Teori Materialistik Riana
Teori Materialistik Riana
Teori Materialistik Riana
Perubahan sosial bisa disebabkan oleh faktor material baik berupa faktor-faktor ekonomi
atau pun teknologi yang berhubungan dengan produktifitas ekonomi. Teknologi baru maupun
modal produksi ekonomi mendorong perubahan pada aspek interaksi, organisasi sosial, kultur,
William Ogburn memberikan argumentasi bahwa perubahan material (teknologi) lebih cepat
(1989) menjelaskan bahwa teknologi dapat menjadi penyebab perubahan karena 3 hal:
Teori Idealistik
Perspektif idealistik dilihat sebagai ide, nilai-nilai, dan ideologi yang menyebabkan
perubahan. Ide terdiri atas pengetahuan dan kepercayaan-kepercayaan. Nilai merupakan asumsi
mengenai apa yang diinginkan dan tidak diinginkan. Ideologi dipahami sebagai kombinasi antara
kepercayaan dan nilai untuk memberikan legitimasi maupun justifikasi terhadap perilaku
2) Ideologi menjadi basis yang mampu menjelaskan solidaritas sosial sebagai penyebab
perubahan
Stratifikasi sosial akan selalu ditemukan dalam masyarakat selama di dalam masyarakat
tersebut terdapat sesuatu yang dihargai. Mungkin berupa uang atau benda-benda bernilai
ekonomis, atau tanah, kekuasaan, ilmu pengetahuan, kesalehan agama, atau keturunan keluarga
terhormat. Seseorang yang banyak memiliki sesuatu yang dihargai akan dianggap sebagai orang
yang menduduki pelapisan atas. Sebaliknya mereka yang hanya sedikit memiliki atau bahkan
sama sekali tidak memiliki sesuatu yang dihargai tersebut, mereka akan dianggap oleh
masyarakat sebagai orang-orang yang menempati pelapisan bawah atau berkedudukan rendah.
berdasarkan demensi vertikal akan memiliki pengaruh terhadap kehidupan bersama dalam
Eklusivitas
masing. Eklusivitas dapat berupa gaya hidup, perilaku dan juga kebiasaan mereka yang sering
berbeda antara satu lapisan dengan lapisan yang lain. Gaya hidup dari lapisan atas akan berbeda
dengan gaya hidup lapisan menengah dan bawah. Demikian juga halnya dengan perilaku
masing-masing anggotanya dapat dibedakan, sehingga kita mengetahui dari kalangan kelas sosial
mana seseorang berasal. Eklusivitas yang ada sering membatasi pergaulan di antara kelas sosial
tertentu, mereka enggan bergaul dengan kelas sosial dibawahnya atau membatasi diri hanya
Etnosentrisme
stratifikasi sosial yang ada dalam masyarakat. Mereka yang berada dalam stratifikasi sosial atas
akan menganggap dirinya adalah kelompok yang paling baik dan menganggap rendah dan
kurang bermartabat kepada mereka yang berada pada stratifikasi sosial rendah.
Pola perilaku kelas sosial atas dianggap lebih berbudaya dibandingkan dengan kelas sosial di
bawahnya. Sebaliknya kelas sosial bawah akan memandang mereka sebagai orang boros dan
konsumtif dan menganggap apa yang mereka lakukan kurang manusiawi dan tidak memiliki
kesadaran dan solidaritas terhadap mereka yang menderita. Pemujaan terhadap kelas sosialnya
Konflik Sosial
Perbedaan yang ada di antara kelas sosial dapat menyebabkan terjadinya kecemburuan
sosial maupun iri hati. Jika kesenjangan karena perbedaan tersebut tajam tidak menutup
kemungkinan terjadinya konflik sosial antara kelas sosial satu dengan kelas sosial yang lain.
