Respons Permintaan Pangan Terhadap Perta

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 18

RESPONS PERMINTAAN PANGAN TERHADAP

PERTAMBAHAN PENDUDUK DI SUMATERA BARAT

RESPONSE OF FOOD DEMAND TO POPULATION


INCREASE IN WEST SUMATERA
Rusda Khairati1dan Rahmat Syahni2
1,2
Universitas Andalas Padang
Kampus Limau Manis, Pauh, Padang 25163
Telp. (0751) 71581
Email: [email protected]

Naskah masuk: 1-11-2016 Naskah direvisi : 1-12- 2016 Naskah disetujui : 10-12-2016

Abstract
The objective of this research is to estimate the demand response ofmain food (rice, meat, egg,
and milk) to population increasein West Sumatera.To achieve this objective, we use multiple regression
analysis using secondary data of West Sumatera from 2002 to 2013. In this case we use the product
price, total population, and per kapita income asindependent variabels; and food demand as dependent
variabel. The result shows that only total population significantly influence the demandon rice, meat,
eggs, and milk, with coefficient of response8% for rice; 2.95% for meat; 4.37% for eggs, and14.03%
for milk.These numbers shows that the demand on food is very elastic to the increase of total
population. It means that the 1% increase on total population, would increase about 8% demand on
rice; about 2.95% demand on meat; 4.37% demand on eggs, and 14.03% demand on milk.
Keywords: Food demand, response of food demand, population increase

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menduga seberapa besar respons permintaan terhadap pangan
utama (padi-padian, daging, telur dan susu)terhadap pertambahan jumlah penduduk di Sumatera Barat.
Untuk mencapai tujuan penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis regresi
berganda dan perhitungan ukuran respons permintaandengan menggunakan data sekunder dari tahun
2002 sampai dengan 2013. Variabel bebas yang dianggap berpengaruh adalah harga produk, jumlah
penduduk dan pendapatan per kapita, sedangkan variabel terikat adalah permintaan terhadap
pangan.Dari hasil analisis ternyata hanya variabel jumlah penduduk yang berpengaruh signifikan
terhadap permintaan pangan padi-padian, daging, telur dan susu, dengan angka respons permintaan
berturut-turut 8% untuk padi-padian; 2,95% untuk daging; 4,37% untuk telur dan 14,03% untuk susu.
Angka ini menunjukkan bahwa permintaan pangan terhadap pertambahan penduduk sangat ela stis,
artinya jika penduduk bertambah 1%, maka permintaan meningkat 8% untuk pangan padi-padian;
2,95% untuk daging; 4,37% untuk telur; dan 14,03% untuk susu.
Kata Kunci: Permintaan pangan, respons permintaan pangan, pertambahan penduduk

PENDAHULUAN peningkatan kecerdasan masyarakat.


Pangan merupakan kebutuhan
Oleh karena itu ketersediaan pangan
dasar bagi manusia untuk dapat bertahan
merupakan prioritas utama yang harus
hidup. Ketersediaan pangan pada suatu
dipenuhi. Ketahanan pangan juga
wilayah sangat penting peranannya untuk
merupakan salah satu faktor utama
memenuhi permintaan penduduk bagi
dalam pembangunan nasional yaitu
pertumbuhan, pemeliharaan, dan
untuk membentuk manusia Indonesia
peningkatan derajat kesehatan serta
yang berkualitas, mandiri dan sejahtera,

19
Jurnal Pembangunan Nagari, Vol. 1 No. 2 Desember 2016

yang diwujudkan melalui ketersediaan diantaranya disebabkan karena di


pangan yang cukup, aman, bermutu, beberapa wilayah di Indonesia semakin
bergizi, beragam, tersebar merata, dan terbatasnya kapasitas produksi pangan.
terjangkau oleh masyarakat. Dijelaskan bahwa ada beberapa
Terpenuhinya ketersediaan pangan penyebab semakin terbatasnya
adalah hak asasi masyarakat dan kapasitas produksi pangan nasional:
sekaligus kewajiban pemerintah. 1) berlanjutnya konversi lahan pertanian
Melalui UU No 32 Tahun 2004 ke penggunaan non pertanian; 2)
(sebagaimana telah dirubah menjadi UU menurunnya kualitas dan kesuburan
No 23 Tahun 2014) Tentang lahan akibat kerusakan lingkungan; 3)
Pemerintahan Daerah, dan Peraturan semakin terbatas dan tidak pastinya
Pemerintah No. 38 Tahun 2007 Tentang ketersediaan air untuk produksi pangan
Pembagian Urusan Pemerintah antara akibat kerusakan hutan; 4) pemanfaatan
Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi sumberdaya air dengan sektor industri
dan Pemerintah Kabupaten /Kota dan pemukiman.
dijelaskan bahwa urusan ketahanan Sementara itu laju pertumbuhan
pangan merupakan urusan wajib penduduk yang tinggi di Indonesia
pemerintah berkaitan dengan pelayanan merupakan tantangan yang perlu
dasar dalam pemenuhan kebutuhan dihadapi. Laju pertumbuhan penduduk
hidup minimal. Sedangkan dalam yang tinggi, akan meningkatkan
penyelenggaraan ketahanan pangan, persaingan antara penyediaan kebutuhan
peran pemerintah provinsi dan lahan untuk produksi pangan dan untuk
kabupaten/kota adalah melaksanakan kebutuhan lainnya. Sejalan dengan
dan bertanggung jawab terhadap pertumbuhan penduduk, kebutuhan
penyelenggaraan ketahanan pangan di penduduk akan pangan juga semakin
wilayah masing-masing dan mendorong meningkat, karena besarnya jumlah
keikutsertaan masyarakat dalam penduduk terkait langsung dengan
penyelenggaraan ketahanan pangan. penyediaan pangan. Di sisi lain luas
Laju peningkatan kebutuhan pangan lahan pertanian semakin sedikit karena
lebih cepat dibandingkan dengan laju kebutuhan lahan untuk nonpertanian
peningkatan kemampuan produksinya juga terus meningkat seiring dengan
(www.foodsecurityatlas.org). Hal ini meningkatnya jumlah penduduk.

20
Jurnal Pembangunan Nagari, Vol. 1 No. 2 Desember 2016

Dari tahun ke tahun konsumsi dan Kabupaten Sijunjung, Kota Solok


pangan beras sebagai pangan utama dan Kota Sawahlunto, pertumbuhan
penduduk Indonesia selalu mengalami produksi padinya lebih kecil dari
peningkatan. Dengan prediksi jumlah pertumbuhan penduduk. Sedangkan
penduduk Indonesia 350 juta tahun 2030, Kabupaten Mentawai, Kabupaten
maka kebutuhan beras penduduk Sijunjung, Kabupaten Padang Pariaman,
meningkat mencapai angka 90-100 juta Kabupaten Lima Puluh Kota, Kota
ton per tahun (www.bps.co.id, 2010). Dari Padang, Kota Solok dan Kota
hasil penelitian Khairati (2014) terlihat Payakumbuh mengalami pertumbuhan
bahwa di beberapa kabupaten dan kota di produksi daging yang lebih kecil dari
Sumatera Barat telah terjadi penurunan pertumbuhan penduduknya.
pertumbuhan luas tanam padi, yaitu di Terjadinya ketidak seimbangan
Kabupaten Mentawai, Pesisir Selatan, pertumbuhan penduduk dengan
Kota Padang, Kota Solok dan kota Sawah pertumbuhan produksi pangan di hampir
Lunto, berturut turut -3,69; -0,58;-0,58; - semua kabupaten dan kota di Sumatera
4,25 dan -1,68 persen. Juga ditemukan Barat dapat menyebabkan kekurangan
bahwa di sebagian besar kabupaten dan pasokan pangan, atau terjadinya
kota di Sumatera Barat laju pertumbuhan kelebihan permintaan dibandingkan
penduduknya lebih tinggi dari laju penawaran pangan, sehingga mendorong
pertumbuhan luas tanam padi. Di peningkatkan harga, dan akhirnya dapat
Kabupaten Mentawai, Pesisir Selatan, menurunkan daya beli masyarakat di
Sawahlunto Sijunjung, Padang Pariaman, kabupaten dan kota yang bersangkutan,
Agam, dan Pasaman Barat pertumbuhan padahal pemenuhan konsumsi pangan
penduduknya lebih besar dari melalui penyediaan dalam negeri adalah
pertumbuhan luas tanam padi. lebih penting.
Di Sumatera Barat juga terjadi Jika kebutuhan pangan untuk
ketidak seimbangan pertumbuhan penduduk ini tidak dapat dipenuhi maka
produksi pangan dan pertumbuhan akan mengakibatkan Indonesia menjadi
penduduk. Hal ini terjadi tidak hanya negara pengimpor pangan. Untuk
untuk padi, tapi juga termasuk pangan mengantisipasi ketersediaan pangan
penting lain, seperti daging dan telur bagi penduduk, dengan bertambahnya
(Khairati, 2012). Di Kabupaten Mentawai jumlah penduduk dan meningkatnya

21
Jurnal Pembangunan Nagari, Vol. 1 No. 2 Desember 2016

penggunaan lahan untuk kebutuhan Respons permintaan adalah suatu


pertanian dan non pertanian, maka ukuran tingkat respons jumlah yang
penulis merasa perlu melakukan diminta dari suatu produk tertentu
penelitian untuk melihat seberapa besar terhadap perubahan salah satu variabel
respons perubahan permintaan pangan bebas yang mempengaruhi permintaan
penduduk terhadap pertambahan jumlah produk tersebut, yang dikenal dengan
penduduk setiap tahun. elastisitas (Pass, Bryan dan Leslie,
Berdasarkan latar belakang di atas, 1998). Sedangkan menurut Rahardja
masalah dalam tulisan ini difokuskan dan Mandala (2014), elastisitas
pada seberapa besar persen respons permintaan terhadap suatu barang
pertambahan permintaaan pangan padi- mengukur perubahan relatif dalam
padian, daging, telur dan susu jumlah unit barang yang dibeli sebagai
di Sumatera Barat dengan bertambahnya akibat perubahan salah satu faktor yang
jumlah penduduk. Tulisan ini bertujuan mempengaruhi permintaan (ceteris
untuk melihat besarnya respons paribus). Umumnya respons dikaitkan
permintaan penduduk terhadap pangan, dengan harga dan pendapatan yang
yaitu padi-padian, daging, telur dan susu diukur dengan elastisitas. Menurut
di Sumatera Barat teradap pertambahan Varian (1990), elastisitas permintaan
jumlah penduduk. mengukur derajat kepekaan jumlah
Secara teoritis, permintaan adalah barang yang diminta terhadap
keinginan yang disertai dengan perubahan harga.
kemampuan serta kesediaan untuk Rosyidi (1998) mendefinisikan
membeli (Rosyidi, 1998). Permintaan elastisitas sebagai suatu ukuran
penduduk terhadap suatu komoditi atau kepekaan yang menyatakan seberapa
barang akan dipengaruhi oleh beberapa jauh jumlah sesuatu barang yang
faktor, yaitu: 1) Harga barang yang diminta berubah karena adanya
bersangkutan, 2) Harga barang subsitusi, perubahan harga, jika semua hal yang
3) Harga barang komplemen, 4) Selera dapat menggeser kurva permintaan
penduduk, 5) Pendapatan rumah tangga, dianggap tetap. Hal-hal yang
6) Jumlah penduduk, dan 7) Ramalan mempengaruhi elastisitas adalah:
dimasa yang akan datang (Sukirno, 1) Ada atau tidaknya barang pengganti,
2002). 2) Luas atau sempitnya penggunaan

