Laporan Akhir

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN AKHIR

BAB I

PENDAHULUAN

I.a LATAR BELAKANG


Setiap kegiatan dalam masing-masing bidang program yang ada, prosesnya
dilaksanakan secara bertahap yaitu melalui tahap Perencanaan, Pelelangan,
Pelaksanaan konstruksi fisik / Pengawasan serta Pemeliharaan / Perawatan.
Tahapan Pembuatan Perencanaan merupakan tahap yang sangat menentukan sehingga
dalam pelaksanaannya perlu diserahkan / ditugaskan kepada pihak ketiga yaitu
Konsultan Perencana. Konsultan Perencana akan membantu BALAI TAMAN NASIONAL
KOMODO dalam membuat / menyusun perencanaan tiap-tiap kegiatan.

Pihak ketiga (perusahaan jasa konsultansi) diharapkan akan merencanakan


dalam bentuk Gambar rencana teknis bangunan lengkap Uk. A3; Rencana Kerja dan
Syarat-syarat (RKS); Rencana kegiatan dan volume pekerjaan; Rencana anggaran biaya
(RAB); Laporan perencanaan arsitektur, struktur, utilitas lengkap dengan perhitungan-
perhitungan yang diperlukan, yang nantinya akan dipakai sebagai pedoman dasar
dalam rangka rencana rehabilitasi pembangunan, sarana dan prasarana fisik bangunan
sesuai dengan sasaran yang diinginkan sehingga diperoleh suatu bangunan yang
berfungsi dengan baik dan berkualitas, sehingga dapat memenuhi kriteria teknis
bangunan yang layak dari segi mutu, biaya, dan kriteria administrasi bagi bangunan
gedung negara.

I.b MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud Perencanaan ini sebagai Petunjuk bagi konsultan perencanaan yang
memuat masukan, azas, kriteria, keluaran dan proses yang harus dipenuhi dan
diperhatikan serta diinterprestasikan ke dalam pelaksanaan tugas perencanaan.

Dengan penugasan ini diharapkan penyedia Jasa konsultan dapat melaksanakan


tanggung jawabnya dengan baik untuk menghasilkan keluaran yang memadai dan
diharapkan memenuhi kriteria teknis bangunan yang layak dari segi mutu dan biaya.

Tujuan perencanaan ini adalah untuk mendapatkan suatu pedoman tahapan


pelaksanaan yang sistimatis sehingga mudah dilakukan kontrol dan evaluasi pada
masing-masing tahapan tersebut, dan juga untuk mendapatkan suatu produk desain /

2
LAPORAN AKHIR

rancangan Perencanaan Renovasi dan Penambahan Luas Kantor Balai TN Komodo yang
berkualitas dan mempunyai struktural yang sesuai dengan fungsi bangunan tersebut.

I.c PENDEKATAN DESAIN

1) Studi Literatur
Pendekatan yang dilakukan dengan cara mengambil dari bahan - bahan
pustaka yang ada, seperti perpustakaan umum, perpustakaan pribadi, dan
internet.

2) Studi Banding
Pendekatan yang dilakukan dengan cara membandingkan proyek dan tema
sejenis yang ada. Studi banding ini selain dilengkapi dengan gambar-
gambar juga berisikan poin "hal-hal yang dapat dipelajari".

3) Wawancara dan Pengamatan Lapangan


Pendekatan yang dilakukan dengan cara mendapatkan data dari
sumbernya secara langsung yang memang dapat dipercaya akan
kebenarannya dan dapat mendukung kasus proyek.

I.d SASARAN
Sasaran dari pekerjaan Jasa Konsultansi ini adalah :
a. Adanya data-data Eksisting perencanaan rehabilitasi ulang lengkap
dan akurat sebagai hasil survey, identifikasi dan observasi yang
mendalam dan memenuhi syarat teknis.
b. Adanya kontribusi pemahaman dan hasil karya yang beranjak dari
perumusan dan pengkajian secara konsepsional berdasarkan data
dan kondisi yang faktual, serta mampu mengakomodir sebagai
kepentingan maupun keinginan pemilik serta pengguna bangunan
dalam hal ini Balai Taman Nasional Komodo.
c. Adanya hasil perencanaan Renovasi dan Penambahan Luas Kantor
Balai TN Komodo yang dapat digunakan secara optimal serta
memenuhi syarat fungsional, dengan tetap memperhatikan faktor
efisiensi dan efektifitas dalam pelaksanaannya.

