Parasitologi Minggu 1-8-2
Parasitologi Minggu 1-8-2
Parasitologi Minggu 1-8-2
Dwi Dominica
• Membahas tentang definisi parasitologi, parasit, istilah-istilah
penting dalam parasitologi, ciri-ciri nematoda, trematoda, dan
cestoda serta perbedaan antara nematoda, trematoda,
cestoda, dan protozoa.
• UTS 40%, UAS 40%, tugas dan atau kuis 20%.
• Minggu 1, 2, 3:
• Definisi parasitologi dan parasit.
• Pembagian parasit.
• Istilah-istilah penting dalam parasit.
• Ciri-ciri nematoda, trematoda, dan cestoda.
• Perbedaan antara nematoda, trematoda, dan cestoda.
• Minggu 4,5:
• Anggota nematoda usus yang termasuk soil transmitted helminthes.
• Nama lain, habitat, distribusi, morfologi, siklus hidup, patogenesis, dan
pencegahan penyakit akibat Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, dan
cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale).
• Minggu 6, 7:
• Nama lain, habitat, distribusi, morfologi, siklus hidup, patogenesis, dan
pencegahan penyakit akibat Enterobius vermicularis.
• Nama lain, habitat, distribusi, morfologi, siklus hidup, patogenesis, dan
pencegahan penyakit akibat Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, Brugia
timori, dan Loa-loa.
• Minggu 8: UTS
• Wajib mematuhi kode etik mahasiswa Universitas Bengkulu
(lihat Peraturan Rektor Universitas Bengkulu No. 13/2016).
• Dilarang makan di ruang kelas, menggunakan gadget, dan
merekam proses perkuliahan.
• Hanya dapat mengikuti ujian bila kehadiran minimal 80%.
• Alasan ketidakhadiran yang sah:
• Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter yang sah).
• Meninggalnya keluarga inti.
• Tugas dari Fakultas/Universitas (dibuktikan dengan surat tugas dari
Fakultas/Universitas).
• Parasit adalah organisme yang termasuk dalam kerajaan
binatang (animal kingdom) yang untuk dapat mempertahankan
hidupnya membutuhkan makhluk hidup lain sebagai sumber-
sumber kehidupannya termasuk sebagai sumber makanannya.
Bentuk tubuh Tubuh berbentuk Tubuh berbentuk seperti Tubuh berbentuk bulat
pita yang daun, tidak bersegmen panjang, silindris,
bersegmen-segmen filariform, tidak
bersegmen, dan bilateral
simetris
Alat Hermafrodit Hermafrodit, kecuali Uniseksual
reproduksi (monoecious) Schistosoma(diecious)
Kepala Mempunyai alat Mempunyai alat isap, Memiliki mulut
isap, seringkali tidak berkait
berkait
Usus Tidak mempunyai Mempunyai usus yang tak Sistem pencernaannya
usus sempurna, tidak beranus lengkap (memiliki mulut,
usus, dan anus
Tidak mempunyai Tidak mempunyai Mempunyai rongga tubuh
Rongga tubuh rongga tubuh rongga tubuh semu
Nama Lain, Habitat, Distribusi, Morfologi, Siklus Hidup, Patogenesis, dan Pencegahan Penyakit Akibat Cacing
• Nama lain: cacing gelang.
• Distribusi: tersebar luas di seluruh dunia, terutama di daerah
tropis dan subtropis yang kelembaban udaranya tinggi.
• Tempat hidup: usus halus manusia, tetapi kadang dijumpai
mengembara di bagian usus lainnya.
Cacing Dewasa
• Berukuran besar:
• Jantan: 10-31 cm.
• Betina: 22-35 cm.
• Berwarna putih kecokelatan
atau kuning pucat.
• Seluruh permukaan badan
ditutupi kutikula halus
bergaris-gais tipis.
• Memiliki mulut dengan 3
buah bibir (1 di dorsal, 2 di
subventral).
• Jantan:
• Ujung posterior runcing,
terdapat banyak papil
berukuran kecil.
