Kel 5 Bu Andri

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

DETEKSI DINI PENYULIT DAN KOMPLIKASI BBL

Dosen Pengampuh : Andriyani, SST.,M.Kes

OLEH :

KELOMPOK 5

Nama :

1. Satriani (pbd21.069)

2. Sella Marselina (pbd21.070)

3. Selviana Yulita Sari (pbd21.071)

4. Sukmayanti (pbd21.072)

5. Suryani (pbd21.073)

6. Warnida (pbd21.074)

7. Yuliana Purnamasari (pbd21.075)

8. Suciana Ayu Titi Astri (pbd21.157)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PELITA IBU KENDARI

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN

TAHUN AJARAN 2021


KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kepada Allah,Tuhan


Pencipta Alam Semesta yang telah menunjukkan kepada kita iman dan islam serta
diberikan kesehatan sehingga dapat menyelesaikan makalah Tentang “Deteksi
Dini Komplikasi Pada Bayi Baru Lahir”  ini dengan baik.
Sholawat, ta’dzim serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi
akhir zaman, pembawa umat kejalan yang benar ‘Nabi Muhammad SAW” karena
jasa perjuangannya mengangkat harkat dan martabat manusia menjadi insan
mukmin dan bertaqwa.
           
Dalam makalah ini kami akan mencoba mengupas masalah-masalah yang
berkaitan dengan komplikasi yang terjadi Pada Bayi Baru Lahir. Semoga makalah
ini bermanfaat bagi para pembaca.
Pesan dari kami “Jangan menunda-nunda sampai besok apa yang anda
kerjakan sekarang”. Seperti pepatah “tak ada gading yang tak retak”, kami
mengharapkan segala kritik, masukan membangun dalam perbaikan makalah ini.

                                                                       

Kendari, 11November 2021

Penyusun

                                                                        
DAFTAR ISI

HalamanJudul....................................................................................................... i
Kata Pengantar..................................................................................................... ii
Daftar Isi............................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang......................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan...................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Definisi................................................................................................... 2
B. Tujuan.................................................................................................... 2
C. Waktu Pelaksanaan................................................................................ 3
D. Prinsip-Prinsip Bayi Baru Lahir............................................................. 3
E. Deteksi Dini Komplikasi Pada BBL...................................................... 4
F. Komplikasi Pada BBL........................................................................... 5
G. Manajemen segera pada BBL............................................................... 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................... 20
B. Saran..................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka kematian perinatal yang terdiri atas jumlah yang tidak
menunjukkan tanda-tanda hidup waktu di lahirkan, penurunan jumlah
kematian perinatal dapat di di capai disamping dengan membuat persalinan
seaman-amannya bagi bayi ibu. Dengan mengusahakan agar janin dan ibu
kondisinya baik-baik saja.
Periode setelah lahir merupakan awal kehidupan yang tidak
menyenangkan bagi bayi.Hal itu disebabkan oleh lingkungan kehidupan
sebelumnya (intrauterus) dengan kehidupansekarang ( ekstrauterus ) yang
sangat berbeda. Bayi yang dilahirkan prematur ataupun bayi yangdilahirkan
dengan penyulit/komplikasi, tentu proses adaptasi kehidupan tersebut menjadi
lebihsulit untuk dilaluinya. Bahkan sering kali menjadi pemicu timbulnya
komplikasi lain yangmenyebabkan bayi tersebut tidak mampu melanjutkan
kehidupan ke fase berikutnya(meninggal). Bayi seperti ini yang disebut
dengan istilah bayi resiko tinggi.(surasmi,dkk.2003)
Faktor – faktor lain seperti, afiksia neonatorum, letak sungsang dan
lain – lain. Dua hal yang banyak terjadinya angka kematian perinatal ialah
tingkat kekurangan gizi Ibu dan janin serta pelayanan petugas kesehatan.
Latar belakang disusunnya makalah ini adalah agar meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran mahasiswa tetang pengetahuan angka kematian
perinatal dan pelajaran yang lain

