Sistem Endokrin

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 148

SISTEM ENDOKRIN

By :
Dr. PURNAMA SIMANJUNTAK
PENGANTAR ENDOKRINOLOGI
 Fungsi tubuh diatur 2 sistem :
1. Sistem saraf
2. Sistem hormonal/sistem endokrin
Kedua sistem saling berkaitan
Mis :
 Sistem saraf simpatis & hormon epinefrin-
norepinefrin.
 Hormon kelenjar hypofise posterior dan sistem
saraf.
ANATOMI dan FISIOLOGI
SISTEM ENDOKRIN
 Sistem Endokrin : kelenjar-kelenjar penghasil
hormon
 Hormon : bahan kimia yang dihasilkan oleh
sel/sekelompok sel untuk pengaturan fisiologis sel
lain.
 Fungsi hormon :
1. Respon terhadap stres dan cedera
2. Pertumbuhan dan perkembangan
3. Reproduksi
4. Homeostasis ion
5. Metabolisme energi
SIFAT HORMON BERDASAR LOKASI KERJA

 Hormon setempat mis : sekretin,kolesistokinin


 Hormon umum mis : epinefrin dan norepinefrin,
growth hormon, hormon kelenjar tyroid.
 Hormon yang mempengaruhi target organ mis :
ACTH merangsang korteks adrenal,
estrogen&progesteron mempengaruhi organ
kelamin wanita, testosteron mempengaruhi
organ kelamin pria.
SIFAT KIMIAWI HORMON
1. Hormon Steroid :
• berasal dari kolestrol.
• larut dalam lemak.
• mis : Hormon korteks adrenal (kortisol dan aldosteron),
hormon reproduksi (estrogen,progesteron,testosteron).
2. Hormon derivat asam amino tyrosin
• mis : hormon kelenjar tyroid, hormon medulla adrenal
(epinefrin & norepinefrin)
3. Hormon Protein atau Polipeptida : larut dalam air.
• Mis : ADH, oksitosin, insulin, glukagon, parathomon
PENYIMPANAN & SEKRESI HORMON
Preprohormon dibentuk di retikulum endoplasma
sel → prohormon → ke badan golgi → hormon
aktif → pemadatan molekul hormon ke dalam
vesikel (vesikel/granula sekretorik) → sekresi.
Hormon epinefrin&norepinefrin disimpan dalam
vesikel granula sekretorik
Hormon tyroid disimpan dalam bentuk molekul
protein besar (tyroglobulin) di dalam folikel
kelenjar tyroid.
Hormon steroid sedikit disimpan dalam kelenjar,
tetapi banyak prekursornya
AWITAN SEKRESI HORMON
Hormon kerja cepat : langsung disekresikan begitu
ada rangsangan, dan aktivitas berhenti setelah
rangsangan selesai. Mis : epinefrin, norepinefrin.
Hormon kerja lambat : hormon disekresikan lama
setelah ada rangsangan dan pengaruhnya
terhadap metabolisme jaringan berlangsung lama.
Mis : hormon tyroid.
RESEPTOR HORMON DAN AKTIVASI
Lokasi reseptor :
1. Di membran sel ( mis : reseptor hormon
katekolamin epinefrin&norepinefrin )
2. Didalam sitoplasma (mis : reseptor hormon
steroid)
3. Didalam inti sel (mis : reseptor hormon tyroid)

Reseptor hormon bersifat spesifik terhadap


hormonnya
Dalam setiap sel ada 2000 – 10.000 reseptor.
Hampir semua reseptor hormon merupakan
protein molekul besar
MEKANISME KERJA HORMON

1. Melalui pengaktifan reseptor hormon oleh “kurir


kedua (second messenger)” yaitu dengan
perantaraan siklik AMP.
Hormon + reseptor (membran sel) → adenil
siklase → ATP → siklik AMP (sitoplasma) →
pengaktifan proses lain
 Mengaktifkan enzim
 Mengubah permeabilitas membran
 Menyebabkan kontraksi/relaksasi otot
 Menyebabkan sintesis protein
 Menimbulkan sekresi
2. Dengan mengaktifkan gen didalam sel
Hormon steroid + reseptor (sitoplasma) → difusi ke
inti sel → proses transkripsi dari gen spesifik
membentuk RNA → difusi ke sitoplasma → sintesis
protein.

Mis : Aldosteron + reseptor (sitoplasma sel tubulus


ginjal) → transkripsi RNA → terbentuk protein →
reabsorbsi natrium & ekskresi kalium
3. Peran Ion Kalsium dan Kalmodulin.
Fenomena elektrik membuka saluran kalsium
→ 3 – 4 ion kalsium berikatan dengan
Kalmodulin → mengaktifkan enzim-enzim.
Mis : mengaktifkan miosin kinase di otot polos
→ kontraksi otot polos.
4. Perantara hormon intraselular lain :
Mis : siklik-GMP, inositol triphospat.
ORGAN PENGHASIL HORMON
1. Hypothalamus :
Terletak intrakranial.
Menghasilkan : CRF,GnRH,TRH,GHRH,PIF
2. Hypofise (Master of Gland)
Terletak pd sella tursica ost. Sphenoid basis cranii.
Hypofise terdiri dari hypofise anterior dan hypofise
posterior.
Hypofise anterior (adenohypofise) menghasilkan hormon
ACTH, FSH&LH,TSH,Prolaktin, GH
Hypofise posterior (neurohypofise) menghasilkan hormon
Oksitosin, Anti Diuretik Hormon
3. Tyroid : Triiodotyronin&Tetraiodotyronin
4. Paratyroid : PTH (Parathormon)
5. Kelenjar Adrenal :
a. Kortex adrenal : Mineralokortikoid (aldosteron),
Glukokortikoid, Androgen
b. Medulla Adrenal : Epinefrin & Norepinefrin
6. Pancreas : Insulin, Glukagon.
7. Gonad: Ovarium menghasilkan Estrogen dan
Progesteron, Testis menghasilkan Testosteron
SISTEM HYPOTHALAMUS-HYPOFISE
1. Hypothalamus menghasilkan Releasing
Hormon/Releasing Factor → Eminensia Medialis
→ Sistem Porta Hypothalamus-Hypofise →
Hypofise Anterior.
2. Hypothalamus (inti paraventrikel&inti
supraoptik) → traktus hypothalamus-hypofise →
hypofise posterior
Jalur Umum Sekresi Endokrin
PENGATURAN SEKRESI HORMON
• Pengaturan sekresi hormon berdasarkan
“mekanisme umpan balik” (feed back
mechanism) :
1. Kelenjar endokrin cenderung mensekresikan hormon
dalam jumlah berlebihan
2. Hormon akan semakin meningkatkan pengaruhnya
terhadap organ target
3. Organ target akan melakukan fungsinya
4. Bila fungsi organ target berlebihan → umpan balik
negatif (negative feedback mechanism) →
sehingga sekresi hormon berkurang
5. Bila aktivitas organ target kurang → umpan balik
positif (positive feedback mechanism) →
merangsang kelenjar mensekresikan hormon lebih
banyak sehingga tercapai aktivitas organ.
HORMON PERTUMBUHAN
(GROWTH HORMON)
Mempengaruhi seluruh jaringan tubuh (hormon umum)
Disebut juga Somatotropik Hormon atau Somatotropin.
Merupakan molekul protein yang terdiri dari 191 asam
amino, berat molekul 22.005
Fungsi utama : untuk pertumbuhan dengan cara
meningkatkan proses mitosis sehingga jumlah sel
bertambah dan menambah ukuran sel
Dihasilkan oleh kelenjar hypofise anterior
Sekresinya dirangsang oleh Growth Hormon Releasing
Hormon (GHRH) dari inti ventromedial dan dihambat
oleh Somatostatin dari Hypothalamus.
Fungsinya :
1. untuk pertumbuhan.
Pada anak-anak : untuk pertumbuhan somatik
(pertambahan ukuran memanjang)
Pada dewasa : untuk mempertahankan ukuran normal.

2. Peningkatan sintesis protein diseluruh sel tubuh.


peningkatan pengangkutan asam amino dari membran sel ke
dalam inti sel kemudian disintesis menjadi protein.
Langsung mempengaruhi peningkatan sintesis protein di
dalam ribosom inti sel.
Berkurangnya katabolisme protein dan asam amino.
3. Peningkatan pelepasan asam lemak dari jaringan lemak
→ konsentrasi asam lemak darah meningkat → asam
lemak diubah menjadi asetil-Koa dan menghasilkan energi.
Penggunaan asam lemak sebagai sumber energi lebih
utama dibandingkan karbohidrat. Bila hormon
pertumbuhan berlebihan, penggunaan asam lemak sebagai
sumber energi menghasilkan banyak asam asetoasetat
(benda keton) sehingga menimbulkan efek ketosis.