22
Jurnal Pembangunan Nagari, Vol. 1 No. 2 Desember 2016

barang tersebut, 3) Pentingnya barang 5.498.751 jiwa pada tahun 2020


yang bersangkutan bagi kehidupan, dan (BKKBN Sumatera Barat, 2015).
4) Sifat tahan lamanya sesuatu barang. Menurut Badan Ketahanan Pangan
Dari hasil penelitian Riyanto, Sumatera Barat (2015), produksi beras
Ridwansyah, dan Umiyati (2013) Sumatera Barat terus mengalami
didapatkan bahwa perubahan jumlah kanaikan, rata-rata 3-5% per tahun,
penduduk lebih elastis terhadap namun lonjakan pertumbuhan penduduk
permintaan beras.Dijelaskan juga bahwa juga terjadi, sehingga kebutuhan pangan
variabel yang paling berpengaruh dalam juga meningkat. Selain jumlah penduduk
peningkatan permintaan beras adalah yang selalu naik, lahan persawahan juga
jumlah penduduk. Permintaan beras mengalami penurunan karena beralih
akan meningkat sejalan dengan semakin menjadi pemukiman penduduk dan
bertambahnya jumlah penduduk. bangunan lainnya.Menurut catatan Dinas
Jumlah penduduk yang besar dan Pertanian Sumatera Barat, luas lahan
laju pertumbuhan penduduk yang tinggi sawah di Sumatera Barat terus
menuntut ketersediaan kebutuhan berkurang.Dalam 10 tahun terakhir telah
penduduk untuk pangan dan non pangan terjadi pengurangan lahan sawah
yang tinggi pula. Laju pertumbuhan sebanyak 2 ribu ha karena pengembangan
penduduk Indonesia saat ini sebesar pemukiman (www.puailiggoubat.com).
1,49%. Dari hasil sensus penduduk tahun Berdasarkan angka Statistik
2010, jumlah penduduk Indonesia Konsumsi Pangan (Pusat Data dan Sistem
mencapai 237,56 juta jiwa, yang Informasi Pertanian, 2012), konsumsi
menempatkan Indonesia sebagai negara beras penduduk di Sumatera Barat per
dengan jumlah penduduk nomor empat kapita dari tahun 2007 sampai dengan
terbesar di dunia setelah Cina, India, dan tahun 2011 berturut- turut adalah 117,78
Amerika Serikat. Dari hasil proyeksi kg; 115,84 kg; 115,53 kg; 109,56 kg; dan
penduduk terlihat bahwa jumlah 112,65 kg, mengalami penurunan sampai
penduduk Sumatera Barat selama sepuluh dengan tahun 2010 tetapi kembali
tahun ke depan juga akan terus mengalami kenaikan pada tahun 2011.
mengalami peningkatan, yaitu dari Di sisi lain, konsumsi daging sapi
4.865.331 pada tahun 2010 mencapai Sumatera Barat selalu mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Secara

23
Jurnal Pembangunan Nagari, Vol. 1 No. 2 Desember 2016

berturut turut konsumsi daging sapi 45.424 ton, dengan konsumsi per kapita
penduduk Sumatera Barat dari tahun per tahun pada tahun 2013 sebesar 9.178
2011 sampai tahun 2013, adalah : 35.546 kg (Sumatera Barat Dalam Angka, 2013).
ton; 36.636 ton dan 38 141 ton, dengan Jika dibandingkan antara pertumbuhan
konsumsi rata-rata per kapita per tahun konsumsi telur penduduk dengan
sebesar 7.320 kg; 7 776 kg; dan 7 707kg. produksi telur di Sumatera Barat antara
Daging sapi merupakan salah satu jenis tahun 2006-2013, terlihat bahwa
pangan yang perlu mendapat perhatian pertumbuhan konsumsi lebih besar dari
dalam hal penyediaannya, karena pertumbuhan produksi.
dalam dasawarsa terakhir terdapat Konsumsi susu tahun 2011 sampai
kecenderungan peningkatan nilai impor, 2013 mengalami penurunan. Berturut
karena produksi dalam negri belum dapat turut tiga tahun terakhir konsumsi Susu
memenuhi permintaan penduduk. penduduk Sumatera Barat adalah 35.865
Menurut Direktorat Jenderal ton tahun 2011; 37.657 ton tahun 2012
Peternakan (2015), produksi daging dan 32.282 pada tahun 2013.
Sumatera Barat dari tahun 2011 sampai Dibandingkan dengan konsumsi tahun
2015 (angka sementara) berturut-turut 2012. Namun dari tahun 2006 sampai
sebesar 20.287 ton (2011); 22.638 ton 2013 terjadi kecenderungan peningkatan
(2012); 23.099 ton (2013); 24.943 ton konsumsi, dimana konsumsi susu
(2014), dan 25.981 (2015). Konsumsi penduduk Sumatera Baratsebagian besar
daging di Sumatera Barat dari tahun ke diperoleh dari susu impor, rata-rata 93,6%
tahun mengalami peningkatan, dengan tiap tahun adalah susu impor. Konsumsi
laju pertumbuhan sebesar 2,45% dari susu penduduk Sumatera Barat
tahun 2006-2013 (Data diolah dari meningkat sangat tinggi, yaitu
Statistik Dalam Angka Sumatera Barat, tumbuh sebesar 33,57%. Sementara
dari tahun 2006 sampai tahun 2013). kecenderungan produksi susu terjadi
Konsumsi telur di Sumatera Barat penurunan, yaitu sebesar -1,48%.
juga mengalami peningkatan setiap tahun. Dari data-data statistik di atas
Tahun 2011 ada 41.917 ton telur terlihat bahwa terjadi kecenderungan
dikonsumsi oleh penduduk, tahun 2012 peningkatan konsumsi penduduk
meningkat menjadi 42.612 ton dan pada terhadap beras, daging, telur dan susu.
tahun 2013 meningkat lagi menjadi Namun seberapa besar respon

