Untuk

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 69

KARAKTERISTIK DAN SKRINING FITOKIMIA SIMPLISIA

BUNGA TELANG (Clitoria Ternatea)

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun oleh:
PUPUT PUJI ASTUTI
2002072

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI


AKADEMI FARMASI CENDIKIA FARMA HUSADA
BANDAR LAMPUNG
2023
KARAKTERISTIK DAN SKRINING FITOKIMIA SIMPLISIA
BUNGA TELANG (Clitoria Ternatea)

KARYA TULIS ILMIAH

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Ahli Madya Farmasi

Disusun oleh:

PUPUT PUJI ASTUTI


2002072

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI


AKADEMI FARMASI CENDIKIA FARMA HUSADA
BANDAR LAMPUNG
2023
PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Puput Puji Astuti


NIM : 2002072
Program Studi : Diploma III Farmasi
Institusi : Akademi Farmasi Cendikia Farma Husada

Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini telah ditulis sendiri dengan sungguh-
sungguh dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan
dengan benar.

Apabila di kemudian hari terbukti bahwa peryataan ini tidak benar, maka saya
akan sanggup menerima sanksi berupa pembatalan Karya Tulis Ilmiah dan segala
konsekuensinya.

Bandar Lampung, …………… 2023

Materai 10rb

Puput puji astuti


2002072

iii
HALAMAN PERSETUJUAN

KARYA TULIS ILMIAH

KARAKTERISTIK DAN SKRINING FITOKIMIA SIMPLISIA


BUNGA TELANG (CLITORIA TERNATEA)

yang dipersiapkan dan disusun oleh:


PUPUT PUJI ASTUTI
2002072

Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing Karya Tulis Ilmiah


pada Tanggal 3 Juni 2023

Dosen Pembimbing,

Elianasari S.Si., M.Sc


NIDN. 0218069007

Dosen Penguji,

Rizki Nisfi Ramdhini, M.Si


NIDN. 0202058801

Mengetahui,
Wakil Direktur I Bidang Akademik

Rizki Nisfi Ramdhini, M.Si


NIDN. 0202058801

iv
HALAMAN PENGESAHAN

KARYA TULIS ILMIAH

KARAKTERISTIK DAN SKRINING FITOKIMIA SIMPLISIA


BUNGA TELANG (Clitoria Ternatea)

yang dipersiapkan dan disusun oleh:

PUPUT PUJI ASTUTI


2002072

telah dipertahankan di depan Tim Penguji pada


tanggal …………. 2023

Penguji Tanda Tangan

Rizki Nisfi Ramdhini, M.Si ___________________


NIDN. 0202058802

Pembimbing Tanda Tangan

Elianasari S.Si., M.Sc ___________________


NIDN. 0218069007

Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi (Amd.Farm)
Tanggal …………… 2023
Mengetahui,
Akademi Farmasi Cendikia Farma Husada
Direktur,

Apt. Ahmad Junaidi, S.Si., M.KM


NIDN. 0215038101

v
PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI
AKADEMI FARMASI CENDIKIA FARMA HUSADA

Karya Tulis Ilmiah, Juli 2023

PUPUT PUJI ASTUTI

KARAKTERISTIK DAN SKRINING FITOKIMIA SIMPLISIA


BUNGA TELANG (Clitoria Ternatea)

ABSTRAK
Bunga telang (Clitoria ternatea L.) merupakan bunga yang identik dengan
warna ungu pada kelopaknya. Tanaman ini biasa tumbuh sebagai tanaman hias
yang bias dijadikan sebagai obat mata dan pewarna makanan alami yang tidak
berbahaya bagi tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan
skrining fitokimia bunga telang (clitoria ternatea).
Karakteristik simplisia bunga telang dilakukan dengan pengamatan
makroskopik dan mikroskopik kemudian dilanjutkan proses skrining fitokimia
dilakukan dengan uji senyawa alkaloid, uji senyawa flavonoid, uji senyawa
saponin, uji senyawa tanin, uji senyawa terpenoid/steroid dengan penambahan
reagen spesifik, dan pemeriksaan karakteristik non spesifik yaitu penetapan kadar
air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik simplisia bunga telang
mempunyai bau yang khas, tidak berasa (tawar), berwarna biru dan berbentuk
kering. Kemudian berdasarkan uji mikroskopik pada simplisia bunga telang
diperoleh adanya butiran tunggal dan sayatan tipis, hal ini menunjukkan adanya
fragmen sel epidermis dengan stomata dan serabut kristal dengan berkas
pembuluh. Berdasarkan hasil uji skrining fitokimia diperoleh bahwa simplisia
bunga telang positif mengandung senyawa alkaloid, saponin, dan flavonoid serta
tidak mengandung senyawa tanin dan senyawa terperoid atau steroid.
Kata Kunci : Karakteristik, Skrining Fitokimia, Simplisia.

vi
DIPLOMA III IN PHARMACY
CENDIKIA FARMA HUSADA PHARMACY ACADEMY

Scientific Papers, Juli 2023

PUPUT PUJI ASTUTI

KARAKTERISTIK DAN SKRINING FITOKIMIA SIMPLISIA


BUNGA TELANG (Clitoria Ternatea)

ABSTRACT
Butterfly pea flower (Clitoria ternatea L.I) is a flower that is identical to
the purple color on its petals. This plant usually grows as an ornamental plant
that can be used as an eye remedy and natural food coloring that is harmless to
the body. This study aims to determine the characteristics and phytochemical
screening of butterfly pea flower (Clitoria teratea).
Characteristics of the butterfly pea flower simplicia were carried out by
macroscopic and microscopic observations and then continued with the
phytochemical screening process carried out by testing alkaloid compounds,
testing of flavonoid compounds, testing of saponins compounds, testing of tannin
compounds, testing of terpenoid/steroid compounds with the addition of specific
reagents, and examination of non-specific characteristics, namely the
determination of water content. The results showed that the characteristics of the
butterfly pea flower simplicia had a distinctive smell, tasteless (fresh), blue in
color and dry in shape. Then based on microscopic tests on the butterfly pea
simplicia, it was found that there were single grains and thin incisions, this
indicated the presence of fragments of epidermal cells with stomata and crystal
fibers with vascular bundles. Based on the results of the phytochemical screening
test, it was found that the butterfly pea flower simplicia positively contained
alkaloids, saponins, and flavonoids and did not contain tannins and terperoid or
steroid compounds.
Library:
Keywords: Characteristics, Phytochemical Screening, Butterfly Pea Simplicia
.

vii
MOTTO

“Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu”

(Qs. Al – Qashash: 77)

viii
PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, puji syukur dipanjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

senantiasa memberikan berbagai keberkahan, nikmat dan karunia yang tak

terhingga.

Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, para

sahabat dan keluarga beliau serta pengikutnya yang istiqamah, hingga syafaat

beliau sampai kepada kita.

Karya ini dipersembahkan kepada:

1. Kedua orang tua ku tercintan yang selalu memberikan dukungan moril maupun

materi serta do’a yang tiada henti untuk kesuksesan saya, karena tiada kata

seindah lantunan do’a dan tiada do’a yang paling khusuk selain do’a yang

terucap dari orang tua.

2. Bapak dan Ibu Dosen pembimbing, penguji dan pengajar, yang selama ini telah

tulus dan ikhlas meluangkan waktunya untuk menuntun dan mengarahkan

saya, memberikan bimbingan dan pelajaran yang tiada ternilai harganya, agar

saya menjadi lebih baik.

3. Sahabat dan teman spesialku. Terimakasih sudah membantu mensupport dalam

menyelesaikan karuya tulis ini, terimakasih untuk kebersamaanya.

4. Almamater tercinta Akademi Farmasi Cendikia Farma Husada

ix
RIWAYAT HIDUP

Identitas diri:

1. Nama : PUPUT PUJI ASTUTI

2. NPM : 2002072

3. Tempat dan Tanggal Lahir : Sidomulyo, 01 September 2000

4. Alamat : Jl. 54 Sidomulyo, kec. Sekampung, kab.

Lampung timur

5. No. Telepon / Handphone : +6285839023030

6. No. WhatsApp / WA : +6285839023030

7. E-mail : [email protected]

Riwayat Pendidikan:

1. SD N 2 SIDOMULYO : 2012

2. SMP N 1 BATANGHARI : 2015

3. SMA N 2 SEKAMPUNG : 2018

4. Program Studi Diploma III Farmasi Akademi Farmasi Cendikia Farma

Husada Tahun Lulus 2023

x
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alla SWT yang telah melimpahkan
karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah dengan judul Karakteristik Dan Skrining Fitokimia Simplisia Bunga
Telang. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
kepada:
1. Bapak apt. Ardiyansyah Kahuripan, M.Si selaku Pembina Yayasan Cendikia
Farma Husada.
2. Ibu drg. Ida Farida, M.Kes selaku Ketua Yayasan Cendikia Farma Husada.
3. Bapak apt. Ahmad Junaidi, S.Si., M.KM selaku Direktur Akademi Farmasi
Cendikia Farma Husada.
4. Ibu. Rizki Nisfi Ramdhini, M.Si selaku Wakil Direktur I Akademi Farmasi
Cendikia Farma Husada.
5. Ibu Elianasari, S.Si., M.Sc, selaku dosen pengajar sekaligus Pembimbing
Karya Tulis Ilmiah yang telah membantu membimbing dan mengarahkan
saya dalam proses penyelesain karya tulis ini.
6. Ibu. Rizki Nisfi Ramdhini, M.Si, selaku dosen pengajar sekaligus Penguji
Karya Tulis Ilmiah yang telah mengarahkan saya untuk lebih baik.
7. Ibu Sri Indarti dan Bapak Widodo, selaku kedua orang tua penulis
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas kesediaan
dan partisipiasi dalam membantu penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini belum sempurna, oleh karena itu
saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat diharapkan penulis. Semoga
laporan yang dihasilkan dan nantinya ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya.

