Managemnt Retail
Managemnt Retail
Managemnt Retail
Materi UAS
Marketing "Pemaksaan" VS Marketing Pengalaman
Di suatu siang yang hujan deras, saya menumpang Go-Car menuju
kampus Atmajaya - Semanggi, untuk rapat dengan calon klien. Saat
mobil memasuki gerbang masuk kampus, sang sopir melihat
pengumuman yang memberitahukan bahwa pembayaran parkir
hanya bisa menggunakan OVO. Karena ia tak punya OVO, jadilah
saya terpaksa turun di depan gerbang dan jalan sekitar 100 meter
menuju gedung kampus, sambil diguyur hujan, dan pastinya sambil
ngedumel... ^%$%$%%$#*@!#####
Gerutu saya atas OVO bukan yang pertama kalinya. Suatu hari
lainnya, saya menyetir mobil menuju gerbang keluar sebuah mall di
Karawaci, lalu baru sadar palang pintunya baru mau terbuka dengan
uang elektronik ini. Sayapun terpaksa memundurkan mobil, kembali
masuk ke mall, mencari OVO corner, dan akhirnya itu jadi momen
pertama kali saya memakai OVO. Bukan karena saya ingin, tapi
karena saya "terpaksa" memakai OVO.
Dan pasti saya bukan satu-satunya yang merasa demikian.
Marketing "Pemaksaan" VS Marketing Pengalaman
Awalnya cuma untuk bayar go-jek, lalu dapat voucher dari transaksi
pakai go-pay, bisa transfer saldo ke keluarga, bisa kasih tip ke driver, dan
yang melekat di kepala adalah pengalaman membeli makanan di go-
food festival lewat go-pay pakai teknologi QR code, yang ternyata luar
biasa cepat dan gampang. Dan semua itu saya alami tanpa paksaan,
lebih pada ketertarikan untuk mengeksplor apalagi yang bisa go-pay
lakukan. Padahal saya termasuk orang yang skeptis dengan teknologi QR
code selama ini
Marketing "Pemaksaan" VS Marketing Pengalaman
Apa yang dilakukan OVO versus yang dilakukan Gojek untuk merebut
pasar, ini yang saya umpamakan dengan marketing pemaksaan VS
marketing pengalaman. Go-jek meningkatkan user acquisition go-pay
dengan menawarkan pengalaman, biasa disebut juga dengan brand
experience. Sementara OVO meraihnya lewat kerjasama
BusinessToBusiness (b2b) ekslusif, yang berujung pada (hampir) tidak
adanya pilihan bagi konsumen. Kenapa saya tulis (hampir) didalam
kurung? Karena sebenarnya konsumen hampir punya opsi lain untuk
membayar tunai, tapi dipersulit dengan lokasi pembayaran tiket yang
seperti disembunyikan.
Brand experience sendiri definisinya adalah bagaimana mendesain
pengalaman sensorik yang melekat dalam memori seseorang, dan
akhirnya menciptakan hubungan yang berarti dengan brand. Strategi ini
kita bisa lihat pada brand lain, jaringan toko olahraga Planet Sports
misalnya, kini mengubah desain tokonya menjadi arena olahraga. Ada
track lari, lapangan basket, lapangan bulutangkis sampai gawang
sepakbola. Konsumen yang lagi mencoba sepatu lari, bisa merasa
seakan mereka mencoba di track lari, merasakan atmosfer olahraga
yang kuat. Danone juga pernah melakukan brand experience saat
kampanye #GagalFokus #AdaAqua nya masih berjalan sekitar tahun
2015 lalu. Mereka membuat vending machine ditaruh di mall, agar
konsumen bisa merasakan pengalaman susah fokus. Jenius!!
Marketing "Pemaksaan" VS Marketing Pengalaman
Supaya tulisan ini terkesan lebih canggih, ada beberapa data riset yang
mendukung opini saya, misalnya:
86 persen dari pelanggan rela membayar lebih demi merasakan "brand
experience" yang lebih menyenangkan - sumber: Oracle
Pelanggan yang loyal, cenderung membeli 7 kali lipat lebih banyak,
mencoba produk/fitur baru 8 kali lipat lebih banyak, dan cenderung
menyebarkan kabar positif ke lingkungannya 15 kali lipat lebih banyak
ketimbang yang tidak loyal - sumber: Qualtrics.
Hal yang sama sangat mungkin terjadi pada brand yang melakukan
coercion, atau pemaksaan pada konsumen. Kerjasama yang dilakukan
OVO dengan banyak brand, termasuk di banyak gedung milik Lippo grup,
sementara ini berhasil meroketkan OVO sebagai aplikasi uang elektronik
nomor satu di playstore. Secara strategi bisnis, ini sah-sah saja. Tapi adakah
yang bisa membedah, dari 5-6 juta pengguna saat ini, berapa komposisi
yang mendownload karena terpaksa dan hanya menggunakan untuk satu
keperluan yang terpaksa itu tadi?