24
Jurnal Pembangunan Nagari, Vol. 1 No. 2 Desember 2016

pertambahan permintaan penduduk koefisien elastisitas.Secara teoritis,


terhadap pangan tersebut dengan elastisitas permintaan adalah suatu ukuran
meningkatnya jumlah penduduk belum tingkat respon jumlah yang diminta dari
diketahui. Jika bertambah penduduk satu suatu produk tertentu terhadap perubahan
persen, berapa persen bertambahnya salah satu variabel bebas yang
permintaan terhadap komoditi pangan mempengaruhi permintaan produk
beras (padi-padian), daging, susu dan tersebut (Pass, Bryan dan Leslie, 1998).
telur belum diketahui, karena memang Umumnya Elastisitas dikaitkan dengan
belum ada penelitian sebelumnya tentang harga dan pendapatan sebagai variabel
hal tersebut. bebas.Tetapi karena jumlah penduduk,
Penelitian Riyanto, dkk (2013) di juga merupakan salah satu variabel bebas
Provinsi Jambi hanya melihat elastisitas yang berpengaruh terhadap permintaan
permintaan beras, yang menunjukkan pangan, maka mengukur respons
bahwa permintaan beraselastis terhadap permintaan pangan terhadap pertambahan
perubahan jumlah penduduk. Dijelaskan penduduk berarti mengukur elastisitas.
juga bahwa variabel yang paling Konnsumsi pangan utama
berpengaruh dalam peningkatan penduduk Indonesia dan khususnya
permintaan beras adalah jumlah penduduk. Sumatera Barat diantaranya adalah padi-
Permintaan beras akan meningkat sejalan padian (beras), daging, telur dan susu.
dengan semakin bertambahnya jumlah Pada tulisan ini akan dilihat seberapa
penduduk. Di Sumatera Barat respons besar respons pertambahan permintaan
perubahan jumlah penduduk terhadap penduduk terhadap pangan padi-padian
permintaan pangan beras atau padi- yang mewakili permintaan beras, pangan
padian, daging, susu dan telur belum daging, telur, dan susu terhadap
pernah diteliti sebelumnya. Oleh karena itu perubahan harga pangan bersangkutan,
penulis merasa perlu melihat bagaimana pendapatan penduduk dan jumlah
respons perubahan jumlah penduduk, penduduk.
harga, dan pendapatan penduduk terhadap
METODOLOGI
permintaan beras, daging, susu dan telur.
Berdasarkan studi pustaka dan
Seberapa besar respons permintaan
kerangka pemikiran diatas, kajian ini
pangan penduduk terhadap pertambahan
menggunakan pendekatan kuantitatif
jumlah penduduk, bisa diukur dengan
dengan analisis regresi berganda untuk

25
Jurnal Pembangunan Nagari, Vol. 1 No. 2 Desember 2016

penghitungan respons permintaan. tersedia dan dipakai adalah pengeluaran


Penelitian ini hanya melihat bagaimana penduduk untuk padi padian, maka
respons permintaan pangan padi-padian, pengeluaran penduduk untuk padi padian
daging, telur dan susu terhadap perubahan dianggap sebagai data pengeluaran atau
harga, perubahan pendapatan, dan jumlah konsumsi untuk beras. Sedangkan untuk
penduduk dari tahun ke tahun,dengan pangan jenis daging, telur dan susu, data
asumsi faktor-faktor lain dianggap tetap konsumsi tersedia setiap tahun.
dan tidak berpengaruh. Secara teoritis elastisitas
Respons permintaan pangan permintaan adalah suatu ukuran tingkat
penduduk di Sumatera Barat dianalisis respon jumlah yang diminta dari suatu
dari data sekunder, Sumatera Barat produk tertentu terhadap perubahan
Dalam Angka (BPS) dalam bentuk data salah satu variabel bebas yang
deret waktu, dari tahun 2002 sampai mempengaruhi permintaan produk
dengan tahun 2013. Data ini dipilih tersebut (Pass, Bryan dan Leslie, 1998),
berdasarkan kelengkapan data yang maka untuk mengukur respons
tersedia. Secara umum respons permintaan suatu komoditi terhadap
permintaan menggambarkan derajat perubahan variabel bebas yang
kepekaan atau respons dari jumlah mempengaruhi permintaan digunakan
barang yang diminta, akibat perubahan rumus elastisitas, yaitu: %Y / %X .
faktor yang mempengaruhi. Rumus elastisitas tersebut
Respons permintaan komoditi menunjukkan rasio persentase perubahan
pangan yang diukur adalah beras yang permintaan (Yi) terhadap persentse
termasuk dalam kelompok padi padian, perubahan variabel bebas yang
daging, telur dan susu sebagai pangan mempengaruhi permintaan (Xj).Untuk
utama penduduk, sedangkan faktor yang penelitian ini Yi adalah permintaan untuk
mempengaruhi permintaan pangan padi- pangan beras (padi-padian, daging, telur,
padian, daging, telur dan susu dan susu) dan Xj adalah harga padi-
adalah harga produk pangan yang padian, pendapatan penduduk, dan
bersangkutan, pendapatan penduduk dan jumlah penduduk sebagai variabel bebas
jumlah penduduk. Karena keterbatasan yang mempengaruhi permintaan.
ketersediaan data konsumsi beras, maka Pengeluaran untuk padi-padian
khusus untuk konsumsi beras data yang sebagai data pengeluaran untuk beras

