Asuhan Kebidanan PNC Fisologi Jurhana

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEBIDANAN FISIOLOGIS

PADA NY “R” P1A0 POST PARTUM HARI KE 1


DI PMB JURHANA

Disusun Oleh:

JURHANA

NIM : 202006090022

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS KADIRI

2021
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN FISIOLOGIS


PADA NY “R” P1A0 POST PARTUM HARI KE 1
DI PMB JURHANA

Atas nama mahasiswa :

NAMA : Jurhana

NIM : 202006090022

Telah disahkan pada tanggal :

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik/CI

Huda Rohmawati, SST,M.Keb Nurjamila Mansyur M,S.ST

5
6

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta keluar sampai alat-alat
kandungan kembali normal seperti sebelum hamil.Selama masa pemulihan
berlangsung, ibu akanmengalami banyak perubahan fisik maupun
psikologis.Perubahan tersebut sebenarnya bersifat fisiologi, namun jika tidak ada
pendampingan melalui asuhan kebidanan, akanberubah menjadi patologis.
Sehingga sudah menjadi tujuan para tenaga kesehatan untuk melakukan
pendampingan secara berkesinambungan agar tidak terjadi berbagai masalah,
yang mungkin saja akan menjadi komplikasi masa nifas (Purwati,2012).
Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan risiko yang dihadapi
ibuselama kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh status gizi ibu,
keadaansosial ekonomi, keadaan kesehatan yang kurang baik menjelang
kehamilan,kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran,
tersedianya danpenggunaan fasilitas pelayanan kesehatan ternasuk pelayanan
prenatal danobstetri. Tingginya angka kematian ibu menunjukkan keadaan sosial
ekonomi yang rendah dan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan
prenatal dan obstetri yang rendah pula(Dinas Kesehatan Provinsi jawa
tengan,2012).
Masa nifas merupakan masa yang paling rawan bagi ibu, sekitar terjadi
60% kematian ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir 25% dari kematian ibu
pada masa nifasyang terjadi pada 24jam pertama setelah persalinan
(Saleha,2009).Faktor penyebab kematian ibu dibagi menjadi dua yaitu faktor
penyebab langsung dan tidak langsung. Faktor penyebab langsung kematian ibu
di Indonesia masih didominasi oleh perdarahan, eklampsia dan infeksi.
Sedangkan faktor yang tidak langsung penyebab kematian ibu adalah masih
banyaknya kasus 3 Terlambat 4 Terlalu. Penyebab langsung kematian ibu di
Indonesia adalah perdarahan 28%, eklampsia24%, infeksi11%, partus lama 5%,
aborsi5%, dan lain-lain 27%, yang didalam terdapat penyulit pada kehamilan dan
penyulit pada masa persalinan (Departemen Kesehatan RI,2010).
7

AKI di Indonesia tahun 2012 berdasarkan Survei Demografi dan


Kesehatan Indonesia (SDKI) sebesar 359/ 100.000 kelahiran hidup.Angka
tersebut mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan SDKI tahun 2007,
dimana AKI sekitar 228/ 100.000 kelahiran hidup.Diperkirakan setiap tahunnya
300.000 ibu di dunia meninggal saat melahirkan.Penyebab kematian ibu
diantaranya adalah perdarahan nifas sekitar 26,9%,kematian ibu di Indonesia
sebesar 650 ibu tiap 100.000 kelahiran hidup dan 43% dari angka tersebut di
sebabkan oleh perdarahan postpartum karena atonia uteri (Depkes RI, 2011).

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian diatas, maka rumusan masalahnya adalah “ Bagaimana Asuhan
Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny. “R” P1A0 post partum hari I fisiologi di PMB
Jurhana?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Penulis mampu menggambarkan asuhan kebidanan ibu hamil secara
komprehensif meliputi aspek biopsikososio spiritual pada ibu hamil
fisiologis.
1.3.2 Tujuan Khusus
a) Mampu melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada
ibu hamil secara komprehensif.
b) Mampu menyusun diagnosa asuhan kebidanan pada ibu hamil
secara komprehensif
c) Mampu merencanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil
secara komprehensif
d) Mampu melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif
e) Mampu melakukan evaluasi asuhan kebidanan pada ibu hamil
secara komprehensif.
8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan dari Sumber Pustaka

2.1.1 Pengertian Masa Nifas

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas

berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saleha 2009,2)

Masa nifas adalah masa sesudah kelahiran bayi, plasenta, serta selaput

yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum

hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Muhaeminah 2003,2).

Periode Pascapartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput

janin (menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus

reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil (Varney 2007,958).

Masa Nifas (puerperium) adalah masa nifas mulai setelah partus selesai

dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genital baru

pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan

(Wiknjosastro 2006, 237).

Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, dan

berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saifuddin 2006,122).

