P3DN

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 29

Kantor Pengacara Negara

Kejaksaan Negeri Kota Malang


PENDAMPINGAN HUKUM
P3DN
LATAR BELAKANG

1. UU No.3 Tahun 2014 tentang Perindustrian mewajibkan penggunaan


produk dalam negeri bagi pengadaan barang/jasa yang sumber
pembiayaannya berasal dari APBN,APBD, termasuk pinjaman atau
hibah dari dalam negeri ataul uar negeri, yang dilaksanakan oleh
lembaga negara,kementerian, lembaga pemerintah non kementerian,
dan satuan kerja perangkat daerah, termasuk juga pengadaan
barang/jasa yang dilaksanakan oleh badan usaha milik negara ;
2. PP No.29 Tahun 2018 tentang Pemberdayaan Industri (yang
didalamnya mengatur mengenai Peningkatan Penggunaan Produk
Dalam Negeri ;
3. Perpres No.12 Tahun 2021 tentang Perubahan Perpres No.16 Tahun
2018 tentang Pengadaaan Barang/Jasa Pemerintah, Kementerian/
Lembaga/ Pemerintah Daerah yang menegaskan bahwa terdapat
kewajiban untuk menggunakan produk usaha kecil serta koperasi
darihasil produksi dalam negeri dengan alokasi paling sedikit 40% dari
nilai anggaran belanja barang/jasa Kementerian/ Lembaga/ Pemerintah
Daerah
3 Psl. 97 UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja juga mewajibkan
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah untuk mengalokasikan paling
sedikit 40% (empat puluh persen) produk/jasa Usaha Mikro dan Kecil
serta Koperasi dari hasil produksi dalam negeri dalam pengadaan
barang/jasa Pemerintah Pusat dan PemerintahDaerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan ;

4 Inpres No. 2 Tahun 2022 tentang Percepatan Peningkatan Penggunaan


Produk Dalam Negeri dan Produk Usaha Mikro, Usaha Kecil, Koperasi
dalam Rangka Menyukseskan Gerakan Nasional Bangga Buatan
Indonesia pada Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2022
tentang
Percepatan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri
dan Produk Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Koperasi
Dalam rangka Menyukseskan Gerakan Nasional Bangga Buatan
Indonesia pada Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah, memiliki peran strategis bagi perekonomian
nasional maupun pembangunan budaya cinta produk nasional.
Melalui
Instruksi Presiden tersebut
menugaskan kepada Jaksa Pengacara Negara
untuk melakukan pendampingan hukum
pada Kementerian/Lembaga/Pemerinta Daerah dalam
pemenuhan pelaksanakan penggunaan produk dalam negeri
serta melakukan Penegakkan hukum
terhadap pelanggarannya
JPN P3DN

pendampingan hukum Penegakkan hukum


• Permohonan yang diajukan • SKK dari Negara/Pemerintah
oleh Pemohon (kecuali ada • Negosiasi atau gugatan di
pelanggaran TKDN ) pengadilan negeri / tindakan
tertentu lainnya
• Pemberian konsultasi
• kpd Pelaku Usaha yang tdk
Hukum /Nota pendapat/LO melaksanakan sanksi
• koordinasi dengan administratif berupa
Pemohon secara berkala pembayaran denda administratif
akibat pelanggaran terkait
kepatuhan TKDN dlm
pelaksanaan PBJ
PELAKSANAAN PENDAMPINGAN HUKUM

PEMBERIAN MASUKAN/SARAN YG DIPERLUKAN DALAM HAL


TERDAPAT PERMASAAHAN HUKUM

TIM PENGADAAN BARANG/JASA


Sanksi Pelanggar P3DN

Pejabat PBJ Penyedia

a. peringatan tertulis; a. pencabutan sertifikat


b. denda administratif; TKDN;
dan/atau b. pencantuman dalam
c. pemberhentian dari daftar hitam; dan
jabatan pengadaan c. denda administratif
barang/jasa
P
e
j
a
b
a
t
P
B Modus
J Opera
ndi
Pelang
garan
P P3DN
e
n
y
e
d
i
a
Pejabat PBJ