Bandar Lampung, ………. 2023

Puput Puji Astuti


NPM. 2002072

xi
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
PERNYATAAN ORISINALITAS................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... v
ABSTRAK......................................................................................................... vi
ABSTRACT....................................................................................................... vii
MOTTO ............................................................................................................ viii
PERSEMBAHAN.............................................................................................. ix
RIWAYAT HIDUP........................................................................................... x
KATA PENGANTAR....................................................................................... xi
DAFTAR ISI...................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xv
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xvii
DAFTAR SINGKATAN................................................................................ xviii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah.................................................................. 2
...................................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................... 2
1.3.1 Tujuan Umum.................................................................. 2
1.3.2 Tujuan Khusus................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................... 3
1.5 Lingkup Penelitian.................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 4
1.6 Bunga Telang (Clitoria ternatea L.)......................................... 4
1.6.1 Morfologi Tumbuhan Bunga Telang (Clitoria ternatea L.) 4
.........................................................................................
1.6.2 Klasifikasi Bunga Telang................................................ 5
1.6.3 Kandungan Senyawa Bunga Telang................................ 6

xii
1.6.4 Simplisia Bunga Telang................................................... 7
1.7 Karakteristik Bunga Telang...................................................... 8
1.8 Skrining Fitokimia.................................................................... 9
1.8.1 Uji Senyawa Alkaloid...................................................... 10
1.8.2 Uji Senyawa Flavonoid.................................................... 10
1.8.3 Uji Senyawa Saponin....................................................... 11
1.8.4 Uji Senyawa Tanin.......................................................... 11
1.8.5 Uji Senyawa Terperoid atau Steroid................................ 11
1.9 Karakterisasi Spesifik dan Non Spesifik................................... 12
1.9.1 Makroskopik.................................................................... 12
1.9.2 Mikroskopik..................................................................... 12
1.9.3 Uji Kadar Sari Larut Etanol............................................. 12
1.9.4 Uji Kadar Sari Larut Air.................................................. 13
BAB III METODE PENELITIAN................................................................. 14
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian................................................ 14
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian................................................... 14
3.3 Variabel Penelitian.................................................................... 14
3.4 Alat dan Bahan.......................................................................... 4
3.3.1 Alat .................................................................................. 14
3.3.2 Bahan................................................................................ 15
3.5 Prosedur Penelitian.................................................................... 15
3.5.1 Pembuatan Simplisia Bunga Telang................................ 15
3.5.2 Uji Makroskopik.............................................................. 15
3.5.3 Uji Mikroskopik.............................................................. 16
3.5.4 Penetapan Kadar Sari Larut Etanol.................................. 16
3.5.5 Penetapan Kadar Sari Larut Air....................................... 17
3.5.6 Skrining Fitokimia........................................................... 18
3.6 Analisis Data............................................................................. 21
3.7 Kerangka Berfikir...................................................................... 22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................... 23

4.1 Hasil.......................................................................................... 23

xiii
4.1.1 Penggamatan Mikroskopik.............................................. 23
4.1.2 Hasil Uji Makroskopik.................................................... 25
4.1.3 Penetapan Kadar Sari Larut Etanol.................................. 25
4.1.4 Penetapan Kadar Sari Larut Air....................................... 26
4.1.5 Skrining Fitokimia........................................................... 26
4.1.6 Penetapan Karakter Non spesifik..................................... 27
4.2 Pembahasan............................................................................... 27
4.2.1 Penggamatan Mikroskopik Bunga Telang....................... 27
4.2.2 Hasil Uji Makroskopik Bunga Telang............................. 28
4.2.3 Penetapan Kadar Sari Larut Etanol.................................. 29
4.2.4 Penetapan Kadar Sari Larut Air....................................... 29
4.2.5 Skrining Fitokimia........................................................... 30
4.2.6 Penetapan Kadar Air........................................................ 33
BAB V KESIMPULAN................................................................................. 34
.......................................................................................5.1

5.2 Kesimpulan............................................................................... 34
5.3 Saran.......................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 36
LAMPIRAN....................................................................................................... 39

xiv
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Bunga Telang Clitoria ternatea L............................................... 4
Gambar 3.1 Diagram Alir Pembuatan Simplia Bunga Telang........................ 15
Gambar 3.2 Diagram Alir Uji Makroskopik................................................... 15
Gambar 3.3 Diagram Alir Uji Mikroskopik.................................................... 16
Gambar 3.4 Diagram Alir Penetapan Kadar Sari Larut Etano........................ 16
Gambar 3.5 Diagram Alir Penetapan Kadar Sari Larut Air............................ 17
Gambar 3.6 Diagram Alir Uji Senyawa Alkaloid........................................... 18
Gambar 3.7 Diagram Alir Uji Senyawa Saponin............................................ 18
Gambar 3.8 Diagram Alir Uji Senyawa Flavonoid......................................... 19
Gambar 3.9 Diagram Alir Uji Senyawa Tanin................................................ 19
Gambar 3.10 Diagram Alir Uji Senyawa Terperoid......................................... 20
Gambar 3.11 Diagram Alir Penetapan Kadar Air............................................. 20
Gambar 3.12 Kerangka Berfikir........................................................................ 22
Gambar 4.1 Reaksi uji mayer.......................................................................... 31
Gambar 4.2 Reaksi Flavonoid dengan Logam Mg dan HCl............................ 31
Gambar 4.3 Reaksi antara Tanin dan FeCl3.................................................... 32

xv
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.1 Uji Skrining Fitokimia..................................................................... 21
Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Mikroskopik Bunga Telang............................... 23
Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Makroskopik Bunga Telang.............................. 25
Tabel 4.3 Hasil Penetapan Kadar Sari Larut Etanol......................................... 26
Tabel 4.4 Hasil Penetapan Kadar Sari Larut Air.............................................. 26
Tabel 4.5 Hasil Skrining Fitokimia.................................................................. 27
Tabel 4.6 Hasil Penetapan Kadar Air............................................................... 27

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 Hasil Pengamatan Mikroskopik.................................................. 39
Lampiran 2 Hasil Pengamatan Makroskopik.................................................. 40
Lampiran 3 Hasil Penetapan Kadar Sari Larut Etanol dan Air....................... 41
Lampiran 4 Hasil Skrining Fitokimia............................................................. 43
Lampiran 5 Hasil Penetapan Kadar Air.......................................................... 46

xvii
DAFTAR SINGKATAN

DEPKES : Departemen Kesehatan

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki keanekaragaman

hayati terluas di dunia. Terdapat 90.000 jenis tumbuhan yang tumbuh di

Indonesia (Fitmawati et.al. 2016). Keanekaragaman hayati tersebut tentunya

dimanfaatakan masyarakat Indonesia untuk berbagai macam tujuan misalnya

untuk pemenuhan pangan, tanaman obat, adat, ornamen dan teknologi lokal.

Tumbuhan yang dimanfaatkan tersebar secara liar atau sudah dibudidayakan

baik di lahan pertanian atau pekarangan rumah (Endang Christine purba,

2020).

Bunga telang (Clitoria Terenatea) adalah bunga yang mengandung

tinggi antioksidan yang biasanya tumbuh di pekarangan rumah, hutan atau

bahkan pinggiran kebun. Bunga telang yang tinggi antioksidan lebih dikenal

oleh masyarakat sebagai tanaman obat, umumnya bunga telang dimanfaatkan

sebagai obat mata, obat untuk menghilangkan dahak pada bronkitis kronis,

menurunkan demam, dan iritasi kandungan kemih serta saluran kencing

(Suarna, 2005).

Bagian dari bunga telang yang biasanya digunakan sebagai obat

adalah daun, biji, kulit kayu, buah, kecambah, batang bunga dan akar (Tabeo

et al. 2019). Karakteristik simplisia dilakukan dengan memeriksa pemerian

dan melakukan pengamatan simplisia baik secara makroskopik maupun

secara mikroskopik penetapan kadar air, penetapan kadar sari larut dalam air,

penetapan kadar sari larut dalam etanol, penetapan kadar abu, penetapan
kadar abu tidak larut dalam asam, selanjutnya dilakukan skrining fitokimia

(Depkes RI, 1989).

Menurut (Kristianti, et.al. 2018) Skrining fitokimia merupakan salah

satu cara yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi kandungan senyawa

metabolit sekunder suatu bahan alam. Skrining fitokimia merupakan tahap

pendahuluan yang dapat memberikan gambaran mengenai kandungan

senyawa tertentu dalam bahan alam yang akan diteliti. Adapun kandungan

fitokimia bunga telang yaitu tannin, flobatanin, saponin, triterpenoid,

karbohidrat, fenol flavonoid, flavanol glikosida, protein, alkaloid,

antrakuinon, antisianin, steroid. Biji bunga telang mengandung asam sinamat,

finotin dan beta sitosterol (Budiasih 2017).

Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian tentang

karakteristik dan skrining fitokimia simplisia bunga telang (Clitorea

ternatea).

1.2. Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam

penelitian yang dilakukan dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik dari simplisia bunga telang (Clitoria teratea) ?

2. Bagaimana skrining fitokimia simplisia bunga telang (Clitoria teratea) ?

1.3. Tujuan Penelitian


Pada penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1.3.1 Tujuan Umum

1. Mengidentifikasi karakteristik bunga telang (clitoria teratea).

2
2. Mengidentifikasi uji skrining fitokimia bunga telang (clitoria

teratea).