4. Menurunkan kecepatan metabolisme glukosa.


• Berkurangnya pemakaian gkukosa sebagai sumber energi
• Meningkatnya deposisi glikogen di hati,dan otot.
• Berkurangnya penyerapan glukosa darah oleh sel, sehingga
kadar glukosa darah meningkat.(efek diabetogenik).
EFEK DIABETOGENIK HORMON PERTUMBUHAN
 Hormon pertumbuhan meningkatkan konsentrasi
glukosa darah (hyperglycemia).
 Kondisi hyperglycemia merangsang sel β pankreas
menghasilkan lebih banyak insulin
(hiperinsulinemia).
 Hormon pertumbuhan juga secara langsung
merangsang sel β pankreas menghasilkan lebih
banyak insulin sehingga terjadi hyperinsulinemia.
 Kombinasi hyperglycemia dan hyperinsulinemia =
Diabetes Hypofise yang sangat mirip dengan
Diabetes Melitus.
PERBEDAAN DIABETES MELITUS &
DIABETES HYPOFISE
DIABETES MELITUS DIABETES HYPOFISE
 Hampir tidak ada  Berkurangnya
pemakaian glukosa pemakaian glukosa
bersifat moderat
 Kondisi hyperglycemia  Kondisi hyperglycemia
sensitif terhadap refrakter terhadap
pemberian insulin.
pemberian insulin.
 Dapat terjadi komplikasi  Tidak terjadi komplikasi
mikroangiopathy dan akibat hyperglycemia.
makroangiopathy akibat
hyperglycemia
PERAN GROWTH HORMON DALAM
PERTUMBUHAN
Growth Hormon tidak mempunyai pengaruh langsung
terhadap pertumbuhan tulang & tulang rawan.
Dengan perantaraan somatomedin (dibentuk di hati,
merupakan protein dengan berat molekul 4500 – 7500).
Somatomedin meningkatkan deposisi kondroitin sulfat
(pada tulang) dan kolagen (pada tulang rawan) sehingga
terjadi pertambahan ukuran.
Sebelum penyatuan epifise tulang panjang : terjadi
pertambahan ukuran longitudinal (memanjang).
Setelah penyatuan epifise : terjadi pertumbuhan dibawah
periosteum sehingga terjadi penebalan ukuran tulang.
PENGATURAN SEKRESI GROWTH HORMON
• Dirangsang oleh :
1. Kelaparan
2. Hypoglikemia
3. Rendahnya konsentrasi asam lemak darah
4. Latihan dan trauma berat, yang tidak diimbangi
kecukupan nutrisi otot.
5. Stress & trauma
6. Tidur lelap.
7. Peran Hipothalamus. (inti ventromedial)
 Pada keadaan akut : hypoglicemia lebih utama
merangsang sekresi Growth Hormon
 Pada keadaan kronis : defisiensi protein lebih dominan
merangsang sekresi Growth Hormon.
PERAN HYPOTHALAMUS

1. GROWTH HORMON RELEASING HORMON


(GHRH)
Merangsang sekresi Growth hormon
Dihasilkan oleh inti ventromedial
hypothalamus (yang juga peka terhadap
rasa lapar dan hypoglikemia)
Lebih berperan utama
2. GROWTH HORMON INHIBITING HORMON
(GHIH = SOMATOSTATIN)
Menghambat sekresi Growth Hormon.
Juga dihasilkan oleh sel delta Pulau
Langerhans pankreas
KELAINAN SEKRESI GROWTH HORMON

1. GIGANTISME
2. AKROMEGALI
3. DWARFISME
GIGANTISME
Kelebihan sekresi Growth Hormon pada masa anak-anak
karena tumor pada sel-sel asidofilik hypofise anterior yang
juga memproduksi growth hormon.
Terjadi percepatan pertumbuhan seluruh tubuh termasuk
tulang sehingga orang tersebut tumbuh sangat tinggi
seperti raksasa.
Terjadi hyperglikemia dan degeneratif sel beta pulau
Langerhans sehingga menderita diabetes mellitus.
Jika tumor sel-sel asidofilik tsb merusak hypofise anterior,
maka terjadi defisiensi menyeluruh Growth Hormon, dapat
terjadi kematian (sebelum usia dewasa muda)
Pengobatan : operasi tumor atau radiotherapi tumor tsb.
AKROMEGALI

Kelebihan Growth Hormon pada usia dewasa muda (epifise


tulang panjang sudah menutup) karena tumor sel-sel
asidofilik hypofise anterior.
Terjadi pertumbuhan tulang dibawah periosteum sehingga
terjadi penebalan tulang.
Juga terjadi penebalan jaringan ikat lunak.
Terutama terjadi pada tulang-tulang kecil tangan dan kaki
dan tulang membranosa (tulang tengkorak, hidung, tulang
dahi, tepi supra orbita, tulang vertebra sehingga terjadi
kifosis).
Pembesaran jaringan ikat lunak (lidah, hati dan ginjal).
DWARFISME

Defisiensi Growth Hormon pada masa anak-anak


(anak kerdil).
Kecepatan pertumbuhan sangat menurun. Tapi
ukurannya proporsional satu sama lain.
Sering juga terjadi defisiensi gonadotropin.
Pengobatan dengan pemberian preparat human
Growth Hormon (hGH)
HORMON TYROID
Anatomi : Kelenjar Tyroid terletak dibawah kedua sisi
laring,dianterior trakea, dua lobus.
Kelenjar tyroid terdiri dari banyak folikel yang dikelilingi sel
epitel kuboid,yang mengeluarkan hormon berbentuk koloid
kedalam folikel tsb.
Unsur utama koloid adalah glikoprotein tyroglobulin besar
yang terutama mengandung hormon tyroid.
Kelenjar tyroid menghasilkan hormon tiroksin
(tetraiodotyronin=T4),triiodotyronin (T3) dan kalsitonin.
Pembentukan hormon tyroid memerlukan iodium yang
bersumber dari luar tubuh.
Untuk membentuk jumlah normal hormon tyroid,
dibutuhkan kira-kira 1mg yodium/minggu, yang umumnya
berasal dari garam dapur yang di iodisasi.
PERBEDAAN HORMON T3 DAN T4
HORMON T3 HORMON T4
Terdiri dari 3 molekul Terdiri dari 4 molekul
iodotyronin iodotyronin
Jumlahnya dalam darah Jumlahnya dalam darah
lebih sedikit dibandingkan lebih banyak
T4 dibandingkan T3.
Afinitas dengan protein Afinitas dengan protein 10x
lebih lemah. lebih kuat
Lebih cepat dilepas ke sel Lebih lambat dilepas ke sel
jaringan (1,3 hari) jaringan (6 hari)
Bekerja 4x lebih kuat Bekerja 4x lebih lama
merangsang metabolisme. Akan dipecah menjadi
Mula kerja 4x lebih cepat triiodotyronin.
EFEK HORMON TYROID PADA MEKANISME TUBUH

1. Meningkatkan metabolisme karbohidrat


(meningkatkan absorbsi glukosa, penggunaan glukosa,
glikolisis, glukoneogenesis).
2. Meningkatkan metabolisme lemak (penggunaan
lemak sebagai sumber energi utama).
3. Meningkatkan sintesis protein dengan cara
peningkatan transkripsi dan translasi.
4. Menurunkan jumlah kolestrol,fosfolipid dan
trigliserida.
5. Meningkatkan kebutuhan tubuh akan vitamin.
6. Meningkatkan kecepatan metabolisme basal
sebagian besar sel tubuh (kecuali otak, retina, limpa, testis
dan paru-paru).
7. Meningkatkan nafsu makan, menurunnya berat badan
8. Efek pada saluran cerna : meningkatkan sekresi enzim
pencernaan dan meningkatkan gerakan saluran cerna→
diare.
Con’t

9. Efek pada Sistem Saraf Pusat : meningkatkan aktifitas


otak dan dapat menimbulkan disosiasi pikiran →
nervous, anxietas, paranoid.
10. Efek pada respirasi : meningkatnya metabolisme
menyebabkan peningkatan penggunaan O2 dan
pembentukan CO2 →pernafasan cepat dan dalam.
Efek pada tidur : karena eksitasi sistem saraf
menimbulkan insomnia
11. Efek pada fungsi seksual :
a. Pada pria : kelebihan hormon tyroid menyebabkan
impotensi, kekurangan hormon tyroid menyebabkan
libido menurun.
b. Pada wanita : kekurangan hormon tyroid
menyebabkan gangguan menstruasi.
Con’t

12. Efek pada otot : terjadi tremor halus.


13. Meningkatkan sekresi kelenjar endokrin lain.
14. Efek pada sistem kardiovaskuler :
Meningkatnya metabolisme → meningkatkan
penggunaan O2 & meningkatkan produk
metabolisme → vasodilatasi → aliran darah
meningkat (t.u pada kulit untuk pembuangan
panas) → curah jantung meningkat.
Meningkatkan denyut jantung & kekuatan
denyut jantung.
Tekanan sistolik meningkat, tekanan diastolik
menurun → tekanan nadi meningkat.
PENGATURAN SEKRESI HORMON TYROID
HYPOTHALAMUS
(TRH)

HYPOFISE ANTERIOR
(TSH)

KELENJAR TYROID
(T3 & T4)
(Berlaku mekanisme umpan balik).
TES FUNGSI TYROID
1. T3 & T4 serum. (T3 : 80–160 ng/100 ml ;T4 : 4-11
µg/100 ml).
2. Ambilan resin T3 (Normal : 86-110 %).
3. Kadar tiroksin bebas
4. Kadar TSH serum ( N : 0,5 – 5 µU/ml ).
5. Ambilan yodium radioisotop ( N : 10 – 35 %).
KELAINAN KELENJAR TYROID
1. HIPERTYROIDISME
2. HIPOTYROIDISME
3. KRETINISME
4. GOITER (STRUMA).
HIPERTYROIDISME
Pembesaran kelenjar tyroid.
Peningkatan sekresi hormon tyroid
Hormon TSH berkurang.
Terdiri dari :
1. Hypertyroidisme faktitia : hipertyroid karena
asupan hormon tyroid yang berlebihan.
2. Hypertiroidisme spontan : Graves disease dan
Goiter Nodular Toksik.
GRAVES DISEASE
Terjadi pada usia 30–40 thn, lebih sering wanita.
Merupakan penyakit autoimun, yaitu adanya TSI (Tyroid
Stimulating Imunoglobulin) yang sangat merangsang
kelenjar tyroid menghasilkan hormon tyroid tanpa
dipengaruhi TSH.
Gejala : tyroidal dan ekstratyroidal.
Gejala tyroidal : manifestasi hipermetabolisme dan
peningkatan aktivitas simpatis (lelah, tremor, banyak
keringat, kulit lembab, tidak tahan panas, nafsu makan
meningkat, BB menurun, takikardia&palpitasi, diare,
lemah&atrofi otot.
Gejala ekstratyroidal : Oftalmopati (eksoftalmus, fisura
palpebra melebar, kedipan mata berkurang, lid lag.
Pembesaran kelenjar tyroid difus
Con’t

