Teori Materialistik Riana

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 22

Teori Materialistik

Perubahan sosial bisa disebabkan oleh faktor material baik berupa faktor-faktor ekonomi

atau pun teknologi yang berhubungan dengan produktifitas ekonomi. Teknologi baru maupun

modal produksi ekonomi mendorong perubahan pada aspek interaksi, organisasi sosial, kultur,

kepercayaan, dan norma-norma.

William Ogburn memberikan argumentasi bahwa perubahan material (teknologi) lebih cepat

berubah dibandingkan perubahan aspek-aspek nonmaterial (ideologi, norma, nilai). Harper

(1989) menjelaskan bahwa teknologi dapat menjadi penyebab perubahan karena 3 hal:

1) Inovasi teknologi meningkatkan alternatif-alternatif dalam masyarakat

2) Teknologi baru mengubah bentuk interaksi antar orang

3) Teknologi baru menciptakan permasalahan yang harus diselesaikan

Teori Idealistik

Perspektif idealistik dilihat sebagai ide, nilai-nilai, dan ideologi yang menyebabkan

perubahan. Ide terdiri atas pengetahuan dan kepercayaan-kepercayaan. Nilai merupakan asumsi

mengenai apa yang diinginkan dan tidak diinginkan. Ideologi dipahami sebagai kombinasi antara

kepercayaan dan nilai untuk memberikan legitimasi maupun justifikasi terhadap perilaku

manusia (misalnya demokrasi, kapitalisme, sosialisme).

Dalam perspektif idealistik, perubahan setidaknya dipahami melalui 3 hal:

1) Legitimasi sebuah keinginan untuk berubah

2) Ideologi menjadi basis yang mampu menjelaskan solidaritas sosial sebagai penyebab

perubahan yang penting


3) Ide dan nilai mampu menjelaskan kesenjangan antara ideal dan faktual sebagai penyebab

perubahan

Stratifikasi Sosial Masyarakat Pesisir

Stratifikasi sosial akan selalu ditemukan dalam masyarakat selama di dalam masyarakat

tersebut terdapat sesuatu yang dihargai. Mungkin berupa uang atau benda-benda bernilai

ekonomis, atau tanah, kekuasaan, ilmu pengetahuan, kesalehan agama, atau keturunan keluarga

terhormat. Seseorang yang banyak memiliki sesuatu yang dihargai akan dianggap sebagai orang

yang menduduki pelapisan atas. Sebaliknya mereka yang hanya sedikit memiliki atau bahkan

sama sekali tidak memiliki sesuatu yang dihargai tersebut, mereka akan dianggap oleh

masyarakat sebagai orang-orang yang menempati pelapisan bawah atau berkedudukan rendah.

Stratifikasi sosial adalah pembedaan masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial

berdasarkan demensi vertikal akan memiliki pengaruh terhadap kehidupan bersama dalam

masyarakat. Berikut ini dampak stratifikasi sosial dalam kehidupan masyarakat:

Eklusivitas

Stratifikasi sosial yang membentuk lapisan-lapisan sosial juga merupakan subculture,

telah menjadikan mereka dalam lapisan-lapisan tertentu menunjukan eklusivitasnya masing-

masing. Eklusivitas dapat berupa gaya hidup, perilaku dan juga kebiasaan mereka yang sering

berbeda antara satu lapisan dengan lapisan yang lain. Gaya hidup dari lapisan atas akan berbeda

dengan gaya hidup lapisan menengah dan bawah. Demikian juga halnya dengan perilaku

masing-masing anggotanya dapat dibedakan, sehingga kita mengetahui dari kalangan kelas sosial

mana seseorang berasal. Eklusivitas yang ada sering membatasi pergaulan di antara kelas sosial
tertentu, mereka enggan bergaul dengan kelas sosial dibawahnya atau membatasi diri hanya

bergaul dengan kelas yang sama dengan kelas mereka.

Etnosentrisme

Etnosentrisme dipahami sebagai mengagungkan kelompok sendiri, dapat terjadi dalam

stratifikasi sosial yang ada dalam masyarakat. Mereka yang berada dalam stratifikasi sosial atas

akan menganggap dirinya adalah kelompok yang paling baik dan menganggap rendah dan

kurang bermartabat kepada mereka yang berada pada stratifikasi sosial rendah.

