Skripsi Tanpa Bab Pembahasan

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 68

ANALISIS PENGADAAN BAHAN BAKU DAN PENENTUAN BIAYA

POKOK PRODUKSI OLAHAN KOPI ROBUSTA DI KOPERASI TIRTO


KENCONO DESA TALANG 20 KECAMATAN AIR NANINGAN
KABUPATEN TANGGAMUS

(Skripsi)

Oleh

AUFA DIAN UTAMI

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRACT

PROCUREMENT OF RAW MATERIALS ANALYSIS AND DETERMINATION


OF THE BASIC COST OF PRODUCTION ROBUSTA COFFEE PROCESSING
AT TIRTO KENCONO COOPERATIVE TALANG 20 AIR NANINGAN
DISTRICT TANGGAMUS REGENCY

By

Aufa Dian Utami

This study aims to determine the process of the procurement of raw materials in
accordance with six relevant components and analyze the basic cost of processed
coffee production in Tirto Kencono Cooperative. This case study involved had of
cooperative unit in Air Naningan District, Tanggamus Regency. The collection of
data was conducted in March 2019 and analyzed in qualitative and quantitative
descriptive. The study showes that the procurement of raw materials in the
processing of robusta coffee in Tirto Kencono Cooperative had complied five
components, namely time, place, quantity, price and quality components, while
the type component was insufficient. The basic cost of production (BPP) for four
products using equipment support was lower than the cost of production without
equipment support. Therefore government support increases farmers profit.
Government support had different impacts in terms of cost structure cost of
production especially the depreciated cost of equipment supported which had a
percentage of 0,77% and without equipment supported of 1.23%.

Key word : raw material, cost of production (BPP), robusta coffee


ABSTRAK

ANALISIS PENGADAAN BAHAN BAKU DAN PENENTUAN BIAYA


POKOK PRODUKSI OLAHAN KOPI ROBUSTA DI KOPERASI TIRTO
KENCONO DESA TALANG 20 KECAMATAN AIR NANINGAN
KABUPATEN TANGGAMUS

Oleh

Aufa Dian Utami

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pengadaan bahan baku sesuai
dengan komponen enam tepat dan menganalisis biaya pokok produksi kopi olahan
di Koperasi Tirto Kencono. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah studi kasus. Responden dalam penelitian ini adalah ketua koperasi.
Penelitian ini dilakukan di Koperasi Tirto Kencono yang berlokasi di Desa Talang
20, Kecamatan Air Naningan, Kabupaten Tanggamus. Pengumpulan data
dilakukan pada bulan Maret 2019 dan dianalisis secara deskriptif kualitatif dan
kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengadaan bahan baku dalam
pengolahan kopi robusta di Koperasi Tirto Kencono telah memenuhi lima
komponen tepat, yaitu tepat waktu, tempat, jumlah, harga dan kualitas. Sedangkan
komponen jenis, termasuk tidak tepat. Biaya pokok produksi (BPP) keempat
produk dengan peralatan bantuan lebih rendah dibandingkan dengan tanpa
bantuan. Oleh karena itu, bantuan pemerintah dapat meningkatkan keuntungan
petani. Bantuan pemerintah memiliki dampak yang berbeda dalam hal struktur
biaya produksi khususnya pada biaya penyusutan peralatan dimana dengan
bantuan memiliki persentase 0,77% dan tanpa peralatan bantuan sebesar 1,23%.

Kata Kunci : bahan baku, biaya pokok produksi (BPP), kopi robusta
ANALISIS PENGADAAN BAHAN BAKU DAN PENENTUAN BIAYA
POKOK PRODUKSI OLAHAN KOPI ROBUSTA DI KOPERASI TIRTO
KENCONO DESA TALANG 20 KECAMATAN AIR NANINGAN
KABUPATEN TANGGAMUS

Oleh

AUFA DIAN UTAMI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar


SARJANA PERTANIAN

pada

Program Studi Agribisnis


Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 01

Oktober 1997. Penulis merupakan anak tunggal dari

pasangan Bapak Drs. H. Syirjudin dan Ibu Hj. Ellya Rosa

Ibrahim. Penulis menyelesaikan studi tingkat sekolah

dasar (SD) di SD Negri 2 Rawa Laut (Teladan) pada

tahun 2009, tingkat sekolah menengah pertama (SMP) di

SMP IT ARRAIHAN pada tahun 2012 dan tingkat Sekolah Menengah Atas

(SMA) di SMA IT ARRAIHAN pada tahun 2015. Selama SMP dan SMA penulis

aktif dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) sebagai sekertaris dan

bendahara pelaksana. Penulis diterima di Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Lampung pada tahun 2015 melalui jalur Seleksi Mandiri.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Way Rilau Kecamatan

Cukuh Balak Kabupaten Tanggamus selama 40 hari pada bulan Januari hingga

Februari 2018. Selanjutnya, pada Juli 2018 penulis melaksanakan Praktik Umum

(PU) di PT.Great Giant Pineapple pada Departemen Harvesting and Transport,

Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah selama 30 hari kerja

efektif. .
SANWACANA

Bismillahirahmannirrahim,

Alhamdulillahi Rabbil ’Alamin segala puji bagi Allah SWT atas berkat, rahmat,

hidayah, serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan dan suri teladan Nabi

Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman

yang terang benderang seperti saat ini. Semoga kita semua mendapatkan

syafaatnya di yaumil akhir kelak.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi yang berjudul “Analisis

Pengadaan Bahan Baku Dan Penentuan Biaya Pokok Produksi Olahan Kopi

Robusta Di Koperasi Tirto Kencono Desa Talang 20 Kecamatan Air

Naningan Kabupaten Tanggamus ” tidak akan terealisasi dengan baik tanpa

adanya dukungan, doa, bantuan, nasihat, saran dan bimbingan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala ketulusan hati penulis

menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M. Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung

2. Bapak Dr. Teguh Endaryanto, S.P., M.Si., selaku Ketua Jurusan Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung.


3. Bapak Dr. Ir. Zainal Abidin, M.E.S., selaku Dosen Pembimbing Pertama

dalam penyusunan skripsi atas masukan dan bimbingannya kepada penulis.

4. Ibu Lina Marlina, S. P., M. Si., selaku Dosen Pembimbing Kedua dan Dosen

Pembimbing Akademik dalam penyusunan skripsi atas masukan,

bimbingannya dan telah sabar memberikan bimbingan dan motivasi kepada

penulis.

5. Bapak Dr.Ir. R Hanung Ismono, M. P., selaku Dosen Penguji yang telah

memberikan saran, dan arahan dalam penyempurnaan skripsi kepada penulis.

6. Orang tuaku tercinta Papa Drs. H. Syirjudin dan Mama Hj. Ellya Rosa

Ibrahim yang telah memberikan semua yang terbaik, tanpa lelah selalu

memberikan cinta dan kasih sayang, pengorbanan, dukungan baik moril dan

materil yang tiada henti serta do’a yang selalu diucapkan bagi kelancaran dan

kesuksesan penulis, skripsi ini kupersembahkan untuk Papa dan Mama.

7. Seluruh Dosen dan Karyawan di Jurusan Agribisnis (Mba Iin, Mba Vanesha,

Mba Tunjung, Mas Boim dan Mas Bukhari) atas semua bantuan yang telah

diberikan selama penulis menjadi mahasiswi di Universitas Lampung.

8. Teman terkasih M. Tio Wicaksono yang selalu memberikan semangat,

dukungan dan perhatiannya kepada penulis selama ini.

9. Sahabat-sahabat terbaik penulis selama perkuliahan, para ibu-ibu sosialita

Laely Savitry, Brigitta Marcellina Siahaan, Dewi Hermania, dan Sapphira

Saleha Lestari atas persahabatan, keceriaan, semangat berjuang, bantuannya

dan kebersamaan kepada penulis selama ini.

10. Keluarga KKN Echa, Hayu, Riky, Toffer,Vita, dan Zakiah terimakasih telah

menjadi keluarga baru bagi penulis.


11. Teman-teman seperjuangan Agribisnis 2015 dan teman-teman satu Dosen

Pembimbing yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis

serta kebersamaannya selama ini.

12. Almamater tercinta dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian atas segala yang telah diberikan

kepada penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan,

akan tetapi semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi

banyak pihak di masa yang akan datang.

Bandar Lampung, Oktober 2019


Penulis.,

Aufa Dian Utami


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii

I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian ................................................................................ 7
C. Manfaat Penelitian .............................................................................. 7

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ............... 9


A. Tinjauan Pustaka ................................................................................. 9
1. Biaya Pokok Produksi ................................................................... 9
2. Karakteristik Agribisnis Pengolahan Kopi Robusta ..................... 14
3. Pengadaan Bahan Baku ................................................................. 17
4. Koperasi ........................................................................................ 19
B. Kajian Terdahulu ................................................................................ 21
C. Kerangka Pemikiran ............................................................................ 23

III. METODE PENELITIAN ....................................................................... 27


A. Metode Penelitian ............................................................................... 27
B. Konsep Dasar Penelitian dan Definisi Operasional ............................ 28
C. Lokasi, Waktu dan Responden Penelitian........................................... 31
D. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 32
E. Metode Analisis Data .......................................................................... 33
1. Metode Analisis Tujuan Pertama .................................................. 33
2. Metode Analisis Tujuan Kedua .................................................... 34

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ................................ 36


A. Keadaan Kecamatan Air Naningan ..................................................... 36
1. Keadaan Geografis Kecamatan Air Naningan .............................. 36
2. Keadaan Demografi Kecamatan Air Naningan ............................ 37
3. Keadaan Perkebunan Budidaya .................................................... 38
B. Keadaan Koperasi Tirto Kencono ....................................................... 38
C. Sarana dan Prasarana .......................................................................... 42
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 45
A. Karakteristik Responden ..................................................................... 45
B. Proses Pengolahan Kopi Robusta di Koperasi Tirto Kencono ........... 46
1. Fine Robusta T20 .......................................................................... 50
2. Roastbean Robusta T20 ................................................................ 59
3. Green Coffee T20 .......................................................................... 63
4. Gendis Coffee T20 ........................................................................ 69
C. Biaya Pengolahan Kopi Robusta di Koperasi Trito Kencono ............ 74
1. Biaya Produksi .............................................................................. 74
2. Biaya Operasional ......................................................................... 78
D. Pengadaan Bahan Baku di Koperasi Tirto Kencono........................... 89
E. Analisis Penentuan Biaya Pokok Produksi Pada Pengolahan Kopi
Robusta di Koperasi Tirto Kencono ................................................... 98