2.1.2 Tujuan Asuhan MasaNifas

Asuahan kebidanan masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan yang

diberikan pasien mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai dengan

kembalinya tubuh dalam keadaan seperti sebelum hamil atau mendekati


9

keadaan sebelum hamil. Adapun tujuan dari pemberian asuhan kebidanan

pada masa nifas adalah sebagai berikut:

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupunpsikologik.

b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,

mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupunbayi.

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi,

keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya

dan perawatan bayisehat.

d. Memberikan plelayanan keluarga berencana (Saifuddin 2006, 122).

2.1.3 Tahapan MasaNifas

Tahapan yang terjadi pada masa nifas ada 3 periode :

a. Periode immediate post partum

Yaitu masa segera setelah plasenta lahir sampai 24 jam. Pada masa ini

sering terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan karena atonia uteri.

b. Periode early post partum (24 jam-1minggu)

Pada fase ini bidan memastikan involusio uteri dalam keadaan normal,

tidak ada pendarahan, lokhia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup

mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui denganbaik.

c. Periode late post partum (1 minggu-5 minggu)

Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan

sehari- hari serta konseling KB.

2.1.4 Peran Bidan pada MasaNifas

Peran bidan pada masa nifas adalah sebagai berikut :

a. Memberikan dukungan yang terus menerus selama masa nifas yang baik dan

sesuai dengan kebutuhan ibu agar mengurangi ketegangan fisik dan psikologis
10

selama perasalinan dannifas.

b. Sebagai promotor hubungan yang erat antara ibu dan bayi secara fisik dan

psikologis.

c. Mengkondisikan ibu untuk menyusui bayinya dengan cara meningkatkan

rasanyaman.

2.1.5 Perubahan Fisiologis MasaNifas

1. Perubahan yang terjadi pada sistemreproduksi

a. Involusio atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus

kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses

ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos

uterus.

b. Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina

dalam masanifas.

c. Lochia Rubra (Cruenta): berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban,

sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekonium selam dua hari

masapersalinan.

d. Lochia Sanguilenta: berwarna coklat, sedikit darah dan lender. Hari ketiga

sampai ketujuh pascapersalinan.

e. Lochia Serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari

ketujuh sampai empat belas pascapersalinan.

f. Lochia Alba: cairan putih setelah 2 minggu pasca persalinan (Muchtar

1998,116).

2. Uterus

Setelah janin dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi pusat, segera

setelah plasenta lahir, tinggi fundus uteri ± 2 jari dibawah pusat dan beratnya

kira-kira 200 gram. Pada hari ke 5 post partum uterus kurang lebih setinggi 7

cm diatas simfisis dan beratnya ± 500 gram dan setalah 12 hari uterus tidak
11

dapat diraba lagi di atas simfisis dan beratnya menjadi 300 gram, setelah 6

minggu post partum, berat uterus menjadi 40 – 60 gram (Wiknjosastro 2006,

238).

3. Serviks

Setelah persalinan bentuk serviks agak menganga seperti corong

berwarna merah kehitaman. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk ke

rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui 1 jari (Mochtar 1998, 116).

4. Vulva danvagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat

besar selama proses persalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6 – 8

minggu post partum. Penurunan hormon estrogen pada masa post partum

berperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae.

Rugae akan terlihat kembali sekitar minggu ke – 4. (Wulandari 2009,

80)

5. Endometrium

Perubahan pada endometrium adalah timbulnya thrombosis,

degenerasi, dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Pada hari pertama tebal

endometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan

desidua, dan selaput janin setelah tiga hari mulai rata, sehingga tidak ada

pembentukan jaringan parut pada bekas implantasi plasenta (Saleha 2009, 56).

6. Rasa sakit (afterpains)

Hal ini disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2 – 4 hari

pasca persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal. ini dan

bila terlalu mengganggu dapat diberikan obat – obat anti sakit dan anti mules

(Mochtar 1998, 116).


12

7. Perubahan yang terjadi padaPayudara

Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara

alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologis, yaitu sebagai

berikut :

Selama Sembilan bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh dan

menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi baru lahir.

Setelah melahirkan ketika hormon yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi

untuk menghambatnya kelenjar pituitary akan mengeluarkanprolaktin

(hormone laktogenik). Sampai hari ketiga setelah melahirkan, efek prolaktin

pada payudara mulai bisa dirasakan. Pembuluh darah payudara menjadi

bengkak terisi darah sehingga timbul rasa hangat, bengakak dan rasa sakit.

Sel-sel acini yang menghasilkan ASI juga mulai berfungsi. Ketika bayi

mengisap puting, reflex saraf merangsang lobus posterior pituitary untuk

menyekresi hormone oksitosin. Oksitosin merangsang reflex let down

(mengalirkan), sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus laktiferus

payudara ke duktus yang terdapat pada putting. Ketika ASI dialirkan karena

isapan bayi atau dengan pompa sel-sel acini terangsang untuk menghasilkan

ASI lebih banyak. Reflex ini dapat berlanjut sampai waktu yang cukup lama

(Saleha 2009 58).