• Di bagian posterior memiliki 2
buah spikulum (+ 2 mm)
• Ekor melengkung ke arah
ventral.
• Betina:
• Bentuk tubuh membulat (conical),
diameter lebih besar (f: 4-6 mm;
m: 2-4 mm).
• Bagian ekor lurus, tidak
melengkung.
1. Bibir.
2. Esofagus.
3. Usus.
4. Uterus dan ovarium.
5. Anus.
6. Testis dan alat
reproduksi jantan.
7. Spikulum
Telur yang Sudah Dibuahi Telur yang Belum Dibuahi
• Berbentuk lonjong. • Dapat ditemukan bila di
• 40-70 mikron x 35-50 mikron.
• Kulit telur tidak berwarna: dalam usus hanya ditemukan
• Bagian luar tertutup lapisan albumin cacing betina saja.
yang permukaannya bergerigi
(mamillation) dan berwarna cokelat
karena menyerap zat warna empedu.
• Lebih lonjong dan lebih
• Bagian dalam terdapat selubung vitelin panjang.
yang tipis namun kuat sehingga dapat
bertahan sampai 1 tahun dalam tanah. • Ukuran sekitar 80 mikron x
• Mengandung sel telur yang tidak
bersegmen. 55 mikron.
• Di kedua kutub telur terdapat • Tidak memiliki rongga udara
rongga udara berbentuk bulan sabit.
di kedua kutubnya.
Keterangan:
1. Telur telah dibuahi.
2. Telur tidak dibuahi.
3. Telur dengan kulit terkelupas (Lapisan albumin terkadang sudah hilang saat
ditemukan di feses, sulit dibedakan dari telur cacing lain, kecuali ukuran yang
besar).
4. r.u. : rongga udara.
• Telur yang telah dibuahi
dapat berkembang
menjadi telur infektif
(mengandung larva
cacing) di tanah.
• Berkisar antara beberapa
minggu hingga bulan.
• Infeksi terjadi per oral
(makanan atau minuman
yang terkontaminasi,
tangan yang kotor)
• Dinding telur pecah di usus
halus bagian atas, larva
keluar, menembus dinding
usus halus dan memasuki
vena porta hati.
• Larva beredar menuju
jantung paru-paru
menembus dinding kapiler
alveoli.
• Lung migration berlangsung
sekitar 15 hari.
• Larva merambat ke bronki
trakea laring
faring esofagus
lambung usus halus.
• Larva berganti kulit dan
tumbuh menjadi cacing
dewasa.
• Dua bulan sejak masuknya
telur infektif, cacing betina
mulai mampu bertelur.
• 200.000 butir per hari.
Keterangan:
A. Telur mati; B. Telur mengandung larva nekrotik; C. Telur berembrio; D. Telur berembrio; E.
Telur belum dibuahi; F. Telur yang tidak berkembang setelah dibuahi.
• Proses migrasi larva dan keberadaan cacing dewasa di usus
perubahan patologis pada jaringan dan organ.
• Larva di paru-paru dapat menyebabkan pneumonia dengan
gejala demam, batuk, sesak, dan dahak yang berdarah.
• Ditemukan juga urtikaria disertai eosinofilia sampai 20% pada
gambaran darah tepi.
• Disebut sindrom Loeffer atau Ascaris pneumonia.
• Cacing dapat mengeluarkan cairan toksik gejala mirip tifoid
disertai tanda-tanda alergi (mis. urtikaria, edema pada wajah,
konjungtivitis, iritasi saluran napas atas).
• Hiperinfeksi, terutama pada anak, menyebabkan gangguan
pencernaan dan penyerapan protein gangguan
pertumbuhan dan anemia.
• Sejumlah besar cacing dewasa di lumen usus gangguan
mekanis obstruksi usus dan intususepsi.
• Cacing dewasa dapat menyebabkan perforasi ulkus di usus.