3
LAPORAN AKHIR

I.e LINGKUP KEGIATAN


Kegiatan Perencanaan Renovasi dan Penambahan Luas Kantor Balai TN Komodo
meliputi :
a) Kegiatan Perencanaan
Kegiatan perencanaan ini meliputi :
1. Mengumpulkan data dan informasi
2. Membuat pra rencana dan estimasi biaya
3. Menyusun rencana detail seperti membuat draft gambar, gambar-
gambar detail, dokumen pengadaan jasa / RKS, rincian volume
pelaksanaan pekerjaan, RAB Pekerjaan Konstruksi, dan Menyusun
Laporan Akhir Perencanaan
4. Membantu proyek / panitia dalam proses pelelangan / pengadaan
jasa konstruksi, seperti membantu menyusun dokumen pelelangan
dan membantu menyusun progran dan pelaksanaan pengadaan jasa
konstruksi
5. Membantu proyek / panitia dalam tahap pengadaan jasa konstruksi,
dalam hal ini pada waktu tahap pemberian penjelasan pekerjaan,
membantu dalam evaluasi penawaran, menyusun kembali dokumen
pelelangan dan melaksanakan tugas-tugas yang sama bila terjadi
Lelang ulang.
b) Lokasi Perencanaan
Kegiatan jasa konsultansi perencanaan ini berlokasi di Kantor BALAI
TAMAN NASIONAL KOMODO yang beralamat di JL. Kasimo, Labuan Bajo,
Manggarai Barat, NTT.

c) Lingkup Pekerjaan
Dalam kegiatan jasa konsultansi Perencanaan diperlukan pendataan-
pendataan meliputi ;
 Data Eksisting

 Data Utilitas kawasan sekitar lokasi perencanaan

 Data harga bahan bangunan setempat

 Data upah pekerja bangunan setempat

4
LAPORAN AKHIR

d) Lingkup Analisa
Adapun lingkup kegiatan analisis meliputi ;
 Analisa perilaku pemakai / pengguna

 Analisa kebutuhan dan hubungan ruang kegiatan dalam bangunan

 Analisa struktur bangunan

 Analisa Estetika bangunan

 Analisa bahan bangunan

 Analisa harga satuan

5
LAPORAN AKHIR

BAB II

GAMBARAN UMUM

II.a GAMBARAN UMUM


Pada bangunan gedung publik, keandalan bangunan gedung merupakan
syarat mutlak yang harus terpenuhi. Oleh karena itu, perlu peningkatan perhatian
dalam hal renovasi dan penambahan luas terhadap bangunan gedung yang ada.
Diperlukan standar berkaitan dengan kegiatan renovasi dan penambahan luas
bangunan untuk mencapai hasil yang optimal, meliputi perencanaan, organisasi,
penjadwalan, pelaksanaan, dan pengendalian. Renovasi pada bangunan gedung secara
umum mengacu pada serangkaian intervensi yang bertujuan untuk mengembalikkan
kondisi dengan memperbaiki kerusakan yang dialami semua bangunan seiring
berjalannya waktu, meningkatkan standar keselamatan dan kenyamanan, serta
menjadikan bangunan tersebut sejalan dengan standar estetika baru. Peningkatan
prasarana gedung perkantoran sangat diperlukan sejalan dengan semakin pesatnya
pertumbuhan sosial ekonomi pada hampir seluruh wilayah di Indonesia.
Pembangunan prasarana gedung perkantoran sangat menentukan dalam menunjang
tercapainya laju pertumbuhan ekonomi.

Pembangunan prasarana gedung perkantoran berupa peningkatan atau


renovasi gedung perkantoran sesuai dengan perkembangan kebutuhan akan
pertambahan pelayanan ekonomi kepada masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan
sarana dan prasarana aparatur serta untuk meningkatkan kinerja, maka kegiatan
renovasi dan penambahan luas kantor balai sangat dibutuhkan didalam kegiatan
operasional perkantoran, sehingga pemenuhan kebutuhannya sangat menunjang
kelancaran kegiatan.

Dalam rangka menyiapkan dokumen perencanaan maka sesuai dengan


amanat Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 12
Tahun 2021 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Melalui Penyedia Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Jasa Konstruksi Melalui Penyedia,
terutama Lampiran II Point II .2.1.3 Penetapan PPK menetapkan spesifikasi
teknis/KAK yang telah disetujui oleh PA/KPA berdasarkan hasil reviu. Penetapan
spesifikasi teknis/KAK dicantumkan dalam Dokumen Spesifikasi Teknis/KAK, maka

6
LAPORAN AKHIR

spesifikasi teknis digunakan untuk pekerjaan RENOVASI DAN PENAMBAHAN LUAS


KANTOR BALAI Pada Satker Balai Taman Nasional Komodo Tahun Anggaran 2024.