Pola perilaku kelas sosial atas dianggap lebih berbudaya dibandingkan dengan kelas sosial di

bawahnya. Sebaliknya kelas sosial bawah akan memandang mereka sebagai orang boros dan

konsumtif dan menganggap apa yang mereka lakukan kurang manusiawi dan tidak memiliki

kesadaran dan solidaritas terhadap mereka yang menderita. Pemujaan terhadap kelas sosialnya

masing-masing adalah wujud dari etnosentrisme.

Konflik Sosial

Perbedaan yang ada di antara kelas sosial dapat menyebabkan terjadinya kecemburuan

sosial maupun iri hati. Jika kesenjangan karena perbedaan tersebut tajam tidak menutup

kemungkinan terjadinya konflik sosial antara kelas sosial satu dengan kelas sosial yang lain.

Misalnya demonstrasi buruh menuntut kenaikan upah atau peningkatan kesejahteraan dari

perusahaan dimana mereka bekerja adalah salah satu konflik yang terjadi karena stratifikasi

sosial yang ada dalam masyarakat.

Stratifikasi sosial kadang akan membedakan warga masyarakat menurut kekuasaan dan

pemilikan materi. Kriteria ekonomi selalu berkaitan dengan aktivitas pekerjaan, kepemilikan
kekayaan, atau kedua-duanya. Dengan begitu, pendapatan, kekayaan, dan pekerjaan akan

membagi anggota masyarakat ke dalam beberapa stratifikasi atau kelas ekonomi.

Dalam stratifikasi sosial terdapat tiga kelas sosial, yaitu: masyarakat yang terdiri dari

kelas atas (upper class), masyarakat yang terdiri kelas menengah (middle class) dan kelas bawah

(lower class). Orang-orang yang berada pada kelas bawah (lower) biasanya lebih banyak

(mayoritas) daripada di kelas menengah (middle) apalagi pada kelas atas (upper). Semakin ke

atas semakin sedikit jumlah orang yang berada pada posisi kelas atas (upper class). Dalam

kehidupan masyarakat terdapat kriteria yang dipakai untuk menggolongkan orang dalam

pelapisan sosial adalah sebagai berikut:

Ukuran kekayaan

Seseorang yang memiliki kekayaan paling banyak, ia akan menempati pelapisan di atas.

Kekayaan tersebut misalnya dapat dilihat dari bentuk rumah, mobil pribadinya, cara berpakaian

serta jenis bahan yang dipakai, kebiasaan atau cara berbelanja dan seterusnya.

Ukuran kekuasaan

Seseorang yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar akan

menempati pelapisan yang tinggi dalam pelapisan sosial masyarakat yang bersangkutan.

Ukuran kehormatan

Orang yang disegani dan dihormati akan mendapat tempat atas dalam sistem pelapisan

sosial. Ukuran semacam ini biasanya dijumpai pada masyarakat yang masih tradisional.
Misalnya, orangtua atau orang yang dianggap berjasa dalam masyarakat atau kelompoknya.

Ukuran kehormatan biasanya lepas dari ukuran-ukuran kekayaan dan kekuasaan.

Ukuran ilmu pengetahuan,

Ilmu pengetahuan digunakan sebagai salah satu faktor atau dasar pembentukan pelapisan

sosial di dalam masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan.

Dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa pelapisan sosial dapat mempengaruhi

kehidupan masyarakat, seperti adanya perbedaan gaya hidup dan perlakuan dari masyarakat

terhadap orang-orang yang menduduki pelapisan tertentu. Stratifikasi sosial juga menyebabkan

adanya perbedaan sikap dari orang-orang yang berada dalam stratasosial tertentu berdasarkan

kekuasaan, privilese dan prestise. Dalam lingkungan masyarakat dapat terlihat perbedaan antara

individu, atau satu keluarga lain, yang dapat didasarkan pada ukuran kekayaan yang dimiliki.