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 107


A. Kesimpulan ......................................................................................... 107
B. Saran ................................................................................................... 107

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 109

LAMPIRAN .................................................................................................... 114


DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1 Variabel dan definisi operasional koperasi olahan kopi robusta ........... 30
2 Variabel dan definisi operasional koperasi olahan kopi robusta ........... 31
3 Kriteria Enam Tepat Pengadaan Bahan Baku Kopi Robusta ................ 33
4 Biaya Pokok Produksi Menggunakan Full Costing .............................. 34
5 Kebutuhan dan biaya kemasan per produksi untuk produk Koperasi
Tirto Kencono ........................................................................................ 78
6 Alokasi joint cost dengan metode nilai jual relatif ............................... 81
7 Biaya penyusutan peralatan subsidi per bulan pengolahan kopi
robusta di Koperasi Tirto Kencono ....................................................... 82
8 Biaya penyusutan peralatan non subsidi per bulan pengolahan kopi
robusta di Koperasi Tirto Kencono ....................................................... 82
9 Penggunaan tenaga kerja dan total upah yang dikeluarkan untuk
proses pengolahan kopi robusta di Koperasi Tirto Kencono ................ 84
10 Biaya produksi dengan peralatan subsidi yang dikeluarkan oleh
keempat produk yang dihasilkan Koperasi Tirto Kencono ................... 86
11 Biaya produksi dengan peralatan non subsidi yang dikeluarkan oleh
keempat produk yang dihasilkan Koperasi Tirto Kencono ................... 86
12 Cost of production produk Fine Robusta dan kopi bubuk Agroindustri
KBCOML ............................................................................................. 88
13 Pengadaan bahan baku di unit usaha pengolahan kopi robusta pada
Koperasi Tirto Kencono ........................................................................ 97
14 Biaya pokok produksi olahan kopi robusta di Koperasi Tirto Kencono
dengan peralatan subsidi ....................................................................... 99
15 Biaya pokok produksi olahan kopi robusta di Koperasi Tirto Kencono
dengan peralatan non subsidi................................................................. 97
16 Alokasi biaya bersama (joint cost) subsidi masing-masing produk
terhadap laba/rugi kotor......................................................................... 99
17 Alokasi biaya bersama (joint cost) non subsidi masing-masing produk
terhadap laba/rugi kotor......................................................................... 100
18 Kajian penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian
“Analisis Pengadaan Bahan Baku dan Penentuan Biaya Pokok
Produksi Olahan Kopi di Koperasi Tirto Kencono Desa Talang 20
Kecamatan Air Naningan Kabupatten Tanggamus”. ............................ 115
19 Identitas pengelola Koperasi Tirto Kencono ......................................... 125
20 Penerimaan per bulan produk olahan kopi robusta Koperasi Tirto
Kencono................................................................................................. 125
21 Identitas anggota Koperasi Tirto Kencono ............................................ 126
22 Identitas pemasok pemasok bahan baku di Koperasi Tirto Kencono ... 127
23 Penyusutan peralatan subsidi produk olahan kopi robusta Koperasi
Tirto Kencono........................................................................................ 128
24 Penyusutan peralatan bantuan produk olahan kopi robusta Koperasi
Tirto Kencono........................................................................................ 129
25 Penyusutan peralatan bantuan produk olahan kopi robusta Koperasi
Tirto Kencono........................................................................................ 130
26 Penyusutan peralatan bantuan produk olahan kopi robusta Koperasi
Tirto Kencono........................................................................................ 131
27 Penyusutan peralatan bantuan produk olahan kopi robusta Koperasi
Tirto Kencono........................................................................................ 132
28 Penyusutan peralatan bantuan produk olahan kopi robusta Koperasi
Tirto Kencono........................................................................................ 133
29 Penyusutan peralatan bantuan produk olahan kopi robusta Koperasi
Tirto Kencono........................................................................................ 134
30 Penyusutan peralatan tanpa bantuan produk olahan kopi robusta
Koperasi Tirto Kencono ........................................................................ 134
31 Penyusutan peralatan tanpa bantuan produk olahan kopi robusta
Koperasi Tirto Kencono ........................................................................ 135
32 Penyusutan peralatan tanpa bantuan produk olahan kopi robusta
Koperasi Tirto Kencono ........................................................................ 136
33 Penyusutan peralatan tanpa bantuan produk olahan kopi robusta
Koperasi Tirto Kencono ........................................................................ 137
34 Penyusutan peralatan tanpa bantuan produk olahan kopi robusta
Koperasi Tirto Kencono ........................................................................ 138
35 Penyusutan peralatan tanpa bantuan produk olahan kopi robusta
Koperasi Tirto Kencono ........................................................................ 139
36 Penyusutan peralatan tanpa bantuan produk olahan kopi robusta
Koperasi Tirto Kencono ........................................................................ 140
37 Penyusutan peralatan tanpa bantuan produk olahan kopi robusta
Koperasi Tirto Kencono ........................................................................ 141
38 Alokasi joint cost produk olahan kopi robusta di Koperasi Tirto
Kencono................................................................................................. 142
39 Alokasi joint cost produk olahan kopi robusta di Koperasi Tirto
Kencono................................................................................................. 143
40 Alokasi joint cost produk olahan kopi robusta di Koperasi Tirto
Kencono................................................................................................. 140
41 Alokasi joint cost produk olahan kopi robusta di Koperasi Tirto
Kencono................................................................................................. 145
42 Alokasi joint cost produk olahan kopi robusta di Koperasi Tirto