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik simplisia Bunga Telang (clitoria

teratea)

2. Mengidentifikasi kandungan senyawa pada Bunga Telang melalui

skrining fitokimia.

1.4. Manfaat Penelitian

Pada penelitian ini ada manfaat yang diperoleh yaitu :

1. Diharapkan mampu memberikan informasi berguna bagi

pengembangan tanaman bahan alam kandungan dari Bunga Telang

(Clitoria ternatea)

2. Menambah ilmu pengetahuan tentang kandungan khususnya Bunga

Telang (Clitoria ternatea).

1.5. Lingkup Penelitian


Sesuai dengan permasalahan dan tujuan dari penelitian ini, maka ruang

lingkup penelitian ini dibatasi yaitu :

1. Karakteristik simplisia bunga telang meliputi karakteristik spesifik

pengamatan makroskopik dan mikroskopik, penentuan kadar sari larut

etanol dan air.

2. Skrining fitokimia untuk mengetahui kandungan senyawa pada

simplisia bunga telang.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bunga Telang (Clitoria ternatea L.)


2.1.1 Morfologi Tumbuhan Bunga Telang (Clitoria ternatea L.)
Bunga telang termasuk tumbuhan monokotil dan mempunyai

bunga yang berwarna biru, putih dan coklat. Bunga telang merupakan

bunga berkelamin dua (hermaphroditus) karena memiliki benang sari

(alat kelamin jantan) dan putik (alat kelamin betina) sehingga sering

disebut dengan bunga sempurna atau bunga lengkap. Daun bunga telang

termasuk daun tidak lengkap karena tidak memiliki upih daun, hanya

memiliki tangkai daun (petiolus) dan helai daun (lamina). Akar pada

tumbuhan bunga telang termasuk akar tunggang dan warnanya putih

kotor. Bagian-bagian dari akar bunga telang yaitu leher akar (Colum

radisi), batang akar atau akar utama (Corpus radisi), ujung akar (Apeks

radisi), serabut akar (Fibrila radicalis). Biji bunga telang berbentuk

seperti ginjal, pada saat masih muda berwarna hijau, setelah tua bijinya

berwarna hitam (Dalimartha, 2008)

Gambar 2.1 : Bunga telang Clitoria ternatea L (Iftitah nurul laily 2021)

4
Bunga telang memiliki khas warna biru ini diduga berasal dari Asia

tropis, namun ada juga yang meyakini berasal dari Amerika Selatan bagian

tengah dan tersebar ke wilayah tropis pada abad ke-19 termasuk ke

Indonesia (Anto, 2021; Ulimaz et.al., 2020). Penyebaran bunga ini ke

wilayah tropis meliputi benua Asia, Australia hingga Afrika. Bentuk

bunga yang mirip seperti kupu-kupu membuat telang dikenal dengan nama

Butterfly pea. Di Indonesia bunga telang sering juga disebut dengan bunga

kelentit, kembang teleng atau menteleng di pulau Jawa, di daerah Sulawesi

dikenal dengan bunga talang, taman lereng, dan di Maluku disebut dengan

bunga bisi atau seyamagulele (Anto, 2021).

Literatur lainnya menyebutkan bahwa telang berasal dari tropis

Asia yang banyak ditemukan di Ternate dan Maluku Utara. Bunga telang

termasuk ke dalam anggota familia Fabaceae yang mempunyai ukuran

batang kecil dan tumbuh merambat ke arah kiri, sehingga membutuhkan

penyangga, ciri khas dari anggota Fabaceae adalah buahnya yang

berbentuk polong (Padmawati et.al., 2022; Budiasih, 2017; Al-Snafi,

2016). Daunnya berukuran kecil yang letaknya berpasangan (2-4 pasang)

dan bunganya berwarna biru (Budiasih, 2017).

2.1.2 Klasifikasi Bunga Telang

Berikut ini adalah klasifikasi tanaman telang:

Kingdom : Plantae

Divisi : Tracheophyta

Infrodivisi : Angiospermae

class : Mangnoliopsida

5
Ordo : Fabales

Familia : Fabacea

Genus : Clitoria

Spesies : Clitoria ternatea L (Itis.go.id)

Batangnya tumbuhan ini merambat, Familia Fabaceae mempunyai

jumlah spesies tanaman obat terbanyak di Indonesia yaitu sebanyak 110

spesies, banyak juga dimanfaatkan sebagai sumber makanan karena

memiliki kandungan karbohidrat, protein, lemak dan vitamin (Gulewicz

et.al., 2014; Zuhud, 2009). Clitoria ternatea L sendiri adalah satu dari 60

spesies dari genus Clitoria yang cenderung toleran dengan berbagai

kondisi lingkungan (Purba, 2020).

2.1.3 Kandungan dan Manfaat Senyawa Bunga Telang

Kandungan metabolit sekunder yang terdapat pada bunga telang

seperti senyawa fenolik, flavonoid, dan antosianin berpotensi tinggi

sebagai sumber daya pada pembuatan serta pengembangan obat-obatan

herbal, terutama dalam mengatasi diabetes (Chusak et al., 2018).

Bunga telang (Clitoria ternatea L.) memiliki aktivitas antioksidan

karena mengandung antosianin. Antosianin adalah metabolit sekunder dari

familia flavonoid, dalam jumlah besar ditemukan dalam buah-buahan dan

sayur-sayuran (Kazuma K et. al ,2003).

Penelitian terkait kandungan fitokimia telang telah banyak

dilakukan oleh para peneliti baik di dalam dan di luar Indonesia. Salah

satu unsur kimia yang sangat penting adalah adanya pigmen antosianin

yang memberikan warna pada bunga telang (Catrien, 2009). Antosianin

6
termasuk ke dalam golongan flavonoid yang berfungsi sebagai bioaktif

karena memiliki sifat antioksidan, senyawa kimia ini adalah zat warna

alami yang memberikan warna orange, merah dan ungu pada tumbuh-

tumbuhan (Rifqi, 2021; Priska et.al., 2018).

2.1.4 Simplisia Bunga Telang

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat

yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan

lain, berupa bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI, 1985). Simplisia

dibedakan menjadi simplisia nabati, simplisia hewani, simplisia pelikan

(mineral) (Depkes RI, 1985).

1. Simplisia Hewani

Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan

utuh atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum

berupa bahan kimia murni, misalnya minyak ikan (Oleum iecoris

asselli) (Depkes RI, 1985).

2. Simplisia Pelikan atau Mineral

Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan

pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara

sederhana dan belum berupa bahan kimia murni, contoh serbuk seng

dan serbuk tembaga (Depkes RI, 1985).

3. Simplisia Nabati

Di dalam penelitian menggunakan simplisia nabati yaitu

simplisia yang dapat berupa tanaman utuh,bagian tanaman, eksudat

7
tanaman, atau gabungan antara ketiganya, misalnya Datura Folium

dan Piperis Nigri Fructus. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara

spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu sengaja

dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat atau

bahan-bahan nabati lainya yang dengan cara tertentu

dipisahkan/diidolasi dari tanamannya.

Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, kemananan maupun

kegunaannya, maka simplisia harus memenuhi persyaratan minimal.

Untuk dapat memenuhi persyaratan minimal tersebut, ada beberapa

faktor yang berpengaruh antara lain bahan baku simplisia, proses

pembuatan, serta cara pengepakan dan penyimpanan. Tahap-tahap

pembuatan simplisia secara garis besar meliputi : pengolahan bahan

baku, sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering,

pengepakan dan penyimpanan.

2.2 Karakteristik Bunga Telang

Secara morfologinya bunga telang memiliki batang dengan panjang

berkisar antar 0.5–3m, herbaceous, bulat dan memiliki rambut pada

permukaannya, membelit ke arah kiri (Sinistrorsum volubilis). Memiliki

akar tunggang dengan banyak akar lateral. Daunnya berupa daun majemuk

menyirip berpasangan, berbentuk jorong, permukaan bawah berbulu dan

berwarna hijau, panjang tangkai daun mencapai 2,5 cm. Bunganya memiliki

warna biru, ungu muda, dan putih, benang sari dan putik tersembunyi.

Bunga telang termasuk ke dalam jenis bunga setangkup tunggal

8
(Monosimetris), memiliki lima kelopak berlekatan, dan 3 mahkota yang

juga saling berlekatan. Buahnya termasuk ke dalam buah polong dengan

panjang mencapai 14 cm, di dalamnya terdapat biji berjumlah 8-10

(Wahyuni et al., 2019; Putri dan Darmono, 2018; Kosai et al., 2015)

Tanaman bunga telang ini dapat hidup pada ketinggian antara 1–1800

m di atas permukaan laut pada berbagai jenis tanah, termasuk pada tanah

berpasir dan tanah merah dengan PH berkisar antara 55,5 – 8,9. Suhu yang

optimal bagi pertumbuhannya berkisar antara 19-28°C dan rata-rata curah

hujan 2000 mm/tahun (Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, 2020;

Heuze et al., 2016; Cook et al., 2005)

2.3 Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia merupakan metode yang digunakan untuk

mempelajari komponen senyawa aktif yang terdapat pada sampel, yaitu

mengenai struktur kimianya, biosintesisnya, penyebarannya secara alamiah

dan fungsi biologisnya, isolasi dan perbandingan komposisi senyawa kimia

dari bermacam-macam jenis tanaman. Letak geografis, suhu, iklim dan

kesuburan tanah suatu wilayah sangat menentukan kandungan senyawa kimia

dalam suatu tanaman. Sampel tanaman yang digunakan dalam uji fitokimia

dapat berupa daun, batang, buah, bunga dan akarnya yang memiliki khasiat

sebagai obat dan digunakan sebagai bahan mentah dalam pembuatan obat

modern maupun obat-obatan tradisional (Agustina, et.al. 2016)

Skrining fitokimia dapat dilakukan, baik secara kualitatif, semi

kuantitatif, maupun kuantitatif sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Metode

skrining fitokimia secara kualitatif dapat dilakukan melalui reaksi warna

9
dengan menggunakan suatu pereaksi tertentu. Hal penting yang

mempengaruhi dalam proses skrining fitokimia adalah pemilihan pelarut dan

metode ekstraksi. Pelarut yang tidak sesuai memungkinkan senyawa aktif

yang diinginkan tidak dapat tertarik secara baik dan sempurna (Kristianti et

al., 2008).