 Tdk melakukan perhitungan TKDN merujuk pada ketentuan


batas minimum nilai TKDN yang ditetapkan oleh menteri ;
 Dalam tahap perencanaan dan pelaksanaan pbj tdk
mencantumkan kewajiban penggunaan produk dalam negeri
 Informasi penggunaan produk dalam negeri tdk diumumkan
melalui media elektronik, media cetak dan/atau melalui sistem
informasi Industri nasional
 Tdk memberikan informasi penggunaan produk dalam negeri
dalam rencana kebutuhan tahunan Barang/Jasa yang akan
digunakan meliputi spesifikasi teknis, jumlah, harga, dan
pelaksanaan pengadaan Barang/Jasa melalui media elektronik,
media cetak dan/atau melalui sistem informasi Industri nasional
lanjutan
 Tdk melakukan kewajiban menggunakan Produk Dalam
Negeri apabila terdapat Produk Dalam Negeri yang memiliki
penjumlahan nilai TKDN dan nilai Bobot Manfaat
Perusahaan minimal 40% ;
 Tdk dicantumkannya kewajiban TKDN dalam dokumen
pengadaan;
 Tdk dicantumkannya kewajiban TKDN dalam klausula
kontrak oleh pejabat pbj dan penyedia ;
 Mencantumkan kewajiban TKDN dalam kontrak tetapi dalam
pelaksanaanya terjadi pelanggaran ketentuan TKDN;
 Tdk digunakannya preferensi TKDN sebagai penentu
pemenang dalam pbj oleh pejabat pbj ;
 Penyusunan dan pengesahan dokumen pbj tidak
berdasarkan TKDN
lanjutan
 Mengarahkan pada merk tertentu;
 Spesifikasi TKDN tidak diumumkan secara terbuka;
 Spesifikasi barang/jasa tidak sesuai dengan TKDN
yang tertuang pada kontrak ;
 Panitia pemeriksa barang tidak melakukan
pemeriksaan pekerjaan/barang
Penyedia
• Penyedia Usaha pada saat ditetapkan sebagai
pemenang telah memenuhi persyaratan TKDN tetapi
dalam pelaksanaan pekerjaan menggunakan barang
impor dan nilai TKDNnya tidak terpenuhi.
• Menyampaikan dokumen atau keterangan palsu/tidak
benar untuk memenuhi persyaratan TKDN yang
ditentukan dalam Dokumen Pemilihan.
• Terindikasi melakukan KKN dalam pemilihan Penyedia.
• Pembayaran yang dilakukan tidak sesuai dengan
kemajuan fisik/fiktif.
• Menggunakan sertifikasi TKDN yang terindikasi palsu
N
S P
I 4 KUNCI POKOK PENGADAAN BARANG/JASA OR
P KE
P OS
E KI
N K
G PO
A E
D NH
A
K GU
A
E PENGADAAN UK
N
B BARANG/ JASA JU
I IM
J A
A NK
K E
A P
N E
R
P D
E A
PRINSIP PENGADAAN BARANG/JASA

EFISIEN

AKUNTA TRANSPAR
BEL AN

BERSAING
TERBUK
A
POKOK POKOK PENGUJIAN

 PENYUSUNAN HPS
 PANITIA DENGAN PENYEDIA
 PEKERJAAN UTAMA - DISUBKONTRAKKAN
 PELAKSANA MELAKUKAN LANGKAH PENCEGAHAN
KERUGIAN NEGARA
 SPESIFIKASI BARANG DALAM KONTRAK
ASPEK HUKUM
RESIKO HUKUM