26
Jurnal Pembangunan Nagari, Vol. 1 No. 2 Desember 2016

merupakan variabel terikat yang diukur Y= β0 + β1X1+ β2X2 +β3X3 +ϵ


dengan triliun rupiah per tahun (Y1). dimana Y adalah permintaan
Konsumsi daging sebagai variabel terikat pangan, X1 harga pangan, X2
diukur dalam ton per tahun (Y2), pendapatan penduduk, dan X3 jumlah
konsumsi telur sebagai variabel terikat penduduk.
diukur dalam ton per tahun (Y3), dan Respons permintaan merupakan
konsumsi susu sebagai variabel terikat rasio persentase pengeluaran untuk
diukur dalam ton per tahun (Y4). Harga pangan (padi-padian, daging, telur dan
beras, harga daging, harga telur, dan susu) terhadap persentase pertambahan
harga susu, diukur dalam rupiah harga produk, pendapatan penduduk
per kg; pendapatan penduduk diukur dan jumlah penduduk. Untuk
dalam rupiah per kapita, sedangkan memperoleh angka tersebut, besarnya
jumlahpenduduk, diukur dalam jiwa per koefisien regresi hubungan antara
tahun. permintaan pangan (padi-padian,
Dengan analisis regresi linier daging, telur dan susu) dengan harga
bergandaantara pengeluaran penduduk pangan, pendapatan dan jumlah
per tahun untuk pangan padi-padian, pendudukdikalikan dengan rasio rata-
konsumsi daging, konsumsi telur dan rata harga pangan, pendapatan
konsumsi susu (Yi), dengan harga, penduduk dan jumlah penduduk dengan
pendapatan penduduk dan jumlah rata-rata permintaan penduduk untuk
penduduk,didapatkan besarnya koefisien masing-masing komoditi pangan
regresi (βj) hubungan antara pengeluaran tersebut.
penduduk terhadap padi-padian, daging, Respons permintaan terhadap
telur dan susu dengan harga, pendapatan variabel bebas dapat dinyatakan dalam
penduduk dan jumlah penduduk, yang elastisitas busur (Rosyidi, 1998) sebagai
mengukur besarnya pertambahan berikut:
permintaan pangan yang bersangkutan % ΔQ ΔQ/  Q
E  .
karena perubahan harga pangan, % ΔP ΔP/  P

pendapatan penduduk dan pertambahan Dalam penelitian ini respons permintaan


penduduk. Model regresi linier berganda pangan ke-i (padi-padian, daging, teluir,
untuk analisis inidapat dituliskan sebagai dansusu) terhadap variabel bebas ke-j
berikut : (harga komoditi pangan, jumlah

27
Jurnal Pembangunan Nagari, Vol. 1 No. 2 Desember 2016

penduduk, dan pendapatan penduduk) HASIL DAN PEMBAHASAN


dinyatakan sebagai: Dari hasil regresi hubungan antara
% ΔYi Yi/  Yi Yi/ Yi Yi X j permintaan pangan (padi-padian, daging,
E    .
% ΔXj Xj/  Xj Xj/ X j Xj Yi telur dan susu) dengan variabel yang
mempengaruhi, yaitu harga pangan,
Dalam hal ini Yi adalah rata-rata
jumlah penduduk dan pendapatan per
permintaan komoditi ke-i dan X j adalah kapita ditemukan adanya multi
rata-rata variabel bebas ke-j. Sedangkan kolinieritas antara variabel bebas harga
Yi/Xj adalah koefisien regresi pangan, jumlah penduduk dan
permintaan komoditi ke-i dengan variabel pendapatan, yang terindikasi dari
bebas ke-j. tingginya angka VIF (Variance Inflection
Secara lebih khusus X1 adalah rata-rata Factor), yaitu jauh lebih besar dari 10.

harga pangan, X 2 adalah rata-rata Oleh karena itu dilakukan analisis regresi
ulang dengan mengeluarkan variabel
pendapatan penduduk, dan X3 adalah
pendapatan sebagai variabel yang
rata-rata jumlah penduduk.Sedangkan
berpengaruh. Hasil regresi hubungan
Y1 adalah rata-rata pengeluaran
antara permintaan pangan dengan dua
penduduk per tahun terhadap padi-padian
variabel bebas jumlah penduduk dan
tahun 2002-2013, Y 2 adalah rata-rata
harga ternyata masih menunjukkan
konsumsi penduduk per tahun terhadap
adanya multi kolinieritas antara dua
dagingtahun 2002-2013, Y 3 adalah rata- variabel bebas jumlah penduduk dan
rata konsumsi penduduk per tahun harga pangan.Akhirnya variabel harga
terhadap telurtahun 2002-2013, dan juga dikeluarkan dari model, sehingga
Y 4 adalah rata-rata konsumsi penduduk hanya satu variabel bebas jumlah
per tahun terhadap susutahun 2002-2013. penduduk yang berpengaruh terhadap
Koefisien regresi β i diperoleh dari regresi permintaan pangan. Sementara hasil Uji

linier berganda antara permintaan padi- Durbin-Watson tidak menunjukkan

padian, daging, telur dan susu terhadap adanya autokorelasi yang berarti dalam

harga pangan, pendapatan jumlah persamaan regresi yang digunakan.

penduduk. Dari hasil pengolahan data terlihat


bahwa perubahan variabel jumlah
penduduk dapat menjelaskan terjadinya

28
Jurnal Pembangunan Nagari, Vol. 1 No. 2 Desember 2016

perubahan permintaan pangan beras bisa menjelaskan perubahan permintaan


(padi-padian); daging, telur dan susu. Hal pangan, sebesar 85 % untuk padi-padian;
ini ditunjukkan oleh angka koefisien 88% untuk daging; 92% untuk telur dan
determinasi (R2) yang relatif tinggi, yaitu 81% untuk susu. Dengan kata lain,
0,85 untuk padi-padian; 0,88 untuk variabel lain selain jumlah penduduk
daging; 0,92 untuk telur; dan 0,81 untuk (harga pangan yang bersangkutan, harga
susu (Tabel 1). Relatif tingginya nilai pangan lain yang terkait, pendapatan,
Koefisien Determinasi (R2) yang selera, dan kondisi dimasa yang akan
diperoleh menunjukkan bahwa model datang) hanya bisa menjelaskan
yang digunakan dengan hanya satu perubahan permintaan 15% untuk pangan
variabel bebas jumlah penduduk relatif padi-padian; 12% untuk daging; 8%
baik, karena perubahan jumlah penduduk untuk telur dan 19% untuk susu.

