Etika Akademik Kel 4

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 19

KELOMPOK 4

Isna sari (0801222168)

Lily rahmanda (0801221010)

Novita dwi adriani (0801221008)

Ruqayah salsabila parapat (0801221014)

Putri adinda rahmadani (0801221012)

Lidya paramita (08012210130


ETIKA PENGAJAR
GURU DAN DOSEN
Etika Guru, Dosen dan
Pengajar
Dalam perspektif Islam, akhlak mulia seorang guru merupakan prasyarat
mutlak yang harus dimiliki dalam rangka proses Pendidikan bagi murid-
muridnya. Sampai disini, menjadi penting melihat apa yang dijelaskan Ibn
Jama’ah di dalam pengantarnya. Buku Tazkirah al-sami ditujukan untuk
mengarahkan kepada guru dan murid tentang menuntut ilmu. Terlebih dari
itu, bagaimana keduanya membangun relasi. Bagaimanapun juga, dalam
tradisi Islam hubungan seorang murid dan guru bukan sebatas hubungan
personal, hubungan dalam konteks transformasi ilmu, melainkan lebih dari
itu hubungan murid dan guru adalah hubungan jiwa dan spiritual. Sampai
di sini, kebersihan qalbu, ketulusan jiwa serta keikhlasan dalam
menjalankan peran masing-masing menjadi niscaya.
5 adap personal
pertama
seorang pengajar Kedua
ilmuwan senantiasa dekat Allah, ilmuwan harus memelihara ilmu
sendirian maupun bersama orang pengetahuan sebagaimana para
lain. Ia harus memelihara ulama salaf memeliharanya.
kepatuhan kepada Tuhan dalam Allah menciptakan ilmu
segenap gerakan dan diam, pengetahuan sebagai
perkataan dan perbuatan. keutamaan dan kemuliaan.
Ketiga
ilmuwan harus zuhud dan
menghindari kekayaan
yang material berlebihan.
Ia butuh materi sekedar
memungkinkan keluarga
hidup nyaman, sederhana,
tidak lagi diganggu
persoalan nafkah.
Keempat Kelima
ilmuwan harus terhindar
ilmuwan tidak menjadikan ilmu dari tindakan tercela atau
sebagai alat mencapai tujuan kurang pantas, baik agama
duniawi seperti kemuliaan, maupun adat. Ia juga
kekayaan, ketenaran, atau bersaing menghindar dari tempat
dengan orang lain. yang citranya kurang baik,
walaupun tidak melakukan
hal terlarang.
5 kode etik dalam
mengajar
1.
Pertama, menjelang mengajar, ilmuwan membersihkan diri
dari hadas dan kotoran, merapikan diri, serta mengenakan
pakaian bagus. Ini dimaksudkan untuk memuliakan ilmu
pengetahuan dan agama.

kedua , hendaknya duduk pada posisi yang bisa dilihat seluruh

2.
yang hadir. Ia harus memuliakan dan lemah lembut kepada
seluruh yang hadir. Ilmuwan tidak dilarang berdiri dengan
kehadiran pembesar Islam, dalam rangka menghormati
ketiga, jika mengajarkan beberapa disiplin ilmu

3. dalam sehari, maka harus mendahulukan yang


lebih mulia dan lebih penting..

keempat , ilmuwan menjaga majelis tidak

4. menjadi ajang senda gurau, kebisingan, atau


perdebatan yang tidak jelas sebab hanya
mengakibatkan kelupaan.

5.
kelim, ilmuwan harus bersikap adil dalam
memberikan pelajaran. Bila murid tidak mampu
bertanya dengan kalimat baik.
5 kode etik bergaul
dengan murid
1 2 3
Kedua, ilmuwan tidak Ketiga, ilmuwan
Pertama, dalam mengajar,
ilmuwan bertujuan mencapai boleh berhenti
mengajar murid
mendorong murid
keridaan Allah, menyebar
ilmu pengetahuan, walaupun tujuan murid mencintai ilmu
mengharapkan pahala Allah tidak benar. Sebab, pengetahuan dan
melalui orang yang dengan belajar niatnya
memperoleh ilmu darinya
belajar setiap waktu
diharapkan dapat
dan mengamalkannya. demi kemajuan.
berubah lurus,
4 5
Keempat, ilmuwan Kelima, dalam
mencintai murid memberi pelajaran,
sebagaimana mencintai
ilmuwan hendaknya
diri sendiri. Al-Ghazali
berpendapat, guru justru menggunakan
lebih dekat dan lebih penyampaian yang
berhak atas anak paling mudah dicerna
ketimbang orang tuanya
dan dipahami murid.
sendiri.
Perspektif
syekh zurnuji
Syekh Zarnuji menggunakan terminologi penuntut
ilmu atau murid dan pada sisi lain juga digunakan kata
orang yang berilmu. Paling tidak bisa dipahami, ketika
kata orang yang berilmu yang digunakan maka
maknanya bisa saja guru. Menurut Syekh Zarnuji,
orang yang berilmu hendaklah bersikap simpatik,
menjauhkan diri sifat iri hati dan cemburu serta orang
yang berilmu tidak terlibat dalam permusuhan.
Perspektif Imam
Nawawi
Imam Nawawi membahas khusus dalam sub
judul, Etika Guru (Al-Mu’allim). Agaknya
persis seperti Ibn Jama’ah kajian tentang
etika Muallim ini terdiri dari Etika Personal
Guru, Etika Guru dalam Belajar dan Mengajar
serta tentang ujian dan kerelaan mengajar.
ada 3 etika guru dalam
belajar dan mengajar
Etika Personal Guru