 HPS Tdk sesuai ketentuan, kelalaian dlm proses digunakan utk


mark-up harga;
 Kerjasama Panitia dgn Penyedia, belum prakualifikasi
kecurangan dlm proses tender ;
 Pekerjaan utama disub-kontrakkan,berlaku perjanjian dalam
Psl.1320 KUHPerdata,perbuatan melawan hukum
 Kerugian Negara, kehendak/mens rea dan kesalahan
 Spesifikasi barang dlm kontrak,tdk sesuai bestek, tdk lakukan
pengecekan teknis saat penerimaan barang/pekerjaan

PERBUATAN
MELAWAN
HUKUM
Resiko Hukum
Dalam Kegiatan Pengadaan Barang/Jasa

Pengelolaan keuangan dan pengadaan barang dan jasa diindikasikan sebagai area
yang sangat rawan bagi terjadinya penyimpangan
baik di lingkungan swasta mapun pemerintahan,
mengingat
banyaknya variasi celah penyimpangan, kuatnya dorongan penyalahgunaan wewenang,
sehingga memerlukan sistem pengendalian dan pengawasan
efektif dan tegas.
khususnya pada pengadaan yang terhadap keuangan negara
(publik), yang secara umum menurut karakternya akan berlangsung secara terus
menerus,berkelanjutan dengan nilai yang besar.
Variasi modus operandi dan jebakan perilaku
permainan dalam transaksi perdagangan, termasuk pada kegiatan pengadaan
barang/jasa
ataupun rekayasa transaksi finansial, seringkali tidak disadari oleh pejabat
pengendali/ sebagian pelaksana.
Sebagai ilustrasi
beberapa tahapan dalam proses
pengadaan yang memerlukan langkah-
langkah pengecekan dan pemeriksaan untuk
menghindari keterlibatan dalam kasus TPK
ataupun resiko hukum
1. Apakah penyusunan HPS telah dilakukan sesuai ketentuan ?

Kepastian telah dipenuhinya prosedur dalam


penyusunan HPS merupakan
langkah penting, mengingat seringnya terjadi
kelalaian dalam proses tersebut yang
dimanfaatkan atau digunakan untuk mark-up
harga
2. Apakah tidak ada kerjasama antara Panitia dengan
Penyedia ?

Antisipasi kerjasama Panitia dengan Penyedia ini


perlu perlu menjadi fokus
kontrol pengendalian dan pengawasan,
mempertimbangkan kasus-kasus yang sering
terjadi
3. Apakah pekerjaan utama tidak di sub-kontraktorkan ?

Banyak sekali dilakukan penyimpangan kontrak,


terutama dilakukannya
pengerjaan pekerjaan utama oleh subkontraktorkan,
Penyedia hanya digunakan untuk
‘memenangkan pengadaan’ atau ‘jual beli bendera’
sebagaimana dapat dilihat pada kasus-kasus
4.Apakah Pelaksana sudah melakukan langkah-langkah pencegahan kerugian
negara ?

Dalam kegiatan pengendalian kegiatan pengadaan


perlu dilakukan langkah-langkah yang signifikan
pencegahan kemungkinan terjadinya kerugian negara.
faktor yang akan dipertimbangkan ada tidaknya mens
rea dan apakah kesalahan yang
terjadi merupakan ruang lingkup administratif ataukah
pidana
5.Apakah spesifikasi barang dalam kontrak telah sesuai, telah dilakukan
pengecekan teknis saat penerimaan barang pekerjaan dan Pelaksana
memahami bahwa pelanggaran kontrak pengadaan dapat dikategorikan
sebagai sifat melawan hukum pidana (wederrechtelijkheid)

Ketidakpahaman sebagian pejabat pengadaan terhadap spesikasi


teknis barang
Dan banyaknya modus operandi yang dilakukan oleh Penyedia
barang / jasa
Dalam spesifikasi teknis barang untuk mendapatkan keuntungan
lebih banyak,merupakan kejadian yang sangat umum dalam praktek.
Diperlukan pemahaman bahwa pelanggaran kontrak pengadaan
pemerintah ( wanprestasi ) dalam banyak yurisprudensi dapat
dikualifisir sebagai sifat
melawan hukum pidana ( wederrechtelijkheid )
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai