Toksikologi Kasus Napza

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

Teknik Analisis Napza Dan Kasus

Agitasi Akibat Pemakaian


Mephedrone
kelomp
ok
ADELIA RAHMAT J (3119001)
RISKA AMELIA (3119004)
NOVIANTI NURJAMAN (3119005)
CEPIA PUJI ADINDA (3119006)
ANTI ZULFITRI F (3119010)
M THAMRIN A (3119012)
DERA IRAWAN (3119034)
AZIS MAFTUH FAUZI A (3119041)
NAPZA
NAPZA merupakan akronim dari Narkoba, Psikotropika dan Zat
Adiktif lainnya yang merupakan jenis obat-obatan yang dapat
mempengaruhi gangguan kesehatan dan kejiwaan. Secara umum
NAPZA merupakan zat-zat kimiawi yang apabila dimasukkan ke dalam
tubuh baik secara oral (diminum, dihisap dan dihirup) maupun disuntik
dapat mempengaruhi pikiran, suasana hati, perasaan dan perilaku
seseorang. Hal ini dapat menimbulkan gangguan keadaan sosial yang
ditandai dengan indikasi negatif, waktu pemakaian yang panjang dan
pemakaian yang berlebihan.
Mephedrone

Mephedrone merupakan sintesis dari cathinone, narkoba golongan


kationan telah dikenal cukup lama dan peredarannya telah dilarang di
Indonesia maupun negara lainnya. Narkoba golongan katinon memiliki
struktur kimia dan efek yang hampir mirip dengan amfetamin. Narkoba
golongan katinon dapat menstimulasi hingga ke ujung sistem saraf pusat
sehingga dapat menimbulkan rasa menyenangkan bagi penggunanya.
Karena dapat menstimulasi sistem saraf pusat, narkoba golongan ini
umumnya dapat menimbulkan candu bagi penggunannya.
TOKSIKOLOGI
FORENSIK
Toksikologi forensik adalah penggunaan toksikologi dan disiplin ilmu
lainnya seperti kimia analisis, farmakologi dan kimia klinik untuk
tujuan penyelidikan hukum atau medis kasus kematian, keracunan,
dan penggunaan obat. Perhatian utama toksikologi forensik
bukanlah hasil legal penyelidikan toksikologi atau penggunaan
teknologi, tetapi memperoleh dan menginterpretasi hasilnya. Analisis
toksikologi dapat dilakukan untuk beragam jenis sampel.
RACUN
Secara umum, racun merupakan zat padat, cair, atau gas, yang dapat
mengganggu proses kehidupan sel suatu organisme. Zat racun
dapat masuk ke dalam tubuh melalui jalur oral (mulut) maupun
topikal (permukaan tubuh). Dalam hubungan dengan biologi, racun
adalah zat yang menyebabkan luka, sakit, dan kematian organisme,
biasanya dengan reaksi kimia atau aktivitas lainnya dalam skala
molekul.
Kasus Agitasi Akibat Pemakaian Mephedrone
Kasus agitasi (keresahan atau kegelisahan) sebagai dampak penyalahgunaan
narkotika dan obatobatan terlarang sering terjadi hingga mengakibatkan
perilaku menyakiti diri sendiri.
Seorang pria berusia 36 tahun melukai dirinya sendiri dengan
menghancurkan jendela-jendela. Meski polisi sempat memberikan tindakan
resusitasi namun korban tidak tertolong dan meninggal dunia. Setelah dilakukan
autopsi terlihat banyak luka yang ditemukan pada kulit superfisial, memar dan
pembengkakan otak ringan namun tidak diketahui penyebab pasti kematian.
Dugaan sementara, pria tersebut telah mengkonsumsi mephedrone, hal ini
diperkuat dengan ditemukannya barang bukti berupa 96 tablet hijau dengan
logo captagon pada salah satu tablet dan lingkaran R pada sisi tablet lainnya.
Identifikasi
Identifikasi mephedrone pada kasus agitasi di Belanda tersebut ditentukan menggunakan sampel
darah femoralis, urin dan isi perut setelah diendapkan proteinnya menggunakan aseton.