Etika Belajar

Etika Mengajar
Perspektif Al-Ghazali

Menurut Al-Ghazali, Adapun kaitannya dengan ilmu, kondisi


seseorang alim dengan ilmunya juga terbagi kepada 4 kondisi yaitu :

a. Kondisi belajar dan menuntut ilmu pengetahuan.


b. Kondisi mengetahui dan menyimpan apa yang telah dipelajari.
c. Kondisi merenungkan dan menikmati apa yang telah diketahui.
d. Kondisi menyebarluaskan dan mengajarkan ilmu pengetahuan
yang telah dipelajari serta dikuasai kepada orang lain.
Dalam konteks mahasiswa, kewajiban pengajar itu menurut Shills
bukanlah sekedar mengalihkan sekumpulan ilmu pengetahuan
kepada para mahasiswa. Lebih dari itu, dosen memiliki kewajiban
kepada mahasiswanya untuk menyampaikan pemahaman-
pemahaman tentang kebenaran fundamental dalam bidang ilmu
serta mengajarkan bidang-bidang penelitian dan pengujian yang
benar kepada mahasiswa. Dua hal yang penting dari Shills adalah,
menyampaikan kepada mahasiswa komitmen dan keberpihakan
kepada kebenaran. Juga mengajarkan mahasiswa alat untuk
menemukan kebenaran ilmiah lewat metode penelitian yang
handal; metode penelitian dan metode pengukurannya.
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu "Ethos" yang berarti
kebiasaan, yaitu kebiasaan yang dianggap baik atau buruk.
Atau Etika dapat dikatakan sebagai tingkah laku manusia,
baik mental maupun fisik mengenai hal-hal yang sesuai
dengan moral.
Kasus : Ada salah satu guru berkata kepada
murid A. Guru tersebut mengatakan bahwa
murid A tidak akan mendapatkan rangking
10 besar walaupun murid tersebut sudah
belajar dengan keras.

Kasus tersebut melanggar kode etik profesi guru karena guru


tersebut tidak menumbuhkan rasa kepercayaan dan
penghargaan atas diri peserta didiknya, sehingga mematikan
kreatifitas si anak. Dalam kode etik guru Indonesia telah
dijelaskan bahwa Guru harus menciptakan suasana sebaik-
baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar mengajar.
Dari kasus tersebut seharusnya seorang guru harus memotivasi
siswanya agar semangat belajar bukannya malah menjatuhkan
mental belajar seorang siswa. Dampak ataupun akibat dari hal
tersebut mempengaruhi tingkat belajar siswa/murid A menjadi
menurun.
KESIMPULAN
Etika pengajar baik Guru ataupun Dosen adalah kunci sukses Pendidikan para
siswa/mahasiswa yang mana para Guru/Dosen mampu memberikan contoh yang
baik dan positif sehingga mempengaruhi proses belajar mengajar yang pada
akhirnya memberikan hasil yang memuaskan dan membawa kesuksesan pada
para siswa/mahasiswa. Kode Etik Guru/Dosen yang mengatur norma-norma yang
wajib dijalankan oleh seorang guru. Kode Etik Guru/Dosen yang ada di Indonesia
adalah norma serta asas yang telah disepakati, juga diterima oleh guru-guru
maupun dosen-dosen yang berada di seluruh wilayah Negara Indonesia. Hal ini
bertujuan sebagai pedoman mengenai sikap dan perilaku pelaku profesi
guru/dosen dalam melaksanakan dan melakukan berbagai tugas sebagai
pendidik sekaligus anggota masyarakat serta warga negara.
Question
Time

Anda mungkin juga menyukai