Serbuk simplisia bunga telang diuji dengan reagen tertentu untuk

menentukan kandungan senyawa kimianya. Analisis yang dilakukan untuk

menentukan adanya senyawa golongan alkaloid, flavonoid, saponin, tannin,

(Purwati et.al. 2017).

2.3.1 Uji Senyawa Alkaloid

Alkaloid merupakan golongan senyawa metabolit sekunder yang

bersifat basa dengan satu atau lebih atom nitrogen yang umumnya berada

dalam gabungan sistem siklik. Golongan senyawa ini biasanya memiliki

aktivitas farmakologis pada manusia dan hewan. Ciri-ciri alkaloid

umumnya berbentuk padat (kristal), meskipun dalam suhu kamar ada yang

cair (misalkan nikotin), memutar bidang polarisasi, berasa pahit, bentuk

garam larut dalam air dan larut dalam pelarut organik dalam bentuk bebas

atau basanya (Harborne, 1997).

Sebagian besar alkaloid yang ditemukan dialam umumnya

mempunyai keaktifan fisiologis tertentu, ada yang beracun dan ada juga

yang digunakan untuk obat. Contohnya morfin dan striknin merupakan

senyawa alkaloid yang terkenal memiliki efek fisiologis dan psikologis.

Sifat-sifat fisiologis alkaloid menarik perhatian para ahli kimia. Pada

tumbuhan, alkaloid dapat ditemukan dibagian biji, daun, ranting dan kulit

10
batang. Kadar alkaloid dalam jaringan tumbuhan kurang dari 1% akan

tetapi kulit batang dari tumbuhan kadang-kadang mengandung 10- 15%

alkaloid seperti kulit batang kina yang mengandung sekitar 10% kuinin

(Sjamsul Arifin Achmad, 1986).

Metode yang biasa digunakan untuk pemurnian dan karakterisasi

senyawa alkaloid yaitu mengandalkan sifat kimia alkaloid yaitu

kebasaannya dan pendekatan khusus harus dikembangkan untuk beberapa

alkaloid (seperti rutaekarpina, kolkisina, risinina) yang tidak bersifat basa.

Alkaloid diperoleh dengan cara mengekstraksi bahan tumbuhan

menggunakan asam yang melarutkan alkaloid sebagai garam atau bahan

tumbuhan dapat dibasakan dengan natrium karbonat dan sebagainya lalu

basa bebas diekstraksi dengan pelarut organik seperti kloroform, eter dan

sebagainya. Beberapa alkaloid sintesis dapat terbentuk jika menggunakan

pelarut yang reaktif. Untuk alkaloid yang dapat menguap seperti nikotina

dapat dimurnikan dengan cara penyulingan uap dari larutan yang

dibasakan. Larutan dalam air yang bersifat asam dan mengandung alkaloid

dapat dibasakan kemudian diekstraksi dengan pelarut organik sehingga

senyawa netral dan asam yang mudah larut dalam air tertinggal dalam air

(Padmawinata, 1995).

Secara kimia alkaloid bersifat heterogen dan banyak sehingga

alkaloid sukar diidentifikasi dalam ekstrak tumbuhan dengan

menggunakan kromatografi tunggal. Berdasarkan proses biosintesisnya

dan hubungannya dengan asam amino, senyawa alkaloid dapat

11
dikelompokkan menjadi alkaloid sesungguhnya (true alkaloid), proto

alkaloid dan pseudo alkaloid (Sabirin Matsjeh, 2002)

Serbuk sebanyak 1 gram ditambahkan 1 mL asam klorida 2 N dan

9 mL aquadest, dipanaskan di atas penangas air selama 2 menit, dinginkan

dan disaring. Filtrat yang diperoleh digunakan untuk uji alkoloid. Diambil

3 tabung reaksi, masing-masing tabung dimasukkan 0,5 mL filtrat.

Masing-masing tabung reaksi ditambahkan 2 tetes pereaksi mayer,

bouchardat dan dragendorf. Hasil positif mengandung senyawa alkoloid

jika terjadi endapan. Apabila 2 dari 3 pereaksi di atas positif mengandung

senyawa alkoloid maka sampel dinyatakan mengandung alkaloid yaitu

terbentuknya endapan putih atau kuning. (Depkes RI, 1995)

2.3.2 Uji Senyawa Flavonoid

Senyawa flavonoid merupakan senyawa fenolik alam yang tersebar

merata dalam dunia tumbuh-tumbuhan, tidak terdapat pada

mikroorganisme, bakteri, alga, jamur dan lumut. Sebagian besar senyawa

flavonoid dalam bentuk glikosida (gula dan aglikon) dan juga sebagai

aglikon. Dalam bentuk glikosidanya flavonoid larut dalam air dan sedikit

larut dalam pelarut organik. Struktur senyawa flavonoid secara biosintesis

berasal dari penggabungan jalur sikimat C6-C3 (cincin A) dan jalur asetat

malonat (Hahlbrock & Griscbach, 1975 ; Wong, 1976).

Flavonoid yang dianggap pertama kali terbentuk pada biosintesis

ialah khalkon (Hahlbrock,1980), modifikasi lebih lanjut mungkin terjadi

pada berbagai tahap dan menghasilkan penambahan (pengurangan)

hidroksilasi, metilasi gugus hidroksil atau inti flavonoid, isoprenilasi

12
gugus hidroksil atau inti flavonoid, metilenasi gugus orto-dihidroksil,

dimerisasi (pembentukan biflavonoid), pembentukan bisulfat dan yang

terpenting, glikosilasi gugus hidroksil (pembentukan O-glikosida) atau inti

flavonoid (pembentukan flavonoid C-glikosida)

Flavonoid dapat berfungsi sebagai zat pengkelat dari logam-logam

Cu dan Fe yang berfungsi sebagai katalis dalam reaksi Fenton. Reaksi ini

termasuk reaksi perubahan Hidrogen Peroksida menjadi *OH. Proses

khelat ini akan menurunkan aktivitas katalitik dari logam Cu dan Fe

sehingga akan mengurangi terbentuknya radikal *OH dan secara otomatis

akan menurunkan proses kerusakan DNA dan proses peroksidasi lemak

(Valko, 2004 : Akhlaghi, 2009).

Serbuk simplisia sebanyak 1 gram ditambahkan 10 mL air panas

lalu didihkan selama 5 menit, disaring dalam keadaan masih panas. Fitrat

yang diperoleh diambil sebanyak 5 mL, ditambahkan 0,1 gram serbuk

magnesium, mL HCl dan 2 mL amil alkohol, dikocok dan dibiarkan

memisah. Hasil positif mengandung senyawa flavonoid jika terjadi

perubahan warna merah kuning pada filtrat atau warna jingga merah pada

lapisan amil alcohol (Harbone JB, 1987).

2.3.3 Uji Senyawa Saponin

Serbuk simplisia sebanyak 1 gram dimasukkan ke dalam tabung

reaksi, ditambahkan 10 mL air panas, dinginkan sebentar, setelah dingin

dikocok kuat selama 15 menit. Apabila terbentuk buih yang mantap

selama 10 menit dan buih setinggi 1-10 cm serta saat ditetesi asam klorida

13
2 N buih masih ada maka serbuk simplisia tersebut mengandung senyawa

saponin (Depkes RI, 1987).

2.3.4 Uji Senyawa Tanin

Tanin merupakan salah satu senyawa metabolit sekunder yang

terkandung pada tanaman belimbing wuluh. Bagian tanaman ini yang

mengandung tanin adalah pada bagian daunnya. Tanin diketahui banyak

terdapat pada daun muda. Tanin adalah zat organik yang terdapat pada

ekstrak tumbuhan yang larut dalam air. Selain itu tanin merupakan

senyawa polifenol yang dapat membentuk kompleks dengan polisakarida

serta dapat mengendapkan protein (Rahmawati, 2018).

Tanin biasa disebut dengan asam yang mampu mengendapkan

gelatin, alkaloid, dan protein. Senyawa fenol telah diketahui memiliki

beberapa manfaat dan efek biologis yaitu memiliki aktivitas antioksidan,

penangkap radikal bebas, dan sebagai agen pengkelat logam. Tanin dapat

diklasifikasikan menjadi 2 macam, yaitu (Fajriati, 2006).

Serbuk simplisia sebanyak 1 gram dalam 10 mL aquadest

dididihkan kemudian didinginkan dan disaring. Filtrat yang diperoleh

diencerkan dengan auquadest hingga bening atau tidak berwarna. Diambil

2 mL larutan, ditambahkan dengan 1-2 tetes pereaksi besi (III) klorida 5%.

Diamati perubahan warna yang terjadi, apabila warna berubah menjadi

biru atau hijau kehitaman maka serbuk simplisia mengandung tanin

(Harbone JB, 1987).