Tabel 1. Hasil Analisis Regresi dan Perhitungan Respons Permintaan


Respons Jumlah Rata-rata
Jenis Pangan Β0 Β1 R2
Permintaan Penduduk/thn Konsumsi/thn
Padi-padian -17,931 4,33 0,85 8,026 4,729192 2,55167 (T)
Daging -63818,298 20273,366 0,88 2,990 4,729192 32058,33 (ton)
Telur -114858,58 31610,335 0,92 4,316 4,729192 34632,75 (ton)
Susu -296204,92 67440,419 0,81 14,029 4,729192 22733,75 (ton)

Nilai koefisien regresi β baik penawaran agar tidak terjadi


untuk pangan padi-padian, daging, telur, kekurangan pangan di Sumatera Barat.
maupun susu, bernilai positif dan lebih Dari sisi penawaran, seperti yang
besar dari 1. Artinya jika jumlah dijelaskan oleh Khairati (2012) di
penduduk bertambah, maka permintaan beberapa kabupaten dan kota di
terhadap pangan padi-padian, daging, Sumatera Barat sudah terjadi ketidak
telur dan susu akan meningkat dengan seimbangan produksi pangan dengan
persentase yang lebih besar dari pertumbuhan penduduk, dimana
pertambahan penduduk. Hal ini pertumbuhan penduduk lebih tinggi dari
menuntut penyediaan pangan padi- pertumbuhan produksi pangan,
padian, daging, telur dan susu dalam khususnya beras, daging dan telur. Oleh
jumlah yang relatif besar dari tahun ke karena itu perlu meningkatkan
tahun, sehingga perlu diantisipasi baik penyediaan pangan melalui peningkatan
dari sisi permintaan maupun dari sisi produktivitas dan jumlah lahan

29
Jurnal Pembangunan Nagari, Vol. 1 No. 2 Desember 2016

pertanian. Dari sisi permintaan, untuk kenaikan jumlah penduduk jika jumlah
mengurangi pertumbuhan permintaan, penduduk bertambah.
perlu pengendalian pertumbuhan Angka tersebut memperlihatkan
penduduk dengan kebijakan keluarga bahwa dengan semakin tingginya
berencana. jumlah penduduk, pengeluaran
penduduk untuk konsumsi padi-padian
1. Respons Permintaan Padi-padian
juga semakin tinggi. Sesuai dengan
Hubungan antara permintaan
hasil penelitian Yanel dan Agustien
padi-padian penduduk di Sumatera
(2016), jumlah penduduk merupakan
Barat dengan Jumlah penduduk
faktor utama penyebab pertumbuhan
Sumatera Barat, dapat dilihat dengan
permintaan beras, sedangkan kenaikan
menggunakan regresi. Dari hasil regresi
harga beras walaupun berpengaruh
didapat angka koefisien regresi (β)
tetapi kecil sekali. Dari angka koefisien
sebesar 4,33 (Tabel1). Angka ini
determinasi regresi jumlah penduduk
menunjukkan besarnya pertambahan
dan pengeluaran penduduk untuk padi-
pengeluaran untuk padi-padian
padian sebesar 0,85 menunjukkan
(permintaan beras) jika jumlah
bahwa perubahan variabel jumlah
penduduk bertambah satu juta jiwa.
penduduk dapat menjelaskan perubahan
Setelah mengalikan angka
pengeluaran penduduk untuk padi-
koefisien regresi dengan rasio rata rata
padian sebesar 85%, sisanya hanya 15%
jumlah penduduk per tahun dengan rata
dijelaskan oleh variabel lain yang
rata pengeluaran penduduk untuk padi-
mempengaruhi permintaan pangan padi-
padian per tahun, didapat angka
padian (harga, harga pangan yang
elastisitas atau respons permintaan padi-
berkaitan, pendapatan penduduk, selera
padian terhadap penduduk di Sumatera
penduduk, dan ramalan masa yang akan
Barat sebesar 8,026. Angka ini dapat
datang). Hal yang hampir sama juga
diinterpretasikan bahwa jika penduduk
ditunjukkan oleh hasil penelitian Dewi
Sumatera Barat bertambah 1%, maka
dan Libria (2016) yang menyatakan
permintaan penduduknya akan pangan
bahwa jumlah penduduk berpengaruh
padi-padian bertambah sebesar 8%,
signifikan terhadap permintaan pangan
artinya pertambahan permintaan pangan
beras di Kota Surakarta, disamping
penduduk akan padi-padian delapan kali
harga beras, harga telur dan pendapatan.
lebih besar dibandingkan dengan

30
Jurnal Pembangunan Nagari, Vol. 1 No. 2 Desember 2016

2. Respons Permintaan Daging karena di Sumatera Barat daging


Dari hasil regresi hubungan antara merupakan makanan penting sehari-hari
permintaan daging penduduk Sumatera bagi masyarakatnya, berbeda dengan
Barat dengan jumlah penduduk rata-rata penduduk Indonesia secara
Sumatera Barat didapat angka koefisien keseluruhan. Dijelaskan oleh Haromain
regresi sebesar 20273,366 (Tabel 1). (2010), bahwa pertambahan jumlah
Rata-rata jumlah penduduk per tahun penduduk yang tidak diimbangi oleh
sebesar 4,72919 jutajiwa dan rata-rata bertambahnya pendapatan tidak serta
konsumsi penduduk untuk daging per merta diikuti dengan meningkatnya
tahun sebesar 32058,3333 ton; didapat permintaan daging di Indonesia.
besarnya koefisien elastisitas Angka koefisien determinasi
permintaan daging terhadap penduduk sebesar 0,88 menunjukkan model yang
adalah 2,99. Artinya jika jumlah dipakai relatif baik, dimana 88%
penduduk bertambah 1%, maka variabel jumlah penduduk dapat
permintaan daging penduduk bertambah menjelaskan perubahan permintaan
sebesar 2,99%. Dengan kata lain daging penduduk, variabel lain yaitu
pertambahan permintaan daging tiga harga daging dan harga pangan terkait,
kali lebih tinggi dari pertambahan pendapatan penduduk, selera dan
jumlah penduduk. ramalan masa yang akan datang hanya
Dari hubungan antara jumlah bisa menjelaskan perubahan permintaan
penduduk dan konsumsi daging daging sebesar 12%.
penduduk dapat dilihat bahwa dengan
3. Respons Permintaan Telur
meningkatnya jumlah penduduk setiap
Hubungan antara permintaan
tahun, permintaan pangan daging juga
telur dengan jumlah penduduk di
meningkat yang diperlihatkan oleh
Sumatera Barat didapat dari hasil
koefisisen regresi sebesar 20273,366.
regresi antara konsumsi penduduk
Namun hasil ini berbeda dengan
untuk pangan telur dengan jumlah
penelitian Haromain di Indonesia
penduduk. Besarnya koefisien regresi
(2010) yang menunjukkan bahwa
yang menunjukkan hubungan antara
peningkatan jumlah penduduk tidak
kedua variabel tersebut adalah sebesar
berpengaruh terhadap permintaan
31610,335. Perkalian antara besarnya
pangan daging. Hal ini bisa saja terjadi,
koefisien regresi dengan rasio rata-rata