13

8. Perubahan tanda-tandavital

a. Tekanandarah

Segera setelah melahirkan, banyak wanita mengalami peningkatan

sementara tekanan darah sistolik dan diastolic yang kembali secara spontan ke

tekanan darah sebelum hamil selama beberapa hari. Bidan bertanggung jawab

dalam mengkaji resiko preeklamsia pascapartum, komplikasi yang relative jarang

tetapi serius, jika peningkatan tekanan darah signifikan.

b. Suhu

Suhu maternal kembali normal dari suhu yang sedikit meningkat selama

periode intrapartum dan stabil dalam 24 jam pertama pascapartum.

c. Nadi

Denyut nadi yang meningkat selama persalinan akhir, kembali normal

setelah beberapa jam pertama pascapartum. Hemoragi, demam selama persalinan

dan nyeri akut atau persisten dapat mempengaruhi proses ini. Apabila denyut nadi

di 100 selama puerperium, hal. tersebut abnormal dan mungkin menunjukkan

adanya infeksi atau hemoragi pascapartum lambat.

c. Pernapasan

Fungsi pernapasan kembali pada rentang normal wanita selama jam pertama

pascapartum. Nafas pendek, cepat atau perubahan lain memerlukan evaluasi

adanya kondisi-kondisi seperti kelebihan cairan, eksaserbasi asma dan embolus

paru (Varney 2007, 961).

9. Perubahan pada SistemPencernaan

Biasanya ibu mengalami obtipasi setelah melahirkan anak. Hal ini disebabkan

karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan

kolon menjadi kosong, pengeluaran yang berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi),

kurang makan, haemorroid, laserasi jalan lahir. Supaya buang air besar kembali teratur
14

dapat diberikan diit atau makanan yang mengandung serat dan pemberian cairan yang

cukup. Bila usaha ini tidak berhasil dalam waktu 2 atau 3 hari dapat ditolong dengan

pemberian huknah atau gliserin spuit atau diberikan obat laksan yang lain. (Wulandari

dkk. 2009, 80).

10. Perubahan pada SistemPerkemihan

Hendaknya buang air kecil dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-kadang

puerperium mengalami sulit buang air kecil, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala

janin dan spasme oleh iritasi muskulus sfingter ani selama persalinan, juga oleh karena

adanya edema kandung kemih yang terjadi selama persalinan. Kadang-kadan oedema

dari trigonium menimbulkan obtruksi dari uretra sehingga sering terjadi retensio urin.

Kandung kemih dalam puerperium sangat kurang sensitife dan kapasitasnya bertambah,

sehinga kandung kemih penuh atau sesudah buang air kecil masih tertinggal urin residu

(normal ± 15 cc). Sisa urin dan trauma pada kandung kencing pada waktu persalinan

memudahkan terjadinya infeksi (Wulandari dkk. 2009,81).

11. Perubahan pada SistemMusculoskeletal

Ligament, fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan.

Setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga

tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi rettrofleksi, karena ligament rotundum

menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6 – 8 minggu setelah

persalinan. Sebagai akibat putusnya serat-serat elastic kulit dan distensi yang

berlangsung lama akibat besarnya uterus pada saat hamil, dinding abdomen masih lunak

dan kendur untuk sementara waktu. Pemulihan dibantu dengan latihan (Saleha 2009,

59).

12. Perubahan pada SistemEndokrin

a. Oksitosin

Oksitosin dikeluarkan dari kelenjar otak bagian belakang (posterior), bekerja


15

terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Selama tahap tiga persalinan, oksitosin

menyebabkan pemisahan plasenta. Kemudian seterusnya bertindak atas otot yang

menahan kontraksi, mengurangi tempat plasenta dan mencegah pendarahan. Pada

wanita yang memilih menyusui bayinya, isapan sang bayi merangsang keluarnya

oksitosin lagi dan ini membantu uterus kembali kebentuk normal dan membantu

pengeluaran ASI (Wulandari 2009, 83).

b. Prolaktin

Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar pituitari

bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin, hormon ini berperan dalam

pembesaran payudara untuk merangsang produksi ASI. Pada wanita yang menyusui

bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi dan pada permulaan ada rangsangan folikel

dalam ovarium yang ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui bayinya, tingkat

sirkulasi prolaktin menurun dalam 14 – 21 hari setelah persalinan, sehingga

merangsang kelenjar bawah depan otak yang mengontrol ovarium ke arah

permulaan pola produksi estrogen dan progesteron yang normal, pertumbuhan

folikel, ovulasi dan menstruasi (Saleha 2009,60).

c. Estrogen danprogesterone

Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan memparuhi lamanya

ia mendapatkan menstruasi. Seringkali menstruasi pertama itu bersifat anovulasi

yang dikarenakan rendahnya kadar estrogen dan progesterone. Diantara wanita

laktasi sekitar 15% mempengaruhi menstruasi selama 6 minggu dan 45% setelah 12

minggu. Diantara wanita yang tidak laktasi 40% menstruasi setelah 6 minggu, 65%

setelah 12 minggu dan 90% setelah 24 minggu. Untuk wanita laktasi 80%

menstruasi pertama anovulasi dan untuk wanita yang tidak laktasi 50% siklus

pertama anovulasi. (Wulandari dkk. 2009,83).