Yang kaya ditempatkan pada lapisan atas dan miskin pada lapisan bawah. Atau mereka yang

berpendidikan tinggi berada di lapisan atas sedangkan yang tidak sekolah pada lapisan bawah.

Dari perbedaan lapisan sosial ini terlihat adanya kesenjangan sosial. Hal ini tentu merupakan

masalah sosial dalam masyarakat. Perbedaan sikap tersebut tercermin dari gaya hidup seseorang

sesuai dengan strata sosialnya. Pola gaya hidup tersebut dapat dilihat dari cara berpakaian,

tempat tinggal, cara berbicara, pemilihan tempat pendidikan, hobi dan tempat rekreasi.

Cara Berpakaian

Seseorang yang tergolong dalam strata sosial atas dapat dilihat dari gaya busananya.

Biasanya orang-orang kelas atas menggunakan busana dan aksesoris lain, seperti sepatu, tas, jam
tangan yang bermerek dan dari luar negeri. Sedangkan mereka yang termasuk strata sosial

menengah ke bawah, lebih memilih menggunakan barang-barang produksi dalam negeri.

Tempat Tinggal

Pada umumya masyarakat kelas atas akan membangun rumah yang besar dan mewah

dengan gaya arsitektur yang indah. Masyarakat kelas atas lebih menyukai tinggal di kawasan

elite dan apartemen mewah yang dilengkapi dengan fasilitas modern. Sedangkan masyarakat

yang tergolong strata menengah lebih memilih bentuk dan tipe rumah yang sederhana bahkan

ada juga yang tinggal di rumah susun.

Cara Berbicara

Cara berbicara orang-orang yang tergolong strata atas akan berbeda dengan orang-orang

yang berada dalam strata bawah. Mereka yang termasuk dalam golongan strata atas memiliki

gaya berbicara yang beradaptasi dengan istilah-istilah asing serta penuh dengan kesopanan.

Sedangkan orang-orang yang berada dalam strata bawah terkadang suka berbicara yang tidak

terlalu memperhatikan etika.

Pendidikan

Pendidikan menjadi faktor yang paling penting bagi setiap masyarakat. Umumnya

masyarakat strata atas memilih memasukkan anak-anak mereka pada sekolah-sekolah ataupun

universitas-universitas yang berkualitas tinggi termasuk sekolah di luar negeri. Sedangkan bagi

masyarakat yang menduduki pelapisan bawah lebih memilih menyekolahkan anak-anak mereka

di sekolah dalam negeri.


Hobi dan rekreasi

Menyalurkan hobi serta berekreasi merupakan hal-hal yang diperhatikan oleh masyarakat

yang berada dalam pelapisan atas. Biasanya orang-orang yang berada dalam strata atas memilih

olahraga yang ekslusif seperti golf, balap mobil, serta menyalurkan hobi, seperti main piano,

main biola, menonton orkestra, mengoleksi lukisan-lukisan mahal dan sebagainya. Begitu pula

berekreasi, mereka lebih memilih berekreasi ke luar daerah atau bahkan ke luar negeri.

Sedangkan, bagi masyarakat yang tergolong strata bawah, lebih memilih hobi dan berekreasi

yang tidak terlalu banyak mengeluarkan biaya, seperti bermain sepak bola, dan berekreasi ke

tempat yang dekat dengan tempat tinggal mereka.

Struktur stratifikasi sosial pada masyarakat nelayan


Ibnu Malkan Hasbi
Orang-orang yang berhenti menimba ilmu akan menjadi pemilik masa lalu, orang-orang yang
terus menimba ilmu akan menjadi pemilik masa depan (Mario Teguh)

Rabu, 22 Juli 2015


Stratifikasi sosial mata kuliah sosiologi masyarakat pesisir

Stratifikasi Sosial

Sosiologi Masyarakat Pesisir

KELOMPOK :