Analisis SWOT adalah salah satu teknik analisis untuk mengkaji Proses Bisnis
dalam suatu Organisasi secara keseluruhan.
Untuk mengkaji suatu organisasi perlu dilakukan analisis dengan melihat
faktor internal (yang muncul dari dalam) dan faktor eksternal (yang ada
atau datang dari luar).
INVENTORY TURNOVER
COST MARCON RATE
GMROI ( GROSS MARGIN RETURN ON INVENTORY )
7 Strategi Diskon untuk Meningkatkan Penjualan
dan Profit Ritel
RETAILER
Diskon merupakan salah satu strategi penjualan dan bagian dari strategi
promosi yang paling sering diterapkan di saluran distribusi tingkat ritel
(retailer) atau pengecer.
Hampir semua toko (outlets) pernah menjalankan program diskon ini,
dengan berbagai tujuan, namun intinya hanya ada dua yaitu untuk
meningkatkan omset penjualan dan meminimalkan kerugian.
Pada moment tertentu diskon diberikan agar penjualan meningkat,
dengan perhitungan yang pas, maka total profit akan naik.
Diskon juga diberikan saat stok menumpuk, daripada menanggung
kerugian yang bisa jadi akan lebih besar lagi, maka dibuatlah program
diskon, dengan harapan barang lekas cair dan modal berputar dan
kerugian bisa diminimalisir.
Diskon dalam strategi promosi, bagaikan pisau bermata dua, satu sisi
memang akan meningkatkan omset, namun disisi yang lain, akan
menggerus profit.
Itulah sebabnya, penting bagi kita dalam menjalankan diskonn ini
dibuakan rencana yang matang, dan program diskon ini harus
merupakan bagian dari strategi penjualan dan promosi, bukan diskon
yang membabi buta karena panik
7 Strategi Diskon untuk Meningkatkan Penjualan
dan Profit Ritel
# 2 : Segmentasi Pelanggan
Agar strategi diskon berhasil dengan baik, maka kita perlu mengetahui
preferensi atau pola pembelian dari para pelanggan kita, dengan
memberikan diskon sesuai dengan yang mereka harapkan, maka tingkat
keberhasilan program akan semakin tinggi juga.
Untuk dapat mengetahui pola pembelian pelanggan, kita perlu
melakukan segementasi dengan cara mengolah data pelanggan kita.
Kelompokkan data tersebut berdasar beberapa kategori atau pola
pembelian yang sudah dilakukann selama ini, misal :
Kelompok pertama,
•Sensitif terhadap harga.
•Keputusan pembelian banyak ditentukan oleh harga.
•Seringkali memperhatikan promosi dan diskon yang diberikan toko
7 Strategi Diskon untuk Meningkatkan Penjualan
dan Profit Ritel
# 2 : Segmentasi Pelanggan
Kelompok kedua,
Mencari harga yang kompetitif, tetapi tetap akan membeli jika menyukai
barang tersebut.
Keputusan pembelian ditentukan oleh banyak faktor, seperti kualitas
produk, pelayanan dan harga.
Tertarik dengan program promosi, hanya jika pas membutuhkan produk
tersebut.
Kelompok ketiga,
Tidak sensitif terhadap harga
Keputusan pembelian ditentukan pada kualitas produk, value dan
service yang diberikan.
Bersedia membayar untuk produk baru atau produk premium.
Dari ketiga kelompok ini saja, kita sudah bisa membuat program promosi
atau diskon yang sesuai dengan profile dari masing-masing segmen.
7 Strategi Diskon untuk Meningkatkan Penjualan
dan Profit Ritel
# 4 : Harga Psikologis
Harga psikologis adalah harga yang dinilai atau dipersepsi paling pas,
kompetitif atau lebih murah oleh konsumen.
Ada banyak cara untuk menciptakan harga psikologis ini, berikut
beberapa contoh harga psikologis yang sering digunakan oleh retailer.
Menetapkan diskon sehingga tercipta harga ganjil, misal 500.000,-
dengan 499.500,-
Menetapkan diskon sehingga tampak besar dalam prosentase (diskon
plus), misal 30% + 30%, akan tampak seperti diskon 60%.
Menetapkan diskon dengan menunjukan nilai nominal nya, misal diskon
100 ribu sebagai pengganti diskon 5%, dimana nilai 100 ribu akan lebih
menarik dari pada ditulis 5%, meski keduanya bernilai sama.
Memberikan diskon besar pada produk kedua dan ketiga, misal diskon
10% (atau nominalnya) untuk pembelian produk kedua dan diskon 15%
(atau nominalnya) untuk pembelian produk ketiga.
Memberikan diskon bersyarat, misal belanja senilai sekian rupiah akan
mendapatkan diskon 20%, atau berbelanja produk tertentu (kategori
tertentu) untuk mendapatkan diskon produk tertentu senilai sekian, dan
seterusnya
7 Strategi Diskon untuk Meningkatkan Penjualan
dan Profit Ritel
# 5 : Gunakan Impulse Buying, Cross-Selling, Up-Selling dan Bundling
Untuk beberapa kategori produk, akan selalu muncul produk baru atau
produk dengan fitur baru, misal produk fashion, seperti pakaian, tas,
sepatu, aksesoris dan lain-lain.
