besar, sedangkan pada bayi dengan posisi berbaring.
Cara pengukuran lingkar dada adalah :
1) Siapkan pita pengukur.
2) Lingkarkan pita pengukur pada daerah dada.
3) Catat hasil pengukuran pada KMS

43
Ukuran normal menurut WHO dan kemenkes :
Ukuran lingkar dada bayi baru lahir normalnya 32 sampai 34 cm. Biasa digunakan untuk
anak usia 2-3 tahun karena pertumbuhan lingkar dada pesat sampai anak umur 3 tahun.
Normal lingkar dada adalah 30-33 cm.

 Lingkar Lengan Atas (Lila) : Pertambahan lingkar lengan atas ini relatif lambat. Saat lahir,
lingkar lengan atas sekitar 11 cm dan pada tahun pertama, lingkar lengan atas menjadi 16
cm. Selanjutnya ukuran tersebut tidak banyak berubah sampai usia 3 tahun.
Ukuran lingkar lengan atas mencerminkan pertumbuhan jaringan lemak dan otot
yang tidak berpengaruh oleh keadaan cairan tubuh dan berguna untuk menilai keadaan
gizi dan pertumbuhan anak prasekolah.

Cara pemeriksaan :
1) Tentukan lokasi lengan yang diukur. Pengukuran dilakukan pada lengan bagian kiri,
yaitu pertengahan pangkal lengan dan siku. Pemilihan lengan kiri tersebut dengan
pertimbangan bahwa aktivitas lengan kiri lebih pasif dibandingkan dengan lengan
kanan sehingga ukurannya lebih stabil.
2) Lingkarkan alar pengukur pada lengan bagian atas seperti pada gambar ( dapat
digunakan pita pengukur). Hindari penekanan pada lengan yang diukur saat
pengukuran.
3) Tentukan besar lingkar lengan sesuai dengan angka yang tertera pada pita pengukur.
4) Catat hasil pada KMS.

Ukuran normal menurut WHO dan kemenkes :


Ukuran normal bayi baru lahir antara 10 sampai 11 cm. Tujuannya yakni untuk
menentukan status gizi pada anak dan untuk mengetahui adanya pembesaran bagian
abdomen.

 Lingkar Perut : Lingkar perut bayi baru lahir adalah ukuran lingkar di sekitar area perut bayi

44
yang diukur segera setelah kelahiran. Ukuran ini memberikan gambaran tentang
pertumbuhan organ-organ penting dalam tubuh bayi, seperti lambung dan usus.
Lingkar perut bayi menjadi salah satu indikator penting untuk menilai pertumbuhan
dan kesehatan bayi sejak awal kehidupan mereka. Lingkar perut bayi sebaiknya diukur
segera setelah bayi lahir, idealnya dalam satu jam setelah kelahiran. Kemudian,
pengukuran bisa dilakukan secara berkala sesuai dengan petunjuk dokter atau tenaga
medis yang merawat bayi. Hal ini penting untuk memantau pertumbuhan bayi dan deteksi
dini masalah kesehatan yang mungkin muncul dengan tujuan untuk menentukan status
gizi pada anak dan untuk mengetahui adanya pembesaran bagian abdomen. Normal
lingkar perut adalah 30-35 cm.

Berikut adalah tabel referensi untuk lingkar perut bayi baru lahir:

45
L
i
n
g
k
a
r
Usia
P
(hari
e
)
r
u
t

[
c
m
]

3
0

1 –

3
5

3
1 Untuk mengukur
lingkar perut dengan
tepat, 3 – gunakan pita
pengukur fleksibel yang
tidak 3 elastis. Lepaskan
pakaian 6 terlebih dulu yang
dapat menambah
bantalan di sekitar perut.
3
Kemudian ikuti
2
langkah ini:
7 –
 Baringkan tubuh
bayi 3 dalam posisi
7 telentang.

3
2
46
14 –

3
 Lingkarkan pita pengukur di sekitar perut. Pastikan menempel langsung ke kulit.
 Pita pengukur harus ditempatkan sekitar setengah jalan antara bagian bawah tulang rusuk
terendah dan bagian atas tulang pinggul. Kira-kira sejajar dengan pusar.
 Catat hasil pengukuran lingkar perut dalam sentimeter.

Memegang pita pengukur terlalu kencang atau terlalu longgar sampai terkulai akan
menyebabkan hasil pengukuran yang salah.

Pentingnya mengetahui status antropometri pada bayi karena dapat menentukan


gambaran kondisi status gizi dan status kesehatan yang optimal. Jika pertummbuhan berat
badan dapat dipertahankan normal, maka panjang/tinggi badan dan lingkar kepala juga
akan normal. Pertumbuhan bersifat simultan namun kecepatannya berbeda. Penilaian
pertumbuhan anak harus dilakukan secara berskala. Banyak masalah fisik maupun
psikososial yang dapat mempengaruhi pertumbuhan anak. Pertumbuhan yang terganggu
dapat merupakan tanda awal adanya masalah gizi dan kesehatan.

BAB III

PENUTUP

47
A. Kesimpulan

Keterampilan dasar kebidanan dalam asuhan neonatus, termasuk anamnese


riwayat kesehatan dan pemeriksaan dini bayi baru lahir, merupakan langkah awal
yang penting dalam memberikan perawatan yang tepat dan optimal bagi bayi yang
baru lahir. Dengan memahami dan mengimplementasikan keterampilan dasar ini
dengan cermat, petugas kesehatan dapat membantu memastikan bahwa setiap bayi
mendapatkan kesempatan terbaik untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
48
Maryanti, Dwi., Sujianti., Tri, B. 2011. Neonatus, Bayi & Balita. Jakarta.
Imunisasi Rekomendasi IDAI, 2
Prawirohardjo, S. 2013. Ilmu Kebidanan, Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Setiyani, A, dkk. 2016. Asuhan Kebidanan, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah.
Jakarta: Kemenkes RI
American Academy of Pediatrics. (2018). Guidelines for Perinatal Care. Elk Grove
Village, IL: American Academy of Pediatrics.
Bobak, I. M., Jensen, M. D., & Sparks, S. M. (2016). Maternity and Pediatric Nursing.
Philadelphia, PA: Wolters Kluwer.
Stright, B. R. 2005. Panduan belajar:keperawatan ibu-bayi baru lahir (3thed). (Maria A.
& Wijayarni, Trans). Jakarta: EGC

49
50
51
52
53

Anda mungkin juga menyukai