II.a.1 Alasan Pengembangan Program Studi


Terdapat beberapa alasan STPDN menyelenggarakan berbagai program
pendidikan baik yang bersifat diploma atau profesional maupun akademik yaitu:
 Alasan program studi: Ditinjau dari sudut substansi pendidikan, STPDN
diberi otoritas untuk menyelenggarakan program pendidikan
Profesional dan Akademik, namun selama ini baru melaksanakan
program Diploma IV Pemerintahan. Padahal dengan adanya Otonomi
Daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab, diperlukan ahli-ahli
pemerintahan daerah pada tingkat Magister.
 Alasan yuridis: Ditinjau dari kebijakan pendidikan tinggi kedinasan
lembaga pendidikan di lingkungan Departemen Dalam Negeri serta
berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku (PP Nomor
60 Tahun 1999), terdapat cukup alasan yuridis untuk mempertahankan
dan mengembangkan STPDN dengan membuka pendidikan S2.
 Alasan akademik: Ditinjau dari segi akademik, STPDN saat ini mempunyai
otoritas, kapasitas dan kapabilitas untuk mengembangkan disiplin
pemerintahan sebagai ilmu dan keahlian. Jumlah dan kualitas tenaga
pengajar, perpustakaan maupun dukungan sarana maupun prasarana
pendidikan untuk mengembangkan program-program lain di luar
program D-IV cukup memadai.
 Alasan historis: STPDN yang berawal dari dua puluh APDN daerah
berdasarkan KEPRES No. 42 Tahun 1992, mempunyai pengalaman luas
dan strategis dalam pengelolaan pendidikan tinggi di jajaran
Departemen Dalam Negeri, yang sejak awal mempunyai komitmen untuk
mendidik kader Pimpinan Pemerintahan (Pamong Praja), melalui
pendekatan Akademik dan Praktis. Untuk kepentingan tersebut,
kurikulum disusun, disesuaikan dan ditingkatkan berdasarkan
kebutuhan dan tuntutan keilmuan, keterampilan dan kepribadian guna
melaksanakan tugas di lingkungan Pemerintahan Dalam Negeri secara
proporsional dan profesional.
 Alasan empiris: Alumni STPDN Program D-III dan D-IV sampai Angkatan
Ke-XII berjumlah 8.496 orang dengan penugasan yang tersebar pada

7
LAPORAN AKHIR

seluruh provinsi di Indonesia. Di antara mereka secara terbatas sudah


melanjutkan S1 dan S2 di Perguruan Tinggi Negeri atau Swasta. Mereka
pada umumnya telah menduduki jabatan pada jenjang menengah ke
bawah pada jajaran pemerintahan provinsi maupun daerah
kabupaten/kota. Dengan demikian terbuka peluang untuk menampung
hasrat alumni untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi
sesuai tuntutan kebutuhan kedinasan.
(Sumber : Wikipedia)

8
LAPORAN AKHIR

BAB III

PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA

III.a UMUM
Bab tentang Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja “Renovasi dan
Penambahan Luas Kantor Balai TN Komodo (Konsultan Perencanaan)” , terdiri
atas 3 (tiga) bagian :
a) Pendekatan Teknis dan Metodologi.
Dalam bagian pendekatan teknis dan metodologi ini akan dijelaskan
pemahaman konsultan terhadap tujuan proyek/kegiatan, lingkup serta jasa
konsultansi yang diperlukan, metodologi kerja dan uraian detil mengenai
keluaran, dimana konsultan akan mencermati permasalahan yang akan
dicarikan jalan keluar atau solusinya, dan menjelaskan pendekatan teknis yang
akan diadopsi untuk menyelesaikan permasalahan. Selanjutnya akan
memaparkan metodologi yang diusulkan dan kesesuaian metodologi tersebut
dengan pendekatan yang digunakan.

b) Program Kerja
Dalam bagian program kerja ini akan diusulkan kegiatan utama dari
pelaksanaan pekerjaan, substansinya dan jangka waktu, pentahapan dan
keterkaitannya, target dan sasaran, dan tanggal jatuh tempo penyerahan
laporan-laporan. Program kerja yang diusulkan diharapkan konsisten dengan
pendekatan teknis dan metodologi, dan menunjukkan pemahaman terhadap
Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan kemampuan untuk menerjemahkannya ke
dalam rencana kerja. Program kerja ini akan selalu konsisten dengan Jadwal
Pelaksanaan Pekerjaan.

c) Organisasi dan Personil


Dalam bagian organisasi dan personil ini akan diusulkan struktur dan komposisi
tim. Peserta harus menyusun bidang-bidang pokok dari pekerjaan, tenaga ahli
inti sebagai penanggung jawab, dan tenaga pendukung.