Pihak pengecer harus pandai-pandai mengatur tata letak produk baru
ini, salah satu cara adalah dengan meletakkan produk baru di depan
atau ditempat yang mudah dijangkau, sementara produk yang lama
yang ada diskonnya bisa diletakkan dibelakang.
Atau bisa juga dengan melakukan mixing secara berkelompok, dimana
setiap kelompok selalu ada barang diskon dan barang baru yang dijual
dengan harga penuh.
Dengan cara demikian diharapkan penjualan dengan harga penuh bisa
lebih maksimal, sementara bagi konsume dan pelanggan yang hendak
mencari barang diskon masih tetap bisa mendapatkannya.
Satu lagi, pengaturan tata letak yang tepat antara barang diskon dan
full price akan menghasilkan impulse buying, baik direct maupun indirect,
yaitu konsumen akan melihat-lihat produk yang full price (new arrival)
dan menunggu beberapa periode lagi untuk melakukan pembelian jika
barang sudah didiskon
7 Strategi Diskon untuk Meningkatkan Penjualan
dan Profit Ritel
- Aspek Pemasaran
- Aspek Manajemen Sumber Daya Manusia
- Aspek Keuangan
- Aspek Pemilihan Lokasi
- Aspek Sistem Informasi dan Manajemen Rantai Pasokan
- Manajemen Hubungan Pelanggan
Aspek Pemasaran
• Pemahaman terhadap target pasar bila dikaitkan dengan format
ritel
• Bagaimana Ritel dapat mengembangkan strategi keunggulan
bersaing yang berkelanjutan
1. Harga.
Ada retail store yang memasang harga mati seperti supermarket dan
departement store) dan ada pula yang menetapkan harga fleksibel atau
dapat ditawar (seperti discount store).
2. Kemudahan
Kemudahan parkir, bisa cepat pergi setelah membayar, dan mudah
mencari barang yang diinginkan (meliputi proses menemukan,
membandingkan, dan memilih).
3. Kualitas produk yang ditawarkan.
4. Bantuan wiraniaga.
Apakah harus swalayan, membantu ecara pasif, atau membantu secara
aktif.
PROSES PERENCANAAN DAN MANAJEMEN RITAIL
Faktor-faktor ekonomi yang relevan dalam memilih retail store antara lain
meliputi:
5. Reputasi
Kejujuran dan kewajaran dalam jual beli
6. Nilai yang ditawarkan
Yaitu perbedaan total customer value dan total customer cost. Total
customer value adalah sekumpulan manfaat yang diharapkan pelanggan
dari produk dan jasa, meliputi product value (misalnya keandalan, daya
tahan/keawetan, unjuk
kerja), service value (penyerahan barang, pelatihan, instalasi, perawatan,
reparasi), personnel value (kompeten, responsif, empati, dapat dipercaya),
dan image value (citra perusahaan). Sedangkan total customer cost terdiri
dari harga yang dibayarkan,
biaya waktu, biaya tenaga, dan biaya psikis.
7. Jasa-jasa khusus yang ditawarkan.
Pengiriman barang gratis, pembelian kredit dan bisa mengembalikan atau
menukar barang yang sudah dibeli.
Proses Pembuatan Rencana
Produk Anda perlu "menjual diri" di rak toko agar bekerja dengan baik
dalam program label-pribadi. Anda membutuhkan produk yang akan
dijual dengan harga lima hingga enam kali lipat dari biaya
pembuatannya untuk mendapat tambahan biaya tambahan.
Kebanyakan produk private-label yang ideal mudah diproduksi
dalam volume dan tidak mahal
Belanja adalah aktivitas rutin sebuah keluarga. Dan karena belanja
hampir menguras lebih-kurang 40% pengeluaran bulanan, tentu pilihan
yang masuk akal pertama kali adalah bagaimana mengatur
pengeluaran keuangan di sana-sini dengan baik.
Pertama-tama, kita harus tahu apa sih yang dimaksud dengan Private
Label itu?
Private Label adalah produk-produk tertentu yang merek dagangnya
adalah bernama sama dengan toko penjualnya. Sebut saja tisu
pembersih, handuk, makanan ringan, sampai peralatan elektronik. Jika
teliti, ada banyak produk dijual dengan merek toko penjualnya. DI
beberapa negara kadang juga disebut Private Brand, tetapi intinya
sama saja kok.
Keuntungan Private Lable
Dari tahun 1997 hingga 2005, penjualan merek private label meningkat
dua kali lipat dari merek nasional, menurut laporan 2008 oleh
perusahaan penasihat bisnis global AlixPartners. Produk private label
rata-rata sekitar 30 persen lebih rendah dari harga dibandingkan merek
nasional, menurut Packaging Digest. Namun, label toko barang
dagangan, perlahan-lahan bergerak menjauh dari dianggap hanya
sebagai penghematan biaya bagi konsumen atas merek nasional.