NAMA : IBNU MALKAN HASBI

NIM : L24110276

LABORATORIUM SOSIAL EKONOMI PERIKANAN


PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERIKANAN
JURUSAN PERIKANAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sejak kelahirannya, ilmu-ilmu sosial tidak memiliki batasan atau definisi pokok bahasan

yang bersifat eksak/pasti. Artinya berbeda dengan ilmu eksakta (bidang ilmu tentang hal-hal yg

bersifat konkret yg dapat diketahui dan diselidiki berdasarkan percobaan serta dapat dibuktikan

dng pasti), rumusan dalam ilmu sosial bersifat tidak pasti karena titik beratya pada prilaku

manusia yang dinamis, selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu. Akan tetapi kajian tentang

prilaku manusia tetaplah ilmu sosial, sebab kajian tentang prilaku manusia di dalam kehidupan

sosial telah dikaji berdasarkan metodelogi ilmiah dan memenuhi persyaratan sebagai kajian

ilmu pengetahuan. Manusia, masyarakat dan lingkungan merupakan focus kajian sosiologi yang

dituangkan dalam kepingan tema utama sosiologi dari masa kemasa. Mengungkap hubungan

luar biasa anatara keseharian yang dijalani oleh seseorang dan perubahan serta pengaruh

yang ditimbulkannya pada masyarakat tempat dia hidup, dan bahkan kepada dunia secara

gelobal. Banyak sekali sub kajian dan istilah dlam sosiologi yang membahas perihal tentang,

manusia, masyarakat dan lingkungan, salah satunya adalah stratifikasi sosial. Dalam makalah

ini penulis akan mencoba menjelaskan apakah itu stratifikasi sosial beserta pembahasannya.

B. Tujuan dan Kegunaan


Tujuan dilalukan praktek lapang teori Sosiologi Perikanan yaitu untuk melihat

bagaimana kebijakan harga di Kabupaten Takalar Kecamatan Galesong Kota Madya

Makassar, Sulawesi Selatan.

Kegunaan dari praktek lapang teori Sosiologi Perikanan adalah sebagai bahan

perbandingn antara teori yang diperoleh di bangku kuliah dengan keadaan sesungguhnya yang

ada di lapangan
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir

Nilai dan arti penting pesisir dan laut bagi bangsa Indonesia dapat dilihat dari dua aspek,

yaitu : Pertama, secara sosial ekonomi wilayah pesisir dan laut memiliki arti penting karena (a)

sekitar 140 juta (60 %) penduduk Indonesia hidup di wilayah pesisir (dengan pertumbuhan rata-

rata 2 % per tahun); (b) sebagian besar kota, baik propinsi dan kabupaten) terletak di kawasan

pesisir; (c) kontribusi sektor kelautan terhadap PDB nasional sekitar 20,06 % pada tahun 1998

dan (d) industri kelautan (coastal industries) menyerap lebih dari 16 juta tenaga kerja secara

langsung. Ditinjau dari aspek biofisik wilayah, ruang pesisir dan laut serta sumberdaya yang

terkandung di dalamnya bersifat khas sehingga adanya intervensi manusia pada wilayah

tersebut dapat mengakibatkan perubahan yang signifikan, seperti bentang alam yang sulit

diubah, proses pertemuan air tawar dan air laut yang menghasilkan beberapa ekosistem khas

dan lain-lain.

Ditinjau dari aspek kepemilikan, wilayah pesisir dan laut serta sumberdaya yang

terkandung di dalamnya sering tidak mempunyai kepemilikan yang jelas (open access), kecuali

pada beberapa wilayah di Indonesia, seperti Ambon dengan kelembagaan sasi, NTB dengan

kelembagaan tradisional Awig-awig dan Sangihe Talaud dengan kelembagaan Maneeh.

Dengan karaktersitik yang khas dan open access tersebut, maka setiap pembangunan

wilayah dan pemanfaatan sumberdaya timbul konflik kepentingan pemanfaatan ruang dan

sumberdaya serta sangat mudah terjadinya degradasi lingkungan dan problem eksternalitas.
Kedua, secara biofisik, wilayah pesisir dan laut Indonesia memiliki arti penting karena

(a) Indonesia memiliki garis pantai terpanjang di dunia setelah Kanada, yaitu sekitar 81.000 km