9
LAPORAN AKHIR

III.b PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI


III.b.1 Pemahaman Terhadap Maksud dan Tujuan Kegiatan
Menurut KAK kegiatan “Renovasi dan Penambahan Luas Kantor Balai TN Komodo
(Konsultan Perencanaan)”, maksud kegiatan ini adalah tersedianya Renovasi dan
Penambahan Luas Kantor Balai TN Komodo sebagai wadah pelayanan kepada calon-
calon pemimpin bangsa dalam rangka memberikan kenyamanan, keamanan bagi
pemakainya.

Berdasarkan Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang berfungsi sebagai petunjuk bagi
Konsultan Perencana yang memuat masukan, azas, kriteria dan proses yang harus
dipenuhi atau diperhatikan dan diinterprestasikan dalam pelaksanaan tugas.
Dengan penugasan ini diharapkan Konsultan Perencana dapat melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya dengan baik untuk menghasilkan keluaran yang dimaksud.

Untuk mencapai tujuan sesuai sasaran yang ditentukan di dalam kerangka Acuan
Kerja maka sebelum dibuat metode terperinci perlu ditentukan lebih dahulu
prinsip-prinsip dasar dan penyederhanaan pelaksanaan. Harus lebih dahulu
dipastikan tujuan dan prinsip yang benar sehingga keputusan yang akan diambil
dapat mencapai sasaran. Tanpa hal ini maka program yang dilaksanakan
kemungkinan akan gagal dan tidak efisien selama pelaksanaannya sehingga tujuan
akhir tidak tercapai.

Sangat diperlukan membuat identifikasi dan mengerti ruang lingkup, pekerjaan


yang akan dilaksanakan nantinya sebelum memutuskan metode pelaksanaan yang
diperlukan.

Untuk mencapai tujuan sesuai sasaran yang ditentukan di dalam Kerangka Acuan
Kerja maka sebelum dibuat metode terperinci perlu ditentukan lebih dahulu
prinsip-prinsip dasar dan penyederhanaan pelaksanaan. Harus lebih dahulu
dipastikan tujuan dan prinsip yang benar sehingga keputusan yang akan diambil
dapat mencapai sasaran. Tanpa hal ini maka program yang dilaksanakan
kemungkinan akan gagal dan tidak efisien selama pelaksanaannya sehingga tujuan
akhir tidak tercapai.

Sangat diperlukan membuat identifikasi dan mengerti ruang lingkup, pekerjaan


yang akan dilaksanakan nantinya sebelum memutuskan metode pelaksanaan yang
diperlukan.

10
LAPORAN AKHIR

III.b.2 Metodologi Pelaksanaan


Berdasar dari lingkup pekerjaan yang telah disampaikan melalui Kerangka Acuan
Kerja agar didapat hasil yang sesua dengan tujuan utama pekerjaan, maka dalam
penyusunan desain ini akan dilakukan metode :

1) Studi Observasi
Studi ini berupa pengumpulan data untuk diolah dalam perancangan ini.
Pada proses pekerjaan perencanaan ini data yang dibutuhkan antara lain,
diagram rancangan kebutuhan ruang, satuan keperluan ruang sehingga
didapatkan luas bangunan yang dibutuhkan, dan penggunaan ruang.

2) Studi Literatur
Adalah kajian penulis atas referensi-referensi yang ada baik berupa buku
maupun karya-karya ilmiah yang berhubungan dengan pekerjaan
perenceanaan ini. Beberapa referensi yang dibutuhkan untuk perancangan
ini antara luasan kebutuhan yang dibutuhkan setiap orang yang dibutuhkan
untuk melakukan aktifitasnya disesuaikan dengan tingkat pekerjaannya.
Studi literature juga dilakukan melalui internet untuk mencari literature
mengenai contoh bangunan kantor yang baiks dan mampu diterapkan di
Indonesia dan tentu saja menyesuaikan dengan kondisi Indonesia.