Misalnya demonstrasi buruh menuntut kenaikan upah atau peningkatan kesejahteraan dari
perusahaan dimana mereka bekerja adalah salah satu konflik yang terjadi karena stratifikasi
Stratifikasi sosial kadang akan membedakan warga masyarakat menurut kekuasaan dan
pemilikan materi. Kriteria ekonomi selalu berkaitan dengan aktivitas pekerjaan, kepemilikan
kekayaan, atau kedua-duanya. Dengan begitu, pendapatan, kekayaan, dan pekerjaan akan
Dalam stratifikasi sosial terdapat tiga kelas sosial, yaitu: masyarakat yang terdiri dari
kelas atas (upper class), masyarakat yang terdiri kelas menengah (middle class) dan kelas bawah
(lower class). Orang-orang yang berada pada kelas bawah (lower) biasanya lebih banyak
(mayoritas) daripada di kelas menengah (middle) apalagi pada kelas atas (upper). Semakin ke
atas semakin sedikit jumlah orang yang berada pada posisi kelas atas (upper class). Dalam
kehidupan masyarakat terdapat kriteria yang dipakai untuk menggolongkan orang dalam
Ukuran kekayaan
Seseorang yang memiliki kekayaan paling banyak, ia akan menempati pelapisan di atas.
Kekayaan tersebut misalnya dapat dilihat dari bentuk rumah, mobil pribadinya, cara berpakaian
serta jenis bahan yang dipakai, kebiasaan atau cara berbelanja dan seterusnya.
Ukuran kekuasaan
Seseorang yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar akan
menempati pelapisan yang tinggi dalam pelapisan sosial masyarakat yang bersangkutan.
Ukuran kehormatan
Orang yang disegani dan dihormati akan mendapat tempat atas dalam sistem pelapisan
sosial. Ukuran semacam ini biasanya dijumpai pada masyarakat yang masih tradisional.
Misalnya, orangtua atau orang yang dianggap berjasa dalam masyarakat atau kelompoknya.
Ilmu pengetahuan digunakan sebagai salah satu faktor atau dasar pembentukan pelapisan
Dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa pelapisan sosial dapat mempengaruhi
kehidupan masyarakat, seperti adanya perbedaan gaya hidup dan perlakuan dari masyarakat
terhadap orang-orang yang menduduki pelapisan tertentu. Stratifikasi sosial juga menyebabkan
adanya perbedaan sikap dari orang-orang yang berada dalam stratasosial tertentu berdasarkan
kekuasaan, privilese dan prestise. Dalam lingkungan masyarakat dapat terlihat perbedaan antara
individu, atau satu keluarga lain, yang dapat didasarkan pada ukuran kekayaan yang dimiliki.
Yang kaya ditempatkan pada lapisan atas dan miskin pada lapisan bawah. Atau mereka yang
berpendidikan tinggi berada di lapisan atas sedangkan yang tidak sekolah pada lapisan bawah.
Dari perbedaan lapisan sosial ini terlihat adanya kesenjangan sosial. Hal ini tentu merupakan
masalah sosial dalam masyarakat. Perbedaan sikap tersebut tercermin dari gaya hidup seseorang
sesuai dengan strata sosialnya. Pola gaya hidup tersebut dapat dilihat dari cara berpakaian,
tempat tinggal, cara berbicara, pemilihan tempat pendidikan, hobi dan tempat rekreasi.
Cara Berpakaian
Seseorang yang tergolong dalam strata sosial atas dapat dilihat dari gaya busananya.
Biasanya orang-orang kelas atas menggunakan busana dan aksesoris lain, seperti sepatu, tas, jam
tangan yang bermerek dan dari luar negeri. Sedangkan mereka yang termasuk strata sosial
Tempat Tinggal
Pada umumya masyarakat kelas atas akan membangun rumah yang besar dan mewah
dengan gaya arsitektur yang indah. Masyarakat kelas atas lebih menyukai tinggal di kawasan
elite dan apartemen mewah yang dilengkapi dengan fasilitas modern. Sedangkan masyarakat
yang tergolong strata menengah lebih memilih bentuk dan tipe rumah yang sederhana bahkan
Cara Berbicara
Cara berbicara orang-orang yang tergolong strata atas akan berbeda dengan orang-orang
yang berada dalam strata bawah. Mereka yang termasuk dalam golongan strata atas memiliki
gaya berbicara yang beradaptasi dengan istilah-istilah asing serta penuh dengan kesopanan.
Sedangkan orang-orang yang berada dalam strata bawah terkadang suka berbicara yang tidak
Pendidikan
Pendidikan menjadi faktor yang paling penting bagi setiap masyarakat. Umumnya
masyarakat strata atas memilih memasukkan anak-anak mereka pada sekolah-sekolah ataupun
universitas-universitas yang berkualitas tinggi termasuk sekolah di luar negeri. Sedangkan bagi
masyarakat yang menduduki pelapisan bawah lebih memilih menyekolahkan anak-anak mereka
Menyalurkan hobi serta berekreasi merupakan hal-hal yang diperhatikan oleh masyarakat
yang berada dalam pelapisan atas. Biasanya orang-orang yang berada dalam strata atas memilih
olahraga yang ekslusif seperti golf, balap mobil, serta menyalurkan hobi, seperti main piano,
main biola, menonton orkestra, mengoleksi lukisan-lukisan mahal dan sebagainya. Begitu pula
berekreasi, mereka lebih memilih berekreasi ke luar daerah atau bahkan ke luar negeri.
Sedangkan, bagi masyarakat yang tergolong strata bawah, lebih memilih hobi dan berekreasi
yang tidak terlalu banyak mengeluarkan biaya, seperti bermain sepak bola, dan berekreasi ke
Stratifikasi Sosial
KELOMPOK :
NIM : L24110276
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sejak kelahirannya, ilmu-ilmu sosial tidak memiliki batasan atau definisi pokok bahasan
yang bersifat eksak/pasti. Artinya berbeda dengan ilmu eksakta (bidang ilmu tentang hal-hal yg
bersifat konkret yg dapat diketahui dan diselidiki berdasarkan percobaan serta dapat dibuktikan
dng pasti), rumusan dalam ilmu sosial bersifat tidak pasti karena titik beratya pada prilaku
manusia yang dinamis, selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu. Akan tetapi kajian tentang
prilaku manusia tetaplah ilmu sosial, sebab kajian tentang prilaku manusia di dalam kehidupan
sosial telah dikaji berdasarkan metodelogi ilmiah dan memenuhi persyaratan sebagai kajian
ilmu pengetahuan. Manusia, masyarakat dan lingkungan merupakan focus kajian sosiologi yang
dituangkan dalam kepingan tema utama sosiologi dari masa kemasa. Mengungkap hubungan
luar biasa anatara keseharian yang dijalani oleh seseorang dan perubahan serta pengaruh
yang ditimbulkannya pada masyarakat tempat dia hidup, dan bahkan kepada dunia secara
gelobal. Banyak sekali sub kajian dan istilah dlam sosiologi yang membahas perihal tentang,
manusia, masyarakat dan lingkungan, salah satunya adalah stratifikasi sosial. Dalam makalah
ini penulis akan mencoba menjelaskan apakah itu stratifikasi sosial beserta pembahasannya.
Kegunaan dari praktek lapang teori Sosiologi Perikanan adalah sebagai bahan
perbandingn antara teori yang diperoleh di bangku kuliah dengan keadaan sesungguhnya yang
ada di lapangan
II. TINJAUAN PUSTAKA
Nilai dan arti penting pesisir dan laut bagi bangsa Indonesia dapat dilihat dari dua aspek,
yaitu : Pertama, secara sosial ekonomi wilayah pesisir dan laut memiliki arti penting karena (a)
sekitar 140 juta (60 %) penduduk Indonesia hidup di wilayah pesisir (dengan pertumbuhan rata-
rata 2 % per tahun); (b) sebagian besar kota, baik propinsi dan kabupaten) terletak di kawasan
pesisir; (c) kontribusi sektor kelautan terhadap PDB nasional sekitar 20,06 % pada tahun 1998
dan (d) industri kelautan (coastal industries) menyerap lebih dari 16 juta tenaga kerja secara
langsung. Ditinjau dari aspek biofisik wilayah, ruang pesisir dan laut serta sumberdaya yang
terkandung di dalamnya bersifat khas sehingga adanya intervensi manusia pada wilayah
tersebut dapat mengakibatkan perubahan yang signifikan, seperti bentang alam yang sulit
diubah, proses pertemuan air tawar dan air laut yang menghasilkan beberapa ekosistem khas
dan lain-lain.