14
2.3.5 Uji Senyawa Terpenoid/Steroid

Serbuk simplisia sebanyak 1 gram dimaserasi dengan 10 mL N-

heksan selama 1 jam lalu disaring. Filtrat yang diperoleh diuapkan, sisa

filtrat ditambahkan dengan 10 tetes pereaksi asam asetat anhidrat dan 1

tetes asam sulfat pekat. Diamati perubahan yang terjadi, apabila serbuk

positif mengandung senyawa terpenoid/steroid maka akan ditandai dengan

terbentuknya warna ungu atau merah yang berubah menjadi biru kehijauan

(Harbone JB, 1987).

2.4 Karakterisasi Spesifik dan Non Spesifik

Karakterisasi merupakan suatu langkah awal untuk mengetahui mutu

dari suatu simplisia, sehingga hasil tersebut dapat dijadikan sebagai acuan

untuk pengembangan penelitian lanjutan (Supomo, dkk., 2016).

Karakterisasi bertujuan untuk menghasilkan deskripsi tanaman. Deskripsi

tanaman akan bermanfaat dalam menentukan jenis tanaman.

2.4.1 Karakterisasi Spesifik

2.4.2 Uji Makroskopik

Dilakukan melalui pengujian identitas simplisia dan organoleptic.

Uji makroskopik dilakukan dengan melakukan pengamatan secara

langsung berdasarkan ciri-ciri organoleptik yang meliputi bau, rasa,

warna dan bentuk dari serbuk simplisia (Fitri H, et.al. 2020).

2.4.3 Uji Mikroskopik

Uji mikroskopik dilakukan dengan cara meletakkan serbuk

simplisia di atas objek glass, diteteskan aquadest dan kloralhidrat, ditutup

menggunakan cover glass, difiksasi di atas lampu spritus, kemudian

15
diamati di bawah mikroskop untuk melihat fragmen pengenal (Fitri H,

et.al. 2020).

2.4.4 Uji Kadar Sari Larut Etanol

Serbuk simplisia sebanyak 5 gram dimaserasi dengan 100 mL

etanol 70% selama jam menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali

dikocok selama 6 jam pertama, diamkan selama 18 jam. Disaring cepat

untuk menghindari penguapan etanol, 20 mL filtrat diuapkan dalam cawan

di atas penangas air hingga kering, dipanaskan sisa filtrat menggunakan

oven dengan suhu 105°C hingga diperoleh bobot tetap (Depkes RI, 1979).

2.4.5 Uji Kadar Sari Larut Air

Serbuk simplisia sebanyak 5 gram dimaserasi selama 24 jam

dengan 100 ml campuran air dan kloroform (0,25 mL kloroform dalam

aquadest 97,5 mL) dalam wadah tertutup selama 6 jam pertama. Sambil

dikocok sesekali, diamkan selama 18 jam kemudian disaring hingga

didapatkan 20 mL filtrat, diuapkan di atas penangas air sampai kering,

sisa filtrat dipanaskan dalam oven dengan suhu 105 OC hingga diperoleh

bobot tetap (Depkes RI, 1989).

16
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang bersifat

eksperimental di laboratorium dengan menggunakan simplisia bunga telang

yang diuji menggunakan perekasi kimia spesifik dan non spesifik.

(Handayani F et.al 2019).

3.2 Waktu dan tempat penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada periode juni 2023 sampai juli 2023

di Laboratorium Akademi Farmasi Cendikia Farma Husada Bandar

Lampung.

3.3 Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini diantaranya adalah serbuk simplisia dari bunga

telang, senyawa alkaloid, saponin, flavonoid, tanin, terperoid / steroid, kadar

sari larut etanol dan air

3.4 Alat dan Bahan

3.4.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: jas

laboratorium, sarung tangan lateks, batang pengaduk, cawan porselin,

gelas beker 100 ml, kain penyaring, kipas, lampu spiritus, pipet tetes,

rak tabung reaksi, sendok tanduk, tabung reaksi, timbangan analitik,

toples, mikroskop, ayakan mesh no.60, penangas air, oven, objek glass,

cover glass.

17
3.4.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah serbuk simplisia bunga telang,

pereaksi besi (III) klorida, pereaksi mayer, pereaksi bouchardat,

pereaksi dragendrof, serbuk magnesium, etanol 96%, asam klorida 2 N,

asam asetat anhidrat, asam sulfat pekat, n-heksan, amil alkohol,

kloralhidrat, kloroform, dan aquadest.

3.5 Prosedur penelitian

Berikut adalah diagram alir prosedur atau tahapan dalam penelitian ini :

3.5.1 Pembuatan Simplisia Bunga Telang

Bunga telang yang sudah dikumpulkan dilakukan


sortasi basah kemudian dicuci dengan air mengalir
yang bersih dan ditiriskan.

Sediakan tempat untuk proses pengeringan bunga


simplisia dibawah terik matahari, dan dilakukan
sortasi kering

Simplisia yang telah kering diayak mesh no.60

Gambar 3.1 Diagram Alir Pembuatan Simplia Bunga Telang

3.5.2 Uji Makroskopik

Simplisia Bunga Telang diambil secara langsung


berdasarkan ciri organoleptiknya

Bau, rasa, warna dan bentuk

Gambar 3.2 Diagram Alir Uji Makroskopik

18
3.5.3 Uji Mikroskopik

Serbuk simplisia bunga telang diletakkan diatas kaca objek

Sebuk simplisia yang sudah diatas kaca objek ditetes


aquadest dan kloralhidrat, tutup menggunakan cover glass

Fiksasi diatas api Bunsen/spiritus

Serbuk simplisia diamati dibawah mikroskop untuk


melihat fragmen pengenal dengan perbesaran 100 x

Gambar 3.3 Diagram Alir Uji Mikroskopik

3.5.4 Penetapan Kadar Sari Larut Etanol

Serbuk simplisia sebanyak ditimbang 5 gram dimaserasi dengan


100 ml etanol 96% selama 24 jam menggunakan labu bersumbat

Serbuk bunga telang yang sudah dimaserasi dikocok sesekali


selama 6 jam pertama

Serbuk bunga telang yang sudah dimaserasi disaring untuk


menghindari penguapan etanol

20ml filtrat diuapkan dalam cawan diatas penangas air hingga


kering

Sisa filtrat dipanaskan menggunakan oven dengan suhu 105 °C


hingga diperoleh bobot tetap

Kadar sari larut etanol dihitung dengan rumus x

Gambar 3.4 Diagram Alir Penetapan Kadar Sari Larut Etanol

19
3.5.5 Penetapan Kadar Sari Larut Air

Serbuk simplisia sebanyak 5 gram ditambah dengan 100 ml


campuran air dan kloroform (0,25 ml kloroform dalam aquadest
97,5ml) dalam wadah tertutup diamati selama 24 jam , sesekali
dikocok selama 6 jam pertama

Serbuk simplisia dalam pelarut didiamkan, disaring didapatkan


20 ml filtrat

20 ml filtrat diuapkan diatas penangas air sampai kering

Sisa filtrat dipanaskan dalam oven dengan suhu 105 derajat


celcius hingga diperoleh bobot tetap

Kadar sari larut air dihitung dengan rumus x

Gambar 3.5 Diagram Alir Penetapan Kadar Sari Larut air

20
3.5.6 Skrining Fitokimia
a. Uji senyawa Alkaloid

Serbuk simplisia bunga telang ditimbang sebanyak 1 gram ditambah 1 ml asam klorida 2N dan 9 ml

Serbuk simplisia bunga telang dipanaskan yang sudah dicampur asam klorida 2N dan aquadest diatas penangas air selama 2

Filtrat yang diperoleh digunakan untuk uji alkaloid

Filtrat diletakkan dalam 3 tabung reaksi, masing-masing tabung reaksi dimasukan 1 ml filtra

Masing-masing tabung reaksi ditambah 2 tetes pereaksi mayer, boucharadat dan dragendrof

Hasil positif mengandung senyawa alkaloid jika terjadi endapan

Gambar 3.6 Diagram Alir Uji Senyawa Alkaloid

b. Uji Senyawa Saponin

1 gram serbuk simplisia dimasukan ke dalam tabung


reaksi ditambah 10 ml air panas

Dinginkan, setelah dingin dikocok kuat selama 15


menit

Apabila berbentuk buih yang mantap selama 10


menit setinggi 1-10 cm serta saat diteteskan asam
klorida 2N buih masih ada maka serbuk simplisia
tersebut mengandung senyawa saponin

Gambar 3.7 Diagram Alir Uji Senyawa Saponin

21
c. Uji Senyawa Flavonoid

1 gram serbuk simplisia dimasukkan dalam tabung


reaksi Diambil ditambah 10 ml air panas , didihkan
selama 5 menit dan disaring dengan keadaan panas

Filtrat yang diperoleh diambil 5ml ditambahkan 0,1


gram serbuk magnesium ditambah 1 ml HCl dan
ditambah 2ml amil alkohol, dikocok dan dibiarkan
memisah

Hasil positif mengandung senyawa flavonoid jika terjadi


perubahan warna merah kuning pada filtrat atau warna
jingga merah pada lapisan amil alkohol.

Gambar 3.8 Diagram Alir Uji Senyawa Flavonoid

d. Uji Senyawa Tanin

Serbuk simplisia 1 gram dimasukan ke dalam tabung


reaksi ditambah 10 ml aquadest didihkan kemudian
dinginkan dan disaring filtrat

Filtrat yang diperoleh diencerkan dengan aquadest


hingga bening atau tidak berwarna

2 ml larutan diambil kemudian tambahkan dengan 1-2


tetes pereaksi besi (III) klorida 5 %, dan amati
perubahan warna yang terjadi.