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan pelayanan kesehatan ?
2. Bagaimana prinsip-prinsip bayi baru lahir ?
3. Bagaimana cara mendeteksi dini dan komplikasi pada bayi baru lahir ?
4. Apa saja komplikasi yang terjadi pada bayi baru lahir ?
C. Tujuan Penulis
1. Apa yang di maksud dengan pelayanan kesehatan ?
2. Bagaimana prinsip-prinsip bayi baru lahir ?
3. Bagaimana cara mendeteksi dini dan komplikasi pada bayi baru lahir ?
4. Apa saja komplikasi yang terjadi pada bayi baru lahir ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai
standart  yang di berikan oleh tenaga  kesehatan yang kompeten kepada
neonatus sedikitnya 3 kali,selama periode 0 sampai 28 hari setelah lahir,baik
di fasilitas maupun melalui kunjungan rumah.
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standart
yang di berikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali,selama
periode 29 hari sampai dengan 11 bulan setelah bayi lahir.
1. Asuhan BBLN adalah asuhan yang diberikan pada BBL selama jam
pertama setelah kelahiran BBLN.  (Sarwono, 2002 : 30 )
2. Asuhan neonatal asuhan yang diberikan pada bayi yang berusia 0-28 hari
(tumbuh kembang anak :17)
3. Asuhan neonatal adalah asuhan yang berhubungan dengan 4 minggu
pertama setelah kelahiran.  (kamus kedokteran, Dorland :736)
B. Tujuan
Resiko terbesar kematian neonatus terjadi pada 24 jam pertama
kehidupannya . sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat di anjurkan
untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan tersebut selama 24 jam setelah
kelahirannya.
1) Kunjungan neonatal bertujuan :
a. Untuk meningkatkan akses neonatus terhadap pelayanan kesehatan
dasar.
b. Mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan atau masalah
kesehatan pada neonatus.
2) Kunjungan bayi bertujuan :
a. Untuk meningkatkan akses bayi terhadap pelayanan kesehatan dasar.
b. Untuk Mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi
sehingga cepat mendapat pertolongan
c. Üntuk Pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit melalui
pemantauan pertumbuhan,imunisasi,serta peningkatan kualitas hidup
bayi dengan stimulasi tumbuh kembang.

C.  Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus adalah sebagai berikut:

1. Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan dalam kurun waktu 6-48 jam
setelah bayi lahir.
2. Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke-3
sampai dengan hari ke 7 setelah bayi lahir.
3. Kunjungan Neonatal ke-3 (KN-3) dilakukan pada kurun waktu hari ke-8
sampai dengan hari ke-28 setelah lahir.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi:

1. Kunjungan bayi 1 kali pada umur 29 hari – 2 bulan


2. Kunjungan bayi 1 kali pada umur 3-5 bulan
3. Kunjungan bayi 1 kali pada umur 6-8 bulan
4. Kunjungan bayi 1 kali pada umur 9-11 bulan

D. Prinsip-Prinsip Bayi Baru Lahir


Jika bayi di lahirkan oleh seorang ibu yang mengalami komplikasi dalam
persalinan, penangan bayi tersebut bergantung pada:
1) Apakah bayi mepunyai kondisi atau masalah yang perlu kebutuhan
segera ,
2) apakah kondisi ibu memungkinkan merawat bayi secara penuh, sebagian
atau tidak sama sekali
seorang bayi dengan tanda bahaya merupakan masalah yang serius, bayi
dapat meninggal bila tidak di tangani segera. Nilailah secepat mungkin setiap
bayi yang datang dengan tanda kegawatan, tida tergantung apakah anda di
panggil ke ruang bersalin untuk persalinan dengan penyulit, atau bayi yang di
bawa dari ruang bersalin, bangsal bayi atau dar rumah, maupun bayi yang di
rujuk dari rumah sakit lain atau puskesmas. Nilai ulang setiap bayi setelah
pemberian terapi atau jika tiba-tiba keadaannya meburuk.
Penilaian cepat
Letakkan bayi padapermukaan yang hangat, di bawah pemancar dan dengan
pencahayan yang cukup.
1) Periksa bayi dengan segera adakah tanda bahaya di bawah ini :
a. Megap-megap (merintih) atau tidak bernafas atau frekuensi napas
kurang dari 20 kali/ menit
b. Perdarahan
c. Syok ( pucat, dingn, denyut jantung > 180 x/menit, tidak sadar atau
kesadaran menurun )

E. Deteksi Dini Untuk Komplikasi Pada Bayi Baru Lahir dan  Neonatus
Deteksi dini untuk komplikasi pada bayi baru lahir dan neonatus dengan
melihat
Tanda-tanda atau gejala-gejala sebagai berikut:
1. Tidak mau minum atau menyusu atau memuntahkan semua
2. Riwayat kejang
3. Bergerak hanya jika di rangsang (letargis)
4. Frekuensi nafas <30 kali permenit atau >60 kali permenit
5. Suhu tubuh <36,5oC atau >37oC
6. Tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat
7. Merintih
8. Ada pustule pada kulit
9. Nanah banyak di mata dan mata cekung
10. Pusar kemerahan meluas ke dinding perut
11. Turgor kulit kembali <1 detik
12. Timbul kuning atau tinja berwarna pucat
13. Berat badan menurut umur rendah dan atau masalah dalam pemberian
ASI
14. Bayi berat lahir rendah <2500gram atau >4000gram
15. Kelaianan congenital seperti  ada celah di bibir atau langit-langit

Masalah atau kondisi akut perlu tindakan segera dalam satu jam
kelahiran (oleh tenaga di kamar bersalin) :
1. Tidak bernafas
2. Sesak nafas
3. Sianosis sentral ( kulit biru)
4. Bayi berat lahir rendah (BBLR ) < 2500 gram
5. Letargis
6. Hipotermi atau stress dingin (suhu aksila <36.5°c)
7. Kejang
8. Kondisi perlu tindakan awal
9. Potensial infeksi bakteri (pada ketuban pecah din atau pecah lama)
10. Potensial sifilis (ibu dengan gejala atauserologis positif)
11. Kondisi malformasi atau masalah lain yang tidak perlu tindakan segera
(oleh tenaga di kamarbersalin):
12. Lakukan asuhan segera bayi baru lahir dalam jam pertama setelah
kelahiran bayi
13. Rujuk ke kamar bayi atau tempat pelayanan yang sesuai

F. Komplikasi Pada Bayi Baru Lahir Dan Neonatus


Komplikasi pada bayi baru lahir dan neonates,antara lain:
1. Prematuritas dan BBLR
2. Asfiksia
3. Infeksi bakteri
4. Kejang
5. Ikterus
6. Diare
7. Hipotermi
8. Tetanus neonatorum
9. Masalah pemberian ASI
10. Trauma lahir
11. Sindroma gangguan pernafasan
12. Kelainan congenital