16

13. Perubahan pada Sistem Kardiovaskuler

Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300 – 400 cc. Bila kelahiran

melalui sectio caesaria kehilangan darah dapat dua kali lipat. Perubahan terdiri dari

volume darah dan haemokonsentrasi. Apabila pada persalinan pervaginam

haemokonsentrasi akan naik dan pada sectio caesaria haemokonsentrasi cenderung stabil

dan kembali normal setelah 4 – 6 minggu. Setelah melahirkan shunt akan hilang dengan

tiba-tiba. Volume darah ibu relatife akan bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan

beban pada jantung dan dapat menimbulkan dekompensasi kordis pada penderita vitium

cordial. Untuk keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan

timbulnya haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala.

Umumnya hal. ini terjadi pada hari ketiga sampai hari kelima post partum (Wulandari

dkk. 2009, 85 –86).

14. Perubahanhematologi

Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta

faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama post partum, kadar

fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan

peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah. Leukositosis

yang meningkat dimana jumlah sel darah putih dapat meningkat mencapi 15000 selama

persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari pertama dari masa post partum. Jumlah

sel darah putih tersebut masih bisa naik lagi sampai 25000 atau 30000 tanpa adanya

kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama. Jumlah hemoglobin,

hematokrit dan eritrosit akan sangat bervariasi pada awal-awal masa post partum sebagai

akibat dari volume darah, volume plasenta, dan tingkat volume darah yang berubah-ubah.

Semua tingkatan ini akan dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi wanita tersebut. Kira-

kira selama kelahiran dan masa post partum terjadi kehilangan darah sekitar 200 – 500

ml. Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan diisolasikan dengan
17

peningkatan hematoktrit dan hemoglobin pada hari ke 3 – 7 post partum dan akan kembali

normal dalam 4 – 5 minggu post partum (Wulandari dkk. 2009).

2.1.6 Perubahan Psikologis pada MasaNifas

Secara psikologis, setelah melahirkan seorang ibu akan merasakan gejala-gejala

psikiatrik demikian juga pada masa menyusui. Meskipun demikian, adapula ibu yang tidak

mengalami hal ini. Agar perubahan psikologi yang dialami tidak berlebihan, ibu perlu

mengetahui tentang hal. yang lebih lanjut. Wanita banyak mengalami perubahan emosi

selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Pentingsekali

sebagai seorang bidan untuk mengetahui tentang penyesuaian psikologis yang normal

sehingga ia dapat menilai apakah seorang ibu memerlukan asuhan khusus pada masa nifas

ini, suatu variasi atau penyimpangan dari penyesuaian yang normal yang umum terjadi

(Wulandari dkk. 2009, 87).

Hal-hal yang membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas adalah sebagai berikut

a. Fungsi yang mempengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi

menjadiorangtua.

b. Respon dan dukungan dari keluarga dan temandekat.

c. Riwayat pengalaman hamil dan melahirkansebelumnya.

d. Harapan, keinginan, dan aspirasi ibu saat hamil jugamelahirkan.

Periode ini diekspresikan oleh Reva Rubin yang terjadi pada tiga tahap berikut:

a. Talking InPeriod

Terjadi 1 – 2 hari setelah persalinan, biasanya masih pasif dan sangat bergantung pada

orang lain, fokus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman

melahirkan dan persalinan yang dialami, serta kebutuhan tidur dan nafsu makan

meningkat.

b. Talking HoldPeriod
18

Berlangsung 3 – 4 hari post partum, ibu lebih berkonsentrasi pada kemampuannya

dalam menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini

ibu menjadi sangat sensitife, sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat

untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu.

c. Letting GoPeriod

Dialami setelah ibu dan bayi tiba di rumah. Ibu mulai secara penuh menerima tanggung

jawab sebagai “seorang ibu” dan menyadari atau merasa kebutuhan bayi sangat

bergantung pada dirinya (Saleha 2009, 63- 64).

2.1.7 Perawatan dan Pengawasan Masa Nifas

1. Ambulasidini

Ambulasi dini adalah kebijaksanaan agar secepat mungkin bidan membimbing ibu

post partum bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin untuk

berjalan.