• Pada penderita yang mengalami demam tinggi cacing
dewasa melakukan migrasi ke organ lain (askariasis ektopik) ke
lambung, esofagus, mulut, hidung, rima glottis, bronkus, saluran
empedu, apendiks, hati, dan pankreas.
• Melaksanakan prinsip-prinsip kesehatan lingkungan yang baik:
• Membuat kakus.
• Mencegah telur mencemari makanan atau minuman.
• Selalu memasak makanan dan minuman sebelum dimakan atau diminum.
• Menjaga kebersihan perorangan.
• Mengobati penderita secara massal dengan obat cacing
berspektrum lebar di daerah endemis.
• Pendidikan kesehatan pada penduduk.
• Nama lain: cacing cambuk,
whip worm.
• Distribusi: di daerah tropis
berhawa panas dan
lembab.
• Tempat hidup: mukosa usus
manusia (membenamkan
kepala di dinding usus),
terutama di daerah
caecum dan kolon, namun
dapat ditemukan juga di
apendiks dan ileum distal.
Cacing Dewasa
• Bentuk dewasa seperti cambuk:
• 3/5 bagian anterior berbentuk
langsung seperti tali cambuk, 2/5
posterior lebih tebal mirip
pegangan cambuk.
• Panjang jantan 4 cm, betina 5
cm.
• Ekor jantan melengkung ke arah
ventral, memiliki satu spikulum
retraktil yang terselubung.
• Bagian kaudal betina
membulat, tumpul, berbentuk
seperti koma.
Keterangan:
(a) Cacing betina.
(b) Cacing jantan.
(c) Telur.
a. Anus.
e. Esofagus.
h. Kepala.
i. Usus.
o. Ovarium.
p. Penutup.
s. Spikulum.
t. Testis.
u. Uterus.
v. Vulva.
Telur
• Mirip biji melon/kuaci atau
bola rugby/American
football.
• Berwarna cokelat.
• Berukuran 50 mikron x 25
mikron.
• Mempunyai dua kutub jernih
yang menonjol.
• Telur mengalami
pematangan dan
menjadi infektif di tanah
dalam 3-4 minggu.
• Infeksi per oral.
• Dinding telur pecah di
usus halus larva
keluar menuju caecum
dewasa.
• Cacing dewasa melekat pada usus dengan menembus dinding
usus trauma dan kerusakan jaringan usus.
• Cacing dewasa menghasilkan toksin iritasi dan inflamasi
usus.
• Infeksi ringan: tidak menimbulkan gejala.
• Infeksi berat: anemia berat dengan Hb dapat mencapai < 3
g/dL, eosinofilia dengan eosinofil > 3%, diare berdarah, nyeri
perut, mual, muntah, berat badan menurun.
• Kadang ditemukan prolapsus rektum.
• Mengobati pasien.
• Pengobatan massal untuk mencegah reinfeksi di daerah
endemis.
• Menjaga higiene perorangan dan sanitasi lingkungan:
• Tujuan: mencegah pencemaran lingkungan oleh tinja pasien.
• Membuat WC yang baik di setiap rumah.
• Makanan dan minuman selalu dimasak dengan baik.
• Nama lain: cacing tambang, hookworm.
• Tempat hidup: usus halus, terutama jejunum dan duodenum
(menggigit membran mukosa menggunakan gigi, mengisap
darah yang keluar dari luka gigitan).
Cacing Dewasa
• Berbentuk silindris.
• Berwarna putih keabu-
abuan.
• Panjang: betina 9-13 mm,
jantan 5-11 mm.
• Di ujung posterior cacing
jantan terdapat bu5sa
kopulatriks (bursa copulatris).
Keterangan:
(a) Betina.
(b) Jantan.
1. Esofagus.
2. Usus.
3. Ovarium.
4. Testis.
5. Uterus.
6. Bursa kopulatriks.
Ancylostoma duodenale
• Tubuh cacing dewasa mirip
huruf C.
• Rongga mulut memiliki dua
pasang gigi dan satu pasang
tonjolan.
• Cacing betina memiliki spina
kaudalis.