Setelah dilihat sebagai alternatif kelas kedua, mereka sekarang
menjembatani kesenjangan ini dengan memberikan kualitas yang
sebanding dengan merek nasional
2.Dukungan
Setiap klien OEM yang bersedia melakukan kontrak kerjasama pasti
diberikan stok produk OEM sehingga klien tidak perlu dikhawatirkan
dengan stok barang yang kosong kapanpun klien membutuhkan produk
OEM mereka.
3.Fleksibilitas
Produk OEM memang dibuat untuk sesuai dengan yang Anda impikan,
sehingga dipastikan dapat berbeda, kualitas dan kemasannya, dari produk
sejenis lainnya di pasaran.
5 Keuntungan memilih Private Label
Adapun keuntungan yang akan kita peroleh :
4.Garansi
Mungkin keuntungan yang paling terpenting dari produk OEM adalah
garansi dari pihak produsen. Setiap garansi produk OEM mungkin berbeda,
namun jika Anda menerima produk yang gagal atau cacat, maka pihak
produsen akan secepatnya mengganti produk pesanan Anda tersebut.
5.Investasi
Tidak ada investasi yang lebih baik. Di karenakan produk OEM dibuat agar
sesuai dengan harapan Anda, tentu Anda tidak perlu investasi untuk
membeli mesin produksi sendiri. Ini akan banyak menghemat uang Anda
dan mengurangi aktivitas bisnis Anda dalam jangka waktu yang lama
Apa Sih Beda Private Label dengan Produk Merek Lain?
Perbedaan yang signifikan dengan produk merek lain adalah private label
hanya dipasarkan di dalam toko saja. Hampir tidak ada aktivitas iklan di
luar toko, misalnya iklan di televisi, majalah, media cetak harian (koran),
atau kegiatan promosi lainnya. Kecual toko penjual tersebut menayangkan
iklan produk private label tersebut di monitor yang ada di dalam toko
tersebut. Hal tersebut membuat produk private label hanya diketahui di
kalangan terbatas. Hanya merekalah yang belanja di swalayan atau
supermarket tersebut yang pernah (paling tidak) pernah melihat, dan
kemudian membeli, produk private label tersebut. Bagi sebagian
masyarakat, produk private label tersebut memang terjangkau dari sisi
harga.
Menurut pakar pemasaran, iklan yang minimal justru menguntungkan. Kok
bisa begitu? Seperti yang kita tahu, kegiatan promosi dan pemasaran di
media apa pun (cetak, televisi, radio, dan media jenis lainnya) merupakan
pos pengeluaran paling besar dalam komponen biaya produk barang
konsumsi (consumer goods). Dengan beriklan yang sangat terbatas, bahkan
tidak beriklan sama sekali, produk private label bisa menekan biaya
tersebut, yang ujungnya bisa menjual dengan harga lebih murah.
Jika Anda jalan sejenak ke toko swalayan yang paling dekat dari rumah,
dan persis di pintu masuk toko tersebut dipasang papan iklan bahwa produk
semacam tisu toilet dengan huruf A warna merah di bungkusnya, itu tanda
Anda waktunya beli produk private label tersebut
Pelanggan Tidak Percaya bahwa Itu Murah?
Oke. Sekarang Anda sudah tahu kan perbedaan produk private label
dengan produk bermerek lainnya? Nah, sekarang kita coba bikin survei
kecil-kecilan atas beberapa bahan pokok yang paling sering dibeli saat
belanja bulanan di supermarket
kita bisa lihat bahwa harga private label memang lumayan murah
untuk dibeli. Bahkan untuk kategori yang sama pun, harga private
label memang terjangkau. Perlu diingat bahwa meskipun perbedaan
harganya tampak tipis, kategori di atas adalah barang-barang yang
sering kita beli dan cukup rutin. Perbedaan harga yang cukup tipis ini
membawa perbedaan besar dengan frekuensi pembelian yang rutin
dan sering.
Satu hal yang paling dikhawatirkan oleh konsumen perihal private
label adalah kualitas. Asumsi orang banyak, harga murah, maka
kualitas pasti jelek. Ditambah lagi produk private label jarang
diiklankan di media massa. Di benak utama kita sebagai konsumen
pasti sudah tertancap kuat terhadap sebagian besar merek-merek
yang sudah dikenal selama ini. Ada beberapa konsumen pasti
bertanya, jika produk semacam itu berkualitas bagus, kenapa tidak
diiklankan? Atau mungkin karena kualitas produknya yang tidak bagus
makanya tidak diiklankan. Betul tidak?
Apa Betul Merek Private Label Berkualitas Buruk?
Definisi sederhana dari private label adalah produk yang dijual di sebuah
toko/peritel dengan merek yang dibuat khusus oleh toko/peritel tersebut.
Private label dikenal juga sebagai store brand. Strategi private label ini
lazimnya dilakukan oleh jaringan peritel modern.
Mengapa strategi private label dilakukan oleh peritel modern?