Keuntungan early ambulation adalah :

a. Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan earlyambulation.

b. Faal dan kandung kemih lebihbaik.

c. Early ambulation memungkinkan kita mengajarkan ibu cara merawat anaknya

selama ibu masih di rumah sakit. Misalnya memandikan, mengganti pakaian, dan

memberi makan.

d. Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia (sosial early ambulation ekonomis),

menurut penelitian-penelitian yang seksama, tidak mempunyai pengaruh yang

buruk, tidak menyebabkanpendarahan yang abnormal, tidak mempengaruhi

penyembuhan luka episotomy atau luka di perut, serta tidak memperbesar

kemungkinan prolapsus. Early ambulation tentunya tidak dibenarkan pada ibu post

partum dengan penyulit, misalnya anemia, penyakit jantung, penyakit paru-paru,


19

demam, dan sebagainya.

2. Nutrisi dancairan

Pada masa nifas masalah diit perlu mendapat perhatian yang serius, karena dengan

nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi

susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu, begizi tinggi, cukup kalori, tinggi

protein dan banyak mengandungcairan.

Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan agar gizi sebagai berikut :

a. Mengkomsumsi tambahan 500 kalori tiap hari menjadi ± 2700 – 3000kalori.

b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin

yang cukup.

c. Minum sedikitnya 3 liter air tiaphari.

d. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya selama 40 hari

pascapersalinan.

e. Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A kepada

bayi melaluiASI.

3. Personalhygiene

Pada masa nifas, seorang ibu sangat rentan terhadap penyakit infeksi. Oleh

karena itu kebersihan diri sangat penting untuk mencagah terjadinya infeksi.

Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur dan lingkungan sangat penting untuk menjaga

kebersihan dari ibu nifas adalah :

a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutamaPerineum.

b. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.

Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan daerah disekitar vulva terlebih

dahulu, dari depan ke belakang, kemudian membersihkan daerah sekitar anus.

Anjurkan ibu untuk membersihkan vulva setiap kali setelah BAB atauBAK.

c. Sarankan ibu untuk menggati pembalut atau kain pembalut setidaknya 2 kali
20

sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan

di bawah matahari dan disetrika.

d. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah

membersihkan daerahkelaminnya.

e. Jika ibu mempunyai luka episiotomy atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk

menghindari menyentuh daerahtersebut.

4. Istirahat dan tidur

Hal yang bisa dilakukan pada ibu untuk memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur

adalah:

a. Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.

b. Saran ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahan-

lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayitidur.

Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapahal.:

a) Mengurangi jumlah ASI yangdiproduksi.

b) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak pendarahan.

c) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawatbayi dan dirinya

sendiri.

5. Aktivitasseksual

Aktivitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu masa nifas harus memenuhi syarat

sebagai berikut :

a. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah

berhenti dan ibu dapat memasukkan satu dua jarike dalam vagina tanpa rasa nyeri,

maka ibu aman untyuk memulai melakukan hubungan suami istri kapanpun ibu

siap.

b. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai

waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan.


21

Keputusan ini bergantung pada pasangan yang bersangkutan.

6. Eliminasi

a. BAK

Ibu diminta untuk buang air kecil (BAK) 6 jam post partum, jika dalam 8 jam post

partum belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100 cc, maka

dilakukan kateterasi. Akan tetapi, kalau ternyata kandung kemih penuh, tidak

perlu 8 jam untuk kateterisasi.

b. BAB

Ibu post partum diharapkan dapat buang air besar (BAB) setelah hari kedua post

partum. Jika hari ketiga belum juga BAB, maka perlu diberi obat pencahar per

oral atau per rectal. Jika setelah pemberian obat pencahar masih belum bisa

BAB, maka dilakukan klisma (huknah) (Saleha 2009, 71 – 75).

7. Perawatanpayudara

Menjaga payudara tetap bersih dan kering serta menggunakan BH yang menyokong

payudara, jika puting susu lecet oleskan colostrum atau ASI yang keluar pada sekitar

puting susu setiap kali selesai menyusui dan tetap menyusukan pada putting susu yang

lecet, apabila lecet sangat berat istirahatkan selama 24 jam dan untuk menghindari nyeri

dapat minum parasetamol 1 kaplet setiap 4 –6 jam (Saifuddin2006,128).

2.3 Tinjauan Manajemen Asuhan Kebidanan

Proses manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah asuhan kebidanan yang dimulai

dengan pengumpulan data dasar yang diakhiri dengan evaluasi. Tahapan dalam proses
22

manajemen asuhan kebidanan ada 7 langkah yaitu :

a. Pengkajian dalam pengumpulan data dasar yang lengkap untuk menilai keadaan klien.

Yang termasuk data dasar adalah riwayat kesehatan klien, pemeriksaan fisik, dan catatan

riwayat kesehatan yang lalu dan sekarang, pemeriksaan laboratorium. Semua data tersebut

di atas harus memberikan informasi yang saling berhubungan dari semua sumber dan

menggambarkan kondisi ibu yang sebenarnya.

b. Identifikasi diagnose/masalahactual.