Kencono................................................................................................. 146
43 Penggunaan bahan baku per bulan pada produk olahan kopi robusta
Koperasi Tirto Kencono ........................................................................ 146
44 Biaya sarana produksi per bulan pada pada produk olahan kopi
robusta Koperasi Tirto Kencono ........................................................... 147
45 Biaya sarana produksi per bulan pada pada produk olahan kopi
robusta Koperasi Tirto Kencono ........................................................... 148
46 Biaya sarana produksi per bulan pada pada produk olahan kopi
robusta Koperasi Tirto Kencono ........................................................... 149
47 Biaya sarana produksi per bulan pada pada produk olahan kopi
robusta Koperasi Tirto Kencono ........................................................... 150
48 Tenaga kerja per bulan pada produk olahan kopi robusta Koperasi
Tirto Kencono (Fine Robusta T20) ...................................................... 151
49 Tenaga kerja per bulan pada produk olahan kopi robusta Koperasi
Tirto Kencono (Roastbean Robusta T20) ............................................ 152
50 Tenaga kerja per bulan pada produk olahan kopi robusta Koperasi
Tirto Kencono (Green Coffee T20) ...................................................... 153
51 Tenaga kerja per bulan pada produk olahan kopi robusta Koperasi
Tirto Kencono (Gendis Coffee T20) ..................................................... 154
52 Biaya produksi subsidi olahan kopi robusta di Koperasi Tirto
Kencono................................................................................................. 155
53 Biaya produksi non subsidi olahan kopi robusta di Koperasi Tirto
Kencono................................................................................................. 155
54 HPP dengan metode full costing (subsidi) pengolahan kopi robusta
di Koperasi Tirto Kencono .................................................................... 156
55 HPP dengan metode full costing (non subsidi) pengolahan kopi
robusta di Koperasi Tirto Kencono ....................................................... 157
56 Biaya pokok produksi dan keuntungan pengolahan kopi robusta di
Koperasi Tirto Kencono ........................................................................ 158
57 Alokasi biaya bersama (joint cost) subsidi masing-masing produk
terhadap laba/rugi kotor ......................................................................... 159
58 Alokasi biaya bersama (joint cost) non subsidi masing-masing produk
terhadap laba/rugi kotor ......................................................................... 159
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1 Perkembangan jumlah koperasi Provinsi Lampung Tahun 2013
Sampai Per Desember 2017 ..................................................................... 2
2 Kerangka pemikiran analisis pengadaaan bahan baku dan penentuan
biaya pokok produksi olahan kopi di Koperasi Tirto Kencono Desa
Talang 20 Kecamatan Air Naningan Kabupaten Tanggamus ............... 26
3 Pohon industri kopi robusta pada unit usaha pengolahan kopi robusta
di Koperasi Tirto Kencono .................................................................... 47
4 Proses pengolahan produk Fine Robusta T20 di Koperasi Tirto
Kencono ................................................................................................. 47
5 Proses pengolahan produk Roastbean Robusta T20 di Koperasi Tirto
Kencono................................................................................................. 48
6 Proses pengolahan produk Green Coffee T20 di Koperasi Tirto
Kencono................................................................................................. 48
7 Proses pengolahan produk Gendis Coffee T20 di Koperasi Tirto
Kencono................................................................................................. 48
8 Proses sortir basah kopi robusta ............................................................ 51
9 Proses pencucian kopi robusta setelah sortir basah ............................... 52
10 Proses penjemuran kopi robusta ............................................................ 53
11 Proses penggilingan gabah kering Kopi dengan mesin huller .............. 53
12 Proses sortir biji kopi robusta ................................................................ 54
13 Proses penyangraian biji kopi robusta dengan mesin roasting ............. 56
14 Proses pengayakan biji kopi setelah disangrai ...................................... 56
15 Proses penggilingan biji kopi menjadi bubuk ....................................... 57
16 Proses penimbangan dan pengemasan produk Fine Robusta T20 ........ 58
17 Hasil akhir produk Fine Robusta T20 ................................................... 58
18 Proses penimbangan dan pengemasan produk Roastbean
Robusta T20 .......................................................................................... 62
19 Hasil akhir produk Roastbean Robusta T20.......................................... 63
20 Bahan baku kopi hijau ........................................................................... 64
21 Hasil penggilingan biji kopi hijau ......................................................... 66
22 Proses penimbangan dan pengemasan produk Green Coffee T20 ........ 67
23 Hasil akhir produk Green Coffee T20 ................................................... 68
24 Gula semut yang digunakan untuk produk Gendis Coffee T20............. 72
25 Proses penimbangan dan pengemasan produk Gendis Coffee T20 ....... 73
26 Hasil akhir produk Gendis Coffee T20 .................................................. 73
27 Produk unggulan Koperasi Tirto Kencono ............................................ 160
28 Produk olahan lainnya dari Koperasi Tirto Kencono ............................ 160
29 Lokasi bangunan Koperasi Tirto Kencono ............................................ 160
30 Stok bahan baku yang tersedia di Koperasi Tirto Kencono .................. 161
31 Beberapa kegiatan pengenalan produk Koperasi Tirto Kencono .......... 161
32 Proses wawancara dengan pengelola Koperasi Tirto Kencono ............. 161
33 Bantuan pemerintah berupa alat roasting kapasitas 1 Kg ..................... 162
34 Bantuan pemerintah berupa alat sealer ................................................. 162
35 Mesin grinder atau penggiling kopi bubuk ........................................... 163
36 Surat izin usaha mikro dan kecil ........................................................... 163
37 Sertifikat dari penyuluhan keamanaan pangan mengenai
pengolahan kopi robusta di Koperasi Tirto Kencono ............................ 164
1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perekonomian Indonesia memiliki tiga sektor kekuatan ekonomi untuk