3.Peritel tahu benar produk apa saja yang perputarannya cepat (fast
moving) berdasarkan data base yang dimilikinya. Sehingga dengan
memiliki private label untuk produk fast moving, semakin besar keuntungan
yang langsung diterima oleh peritel tersebut.
Mengapa strategi private label dilakukan oleh peritel modern?
4.Bisnis ritel identik dengan perang harga. Semakin murah harga produk
yang ditawarkan, semakin banyak konsumen yang berbelanja di peritel
tersebut. Nah, private label lah yang dapat menjaga dan menguatkan citra
harga murah dari peritel tersebut. Karena kontrol private label berada 100%
di tangan peritel.
Adapun konsumen dari private label ini adalah konsumen yang memiliki
sedikit loyalitas terhadap merek karena sangat sensitif terhadap harga.
Oleh karena itulah, bagi para produsen FMCG merek nasional, kehadiran
private label merupakan ancaman yang bisa menggerus pasar mereka
Mengapa strategi private label dilakukan oleh peritel modern?
Adapun konsumen dari private label ini adalah konsumen yang memiliki
sedikit loyalitas terhadap merek karena sangat sensitif terhadap harga.
Oleh karena itulah, bagi para produsen FMCG merek nasional, kehadiran
private label merupakan ancaman yang bisa menggerus pasar mereka.
Mengapa strategi private label dilakukan oleh peritel modern?
Strategi focus sendiri terbagi lagi dalam focus biaya dimana perusahaan
mengusahakan keunggulan biaya dalam segmen sasarannya, dan focus
diferensiasi dimana perusahaan mengusahakan diferensiasi dalam
segmen sasarannya
Mengapa strategi private label dilakukan oleh peritel modern?
1.Industri alas kaki global memiliki jejak karbon yang besar, karena
perusahaan membakar manufaktur energi dan mengangkut produk
mereka dan menggunakan minyak bumi untuk membuat komponen
seperti sol karet.
The JUST Egg mengurangi emisi tersebut dengan produk pengganti telur
vegan yang terbuat dari tanaman bernama kacang hijau. Dimasak
dengan benar, rasanya cukup dekat dengan yang asli.
The 5 Smartest Sustainable Products of 2018
3.Daun nanas, batang pohon pisang, dan kulit batang tebu tidak
memiliki banyak nilai sebagai makanan, dan dengan demikian
biasanya dibuang. Tapi otak di belakang
1.Target pasar
Meskipun bisnis retail biasa menawarkan berbagai produk kebutuhan
masyarakat, namun sebisa mungkin tentukan target konsumen yang ingin
Anda jangkau. Misalnya saja lebih menekankan harga murah untuk
menjangkau konsumen menengah kebawah, atau menyediakan produk
dengan kualitas terbaik untuk menjangkau sasaran pasar menengah
keatas.
2.Loyalitas pelanggan
Memiliki konsumen yang loyal, merupakan strategi tepat untuk
meningkatkan pemasaran. Bukan hanya itu saja, dengan adanya
loyalitas konsumen juga membantu bisnis retail untuk menghadapi
persaingan pasar. Oleh karena itu ciptakan suatu program –
program promosi yang dapat meningkatkan loyalitas konsumen,
contohnya saja dengan memberikan kartu diskon bagi para member
3.Pilih lokasi usaha yang strategis
Pemilihan lokasi usaha sangat mempengaruhi tingkat penjualan pada
bisnis retail. Sesuaikan lokasi usaha dengan bisnis retail yang ingin
dijalankan, sebab lokasi usaha juga ikut menentukan potensi pasar.
Tahapan Dalam Mengembakan Strategi Pemasaran Bisnis Ritel
Strategi ritel (retail) meliputi penentuan target pasar, sifat barang dan
jasa yang ditawarkan,dan bagaimana ritel memperoleh keuntungan
jangkan panjang dari para pesaingnya.
1. Harga.
Ada retail store yang memasang harga mati seperti supermarket dan
departement store) dan ada pula yang menetapkan harga fleksibel atau
dapat ditawar (seperti discount store).
2. Kemudahan
Kemudahan parkir, bisa cepat pergi setelah membayar, dan mudah
mencari barang yang diinginkan (meliputi proses menemukan,
membandingkan, dan memilih).
3. Kualitas produk yang ditawarkan.
4. Bantuan wiraniaga.
Apakah harus swalayan, membantu ecara pasif, atau membantu secara
aktif.
PROSES PERENCANAAN DAN MANAJEMEN RITAIL
Faktor-faktor ekonomi yang relevan dalam memilih retail store antara lain
meliputi:
5. Reputasi
Kejujuran dan kewajaran dalam jual beli
6. Nilai yang ditawarkan
Yaitu perbedaan total customer value dan total customer cost. Total
customer value adalah sekumpulan manfaat yang diharapkan pelanggan
dari produk dan jasa, meliputi product value (misalnya keandalan, daya
tahan/keawetan, unjuk
kerja), service value (penyerahan barang, pelatihan, instalasi, perawatan,
reparasi), personnel value (kompeten, responsif, empati, dapat dipercaya),
dan image value (citra perusahaan). Sedangkan total customer cost terdiri
dari harga yang dibayarkan,
biaya waktu, biaya tenaga, dan biaya psikis.