(13,9 % dari panjang pantai dunia) dan ; (b) sekitar 75 % dari wilayahnya merupakan wilayah

perairan (sekitar 5,8 juta km2 termasuk ZEEI; (c) Indonesia merupakan negara kepulauan

terbesar di dunia dengan jumlah pulau sekitar 17.508 pulau dan (d) Dalam wilayah tersebut

terkandung potensi kekayaan dan keanekaragaman sumberdaya alamnya yang terdiri atas

potensi sumberdaya alam pulih (renewable resources) seperti perikanan, ekosistem mangrove,

ekosistem terumbu karang) maupun potensi sumberdaya alam tidak pulih (non renewable

resources) seperti migas, mineral atau bahan tambang lainnya serta jasa-jasa lingkungan

(environmental services), seperti pariwisata bahari, industri maritim dan jasa transportasi.

sebagian besar penduduk di wilayah pesisir bermatapencaharian di sektor pemanfaatan

sumberdaya kelautan (marine resources base), seperti nelayan, petani ikan (budidaya tambak

dan laut), Kemiskinan masyarakat nelayan (problem struktural), penambangan pasir, kayu

mangrove dan lain-lain. Sebagai contoh : Kecamatan Kepulauan Seribu, Jakarta Utara dengan

penduduk 17.991 jiwa, sekitar 71,64 % merupakan nelayan (Tahun 2001).

Sebagian besar penduduk wilayah pesisir memiliki tingkat pendidikan yang rendah.

Sebagai contoh : penduduk Kecamatan Kepulauan Seribu, Jakarta Utara (Tahun 2001) sekitar

70,10 % merupakan tamatan Sekolah Dasar (SD) dan sejalan dengan tingkat tersebut, fasilitas

pendidikan yang ada masih sangat terbatas.

kondisi lingkungan pemukiman masyarakat pesisir, khususnya nelayan masih belum

tertata dengan baik dan terkesan kumuh. Dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang
relatif berada dalam tingkat kesejahteraa rendah, maka dalam jangka panjang tekanan

terhadap sumberdaya pesisir akan semakin besar guna pemenuhan kebutuhan pokoknya

Model perencanaan : perencanaan masih bias ke up land, meski ada pengakuan hukum

tentang ruang laut (UU No. 24/1992 tentang penataan ruang). Ruang kawasan pesisir termasuk

ruang kawasan tertentu yang perencanaan dan penataannya terkait dengan produk tata ruang

nasional, propinsi dan kabupaten. Model perencanaan up land menganggap wilayah pesisir

given (padahal banyak interaksi ekonomi dan ekologis) contoh : teori land rent dan teori lokasi.

Sebagai contoh, banyak kota besar di Indonesia yang terletak di pantai mempunyai

perencanaan tata ruang yang bias ke darat. Model perencanaan yang diperlukan adalah

integrasi antara up land dengan wilayah pesisir dan laut untuk membentuk an area

development planning guna mencapai sustainability development (growth, equity and

environmental sustainability), regional stability and nation unity

Proses perencanaan : Proses perencanaan selama ini bersifat sentralistik (top down

panning). Proses perencanaan yang diperlukan adalah pendekatan perencanaan koordinatif-

desentralistik untuk menampung berbagai aspirasi stake holder dengan menerapan strategic

development panning dan public choice.

Output perencanaan : Hasil perencanaan masih belum diimplementasikan secara optimal

mengingat masih banyaknya tumpang tindih bentuk perencanaan dari berbagai instansi serta

belum diakui oleh seluruh stake holder. Dengan perkataan lain belum menjadi pegangan bagi

setiap pihak yang berkepentinngan.

Dari hal tersebut diatas, maka setiap langkah pembangunan, termasuk sektor swasta akan

menemui kendala dan pada gilirannya sumberdaya alam dan lingkungan akan mengalami

tekanan yang besar.


B. Definisi Stratifikasi Sosial

Pemahaman antara stratifikasi sosial dan kelas sosial sering kali di samakan, padahal di

sisi lain pengertian antara stratifikasi sosial dan kelas sosial terdapat perbedaan. Penyamaan

dua konsep pengertian stratifikasi sosial dan kelas sosial akan melahirkan pemahaman yang

rancu. Stratifikasi sosial lebih merujuk pada pengelompokan orang kedalam tingkatan atau

strata dalam heirarki secara vertical. Membicarakan stratifikasi sosial berarti mengkaji posisi

atau kedudukan antar orang/sekelompok orang dalam keadaan yang tidak sederajat. Adapun

pengertian kelas sosial sebenarnya berada dalam ruanglingkup kajian yang lebih sempit,

artinya kelas sosial lebih merujuk pada satu lapisan atau strata tertentu dalam sebuah

stratifikasi sosial. Kelas sosial cenderung diartikan sebagai kelompok yang anggota-anggota

memiliki orientasi polititik, nilai budaya, sikap dan prilaku sosial yang secara umum sama.

Paul B. Horton dan Chester L. Hunt mengatakan bahwa terbentuknya stratifikasi dan

kelas sosial di dalammnya sesungguhnya tidak hanya berkaitan dengan uang. Stratifikasi sosial

adalah strata atau pelapisan orang-orang yang berkedudukan sama dalam rangkaian kesatuan

status sosial. Namun lebih penting dari itu, mereka memiliki sikap, nilai-nilai dan gaya hidup

yang sama. Semakin rendah kedudukan seseorang di dalam pelapisan sosial, biasanya

semakin sedikit pula perkumpulan dan kedudukan sosialnya.2 Sebab asasi mengapa ada

pelapisan sosial dalam masyarakat bukan saja karena ada perbedaan, tetapi karena

kemampuan manusia menilai perbedaan itu dengan menerapkan berbagai criteria. Artinya

menggap ada sesuatu yang dihargai, maka sesuatu itu (dihargai) menjadi bibit yang

menumpuhkan adanya system berlapis-lapis dalam masyarakat.

Sesuatu yang dihargai dapat berupa uang atau benda-benda bernilai ekonomis,

kekuasaan, ilmu pengetahuan, kesalehan dalam agama atau keturunan keluarga yang
terhormat. Tingkat kemampuan memiliki sesuatu yang dihargai tersebut akan melahirkan

lapisan sosial yang mempunyai kedudukan atas dan rendah.

Proses terjadinya system lapisan-lapisan dalam masyarakat dapat terjadi dengan

sendirinya, atau sengaja disusun untuk mengejar tujuan bersama. Proses pelapisan sosial

dalam masyarakat dengan sendirinya berangkat dari kondisi perbedaan kemampuan antar

individu-individu atau anatar kelompok sosial, contohnya sekelompok orang yang memiliki

kemampuan lebih dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, tentunya akan menempati strata

sosial yang lebih tinggi dari pada kelompok yang memiliki sedikit kemampuan. Adapun proses

pelapisan sosial yang disengaja disusun biasanya mengacu kepada pembagian kekuasaan dan

wewenang yang resmi dalam organisasi formal. Agar dalam masyarakat manusia hidup dengan

teratur, maka kekuasaan dan wewenang yang ada harus dibagi-bagi dalam suatu organisasi.

Sifat dari system berlapis-lapis dalam masyarakat ada yang tertutup dan ada yang terbuka.

Yang bersifat tertutup tidak mungkin pindahnya seorang dan lapisan ke lapisan lain, baik gerak

pindahnya keatas maupun kebawah. Keanggotaan lapisan tertutup diperoleh dari kelahiran,

system ini dapat dilihat pada masyarakat yang berkasta, dalam masyarakat yang feodal atau

pada masyarakat yang system pelapisannya ditentukan oleh perbedaan rasial. Pada

masyarakat yang lapisannya bersifat terbuka, setiap anggota mempunyai kesempatan

berusaha dengan kecakapannya sendiri untuk naik lapisan sosial atau jika tidak beruntung

dapat terjatuh kelapisan bawahnya.


III. Metodologi Praktek

A. Waktu dan Tempat

Praktek lapang Sosiologi Perikanan dilaksanakan pada hari sabtu– minggu, tanggal 22

– 23 Oktober 2011 yang bertempat di`Kabupaten Takalar , Kecamatan Galesong , Kota

Madya Makassar, Sulawesi Selatan.