a. Prematuritas Dan BBLR


BBLR Bayi Berat Lahir Rendah dibedakan menjadi :
1. BBLSR Bayi Berat Lahir Sangat Rendah bila lahir berat lahir kurang
dari 1.500 gram,
2. BBLR Bayi Berat Lahir Rendah bila berat lahir antara 1.501-2.499
gram. Sedangkan bayi prematur adalah bayi yang dilahirkan kurang
dari usia kehamilan 37 minggu.
Penyebab BBLR dan kelahiran prematur sangatlah multifaktorial,
antara lain asupan gizi ibu sangat kurang pada masa kehamilan, gangguan
pertumbuhan dalam kandungan (janin tumbuh lambat), faktor plasenta,
infeksi, kelainan rahim ibu, trauma, dan lainnya
b. Faktor Resiko BBLR
1) asfiksia atau gagal untuk bernapas secara spontan dan teratur saat atau
beberapa menit setelah lahir.
2) Sindrom Gawat Napas salah satu disebabkan karena  faktor paru yang
belum matang tau TRDN sesak sementara pada bayi baru lahir karena
cairan paru yang berlebihan.
3) hiportemia (suhu tubuh 6,5 167 C).
Penanganan umum perawatan BBLR atau prematur setelah lahir
adalah mempertahankan suhu bayi agar tetap normal, pemberian minum,
dan pencegahan infeksi. Bayi dengan BBLR juga sangat rentan terjadinya
hiportemia, karena tipisnya cadangan lemak di bawah kulit dan masih belum
matangnya pusat pengatur panas di otak. Untuk itu, BBLR harus selalu
dijaga kehangatan tubuhnya
Upaya yang paling efektif mempertahankan suhu tubuh normal adalah
sering memeluk dan menggendong bayi. Ada suatu cara yang disebut
metode kangguru atau perawatan bayi lekat, yaitu bayi selalu didekap ibu
atau orang lain dengan kontak langsung kulit bayi dengan kulit ibu atau
pengasuhnya dengan cara selalu menggendongnya. Cara lain, bayi jangan
segera dimandikan sebelum berusia enam jam sesudah lahir , bayi selalu
diselimuti dan ditutup kepalanya, serta menggunakan lampu penghangat
atau alat pemancar panas
Minum sangat diperlukan BBLR dan prematur, selain untuk
pertumbuhan juga harus ada cadangan kalori untuk mengejar ketinggalan
beratnya. Minuman utama dan pertama adalah air susu ibu (ASI) yang
sudah tidak diragukan lagi keuntungan atau kelebihannya. Disarankan bayi
menyusu ASI ibunya sendiri, terutama untuk bayi prematur. ASI ibu
memang paling cocok untuknya, karena di dalamnya terkandung kalori dan
protein tinggi serat elektrolit minimal.
BBLR dan bayi prematur sangat rentan terhadap terjadinya infeksi
sesudah lahir. Karena itu, tangan harus dicuci bersih sebelum dan sesudah
memegang bayi, segera membersihkan bayi bila kencing atau buang air
besar, tidak mengizinkan menjenguk bayi bila sedang menderita sakit,
terutama infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), dan pemberian imunisasi
sesuai dengan jadwal.
Untuk tumbuh dan berkembang sempurna bayi BBLR dan prematur
harus mendapat asupan nutrien berupa minuman mengandung karbohidrat,
protein, lemak, serta vitamin yang lebih dari bayi bukan BBLR. Penting
dipertahikan agar zat tersebut betul-betul dapat digunakan hanya untuk
tumbuh, tidak dipakai untuk melawan infeksi. Biasanya BBLR dapat
mengejar ketinggalannya paling lambat dalam enam bulan pertama.
1. Asfiksi
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat
bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat
janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat
dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan
kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang
mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan.
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat
segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini
disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini
berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan,
persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan
bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara
sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan
mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-
gejala lanjut yang mungkin timbul.
2. Kejang
Kejang, spasme, atau tidak sadar dapat di sebabkan oleh
asfiksia neonatorum, hipoglikemi atau merupakan tanda meningitis
atau masalah pada susunan syaraf. Diantara episode kejang yang
terjadi, bayi mungkin tidak sadar, letargi, rewel atau masih normal.
Spasme pada tetanus neonatorum hamper mirip dengan kejang,
tetapi kedua hal tersebut harus dibedakan karena manajemen
keduanya berbeda.
3. Ikterus
Ikterus adalah warna kuning yang ditemukan pada hari ke-3
sampai ke-14, tidak disertai tanda dan gejala ikterus patologis
(Muslihatun, 2010).
Ikterus adalah keadaan transisional  normal yang
mempengaruhi hingga 50% bayi aterm yang mengalami peningkatan
progresif pada kadar bilirubin tak terkonjugasi dan ikterus pada hari
ketiga (Myles, 2009).
Ikterus adalah kadar bilirubin yang tak terkonjugasi pada
minggu pertama > 2 mg/dl (Kosim, 2008).
4. Hipotermi
Hipotermi pada bayi baru lahir adalah suhu tubuh dibawh
36,5oC pengukuran dilakukan pada ketiak selama 3-5 menit.
Hipotermi disebabkan oleh :
a) Evaporasi, terjadi apabila bayi lahir tidak segera
dikeringkan.
b) Konduksi, terjadi apabila bayi diletakkan ditempat dengan
alas yang dingin, seperti pada waktu menimbang bayi.
c) Radiasi, terjadi apabila bayi diletakkan diudara lingkungan
dingin.
d) Konveksi, terjadi apabila bayi berada dalam ruangan ada
aliran udara karena pintu, jendela terbuka.
Cara Mengatasi Hipotermi
1. Ganti pakain yang dingin dan basah dengan pakain yang hangat
dan kering,
2. memakai topi dan selimut yang hangat.
3. Bila ada ibu/ pengganti ibu anjurkan menghangatkan bayi
dengan melakukan
4. kontak kulit dengan kulit.
5. Periksa ulang suhu bayi 1 jam kemudian, bila suhu naik pada
batas normal (36,5 -37,5o C), berarti usaha meenghangatkan
berhasil.