Hasil Analisis Toksikologi


Sampel Forensik
Darah Femoralis, Urin, dan Isi Perut

Dalam darah ditemukan femoralis Kokaine 0,0071 mg/L


ditemukan Benzoylecgoinine0,17 mg/L
Methylecgonine 0,042 mg/L
MDMA 0,011 mg/L
Oxazepam kurang dari 0,010 mg/L
Midazolam 0,0064 mg/L

Dalam urin ditemukan Mephedrone 186 mg/L

Dalam isi perut ditemukan Mephedrone 1,04 mg/L


Keterangan
Adanya kokain dan metabolitnya (benzoylecgonine, methylecgonine),
MDMA, oxazepam dan midazolam dalam darah korban menegaskan
penggunaan atau zat tersebut. Midazolam, metanephrine (metabolit
epinefrin) dan atropin diberikan oleh tenaga medis sebagai tindakan
resuitasi. Namun, kadar oksazepam dan midazolam terlalu rendah secara
signifikan untuk menyebakan kematian pada pria tersebut. Kadar
oksazepam yang diperoleh pada darah femoral yaitu kurang dari 0,010
mg/L dan kadar midazolam yang diperoleh pada darah femoral yaitu
0,0064 mg/L. Konsentrasi mephedrone paling tinggi diperoleh
dibandingkan senyawa lainnya. Konsentrasi mephedrone tertinggi
diperoleh pada sampel urin dengan kadar 186 mg/L.
Lanjutan…
Orang ini diduga mengambil 200 mg mephedrone secara oral dan
kemudian disuntikkan lagi 3,8 g secara intramuskular. Secara keseluruhan,
hasil analisis menunjukkan bahwa kadar mephedrone paling tinggi
ditemukan pada spesimen biologis korban. Banyaknya luka yang
ditimbulkan menyebabkan pria tersebut kehilangan banyak darah yang
mungkin dapat memperburuk masalah jantung dan tekanan darah yang
disebabkan oleh mephedrone. Keadaan kemarahan seperti itu dapat
disebabkan oleh efek toksik dari mephedrone (agresi, halusinasi, psikosis).
Analisis Toksikologi
Forensik
Analisis toksikologi forensik umumnya dilakukan dalam beberapa
tahapan yaitu penyiapan sampel, skrining tes, uji konfirmasi, dan uji
determinasi. Umumnya saat dilakukan analisis toksikologi forensik,
yang ditemukan tidak hanya berupa senyawa induk namun dapat
juga berupa senyawa metabolit dari senyawa induk tersebut.
Senyawa metabolit tersebut dapat menjadi target analisis
toksikologi forensik, hal tersebut karena beberapa senyawa induk
saat masuk ke sistem peredaran darah manusia dapat mengalami
metabolisme menjadi senyawa metabolit.
Beberapa tahapan analisis toksikologi forensik tersebut diantaranya:

1. Persiapan sampel, jenis dan sifat biologis spesimen, sifat fisika kimia spesimen dan
tujuan dilakukannya analisis toksikologi forensik merupakan beberapa hal yang perlu
diperhitungkan saat akan menyiapkan sampel. Dengan mempertimbangkan hal tersebut,
maka dapat ditentukan dan dirancang metode preparasi sampel, jumlah sampel yang
digunakan dan metode analisis toksikologi forensik yang tepat.
2. Skrining tes, skrining tes merupakan salah satu tahapan dari analisis toksikologi
forensik yang dilakukan untuk mengidentifikasi golongan senyawa yang akan
dianalisis.
3. Uji konfirmasi, uji konfirmasi dilakukan untuk menetapkan identitas analit yang
dianalisis. Uji konfirmasi dapat dilakukan dengan beberapa metode diantaranya HPLC,
GC-MS atau KLT-Spektrofotodensitometri. Uji konfirmasi dapat digunakan untuk
menarik kesimpulan apakah seseorang telah menyalahgunakan obat terlarang atau
tidak.
TERIMAKASIH BANYAK

Anda mungkin juga menyukai