Ditinjau dari aspek kepemilikan, wilayah pesisir dan laut serta sumberdaya yang
terkandung di dalamnya sering tidak mempunyai kepemilikan yang jelas (open access), kecuali
pada beberapa wilayah di Indonesia, seperti Ambon dengan kelembagaan sasi, NTB dengan
Dengan karaktersitik yang khas dan open access tersebut, maka setiap pembangunan
wilayah dan pemanfaatan sumberdaya timbul konflik kepentingan pemanfaatan ruang dan
sumberdaya serta sangat mudah terjadinya degradasi lingkungan dan problem eksternalitas.
Kedua, secara biofisik, wilayah pesisir dan laut Indonesia memiliki arti penting karena
(a) Indonesia memiliki garis pantai terpanjang di dunia setelah Kanada, yaitu sekitar 81.000 km
(13,9 % dari panjang pantai dunia) dan ; (b) sekitar 75 % dari wilayahnya merupakan wilayah
perairan (sekitar 5,8 juta km2 termasuk ZEEI; (c) Indonesia merupakan negara kepulauan
terbesar di dunia dengan jumlah pulau sekitar 17.508 pulau dan (d) Dalam wilayah tersebut
terkandung potensi kekayaan dan keanekaragaman sumberdaya alamnya yang terdiri atas
potensi sumberdaya alam pulih (renewable resources) seperti perikanan, ekosistem mangrove,
ekosistem terumbu karang) maupun potensi sumberdaya alam tidak pulih (non renewable
resources) seperti migas, mineral atau bahan tambang lainnya serta jasa-jasa lingkungan
(environmental services), seperti pariwisata bahari, industri maritim dan jasa transportasi.
sumberdaya kelautan (marine resources base), seperti nelayan, petani ikan (budidaya tambak
dan laut), Kemiskinan masyarakat nelayan (problem struktural), penambangan pasir, kayu
mangrove dan lain-lain. Sebagai contoh : Kecamatan Kepulauan Seribu, Jakarta Utara dengan
Sebagian besar penduduk wilayah pesisir memiliki tingkat pendidikan yang rendah.
Sebagai contoh : penduduk Kecamatan Kepulauan Seribu, Jakarta Utara (Tahun 2001) sekitar
70,10 % merupakan tamatan Sekolah Dasar (SD) dan sejalan dengan tingkat tersebut, fasilitas
tertata dengan baik dan terkesan kumuh. Dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang
relatif berada dalam tingkat kesejahteraa rendah, maka dalam jangka panjang tekanan
terhadap sumberdaya pesisir akan semakin besar guna pemenuhan kebutuhan pokoknya
Model perencanaan : perencanaan masih bias ke up land, meski ada pengakuan hukum
tentang ruang laut (UU No. 24/1992 tentang penataan ruang). Ruang kawasan pesisir termasuk
ruang kawasan tertentu yang perencanaan dan penataannya terkait dengan produk tata ruang
nasional, propinsi dan kabupaten. Model perencanaan up land menganggap wilayah pesisir
given (padahal banyak interaksi ekonomi dan ekologis) contoh : teori land rent dan teori lokasi.
Sebagai contoh, banyak kota besar di Indonesia yang terletak di pantai mempunyai
perencanaan tata ruang yang bias ke darat. Model perencanaan yang diperlukan adalah
integrasi antara up land dengan wilayah pesisir dan laut untuk membentuk an area
Proses perencanaan : Proses perencanaan selama ini bersifat sentralistik (top down
desentralistik untuk menampung berbagai aspirasi stake holder dengan menerapan strategic
mengingat masih banyaknya tumpang tindih bentuk perencanaan dari berbagai instansi serta
belum diakui oleh seluruh stake holder. Dengan perkataan lain belum menjadi pegangan bagi
Dari hal tersebut diatas, maka setiap langkah pembangunan, termasuk sektor swasta akan
menemui kendala dan pada gilirannya sumberdaya alam dan lingkungan akan mengalami
Pemahaman antara stratifikasi sosial dan kelas sosial sering kali di samakan, padahal di
sisi lain pengertian antara stratifikasi sosial dan kelas sosial terdapat perbedaan. Penyamaan
dua konsep pengertian stratifikasi sosial dan kelas sosial akan melahirkan pemahaman yang
rancu. Stratifikasi sosial lebih merujuk pada pengelompokan orang kedalam tingkatan atau
strata dalam heirarki secara vertical. Membicarakan stratifikasi sosial berarti mengkaji posisi
atau kedudukan antar orang/sekelompok orang dalam keadaan yang tidak sederajat. Adapun
pengertian kelas sosial sebenarnya berada dalam ruanglingkup kajian yang lebih sempit,
artinya kelas sosial lebih merujuk pada satu lapisan atau strata tertentu dalam sebuah
stratifikasi sosial. Kelas sosial cenderung diartikan sebagai kelompok yang anggota-anggota
memiliki orientasi polititik, nilai budaya, sikap dan prilaku sosial yang secara umum sama.
Paul B. Horton dan Chester L. Hunt mengatakan bahwa terbentuknya stratifikasi dan
kelas sosial di dalammnya sesungguhnya tidak hanya berkaitan dengan uang. Stratifikasi sosial
adalah strata atau pelapisan orang-orang yang berkedudukan sama dalam rangkaian kesatuan
status sosial. Namun lebih penting dari itu, mereka memiliki sikap, nilai-nilai dan gaya hidup
yang sama. Semakin rendah kedudukan seseorang di dalam pelapisan sosial, biasanya
semakin sedikit pula perkumpulan dan kedudukan sosialnya.2 Sebab asasi mengapa ada
pelapisan sosial dalam masyarakat bukan saja karena ada perbedaan, tetapi karena
kemampuan manusia menilai perbedaan itu dengan menerapkan berbagai criteria. Artinya
menggap ada sesuatu yang dihargai, maka sesuatu itu (dihargai) menjadi bibit yang
Sesuatu yang dihargai dapat berupa uang atau benda-benda bernilai ekonomis,
kekuasaan, ilmu pengetahuan, kesalehan dalam agama atau keturunan keluarga yang
terhormat. Tingkat kemampuan memiliki sesuatu yang dihargai tersebut akan melahirkan
sendirinya, atau sengaja disusun untuk mengejar tujuan bersama. Proses pelapisan sosial
dalam masyarakat dengan sendirinya berangkat dari kondisi perbedaan kemampuan antar
individu-individu atau anatar kelompok sosial, contohnya sekelompok orang yang memiliki
kemampuan lebih dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, tentunya akan menempati strata
sosial yang lebih tinggi dari pada kelompok yang memiliki sedikit kemampuan. Adapun proses
pelapisan sosial yang disengaja disusun biasanya mengacu kepada pembagian kekuasaan dan
wewenang yang resmi dalam organisasi formal. Agar dalam masyarakat manusia hidup dengan
teratur, maka kekuasaan dan wewenang yang ada harus dibagi-bagi dalam suatu organisasi.
Sifat dari system berlapis-lapis dalam masyarakat ada yang tertutup dan ada yang terbuka.