31
Jurnal Pembangunan Nagari, Vol. 1 No. 2 Desember 2016

jumlah penduduk 4.729.192 jiwa dan didapat dari hasil regresi antara
rata-rata konsumsi penduduk untuk konsumsi penduduk untuk pangan susu
telur 34632,750; maka diperoleh dengan jumlah penduduk. Besarnya
elastisitas permintaan telur dengan koefisien regresi yang menunjukkan
jumlah penduduk sebesar 4,316. hubungan antara kedua variabel tersebut
Artinya jika penduduk bertambah 1% adalah sebesar 67440,419. Perkalian
maka permintaan penduduk untuk telur antara besarnya koefisien regresi
bertambah 4,316%. Hubungan dengan rasio rata-rata jumlah penduduk
permintaan telur penduduk dengan 4,729.juta jiwa dan rata-rata konsumsi
jumlah penduduk menunjukkan penduduk untuk susu 22733,750;
hubungan positif, dimana dengan menghasilkan elastisitas permintaan
bertambahnya jumlah penduduk, susu terhadap jumlah penduduk sebesar
permintaan untuk telur juga meningkat. 14,029. Artinya respons pertambahan
Hal ini juga ditunjukkan oleh permintaan susu jika penduduk
nilai koefisien regresi hubungan antara bertambah 1% adalah sebesar 14,03%,
jumlah telur yang dikonsumsi dengan atau jika jumlah penduduk bertambah
jumlah penduduk (β) bertanda positif 1%, maka permintaan susu bertambah
sebesar 31610,335. Hal ini sejalan 14,03%.
dengan penelitian Fitrini dkk (2006) Hubungan antara jumlah
yang menunjukkan bahwa dengan penduduk dan konsumsi susu penduduk
meningkatnya jumlah penduduk di kota juga menunjukkan angka yang positif,
Padang, permintaan terhadap telur juga artinya dengan bertambahnya jumlah
meningkat. Hasil penelitian Fitrini dkk penduduk, permintaan susu juga
(2006); juga menunjukkan bahwa bertambah, dengan angka kemiringan
respons pertambahan penduduk bersifat garis regresi sebesar 67440,419.
elastis terhadap permintaan telur Tingginya respons permintaan
penduduk di kota Padang. penduduk untuk susu terhadap
4. Respons Permintaan Susu pertumbuhan penduduk dibandingkan
Besarnya koefisien regresi yang pangan padi-padian, daging dan telur,
menunjukkan hubungan antara dapat disebabkan karena sudah
permintaan susu penduduk dengan tingginya kesadaran masyarakat
jumlah penduduk di Sumatera Barat terhadap pentingnya konsumsi susu

32
Jurnal Pembangunan Nagari, Vol. 1 No. 2 Desember 2016

untuk kesehatan. Dari hasil penelitian 14, yang menunjukkan bahwa


Sartika dan Jum’atri (2011) diduga peningkatan jumlah penduduk
harga susu dan jumlah anggota rumah sebesar 1%, akan mengakibatkan
tangga berpengaruh terhadap konsumsi peningkatan permintaan penduduk
susu, tetapi dengan nilai R2 yang untuk susu sebesar 14%.
diperoleh sangat kecil yaitu 0,080.
REKOMENDASI
KESIMPULAN 1. Angka respons permintaan untuk
1. Respons permintaan pangan padi- pangan (padi-padian, daging, telur
padian terhadap perubahan jumlah dan susu) di Sumatera Barat sangat
penduduk di Sumatera Barat tinggi diatas 1, yang berarti bahwa
adalah 8, yang menunjukkan bahwa permintaan terhadap pangan padi-
peningkatan jumlah penduduk sebesar padian, daging, telur dan susu
1% akan meningkatkan permintaan akan bertambah sangat besar
pangan padi-padian sebesar 8%. dibandingkan pertambahan jumlah
2. Respons permintaan daging terhadap penduduk. Hal ini menuntut
perubahan jumlah penduduk di penyediaan pangan padi-padian,
Sumatera Barat adalah 2,99, yang daging, telur dan susu dalam
menunjukkan bahwa peningkatan jumlah yang relatif besar dari tahun
jumlah penduduk sebesar 1% ke tahun. Oleh sebab itu
akan mengakibatkan peningkatan pemerintah perlu meningkatkan
permintaan daging sebesar 2,99%. penyediaan pangan melalui
3. Respons permintaan telur terhadap peningkatkan produktivitas dan
perubahan jumlah penduduk di jumlah lahan pertanian.
Sumatera Barat adalah 4,32 yang 2. Pemerintah perlu mengantisipasi
menunjukkan bahwa peningkatan pertumbuhan permintaan pangan
jumlah penduduk sebesar 1%, dengan upaya-upaya penurunan
akan mengakibatkan peningkatan tingkat pertumbuhan penduduk
permintaan penduduk untuk telur melalui pengendalian jumlah
sebesar 4,32%. penduduk dengan keluarga
4. Respons permintaan susu terhadap berencana dan upaya-upaya
perubahan jumlah penduduk adalah peningkatan produktivitas produksi