Menginterprestasikan data secara spesifik mengenai diagnose dan masalah. Kata

diagnose dan masalah selalu digunakan namun keduanya mempunyai pengertian yang

berbeda. Masalah lebih sering berhubungan dengan apa yang dialami oleh seseorang,

menguraikan suatu kenyataan yang ia rasakan sebagai suatu masalah. Sedangkan

diagnose lebih sering diidentifikasi oleh bidan yang berfokus pada apa yang dialami

olehklien.

c. Antisipasi diagnosa/masalahpotensial

Dari kumpulan masalah dan diagnosa, identifakasi faktor-faktor potensial yang

memerlukan antisipasi segera tindakan pencegahan jika memungkinkan atau waspada

sambil menunggu dan mempersiapkan pelayanan untuk segala sesuatu yang mungkin

terjadi.

d. Evaluasi perlunya tindakansegera/kolaborasi

Proses manajemen kebidanan dilakukan secara terus menerus selama klien dalam

perawatan bidan. Proses terus menerus ini menghasilkan data baru segera dinilai. Data

yang muncul dapat menggambarkan suatu keadaan darurat dimana bidan harus segera

bertindak untuk menyelamatkan klien.

e. Rencana asuhan kebidanan

Rencana tindakan konfrehensif bukan hanya meliputi kondisi klien serta hubungannya
23

dengan masalah yang dialami klien akan tetapi meliputi antisipasi dengan bimbingan

terhadap klien, serta konseling, bila perlu mengenai ekonomi, agama, budaya, atau

masalah psikologis. Rencana tindakan harus disetujui klien, oleh sebab itu harus

didiskusikan dengan klien. Semua tindakan yang diambil harus berdasarkan rasional

yang relevan dan diakui kebenarannya serta situasi dan kondisi tindakan harus dianalisa

secara teoritis.

f. Pelaksanaan asuhan kebidanan (Implementasi)

Pelaksanaan rencana asuhan kebidanan (Implementasi) dilaksanakan oleh bidan dan

sebagian dilaksanakan oleh ibu sendiri, dan anggota tim kesehatan lainnya berdasarkan

rencana yang ditetapkan.

g. Evaluasi asuhan kebidanan

Langkah akhir kebidanan adalah evaluasi, namun sebenarnya evaluasi ini dilakukan

pada setiap langkah kebidanan. Pada tahap evaluasi bidan harus mengetahui sejauh mana

keberhasilan asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien. (Wulandari, D dkk 2009

hal. 131).

BAB III

TINJAUAN KASUS
24

I. PENGKAJIAN
Tangal: 08 Maret 2021 Jam:16.30 wita oleh: Jurhana
A. Data Subyektif
1. Identitas
Nama klien :Ny”R” Nama suami :Tn”S”
Umur :18 thn Umur :19 th
Suku/bangsa :Mandar/Indonesia Suku/bangsa :Mandar/Indonesia
Agama :Islam Agama :Islam
Pendidikan :SMP Pendidikan :SMA
Pekerjaan :IRT Pekerjaan :Petani
Alamat :Dusun Tura Pasangkayu
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan post partum hari ke 1 dan tidak mempunyai keluhan.
3. Riwayat menstruasi
Sirklus menstruasi :28 hari Menarche :14 tahun
Lama :7 hari HPHT :20-7-2020
Warna :Merah TP :27-4-2021
Bau :Tidak berbau Disminorhe :Tidak
4. Riwayat pernikahan
Umur menikah : 17 tahun
Lama menikah : 1 tahun
5. Riwayat kehamilan,persalinan,nifas yang lalu
No Suami Uk Jns.pers Penolong BB/PB H/M P/L Meneteki Kb
ke
1 - - - - - - - - -
6. Riwayat Kb : -
7. Riwayat kesehatan
Ibu mengatakan bahwa ia tidak menderita penyakit menular,menahun dan menurun seperti
jantung ,hipertensi ,asma ,DM,ginajal ,hipertensi ,TBC dan gemelli.

8. Riwayat penyakit keluarga


Ibu mengatakan bahwa ia dan keluarganya tidak ada yang menderita penyakit kronis seperti
jantung,hipertensi,DM,ginhjal,hepatitis,TBC dan gemeli.
9. Pola kehidupan sehri-hari
25

a. Pola nutrisi
• Selama hamil :makan 3x sehari berupa nasi dan lauk pauk dengan porsi sedang
kadang-kadang ditambah buah dan minum 6-8 gelas/hari
• Selama nifas :makan 3x sehari berupa nasi dan lauk pauk dengan porsi sedang
kadang-kadang ditambah buah dan minum 8-9 gelas/hari
b. Pola eliminasi
• Selama hamil :BAB 1x/hari, BAK 7-8x/hari
• Selama nifas :BAB 1x/hari,BAK 5-6x/hari
c. Pola istirahat
• Selama hamil : tidur siang 2jam sehari, tidur malam 8 jam/hari
• Selama nifas : :tidur siang 1 jam sehari , tidur makam 6 jam/hari
d. Personal hygine
• Selama hamil :mandi 3xsehari
• Selama nifas :mandi 2x sehari
10. Data psikososial
a. Respon ibu terhadap kelahiran bayi
Ibu mengatakan bahagia dengan kelahiran bayinya.
b. Recana menyusui bayi
Ibu mengatakan akan menyusui bayinya selama 2 tahun, dan setelah 6 bulan akan ditambakah
MP-ASI
c. Tingkat pengetahuan ibu
Ibu mengatakan sudah mengerti tentang manfaat ASI dan cara merawat payudara.
d. Rencana mengasuh bayi
Ibu mengatakan akan mengasuh bayinya dan akan dibantu oleh keluarganya.
e. Rencana KB
Ibu mengatakan akan merundingakn dengan suaminya.
f. Kebiasaan masyarakat sekitar
Ibu mengatakan tidak ada budaya dimasyarakatnya yang di taati.

B. Data Obyektif
a. Pemeriksaan
Kesadaran :Composmetis
KU :Baik
26

TB/BB :155cm/60 kg
TD :110/70 mmHg
N :80x/menit
S :36,7ºC
RR :25x/menit
Perdarahan :20cc
Lochea :Sanguilenta (merah kecoklatan, berlendir)

b. Pemeriksaan fisik
Kepala :kulit kepala bersih,rambut hitam tidak rontok.
Wajah :tidak ada odema,konjungtiva merah muda,sclera putih
Mulut dan gigi :tidak ada stomatitis ,tidak ada caries gigi
Leher :tidak ada pembesaran kelenjar tyroid,limfe dan vena jugularis.
Payudara :simetris,payudara ,membesar areola hyperpigmentasi,putting susu
menonjol,
Abdomen :tidak ada luka bekas SC,TFU bertambah kecil ,kontraksi baik
konsistensi keras.
Luchea :Sanguilenta ,jumlah ±10cc,bau anyir ,konsistensi cair,
Perineum :ada luka jahitan,bersih,tidak ada oedema,warna merah kehitaman,tidak
ada PUS
Anus :tidak hemoroid
Ekstermitas :tidak ada varises ,idak ada oedem
c. Data penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium :Tidak dikaji
2. Hasil konsuktasi :Tidak dikaji
3. Data kehamilan dan persalinan sekarang
Umur kehamilan :37 minggu 4 hari
Penyulit :Tidak ada
Periksa kehamilan :5 kali

Proses Persalinan
• Kala I :8 jam
• Kala II :30 menit
• Kala III :5 menit
27

• Kala IV :2 jam
4. Keadaan bayi setelah lahir
Jenis kelamin :Laki-laki
BB/TB :3200 gram / 48cm
Kelainan kogenital :Tidak ada

II. INTERPRESTASI DATA


Diagnosa :P1 A0 post partum 1 hari fisiologi
DS :Ibu mengatakan post partum hari ke 1 dan tidak mempunyai keluhan
DO: kesadaran :Composmetris
KU :Baik
TD :100/70 mmHg
N :80x/menit
S : 36,7ºC
RR :25x/menit
TFU :Bertambah kecil
Kontraksi :Baik
Konsistensi :Keras
Perdarahan : ±10cc
Lochea :Sanguilenta (merah kecoklatan, berlendir)

III. MASALAH/DIAGNOSA POTENSIAL


-
IV. TINDAKAN SEGERA
-
V. INTERVENSI
Tanggal/jam :8 April 2021 / 16.40 wita
Tujuan :Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan tidak terjadi komplikasi
nifas pada ibu.
Kriteria :TTV ibu dalam batas normal, ibu dan bayi dalam keadaan baik.
No Intervensi Rasional
1 Jalin komunikasi terapeutik Agar klien lebih kooperatif dengan petugas
2 Jelaskan hasl pemeriksaan pada Agar klien mengetahui keadaanya.
klien
28

3 Berikan HE tentang: Agar ibu mamapu menjaga kondisinya dan


a) Kebutuhan nutrisi ibu dan bayi.
bayi
b) Asi eksklusif
c) Perawatan BBL
d) Pemberitahuan tidak
boleh tarak
e) Personal hygine
f) Perawatan luka jahit
perineum
g) Perawatan nifas dan
perawatan payudara,
h) Tanda bahaya nifas
4 Berikan obat –obat untuk nifas Agar rasa nyerinya berkurang , luka jahitan
cepat kering.
5 Follow up agar ibu mengetahi kapan harus kunjungan
ulang