3) Analisa data dan Perancangan


Pengolahan data dan analisa data yang kemudian digunakan sebagai
masukan dalam penghitungan secara manual dan dengan program simulasi
bangunan seperti Autodesk Ecotect Analysis maupun Design Builder untuk
menganalisis kesesuaian suhu dengan kebutuhan serta perancangan
instalasi dengan program AutoCad.

3) Studi Bimbingan
Konsultan dalam proses perencanaan pembangunan ini bersama pemberi
tugas yang merupakan pengguna gedung kantor merupakan sumber data
dan masukan sebagai penyesuaian desain dengan keinginan pengguna
bangunan.

11
LAPORAN AKHIR

III.b.3 Pendekatan Perencanaan


1) PENDEKATAN ENVIRONMENTAL (Green Building Concept)
a. Permasalahan Konsumsi Energi dan Polusi di Indonesia
Masyarakat modern yang berbasis pada teknologi mengkonsumsi energi
dalam jumlah yang besar. Di Indonesia, bagian terbesar dari energi yang
digunakan berasal dari energy fosil yang tidak dapat diperbarui untuk
memproduksi listrik. Kondisi ini menimbulkan beberapa problem, yaitu:

- Nasional
Laju pertumbuhan pemakaian energi di Indonesia dalam kurun
waktu 1985-2000 mencapai rata rata 7%/tahun (bandingkan dengan
pemakaian energi di dunia rata rata 1,2%/tahun, negara negara
APEC 2,6%/tahun) yang diakibatkan beberapa faktor yaitu jumlah
penduduk, pertumbuhan ekonomi dan tingkat kehidupan
masyarakat.
- Global
Proses pembakaran energi fosil menjadi listrik menimbulkan gas
buang CO2 dalam jumlah besar yang dilepaskan ke atmosfer secara
konstan dan terus menerus yang pada akhirnya menimbulkan efek
rumah kaca yang mengakibatkan pemanasan global (global
warming).

Saat ini Jakarta merupakan kota dengan kualitas udara yang berada pada
urutan ketiga terburuk dunia setelah Meksiko dan Panama, dan
peningkatan polusi udara tersebut mengakibatkan penurunan produkifitas
dan peningkatan pembiayaan kesehatan yang berarti terjadinya
pemborosan anggaran keuangan negara.

b. Sustainable Design
Sustainable design (desain berkelanjutan) merupakan reaksi dari krisis
lingkungan global. Sustainable design (juga mengarah pada green design, eco
design, atau design for environment) adalah seni mendesain objek fisik dan
lingkungan sekitarnya untuk keseimbangan prinsip berkelanjutan dengan
aspek ekonomi, sosial, dan ekologi.

12
LAPORAN AKHIR

c. Sustainable Construction Elements Sumber: Sustainable Design and


Constructions
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung mendorong
pembangunan bangunan ber-arsitektur lokal terasa lebih ramah lingkungan
dan selaras dengan lingkungan asal. Desain bangunan (green building) hemat
energi, membatasi lahan terbangun, layout sederhana, ruang mengalir, kualitas
bangunan bermutu, efisiensi bahan, dan material ramah lingkungan (green
product). Bangunan hijau mensyaratkan layout desain bangunan (10 persen),
konsumsi dan pengelolaan air bersih (10 persen), pemenuhan energi listrik (30
persen), bahan bangunan (15 persen), kualitas udara dalam (20 persen), dan
terobosan inovasi (teknologi, operasional) sebesar 15 persen.

Skala bangunan dan proporsi ruang terbuka harus memerhatikan koefisien


dasar bangunan (KDB) dan koefisien dasar hijau (KDH) yang berkisar 40-70
persen ruang terbangun berbanding 30-60 persen untuk ruang hijau untuk
bernapas dan menyerap air.
d. Tingkat Sustainable Bangunan
Ke-sustainable-an suatu bangunan dipengaruhi oleh banyak faktor. Diantaranya
adalah tolak ukur yang digunakan The Leadership in Energy and Environment
Design (LEED) System menggunakan beberapa faktor yang harus dianalisa
terlebih dahulu sebelum merencanakan sebuah desain bangunan beserta
lingkungannya, yaitu:
- Site planning
- Efficient water consumption
- Energy and atmosphere
- Materials and resource protection
- Indoor air quality
- Innovativeness and design/contruction process
e. Penerapan Teori Sustainable
Desain arsitektur adalah sebuah proses untuk mewujudkan sebuah visi.
Menerapkannya dalam langkah nyata dengan pemilihan material dan arsitektur
adalah sebuah proses untuk mewujudkan sebuah visi. Menerapkannya dalam
langkah nyata dengan pemilihan material dan penentuan sistem struktur yang
layak dan sesuai dengan karakter site-nya. Hal yang dapat dilakukan dengan
beberapa tahapan, yaitu:

13
LAPORAN AKHIR

- Menganalisa keadaan lingkungan alamnya, seperti topografi, karakter


iklim, keadaan tanah dan hidrologinya, flora dan faunanya, serta keadaan
udaranya.
- Belajar dengan mengamati spirit of the place, lansekap, dan
kebudayaannya.
- Harmonisasi dengan masyarakat setempat, hal ini karena biasanya
bangunan tidak berdiri sendiri

2) SUISTAINABLE DESIGN
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam suistainable desain adalah:
a. Site
Site merupakan faktor besar dalam penentuan sebuah desain. Berbagai
faktor berpengaruh tergantung pada site.
- Landform/Microclimate
Sumber panas utama bagi permukaan bumi adalah matahari
(Jacobson, 2002). Setelah melewati atmosphere bumi sinar matahari
diurai menjadi komponen- komponen antara lain sinar inframerah
yang menyebabkan naiknya suhu dipermukaan bumi. Semua bagian
setting yang menghambat sinar matahari baik dalam bentuk
gelombang panjang maupun energi thermal dianggap dapat
mengurangi suhu di permukaan bumi. Oleh karena itu dapat
dihipotesakan bahwa suhu di suatu lingkungan akan dipengaruhi oleh
bayangan yang ditimbulkan oleh bangunan dan vegetasi.

- Topography
Dengan mengetahui topografi lahan akan memudahkan penentuan
solusi desain bangunan. Perataan lahan akan mempermudah desain
bangunan yang sama tinggi. Namun disisi lain dengan adanya
perbedaan ketinggian tanah, akan memberi kesan yang menarik dan
berfariasi pada lingkungan. Pada tapak yang memiliki perbedaan
ketinggian atau topografi miring, pengelompokan bangunan
cenderung ditempatkan secara informal sesuai dengan kondisi
konturnya. Dalam pemecahan perancangan secara tradisional
(konvensional) pada puncak bukit, efek dari bentuk bangunan terlihat

14
LAPORAN AKHIR

secara nyata yaitu jalan-jalan dan bagian depan bangunan berbentuk


kurva yang secara teratur mengikuti kontur.

- Light-colored surfacing
Penggunaan warna dinding diberi warna muda karena mampu
menyerap sebagian radiasi matahari dengan baik daripada warna
gelap. Bahan pelapis dengan warna terang dapat mengurangi cooling
load hingga 40 %. Untuk permukaan gedung dapat dipilih material
yang cenderung memantulkan panas daripada menyerapnya.
Atau material yang mempunyai kemampuan insulasi yang tinggi
sehingga panas tidak masuk ke dalam interior bangunan.

- Vegetative cooling
Membuat hijau di sekitar gedung/bangunan dengan memberi banyak
lahan tanaman, hal in dapat dilakukan dengan memberikan
pepohonan di halaman depan, belakang atau tengah gedung/bangunan
(bila sudah terlanjur tidak ada halaman tanahnya, dapat diberikan
tanaman dalam pot) agar terjadi penyaringan udara yang masuk ke
gedung tersebut, sehingga terdapat udara yang lebih segar. Dapat juga
dengan memberikan unsur tanaman/pepohonan pada atap
gedung/bangunan, hal ini sudah mulai banyak dilakukan. Sehingga
berguna agar sinar matahari tidak dipantulkan tapi dapat diserap oleh
tumbuhan tersebut dan udara di bawah atap juga tidak terlalu panas.

- Wind buffering/channeling
Dalam perencanaan orientasi tidak hanya perlu memperhatikan sinar
matahari yang mengakibatkan panas saja, melainkan juga arah angin
yang memberi kesejukan. Udara yang bergerak atau angin mampu
menurunkan suhu dan mempercepat proses penguapan sehingga
memberikan efek penyegaran. Kecepatan angin yang nikmat yaitu
yang memiliki batas kecepatan 0,1- 0,15m/secon.

