PROPAKTANI 517 SWASTIKO IPB Manajemen Populasi Tikus 4 JULI 2022

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 32

MANAJEMEN

POPULASI TIKUS

Dr. Ir. Swastiko Priyambodo, M.Si.


Hp. 0813 8246 4244
[email protected]
Dept. of Plant Protection
Fac. of Agriculture – IPB University

BIMBINGAN TEKNIS PROPAKTANI Ep. 517


AYO KENDALIKAN TIKUS. Senin, 4 Juli 2022
Relief Candi Borobudur abad 9 yang menunjukkan hubungan manusia, tikus,
anjing, dan tanaman padi → Tikus MELAWAN setiap tindakan pengendalian
WIROK BESAR
GREATER BANDICOOT
(Bandicota indica)
TIKUS GOT/RIUL
TIKUS NORWAY
TIKUS COKLAT
TIKUS UMUM
(Rattus norvegicus)
TIKUS RUMAH
TIKUS ATAP
Rattus tanezumi
TIKUS KAPAL
Nama lama
TIKUS HITAM
Rattus rattus diardii
TIKUS BELUKAR
TIKUS SEMAK
TIKUS POHON
TIKUS KEBUN
TIKUS SAWIT
Rattus tiomanicus Malayan rat
Nama Lama (R. rattus roquei) Wood rat
Tengkorak Tikus Sawah

TIKUS SAWAH
Ricefield rat
Rattus argentiventer
Nama Lama (R. rattus brevicaudatus)
Cecurut rumah ORDO INSECTIVORA (Pemakan Insekta)
Cecurut rumah memiliki toksin yang mampu membuat
mangsanya lumpuh seperti zombie atau mayat hidup

Tupai pohon
MORFOLOGI TIKUS

Kerangka Tikus  Elastis dan lentur sehingga mudah ditekuk ke bawah

Ekor tikus membantunya untuk menyeimbangkan tubuh (balancing),


berkomunikasi, dan mengatur suhu tubuhnya
MORFOLOGI TIKUS

Insiciva
(gigi seri)
tikus
Molar (geraham) tikus

Kemampuan mengerat  tidak ada penyempitan di pangkal gigi seri


Gigi seri tumbuh terus  harus dikurangi dengan dikerat

Ada celah  diastema antara taring dan geraham


MANAJEMEN TIKUS HAMA
Rodent Pest Management
Integrated, Together, and Continuously
BASIC SCIENCE METODE
1. Identifikasi spesies tikus 1. Sanitasi
2. Biologi dan perilaku tikus 2. Kultur teknis
3. Tanda kehadiran tikus atau monitoring 3. Fisik dan mekanis
4. Pengelolaan non kimiawi atau non toksik 4. Biologi
5. Pengelolaan kimiawi atau toksik 5. Kimiawi
6. Resistensi tikus terhadap rodentisida 6. Terpadu

7. Bahaya rodentisida terhadap lingkungan


Manajemen
Non Kimia
Toksik

Sarcocystis singaporensis

Manajemen
Kimia
Non Toksik

Cellulose derived from broken corn cobs, wax, cereal flour,


edible oil, sweetening agent, sodium salt
Trap Crop System

Push-Pull System
Repellent vs Trap Crop

Sistem Tanaman Perangkap

MANAJEMEN TIKUS
KULTUR TEKNIS
(Agronomi = Budidaya)
Tumpang sari padi gogo dan palawija

Tikus sawah/lapangan Tumpang sari padi sawah dan pohon buah (Sistem Surjan)
Agroekowisata pada hamparan sawah Tanam padi serempak pada areal yang luas

Sistem Jajar Legowo 2 : 1


Gulma pada
tanaman padi

MANAJEMEN TIKUS
CARA SANITASI
(Bersih Lingkungan)

Pengendalian mekanis gulma

Sumber infestasi tikus sawah


MANAJEMEN TIKUS
CARA SANITASI
(Bersih Lingkungan)

Permukiman dengan sampah yang menggunung

Tempat sampah yang tertutup rapat dan tertata rapi


Tikus riul dan rumah di permukiman
Tumpukan daun tua
menjadi sarang tikus

Piringan yang bersih dari gulma

Perkebunan sawit yang bersih dari gulma Perkebunan sawit dengan gulma yang melimpah
MANAJEMEN TIKUS
CARA FISIK – MEKANIS