VI. IMPLEMENTASI
Tgl/Jam Implementasi
8-4-2021/ 1) Jalin komunikasi terapeuitik agar klien lebih kooperatif
16.45 wita 2) Menjelaskan hasil pemeriksaan pada klien bahwa klien dalam
keadaan baik.
3) Memberikan He agar meningkatkan pengetahuan klien.
a) Kebutuhan nutrisi ibu dan bayi: menganjurkan ibu untuk
makan yang banyak mengandung nutrisi untuk
mempercepat pulihan ibu dan pemebrian nutrisi bayi dengan
pemberian asi eksklusif 2 jam sekali atau sewaktu-waktu
bayi menagis.
b) Asi eksklusif: pemberian asi eksklusif selama 6 bulan dan
sebelum 6 bulan jangan di tambah makan lainya.
c) Perawatan BBL: tetap selalu menjaga kehangatan bayi dan
kasih topi bayi agar tidak menurun dan selalu mengganti
29

kasa bayi tiap 2x sehari dengan kasa kering tanpa di kasih


antibiotik.
d) Pemberithuan tidak tarak: untuk mempercepat kepulihan ibu
dan selalu makan yang banyak nutrisi dan selalu makan
apapun,selagi tidak membahayakan bayi dan bayinya.
e) Eliminasi: menganjurkan ibu supaya BAB apabila ingin
BAB jangan ditahan agar tidak semakin keras.
f) Istirahat: memberitahu ibu untuk istirahat yang culup.karena
kurang tidur akan mempengaruhi jumlah
ASI,memperlambat proses ovulasi.
g) Personal hygine: menganjurkan ibu untuk sering menganti
pembalut apabila sudah terasa penuh dan mandi 2x sehari.
h) Perawatan nifas dan perawatan payudara : menganjurkan
selalu menjaga kebersihan luka jahitan dan
payudara.perawatan payudara dapat dilakukan saat mandi
ibu bisa mengkompres dengan air hangat.
i) Perawatan luka peerinium : dengan cara lepas semua
pembalut dan cepat dari arah depan kebelakang ,gunakan
waslap yang sudah dikasih dan diberi sabun kemudian
gosokkan secara perlahan keseluruhan lokasi luka jahitan
dan tidak perlu takut nyeri , bilas dengan air kemudian
gosokkan pembalut baru serta celanan dalam yang bersih.
j) Tanda bahaya masa nifas: memberitahukan ibu tanda bahaya
masa nifas meliputi perdarahan yang banyak,berbau
busuk,sakit kepala yang hebat,pandangan mata
kabur,bengkak pada wajah dan tangan.
4) Berikan obat amocillin dam asammefenamat 3x1/hari untuk
menghilangkan nyeri pada jahitan dan mempercepat kering.
5) Follow up 1 minggu kemuian untuk melihat luka jahitan perineum.

VII. EVALUASI

Tanggal :8 April 2021 jam 17.00 wita oleh : Jurhana

S :Ibu mengatakan sudah mengerti penjelasan bidan.


30

O : Kesadaran :Composmetis
KU :Baik
TD :110/80 mmHg
N :80x/menit
S : 36,7ºC
RR :25x/menit
TFU :Bertambah kecil
Kontraksi :Baik
Konsistensi :Keras
Perdarahan : ±10cc
Lochea :rubra

A :P1 A0 post partum hari I

P :a. Ibu mengetahui dan memahami penjelasan bidan

b. Ibu mengetahui kapan harus kontrol ulang

Terapi:

• Asam mefenamat 3x1/hari


• Amoxicillin 3x1/hari
Follow up kemudian 1 minggu setelah pemeriksaan atau sewaktu-waktu
ada keluhan.

DAFTAR PUSTAKA

Cendikia. Wiknjosastro,H. “Ilmu Kebidanan”. 2006. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka-SP


31

Cunnigham F, Gary, et al. 2005. “Masa Nifas “, Obstetri Williams, edisi 21, EGC,Jakarta, hal

447,459,467

Dinkes Propinsi Sulawesi Selatan tahun 2010, online. Diakses tanggal 26 Februari 2011.

JNPK-KR. 2008. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal, Buku Acuan. Ed.4 revisi. Jakarta:

Jaringan Nasional Pelatihan Klinik-Kesehatan Reroduksi.

Mochtar, Rustam. 2004. Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Prawihardjo, S. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. 2006. Jakarta

: Yayasan Bina Pustaka-SP

Saifuddin, A. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. 2006. Jakarta :

Yayasan Bina Pustaka-SP

Saleha S. 2009. “Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas”. Salemba Medika. Jakarta. Salma, dkk.

2006. “Asuhan Kebidanan Antenatal”. Buku Kedokteran. Jakarta.

Varney, H. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. 2007. Jakarta : EGC.

Wulandari,D. “Asuhan Kebidanan Nifas”. 2009. Jogjakarta : Mitra

Anda mungkin juga menyukai