Apabila warna berubah menjadi biru atau hijau


kehitaman maka serbuk simplisia mengandung tanin.

Gambar 3.9 Diagram Alir Uji SenyawaTanin

e. Uji Senyawa Terperoid/steroid

22
Serbuk simplisia 1 gram dimasukan ke dalam tabung
reaksi ditambah 10 ml N Heksan selama 1 jam lalu
disaring

Filtrat yang diperoleh diuapkan, sisa filtrat


ditambahkan dengan 10 tetes pereaksi asam asetat
anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat amati perubahan
yang terjadi

Apabila serbuk positif mengandung senyawa


terpenoin/steroid maka akan ditandai dengan
terbentuknya warna ungu atau merah yang berubah
menjadi biru kehijauan.

Gambar 3.10 Diagram Alir Uji Senyawa Terperoid

f. Penetapan Kadar Air

Serbuk simplisia bunga telang 2 gram dimasukan ke


dalam cawan lalu dikeringkan dalam oven pada suhu
105 derajat celcius selama 30 menit

Dinginkan menggunakan deksikator selama 15 menit

Setelah dingin ditimbang dengan bobot tetap dan


hitung kadar air menggunakan

Gambar 3.11 Diagram Alir Penetapan Kadar Air


Keterangan :
a = berat cawan
b = berat sampel awal
c = berat cawan + sampel

23
3.6 Analisis Data
Data indeks parameter yang diperoleh akan dianalisis dan dijelaskan secara
deskriptif berdasarkan hasil pengamatan karakteristik dan skrining fitokimia
simplisia bunga telang. Berikut tabel hasil pengujian skrining fitokimia dapat
dilihat pada tabel 3.1 :
Tabel 3.1 Uji Skrining Fitokimia
Senyawa Parameter Hasil

Alkaloid Endapan putih/kuning +/-


Saponin Berbentuk buih +/-
Flavonoid Berubah warna merah kuning +/-
pada filtrat atau warna jingga
merah pada lapisan amil
alkohol
Tanin Menjadi biru atau hijau +/-
kehitaman

Terperoid/Steroid Terbentuknya wana ungu +/-


atau merah yang berubah
menjadi biru kehijauan
Keterangan :
+ : Mengandung senyawa
- : Tidak mengandung senyawa

24
3.7 Kerangka Berfikir

Bunga telang (Clitoria Terenatea) adalah bunga yang mengandung


tinggi antioksidan yang biasanya tumbuh di pekarangan rumah, hutan
atau bahkan pinggiran kebun.

Bunga telang umumnya dimanfaatkan sebagai obat mata, obat untuk


menghilangkan dahak pada bronkitis kronis, menurunkan demam,
serta iritasi kandungan kemih dan saluran kencing

Perlu dilakukan karakteristik dan skrining fitokimia untuk mengetahui


kandungan senyawa aktif yang terdapat pada bunga telang (Clitoria
ternatea L).

Karakteristik Skrining fitokimia Parameter non


makroskopik dan meliputi uji kandungan spesifik
mikroskopik senyawa alkaloid, Penetapan kadar
flavonoid, saponin tanin air
dan terpenoid/steroid

Gambar 3.12 Kerangka Berfikir

25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Pengamatan Mikroskopik

Pengamatan Mikroskopik serbuk simplisia Bunga Telang (Clitoria

ternatela) dapat dilihat pada tabel 4.1 :

Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Mikroskopik Simplisia Bunga


Telang

No Hasil Pengamatan Fragmen Pengenal


(Depkes RI, 1989)

Mikroskopik yang di temukan : Rambut Penutup tidak


1. Epidermis bagian dalam spesifik
mahkota memperlihatkan
papila bulat atau melipat.
2. Rambut penutup spesifik
Perbedaanya :
Pada gambar hasil mikroskopik
rambut penutup lebih spesifik
sedangkan pada fragmen
pengenal tidak spesifik

26
Mikroskopik yang ditemukan :
1. Sklereid mengandung Polen terlihat jelas (sangat
beberapa deres kristal kalsium banyak seperti buah
oksalat rambutan)
2. Rambut penutup (Trikoma)
tidak spesifik
3. Polen tidak terlihat jelas
Perbedaan :
Pada gambar hasil mikroskopik
polen tidak terlihat jelas
sedangkan pada fragmen
pengenal polen terlihat jelas.

Berdasarkan gambar hasil pengamatan menggunakan mikroskop

dengan pembesaran 100 x diperoleh bahwa fragmen pengenal yang

dimiliki oleh bunga telang yaitu adanya butiran dan sayatan tipis yang

dinamakan epidermis, rambut penutup, kristal kalsium oksalat, dan

polen.

Epidermis merupakan lapisan sel-sel paling luar dan menutupi

permukaan daun, bunga, buah, biji, batang dan akar (Woelaningsih

2001). Berdasarkan ontogeninya, epidermis berasal dari jaringan

meristematik yaitu protoderm (Sumardi dan Pudjoarinto 1994).

Epidermis berfungsi sebagai pelindung bagian dalam organ tumbuhan.

Berdasarkan fungsinya, epidermis dapat berkembang dan mengalami

modifikasi seperti stomata dan trikomata (Kartasapoetra 1988).

Rambut penutup (Trikoma) merupakan rambut-rambut yang

tumbuh dari sel-sel epidermis dengan bentuk, susunan serta fungsinya

bervariasi (Sutrian, 1992). Fungsi trikoma adalah melindungi

27
tumbuhan dari herbivora, panas dan sinar matahari, juga mengontrol

suhu daun dan kehilangan air (Khokhar dkk, 2012).

Kristal Kalsium oksalat merupakan salah satu bahan ergastik

di dalam sel bersifat padat dan tidak larut karena berikatan kovalen

sehingga mengendap berbentuk Kristal di dalam jaringan tumbuhan.

Kristal ini terbentuk sebagai hasil akhir metabolisme di dalam

jaringan tumbuhan (Setijahartini, 2010).

Serbuk sari atau polen adalah alat reproduksi jantan yang

terdapat pada tumbuhan dan mempunyai fungsi yang sama dengan

sperma sebagai alat reproduksi jantan pada hewan. Serbuk sari berada

dalam kepala sari (antera) tepatnya dalam kantung yang disebut ruang

serbuk sari (theca) (Arizona, 2000).

4.1.2 Hasil Uji Makroskopik


Karakterisasi simplisia yaitu pada pengujian makroskopis,

bentuk fisik dari bunga telang (Clitoria ternatea L.) yaitu bau, rasa,

warna, dan bentuk dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2. Hasil Pemeriksaan Makroskopik Bunga Telang

Sampel Bau Rasa Warna Bentuk

Bunga Telang Berbau khas Tawar Biru Simplisia


bunga telang (Tidak bunga
Berasa) telang
kering

4.1.3 Penetapan Kadar Sari Larut Etanol

Pemeriksaan kadar sari yang larut dalam etanol pada serbuk

simplisia untuk melihat jumlah yang dapat tersari dengan pelarut

28
etanol dari simplisia (Depkes RI, 1995). Berikut perhitungan

penetapan kadar sari larut etanol dapat dilihat pada tabel 4.3 :

Tabel 4.3. Hasil Penetapan Kadar Sari Larut Etanol

No Penetapan Kadar Sari Larut Etanol


1 I 30 %
2 II 26 %
3 III 31 %
Rata-Rata 29%

4.1.4 Penetapan Kadar Sari Larut Air

Pemeriksaan kadar sari yang larut dalam air pada serbuk simplisia

untuk melihat jumlah yang dapat tersari dengan pelarut air dari

simplisia (Depkes RI, 1995). Berikut perhitungan penetapan kadar sari

larut air dapat dilihat pada tabel 4.4 :

Tabel 4.4. Hasil Penetapan Kadar Sari Larut Air

No Penetapan Kadar Sari Larut Air


1 I 36 %
2 II 184 %
3 III 118 %
Rata-Rata 112,6 %

4.1.5 Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia dilakukan untuk menguji ada tidaknya senyawa

metabolit sekunder diantaranya seperti alkaloid, flavonoid, saponin,

steroid/triterpenoid dan tanin. Berikut hasil skrining fitokimia dapat

dilihat pada tabel 4.5 :

29
Tabel 4.5. Hasil Skrining Fitokimia

Senyawa Keterangan Hasil


Alkaloid + Terbentuk endapan putih
Saponin + Terbentuk busa
Flavonoid + Terbentuk lapisan berwarna merah
Tanin - Tidak terbentuk biru tua
Terperoid - Tidak terbentuk warna merah

4.1.6 Pemeriksaan Karakteristik Non Spesifik

Perhitungan Kadar Air

Jadi hasil perhitungan kadar air simplisia bunga telang adalah sebesar

1,01 %.

Tabel 4.6. Hasil Perhitungan Kadar Air

Perhitungan Kadar Air


I 1,01 %

4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengamatan Mikroskopik Bunga Telang (Clitorea ternatea )

Hasil pengujian mikroskopik pada tabel 4.1 yang dilakukan

karakterisasi pada simplisia bunga telang pada pengamatan pertama

dan kedua diperoleh adanya butiran tunggal dan sayatan tipis. Hal itu

menunjukkan adanya epidermis, rambut penutup, kristal kalsium

oksalat, dan polen.