melaksanakan berbagai kegiatan dalam ketahanan kehidupan perekonomian,

yaitu sektor negara, sektor swasta dan sektor koperasi. Koperasi adalah suatu

badan usaha bersama yang bergerak dalam bidang perekonomian,

beranggotakan masyarakat yang umumnya berekonomi lemah yang tergabung

secara sukarela dan atas dasar persamaan hak, berkewajiban melakukan suatu

usaha yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan para anggotanya

(Baswir, 2000).

Selanjutnya koperasi berkembang dari waktu ke waktu sampai sekarang,

salah satunya adalah provinsi Lampung. Gambar 1 menjelaskan

perkembangan jumlah koperasi Provinsi Lampung tahun 2013 hingga tahun

2017. Secara kelembagaan jumlah koperasi aktif dan pasif mengalami

fluktuatif setiap tahunnya. Pada tahun 2013 – 2017 jumlah koperasi aktif

mengalami peningkatan sebanyak 652 unit koperasi. Akan tetapi, jumlah

koperasi dalam status pasif mengalami fluktuatif yaitu pada tahun 2015 –

2017 mengalami penurunan sebanyak 93 unit koperasi. Hal ini terjadi karena

kinerja yang kurang dari koperasi dan pengelolaan koperasi yang belum baik.
2

Gambar 1. Perkembangan Jumlah Koperasi Provinsi Lampung Tahun 2013


Sampai Per Desember 2017

3,500 Perkembangan Jumlah Koperasi


Provinsi Lampung 2013-2017
3,000

2,500

2,000 2,647 2,813


2,469

1,500 3,008 3,121 Aktif


2,294 2,297 2,297 2,297 2,204 Pasif
1,000

500

0
1
2013 2014
2 2015
3 2016
4 2017
5
TAHUN

Sumber : Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Lampung, 2013-2017

Kabupaten Tanggamus merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi

Lampung yang memiliki jumlah koperasi dengan status aktif dan tidak aktif.

Koperasi Tirto Kencono dalam status aktif dan merupakan Koperasi Pertanian

(KOPTAN) terbesar di Kecamatan Air Naningan Kabupaten Tanggamus

dengan anggotanya sebagian besar mata pencahariannya sebagai petani hutan

rakyat kopi robusta (Dinas Koperasi UMKM Kabupaten Tanggamus, 2018).

Koperasi Tirto Kencono berdasarkan bidang usaha termasuk kedalam jenis

koperasi produksi. Koperasi Tirto Kencono saat ini hanya berfokus pada

pengolahan produk – produk koperasi. Koperasi ini berfokus pada pengadaan

bahan baku kopi yang diperoleh dari petani yang memasok, koperasi tidak

melakukan penjualan bahan baku. Bahan baku yang dipasok berasal dari

petani kopi hutan rakyat sebagai anggotanya. Koperasi ini tidak melakukan
3

mitra dengan pihak lain dalam pengadaan bahan baku maupun pemasaran

produk.

Wilayah yang dominan membudidayakan dan memproduksi kopi khususnya

kopi robusta adalah Kecamatan Air Naningan. Menurut Kecamatan Air

Naningan Dalam Angka (2018) diperoleh luas panen kopi diwilayah Air

Naningan sebesar 10.735 Ha dan produksi sebesar 1.062 Ton. Jumlah

produksi dan luas panen kopi merupakan jumlah terbesar diantara jenis

tanaman perkebunan lainnya yang dibudidayakan seperti kakao, kelapa,

kemiri, lada, pala dan kapuk randu serta kopi termasuk tanaman yang

memiliki tingkat produktivitas rendah dibandingkan dengan jenis tanaman

lainnya.