- Menempatkan Vegetasi sebagai Penyegar dan Penghalang matahari.

15
LAPORAN AKHIR

Gambar 2. Peletakan Vegetasi Sebagai Penyejuk


Sumber : Dasar-dasar eko-arsitektur

- Pemakaian kisi-kisi pada bukaan


- Pemanfaatan wing-wall, untuk mengarahkan angina masuk ke dalam
bangunan.

Gambar 3. Wing Wall Pada Jendela


Sumber: Ecology of The Sky

- Evaporative cooling
Kecepatan aliran udara yang lebih rendah menghasilkan penurunan
temperatur dan efektifitas lebih tinggi serta memerlukan laju
penguapan air lebih rendah. Semakin tinggi temperatur dan semakin
rendah RH, udara masuk semakin besar penurunan temperatur dan
efektifitas evaporative cooler; temperatur air yang rendah membuat
laju penguapan air berkurang. Evaporative cooler dan Air
Conditioner dapat dikolaborasikan untuk membuat pendingin
ruangan yang ramah lingkungan dan hemat energi serta udara yang
dihasilkan karena kaya Oksigen sangat baik dipakai terutama di
rumah sakit.

16
LAPORAN AKHIR

Gambar 4. Cara kerja Evaporative cooling


Sumber: www.pinnacleint.com

3) Site Design
- Solar orientation
Orientasi bangunan terhadap sinar matahari yang paling cocok dan
menguntungkan terdapat sebagai kompromi antara letak gedung berarah
dari timur ke barat dan yang terletak tegak lurus terhadap arah angin. Dari
hasil penelitian Ken Yeang didapatkan bahwa untuk iklim tropis, bangunan

umumnya memiliki orientasi ke utara - selatan dan serong 5 0 dari sumbu


utara -selatan. Maka, mengorientasikan bangunan pada arah utara-selatan
di iklim tropis dengan menegakluruskan arah datangnya angin bisa menjadi
salah satu solusi.

Gambar 5. Orientasi Bangunan Pada Iklim Tropis

Pemakaian beranda (veranda) sebagai ruang transisi dan ruang pelindung


dari panas matahari serta penggunaan sunshading juga dapat menjadi salah
satu strategi yang dapat digunakan dalam mensiasati arah datangnya sinar

17
LAPORAN AKHIR

matahari dan angin.

Gambar 6. Horizontal Shade (Kiri) dan Louvre System (Kanan)


Sumber: solarviews.com
- Pedestrian orientation
Orientasi pedestrian didefinisikan sebagai rancangan lingkungan dalam
sekala manusia. Bangunan harus didesain untuk menciptakan perbedaan
level dengan jalan dan memberi kenyamanan bagi pejalan kaki. Pintu,
pedestrian, jendela, dan elemen pendukung jalan harus diperhitungkan
untuk menciptakan kenyamanan bagi pejalan kaki dan memberi ruang yang
cukup.

Gambar 7. Pedestrian
Sumber: unionco.org

18
LAPORAN AKHIR

Kenyamanan pedestrian dapat ditingkatkan dengan memperhatikan desain


bangunan, lokasi, sempadan, dan orientasi.

Gambar 8. Perletakan pedestrian


Sumber: unionco.org

Berjalan akan terasa nyaman jika pembangunan memakai dimensi yang


tepat. Kesesuaian ini dapat dilihat ketika seorang anak berjalan dengan
aman atau seseorang merasa nyaman bersepeda dan juga seseorang
berjalan menuju kantor nya. Sebuah pedestrian harus menawarkan
berbagai rute untuk menuju keberbagai tempat pilihan. Diperlukan ruang
khusus pemberhentian pada pedestrian untuk mengatasi kepadatan dan
juga sebagai tempat istirahat bagi yang kelelahan. Pohon perindang
sepanjang jalan akan menambah rasa nyaman bagi pejalan kaki. Ruang
pedestrian yang lapang akan memudahkan dan terasa menyenangkan.
Beberapa hal yang diperlukan dalam pedestrian:
 Keselamatan dan kenyamanan; pedestrian yang dekat dengan tempat
tujuan dan jelas antara batasan pedestrian dan juga terdapat tempat
penyeberangan.
 Tujuan; berbagai pilihan tujuan yang ditawarkan yang dapat
diakses melalui pedestrian.
 Menyenangkan; terdapat pohon, tempat pemberhentian dan
elemen-elemen pendukung jalan.