6. Anjurkan ibu untuk menyusui lebih sering. Bila bayi tidak dapat
menyusu, berikan ASI peras.
Rujuk apabila terdapat salah satu keadaan :
1. Jika setelah menghangatkan selama 1 jam tidak ada kenaikan
suhu (membaik).
2. Bila bayi tidak dapat minum
3. Terdapat gangguaan nafas atau kejang.
4. Bila disertai salah satu tanda tanpak mengantuk/ letargis atau
ada bagian tubuh bayi yang mengeras.
Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik
serta tidak ada masalah lain yang memerlukan pengawasan, bayi tidak
perlu dirujuk. Nasihati ibu cara merawat bayi lekat/ metode Kanguru
dirumah.Departemen kesehatan RI 2009Tetanus Neonatorum
1. Tetanus Neonatorum
Tetanus Neonatorum Adalah penyakit yang di derita oleh
bayi baru lahir (neonatus). Tetanus neonatorum penyebab kejang
yang sering di jumpai pada BBL yang bukan karena trauma
Kelahiran atauasfiksia, tetapi disebabkan infeksiselama masa
neonatal, yang antara lain terjadi akibat pemotongan tali pusat atau
perawatan tidak aseptic (IlmuKesehatanAnak, 1985)
2. Sindroma Gangguan Pernafasan Nafas
Merupakan kumpulan gejala yang terdiri dispnea, frekuensi
pernafasan yang lebih dari 60 kali per menit ,adanya sianosis,
adanya rintihan bayi saat ekspirasi serta adanya retraksi
suprasternal,interkostal,epigastrium saat inspirasi.Penyakit ini
merupakan penyakit membrane hialin,dimana terjadi perubahan
atau kurangnya komponen surfaktan pulmoner komponen ini
merupakan suatu zat aktif pada alveoli yang dapat mencegah
kolapnya paru.
Fungsi surfaktan itu sendiri adalah merendahkan tegangan
permukaan alveolus sehingga tidak terjadi kolaps dan mampu
menahan sisa udara pada akhir ekspirasi. Penyakit ini terjadi pada
bayi mengingat produksi surfaktan yang kurang . Pada penyakit ini
kemampuan paru untuk mempertahankan stabilitas menjadi
terganggu dan alveolus akan kembali kolaps pada setiap akhir
ekspirasi dan pada pernafasan selanjutnya dibutuhkan tekanan
negative intra thorak yang lebih besar dengan cara inspirasi yang
lebih kuat . Keadaan kolapsnya paru dapat menyebabkan gangguan
pentilasi yang akan menyebabkan hipoksia dan asidosis.
Gangguan pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi
oleh beberapa sebab,apabila gangguan pernapasan tersebut disertai
dengan tanda-tanda hipoksia (kekurangan oksigen),maka
proknosisnya buruk dan merupakan penyebab kematian bayi baru
lahir. Kalau seandainya bayi selamat dan tetap hidup akan beresiko
tinggi dan terjadi kelainan neorologis dikemudian hari.
a. Penyebab Gangguan Pernafasan
1) penyakit parenkim paru-paru, misalnya penyakit membran
hialin atelektatis
2) kelainan perkembangan organ misalnya agenesis paru –
paru ,hemia diafragmatika
3) obstruksi jalan nafas , misalnya trakeomalasia , makrolasia .
b. Penilaian
Tanda – tanda gangguan pernafasan pada bayi baru lahir
dapat diketahui dengan cara menghitung frekuensi pernafasan dan
melihat tarikan dinding iga serta warna kulit bayi.
c. Ciri – Ciri Bayi Yang Mengalami Gangguan Pernafasan 
1) Nafas bayi berhenti lebih 20 detik
2) Bayi dengan sianosis sentral ( biru pada lidah dan bibir )
3) Frekuensi nafas bayi kurang 30 kali / menit
4) Frekuensi nafas bayi lebih 60 kali /menit , mungkin
menunjukan tanda tambahan gangguan nafas.
d. Penatalaksanaan
Tindakan Yang Harus Dilakukan Pada Bayi Yang Mengalami
Gangguan Pernafasan Antara Lain:
1) Beri oksigen dengan kecepatan sedang
2) Jika bayi menglami apnea :
a) Bayi dirangsang dengan mengusap dada atau punggung bayi
b) Bila bayi tidak mulai bernafas atau mengalami sianosis
sentral , nafas megap – megap atau bunyi jantung menetap
kurang dari 100 kali /menit,lakukan resusitasi dengan
memakai balon dan sungkup.
3) Kaji ulang temuan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik
4) Periksa kadar glukosa darah.Bila kadar glukosa kurang dari 40
mg, tangani sebagai hipoglikemia .
5) Berikan perawatan selanjutnya dan tentukan gangguan nafas
berat manejemen spesifik menurut jenis gangguan nafasnya
6) Tentukan apakah gangguan nafas berat,sedang atau ringan
e. Cara Mencegah Terjadinya Gangguan Pernafasan:
Jadi untuk mencegah terjadinya ganguan pernapasan Segera
lakukan resusitasi pada bayi baru lahir, apabila bayi :
1. tidak bernapas sama sekali / bernapas dengan megap-megap
2. bernapas kurang dari 20 kali per menit.
G. Manajemen Segera Pada Tanda Bahaya:
Tiga keadaan yang perlu tindakan segera ialah : tidak bernafas atau megap-
megap,  sianosis atau sukar bernafas.
1. Tidak bernafas atau megap-megap
Penanganan umum
a. Keringkan bayi, ganti kain basah dan bungkus dengan pakaian hangat
kering
b. Jika belum di lakukan, segera klem dan potong tali pusat’
c. Letakkan bayi di tempat yang keras dan hangat untuk resusitasi
d. Kerjakan pedoman pencegahan infeksi dalam melakukan perawatan
dan resusitasi
2. Resusitasi
                 Perlunya resusitasi harus ditentukan sebelum akhir menit
pertama kehidupan. Indikator terpenting bahwa di perlukan resusitasi ialah
kegagalan nafas setelah bayi lahir.
a. Peralatan yang dibutuhkan pada resusitasi neonatus
1) Ruang yang hangat & terang
2) Meja / tempat resusitasi
3) Sumber pemancar panas
4) Kain : bersih, kering, hanga
5) Sarung tangan & pelindung lain
6) Jam
7) Plester
b. Perlengkapan penghisap
1) Penghisap manual,
2) Mekanik kateter penghisap: 5F, 8F, 10F, 12F
3) Pipa lambung no 8F, semprit 20 ml
4) Penghisap mekonium
c. Peralatan balon dan sungkup
1) Balon resusitasi
2) Katup pelepas tekanan
3) Sungkup bayi cukup & kurang bulan
4) Tabung dan sungkup
5) Oksigen 90 – 100%
6) Sumber oksogen dg flowmeter
d. Tujuan resusitasi
Agar ventilasi adekuat, O2 dan curah jantung yang cukup untuk
menyalurkan O2 ke otak, jantung dan alat vital lainnya.

