Sistem Endokrin
Sistem Endokrin
Sistem Endokrin
By :
Dr. PURNAMA SIMANJUNTAK
PENGANTAR ENDOKRINOLOGI
Fungsi tubuh diatur 2 sistem :
1. Sistem saraf
2. Sistem hormonal/sistem endokrin
Kedua sistem saling berkaitan
Mis :
Sistem saraf simpatis & hormon epinefrin-
norepinefrin.
Hormon kelenjar hypofise posterior dan sistem
saraf.
ANATOMI dan FISIOLOGI
SISTEM ENDOKRIN
Sistem Endokrin : kelenjar-kelenjar penghasil
hormon
Hormon : bahan kimia yang dihasilkan oleh
sel/sekelompok sel untuk pengaturan fisiologis sel
lain.
Fungsi hormon :
1. Respon terhadap stres dan cedera
2. Pertumbuhan dan perkembangan
3. Reproduksi
4. Homeostasis ion
5. Metabolisme energi
SIFAT HORMON BERDASAR LOKASI KERJA
1. GIGANTISME
2. AKROMEGALI
3. DWARFISME
GIGANTISME
Kelebihan sekresi Growth Hormon pada masa anak-anak
karena tumor pada sel-sel asidofilik hypofise anterior yang
juga memproduksi growth hormon.
Terjadi percepatan pertumbuhan seluruh tubuh termasuk
tulang sehingga orang tersebut tumbuh sangat tinggi
seperti raksasa.
Terjadi hyperglikemia dan degeneratif sel beta pulau
Langerhans sehingga menderita diabetes mellitus.
Jika tumor sel-sel asidofilik tsb merusak hypofise anterior,
maka terjadi defisiensi menyeluruh Growth Hormon, dapat
terjadi kematian (sebelum usia dewasa muda)
Pengobatan : operasi tumor atau radiotherapi tumor tsb.
AKROMEGALI
Pengobatan :
1. Obat antityroid : PTU, metimazol, karbimazol →
mencegah pembentukan hormon tyroid dari
yodium dan tyrosin.Pengobatan min. 1 thn.
2. Pembedahan tyroidektomie subtotal sesudah
therapi PTU.
3. Pengobatan dengan yodium radioaktif (t.u pada
Graves disease).
HIPOTYROIDISME
Berdasar lokasi sumber masalah terdiri dari
Hipotyroidisme primer dan Hipotyroidisme
sekunder.
Hipotyroidisme primer : terjadi karena
kerusakan pada kelenjar tyroid (atrofi) mis :
karena pembedahan, ablasi radioisotop, destruksi
oleh antibodi autoimun (Hashimoto tyroiditis :
antibodi tiroglobulin menyebabkan infiltrasi
limfosit dan destruksi kelenjar tyroid).
Hipotyroidisme sekunder : akibat defisiensi
sekresi TSH.
Con’t
Berdasar usia :
1. Hipotyroidisme dewasa (miksedema)
2. Hipotiroidisme juvenilis ( setelah usia 1-2 thn)
3. Hipotyrodisme kongenital.
Pengobatan :
1. pemberian hormon tyroksin dosis 50 – 200 µg/hr.
2. Konsumsi yodium dalam makanan.
Pengobatan :
1. Tyroidektomie
2. Konsumsi garam beryodium
KARSINOMA TYROID
Predisposisi : lebih sering pada pria, puncak usia
muda (7-20 thn) dan 40-60 thn.
Jenis :
1. adenokarsinoma papiler (paling banyak)
2. adenokarsinoma folikuler (paling tidak ganas)
3. adenokarsinoma meduler (paling jarang)
4. adenokarsinoma anaplasti (paling ganas dan
agresif).
GANAS JINAK
1. Usia < 40 thn 1. Usia > 40 thn
2. Laki – laki > > 2. Perempuan > >
3. Nodul tunggal dan 3. Nodul multipel atau
keras difus
4. Tumbuh agresif 4. Tumbuh lambat
5. D/ radioaktif : nodul 5. D/ radioaktif : nodul
dingin panas
6. USG : padat 6. USG : kistik
Con’t
Pemeriksaan Laboratorium :
1. Scintiscan yodium radioaktif dengan teknetium
perteknetat : ganas jika sedikit menangkap
yodium (nodul dingin).