7. Jasa-jasa khusus yang ditawarkan.
Pengiriman barang gratis, pembelian kredit dan bisa mengembalikan atau
menukar barang yang sudah dibeli.
Proses Pembuatan Rencana
Orang-orang telah mengatakan untuk waktu yang lama bahwa cetakan sudah
mati, tetapi saya baru-baru ini menemukan sebuah perusahaan yang
menggunakan perangkat lunak untuk mendapatkan alamat fisik untuk klien dan
mulai mengirim mereka buletin cetak. Bayangkan itu. Di zaman MailChimp dan
HubSpot, perusahaan ini menentang arus dan mengeluarkan uang ekstra untuk
melakukannya dengan cara lama. Saya juga terkejut ketika mengetahui bahwa
kampanyenya sangat sukses - tetapi mengapa? Sederhananya, semua orang
telah menjadi digital, dan perusahaan ini melihat kesempatan untuk melakukan
sesuatu yang berbeda. Sekarang, saya tidak menganjurkan bahwa bisnis harus
mencoba untuk membangkitkan pemasaran cetak atau melakukan sesuatu
hanya karena itu tidak biasa dan bukan karena itu bergema dengan khalayak
mereka. Tetapi mereka harus mempertimbangkan kampanye terpadu dan taktik
distribusi kreatif yang berfokus pada cara untuk melibatkan anggota audiens
yang mungkin tidak dipertimbangkan oleh pesaing industri mereka.
5 Tren Pemasaran Ritel Untuk Diperhatikan Tahun 2019
Dalam poin pertama saya, saya berbicara tentang perlunya membuat konten
yang menarik daripada hanya iklan. Konten yang menarik ini tidak hanya
membantu pemasaran.
Ini dapat memungkinkan tim penjualan Anda dan bermanfaat untuk merekrut,
komunikasi investor, pelatihan internal, dan hampir setiap bidang bisnis Anda
juga.
Setiap kali saya melakukan presentasi utama, ada orang yang mendatangi
saya dan berkata, “John, kami tidak bisa melakukan hal ini! Terlalu banyak
pita merah dengan departemen lain. ”
5 Tren Pemasaran Ritel Untuk Diperhatikan Tahun 2019
Baru-baru ini, putri saya yang berumur 4 tahun mengambil jam tangan Timex
saya yang lama. Setelah bermain dengannya selama beberapa menit, dia
menemukan bahwa wajah arloji menyala ketika dia menekan tombol di samping.
Dia menjadi bersemangat dan memberi tahu jam: “Panggil Grandma Hall!” Tak
perlu dikatakan, wajah ibuku tidak muncul di Timex saya yang sudah tua, yang
sangat mengecewakannya. Anda dapat menonton video di sini.
Toko serba ada dan perusahaan dagang sejenis dapat menghitung laba
kotor dan laba operasi setiap bulan, tapi melakukan penghitungan fisik
persediaan hanya satu atau dua kali dalam setahun
Selain itu membandingkan perkiraan persediaan akhir dengan persediaan
akhr secara fisik.
Keduanya pada harga ritel, akan membantu menunjukkan kehilangan
persediaan yang berasal dari pencurian dan sebab lainnya.
Selanjutnya manajemen dapat mengambil tindakan yang diperlukan.
Metode ritel juga dapat digunakan sebagai alat bantu untuk melakukan
penghitungan fisik persediaan.
Dalam hal ini, barang yang dihitung dicatat dalam lembar persediaan
pada harga jual ritel, buaknya pada biaya.
Kemudian penghitungan fisik pada harga jual diubah ke biaya dengan
menggunakan rasio biaya terhadap harga jual ritel untuk barang yang
tersedia untuk dijual.
Metode Persediaan Ritel
Harga pokok penjualan harian rata-rata ditentukan dengan membagi harga pokok penjualan
dengan 365. Jumlah hari penjualan dalam persediaan untuk HS dan RCL dihitung sebagai
berikut
Kotler (2003:535) mengemukakan, “penjualan eceran meliputi semua
kegiatan yang melibatkan penjualan barang atau jasa secara langsung
pada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan bisnis
(retailing includes all the activities involved in selling goods or services
directly to final consumer for personal, non business use)
Menurut Asosiasi Perusahaan Ritel Indonesia (Aprindo), pertumbuhan bisnis
ritel di Indonesia antara 10%–15% per tahun. Jumlah gerai ritel modern di
Indonesia mengalami pertumbuhan rata-rata 17,57% per tahun, dalam
periode enam tahun terakhir. Pertumbuhan jumlah gerai tersebut tentu
saja diikuti dengan pertumbuhan penjualan. Berkembangnya perusahaan
ritel di Indonesia disebabkan oleh pola belanja masyarakat Indonesia
yang bergeser dari pasar tradisional menjadi pasar modern.