B. Metode pengambilan

Metode pengambilan data yaitu :

a. Obsevasi adalah teknik penelitian dengan melihat langsung dan kondisi daerah sekitar.

b. Wawancara adalah teknik penelitian dengan wawancara langsung dengan masyarakat

setempat.

c. Studi pustaka adalah membandingkan data hasil yang di dapat dari lapangan dengan data dari

pustaka.

C. Sumber Data

Sumber data yang dikumpulkan dalam praktek lapang Sosiologi Perikanan , antara lain :

a. Data primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara langsung kepada beberapa

responden dengan menggunakan kuisioner serta observasi di lapangan.

b. Data sekunder diperoleh melalui studi berbagai pustaka dan melalui laporan-laporan instansi

pemerintah dan swasta terkait.


IV.Hasil dan Pembahasan

A. Kondisi Umum Lokasi Praktek


V.Penutup

A. Kesimpulan

Setelah mengikuti praktek lapang dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat

Kecamatan Galesong bermata pencaharian sebagai nelayan hal ini dikarenakan potensi

sumberdaya yang ada di laut cukup tinggi, sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal.

B. Saran

Saran yang dapat penulis sampaikan melalui laporan ini adalah:

1. Asisten

Asisten lebih mengarahkan kami dalam pengerjaan laporan maupun dalam hal praktek.

2. Pemerintah

Pemerintah harus lebih memberikan perhatian kepada masyarakat menengah ke bawah

khususnya pada masyarakat yang berada di Pulau Kodingareng. Agar masyarakat disana dapat

memperoleh kehidupan yang lebih layak dibanding sekarang.


DAFTAR PUSTAKA

http://yokasep.blogspot.com/2009/06/sosial-masyarakat-ekonomi-nelayan.html

Setiadi, Elly M dan Kolip Usman. Pengantar Sosiologi. Jakarta; Kencana. 2011

http://ictsleman.ath.cx/pustaka/sosiologi/1_differesiansi%20dan%20stratifikasi%20sosial/sos203

_16.htm (dibuka tanggal 01/05/2011 jam 20:24)

Suharto. Stratifikasi Sosial. Yogyakarta; Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga. 1986

Salim, Agus. Stratifikasi Etnik. Semarang; FIP UNNES dan Tiara Wacana. 2006
Ikan Gabus

Ikan gabus, Channa striata


Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Perciformes
Famili: Channidae
Genus: Channa
Spesies: C. striata
Nama binomial
Channa striata
(Bloch, 1793)

Ikan yang terkenal rakus dan buas ini hidup di dasar perairan, dan kita bisa menemukannya di
rawa-rawa, sungai, dan juga perairan keruh. Sifatnya yang rakus dan buas ini membuat ikan ini
akan sangat merugikan jika bergabung dengan ikan budidaya lain.

Ikan gabus memiliki warna hitam kecoklatan dan berwarna putih dibagian bawahnya.

Bentuk punggung ikan gabus cembung sedangkan bagian ventralnya rata dan sirip punggung
mempunyai jari-jari lemah lebih panjang jika dibandingkan dengan dubur yang berjumlah sekitar
38-47 jari-jari lemah.

Ikan gabus memiliki kandungan protein yang tinggi sehingga ikan ini banyak diburu oleh
masyarakat luas untuk tujuan konsumsi ataupun dijual kepasar. Berbagai jenis olahan pun dapat
dibuat dari ikan gabus ini, misalnya : Gabus goreng pedas manis, Tumis Ikan Asin Gabus, Gabus
goreng sambal ijo, dan masih banyak lagi jenis olahan lainnya dan tentunya sangat sedap
disantap dengan nasi.

Sama seperti ikan lele dan betok, ikan gabus juga mempunyai alat pernapasan tambahan bernama
labirin yang memungkinkannya untuk mengambil oksigen langsung dari udara sehingga ikan ini
juga bisa hidup di perairan yang berlumpur.

Pada saat musim kawin, gabus jantan dan gabus betina bekerjasama dalam menyiapkan sarang di
antara tumbuhan dekat tepi air. Anak ikan gabus umumnya berwarna jingga merah bergaris
hitam dan berenang secara berkelompok, sedangkan induk gabus selalu waspada dalam
mengawasi anak-anaknya di dasar perairan.

You might also like