TERKINI
Internet of Things (IOT)
Aplikasi yang mendeteksi trap yang berhasil
menangkap tikus
Sinar laser yang menembak tikus berdasarkan
gerakan tikus
PENGENDALIAN HAYATI
(Biological Control)
 Predator
Tyto alba
Aves (10) > Mamalia (4) > Reptilia (1)

 Patogen (berbahaya)
Virus Myxoma
Bakteri Salmonella enteritidis Herpestes
javanicus
Protozoa Sarcocystis singaporensis

 Kompetitor
Tikus lain

Ptyas koros
Tikus yang mengandung
protozoa dimakan oleh
ular pyhton

Tyto alba

PATOGEN

Herpestes
javanicus

PREDATOR
Sarcocystis
Ptyas koros singaporensis
MANAJEMEN TIKUS CARA KIMIAWI
Chemical Control
1. Rodentisida (umpan beracun)
2. Fumigan (asap beracun)
3. Atraktan (bahan penarik)
4. Repelen (bahan penolak)
5. Kemosterilan (bahan pemandul)
Bahan Aktif (Racun)
 Akut ►seng fosfida, cholecalciferol
 Kronis (AK) ►warfarin, kumatetralil, brodifakum, bromadiolon, flokumafen
 Botanical Rodenticides ► gadung, singkong pahit, dll.

Umpan
 Menarik hanya untuk tikus RODENTISIDA
 Tidak menarik untuk hewan lain
 Mudah didapat Umpan Beracun
 Mudah dicampur dengan racun

Bahan Tambahan
 Pewarna (colouring ataudye)
 Penarik (arrestant dan attractant)
 Pengawet (preservative)
 Pengikat (binder)
WASPADA!!!
RODENTISIDA
NON LEGAL
FUMIGASI (Asap Beracun)
1. Hidrogen sianida HCN

2. Karbon monoksida CO
3. Karbon dioksida CO2
4. Sulfur dioksida SO2

5. Hidrogen fosfida PH3


6. Sulfuryl fluoride SO2F2
7. Kloropikrin CCl3NO2
ATRAKTAN DAN REPELEN

ATRAKTAN (Bahan Penarik Tikus)


 Urine tikus betina yang sedang birahi
 Kelapa dibakar
 Lemak hewan dibakar

REPELEN (Bahan Pengusir Tikus)


 Kulit rusa Merkaptan (Sigung)
 Sulfur Bakterisida
 Kapur Karbol
 Kerosen Minyak peppermint
 Rempah-rempah (cabai, bawang, merica)
FAKTOR EKOLOGI/HUMAN MANAJEMEN TIKUS
1. Manajemen tikus harus ramah atau tidak merusak lingkungan
2. Manajemen tikus harus kompatibel satu sama lain dan kompatibel
dengan manajemen OPT lainnya dan manajemen tanaman
3. Musuh alami tikus (predator dan patogen) harus aman untuk non target
animal / species dan terutama manusia
4. Intervensi manusia dalam manajemen tikus harus memerhatikan
animal welfare atau perikemanusiaan hewan (perikehewanan)
tidak menyakiti tikus
Contoh: Perangkap/jebakan tikus dengan lem sudah dilarang di UK karena
dianggap menyiksa tikus tangkapan
Penggunaan racun kronis sudah dilarang di US
karena tikus mati perlahan-lahan tanpa disadarinya
FAKTOR EKONOMIKA DALAM MANAJEMEN TIKUS
1. Biaya yang dikeluarkan dalam manajemen tikus harus di bawah
kehilangan hasil
2. Perhatikan rasio biaya dan manfaat (B/C Ratio)
3. Harga perangkap atau pengusir tikus atau predator atau patogen atau
rodentisida masih terjangkau oleh konsumen/praktisi
4. Kekuatan bahan-bahan atau alat-alat yang digunakan dalam manajemen
tikus harus memerhitungkan biaya ini
5. Bisnis tikus sebagai alternative income
FAKTOR SOSIO-KULTURAL DALAM MANAJEMEN TIKUS
1. Manajemen tikus harus dapat diterima oleh masyarakat setempat
2. Manajemen tikus tidak bertentangan dengan keyakinan/agama masyarakat setempat
3. Manajemen tikus harus memberikan dampak sosial positif bagi kehidupan masyarakat

Contoh: Sebagian masyarakat di pantai selatan P. Jawa tidak berani membunuh tikus sawah
dengan racun karena ada kepercayaan bahwa tikus yang tersisa akan membalas dendam
sehingga petani di sana lebih memanfaatkan musuh alami tikus

Anda mungkin juga menyukai