19
LAPORAN AKHIR

- Micro climatic building/siting


Iklim mikro adalah variasi iklim di suatu tempat di sekitar bangunan.
Iklim mikro memiliki dampak yang sangat penting dalam penggunaan
energi dan kinerja dari sebuah bangunan. Solusi ideal untuk merancang
bangunan yang hemat energi adalah dengan mendapatkan akses matahari
penuh namun mendapat perlindungan dari unsur-unsur alam yang
berbahaya.
Beberapa hal yang mempengaruhi iklim mikro adalah:
 Orientasi bangunan
 Lokasi objek disekitarnya
 Kondisi landskap sekitar

Iklim mikro berpengaruh terhadap penentuan bentuk bangunan dan


bagaimana bangunan tersebut diletakkan disuatu lokasi dan perletakan
lokasi ruangan dalam gedung. Zonasi dan orientasi bangunan dapat
memiliki dampak yang besar pada pola konsumsi energi bangunan. Pohon
dapat memberikan naungan ketika cahaya dan panas matahari terlalu
kuat.

4) Infrastructure Efficiency
- Water supply and use
Sumber air pada umunya berasal dari PDAM dan juga sumur air. Sumber air
dimanfaatkan se-efisien mungkin sehingga dapat mengurangi pemakaian
air yang tidak perlu. Sumber air baik dari PDAM maupun dari sumur
setempat merupakan air tanah. Pemanfaatan dengan efisien akan
mengurangi dampak pengurangan air tanah secara berlebihan.
Sumber air yang berasal dari air olahan limbah selain mengurangi biaya
pembelian di PDAM juga mengurangi pemakaian yang berlebihan.
- Wastewater collection
Membuat sistem pengolahan limbah domestik seperti air kotor (black
water, grey water) yang mandiri dan tidak membebani sistem aliran air
kota. Sistem pengolahan limbah ini berdiri sendiri dan memiliki sistem
pengolahan limbah mandiri. Limbah- limbah yang sudah terolah akan

20
LAPORAN AKHIR

diresapkan kembali ke area pengolahan.


Sistem ini menguntungkan karena menambah jumlah air tanah di dearah
tersebut. Berbeda dengan sistem saluran air kota yang mengalirkan air ke
sistem pembuangan sehingga air tidak teresap ke tanah didearah tersebut.

Gambar 9. Wastewater collection


Sumber: ww2.co.fulton.ga.us
- Storm drainage
Strorm drainage bisa juga disebut sebagai saluran pembuangan kota.
Saluran ini memuat segala limbah buangan cair yang ada di jalan. Saluran
pembuangan ini berfungsi menampung air hujan yang turun dijalan untuk
mengatasi banjir. Saluran ini terpisah dengan saluran pembuangan limbah
rumah tangga.
Saluran pembuangan (storm drainage) selain menampung air hujan,
biasanya juga bercampur dengan oli atau bahan bakar bensin atau solar
yang tercecer di jalan. Pada bukaan penerimaan saluran diberi penutup
agar sampah sampah tidak masuk kedalam saluran. Sehingga tidak
mengganggu pembuangan.

21
LAPORAN AKHIR

Gambar 10. Storm drainage


Sumber: townofbethlehem.org

5) Energy Conservation
Terdapat enam prinsip dalam konstruksi yang berkelanjutan (Kibert, 1994),
yaitu:
1. Meminimalkan konsumsi sumber daya
2. Memaksimalkan pemanfaatan kembali (re-use) sumber daya
3. Menggunakan sumber daya yang terbarukan (renewable) dan
didaur ulang (recycleable)
4. Melestarikan lingkungan alam
5. Menciptakan lingkungan yang sehat dan tidak berbahaya
6. Menjadikan kualitas sebagai tujuan dalam membangun

6) Building Form and Configuration


Iklim Indonesia adalah iklim tropis. Sebuah bentuk bangunan diharapkan
mengacu pada aturan-aturan yang ada dalam membangunan bangunan tropis.
Sehingga meminimalisir bentuk yang merugikan dan menyesuaikan ukuran
ruang sesuai dengan kebutuhan namun tetap mengacu standard bangunan
tropis. Sehingga didapat efisiensi dalam bentuk, dan ukuran bangunan.
Bangunan jangan sampai memiliki bangunan yang gemuk. Sebisa mungkin
memiliki bangunan yang memanjang sehingga pengudaraan dan pencahayaan
alami dapat berjalan baik.

22
LAPORAN AKHIR

23

Anda mungkin juga menyukai