1. Sebelum bayi lahir, sesudah ketuban pecah:


Apakah air ketuban bercampur mekonium (warna
kehijauan) pada letak kepala.
PENILAIAN
2. Segera setelah bayi lahir:
Apakah bayi menangis, bernafas spontan dan teratur,
bernafas megap – megap atau tidak bernapas

1. Memutuskan bayi perlu resusitasi apabila:


KEPUTUSAN a. Bayi tidak bernafas atau bernafas megap – megap
b. Air ketuban bercampur mekonium
Mulai melakukan resusitasi segera bila:
1. Bayi tidak bernapas atau megap – megap:
a. Lakukan tindakan resusitasi BBL
TINDAKAN
2. Bila air ketuban bercampur mekonium:
a. Lakukan resusitasi dengan manajemen air ketuban
bercampur mekonium

      

d. Penatalaksanaan resusitasi
1. Tempat Resusitasi
a) Tempat rata, keras, bersih dan kering
b) Meja atau tikar
c) 3 lembar kain hangat, kering & bersih diatas meja
d) Dipan ibu: 45 cm dari perineum ibu
2. Cara Membersihkan Jalan Napas
Tergantung:
a) Ada / tidak ada mekonium
b) Tingkat keaktifan bayi
3. Dilakukan pada mulut terlebih dahulu kemudian hidung.
Ada mekonium, tetapi bayi bugar:
a) Bersihkan sekret dari mulut dan hidung
b) Kateter penghisap 12 atau 14 F
Tindakan yang dilakukan bila jalan napas sudah bersih,
Untuk:
a) Merangsang napas
b) Mencegah kehilangan panas, dengan cara:
1) Mengeringkan tubuh, singkirkan kain basah, dan reposisi kepala
d. Rangsangan Yang Dapat Membantu Bayi Bernapas:
a) Menepuk atau menyentil telapak kaki
b) Menggosok punggung, perut, dada atau ekstremitas bayi
      e. Rangsangan Yang Berbahaya
TINDAKAN BERBAHAYA AKIBAT YANG BISA TERJADI
1. Menepuk punggung 7. Perlukaan
2. Menekan rongga dada 8. Patah tulang, pneumotoraks,
3. Menekan pada keperut distress napas, kematian
4. Dilatasi sfingter ani 9. Pecahnya hati, limpa
5. Kompres dingin, panas 10. Robeknya sfingter ani
6. Menggoyang – goyang tubuh 11. Hipotermi, hipertermi, luka
bakar
12. Kerusakan otak

      f. Ventilasi Tekanan Positip (Vtp)


a) Penilaian dan langkah awal 30 “
b) Bayi tidak bernapas / megap – megap
c) Frekuensi jantung < 100/menit
d) Dan warna kulit tetap sianosis
e) VTP
f) Oksigenasi 100%
      g.Resusitasi tidak dimulai, apabila keadaan bayi:
a) UK < 23 minggu (berat < 400 gram)
b) Anencepali
c) Trisomi 13, 18
      h. Resusitasi Dihentikan, apabila:
Setelah semua langkah dilakukan dengan cara yang benar, tetapi bayi tidak
ber-respon, setelah resusitasi 10 menit.