2. Sidik ultrasound : nodul padat.
M = Metastase jauh
M0 = tidak ada metastase
M1 = ada metastase.
Con’t
Pengobatan :
1. Adenokarsinoma papiler : Isthmolobektomie
dilanjutkan radiasi. Prognosis cukup baik pada T1
& T2
2. Adenokarsinoma folikuler : tyroidektomie total
dilanjutkan yodium radioaktif; metastase dengan
radiasi eksternal.Prognosis baik.
3. Adenokarsinoma meduler : tyroidektomie total.
4. Adenokarsinoma anaplastik : radiasi eksternal.
Prognosis buruk.
KELENJAR PARATYROID
Terletak posterolateral kutub bawah kelenjar
tyroid, berwarna kuning, ukuran 3x3x2 mm, berat
100mg.
Menghasilkan Paratyroid Hormon (PTH)
Fungsi mengatur metabolisme kalsium.
Kadar kalsium darah rendah → PTH meningkat,
kadar kalsium darah tinggi → PTH menurun.
Sasaran utama :
1. Meningkatkan absorbsi kalsium di usus
2. Merangsang osteoplastik di tulang
3. Meningkatkan reabsorbsi kalsium di ginjal
Con’t
HIPERPARATYROIDI
Primer : karena tumor kelenjar paratyroid;
sekunder karena perangsangan PTH berlebihan
akibat hipokalsemia kronik.
Gejala : nyeri dan kelainan tulang, nyeri abdomen
dan konstipasi, poliuri, gangguan psikis, batu ginjal.
Con’t
Pengobatan :
a. tumor : Paratyroidektomi total atau subtotal
b. hipokalsemia : pemberian kalsium.
HIPOPARATYROIDI
Karena kelenjar paratyroid terangkat pada
tyroidektomie (kelainan iatrogenik).
Dapat juga idiopatik (tidak diketahui penyebab)
Gejala : karena hipokalsemia → serangan
tetani (parestesia sekitar mulut,kram
otot,hiperiritabilitas,konvulsi, opistotonus.
Terapi : serangan tetani : larutan CaCl 10 % iv
dilanjutkan kalsium oral (kalsium glukonat/laktat)
HORMON KELENJAR ADRENAL
Kelenjar Adrenal terletak di kutub superior masing-
masing ginjal.
Berat masing-masing 4 gram.
Terdiri dari korteks adrenal & medulla adrenal.
Korteks adrenal :
1. Hormon mineralokortikoid, terutama Aldosteron
2. Hormon glukokortikoid
3. Hormon androgen
Medulla Adrenal :
1. Epinefrin
2. Norepinefrin
Kedua hormon ini berkaitan dengan aktivitas saraf
simpatis.
HORMON KORTEKS ADRENAL
Korteks Adrenal terdiri dari 3 lapisan :
1. Zona glomerulosa menghasilkan mineralokortikoid
2. Zona fasikulata
3. Zona retikularis
3. Defisiensi glukokortikoid.
Kadar glukosa darah rendah.
Metabolisme protein terganggu.
Penggunaan asam lemak sebagai sumber energi
terganggu sehingga penderita lemah.
Lemah otot
Rentan terhadap stress.
4. Pigmentasi melanin.
Defisiensi kortisol → merangsang sekresi ACTH &
MSH → pembentukan melanin meningkat →
tertumpuk di jerawat & kulit tipis (mukosa bibir,
putting susu), distal ekstremitas, telapak tangan,
lidah, genitalia.
Con’t
Gejala :
1. Penimbunan lemak pada thoraks & abdomen (tubuh
kerbau)
2. Moonface.
3. Pemadatan fosa supraklavikularis & tonjolan
servikodorsal (punuk bison)
4. Banyak jerawat dan hirsutism (pengaruh androgen).
5. Hipertensi
6. Diabetes Adrenal
Con’t
Fungsinya :
a) Somatostatin bekerja secara lokal di pulau
Langerhans menghambat sekresi insulin dan
glukagon.
b) Somatostatin menghambat gerakan lambung,
duodenum dan kandung empedu.
c) Somatostatin mengurangi sekresi dan absorbsi
dalam saluran cerna.
Etiologi :
1. Insufisiensi Insulin.
2. Gangguan kerja insulin.
PATOFISIOLOGI
DIABETES MELITUS TIPE 1 (DMTI)
Merupakan suatu reaksi autoimun
Otoantigen sel beta (insulitis) bereaksi dengan Islet
Cell Antibody → merusak sel beta → sekresi insulin
berkurang → hyperglycemia → DM.
Otoantigen sel beta : Glutamic Acid Decarboxylase
Penyebab insulitis : infeksi virus Cocksakie, rubella,
CMV, herpes, dll.
Sel alfa dan sel delta tetap utuh.
Con’t
DM type 1 DM type 2
Disebut DM Juvenil Disebut DM dewasa
Usia < 40 thn Usia > 40 thn
Keadaan klinik berat. Keadaan klinik ringan
Insulin tidak ada. Insulin cukup/tinggi
Badan kurus Badan gemuk/normal
Th/ Insulin, diet, olah raga Th/ diet, olahraga, tablet,
insulin
Con’t
Bukan Belum DM
DM pasti DM
Kadar glukosa darah Darah Vena <110 110-199 ≥200
sewaktu (mg/dl)
Darah <90 90 – 199 ≥200
kapiler
Kadar glukosa darah Darah vena <110 110–125 ≥126
puasa (mg/dl)
Darah <90 90 – 109 ≥110
kapiler
Tes Toleransi Glukosa Oral
• Cara pelaksanaan :
1. 3 hari sebelum pemeriksaan makan seperti biasa,
kegiatan jasmani seperti biasa.
2. Puasa minimal 8 jam mulai malam hari sebelum
pemeriksaan, boleh minum air putih.
3. Periksa kadar glukosa puasa.
4. Diberikan glukosa 75 gram(dewasa) atau 1,75
gram/kgBB (anak) dilarutkan dalam air 250 ml
dan diminum dalam waktu 5 menit.
5. Periksa kadar glukosa darah 2 jam sesudahnya.
6. Selama proses pemeriksaan pasien harus istirahat
dan tidak merokok.
Con’t
1. Pengaturan Diet.
Pengaturan diet sesuai dengan pertumbuhan, umur,
status gizi, aktivitas dan stress akut.
Tujuan umum pengaturan diet/terapi gizi medis pada
penderita DM :
membantu penderita DM memperbaiki kebiasaan gizi
dan olahraga untuk mendapatkan kontrol metabolik
yang lebih baik.
Tujuan khusus :
1. Mempertahankan kadar glukosa darah mendekati
normal dengan keseimbangan antara asupan makanan
dan insulin (endogen atau eksogen) atau obat
hipoglikemik oral dan tingkat aktivitas.
2. Mencapai kadar serum lipid yang normal
Con’t
2. Latihan jasmani.
Manfaat latihan jasmani bagi penderita DM :
meningkatkan penurunan kadar glukosa darah,
mencegah kegemukan, ikut berperan dalam mencegah
komplikasi aterogenik, gangguan lipid darah, hipertensi,
hiperkoagulasi darah.
Latihan jasmani dianjurkan setelah kadar glukosa darah
terkontrol tidak lebih dari 250 mg/dl.
Latihan jasmani teratur 3 – 4 kali seminggu, kurang lebih
30 menit.
Sifatnya CRIPE (Continuos, Rhytmical, Interval,
Progressive, Endurance training).
Mencapai zona sasaran 75 – 85 % denyut nadi maksimal
(220 – umur), disesuaikan dengan kondisi penyakit
penyerta dan kemampuan.
Con’t
3. Obat Hipoglikemik.
a) Obat hipoglikemik oral (OHO)
Indikasi OHO :
Diabetes sesudah umur 40 thn.
DM tipe 2 BB normal atau lebih.
Diabetes kurang dari 5 thn.
Dosis insulin < 40 unit/hari
Cara Kerja :
1. Meningkatkan sekresi insulin.
2. Meningkatkan performance & jumlah reseptor insulin
pada sel otot & lemak.
3. Meningkatkan efisiensi sekresi insulin & potensiasi stimulasi
insulin transpor karbohidrat ke sel otot & lemak.
4. Penurunan produksi glukosa di hati.
5. Bisa terjadi hipoglikemia.
6. Merupakan pilihan untuk penderita DM dewasa dengan
BB normal/kurang serta tidak pernah mengalami
ketoasidosis.
Yang termasuk golongan ini :
1. Khlorpropamid : Durasi kerjanya 24 jam (dosis tunggal),
tidak boleh pada penderita gangguan ginjal dan usia tua.
Con’t
b) Insulin.
Indikasi terapi insulin :
1. Semua penderita DM type 1.
2. Penderita DM type 2, jika obat hypoglikemik oral
saja sudah tidak dapat mengendalikan kadar
glukosa darah.
3. Stress berat, mis : infeksi berat, tindakan
pembedahan, stroke, infark miokard akut.
4. DM gestasional (DM pada kehamilan) dan
penyandang DM yang hamil.
5. Ketoasidosis diabetik.
6. Gangguan fungsi ginjal dan hati yang berat.
7. Kontaindikasi atau alergi terhadap OHO.
Con’t
Jenis-jenis insulin :
1) Insulin kerja cepat atau insulin regular (Actrapid, Humulin
R). Satu-satunya insulin yang dapat diberi intravena.
2) Insulin kerja sedang yaitu NPH (Monotard, Insulatard,
Humulin N).NPH mengandung protamin dan sejumlah
zink yang dapat menyebabkan reaksi imunologik
(urtikaria pada lokasi suntikan).
3) Insulin campur antara kerja cepat dan sedang (Mixtard
30/70, Humulin 30/70).
4) Insulin kerja panjang mempunyai kadar zink tinggi untuk
memperpanjang waktu kerjanya.
5) Insulin basal (masa kerja 24 jam) : Insulin glargine/Insulin
Lantus.
Tanda-tanda Hipoglikemia :
1. Stadium parasimpatik : lapar, mual, tekanan
darah turun.
2. Stadium gangguan otak ringan : lemah, lesu, sulit
bicara.
3. Stadium simpatik : keringat dingin pada muka
terutama hidung, bibir atau tangan, jantung
berdebar.
4. Stadium gangguan otak berat : koma (tidak
sadar), dengan atau tanpa kejang.
Con’t
Pengobatan Hipoglikemia :
1. Stadium permulaan (sadar) : Pemberian gula
murni ± 30gram/permen. Stop obat sementara
dan periksa ulang gula darah sewaktu.
2. Stadium lanjut (koma hipoglikemia) :
Penanganan harus cepat dengan pemberian
larutan Glukosa 40 % iv disertai pemberian cairan
infus Dextrose 10 % per 6 jam.
Con’t
2. Hiperglikemia.
Disebabkan karena pemasukan kalori berlebihan,
penghentian obat dan atau insulin.
Tanda khas : penurunan kesadaran dan dehidrasi berat.
Terjadi Ketoasidosis Diabetik (KAD)
Pengobatan Ketoasidosis Diabetik :
a. Rehidrasi dengan NaCl 0,9 % volume 1 liter pada 30 menit
pertama lalu 0,5 liter pada 30 menit kedua.
b. Insulin : mulai diberikan pada jam ke – 2 dosis 180
mU/kgBB lalu drip insulin 90 mU/jam/kgBB dalam NaCl
0,9 %.Bila KGD < 200mg/dl, kecepatan menjadi 45
mU/kgBB.
Con’t
B. KOMPLIKASI KRONIS.
1. Mikrovaskular/mikroangiopati : pada retina mata
(retinopati), ginjal (nefropati sampai gagal ginjal).
2. Makrovaskular/makroangiopati : Penyakit Jantung
Koroner, Pembuluh darah Kaki (PAD, gangren diabetik),
Pembuluh darah otak (stroke).
3. Neuropati (paling sering neuropati perifer, timbul gejala
kebas-kebas diujung-ujung jari, nyeri neuropati).
4. Lebih rentan terhadap infeksi.