Dusun Talang 20 memproduksi kopi robusta yang mereka hasilkan yang

biasanya di panen pada bulan Mei hingga Agustus setiap tahun bersama

Koperasi Tirto Kencono. Masyarakat Dusun Talang 20 melakukan

pengelolaan kebun dan mengolah panen kopi merah secara alami untuk

menghasilkan biji kopi dengan kualitas yang baik. Produksi tanaman

perkebunan terbanyak di Kecamatan Air Naningan tahun 2017 adalah

komoditas kopi sebanyak 1.062 Ton dengan luas panen 10.735 Hektar

(Kecamatan Air Naningan Dalam Angka, 2018).

Berdasarkan hasil pra survey, petani kopi yang tergabung dalam Koperasi

Tirto Kencono sebagai pemasok bahan baku yang digunakan oleh koperasi

dan diolah untuk menghasilkan produk-produk olahan koperasi.


4

Anggota menjual dalam berbagai bentuk jenis kopi yaitu panen kopi merah,

kopi hijau dan kopi campuran. Harga yang diterapkan oleh koperasi juga

bermacam-macam mulai dari kopi merah dengan harga Rp. 5.000/kg, kopi

hijau Rp. 3.000/kg dan kopi campuran Rp.3.500/kg. Petani kopi hutan rakyat

di Dusun Talang 20 sebagian besar memanen hasil usahataninya dalam

bentuk kopi campuran. Koperasi menyarankan atau menganjurkan bagi para

anggotanya memasok dalam bentuk kopi basah petik merah, akan tetapi yang

terjadi hal tersebut susah untuk diterapkan dikarenakan petani memasok

dalam bentuk kopi asalan.

Pengolahan kopi ini dihasilkan dari buah yang diolah menjadi biji kopi yang

dapat dibedakan dengan tiga cara seperti cara kering, cara semi basah, dan

cara basah (fermentasi). Koperasi Tirto Kencono memproduksi kopi dengan

cara kering. Pengadaan bahan baku di Koperasi Tirto Kencono

mengutamakan biji kopi basah karena mutu biji kopi yang dihasilkan petani

masih tergolong biji kopi asalan. Koperasi ini tidak melayani petani

memasok biji kopi beras karena pengelola mengutamakan kualitas tanpa

adanya biji kopi yang berpenyakit, pecah, kehitaman dan berjamur. Hal

tersebut dilakukan untuk menjaga kualitas yang berpengaruh terhadap produk

akhir yang dihasilkan koperasi.

Selain bahan baku, pengadaan peralatan juga penting untuk kelancaran proses

produksi. Pemenuhan kebutuhan teknologi agoindustri umumnya datang dari

bantuan pemerintah melalui program bantuan alat mesin pertanian dan

sebagian kecil dari skema pinjam pakai maupun hibah dari lembaga
5

penelitian dan perguruan tinggi lainnya (Soewono, 2005). Sebelum adanya

bantuan dari pemerintah, Koperasi Tirto Kencono melakukan pengolahan

kopi secara manual. Mulai pada tahun 2017 koperasi mendapat bantuan

berupa mesin roasting dan mesin sealer. Bantuan diperoleh dari Dinas

Perkebunan Kabupaten Tanggamus, dimana dengan adanya bantuan

pemerintah tersebut menunjukkan bahwa Koperasi Tirto Kencono dalam

kondisi berkembang dengan penggunaan teknologi modern dan menghasilkan

produk – produk yang berkualitas serta dapat bersaing. Berdasarkan kajian

Wulandari et al (2011) menyimpulkan bahwa teknologi merupakan salah satu

input utama dalam sistem pengembangan agroindustri.

Koperasi Tirto Kencono tetap beroperasi dengan bahan baku yang diterima

dari anggota dalam berbagai jenis kopi dan diolah menjadi produk-produk

unggulan koperasi seperti Green coffee T20, Fine Robusta T20, Roastbean

Robusta T20 dan Gendis kopi T20. Selain produk diatas, koperasi juga

menghasilkan produk Gula Semut T20, madu hitam dan madu asli serta

tepung pisang dimana bahan baku yang diterima juga berasal dari petani

hutan rakyat. Akan tetapi disamping koperasi beroperasi secara terus

menerus dengan bahan baku yang selalu dipasok anggota, persediaan bahan

baku yang ada di koperasi tergantung kepada kemampuan petani dalam

menyetor bahan baku sesuai dengan keinginan koperasi yaitu petik merah.

Harga pokok produksi merupakan aktiva atau jasa yang dikorbankan atau

diserahkan dalam proses produksi (Supryono, 2002). Berdasarkan riset yang

telah dilakukan, pentingnya dilakukan penetapan harga pokok produksi dalam


6

menghasilkan produk unggulan koperasi agar dapat mengetahui dan

menganalisis biaya-biaya yang dikeluarkan sehingga biaya-biaya tersebut

dapat diminimalkan agar mendapatkan keuntungan maksimal (Alghoziyah,

2016). Pada penelitian ini digunakan metode full costing karena lebih akurat

dengan memasukkan seluruh biaya pada perhitungannya dibandingkan

perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode variabel costing

yang memiliki beberapa kelemahan (Mulyadi, 2012).