GOITER NODULAR TOKSIK


Sering pada usia lanjut, sbg komplikasi dari goiter
nodular kronik.
Hipertyroid terjadi lambat dan manifestasi klinis lebih
ringan dari Graves disease.
Pembesaran kelenjar tyroid multinodular.
Gejala tyroidal dan ekstratyroidal.
Tes Laboratorium :
a. T3 & T4 serum meningkat.
b. TSH serum menurun.
c. Ambilan resin T3 meningkat.
d. Tiroksin serum meningkat.
e. Ambilan yodium radioisotop meningkat.
Con’t

Pengobatan :
1. Obat antityroid : PTU, metimazol, karbimazol →
mencegah pembentukan hormon tyroid dari
yodium dan tyrosin.Pengobatan min. 1 thn.
2. Pembedahan tyroidektomie subtotal sesudah
therapi PTU.
3. Pengobatan dengan yodium radioaktif (t.u pada
Graves disease).
HIPOTYROIDISME
Berdasar lokasi sumber masalah terdiri dari
Hipotyroidisme primer dan Hipotyroidisme
sekunder.
Hipotyroidisme primer : terjadi karena
kerusakan pada kelenjar tyroid (atrofi) mis :
karena pembedahan, ablasi radioisotop, destruksi
oleh antibodi autoimun (Hashimoto tyroiditis :
antibodi tiroglobulin menyebabkan infiltrasi
limfosit dan destruksi kelenjar tyroid).
Hipotyroidisme sekunder : akibat defisiensi
sekresi TSH.
Con’t

Berdasar usia :
1. Hipotyroidisme dewasa (miksedema)
2. Hipotiroidisme juvenilis ( setelah usia 1-2 thn)
3. Hipotyrodisme kongenital.

Gejala hipotyroidisme dewasa dan juvenilis :


mudah lelah, sangat mengantuk, denyut jantung
berkurang, aliran darah lambat, BB naik,
konstipasi, suara parau, tidak tahan dingin,
keringat berkurang,kulit dingin dan kering, wajah
bengkak, gerakan lamban, aktivitas motorik dan
intelektual lambat, konstipasi, arteriosklerosis,pada
wanita sering hipermenore, pada pria libido
menurun.Pada keadaan parah terjadi
Miksedema.
Con’t

Miksedema : Bengkak seluruh wajah, terjadi


karena peningkatan jumlah proteoglikans di dalam
ruang interstitial, yang menarik cairan sehingga
terbentuk seperti gel → edema non pitting.
Arteriosklerosis : terjadi karena berkurangnya
metabolisme lemak, jumlah kolestrol,fosfolipid dan
trigliserida meningkat → membentuk atheroma
pembuluh darah ( jantung : PJK )

Hipotyroidisme kongenital (kretinisme) :


hipotyroidisme ekstrim masa janin, bayi dan anak
(sebelum 1-2 thn), t.u. ditandai kegagalan
pertumbuhan.
Con’t

Kretinisme kongenital & kretinisme endemik.


Manifestasi beberapa minggu setelah lahir.
Gejala : ikterus fisiologik menetap, tangisan
parau, konstipasi, somnolen, sulit makan,
gangguan tumbuh kembang (pendek&gemuk,
lidah menjulur keluar, hidung lebar dan rata,
jarak mata jauh, rambut jarang dan kasar, kulit
kering, perut menonjol), retardasi mental.

Uji diagnostik hipotyroidisme :


1. Kadar T3 & T4 serum menurun.
2. Kadar TSH serum tinggi/rendah.
3. BMR rendah.
Con’t

 Pengobatan :
1. pemberian hormon tyroksin dosis 50 – 200 µg/hr.
2. Konsumsi yodium dalam makanan.

GOITER/STRUMA NON TOKSIK


Karena defisiensi yodium.
Gangguan pembentukan hormon tyroid
Mekanisme umpan balik :TSH → merangsang
kelenjar tyroid → hiperplasia & hipertrofi folikel
→ pembesaran kelenjar tyroid.
Pembesaran kelenjar bisa difus atau nodular
(karena diselingi fibrosis)
Sering tanpa gejala, hanya gangguan
kosmetik berupa pembesaran kelenjar tyroid.
Con’t

Bila kelenjar tyroid sangat besar → gejala obstruksi


trakhea dan esofagus.
Bila gangguan fungsi tyroid sangat berat : gejala
hipotyroid.
Pemeriksaan :
1. Kadar T3 & T4 serum
2. Kadar T4 bebas dan Ambilan resin T3
3. Scintiscan yodium radioaktif dengan teknetium
perteknetat (nodul dingin/panas)
4. Sidik ultrasound → nodul kistik/tidak

Pengobatan :
1. Tyroidektomie
2. Konsumsi garam beryodium
KARSINOMA TYROID
Predisposisi : lebih sering pada pria, puncak usia
muda (7-20 thn) dan 40-60 thn.
Jenis :
1. adenokarsinoma papiler (paling banyak)
2. adenokarsinoma folikuler (paling tidak ganas)
3. adenokarsinoma meduler (paling jarang)
4. adenokarsinoma anaplasti (paling ganas dan
agresif).

Gejala : pembesaran tyroid yang cepat, satu


nodul, teraba keras, terfiksir, limfadenopati
satelit.
PERBEDAAN NODUS TIROID GANAS DAN JINAK

GANAS JINAK
1. Usia < 40 thn 1. Usia > 40 thn
2. Laki – laki > > 2. Perempuan > >
3. Nodul tunggal dan 3. Nodul multipel atau
keras difus
4. Tumbuh agresif 4. Tumbuh lambat
5. D/ radioaktif : nodul 5. D/ radioaktif : nodul
dingin panas
6. USG : padat 6. USG : kistik
Con’t

Pemeriksaan Laboratorium :
1. Scintiscan yodium radioaktif dengan teknetium
perteknetat : ganas jika sedikit menangkap
yodium (nodul dingin).
2. Sidik ultrasound : nodul padat.

Klasifikasi : TNM (T=Tumor, N=KGB, M=Metastase)


T0 = tidak terbukti ada tumor
T1 = tumor < 1 cm
T2 = tumor 1 – 4 cm
T3 = tumor > 4 cm
T4 = tumor menembus kapsul tyroid (walau ukurannya
kecil)
Con’t

N = Kelenjar Getah Bening Regional


N0 = tidak ada pembesaran KGB
N1 = pembesaran KGB dapat dipalpasi
N1a = pembesaran KGB ipsilateral
N1b = pembesaran KGB
kontralateral/bilateral,garistengah/mediastinum.

M = Metastase jauh
M0 = tidak ada metastase
M1 = ada metastase.
Con’t

Pengobatan :
1. Adenokarsinoma papiler : Isthmolobektomie
dilanjutkan radiasi. Prognosis cukup baik pada T1
& T2
2. Adenokarsinoma folikuler : tyroidektomie total
dilanjutkan yodium radioaktif; metastase dengan
radiasi eksternal.Prognosis baik.
3. Adenokarsinoma meduler : tyroidektomie total.
4. Adenokarsinoma anaplastik : radiasi eksternal.
Prognosis buruk.
KELENJAR PARATYROID
Terletak posterolateral kutub bawah kelenjar
tyroid, berwarna kuning, ukuran 3x3x2 mm, berat
100mg.
Menghasilkan Paratyroid Hormon (PTH)
Fungsi mengatur metabolisme kalsium.
Kadar kalsium darah rendah → PTH meningkat,
kadar kalsium darah tinggi → PTH menurun.
Sasaran utama :
1. Meningkatkan absorbsi kalsium di usus
2. Merangsang osteoplastik di tulang
3. Meningkatkan reabsorbsi kalsium di ginjal
Con’t

Fungsi vitamin D (sumber : makanan, disintesis dari


sinar UV di kulit) → hidroksilasi di hati dan ginjal
menjadi vit D3/kalsitriol → merangsang
penyerapan kalsium di usus.

HIPERPARATYROIDI
Primer : karena tumor kelenjar paratyroid;
sekunder karena perangsangan PTH berlebihan
akibat hipokalsemia kronik.
Gejala : nyeri dan kelainan tulang, nyeri abdomen
dan konstipasi, poliuri, gangguan psikis, batu ginjal.
Con’t

Pengobatan :
a. tumor : Paratyroidektomi total atau subtotal
b. hipokalsemia : pemberian kalsium.