Pada pengamatan sebuah serbuk simplisia bunga telang terdapat

beberapa sel atau jaringan didalamnya yakni sel epidermis, rambut

penutup, kristal kalsium oksalat, dan polen yang banyak tersebar

30
dijadikan ciri khas pada identifikasi mikroskopik pada daun dan

bunga. (Helma N, et.al 2021)

Sel Epidermis merupakan lapisan sel paling luar dan menutupi

permukaan daun, bunga, buah, biji, batang dan akar (Metcalfeet al.,

1950). Sedangkan Kristal Kalsium oksalat merupakan salah satu

bahan ergastik di dalam sel bersifat padat dan tidak larut karena

berikatan kovalen sehingga mengendap berbentuk Kristal di dalam

jaringan tumbuhan. Kristal ini terbentuk sebagai hasil akhir

metabolisme di dalam jaringan tumbuhan (Setijahartini, 2010). Polen

atau serbuk sari merupakan alat perkembangbiakan jantan pada

tumbuhan. Polen terbentuk di ruang serbuk sari yang terlihat seperti

butiran halus, ringan, dan kering (Robidah, dkk 2015).

4.2.2 Hasil Uji Makroskopik Bunga Telang (Clitorea ternatea )

Hasil dari karakterisasi simplisia secara makroskopik pada tabel 4.2

yaitu pada pengujian memiliki bentuk fisik dari bunga telang (Clitoria

ternatea L.) yaitu bau, rasa, warna, dan bentuk. Hasil pemeriksaan

makroskopik pada Bunga Telang diperoleh bahwa bunga telang

berbentuk simplisia kering dengan berbau khas bunga telang, tidak

berasa (tawar) dan berwarna biru. Warna biru pada bunga telang

berasal dari adanya kandungan antosianin. Antosianin mempunyai

sifat antioksidatif yang dapat menghasilkan warna merah sampai biru.

(Maksana et al., 2017)

31
Selain itu menurut Suebkhampet dan Sotthibandhu (2017), warna

biru dari bunga telang menunjukkan keberadaan dari antosianin.

Warna biru dari bunga telang telah dimanfaatkan sebagai pewarna

biru pada ketan di Malaysia. Bunga telang juga dimakan sebagai

sayuran di Kerala (India) dan di Filipina (Lee, et al., 2011).

4.2.3 Penetapan Kadar Sari Larut Etanol


Hasil pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia bunga telang pada

tabel 4.3 diperoleh kadar sari yang larut dalam air 1, 2 dan 3 adalah

sebesar 29%. Tujuan dari penetapan kadar sari larut etanol dan air

adalah untuk memberikan gambaran tentang kadar senyawa yang

dapat diekstraksi dengan menggunakan etanol sebagai simplisia.

Menurut Saifuddin A, (2011) syarat kadar sari larut etanol yang

baik yaitu lebih dari 8%. Nilai kadar sari larut etanol tertinggi pada

metode maserasi adalah maserasi dengan konsentrasi pelarut etanol

96%. Hasil ekstraksi setiap metode ekstraksi dengan berbagai pelarut

menunjukkan persentase rendemen, kadar air, kadar ekstrak larut air,

dan kadar ekstrak larut etanol yang berbeda.

4.2.4 Penetapan Kadar Sari Larut Air


Hasil pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia bunga telang

diperoleh rata-rata kadar sari yang larut dalam air adalah sebesar

112,6%. Tujuan dari penetapan kadar sari larut air adalah untuk

memberikan gambaran tentang kadar senyawa yang dapat diekstraksi

dengan menggunakan air sebagai simplisia.

32
Menurut Saifuddin A, (2011) syarat kadar sari larut etanol yang

baik yaitu lebih dari 8%. Penetapan kadar sari larut air dan kadar sari

larut etanol merupakan pendekatan klasik untuk memperkirakan kadar

senyawa aktif berdasarkan sifat polaritas. Melalui penetapan tersebut

dapat dikalkulasi persentase senyawa polar dan semi non polar sampai

non polar pada ekstrak. Hasilnya merupakan perkiraan kasar senyawa-

senyawa yang bersifat polar (larut air) dan senyawa-senyawa yang

bersifat semi polar smpai non polar (larut etanol). Penjumlahan kadar

sari larut air dan kadar sari larut etanol suatu ekstrak seharusnya tidak

akan lebih dari 100%. (Saifudin, et.al, 2011)

4.2.5 Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia melalui beberapa uji seperti uji senyawa

alkaloid, diperoleh hasil bahwa sampel simplisia bunga telang

dinyatakan mengandung alkaloid yang terbentuk endapan putih atau

kuning yang menghasilkan endapan larutan berwarna merah muda

bening. Hal ini dikarenakan filtrat ditetesi dengan perekasi mayer,

boucharadat maka filtrat akan menghasilkan endapan berwarna merah

muda dan bening.

Menurut Meiske S, dkk (2008) pada uji alkoloid terbentuknya

endapan menunjukkan bahwa larutan mengandung alkaloid. Reaksi

dengan pereaksi Mayer akan terbentuk endapan putih, dengan

pereaksi Dragendorff terbentuk endapan merah jingga dan dengan

pereaksi wagner terbentuk endapan coklat. Reaksi yang terjadi pada

uji mayer ditunjukkan pada gambar berikut :

33
HgCl2 + 2KI HgI2 + 2KCl

HgI2 + 2KI K2 [HgI4]

Kalium tetraiodomerkurat (II)

Gambar 4.1 Reaksi uji mayer (Marliana dkk, 2005)

Selanjutnya uji saponin berdasarkan hasil uji menyatakan bahwa

serbuk simplisia tersebut mengandung senyawa saponin yang ditandai

dengan ketika larutan didiamkan selama ± 10 menit akan membentuk

busa yang stabil dengan tinggi 3,5 cm. Menurut Ningsih, dkk (2016)

Busa yang dihasilkan pada uji saponin disebabkan karena adanya

glikosida yang dapat membentuk busa dalam air dan terhidrolisis

menjadi glukosa dan senyawa lainnya.

Hasil penelitian pada serbuk simplisia bunga telang menggunakan

senyawa fitokimia Plavonoid. Setelah dibiarkan menghasilkan reaksi

larutan berubah menjadi warna merah jingga. Hasil positif yang

ditimbulkan oleh simplisia bunga telang mengandung senyawa

flavonoid karena terjadi perubahan warna merah kuning pada filtrat

atau warna jingga merah pada lapisan amil alkohol. Reaksi Flavonoid

dengan HCl dan Logam Mg terlihat pada gambar berikut :

34
Gambar 4.2 Reaksi Flavonoid dengan Logam Mg dan HCl
(Septyangsih, 2010)
Uji selanjutnya adalah uji tanin setelah mengamati perubahan yang

terjadi yaitu terbentuknya larutan berwarna ungu. Hasil ini

menunjukkan bahwa simlisia bunga telang tidak mengandung tanin

karena filtrat yang sudah diencerkan berubah menjadi warna ungu

bukan biru tua atau hitam kehijauan. Menurut Widowati (2009)

menyatakan bahwa jika larutan mengandung senyawa tanin maka

setelah direaksikan akan menghasilkan warna hijau kehitaman atau

biru tua. Reaksi tanin dapat terlihat pada gambar berikut :

Gambar 4.3 Reaksi antara Tanin dan FeCl3 (Sa’adah, 2010)

35
Pada uji terperoid atau steroid, larutan mengalami perubahan

warna menjadi bening dan membentuk endapan berwarna kuning.

Oleh sebab itu larutan dikatakan bereaksi negatif dan tidak

mengandung senyawa terperoid atau steroid. Menurut Anjar Purba A

(2017) menyatakan bahwa hasil positif pada pengujian terpenoid

ditandai dengan perubahan warna menjadi merah, ungu atau coklat

disebabkan karena reaksi oksidasi senyawa terpenoid yang

menghasilkan gugus kromofor (karbon tak jenuh terkonjugasi).

4.2.6 Penetapan Kadar Air

Hasil pengamatan kadar air dalam simplisia bunga telang diperoleh

sebesar 1,01 %. Penetapan kadar sari larut air merupakan pendekatan

klasik untuk memperkirakan kadar senyawa aktif berdasarkan sifat

polaritas. Melalui penetapan tersebut dapat dikalkulasi persentase

senyawa polar dan semi non polar sampai non polar pada ekstrak.

Hasilnya merupakan perkiraan kasar senyawa-senyawa yang bersifat

polar (larut air). Penjumlahan kadar sari larut air suatu ekstrak

seharusnya tidak akan lebih dari 100%.

36
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian diketahui bahwa karakteristik simplisia bunga telang

dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil pengamatan mikroskopik pada simplisia bunga telang

terdapat butiran dan sayatan tipis yang dinamakan epidermis dengan

stomata serta serabut kristal dengan berkas pembuluh. Sedangkan pada uji

mikroskopik simplisia bunga telang mempunyai bau yang berkhas bunga

telang, tidak berasa (tawar), berwarna biru dan berbentuk kering.

2. Hasil penetapan kadar sari larut etanol dan sari larut air diperoleh rata-rata

sebesar 29 % dan 112,6%, sedangkan hasil pemeriksaan non spesifik kadar

air bunga telang sebesar 1,01 %

3. Hasil uji skrining fitokimia diperoleh bahwa simplisia bunga telang

mengandung senyawa alkaloid, senyawa saponin, mengandung senyawa

flavonoid, tidak mengandung senyawa tanin, dan tidak mengandung

senyawa terperoid atau steroid.

37
5.2 Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian dan pembahasan dapat diajukan saran

sebagai berikut :

1. Disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang simplisia

bunga telang untuk mengetahui kandungan yang lainnya.

2. Disarankan untuk melakukan penelitian tentang uji aktivitas ekstrak

bunga telang untuk mengetahui manfaat dari senyawa yang terkandung

didalamnya.