Permasalahan yang dihadapi Koperasi Tirto Kencono di Desa Talang 20

Kecamatan Air Naningan Kabupaten Tanggamus adalah rendahnya tingkat

harga yang diterima oleh petani kopi hutan rakyat di Desa Talang 20 akibat

permainan harga yang rendah oleh tengkulak serta tingkat produktivitas yang

rendah diantara jenis tanaman perkebunan lainnya akibat rendahnya

kemampuan petani dalam mengolah hasil usahataninya agar memiliki nilai

ekonomi yang tinggi. Sehingga terdapat Koperasi Tirto Kencono sebagai

wadah bagi para anggotanya untuk menjual hasil usahataninya sebagai bahan

baku untuk diproses menjadi produk unggulan koperasi. Penetapan biaya

pokok produksi penting dilakukan untuk menghasilkan produk unggulan

koperasi. Akan tetapi, Koperasi Tirto Kencono belum melakukan

perhitungan atas biaya produksi dalam laporan harga pokok produksinya

untuk masing-masing produk yang dihasilkan sehingga belum dapat

menentukan biaya pokok produksi yang tepat dan benar sesuai dengan

pengumpulan biaya produksinya. Besarnya tingkat pengadaan dan proses

pengadaan bahan baku yang diterima koperasi juga mempengaruhi biaya


7

pokok produksi dalam menghasilkan produk unggulan dalam setiap produksi

yang dilakukan.

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka permasalahan penelitian dapat

dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana proses pengadaan bahan baku untuk produksi olahan kopi di

Koperasi Tirto Kencono ?

2. Berapa besar biaya pokok produksi (BPP) produk olahan kopi di Koperasi

Tirto Kencono berdasarkan metode full costing

B. Tujuan Penulisan

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Menganalisis proses pengadaan bahan baku untuk produksi olahan kopi

di Koperasi Tirto Kencono.

2. Menganalisis besarnya biaya pokok produksi (BPP) produk olahan kopi

di Koperasi Tirto Kencono berdasarkan metode full costing?

C. Manfaat Penulisan

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi :

1. Koperasi, sebagai informasi ilmiah dan masukan mengenai proses

pengadaan bahan baku yang diterima oleh koperasi serta harga pokok

produksi untuk olahan kopi di koperasi tersebut.


8

2. Pemerintah, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan

dan strategi dalam memajukan dan mengembangkan koperasi di Provinsi

Lampung.

3. Peneliti lain, sebagai bahan referensi bagi penelitian sejenis


9

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Biaya Pokok Produksi

Bustami dan Nurlela (2013) menjelaskan bahwa biaya pokok produksi

adalah kumpulan biaya produksi yang terdiri dari bahan baku langsung,

tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang ditambah

persediaan produk dalam proses awal dan dikurangi persediaan produk

dalam proses akhir. Untuk mengetahui besarnya biaya produksi, biaya-

biaya yang termasuk dalam biaya produksi tersebut dikelompokkan

terlebih dahulu dan nantinya akan dihitung dengan menggunakan metode

penentuan biaya pokok produksi. Metode penentuan biaya produksi

terdapat dua pendekatan, yaitu secara full costing dan variable costing

(Mulyadi, 1991).

Berdasarkan jurnal penelitian Zaidi (2014), harga pokok produksi atau

products cost merupakan elemen penting untuk menilai keberhasilan

(performance) dari perusahaan dagang maupun manufaktur. Harga

pokok produksi sangat berpengaruh dalam perhitungan laba rugi

perusahaan, apabila perusahaan kurang teliti atau salah dalam penentuan


10

harga pokok produksi, mengakibatkan kesalahan dalam penentuan laba

rugi yang akan diperoleh perusahaan.

Menurut Widilestariningtyas, dkk (2011) metode penentuan harga pokok

produksi adalah cara memperhitungkan unsur - unsur biaya ke dalam

harga pokok produksi dnegan dua pendekatan, yaitu secara full costing

dan variabel costing :

a. Full Costing

Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi

yang membedakan seluruh biaya produksi, baik yang berprilaku tetap

maupun variabel kepada produk. Pada metode full costing, biaya

overhead pabrik baik yang berprilaku tetap maupun variabel

dibebankan kepada produk yang diproduksi atas dasar tarif yang

ditentukan di muka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya

overhead pabrik sesungguhnya.

Harga pokok produksi menggunakan metode full costing terdapat

biaya-biaya yang digunakan yaitu :

1. Biaya bahan baku adalah besarnya penggunaan bahan baku yang

dimasukkan ke dalam proses produksi untuk menghasilkan

produk jadi (Riza, 2013).

2. Biaya tenaga kerja langsung adalah balas jasa yang diberikan

kepada tenaga kerja yang manfaatnya dapat diidentifikasikan pada

produk yang dihasilkan (Riza, 2013).


11

3. Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah balas jasa yang

diberikan kepada karyawan, akan tetapi manfaatnya tidak dapat

diidentifikasikan pada produk yang dihasilkan (Riza, 2013).