10. Indomaret
9. Alfamart
8/7. Hero/Giant
6. Borma
5/4. Matahari/Hypermart
3. Superindo
2/1. Transmart & Carefour
Perintis Ritel di Indonesia.
.
Hari darmawan, seorang pendiri Matahari Group yang memulai bisnisnya
dari sebuah toko pakaian kecil di kawasan pasar baru
Perilaku Konsumen
Perilaku Belanja
Korelasi antara perilaku konsumen dengan perilaku
belanja
Posisi Pasar
Posisi Pasar
Davidson 1998 yang dikutip Asep Sujana (2005).di industri ini ada
2 jenis pasar :
1. Konsep Produksi
2. Konsep Produk’
3. Konsep Penjualan
4. Konsep Pemasaran
5. Konsep Pemasaran Holistik
Manajemen Ritel Modern
menggunakan Retail Mix
Bagi pemerhati, praktisi manajemen pemasasaran seringkali kita
mendengar dan membaca tentang konsep bauran pemasaran
(marketing mix), sebagai sebuah konsep yang terus berkembang,
demikian juga dalam hal implementasinya. Dalam konteks
manajemen ritel modern, dikenal juga konsep tentang bauran ritel
(retail mix). Konsep tentang bauran ritel ini sebenarnya merupakan
jantung atau penggerak dari semua aspek operasional dari
manajemen ritel. Untuk itu, penting bagi pemerhati konsep dan
praktisi ritel menyimak bagaimana konsep dan implementasi bauran
ritel (retail mix).
BAURAN RITEL
Bauran ritel adalah elemen-elemen yang menjadi faktor penentu
dalam implementasi strategi dan taktik yang dijalankan oleh peritel.
Bauran ritel terdiri dari beberapa elemen yaitu Place, People,
Product, Price, Promotion. Kelima elemen tersebut saling melengkapi
satu dengan lainnya sehingga digambarkan dalam wujud
bangunan menyerupai rumah. Elemen tersebut dapat digambarkan
secara rinci
ELEMEN-ELEMEN BAURAN RITEL
Terdapat enam elemen bauran ritel yang akan memiliki fungsi saling
mendukung dan melengkapi. Tidak dapat dikatakan bahwa satu elemen
memiliki peran yang lebih penting dibandingkan elemen lain karena masing-
masing elemen akan saling mendukung dan melengkapi. Berikut penjelasan
dari masing-masing elemen tersebut.
1. Lokasi (Place)
Lokasi adalah faktor yang sangat penting dalam bauran ritel. Pada lokasi
yang tepat, sebuah gerai akan lebih sukses dibandingkan gerai lainnya yang
berlokasi kurang strategis, meskipun keduanya menjual produk yang sama,
merchandise dijual oleh pramuniaga yang sama banyak dan sama-sama
memiliki keterampilan, bahkan sama-sama memiliki setting /ambience yang
bagus.
ELEMEN-ELEMEN BAURAN RITEL
Beberapa hal yang perlu menjadi pemikiran terkait dengan penetapan lokasi
ritel adalah sebagai berikut:
Lokasi merupakan hal yang kritis dalam bisnis ritel, meliputi pemilihan
terhadap wilayah perdagangan untuk bisnis tersebut dan di mana tepatnya
bisnis tersebut akan dijalankan.
Ukuran toko pada suatau lokasi tertentu, yang dimaksud dengan ukuran
adalah besar dan bentuk toko yang dapat memaksimumkan produktifitas
tempat yang ada. Hal ini penting dilakukan, kadang ritel dihadapkan pada
pilihan lokasi yang strategis, namun luas area untuk toko tidak mencukupi
(sempit)
Layout/penyajian toko pada suatu lokasi, mengacu kepada arus trafik/lalu
lintas konsumen; lokasi dan banyaknya departemen barang yang akan dijual;
luas dan lokasi counter pelayanan konsumen; area penyimpanan barang;
serta suasana di sekeliling toko.
Beberapa jenis gerai yang berbeda seperti supermarket, variety
store/depatment store, toko fashion dapat menetapkan lokasi, berkumpul
dalam suatu area perdagangan ritel; seperti mal atau pusat bisnis. Masing-
masing mendapatkan pembeli dari segmen yang sesuai incaran mereka. Hal
ini dimungkinkan setelah masing-masing peritel mempelajari karakteristik mal
atau pusat perbelanjaan yang bersangkutan dari berbagai aspek seperti luas
dan kepadatan wilayah/area yang dilayani, kelas sosial ekonomi penduduk,
luas mal/pusat perbelanjaan, kondisi lalu lintas, sarana transportasi umum,
Layout/penyajian toko pada suatu lokasi, mengacu kepada arus trafik/lalu
lintas konsumen; lokasi dan banyaknya departemen barang yang akan dijual;
luas dan lokasi counter pelayanan konsumen; area penyimpanan barang;
serta suasana di sekeliling toko.