1. Asuhan pasca resusitasi


a. Resusitasi bayi baru lahir:
1) Berhasil
Bayi menangis dan bernapas normal sesudaj langkah atau
ventilasi, diperlukan pemantauan dan dukungan.
2) Belum / Lurang Berhasil
3X ventilasi tetapi belum bernapas / megap – megap, perlu
dilakukan rujukan
3) Tidak Berhasil
Sesudah 10 menit tetapi bayi tidak bernapas
2. Resusitasi berhasil
a) Konseling
Bicara dengan ibu dan keluarga mengenai tindakan resusitasi
yang telah dilakaukan dan ajari ibu dan keluarga yaitu dengan
cara: menialai pernafasan, tetap menjaga kehangatan bayi,
serta waspadai tanda bahaya.
b) Asuhan neonatal
Minimal 2 jam pertama
1) Pernafasan, warna kulit normal, berikan bayi kepada ibu
2) Pemantauan sekasama 2 jam pertama
3) Jaga bayi tetap hangat dan kering
4) Waspadai apabila Kondisi bayi memburuk
3. Bayi perlu rujukan
a. Ventilasi 2 menit tetapi tetap tidak bernapas / megap – megap
b. Frekuensi napas < 40 / menit atau > 60 / menit
c. Tarikan dinding dada
d. Merintih (napas bunyi saat ekspirasi) atau megap – megap
(napas bunyi saatinspirasi)
e. Tubuh bayi pucat atau kebiruan
f. Bayi lemas

4. Resusitasi tidak berhasil


Ventilasi 10 menit tetapi bayi tidak bernapas makan hentikan
resusitasi, berikan:
a. Konseling berupa dukungan moral kepada ibu dan keluarga
b. Asuhan ibu
c. Asuhan tindak lanjut
d. Pencatatan
5. Asuhan tindak lanjut pasca resusitasi
Tandabahaya, berupa:
a. Gangguan napas
b. Hipotermi
c. Kemungkinan infeksi bakteri
d. Ikterus
e. Gangguan saluran cerna
6. Sianosis atau sukar bernafas
a. Jika bayi sianosis (biru) atau sukar bernafas (frekuensi< 30
atau > 60 x per menit, tarikan dinding dada kedalam atau
merintih)
b. Isap mulut dan hidung untuk memastikan jalan napasbersih
c. Beri oksigen 0,5 l/menit lewatkateter hidung atau nasal prong
d. Rujuk ke kamar bayi atau ke tempat pelayanan yang di tuju.
e. Jaga bayi tetap hangat.bungkus bayi dengan kaim lunak,
kering, selimuti dan pakai topi untuk mencegah kehilangan
panas.
7. Pemberian oksigen hanya pada sianosis atau sukar bernapas.
Jika terdapat tarikan dinding dada kedalam, atau megap-
megap, atau sianosis menetap, tingkatkan konsentrasi oksigen
dengan kateter nasal, nasal prong, atau kap oksigen
Catatan:
Pemberian oksigen secara sembarangan pada bayi prematur dapat
menimbulkan kebutaan.
a. Manajemen segera pada tanda bahaya
1. Perdarahan
a) Manajemen segera
1) Hentikan perdarahan yang tampak (misalnya
perdarahan dan tali pusat),ulangi penjepitan atau
pengiktan tal pusat, jika perdarahan dari tempat
khitan atau sirkumsisi, tekan kompres perdarahan
dengan kompres steril.
2) Beri vit k1 1 mg IM
3) Ambil contoh darah untuk pemeriksaan golongan
dan reaksi silang
4) Lakukan manajemen umum perdarahan dan
kemudian lengkapi penilaian lebih lanjut.
2. Syok
a) Manajemen segera
Jika perdarahan sebagai penyebab syok :
1) Beri segera cairan infus ringer laktat atau NaCl 0,9%
dengan dosis 10 mL/kg BB di berikan selama 10
menit
2) Bila tanda syok masih berlanjut ulangi lagi dosis
 