HIPOPARATYROIDI
Karena kelenjar paratyroid terangkat pada
tyroidektomie (kelainan iatrogenik).
Dapat juga idiopatik (tidak diketahui penyebab)
Gejala : karena hipokalsemia → serangan
tetani (parestesia sekitar mulut,kram
otot,hiperiritabilitas,konvulsi, opistotonus.
Terapi : serangan tetani : larutan CaCl 10 % iv
dilanjutkan kalsium oral (kalsium glukonat/laktat)
HORMON KELENJAR ADRENAL
Kelenjar Adrenal terletak di kutub superior masing-
masing ginjal.
Berat masing-masing 4 gram.
Terdiri dari korteks adrenal & medulla adrenal.
Korteks adrenal :
1. Hormon mineralokortikoid, terutama Aldosteron
2. Hormon glukokortikoid
3. Hormon androgen

Medulla Adrenal :
1. Epinefrin
2. Norepinefrin
Kedua hormon ini berkaitan dengan aktivitas saraf
simpatis.
HORMON KORTEKS ADRENAL
Korteks Adrenal terdiri dari 3 lapisan :
1. Zona glomerulosa menghasilkan mineralokortikoid
2. Zona fasikulata
3. Zona retikularis

Zona fasikulata dan zona retikularis menghasilkan


Glukokortikoid & sedikit Androgen.

Hormon korteks adrenal merupakan senyawa steroid,


berasal dari kolestrol.
Hormon-hormon korteks adrenal :
Mineralokortikoid :
1. Aldosteron (yang paling utama)
2. Desoksikortikosteron (sangat sedikit disekresi)
3. Kortikosteron (aktivitasnya lemah)
4. 9 ά-Fluorokortisol (sintetik)
5. Kortisol (aktivitasnya sangat lemah)
6. Kortison (sintetik, aktivitasnya sangat lemah)

Konsentrasi aldosteron N : 6 nanogram/dl,


kecepatan sekresi 150 µgr/hari.
Glukokortikoid
1. Kortisol (sangat kuat dan paling utama)
2. Kortikosteron (jauh lebih lemah daripada kortisol)
3. Kortison (sintetik, hampir sekuat kortisol)
4. Prednison (sintetik, 4x lebih kuat daripada
kortisol)
5. Metilprednisolon (sintetik, 5x lebih kuat daripada
kortisol)
6. Deksametason (sintetik, 30x lebih kuat daripada
kortisol).
Konsentrasi kortisol dalam darah N : 12 µgr/dl,
kecepatan sekresi 15 µgr/hari
ALDOSTERON
Fungsi :
1. Meningkatkan reabsorbsi natrium dan sekresi
kalium pada tubulus ginjal → meningkatkan
konsentrasi Na ekstraseluler,ekskresi K lewat
urine.
2. Meningkatkan reabsorbsi air pada tubulus ginjal
(terjadi akibat perbedaan tekanan osmotik dan
peran ADH) → meningkatkan volume cairan
ekstaseluler.
3. Sekresi ion hidrogen tubulus ginjal →
menurunkan konsentrasi ion hidrogen
ekstraseluler.
Con,t

4. Meningkatkan volume cairan ekstraseluler →


volume darah meningkat → curah jantung
meningkat.
5. Meningkatkan reabsorbsi natrium dan sekresi
kalium pada kelenjar ludah.
6. Menyimpan natrium tubuh pada kelenjar
keringat pada keadaan panas.
PENGATURAN SEKRESI ALDOSTERON
Dipengaruhi oleh :
1. Konsentrasi ion kalium dalam cairan
ekstraseluler. Peningkatan konsentrasi
kalium ekstraseluler → sekresi aldosteron
meningkat → sekresi kalium pada tubulus ginjal
meningkat → ekskresi kalium lewat urine.
2. Hormon ACTH. Pengaruh ACTH terhadap
sekresi aldosteron sangat sedikit. Namun bila
tidak ada ACTH → atrofi zona glomerulosa →
sekresi aldosteron berkurang.
Con’t

3. Konsentrasi natrium ekstraseluler.


a. Konsentrasi natrium ekstraseluler
berkurang → volume cairan ekstraseluler
berkurang → curah jantung berkurang → aliran
darah ke ginjal berkurang → sekresi renin →
sekresi angiotensin → sekresi aldosteron →
reabsorbsi natrium.
b. Konsentrasi natrium ekstraseluler berkurang →
retensi kalium ginjal → sekresi aldosteron.
c. Konsentrasi natrium berkurang → merangsang
zona glomerulosa → sekresi aldosteron.
Con’t

4. Efek sistem Renin-Angiotensin


Renin dihasilkan juksta glomerular glomerulus
ginjal → Angiotensin I → Angiotensin II (dikatalis
oleh ACE) → sekresi Aldosteron.

Sekresi renin dirangsang oleh : perdarahan,


dehidrasi kekurangan natrium, kelebihan kalium,
iskemia ginjal, sirosis hati, CHF, hipoalbuminemi.
Sekresi renin ditekan oleh Angiotensin II.
SISTEM RAA
GLUKOKORTIKOID
 Hormon glukokortikoid yang utama adalah
kortisol (hidrokortison).
 Fungsi :
1. Meningkatkan kadar glukosa darah.
2. Mempengaruhi metabolisme protein.
3. Mempengaruhi metabolisme lemak.
4. Untuk menghadapi kondisi stress.
5. Meningkatkan sekresi HCl dan pepsin lambung.
EFEK KORTISOL TERHADAP METABOLISME
KARBOHIDRAT

1. Merangsang glukoneogenesis di hati.


2. Penurunan pemakaian glukosa oleh sel.
3. Peningkatan konsentrasi glukosa darah (diabetes
adrenal).
EFEK KORTISOL TERHADAP METABOLISME
PROTEIN
1. Berkurangnya sintesis protein dan meningkatkan
katabolisme protein ekstrahepatik (t.u otot &
jaringan limfoid).
2. Meningkatkan konsentrasi plasma asam amino
3. Meningkatkan pengangkutan asam amino dari
ekstrahepatik ke dalam sel-sel hati.
4. Meningkatkan sintesis protein dalam hati
5. Meningkatkan pembentukan plasma protein oleh
hati
6. Meningkatkan perubahan asam amino menjadi
glukosa
EFEK KORTISOL TERHADAP METABOLISME
LEMAK
1. Meningkatkan mobilisasi asam lemak dari
jaringan lemak.
2. Meningkatkan konsentrasi asam lemak bebas
dalam plasma dan menggunakan asam lemak
sebagai sumber energi.
3. Meningkatkan proses oksidasi asam lemak dalam
sel.
EFEK KORTISOL TERHADAP STRESS
Semua kondisi stress (fisik/neurogenik) →
meningkatkan ACTH → meningkatkan sekresi
kortisol.
Kondisi stress :
1. Trauma.
2. Infeksi
3. Kepanasan atau kedinginan yang ekstrim.
4. Tindakan bedah.
5. Injeksi bahan nekrolisis dibawah kulit.
6. Penyakit yang menyebabkan debilitasi.
Efek kortisol terhadap stress ini diduga karena
a. Kortisol mampu menggunakan asam amino untuk
mensintesis protein dan glukosa.
b. Kortisol mampu menggunakan asam lemak sebagai
EFEK ANTIINFLAMASI KORTISOL
Proses inflamasi :
1. Pelepasan mediator kimia proinflamatorik :
histamin, bradikinin, enzim proteolitik, dsb dari
lisosom.
2. Peningkatan aliran darah ke daerah peradangan
→ eritema.
3. Kebocoran plasma dari kapiler disertai
pembekuan cairan jaringan → edema non
pitting.
4. Infiltrasi leukosit ke daerah peradangan.
5. Penyembuhan jaringan disertai fibrosis.
Con’t

Efek kortisol sebagai antiinflamasi :


a) Mencegah perkembangan inflamasi
Meningkatkan stabilisasi membran lisosom →
mencegah pelepasan mediator proinflamatorik.
Menurunkan permeabilitas membran kapiler
mencegah plasma leakage dan infiltrasi leukosit.
Menekan fagositosis jaringan yang rusak oleh
leukosit.
Menekan sistem kekebalan/antibodi & limfosit T
→ mengurangi reaksi jaringan.
Menurunkan demam dan mengurangi
vasodilatasi.
Con’t

b) Membantu penyembuhan dari inflamasi.


Setelah inflamasi berlangsung, proses a) segera
berjalan, sehingga proses inflamasi diperlambat.
Pengangkutan asam amino dan disintesis menjadi
protein, purin, pirimidin dan fosfat kreatin untuk
memperbaiki jaringan yang rusak.
Con’t

Efek anti alergi : sama dengan mekanisme anti


inflamasi.

Efek kortisol terhadap sel darah dan imunitas :


1. Mengurangi eosinofil dan limfosit.
2. Atrofi jaringan limfoid → mengurangi keluarnya
sel limfosit T dan antibodi
3. Menurunkan kekebalan tubuh terhadap benda
asing.
PENGATURAN SEKRESI KORTISOL
Peranan hypothalamus.
Peranan Hypofise anterior
Peranan stress.
KELAINAN SEKRESI KORTEKS ADRENAL
ADDISON DISEASE
Korteks adrenal gagal memproduksi hormon
Dapat terjadi karena reaksi autoimun terhadap
korteks adrenal → atrofi korteks adrenal.
Dapat juga terjadi karena TBC, metastase kanker
yang merusak korteks adrenal.
Gejalanya :
1. Defisiensi mineralokortikoid (aldosteron).
ion Na,Cl dan air terbuang lewat urine → volume
cairan ekstraseluler berkurang → shock.
Hiperkalemia → menggangu kontraksi jantung.
2. Kadar renin plasma tinggi
Con’t

3. Defisiensi glukokortikoid.
Kadar glukosa darah rendah.
Metabolisme protein terganggu.
Penggunaan asam lemak sebagai sumber energi
terganggu sehingga penderita lemah.
Lemah otot
Rentan terhadap stress.
4. Pigmentasi melanin.
Defisiensi kortisol → merangsang sekresi ACTH &
MSH → pembentukan melanin meningkat →
tertumpuk di jerawat & kulit tipis (mukosa bibir,
putting susu), distal ekstremitas, telapak tangan,
lidah, genitalia.
Con’t

Diagnosis Addison Disease :


Kadar aldosteron plasma dan kortisol plasma rendah.
Tes fungsi ACTH : infus ACTH selama 8 jam → untuk
membedakan penyebab Addison disease.