38
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin. 2011. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Asmara Purba Anjar. 2017. Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA. Pengembangan Media


Pembelajaran berbasis audio Visual tentang pembuatan Koloid. Februari
15 (2), 156-178.

Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. 2020. Selain Cantik Ini Segudang
Manfaat Bunga Telang. Balittro

Budiasih, K. S. 2017. Kajian Potensi Farmakologi Bunga Telang. Jurnal


Pendidikan. Program Studi Kimia. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta

Djaeni, M. et al. 2017. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. Ekstraksi Antosianin


dan Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa L.) Berbantu Ultrasonik :
Tinjauan Aktivitas Antioksidan Ultrasonic Aided Anthocyanin Extraction
of Hibiscus Sabdariffa L, Flower Petal: Antioxidant Activity, 6 (3)

Endang Christine Purba. 2020. Jurnal Pro-Life. Kelor (Moringa oleifera Lam.) :
Pemanfaatan dan Bioaktivitas. 7 (01). 1-12

Erna Cahyaningsih, Putu Era Sandhi K. Puguh Santoso. 2019. Skrining Fitokimia
dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Bunga Telang (Clitoria
ternatea L.) dengan Metode Spektrofotometri UV-VIS. Akademi Farmasi
Saraswati. Denpasar.

Harbone JB. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis


Tumbuhan. Institut Teknologi Bandung.

Helma N, Siti N, dan Irfan Z. 2021. Jurnal Sains dan Kesehatan. Identifikasi Daun
Sangkareho (Callicarpa longifolia Lam) secara Makroskopis dan
Mikroskopis. 3 (5), 667-672

39
Kazuma, K., Naonobu Noda & Masahiko Suzuki. 2003. Flavonoid composition
related to petal color in different lines of Clitoria ternatea.
Phytochemistry, 64 (6), 1133-1139

Laily, Nujmatul dan Fenty Riadani. 2020. Journal of Accounting and Business
Education.” Journal of Accounting and Business Education 5, no.
September : 38-53

Lee, M. P., Abdullah, R., dan Hung, K. L. 2011. International Conference on


Biotechnology and Food Science IPCBEE. Thermal Degradation of Blue
Anthocyanin Extract of Clitoria ternatea Flower. 7:49-53

Meiske S, Max R.J, dkk. Analisis Fitokimia Tumbuhan Obat di Kabupaten


Minahasa Utara. Chem Prog, 1 (1), 47-53

N. Ahmadiani, R. J. Robbins, T. M. Collins, and M. M. Giusti. 2019. J. Agric.


Food Chem. Anthocyanins contents, profiles, and color characteristics of
red cabbage extracts from different cultivars and maturity stages. 62 (30).
7524–7531.

Ni Made Ade Sintiya Dewi. 2022. Jurnal Mahasiswa Pariwisata dan Bisnis.
Penambahan Ekstrak Bunga Telang Sebagai Pewarna Alami dalam
Pembuatan Klepon. 1 (09). 2282–2291.

Ningsih, Wida dkk. 2016. Formulasi Masker Peel Off Dengan Beberapa
Konsentrasi Ekstrak Etanol Buah Naga Super Merah (Hylocereus
costaricensis (F.A.C Weber) Britton & Rose). Scientia Vol.6 No.1.
Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Yayasan Perintis: Padang.

Padmawati, I. G. A., Pratiwi, I, D, P., Wiadnyani, A. A. I. S. 2022. Itepa : Jurnal


Ilmu dan Teknologi Pangan. Pengaruh Penambahan Ekstrak Bunga Telang
(Clitoria ternatea Linn) Terhadap Karakteristik Marshmallow. 11(1), 43-
54

40
Raihan dan Gabena Indrayani Dalimunthe. Journal of Health and Medical
Science. Uji Sitotoksisitas Ekstrak Etanol Bunga Telang (Clitoria ternatea
L.) Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). 1 (3). 187–202.

RI, Depkes. 1980. Materia Medika Indonesia Jilid IV. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI.

RI, Depkes. 1989. Materia Medika Indonesia Jilid V. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI.

RI, Depkes. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI.

Saifudin, A., Rahayu, A., & Teruna, H. Y., 2011. Yogyakarta. Standarisasi Bahan
Obat Alam, 2, Graha ILmu,

Suarna, I.W., 2005. Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak. Kembang telang
(Clitoria ternatea) tanaman pakan dan penutup tanah. Dalam: Subandriyo,
Dwiyanto K, Inounu I, Prawiradiputra BR, Setiadi B, Nurhayati, Priyanti
A, penyunting. Puslitbang Peternakan. 95-98.

Suebkhampet, A., dan Sotthibandhu, P. 2017. Effect of Using Aqueous Crude


Extract From Butterfly

Ulimaz T.A. D., T., U. V. A., Suganda, Concibido, V., J.Levita, & Karuniawan,
A. 2020. Jurnal Agro Biogen. Keragaman Genetik Bunga Telang ( Clitoria
ternatea) Asal Indonesia Berdasarkan Karakter Bunga dan Komponen
Hasil pada Dua Lahan Berbeda. 16(1), 1–6

United States Departement of Agriculture. 2020. Plants profile for Clitoria


ternatea (Asian pigeonwings). United States Departement of Agriculture.

Widowati, S. 2009. Tepung Aneka Umbi Sebuah Solusi Ketahanan Pangan. Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian dalam Tabloid
Sinar Tani

41
LAMPIRAN

42
Lampiran 1. Pengamatan Mikroskopik

Gambar 1. Hasil Pengamatan Mikroskopik ke-1

Gambar 2. Hasil Pengamatan Mikroskopik ke-2

Gambar 3. Hasil Pengamatan Mikroskopik ke-3

43
Lampiran 2. Pengamatan Mikroskopik

Gambar 4. Simplisia Bunga Telang

Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Mikroskopik Bunga Telang

Sampel Bau Rasa Warna Bentuk


Bunga Telang Berbau khas Tawar Biru Simplisia
bunga (Tidak bunga
telang Berasa) telang
kering

44
Lampiran 3. Hasil Penetapan Kadar Sari Larut Etanol dan Air

1. Penetapan Kadar Sari Larut Etanol

Replikasi Berat Cawan Cawan Kadar


Awal Porselen Porselen + Sari (%)
Simplisia (s) sari (g)
(g)
1 5 38,15 38,45 0,3 gram
2 5 38,17 38,43 0,26 gram
3 5 38,16 38,47 0,31 gram

Jadi penetapan kadar larut etanol


A 1− A 0 100
Replikasi 1 = + +100 %
B 20 ml

38 , 45−38 , 15 100
= + +100 %
5 20
0 ,3 100
= x + 100 %
5 20
= 0 , 06 x 5 x 100 %
= 30 %
A 1− A 0 100
Replikasi 2 = + +100 %
B 20 ml

38 , 43−38 , 17 100
= + +100 %
5 20
0 ,26 100
= x +100 %
5 20
= 0,052 x 5 x 100 %
= 26 %
A 1− A 0 100
Replikasi 3 = + +100 %
B 20 ml

38 , 47−38 ,16 100


= + +100 %
5 20

45
0 ,31 100
= x +100 %
5 20
= 0,062 x 5 x 100 %
= 31 %
2. Penetapan Kadar Sari Larut Air

Replikasi Berat Cawan Cawan Kadar


Awal Porselen Porselen + Sari (%)
Simplisia (s) sari (g)
(g)
1 5 46,29 46,65 0,36 gram
2 5 51,26 53,10 1,84 gram
3 5 47,38 48,56 1,18 gram

Jadi penetapan kadar larut etanol


A 1− A 0 100
Replikasi 1 = + +100 %
B 200 ml

46 , 65−46 , 29 100
= + +100 %
5 20
0 ,36 100
= x +100 %
5 20
= 0,072 x 5 x 100 %
= 36 %
A 1− A 0 100
Replikasi 2 = + +100 %
B 20 ml

53 ,10−51 ,26 100


= + + 100 %
5 20
1, 84 100
= x +100 %
5 20
= 0,368 x 5 x 100 %
= 184 %
A 1− A 0 100
Replikasi 3 = + +100 %
B 20 ml

48 , 56−47 , 38 100
= + +100 %
5 20

46
1, 18 100
= x +100 %
5 20
= 0,236 x 5 x 100 %
= 118 %

47
Lampiran 4. Hasil Skrining Fitokimia
1. Hasil Uji Alkaloid
Berikut hasil pengujian senyawa alkaloid dapat dilihat pada gambar

dibawah ini :

Gambar 5. Uji Alkaloid

2. Hasil Uji Saponin


Berikut hasil pengujian senyawa saponin dapat dilihat pada gambar

dibawah ini :

Gambar 6. Uji Saponin

48
3. Hasil Uji Flavonoid
Berikut hasil pengujian senyawa Flavonoid dapat dilihat pada gambar
dibawah ini :

Gambar 7. Uji Flavonoid

4. Hasil Uji Tanin


Berikut hasil pengujian senyawa tanin dapat dilihat pada gambar dibawah

ini :

Gambar 8. Uji Tanin

49
5. Hasil Uji Testeroid
Berikut hasil pengujian senyawa terperoid atau steroid dapat dilihat pada
gambar dibawah ini :

Gambar 9. Uji Terperoid atau Steroid

50
Lampiran 5. Pemeriksaan Kadar Air

Gambar 10. Penetapan Kadar Air

Menghitung kadar air menggunakan rumus :


b−(c−a)
= X 100 %
b

2 gr−(52 , 00−50 , 99)


= X 100 %
2

2−(1, 01)
= X 100 %
2

= 1,01 %

51

Anda mungkin juga menyukai