Askep Gagal Nafas 2020
Askep Gagal Nafas 2020
Askep Gagal Nafas 2020
Latar Belakang
• Gagal nafas adalah pertukaran gas yang tidak adekuat sehingga terjadi
hipoksemia, hiperkapnea (peningkatan konsentrasi karbondioksida arteri),
dan asidosis. (Arif Muttaqin, 2008)
d. Trauma
Kecelakaan yang mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran dan perdarahan
dari hidung dan mulut dapat mengarah pada obstruksi jalan nafas atas dan
depresi pernapasan. Hemothoraks, pnemothoraks dan fraktur tulang iga dapat
terjadi dan mungkin meyebabkan gagal nafas. Flail chest dapat terjadi dan dapat
mengarah pada gagal nafas. Pengobatannya adalah untuk memperbaiki patologi
yang mendasar.
• Gejala :
• Hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran (PCO2 meningkat)
• Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis (PO2 menurun).
4. Patofisiologi
• Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik
dimana masing masing mempunyai pengertian yang berbeda.
• Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang
parunya normal secara struktural maupun fungsional sebelum awitan
penyakit timbul.
•
• Sedangkan gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit
paru kronik seperti bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam
(penyakit penambang batubara). Pasien mengalalmi toleransi terhadap
hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk secara bertahap. Setelah gagal
nafas akut biasanya paru-paru kembali kekeadaan asalnya. Pada gagal nafas
kronik struktur paru alami terjadi kerusakan yang ireversibel.
5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemerikasan gas-gas darah arteri: penting untuk menentukan adanya asidosis respiratorik dan alkalosis
respiratorik, serta untuk mmengetahui apakah klien mengalami asidosis metabolic, alkalosis metabolic
atau keduanya.
Hipoksemia:
• Ringan : PaO2 < 80 mmHg • Sedang : PaO2 < 60 mmHg • Berat : PaO2 < 40 mmHg
b. Pemeriksaan rontgen dada: Melihat keadaan patologik dan atau kemajuan proses penyakit yang tidak
diketahui.
c. Hemodinamik: Tipe I : peningkatan PCWP
d. EKG: adanya hipertensi pulmonal dapat dilihat pada EKG yang ditandai dengan perubahan gelombang P
meninggi di sadapan II, III, aVF, serta jantung yang mengalami hipertrofi ventrikel kanan.
e. Pemeriksaan sputum: yang di perhatikan ialah bau, warna dan kekentalan. Jika perlu lakukan kultur dan uji
kepekatan terhadap kuman penyebab.
f. Pengukuran fungsi paru: penggunaan respirometer untuk mengetahui ada tidaknya gangguan obstruksi dan
retraksi paru. FEV1 normal > 83%.
6. Penatalaksanaan medis
- Terapi oksigen: Pemberian oksigen kecepatan rendah, masker Venturi
atau nasal prong
- Ventilator mekanik dengan tekanan jalan nafas positif kontinu (CPAP)
atau PEEP
- Inhalasi nebulizer
- Fisioterapi dada
- Pemantauan hemodinamik/jantung
- Pengobatan: bronkodilator, steroid
- Dukungan nutrisi sesuai kebutuhan
- Steroid
- Obat-obatan:
- Antibiotic: diberikan setelah dilakukan uji kultur sputum dan uji
kepekaan terhadap kuman penyebab.
- Bronkodilatator, kartikosteroid, diuretic, digitalis
7. Asuhan Keperawatan
• Pengkajian Primer
Airway
• Peningkatan sekresi pernapasan
• Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi.
Breathing
• Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu,
retraksi.
• Menggunakan otot aksesori pernapasan.
• Kesulitan bernafas : lapar udara, diaforesis, sianosis.
Circulation
• Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
• Sakit kepala
• Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental, mengantuk
• Papiledema
• Penurunan haluaran urine
Menurut pengumpulan data dasar oleh Doengoes
Keamanan
• Gejala : riwayat terjadi fraktur, keganasan paru, riwayat
radiasi/kemoterapi
Penyuluhan/pembelajaran
• Gejala : riwayat faktor resiko keluarga dengan tuberkulosis, kanker
1. Pengkajian persistem
• Anamnesis
Keluhan utama yang sering muncul adalah gejala sesak nafas atau
peningkatan frekuensi nafas. Secara umum perlu dikaji tentang
gambaran secara menyeluruh apakah klien tampak takut, mengalami
sianosis, dan apakah tampak mengalami kesukaran bernafas.
Perlu diperhatikan juga apakah klien berubah menjadi sensitif dan
cepat marah (iritability), tanpak binggung (confusion), atau mengantuk
(somnolent). Yang tak kalah penting ialah kemampuan orientasi klien
terhadap tempat dan waktu. Hal ini perlu diperhatikan karena
gangguan funngsi paru akut dan berat sering direfeksikan dalam
bentuk perubahan status mental. Selain itu, gangguan keadaan sering
pula dihubungkan dengan hipoksemia, hiperkapnea, dan asidemia
karena gas beracun. Selain itu kaji riwayat penyakit masa lalu, riwayat
penyakit keluarga, lingkungan serta habits/ kebiasaan.
Pemeriksaan fisik
• Keadaan umum
Kaji tentang kesadara klien, kecemasan, kegelisahan, kelemahan
suara bicara. Denyut nadi, frekuensi nafas yang meingkat,
penggunaan otot-otot bantu pernafasan, sianosis.
• B1 (Breathing)
Inspeksi
Kesulitan bernafas tampak dalam perubahan irama dan frekuensi
pernafasan. Keadaan normal frekuensi pernafasan 16-20x/menit
dengan amplitude yang cukup besar. Jika seseorang bernafas lambat
dan dangkal, itu menunjukan adanya depresi pusat pernafasan.
Penyakit akut paru sering menunjukan frekuensi pernafasan >
20x/menit atau karena penyakit sistemik seperti sepsis, perdarahan,
syok, dan gangguan metabolic seperti diabetes militus.
• Palpasi
Perawat harus memperhatikan pelebaran ICS dan penurunan taktil fremitus
yang menjadi penyebab utama gagal nafas.
• Perkusi
Perkusi yang dilakukan dengan saksama dan cermat dapat ditemukan daerah
redup- sampai daerah dengan daerah nafas melemah yang disebabkkan oleh
penebalan pleura, efusi pleura yang cukup banyak, dan hipersonor, bila
ditemukan pneumothoraks atau emfisema paru.
• Auskultasi
Auskultasi untuk menilai apakah ada bunyi nafas tambahan seperti wheezing dan
ronki serta untuk menentukan dengan tepat lokasi yang didapat dari kelainan
yang ada.
• B2 (Blood)
Monitor dampak gagal nafas pada status kardovaskuler meliputi keadaan
hemodinamik seperti nadi, tekanan darah dan CRT.
• B3 (Brain)
Pengkajian perubahan status mental penting dilakukan perawat karena
merupakan gejala sekunder yang terjadi akibat gangguan pertukaran gas.
Diperlukanan pemeriksaan GCS untuk menentukan tiingkat kesadaran.
• B4 (Bladder
Pengukuran volume output urin perlu dilakukan karena berkaitan dengan
intake cairan. Oleh karena itu, perlu memonitor adanya oliguria, karena hal
tersebut merupaka tanda awal dari syok.
• B5 (Boowel)
Pengkajian terhadap status nutrisi klien meliputi jumlah,
frekuensi dan kesulitan-kesulitan dalam memenuhi
kebutuhannya. Pada klien sesak nafas potensial terjadi
kekurangan pemenuhan nutrisi, hal ini karena terjadi dipsnea
saat makan, laju metabolism, serta kecemasan yang dialami klien.
• B6 (Bone)
Dikaji adanya edema ekstermitas, tremor, tanda-tanda infeksi
pada ekstermitas, turgor kulit, kelembaban, pengelupasan atau
bersisik pada dermis/ integument.
2. Diagnosa keperawatan
1) Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan gangguan aliran udara ke alveoli
atau kebagian utama paru, sekresi tertahan, proses penyakit, ventilasi yang tidak
adekuat.
• Diagnose 1:
Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan gangguan aliran udara ke alveoli
atau kebagian utama paru, sekresi tertahan, proses penyakit, ventilasi yang tidak
adekuat.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan dalam waktu 1x24 jam pertukaran gas
membaik.
Kriteria evaluasi :
- Frekuensi napas 18-20/menit
- Frekuensi nadi 75-100/menit
- Warna kulit normal, tidak ada dipnea, dan gas darah arteri (GDA) dalam batas
normal.
- Dapat mendemonstrasikan batuk efektif
- Hasil analisa gas darah normal :
PH (7,35 – 7,45)
PO2 (80 – 100 mmHg)
PCO2 ( 35 – 45 mmHg)
• Rencana Intervensi Rasional
• Pantau status pernapasan tiap 4 jam, hasil GDA, intake, dan output.
• Untuk mengidentifikasi indikasi ke arah kemajuan atau penyimpangan dari
hasil klien
Kriteria hasil :
- Nafas sesuai dengan irama ventilator
- Volume nafas adekuat
- Tidak nampak adanya cheynes stoke, biot, bradipnea,
hiper/hipoventilasi.
- Pernapasan klien normal (16-20x/menit) tanpa ada penggunaan
otot bantu napas.