Yang bersifat tertutup tidak mungkin pindahnya seorang dan lapisan ke lapisan lain, baik gerak
pindahnya keatas maupun kebawah. Keanggotaan lapisan tertutup diperoleh dari kelahiran,
system ini dapat dilihat pada masyarakat yang berkasta, dalam masyarakat yang feodal atau
pada masyarakat yang system pelapisannya ditentukan oleh perbedaan rasial. Pada
berusaha dengan kecakapannya sendiri untuk naik lapisan sosial atau jika tidak beruntung
Praktek lapang Sosiologi Perikanan dilaksanakan pada hari sabtu– minggu, tanggal 22
B. Metode pengambilan
a. Obsevasi adalah teknik penelitian dengan melihat langsung dan kondisi daerah sekitar.
setempat.
c. Studi pustaka adalah membandingkan data hasil yang di dapat dari lapangan dengan data dari
pustaka.
C. Sumber Data
Sumber data yang dikumpulkan dalam praktek lapang Sosiologi Perikanan , antara lain :
a. Data primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara langsung kepada beberapa
b. Data sekunder diperoleh melalui studi berbagai pustaka dan melalui laporan-laporan instansi
A. Kesimpulan
Setelah mengikuti praktek lapang dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat
Kecamatan Galesong bermata pencaharian sebagai nelayan hal ini dikarenakan potensi
sumberdaya yang ada di laut cukup tinggi, sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal.
B. Saran
1. Asisten
Asisten lebih mengarahkan kami dalam pengerjaan laporan maupun dalam hal praktek.
2. Pemerintah
khususnya pada masyarakat yang berada di Pulau Kodingareng. Agar masyarakat disana dapat
http://yokasep.blogspot.com/2009/06/sosial-masyarakat-ekonomi-nelayan.html
Setiadi, Elly M dan Kolip Usman. Pengantar Sosiologi. Jakarta; Kencana. 2011
http://ictsleman.ath.cx/pustaka/sosiologi/1_differesiansi%20dan%20stratifikasi%20sosial/sos203
Salim, Agus. Stratifikasi Etnik. Semarang; FIP UNNES dan Tiara Wacana. 2006
Ikan Gabus
Ikan yang terkenal rakus dan buas ini hidup di dasar perairan, dan kita bisa menemukannya di
rawa-rawa, sungai, dan juga perairan keruh. Sifatnya yang rakus dan buas ini membuat ikan ini
akan sangat merugikan jika bergabung dengan ikan budidaya lain.
Ikan gabus memiliki warna hitam kecoklatan dan berwarna putih dibagian bawahnya.
Bentuk punggung ikan gabus cembung sedangkan bagian ventralnya rata dan sirip punggung
mempunyai jari-jari lemah lebih panjang jika dibandingkan dengan dubur yang berjumlah sekitar
38-47 jari-jari lemah.
Ikan gabus memiliki kandungan protein yang tinggi sehingga ikan ini banyak diburu oleh
masyarakat luas untuk tujuan konsumsi ataupun dijual kepasar. Berbagai jenis olahan pun dapat
dibuat dari ikan gabus ini, misalnya : Gabus goreng pedas manis, Tumis Ikan Asin Gabus, Gabus
goreng sambal ijo, dan masih banyak lagi jenis olahan lainnya dan tentunya sangat sedap
disantap dengan nasi.
Sama seperti ikan lele dan betok, ikan gabus juga mempunyai alat pernapasan tambahan bernama
labirin yang memungkinkannya untuk mengambil oksigen langsung dari udara sehingga ikan ini
juga bisa hidup di perairan yang berlumpur.
Pada saat musim kawin, gabus jantan dan gabus betina bekerjasama dalam menyiapkan sarang di
antara tumbuhan dekat tepi air. Anak ikan gabus umumnya berwarna jingga merah bergaris
hitam dan berenang secara berkelompok, sedangkan induk gabus selalu waspada dalam
mengawasi anak-anaknya di dasar perairan.