Pengobatan Addison Disease :


0,1 mg 9 ά-fluorokortison dan 30 mg kortisol selama
5 tahun.

Krisis Addison : kebutuhan kritis glukokortikoid ekstra


dalam jumlah besar akibat kondisi stress berat
CUSHING SINDROM
Hipersekresi kortisol
Penyebab :
1. Tergantung ACTH :
 Sindrom ACTH ektopik
 Hiperfungsi korteks adrenal non tumor

2. Tak tergantung ACTH :


 Hiperplasia korteks adrenal otonom
 Tumor dengan hiperfungsi korteks adrenal
(adenoma & karsinoma)
 Therapi glukokortikoid jangka panjang (iatrogen)
Con’t

Gejala :
1. Penimbunan lemak pada thoraks & abdomen (tubuh
kerbau)
2. Moonface.
3. Pemadatan fosa supraklavikularis & tonjolan
servikodorsal (punuk bison)
4. Banyak jerawat dan hirsutism (pengaruh androgen).
5. Hipertensi
6. Diabetes Adrenal
Con’t

7. Berkurangnya protein ekstrahepatik ( terutama


otot → atrofi otot).
8. Berkurangnya protein dalam jaringan limfoid →
sistem imunitas terganggu.
9. Serat kolagen subkutan berkurang → subkutan
robek → striae keunguan.
10. Deposit protein tulang terganggu →
osteoporosis.Paling sering terjadi pada vertebra.
11. Penipisan dinding pembuluh darah & melemahnya
jaringan perivaskuler → perdarahan.
12. Gangguan psikologis : emosi tidak stabil, euforia,
insomnia, depresi.
Con’t

Diagnosis Cushing Syndrome


Ditemukan gejala-gejala.
Peningkatan kadar kortisol darah.
CT-Scan/MRI kelenjar hypofise dan kelenjar adrenal.

Pengobatan Cushing Syndrome :


Pengangkatan tumor adrenal + kemotherapi
Pengangkatan tumor hypofise anterior atau radiasi.
Adrenalektomi total/parsial disertai pemberian
steroid adrenal sintetik.
KELENJAR PANKREAS
SISTEM PENCERNAAN
ANATOMI DAN FISIOLOGI
Lokasi : melintang dibagian atas abdomen,
retroperitoneal.
Disebelah kiri cauda pankreas mencapai hilus limpa
di kraniodorsal.
Perdarahan diurus oleh arcus anterior dan posterior
dari a.gastroduodenalis dan a.mesenterika superior.
Persarafan : saraf simpatis dari N.splanknikus
mayor dan minor melalui plexus dan ganglion
celiakus.
Con’t

Terdiri dari 2 jaringan utama :


1. Sel-sel asini (kelenjar eksokrin) : mensekresikan enzim
pencernaan ke duodenum.

2. Pulau Langerhans (kelenjar endokrin).


terdiri dari 3 jenis sel utama :
a. Sel alfa (25 % dari semua sel) mensekresikan glukagon.
b. Sel beta (60 % dari semua sel) mensekresikan insulin.
c. Sel delta (10 % dari semua sel) mensekresikan
somatostatin.

Ketiga hormon ini saling berhubungan erat. Insulin akan


menghambat sekresi glukagon, somatostatin
menghambat sekresi insulin & glukagon.
METABOLISME KARBOHIDRAT
Karbohidrat yang ditelan akan dicerna menjadi
monosakarida, diabsorbsi di duodenum &
jejunum proksimal.
Setelah diabsorbsi kadar glukosa darah
meningkat.
Pengaturan fisiologis kadar glukosa darah diatur
oleh :
1. Hormon yang merendahkan kadar glukosa
darah : hormon insulin.
2. Hormon yang meninggikan kadar glukosa darah
: glukagon, epinefrin, glukokortikoid,
growth hormon.
HORMON INSULIN
Sifat kimia : protein kecil, berat molekul 5808, 2
rantai asam amino.
Sumber : sel beta pulau Langerhans pankreas.
Reseptor : membran sel.
Perangsang sekresi : peningkatan kadar glukosa
darah.
Fungsi : Pemasukan, penyimpanan dan
penggunaan glukosa darah oleh seluruh sel
tubuh terutama hati, otot, jaringan lemak.
FISIOLOGI INSULIN
A. Efek Insulin Terhadap Metabolisme
Karbohidrat.
1. Penyimpanan dan Penggunaan Glukosa oleh
Hati.
Mekanisme :
a. Insulin meningkatkan pemasukan glukosa darah
ke dalam sel hati dengan mengaktifkan enzim
glukokinase.
b. Insulin mengaktifkan enzim fosfofruktokinase
yang berperan dalam sintesis glikogen
(glikogenesis).
c. Insulin menghambat enzim fosforilase (enzim
yang berperan dalam glikogenolisis).
Con’tc

2. Insulin meningkatkan pengubahan kelebihan


glukosa dalam hati menjadi asam lemak
(selanjutnya disimpan sebagai lemak dalam
jaringan adiposa).

3. Insulin menghambat glukoneogenesis melalui


penghambatan enzim dan mengurangi
pelepasan asam amino dari otot dan jaringan
ekstra hepatik.
Con’t

Pengaruh Defisiensi Insulin terhadap metabolisme


Karbohidrat di Hati
Defisiensi insulin menyebabkan pemasukan glukosa
ke sel hati & pembentukan glikogen terhambat.
Defisiensi insulin dan peningkatan glukagon
mengaktifkan enzim fosforilase → memecah
glikogen menjadi glukosa fosfat (glikogenolisis).
Fosfat radikal bebas dilepas dari glukosa fosfat →
glukosa → darah.
4. Pengaruh Insulin terhadap metabolisme Glukosa
di otot.
Insulin meningkatkan pemasukan glukosa
ke dalam sel otot.
Proses masuknya glukosa ke dalam sel otot :
a. Pada keadaan exercise berat : sel-sel otot sangat
permeabel terhadap glukosa sehingga glukosa
dapat masuk kedalam sel otot tanpa bantuan
insulin.
b. Empat jam setelah makan, kadar glukosa darah
sangat tinggi merangsang sekresi insulin dan
menyebabkan pengangkutan glukosa ke dalam
sel otot.
Con,t

5. Kelebihan glukosa dalam otot akan disimpan


dalam bentuk glikogen. Glikogen otot tidak
dapat diubah kembali menjadi glukosa bebas.
Glikogen otot dapat digunakan sebagai sumber
energi (melalui metabolisme anaerob)
menghasilkan asam laktat.
6. Sel-sel otak bersifat permeabel terhadap glukosa
tanpa dipengaruhi insulin.
Con’t

B. Efek Insulin Terhadap Metabolisme Lemak.


1. Melalui pembentukan asam lemak.
Insulin menghemat penggunaan lemak.
Insulin meningkatkan transpor glukosa ke sel hati
membentuk glikogen. Kelebihan glukosa dipecah
menjadi piruvat → asetil Ko-A (substrat asal
sintesis asam lemak).
Melalui siklus asam sitrat akan terbentuk ion-ion
sitrat dan isositrat → mengaktifkan asetil-KoA
karboksilase (enzim pensintesis asam lemak).
Sebagian asam lemak diangkut dari hati dan
disimpan dalam jaringan lemak.
Con’t

Di hati sebagian asam lemak disintesis menjadi


trigliserida.
Sebagian lemak dilepaskan ke dalam darah dalam
bentuk lipoprotein lipase.
Insulin mengaktifkan lipoprotein lipase kemudian
memecah trigliserida darah menjadi asam lemak lalu
disimpan sebagai lemak didalam jaringan lemak.
Jumlah asam lemak yang disintesis di jaringan lemak
lebih sedikit daripada jumlah asam lemak yang
disintesis di hati.
Insulin menghambat kerja lipase sensitif hormon
sehingga hidrolisis trigliserida dalam sel lemak
terhambat.
Con’t

2. Melalui pembentukan Gliserol.


Insulin meningkatkan pengangkutan glukosa
dalam sel lemak (sama seperti ke dalam sel otot).
Glukosa mengalami glikolisis terbentuk ά
gliserofosfat → gliserol berikatan dengan asam
lemak → trigliserida (disimpan di jaringan
lemak).
Con’t

Pengaruh defisiensi insulin pada metabolisme


lemak :
1. Di jaringan lemak : defisiensi insulin mengaktifkan
enzim lipase sensitif hormon → hidrolisis
trigliserida di jaringan lemak menghasilkan asam
lemak & gliserol → ke dalam darah →
digunakan sebagai sumber energi utama seluruh
jaringan tubuh (kecuali otak).
2. Asam lemak dan gliserol bebas dalam darah
berdifusi ke dalam sel hati, kembali membentuk
trigliserida dan disimpan dalam sel hati
(perlemakan hati).
Con’t

3. Asam lemak berlebihan dihati juga diubah


menjadi fosfolipid & kolestrol. Kedua bahan ini
dan trigliserida dilepaskan ke darah →
menyebabkan aterosklerosis.
4. Defisiensi insulin menyebabkan pengangkutan
asam lemak kedalam mitokondria → oksidasi
beta → asetil Ko-A → sumber energi.
5. Kelebihan Asetil Ko-A dipadatkan menjadi asam
asetoasetat → sirkulasi darah. Sebagian asam
asetoasetat diubah menjadi asam β
hidroksibutirat. (asam asetoasetat dan asam β
hidroksibutirat disebut benda keton).
Con’t

Pengaruh defisiensi Insulin pada metabolisme


karbohidrat.
1. Defisiensi insulin menyebabkan terbentuk banyak
asam lemak. Asam lemak segera membentuk
Asetil Ko-A dan melalui siklus asam sitrat
menghasilkan ATP dan ion sitrat.
2. Ion sitrat dan ATP menghambat enzim
fosfofruktokinase yang menyebabkan
pengurangan pemakaian glukosa.
Con’t

C. Efek Insulin Pada Metabolisme Protein.


Insulin mengaktifkan pengangkutan asam
amino ke dalam sel (t.u. valin, leusin, isoleusin,
tirosin, dan fenilalanin).
Insulin langsung meningkatkan translasi mRNA
pada ribosom sehingga terbentuk protein
baru.
Insulin meningkatkan kecepatan transkripsi DNA
di inti sel.
Insulin menghambat katabolisme protein.
Insulin menekan proses glukoneogenesis (dari
asam amino) di sel hati.
Insulin dan growth hormon meningkatkan
pertumbuhan
PENGATURAN SEKRESI INSULIN
• Sekresi insulin diatur oleh :
a) Peningkatan kadar glukosa darah.
b) Peningkatan kadar asam amino bersamaan
dengan peningkatan kadar glukosa darah.
c) Pelepasan enzim pencernaan
(gastrin,sekretin,kolesistokinin, dan peptida
penghambat gaster).
d) Hormon glukagon, Growth hormon, kortisol.
HORMON GLUKAGON
Sifat kimia : merupakan polipeptida (protein), 1
rantai 29 asam amino, berat molekul 3485.
Sumber : sel alfa pulau Langerhans Pankreas.
Efek : hiperglikemik.
Mekanisme :
1. Pemecahan glikogen hati (glikogenolisis) melalui
pengaktifan enzim fosforilase.
2. Meningkatkan proses glukoneogenesis di hati.
3. Meningkatkan pengambilan asam amino dari
darah ke sel hati selanjutnya menjadi sumber
proses glukoneogenesis.
Con’t

4. Mengaktifkan enzim lipase di jaringan lemak


menyebabkan hidrolisis trigliserida menghasilkan
asam lemak → darah → sumber energi.
5. Menghambat penyimpanan trigliserida di hati.
6. Mencegah pengambilan asam lemak dari darah
oleh sel hati, sehingga asam lemak banyak
tersedia untuk digunakan sebagai sumber energi.
7. Meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung.
8. Meningkatkan sekresi empedu.
9. Menghambat sekresi asam lambung.
Con’t

PENGATURAN SEKRESI GLUKAGON


a. Kondisi hipoglikemia meningkatkan kadar
glukagon darah.
b. Meningkatnya kadar asam amino setelah makan.
c. Exercise berat.
SOMATOSTATIN
Sifat kimia : merupakan senyawa polipeptida, 14
asam amino.
Sumber : sel delta pulau Langerhans pankreas.
Sekresinya dirangsang oleh :
a) Peningkatan kadar glukosa darah.
b) Peningkatan kadar asam amino darah.
c) Peningkatan kadar asam lemak darah.
d) Peningkatan konsentrasi enzim pencernaan yang
berasal dari saluran cerna atas.
Con’t

Fungsinya :
a) Somatostatin bekerja secara lokal di pulau
Langerhans menghambat sekresi insulin dan
glukagon.
b) Somatostatin menghambat gerakan lambung,
duodenum dan kandung empedu.
c) Somatostatin mengurangi sekresi dan absorbsi
dalam saluran cerna.

Kesimpulan : Somatostatin memperlambat proses


asimilasi makanan dari usus.
DIABETES MELLITUS
Definisi : Diabetes mellitus merupakan suatu
kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-
duanya.

Hiperglikemia kronis berhubungan dengan disfungsi


dan kegagalan beberapa organ tubuh terutama
mata, ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh darah.
Con’t

Etiologi :
1. Insufisiensi Insulin.
2. Gangguan kerja insulin.

Klasifikasi Diabetes Mellitus :


1. Diabetes Mellitus :
a. Diabetes Mellitus Tergantung Insulin (DMTI, type
1).
b. Diabetes Mellitus Tak Tergantung Insulin (DMTTI,
type 2).
1) DMTTI non obesitas
2) DMTTI dengan obesitas
Con’t

2. Gangguan Toleransi Glukosa


3. Diabetes Kehamilan (Gestational Diabetes Mellitus =
GDM).

 Manifestasi Klinik : (berkaitan dengan defisiensi insulin)


 Terjadi hyperglikemia pada saat puasa atau sesudah
makan karbohidrat.
 Jika hyperglikemia berat & melewati ambang ginjal
terjadi glukosuria.
 Glukosuria menimbulkan diuresis osmotik sehingga terjadi
poliuria (banyak kencing)
 Terasa haus (polidipsia).
 Keseimbangan kalori negatif, BB berkurang sehingga
timbul rasa lapar&polifagia.
 Lelah&mengantuk
Con’t

PATOFISIOLOGI
DIABETES MELITUS TIPE 1 (DMTI)
 Merupakan suatu reaksi autoimun
 Otoantigen sel beta (insulitis) bereaksi dengan Islet
Cell Antibody → merusak sel beta → sekresi insulin
berkurang → hyperglycemia → DM.
 Otoantigen sel beta : Glutamic Acid Decarboxylase
 Penyebab insulitis : infeksi virus Cocksakie, rubella,
CMV, herpes, dll.
 Sel alfa dan sel delta tetap utuh.
Con’t

DIABETES MELITUS TIPE 2


 Jumlah insulin normal, tetapi jumlah reseptor insulin
kurang → fungsi insulin berkurang (resistensi
insulin) → glukosa tidak bisa masuk sel →
glukosa darah tinggi (hyperglycemia).
 Karena glukosa darah tinggi → merangsang sekresi
insulin lebih banyak lagi → hiperinsulinemia →
insulin tetap tidak dapat berfungsi → rangsangan
terhadap sel beta → sel beta rusak → produksi
insulin berkurang.
 Sel kekurangan glukosa → dianggap seolah-olah
hipoglikemia → merangsang sekresi glukagon &
jumlah sel alfa meningkat→ merangsang
glukoneogenesis & glikogenolisis → glukosa darah
semakin tinggi → DM.
Con’t

 Penyebab resistensi insulin :


1. Obesitas, terutama obesitas sentral (bentuk apel)
2. Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat.
3. Kurang gerak badan.
4. Faktor keturunan.

Faktor resiko Diabetes Melitus :


a. Faktor keturunan.
b. Infeksi virus (DM type I).
c. Obesitas.
d. Pola makan salah,
e. Obat - obatan.
f. Proses menua.
g. stress
PERBEDAAN DM type 1 dan DM type 2

DM type 1 DM type 2
Disebut DM Juvenil Disebut DM dewasa
Usia < 40 thn Usia > 40 thn
Keadaan klinik berat. Keadaan klinik ringan
Insulin tidak ada. Insulin cukup/tinggi
Badan kurus Badan gemuk/normal
Th/ Insulin, diet, olah raga Th/ diet, olahraga, tablet,
insulin
Con’t

Pemeriksaan penyaring dilakukan pada faktor resiko


(tapi tidak ada gejala DM) sbb :
1. Usia > 45 thn.
2. Berat badan lebih : IMT > 23 kg/m2 atau BBR > 11o %
3. Hipertensi ( > 140/90).
4. Riwayat DM pada satu garis keturunan.
5. Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat atau BB
lahir > 4 kg.
6. Kolestrol HDL ≤ 35 mg/dl dan atau trigliserida ≥ 250 mg/dl.

Pada kelompok resiko tinggi, jika pemeriksaan penyaring


negatif, diulang tiap tahun.
Pada usia > 45 thn tanpa faktor resiko dilakukan tiap 3
thn)
Pemeriksaan penyaring : pemeriksaan KGD sewaktu, KGD
puasa, TTGO
GAMBARAN KLINIS

Gejala klasik : poliuri (terutama malam hari),


polidypsi dan polifagia.

Gejala tidak khas : Penurunan berat badan


yang drastis, lemah dan kesemutan jari tangan dan
kaki, cepat lapar, gatal-gatal, penglihatan kabur,
libido menurun, luka sukar sembuh, ibu yang
melahirkan bayi BB > 4 kg.