33
Jurnal Pembangunan Nagari, Vol. 1 No. 2 Desember 2016

pangan secara simultan dan Badan Ketahanan Pangan. 2015. Data


Statistik Ketahanan Pangan.
berkesinambungan
Kementrian Pertanian, Jakarta.
3. Masyarakat dan pemerintah harus
Dewi dan Libria (2016). Analisis
berkomitmen untuk menjalankan
Faktor-Faktor Yang
kebijakan terhadap program Mempengaruhi Permintaan
Beras di Kota Surakarta.
keluarga berencana dan peningkatan
Agronomika Vol. 10. No. 02.
produktivitas pangan secara simultan
Eriandi. H. 2012. Peran Perekonomian
dan berkesinambungan. Untuk itu
Nasional Guna Ketahanan
peran penyuluh sangatlah penting, Pangan.http://hermawaneriandi.
Com.
baik penyuluh pertanian untuk
peningkatan produktivitas pertanian, Fitrini, Andri dan Yanti. 2006. Analisis
Permintaan Telur Ayam Ras di
maupun penyuluh keluarga
Kota Padang dan Faktor Yang
berencana. Mempengaruhinya. Jurnal
Peternakan Indonesia 11(2) :
4. Untuk meningkatkan produksi
112-122.
dan produktivitas pangan perlu
Haromain, Iman. 2010. Faktor-Faktor
dilakukan pembukaan lahan
Yang Mempengaruhi
baru terutama untuk daerah Permintaan Daging Sapi di
Indonesia Pada Tahun 2000-
yang potensial, melakukan
2009. Skripsi. Program Studi
pengembangan penelitian teknologi Agribisnis Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Islam
produksi, pengendalian dan
Negri, Jakarta.
pengawasan alih fungsi
Khairati, R. 2012. Ketersediaan Pangan
lahan pertanian, serta upaya
di Sumatera Barat, BKKBN
pengembangan jaringan distribusi Provinsi Sumatera Barat.
pangan yang efisien dan efektif.
Khairati, R. 2014. Perbandingan
Pertumbuhan Produksi Pangan
dan Pertumbuhan Penduduk
DAFTAR PUSTAKA
pada Wilayah Kabupaten di
Provinsi Sumatera Barat.Jurnal
BKKBN, 2015. Pembangunan
KBPVolume 2 No.1.
Kependudukan Dalam RPJMD
Provinsi Sumatera Barat.
Mardianto.2014. Analisis Konversi
Pengintegrasian Isu
Lahan Sawah di Kota Solok.
Kependudukan Dalam Renstra
Tesis Magister Program Studi
Kabupaten Kota.
Ilmu Ekonomi Pertanian.
Program Pascasarjana Fakultas

34
Jurnal Pembangunan Nagari, Vol. 1 No. 2 Desember 2016

Pertanian. Universitas Andalas, Barat. Jurnal Agripita, Vol.1.


Padang No.1. April 2011 : 21-23

Nurbaiti. 2013. Faktor-faktor Yang Sumatera Barat Dalam Angka. 2002-


Mempengaruhi permintaan 2013. Kerjasama Badan
Telur Ayam di Kota Banda Perencanaan Pembangunan
Aceh. Fakultas Ekonomi Daerah dan Badan Pusat
Unsyiah. StatistikSumatera Barat. Padang.

Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun Sukirno, S. 2002. Pengantar Teori


2007. Tentang Pembagian Mikro Ekonomi, Edisi 3.
Urusan Pemerintah antara Rajawali Press, Jakarta.
Pemerintah Pusat, Pemerintah
Provinsi dan Pemerintah Sumaryanto, Hermanto dan Pasandaran,
Kabupaten/Kota. E. 1996.Dampak Konversi
Lahan Sawah Terhadap
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun Pelestarian Swasembada Beras
2004. Tentang Keamanan, dan Soaial Ekonomi
Mutu, dan Gizi Pangan. Petani.Dalam Prosiding Seminar
Persaingan Dalam Pemanfaatan
Pusat Data dan Sistem Informasi Sumberdaya Lahan dan Air.
Pertanian. 2012. Statistik Dampaknya Terhadap
Konsumsi Pangan Tahun 2012. Keberlanjutan Swasembada
Kementerian Pertanian, Jakarta. Beras. Pusat Penelitian Sosial
EkonomiPertanian dan Ford
Raharja, P dan Mandala Fondation. Bogor.
Manurung.2004. Pengantar Ilmu
Ekonomi (Mikro Ekonomi dan Undang-undang Nomor 32 tahun 2004.
Makro Ekonomi) Penerbit Tentang Pemerintahaan Daerah
Fakultas Ekonomi, Universitas
Indonesia. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014.
Tentang Pemerintahan Daerah.
Rosyidi. S. 1998. PengantarTeori
Ekonomi. Pendekatan Kepada Undang-undang Nomor 18 Tahun2012.
Teori Ekonomi Mikro & Makro. Tentang Pangan.
Edisi Baru. PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta. Varian, H.R. 1990. Intermediate
Microeconomics, A Modern
Riyanto, W, M. Ridwansyah, dan Approach. Second Edition.
Umiyati, E. 2013. Permintaan W.W Norton & Company. New
Beras di Provinsi Jambi.Jurnal York.
Perspektif Pembiayaan dan
Pembangunan Daerah.Vol.1. Wibowo, R. 2000. Penyediaan Pangan
No. 1.Juli 2013. dan Permasalahannya dalam
Pertanian dan Pangan. Pustaka
Sartika dan Jum’atri Yusri (2011). Sinar Harapan, Jakarta.
Konsumsi Susu di Sumatera

35
Jurnal Pembangunan Nagari, Vol. 1 No. 2 Desember 2016

Yanel, Kurnia Agustien. 2016. Analisis Pangan Beras di Provinsi


Faktor-faktor Yang Sumatera Barat. Tesis,
Mempengaruhi Ketahanan Universitas Andalas.

36

Anda mungkin juga menyukai