Keputusan menentukan lokasi dapat berubah karena ritel juga harus
melakukan investasi substansiil, seperti melakukan pembelian dan
pengembangan untuk tokonya, atau menyewa secara jangka panjang
kepada para pengembang. Seandainya ditempatkan di mall atau daerah
pusat bisnis, menguntungkan bagi ritel karena strategi bersaingnya lain tidak
mudah ditiru, sebab ada batasan penempatannya.
Nilai adalah hubungan antara apa yang diperoleh pelanggan (barang dan
jasa) dan dan apa yang harus dia bayar untuk mendapatkan manfaat
barang tersebut. Seringkali penetapan harga yang dilakukan oleh ritel skala
besar yang menyediakan item barang dagangan sampai puluhan ribu
merupakan hal yang biasa, sedangkan bagi ritel yang baru memulai usaha
dan belum memiliki sistem ataupun tenaga trampil dalam menetapkan
harga, maka satu-satunya langkah yang dapat dilakukan adalah
membenahi dan membangun sistem pengadaan barang dagangan yang
baik dengan tidak meninggalkan keinginan untuk membangun relasi yang
baik dan saling menguntungkan dengan pihak pemasok dan didukung pula
oleh keberadaan sistem informasi yang handal dan canggih.
3.Harga (Price)
Beberapa hal yang terkait dengan harga dapat dirinci sebagai berikut:
“Value”/Nilai berkaitan dengan persepsi konsumen tentang harga yang
ditawarkan dibandingkan dengan persaingan yang ada di bisnis tersebut
Kualitas mengacu kepada hubungan antara harga dengan kualitas dan
posisi pengecer tersebut di pasar
Tingkat harga berhubungan dengan rentangan harga yang diberikan yang
mempengaruhi kemasan barang yang dijual. Tingkat harga ini juga
mencakup harga yang ditetapkan untuk menarik target market yang ada.
Dalam pasar ritel sekarang, terdapat dua strategi penetapan harga yang
berlainan yaitu:
3.Harga (Price)
Penetapan harga rendah tiap hari (=EDLP; everyday low pricing) yang
menekankan kontinyuitas harga ritel pada level antara harga non-obral
reguler dan harga obral diskon besar pesaing ritel (tak selalu berarti
termurah).
High atau low pricing (HLP), di mana ritel menawarkan harga yang kadang
kadang diatas EDLP pesaing, dengan memakai iklan untuk mempromosikan
obral dalam frekuensi yang cukup tinggi.
Penetapan strategi harga rendah, harga biasa atau biasa disebut dengan
at par (sama dengan harga rata-rata pasar) maupun harga tinggi, berkaitan
erat dengan faktor-faktor merchandise (yaitu ragam, fitur maupun nilai
barang dagangan), lokasi, atmosfer maupun layanan yang disediakan oleh
ritel. Barang dagangan (merchandise) yang tergolong kelas rata-rata dan
dijual di lokasi biasa akan dijual dengan harga yang umum. Sedangkan
produk-produk yang bersifat eksklusif yang unik biasanya dijual di lokasi yang
strategis dengan sedikit pesaing biasanya akan dijual dengan harga yang
relatif tinggi. Sebaliknya produk yang sangat populer dan banyak dibuat
orang sehingga tersebar hingga ke pelosok akan dijual dengan harga yang
lebih rendah daripada harga pasar atau harga umum
4. Orang (People)
Manajemen Sumber Daya Manusia dapat menjadi dasar untuk
mendapatkan keuntungan yang kompetitif, dengan tiga alasan sebagai
berikut :
Perhitungan biaya tenaga kerja termasuk sebagai salah satu komponen
dalam biaya total ritel. Oleh karena itu, mengelola karyawan yang efektif
dapat menghasilkan keuntungan dalam penghematan biaya total ritel.
Pengalaman yang dimiliki kebanyakan pelanggan terhadap ritel, bisa
ditentukan dari aktivitas karyawan yang menseleksi barang dagangan atau
merchandise, menyediakan informasi dan bantuan, dan ketrampilan dalam
memajang stok barang dagangan (stock merchandise) di rak pajang. Oleh
karena itu, karyawan menjadi fungsi utama dalam membedakan apa yang
ditawarkan ritel terhadap apa yang ditawarkan oleh ritel pesaing.
Pengelolaan Sumber Daya Manusia yang baik akan mewujudkan kinerja
operasional karyawan ritel yang baik pula dan dapat mewujudkan
keuntungan potensial bagi ritel. Keuntungan potensial tersebut sulit atau
bahkan tidak dapat ditiru oleh pesaing. Contoh, tiap eksekutif departemen
toko memahami tentang pentingnya penyediaan layanan bagi pelanggan
yang dilakukan oleh karyawan dalam menyambut pelanggan secara
outstanding (karyawan berdiri di luar toko), namun tiap eksekutif tidak
mungkin secara terus menerus melakukan pengawasan agar standar
pelayanan ini konsisten dilaksanakan. Hal ini akan sangat tergantung pada
komitmen masing-masing pekerja ritel dan sangat berorientasi pada budaya
perusahaan tersebut4.
5.Promosi (Promotion)