Asymtomatis (DM diketahui dari General check


up).
Con’t

DIAGNOSIS DIABETES MELITUS


Terdapat keluhan khas (poliuri, polidipsi,
polifagia) dan penurunan BB yang tidak diketahui
sebabnya.
Pemeriksaan kadar glukosa darah tinggi (glukosa
darah sewaktu ≥ 200 mg/dl, glukosa darah
puasa ≥ 126 mg/dl).
Terdapat keluhan khas tidak lengkap atau
terdapat keluhan tidak khas (lemah,
kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi,
pruritus vulvae) disertai pemeriksaan glukosa
darah tinggi (glukosa darah sewaktu ≥ 200
mg/dl dan atau glukosa darah puasa ≥ 126
mg/dl).
TABEL KADAR GLUKOSA DARAH

Bukan Belum DM
DM pasti DM
Kadar glukosa darah Darah Vena <110 110-199 ≥200
sewaktu (mg/dl)
Darah <90 90 – 199 ≥200
kapiler
Kadar glukosa darah Darah vena <110 110–125 ≥126
puasa (mg/dl)
Darah <90 90 – 109 ≥110
kapiler
Tes Toleransi Glukosa Oral

• Cara pelaksanaan :
1. 3 hari sebelum pemeriksaan makan seperti biasa,
kegiatan jasmani seperti biasa.
2. Puasa minimal 8 jam mulai malam hari sebelum
pemeriksaan, boleh minum air putih.
3. Periksa kadar glukosa puasa.
4. Diberikan glukosa 75 gram(dewasa) atau 1,75
gram/kgBB (anak) dilarutkan dalam air 250 ml
dan diminum dalam waktu 5 menit.
5. Periksa kadar glukosa darah 2 jam sesudahnya.
6. Selama proses pemeriksaan pasien harus istirahat
dan tidak merokok.
Con’t

• Tes Toleransi Glukosa Oral adalah salah satu


pemeriksaan penyaring untuk menjaring pasien
DM, TGT dan GDPT.
• Pasien TGT dan GDPT merupakan tahapan
sementara menuju DM.
• Setelah 5-10 thn, 1/3 kelompok TGT akan menjadi
DM, 1/3 tetap menjadi TGT, 1/3 kembali normal.
• TGT sering berkaitan dengan resistensi insulin.
• TGT juga sering terjadi aterosklerosis dan berkaitan
dengan penyakit kardiovaskuler, hipertensi dan
dislipidemia.
PENATALAKSANAAN DIABETES MELITUS
Tujuan :
 Jangka pendek : menghilangkan keluhan/gejala DM,
mempertahankan rasa nyaman&sehat.
 Jangka panjang :
1. Mencegah komplikasi mikroangiopati, makroangiopati
dan neuropati.
2. Menurunkan morbiditas dan mortalitas DM.
3. Meningkatkan kualitas hidup.

 Pilar utama penatalaksanaan DM :


1. Pengaturan diet.
2. Latihan jasmani.
3. Obat hipoglikemik (obat oral dan atau insulin).
4. Penyuluhan.
Con’t

1. Pengaturan Diet.
 Pengaturan diet sesuai dengan pertumbuhan, umur,
status gizi, aktivitas dan stress akut.
 Tujuan umum pengaturan diet/terapi gizi medis pada
penderita DM :
membantu penderita DM memperbaiki kebiasaan gizi
dan olahraga untuk mendapatkan kontrol metabolik
yang lebih baik.
 Tujuan khusus :
1. Mempertahankan kadar glukosa darah mendekati
normal dengan keseimbangan antara asupan makanan
dan insulin (endogen atau eksogen) atau obat
hipoglikemik oral dan tingkat aktivitas.
2. Mencapai kadar serum lipid yang normal
Con’t

3. Memberikan energi yang cukup bagi penderita DM


(untuk mencapai atau mempertahankan berat badan
yang memadai pada orang dewasa, mencapai
pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada
anak dan remaja, untuk peningkatan kebutuhan
metabolik selama kehamilan dan menyusui dan laktasi
atau penyembuhan dari penyakit katabolik).
4. Menghindari dan menangani komplikasi akut dan kronis
penderita DM yang menggunakan insulin.
5. Meningkatkan kesehatan secara keseluruhan melalui gizi
yang optimal.
Con’t

 Terapi gizi pada DM type 1


a) Perencanaan makan ditetapkan berdasarkan asupan
makan sehari-hari individu dan digunakan sebagai dasar
untuk mengintegrasikan terapi insulin dengan pola
makan dan latihan jasmani.
b) Penderita yang menggunakan insulin dianjurkan makan
pada waktu yang konsisten dan sinkron dengan waktu
kerja insulin yang digunakan.
c) Penderita perlu memantau kadar glukosa darah sesuai
dengan dosis insulin dan jumlah makanan yang biasa
dimakan.
Con’t

 Terapi gizi pada DM type 2 :


a) Tujuan terapi gizi untuk pengendalian glukosa, lipid dan
hipertensi.
b) Penurunan BB dan diet hipokalori (pada pasien gemuk)
dapat memperbaiki kadar glikemik jangka pendek dan
meningkatkan kontrol metabolik jangka panjang.
c) Perencanaan makan hendaknya dengan kandungan gizi
yang cukup dan pengurangan total lemak terutama
lemak jenuh.
d) Dianjurkan pembatasan kalori sedang yaitu 250-500 kkal
lebih rendah dari asupan rata-rata sehari pada penderita
yang gemuk.
Con’t

 Penentuan status gizi :


a. Berdasarkan Body Mass Index (Index Massa Tubuh) :
BMI = BB (kg) : TB (m)2
Klasifikasi BMI :
BB kurang : < 18,5
BB normal : 18,5 – 22,9
BB lebih : ≥ 23,0
# dengan resiko : 23,0 – 24,9
# Obesitas I : 25,0 – 29,9
# Obesitas II : ≥30,0
Berat ideal : BMI untuk wanita = 18,5 – 22,9 kg/m2
BMI untuk pria = 20 – 22,9 kg/m2
Con’t

Untuk kepentingan klinis, penentuan jumlah kalori


digunakan rumus Broca :
BB ideal = 90 % x ( TB – 100 ) x 1 kg
* Pria dgn TB < 160 cm dan wanita TB < 150 cm BB
ideal = ( TB – 100 ) x 1 kg
BB kurang : < 90 % BB idaman
BB normal : 90 % - 110 % BB idaman
BB lebih : 110 % - 120 % BB idaman
Gemuk : > 120 % BB idaman.
Kebutuhan kalori basal : 25-30 kalori/kg BB ideal
ditambah atau dikurangi bergantung pada beberapa
faktor yaitu jenis kelamin, umur, aktivitas,
kehamilan/laktasi, komplikasi.

Kebutuhan kalori orang dengan DM ( kalori/kg BB


ideal )

DEWASA Kerja santai Kerja sedang Kerja berat


Gemuk 25 30 35
Normal 30 35 40
Kurus 35 40 40 – 50
Con’t

Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori :


 Jenis kelamin : wanita 25 kal/kg BB ; pria 30 kal/kg BB
 Umur :
a. Bayi : 112 kal/kg BB
b. Umur 1 tahun 1000 kalori ; >1 tahun + 100 kal/tahun
c. Umur 40-59 tahun : kebutuhan kalori dikurangi 5%
Umur 60-69 tahun : kebutuhan kalori dikurangi 10%
Umur >70 tahun : kebutuhan kalori dikurangi 20%

 Kehamilan dan laktasi : Permulaan kehamilan ditambah


150 kal/hari, trimester II dan III 350 kal/hari. Pada masa
laktasi ditambah 550 kal/hari.
 Bila demam : ditambah kalori 13% untuk tiap kenaikan 1
derajat celsius
Con’t

 Jenis aktivitas digolongkan sbb :


a. Istirahat : kebutuhan kalori basal ditambah 10 %
kebutuhan basal.
b. Ringan : pegawai kantor, pegawai toko, guru, ahli
hukum, ibu rumah tangga dll ditambah 20 % kebutuhan
basal.
c. Sedang : pegawai di industri ringan, mahasiswa, militer
yang tidak perang, ditambah 30 % kebutuhan basal.
d. Berat : petani, buruh, militer yang berlatih, penari, atlit,
ditambah 40 % kebutuhan basal
e. Sangat berat : tukang becak, tukang gali, pandai besi,
ditambah 50 % kebutuhan basal.

 Bila terlalu gemuk dikurangi 20-30%. Bila terlalu kurus


ditambah 20-30%
Con’t

 Atau secara kasar : pasien kurus 2300 – 2500 kalori, pasien


normal 1700 – 2100 kalori, pasien gemuk 1300 – 1500 kalori.
 Komposisi kalori : Karbohidrat 60 – 70 %, Protein 10 – 15 %
(bila nefropati 0,8 kg/kg BB), Lemak 20 -25 %. Natrium
2400-3000 gram/hari
 Pembagian makanan : makan pagi 20 %, makan siang 30
%, makan sore 25 %, makanan ringan 2-3 porsi ( 10 – 15 % )
diantaranya.
 Jumlah kolestrol < 300 mg/hari, diusahakan dari asam
lemak tak jenuh.
 Jumlah serat ± 25 gr/hari
Con’t

2. Latihan jasmani.
 Manfaat latihan jasmani bagi penderita DM :
meningkatkan penurunan kadar glukosa darah,
mencegah kegemukan, ikut berperan dalam mencegah
komplikasi aterogenik, gangguan lipid darah, hipertensi,
hiperkoagulasi darah.
 Latihan jasmani dianjurkan setelah kadar glukosa darah
terkontrol tidak lebih dari 250 mg/dl.
 Latihan jasmani teratur 3 – 4 kali seminggu, kurang lebih
30 menit.
 Sifatnya CRIPE (Continuos, Rhytmical, Interval,
Progressive, Endurance training).
 Mencapai zona sasaran 75 – 85 % denyut nadi maksimal
(220 – umur), disesuaikan dengan kondisi penyakit
penyerta dan kemampuan.
Con’t

