Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN) : Dr. Ir. Slamet Subari, M.Si
Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN) : Dr. Ir. Slamet Subari, M.Si
Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN) : Dr. Ir. Slamet Subari, M.Si
• A+B=C+D
• Tabungan Pemerintah = Penerimaan Dalam Negeri – Pengeluaran Rutin
Penerimaan pembangunan adalah bantuan atau utang luar negeri pemerintah.
APBN PADA PJP I
Merupakan anggaran berimbang dengan pertimbangan menjaga disiplin
dan menjamin kestabilan. Karena anggaran berimbang, maka penerimaan
sama dengan pengeluaran {(A+B) = (C+D)}.
APBN dikatakan fungsional dilihat dari besarnya pengeluaran
pembangunan yang harus selalu sama dengan kemampuan pendanaan.
Mengingat pengeluaran pembangunan selalu lebih besar dari pada
penerimaan pembangunan, harus ada sumber pengimbangnya. Di sisi
pengeluaran pembangunan, pos pengimbangnya adalah pembiayaan rupiah.
Sumber dananya adalah tabungan pemerintah. Selama PJP I peran tabungan
pemerintah sebagai sumber dana pembangunan cukup signifikan.
Namun tidak semua ahli setuju bahwa APBN adalah berimbang. Kelompok
ini berpendapat bahwa APBN Indonesia merupakan anggaran defisit karena
adanya komponen penerimaan pembangunan. Oleh karena itu, APBN
Indonesia adalah anggaran berimbang semu (quasy balanced budget).
Penyusunan APBN menitikberatkan pada hal-hal berikut:
1. Mengendalikan dan menurunkan secara bertahap defisit APBN menuju APBN
yang seimbang
2. Melanjutkan upaya penurunan jumlah utang publik dan rasionya terhadap PDB,
guna meringankan beban utang pemerintah secara cepat dalam jangka
menengah
3. Meningkatkan penerimaan pajak secara progresif yang adil dan jujur,
mengurangi subsidi, menghemat anggaran belanja negara, serta meningkatkan
disiplin anggaran
4. Memantapkan proses desentralisasi, dengan tetap mengupayakan pemerataan
kemampuan keuangan antar daerah, yang sesuai dengan asas keadilan dan
sepadan dengan besarnya kewenangan yang diserahkan pemerintah pusat
kepada daerah
Sumber Keuangan APBN
1. Penerimaan Perpajakan ; Merupakan semua bentuk penerimaan dari pajak
dalam negeri dan pajak perdagangan internasional. Pajak dalam negeri terdiri
dari pajak penghasilkan migas dan non migas, pajak pertambahan nilai (PPN),
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), cukai, dan lainnya. Pajak perdagangan
internasional yaitu bea masuk dan pajak/pungutan ekspor
2. Penerimaan Bukan Pajak ; Semua bentuk penerimaan oleh negara dalam
bentuk penerimaan dari sumber daya alam, bagian pemerintah dari laba Badan
Usaha Milik Negara (BUMN), penerimaan negara bukan pajak lainnya
3. Hibah ; Semua yang berasal dari sumbangan swasta dalam negeri, sumbangan
dan pemerintah luar negeri
Bentuk-Bentuk Pajak
1. Pajak regresif : sistem pajak yang presentasi pungutan pajak menurun apabila
pendapatan yg dikenakan pajak menjadi bertambah tinggi. Hal ini
dimaksudkan untuk merangsang produktivitas masyarakat untuk jenis-jenis
barang tertentu yang sifatnya penting.
2. Pajak proporsional : presentassi pungutan pajak yang tetap besarnya pada
berbagai tingkat pendapatan/jumlah produksi.
3. Pajak progresif : sistem pajak yang presentasinya bertambah apabila
pendapatan semakin meningkat. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi
persebaran barang tersebut di pasaran.
Politik Anggaran
Politik anggaran dibedakan menjadi anggaran tidak berimbang dan anggaran
berimbang.
Jenis Anggaran Tidak Berimbang
1. Anggaran Difisit (Deficit Budget) ; Pengeluaran pemerintah direncanakan lebih
besar dari penerimaan pemerintah (T<G).
Dengan asumsi kondisi awal anggaran pemerintah adalah anggaran berimbang
(G=T), apabila pemerintah menempuh anggaran defisit, maka > , dimana ≥ 0
dan ≥ 0. karena > 0 dan > maka jika pemerintah menempuh politik anggaran
defisit, pemerintah dianggap memilih kebijakan fiskal ekspansif.
2. Anggaran Surplus (Surplus Budget) ; Pemerintah merencanakan
penerimaan lebih besar dari pengeluaran (T > G atau G < T). Atau dapat
dikatakan pemerintah menempuh politik anggaran surplus apabila dimana dan
Sehingga anggaran surplus diidentikkan dengan kebijakan fiskal kontraktif.
Melalui anggaran surplus pemerintah mengerem pengeluarannya untuk
mengurangi daya beli dengan menaikkan pajak.