Necator americanus
• Ukuran lebih kecil dan
langsing dari Ancylostoma
duodenale.
• Bagian anterior melengkung
berlawanan dengan bagian
tubuh lainnya (mirip huruf S).
• Di rongga mulut terdapat 2
pasang alat pemotong
(cutting plate).
• Cacing betina tidak memiliki
spina kaudalis.
Telur
• Sulit dibedakan antara
keduanya.
• Berbentuk lonjong.
• Berukuran sekitar 65 mikron
x 40 mikron.
• Berdinding tipis dan tembus
sinar.
• Berisi 4-8 blastomer.
Telur Ancylostoma duodenale Telur Necator americanus
Larva Rhabditiform
• Tidak infektif.
• Tubuh agak gemuk.
• Panjang sekitar 250 mikron.
• Rongga mulut tampak jelas.
• Esofagus pendek dan
membesar di posterior
sehingga berbentuk bola
(bulbus esophagus).
Larva Filariform
• Infektif.
• Bentuk langsing.
• Panjang 600 mikron.
• Rongga mulut sudah tidak jelas
(mengalami kemunduran).
• Esofagus lebih panjang.
• Memiliki selubung tembus sinar:
• Ancylostoma duodenale tidak
bergaris.
• Necator americanus: bergaris-
garis melintang.
Keterangan:
(a) Filariformis.
(b) Rabditiformis.
Keterangan:
a. Larva rabditiformis.
b. Larva filariformis.
1. Esofagus.
2. Usus.
3. Selubung larva.
(larva N. americanus mempunyai
garis-garis melintang)
Larva filariformis Necator americanus
• Hospes definitif hanya
manusia.
• Tidak ada hospes
reservoir.
• Sesudah keluar dari usus
pasien, telur yang jatuh
di tanah tumbuh menjadi
larva rabditiformis
dalam 2 hari (hidup
bebas di tanah).
• Setelah berganti kulit 2 kali, • Larva menuju usus halus
berkembang menjadi larva berganti kulit dewasa.
filariformis dalam 1 minggu. • Dalam waktu 1 bulan, cacing
• Tidak dapat mencari makan betina sudah mampu bertelur.
dengan bebas di tanah.
• Menginfeksi kulit menembus
pembuluh darah dan limfe
darah sirkulasi jantung kanan
kapiler paru alveoli.
• Setelah berganti kulit 2 kali
(pergantian kedua), migrasi ke
bronki trakea laring
faring esofagus.
• Di lumen esofagus berganti kulit
ketiga kalinya.
• Migrasi berlangsung 10 hari.
• Proses infeksi dan migrasi menyebabkan perubahan patologis
di jaringan.
• Cacing dewasa yang berada di usus terus-menerus mengisap
darah.
• 1 ekor Necator americanus dewasa dapat menyebabkan kehilangan
darah sampai 0,1 cc/hari.
• 1 ekor Ancylostoma duodenale dewasa dapat menyebabkan kehilangan
darah sampai 0,34 cc/hari.
• Saat larva menembus kulit dermatitis dengan gatal-gatal
hebat.
• Proses lung migration menimbulkan bronkitis dan reaksi alergi
ringan.
• Infeksi baru dan reinfeksi dapat dicegah dengan memberikan
obat cacing dan pengobatan massal di daerah endemis.
• Pendidikan kesehatan:
• Membuat WC yang baik.
• Menggunakan alas kaki.
Nama Lain, Habitat, Distribusi, Morfologi, Siklus Hidup, Patogenesis, dan Pencegahan Penyakit Akibat Cacing
• Nama lain: Oxyuris vermicularis, cacing keremi/keruit (tidak
baku), cacing jarum (pinworm), seatworm.
• Tempat hidup:
• Cacing dewasa hidup di dalam caecum dan sekitar apendiks manusia.
• Cacing betina bermigrasi ke perianal untuk bertelur.
• Distribusi:
• Di seluruh dunia, baik di daerah tropis maupun subtropis.