3. Obat Hipoglikemik.
a) Obat hipoglikemik oral (OHO)
Indikasi OHO :
 Diabetes sesudah umur 40 thn.
 DM tipe 2 BB normal atau lebih.
 Diabetes kurang dari 5 thn.
 Dosis insulin < 40 unit/hari

Jenis-jenis OHO berdasarkan cara kerjanya :


1. Perangsang sekresi insulin (insulin secretagogue)
1.1. Sulfonilurea
Con’t

Cara Kerja :
1. Meningkatkan sekresi insulin.
2. Meningkatkan performance & jumlah reseptor insulin
pada sel otot & lemak.
3. Meningkatkan efisiensi sekresi insulin & potensiasi stimulasi
insulin transpor karbohidrat ke sel otot & lemak.
4. Penurunan produksi glukosa di hati.
5. Bisa terjadi hipoglikemia.
6. Merupakan pilihan untuk penderita DM dewasa dengan
BB normal/kurang serta tidak pernah mengalami
ketoasidosis.
Yang termasuk golongan ini :
1. Khlorpropamid : Durasi kerjanya 24 jam (dosis tunggal),
tidak boleh pada penderita gangguan ginjal dan usia tua.
Con’t

2. Glibenklamid : Paling sering menyebabkan hipoglikemia,


sehingga pasien harus dianjurkan untuk memperketat
jadwal makan.
3. Glikasid : tidak begitu sering menyebabkan hipoglikemia.
Dapat diberikan pada penderita gangguan fungsi hati
dan ginjal ringan.
4. Glikuidon : jarang menyebabkan hipoglikemia. Dapat
diberikan pada penderita gangguan fungsi hati dan ginjal
(karena ekskresinya melalui empedu dan usus).
5. Glipisid : efeknya menekan glukoneogenesis di hati dan
meningkatkan jumlah reseptor insulin. Pemberiannya
dosis tunggal.
6. Glimepirid : Mula kerja pendek, durasi kerja panjang dan
dosis tunggal.
Con’t

1.2. Glinid : cara kerjanya meningkatkan sekresi insulin


(sama seperti sulfonilurea). Terdiri dari 2 macam
obat :
Repaglinid : merupakan derivat asam benzoat.
Efek hypoglikemik nya ringan sampai sedang.
Diekskresi lewat hati, terdapat efek samping
gastrointestinal.
Nateglinid : merupakan derivat fenilalanin, cara
kerja sama dengan repaglinid. Diekskresi lewat
urine. Efek samping : keluhan infeksi saluran nafas
atas.
Con’t

2. Penambah sensitivitas terhadap insulin.


2.1. Biguanid : Metformin.
 Memperbaiki kemampuan insulin untuk transpor glukosa
ke dalam sel otot
 Menghambat glikogenolisis dan glukoneogenesis.
 Menurunkan kadar trigliserida dan kolestrol.
 Meningkatkan jumlah reseptor insulin.
 Tidak menyebabkan hipoglikemia (karena tidak
meningkatkan sekresi insulin).

2.2. Tiazolidindion : Pioglitazon, Rosiglitazon.


 Meningkatkan kemampuan insulin untuk transpor glukosa
ke sel otot dan lemak.
2.3. Penghambat glukosidase alfa : Acarbose.
 Menghambat digesti dan absorbsi glukosa di usus halus
Con’t

Kriteria pemilihan obat hipoglikemik oral :


1. Mulai dengan dosis terendah lalu dititrasi dosis sampai
diperoleh dosis terbesar yang dapat mempertahankan
KGD stabil atau sampai muncul efek samping.
2. Harus dipahami cara kerja, lama kerja dan efek samping
obat.
3. Bila pemberian kombinasi obat : pertimbangkan interaksi
obat.
4. Bila satu golongan obat gagal, coba ganti dengan OHO
golongan lain.
5. Bila OHO gagal, pertimbangkan penggunaan insulin.
6. Harga obat terjangkau dan penggunaan gampang.
Con’t

b) Insulin.
 Indikasi terapi insulin :
1. Semua penderita DM type 1.
2. Penderita DM type 2, jika obat hypoglikemik oral
saja sudah tidak dapat mengendalikan kadar
glukosa darah.
3. Stress berat, mis : infeksi berat, tindakan
pembedahan, stroke, infark miokard akut.
4. DM gestasional (DM pada kehamilan) dan
penyandang DM yang hamil.
5. Ketoasidosis diabetik.
6. Gangguan fungsi ginjal dan hati yang berat.
7. Kontaindikasi atau alergi terhadap OHO.
Con’t

 Jenis-jenis insulin :
1) Insulin kerja cepat atau insulin regular (Actrapid, Humulin
R). Satu-satunya insulin yang dapat diberi intravena.
2) Insulin kerja sedang yaitu NPH (Monotard, Insulatard,
Humulin N).NPH mengandung protamin dan sejumlah
zink yang dapat menyebabkan reaksi imunologik
(urtikaria pada lokasi suntikan).
3) Insulin campur antara kerja cepat dan sedang (Mixtard
30/70, Humulin 30/70).
4) Insulin kerja panjang mempunyai kadar zink tinggi untuk
memperpanjang waktu kerjanya.
5) Insulin basal (masa kerja 24 jam) : Insulin glargine/Insulin
Lantus.

Teknik penyuntikan : 90º pada jaringan subkutan.


Pada pasien kurus dan anak-anak : kulit dijepit
dan disuntikkan 45º.
Con’t

c) Kombinasi OHO dan insulin


 Bila dosis OHO sudah maksimal (tunggal
ataupun kombinasi) tapi KGD belum normal
stabil.
 Insulin dipilih yang kerja sedang, diberikan pada
pagi atau malam hari.
KRITERIA PENGENDALIAN DM
Baik Sedang Buruk
Glukosa darah puasa (mg/dl) 80-109 110-125 ≥126
Glukosa darah 2 jam PP 110-144 145-179 ≥180
(mg/dl)
AIC (%) <6,5 6,5-8 >8
Kolestrol total (mg/dl) <200 200-239 ≥240
Kolestrol LDL (mg/dl) <100 100-129 ≥130
Kolestrol HDL (mg/dl) >45
Trigliserida (mg/dl) <150 150-199 ≥200
BMI (kg/m2) 18,5- 23-25 >25
22,9
Tekanan darah (mmHg) <130/80 130-140 >140/90
/ 80-90
Con’t

KOMPLIKASI DIABETES MELITUS.


A. KOMPLIKASI AKUT.
1. Hipoglikemia.
 Adalah keadaan klinik gangguan saraf yang disebabkan
penurunan glukosa darah.
 Penyebab :
1. Makan kurang.
2. Berat badan turun.
3. Sesudah olah raga.
4. Sesudah melahirkan.
5. Sembuh dari sakit.
6. Makan obat yan sama sifatnya (paling sering golongan
sulfonilurea khususnya glibenklamid).
Con’t

Tanda-tanda Hipoglikemia :
1. Stadium parasimpatik : lapar, mual, tekanan
darah turun.
2. Stadium gangguan otak ringan : lemah, lesu, sulit
bicara.
3. Stadium simpatik : keringat dingin pada muka
terutama hidung, bibir atau tangan, jantung
berdebar.
4. Stadium gangguan otak berat : koma (tidak
sadar), dengan atau tanpa kejang.
Con’t

Pengobatan Hipoglikemia :
1. Stadium permulaan (sadar) : Pemberian gula
murni ± 30gram/permen. Stop obat sementara
dan periksa ulang gula darah sewaktu.
2. Stadium lanjut (koma hipoglikemia) :
Penanganan harus cepat dengan pemberian
larutan Glukosa 40 % iv disertai pemberian cairan
infus Dextrose 10 % per 6 jam.
Con’t

2. Hiperglikemia.
 Disebabkan karena pemasukan kalori berlebihan,
penghentian obat dan atau insulin.
 Tanda khas : penurunan kesadaran dan dehidrasi berat.
 Terjadi Ketoasidosis Diabetik (KAD)
 Pengobatan Ketoasidosis Diabetik :
a. Rehidrasi dengan NaCl 0,9 % volume 1 liter pada 30 menit
pertama lalu 0,5 liter pada 30 menit kedua.
b. Insulin : mulai diberikan pada jam ke – 2 dosis 180
mU/kgBB lalu drip insulin 90 mU/jam/kgBB dalam NaCl
0,9 %.Bila KGD < 200mg/dl, kecepatan menjadi 45
mU/kgBB.
Con’t

c. Natrium Bikarbonas jika pH darah < 7,1.


d. Kalium : dapat diberikan oral atau lewat infus bersama
dengan pemberian Natrium Bikarbonat.
e. Antibiotika untuk mencegah infeksi atau meluasnya
infeksi.

B. KOMPLIKASI KRONIS.
1. Mikrovaskular/mikroangiopati : pada retina mata
(retinopati), ginjal (nefropati sampai gagal ginjal).
2. Makrovaskular/makroangiopati : Penyakit Jantung
Koroner, Pembuluh darah Kaki (PAD, gangren diabetik),
Pembuluh darah otak (stroke).
3. Neuropati (paling sering neuropati perifer, timbul gejala
kebas-kebas diujung-ujung jari, nyeri neuropati).
4. Lebih rentan terhadap infeksi.

Anda mungkin juga menyukai