Lapsus Psoriasis Isma
Lapsus Psoriasis Isma
Lapsus Psoriasis Isma
PSORIASIS VULGARIS
Oleh
Oleh ::
Isma
Isma Aulia
Aulia Gustawi
Gustawi 119810026
119810026
Pembimbing
Pembimbing ::
dr.
dr. Muhammad
Muhammad Risman
Risman Sp.
Sp. KK
KK
KEPANITERAAN
KEPANITERAAN KLINIK
KLINIK SMF
SMF ILMU
ILMU KESEHATAN
KESEHATAN KULIT
KULIT DAN
DAN
KELAMIN
KELAMIN RSUD
RSUD WALED
WALED
FAKULTAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
KEDOKTERAN UNSWAGATI
UNSWAGATI
CIREBON
CIREBON
2021
2021
Identitas Pasien
Nama : Nn. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 18 tahun
Pekerjaan : Pelajar
Status Pernikahan : Belum Menikah
Alamat : Desa Curug Kulon
Tanggal Pemeriksaan : 28 Juni 2021
Anamnesa
Keluhan Utama
kulit kepala bersisik dan gatal
• Nn. S datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSUD Waled diantar oleh ibu nya
untuk kontrol rutin dengan keluhan gatal pada kulit kepala, keluhan disertai
dengan adanya ketombe di kulit kepala. Keluhan gatal pada kulit kepala
sudah dirasakan sejak 9 bulan yang lalu. Rasa gatal sejauh ini dirasakan
semakin membaik. Rasa gatal dirasakan hilang timbul. Pasien merasa gatal
bertambah apabila ia sedang berkeringat dan mengkonsumsi ayam serta
mie instan.
Anamnesa
Nn. S datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSUD Waled dengan keluhan gatal pada kulit kepala (+),
ketombe (+). Gatal pada kulit kepala sudah dirasakan sejak 9 bulan yang lalu. Rasa gatal sejauh ini
dirasakan semakin membaik. Rasa gatal dirasakan hilang timbul. Pasien merasa gatal bertambah apabila ia
sedang berkeringat dan mengkonsumsi ayam serta mie instan.
Status generalis dbn. Status neurologi dbn. Status dermatologi lokasi a/r capitis tampak skuama
dengan susunan diskret, dengan distribusi regional, plak eritema (-), lokasi a/r cruris dextra et sinistra
tampak makula eritema multiple batas sirkumkripta disertai dengan skuama transparan, lokasi a/r dorsal
tampak makula hiperpigmentasi multiple batas sirkumkripta dengan distribusi regional, tampak plak
eritematosa batas sirkumkripta, soliter, disertai dengan skuama
DIAGNOSA
● Dermatitis Seboroik
● Psoriasis Vulgaris
● Pitiriasis Rosea
● Tinea Capitis
Tatalaksana
a. Non Medikamentosa
- Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya
- Kontrol secara teratur dan patuh terhadap pengobatan
- Menghindari hal-hal yang memperberat keluhan pasien
b. Medikamentosa
- Terapi sistemik :Metotrexat 2,5 mg 1x1
- Terapi topikal : Kloderma Ointment krim 2x1
Resep
PSORIASIS adalah penyakit peradangan kulit yang kronik dan residif, mempunyai
dasar genetik, dengan karakteristik gangguan pertumbuhan dan diferensiasi
epidermis.
Psoriasis dapat timbul pada semua usia, terutama 15-30 tahun. Sampai saat ini
pengobatan hanya menghilangkan gejala sementara (remisi)
Lesi terdapat di daerah lipatan, glans Perluasan psoriasis vulgaris Lesi pada kuku beragam; kuku
penis, atau aksila. dengan manifestasi eritema yang berwarna kekuning-kuningan , kuku
luas disertai skuama pada hampir yang terlepas dari dasarnya,
100% luas permukaan tubuh. penebalan kuku dengan
hiperkeratotik, dan abnormalitas
lempeng kuku.
DIAGNOSIS BANDING
FENOMENA
TITISAN LILIN
Skuama berubah
menjadi warna putih FENOMENA
ketika digores dengan KOEBNER
HISTOPATOLOGIK
pinggiran kaca objek
Peristiwa munculnya lesi
Penebaian (akantosis) psoriasis setelah terjadi
dengan elongasi FENOMENA trauma maupun
seragam dan penipisan mikrotrauma pada kulit
AUSPTZ
pasien psoriasis.
epidermis di atas papila
Skuama putih akan
dermis meninggalkan bitnik-bintik
perdarahan ketika
digores dengan pinggiran
kaca objek.
PEMERIKSAAN TAMBAHAN
FENOMENA FENOMENA
AUSPTZ KOEBNER
TATALAKSANA
Calcipotriol
Calcipotriol merupakan pilihan utama atau kedua dalam pengobatan psoriasis. Untuk meredakan
proses iritasi, calcipotriol dapat dikombinasikan dengan kortikosteroid superpoten
Tazaroten
Tazaroten tersedia dalam bentuk gel dan krim dengan konsentrasi 0,05%-0,1%. Bila
dikombinasikan dengan steroid topikal potensi sedang dan kuat maka akan mempercepat
penyembuhan dan mengurangi iritasi.
Emolien
Efek emolien adalah melembutkan permukaan tubuh selain lipatan, juga pada ekstremitas atas dan
bawah.
TATALAKSANA
SISTEMIK
Metotreksat
Cara pemberian mula-mula diberikan tes dosis inisial 5 mg untuk mengetahui apakah ada gejala
sensitivitas atau gejala toksik. Jika terjadi efek yang tidak dikehendaki maka diberikan dosis 3 x 2,5 mg
dengan interval 12 jam dalam seminggu dengan dosis total 7,5 mg. Jika tidak tampak perbaikan dosis
dinaikkan 2,5 mg – 5 mg per minggu
Acitretin
Dosis optimal penggunaan acitretin pada orang dewasa adalah 25-50 mg/hari. Toksisitas yang dapat
timbul pada penggunaan acitretin adalah hipervitaminosis A.
Siklosporin Dosis rendah 2,5 mg/kgBB/hari dipakai sebagai terapi awal dengan dosis maksimum 4 mg/kgBB/hari.
FOTOTERAPI
KOMPLIKASI
● Psoriasis merupakan dermatosis yang sering dijumpai, bersifat kronik residif. Kasus psoriasis sering djumpai
secara universal di berbagai belahan dunia. Di Indonesia sendiri secara prevalensi jumlah penderita psoriasis
mencapai 1-3 persen (bahkan bisa lebih) dari populasi penduduk Indonesia. Sampai sekarang etiopatogenesis
psoriasis belum diketahui secara pasti, tetapi diperkirakan ada dua komponen patogenesis psoriasis, yaitu infiltrasi
sel-sel radang di dermis dan hyperplasia epidermis.
● Berbagai faktor pencetus pada psoriasis diantaranya stres psikis, infeksi lokal, trauma, endokrin, gangguan
metabolik, obat, alkohol, dan merokok. Lesi kulit yang pertama kali timbul biasanya pada tempat yang mudah
terkena trauma seperti pada siku, lutut, sakrum, kepala, dan genitalia berupa makula eritematous yang berbentuk
bulat, tertutup skuama tebal. Skuama ini selalu menunjukkan gambaran menebal yang konstan dan perlekatannya
kendor. Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner (isomorfik).
● Pengobatan psoriasis terbagi tiga, terdiri dari pengobatan topikal, sistemik dan fototerapi. Prognosis psoriasis
adalah baik. Meskipun tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dikontrol dengan pengobatan yang rutin dan teratur.
Meskipun psoriasis tidak menyebabkan kematian, tetapi bersifat residif.
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda A. Dermatosis Eritroskuamosa . Dalam : Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, ed. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin.
Edisi ke-5. Jakarta : FK-UI. 2007. Hal. 189-196.
2. Gudjonsson JE, Elder JT. Psoriasis. In : Feedberg IM et al, Editors. Psoriasis Fitzpatrick’s Dermatology In General
Medicine. 5th Edition. Volume 1. New York : The McGraw-Hill Companies; 2008. p. 169-193.
3. Griffiths C Camp R, Barker J. Psoriasis. In: Burns T, Breathnach S, Cox N, Editors. Rook’s Textbook Of Dermatology. 7 th
Edition. Volume 1-4. USA: Blackwell Publishing. Massachusetts; 2004. p. 20.1-60.
4. James WD, Berger TG, Elder JT. Psoriasis. Andrew’s Desease of The skin, Clinical Dermatology. 10 ed. New York:
Sauders Elsevier; 2006. p.193-201.
5. Krueger JG, Bowcock A. Psoriasis Pathophysiologi : Current concept of pathogenesis. Ann Rheum Dis 2005; 64: ii30-ii36
6. Kerkhof P, Schalkwijk J. Psoriasis. In : Bolognia JL, Rapini RP, eds. Dermatology. 2 ndEdition. Vol. 1. Phiadelphia : Mosby;
2003. p. 125-40.
7. Wyatt EL, Sutter SH, Drake LA. Dermatological Pharmacology. In : Hardman JG, Limbird LE, Eds. The Pharmacological
Basis of Therapeutics. 10thEdition. New York : The McGraw-Hill Companies. 2006. p. 1804-9
8. Vakirlis E, Kantanis A, Ioannides D. Calcipotriol/bethamethason Dipropionate in the Treatment of Psoriasis Vulgaris. The
Clin Risk Manag 2008 ; 4: 141-148
TERIMAKASIH