• Intervensi: Rasional
• -Kaji RR, auskultasi bunyi napas sebagai sumber data adanya perubahan
sebelum dan sesudah perawatan diberikan
- Beri posisi high fowler atau semi-fowler. Rasional : mengembangkan
ekspansi paru
- Dorong anak untuk latihan napas dalam dan batuk efektif. membantu
membersihkan mucus dari paru dan napas dalam memperbaiki oksigenasi
- Lakukan fisioterapi
membantu pengeluaran sekresi, meningkatkan ekspansi paru.
- Berikan oksigen sesuai program memperbaiki oksigenasi dan mengurangi
sekresi
- Monitor peningkatan dan pengeluaran sputum sebagai indikasi adanya
kegagalan pada paru.
- Berikan bronchodilator sesuai indikasi otot pernapasan menjadi relaks
dan steroid mengurangi inflamasi
• Diagnosa 4
Pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, peningkatan
metabolisme, dan proses keganasan.
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperwatan 1x24 jam terjadi
penurunan distress GI, tidak terjadi anoreksia/intake adekuat.
Kriteria evaluasi:
- Adanya perbaikan nutrisi / intake
- Dapat mendemonstrasikan intake makanan yang adekuat untuk
memenuhi kebutuhan tubuh.
- Intake makanan meningkat, tidak ada penurunan BB lebih
lanjut, menyatakan perasaan sejahtera.
• Rencana Intervensi Rasional
• -Berikan porsi makan kecil tapi sering 5 – 6 kali sehari dengan makanan yang
disukainya.
Makanan kecil tapi sering menyediakan energi yang dibutuhkan , lambung tidak
terlalu penuh, sehingga memberikan kesempatan untuk penyerapan makanan.
- Makanan yang disukai mendorong anak untuk makan dan meningkatkan intake.
- Berikan makanan halus, rendah lemak, gunakan warna. Makanan berbumbu dan
tinggi lemak dapat meningkatkan distress pada gastro intestinal sehingga sulit
dicerna
- Anjurkan menghindari makanan yang menyebabkan alergi. Dapat menimbulkan
serangan akut pada anak yang sensitive.
- Berikan perawatan mulut tiap 4 jam. Pertahankan kesegaran ruangan. Bau yang
tidak menyenangkan dapat mempengaruhi nafsu makan.
- Rujuk kepada ahli diet untuk membantu memilih makanan yang dapat
memenuhi kebutuhan gizi. Ahli diet adalah spesialisasi dalam ilmu gizi yang dapat
membantu klien memilih makanan yang dapat memenuhi kebutuhan kalori dan
kebutuhan gizi sesuai dengan keadaan sakitnya, usia, tinggi, dan berat badan
klien.
• Diagnose 5
Cemas berhubungan dengan penyakti kritis,
ketakutan / ancaman terhadap kematian, tindakan
diagnostic.
Tujuan: setelah diberikan assuhan keperawatan
2x24 jam kecemasan keluarga dan klien menurun
Kriteria evaluasi :
- Klien tampak tenang.
- Klien dapat mengekspresikan perasaannya.
• Rencana Intervensi Rasional
-Ajarkan teknik relaksasi; latihan napas dalam,
imajinasi terbimbing. Pengalihan perhatian selama
episode asma dapat menurunkan ketakutan dan
kecemasan.
- Informasikan tentang perawatan, pengobatan dan
kondisi pasien kepada individu maupun keluarga.
Menurunkan rasa takut dan kehilangan control akan
dirinya
4. Pelaksanaan /Implementasi
Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi
penapasan normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari20x/mnt tindakan yang
dilakukan memberi bantuan ventilator karena “kerja pernafasan” menjadi
tinggi sehingga timbul kelelahan. Kapasitasvital adalah ukuran ventilasi
(normal 10-20 ml/kg).
DAFTAR PUSTAKA
• Muttaqin, Arif. 2008. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan System
Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner &
suddarth. Jakarta: EGC
Marilynn E Doengoes, et all, alih bahasa Kariasa IM, (2000), Rencana Asuhan
Keperawatan, pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan
pasien, Jakarta: EGC
Sumber lain:
Ners Ajibarang. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gagal Nafas
http://keperawatan-gun.blogspot.com/2007/07/asuhan-keperawatan-pada-klien-
dengan.html
Hani Kami Oji. 2009. Asuhan keperawatan pada pasien dengan gagal nafas.
http://hanikamioji.wordpress.com/2009/04/23/askep-gagal-napas/feed/
Trinoval Yanto Nugroho. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gagal
Nafas. http://www.trinoval.web.id/search/label/Askep
• infokesehatannovabawel