• Lebih banyak ditemukan di daerah beriklim dingin karena orang jarang
mandi dan tidak sering berganti pakaian dalam.
Cacing Dewasa
• Panjang betina 13 mm, jantan 5 mm.
• Berwarna putih.
• Bagian leher melebar seperti sayap
karena pelebaran kutikula (cervical
alae).
• Esofagus berbentuk khas karena
adanya pembesaran ganda (double
bulb esophagus).
• Tidak memiliki rongga mulut.
• Memiliki 3 buah bibir.
• Ekor jantan melingkar, ekor betina
lurus dan runcing.
• Di ujung posterior jantan terdapat
spikulum dan papil-papil.
Keterangan:
a. Cacing jantan.
b. Cacing betina.
c. Telur.
Telur
• Bentuk asimetris.
• Tidak berwarna.
• Dinding telur tipis dan
tembus sinar.
• Ukuran 50-60 mikron x 30
mikron.
• Hospes definitif: hanya
manusia.
• Hospes perantara: tidak
ada.
• Dalam waktu 6 jam setelah
dikeluarkan induk di
daerah perianal, sudah
terbentuk larva hidup.
• Produksi telur 11.000 butir
per hari.
• Penularan: per oral,
inhalasi, retroinfeksi.
Per Oral/Inhalasi Retroinfeksi
• Telur masuk ke mulut atau • Telur menetas di perianal.
jalan napas usus. • Larva masuk ke usus.
• Telur menetas di duodenum • Cacing tumbuh dewasa.
larva rhabditiform.
• Tumbuh dewasa di jejunum
dan bagian atas ileum.
• Migrasi ke perianal dan perineum menimbulkan gatal (pruritus
ani):
• Mengganggu tidur.
• Bila digaruk dapat menimbulkan infeksi sekunder.
• Migrasi ke vagina dan tuba Fallopii radang ringan.
• Cacing dewasa di apendiks jarang menimbulkan infeksi
apendiks.
• Migrasi ke usus halus bagian atas, lambung, atau esofagus
gangguan ringan.
• Apabila tidak mengalami reinfeksi, enterobiasis dapat sembuh
sendiri karena cacing betina akan mati 2-3 minggu setelah
bertelur.
• Pemberantasan sumber infeksi:
• Mengobati penderita dan keluarganya/orang yang hidup dalam satu
rumah.
• Infeksi sering menjangkiti seluruh anggota keluarga, penghuni-
penghuni panti asuhan atau panti jompo, asrama, dan tempat
berkumpulnya banyak orang dalam waktu lama.
• Pencegahan penularan:
• Kebersihan perorangan.
• Kebersihan lingkungan, terutama kamar tidur.
• Upayakan sinar matahari dapat masuk secara langsung ke dalam
kamar tidur.
Nama Lain, Habitat, Distribusi, Morfologi, Siklus Hidup, Patogenesis, dan Pencegahan Penyakit Akibat Cacing
• Termasuk superfamili Filarioidea:
• Terdiri dari Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, Brugia timori, Onchocerta
volvulus, Loa loa, Acanthochelonema (Mansonella) perstans, Mansonella
ozzardi.
• Mikrofilaria hidup di dalam darah tepi, cacing dewasa hidup di
jaringan (saluran limfe dan pembuluh limfe) mikrofilaria
lebih mudah ditemukan.
• Daur periodik: periodik nokturnal (hanya di malam hari), subperiodik
diurnal (terutama siang hari), subperiodik nokturnal (terutama malam
hari).
• Di Indonesia, penyebab filariasis adalah Wuchereria bancrofti,
Brugia malayi, dan Brugia timori.
Keterangan:
1. Kepala.
2. Cincin saraf.
3. Lubang ekskresi.
4. Sel ekskresi.
5. Inti.
6. Sel Genital 1 (G1).
7. G2.
8. G3.
9. G4.
10. Anus.
11. Ekor.
12. Selubung (sheath).
Spesies Filaria Selubung Panjang Inti
(sheath) (mikron)