diatas sesudah  20 menit


3) Beri segera tranfusi darah O, Rhesus negatif (bila
tersedia)
4) Kemudian beri infus glukosa 10%  dengan dosis
rumatan sesuai dengan umur bayi
5) Beri oksigen dengan aliran kecepatan maksimal
6) Hangatkan bayi
7)   Setelah kondisinya stabil, lengkapi penilaian lanjut.
Jika perdarahan bukan penyebab syok :
a) Naikkan kecepatan infus cairan IV sampai 20 cc/kg
BB/jam selama 1 jam pertama
b) Hangatkan bayi, pastikan lebih hangat
c) Cari tanda-tandasepsis (misalnya gangguan napas, suhu
tubuh tidak normal, muntah) dan mulai terapi kecurigaan
sepsis, jika tanda tersebut ditemukan.
d) Setelah kondisi stabil,lengkapi penilaian lanjut.
3. Kejang
a. Manajemen segera
1) Atasi kejang dengan fenobarbital
2) Bila jalur IV sudah terpasang beri injeksi
fenobarbital20 mg/kgsecara IV pelan dalam waktu 5
menit.
3) Bila jalur IV belum terpasang,   beri injeksi  
fenobarbital 20 mg/kg BB dosis tunggal secara IM
4) Pasang jalur IV dan beri caiarn IV dengan dosis
rumatan
5) Jaga saluran napas agar tetap bersih dan terbuka
6) Beri oksigen, bila perlu
7) Periksa kadar glukosa darah. Bila kadar glukosa darah<
45 menit, tangani untuk hipoglikemi
8) Lakukan manajemen lanjut kejang.

b. Tidak sadar
 

1) Pasang jalur IV, beri cairan IV dengan dosis rumatan


2) Jaga saluran napas agar tetap bersih dan terbuka, bila
perlu beri oksigen
3) Lakukan manajemen lanjut tidak sadar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terjadinya kematian bayi baru lahir masih tinggi di indonesia oleh
karena itu kita sebagai petugas kesehatan harus mampu mendeteksi dini
adanya komplikasi pada bayi baru lahir sehingga kita dapat membuat
perencanaan dan penatalaksanaan dari komplikasi tersebutsehingga dapat
memberikan pertolongan segera serta dapat mencegah terjadinya kematian.

B. Saran
Saran yang dapat diberikan dari makalah ini adalah laksanakanlah
penatalaksanaan yang sebaik- baiknya pada Bayi baru lahir, sehingga pada
akhirnya akan dapatmenurunkan angka kematian Bayi baru lahir.
1. Bagi Mahasiswa
Dalam penetapan manajemen kebidanan diharapkan mahasiswa dapat
melakukan pengkajianyang lebih lengkap untuk mendapatkan hasil
yang optimal dan mampu memberikan asuhan yang kompeten bagi
pasien. Mahasiswa juga diharapkan dapat mengaplikasikan ilmu
yangdiperolehnya selama proses pembelajaran di lapangan.
2. Bagi Institusi
PendidikanDiharapkan bimbingan yang seoptimal mungkin dalam
membimbingmahasiswa dalam memberikan asuhan kebidanan bagi
pasien, sehingga mahasiswa dapat mengevaluasikan teori dan praktek
yang telah diperolehnya.
3. Bagi pasien dan keluarga
Diharapkan kepada klien agar menerapkan asuhan kebidanan yang telah
diberikan baik berupatindakan pencegahan maupun dalam
pelaksanaannya

DAFTAR PUSTAKA
1. Sarwono, Prawirohardjo., 2002:3, Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.  Bina
Pustaka sarwono Prawirohardjo.
2. Departemen Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kesehata Masyarakat,
(2004), Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal, Jakarta: Departemen
Kesehatan
3. Varney, Helen, (2009), Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Jakarta: EGC
4. Lia Yulianti, (2012) , Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita, Purwakarta:
CV.Trans Info Media

5. Yulianti, Ai Yeyeh Rakiya, 2016. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita
:Rafika Aditama

6. Sulistiawati, Ari dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.


Jakarta. Salemba Medika

7. Departemen Kesehatan RI. 2008. Pelayanan Obstetri Neonatal


Emergensi Dasar. Jakarta: JNPKKR-JHPIEGO
8. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman pemantauan wilayah setempat
kesehatan ibu dan anak (PWS KIA). Jakarta. Departemen Kesehatan
2010. H. 1)
9. Kristiyanasari Weni, S.Kep. Ns. Kelainan Dan Penyakit Pada Bayi Dan
Anak.Yogyakarta: Nuha Medika; 2010.
10. Kristiyanasari Weni. S. Kep. Ns. Asuhan Keperawatan
Neonatus Dan Anak.Yogyakarta: Nuha Medika; 2011. H. 71.
11. Kritiyanasari Weni. S. Kep. Ns. Kelainan Dan Penyakit Pada Bayi Dan
Anak.Yogyakarta: Nuha Medika; 2010. H.
12. Ladewing. W. Marcia. Buku Saku Asuhan Ibu Dan Bayi Baru Lahir:
Jakarta: alih bahasa; 2006. H. 153.
13. Lumsden, Hilary. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Yang Baru Lahir.
Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar. 2012.

Anda mungkin juga menyukai