4. Biaya bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian

produk jadi atau bahan yang meskipun menjadi bagian produk

jadi tetapi nilainya relatif kecil bila dibandingkan dengan beban

pokok produksi tersebut (Mulyadi, 2014).

5. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah secara

sebanding dengan perubahan volume kegiatan atau aktivitas,

contoh; biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung (Mulyadi,

2005).

6. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap konstan tidak

dipengaruhi perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai

tingkat kegiatan tertentu, contohnya; gaji direktur produksi

(Mulyadi, 2005).

7. Biaya penyusutan adalah metode pengalokasiaan biaya tetap

untuk menyusutkan nilai aset secara sistematis selama periode

manfaat dari aset tersebut (Dwi, 2012).

8. Harga pokok persediaan adalah semua biaya yang terjadi sampai

dengan persediaan siap dijual misalnya biaya pengangkutan,

biaya masuk, dan asuransi (Tamam, 2014).


12

b. Variable Costing

Variable costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi

yang hanya membebankan biaya – biaya produksi variabel saja ke

dalam harga pokok produk. Metode ini dikenal dengan nama direct

costing yang artinya biaya yang sebenarnya sama sekali tidak

berhubungan dengan istilah cost (biaya langsung)

(Widilestariningtyas, et all, 2011).

Menurut Daljono (2011) terdapat dua metode dalam menentukan harga

pokok produksi yaitu sebagai berikut :

a. Full Costing

Konsep full costing membebankan seluruh biaya produksi baik yang

berprilaku tetap maupun variabel ke dalam harga pokok produk.

Oleh karena itu, elemen biaya produksi dalam full costing meliputi

biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik

tetap dan biaya overhead pabrik variabel.

b. Variable Costing

Variable costing merupakan perhitungan harga pokok produk yang

hanya memasukkan biaya produksi variabel. Biaya yang bersifat

tetap terhadap produk dan biaya operasional tidak tetap dimasukkan

sebagai biaya periode. Pada konsep variale costing, produk hanya

dibebani dengan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan

biaya overhead pabrik variabel.


13

Penelitian kali ini menggunakan metode full costing yang merujuk

pada mulyadi (1991) karena sebagian besar penelitian terhadulu

mengenai harga pokok produksi menggunakan rujukan ini. Selain

itu, indikator perhitungannya sudah memenuhi dalam menentukan

produksi yang dihasikan oleh suatu industri pengolahan serta dinilai

lebih akurat dengan memasukkan seluruh unsur biaya pada

perhitungannya, dibandingkan perhitungan harga pokok produksi

menggunakan metode variable costing yang memiliki beberapa

kelemahan sebagai berikut:

a. Pemisahan biaya-biaya ke dalam biaya variable dan tetap

sebenarnya sulit dilaksanakan, karena jarang sekali suatu biaya

benar-benar variable atau benar-benar tetap.

b. Metode variable costing dianggap tidak sesuai dengan prinsip

akuntansi yang lazim, sehingga laporan keuangan untuk

kepentingan pajak dan masyarakat umum harus dibuat atas dasar

metode full costing.

c. Dalam metode variable costing, naik turunnya laba dihubungkan

dengan perubahan-perubahan dalam penjualannya. Untuk

perusahaan yang kegiatan usahanya bersifat musiman, variable

costing akan menyajikan kerugian yang berlebihan dalam periode

tertentu, sedangkan dalam periode lainnya akan menyajikan laba

yang tidak normal.

d. Tidak diperhitungkan biaya overhead pabrik tetap dalam

persediaan dan harga pokok persediaan akan mengakibatkan nilai


14

persediaan lebih rendah, sehingga akan mengurangi modal kerja

yang dilaporkan untuk tujuan analisis keuangan (Mulyadi, 2012).

2. Karakteristik Agribisnis Pengolahan Kopi Robusta

Kopi merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki

nilai ekonomis yang cukup tinggi di antara tanaman perkebunan lainnya

dan berperan penting sebagai sumber devisa negara. Kopi tidak hanya

berperan penting sebagai sumber devisa melainkan juga merupakan

sumber penghasilan bagi tidak kurang dari satu setengah juta jiwa petani

kopi di Indonesia (Raharjo, 2012).

Kopi Robusta dapat dikatakan sebagai kopi kelas dua setelah kopi

Arabika, karena rasanya lebih pahit, sedikit asam, dan mengandung

kafein dalam kadar yang jauh lebih tinggi daripada Arabika. Namun,

cakupan daerah tumbuh kopi Robusta lebih luas daripada kopi Arabika.

Keunggulan kopi jenis ini adalah lebih resisten terhadap serangan hama

dan penyakit. Hal ini menjadikan harga kopi Robusta lebih murah. Kopi

Robusta mempunyai peranan penting bagi mayoritas pekebunan kopi

Indonesia, maka diperlukan upaya peningkatan produktivitas dengan

menggunakan bahan tanam yang sesuai dengan kondisi lingkungan

kebun dan teknologi budidaya yang tepat serta mempertahankan kualitas

dan meningkatkan nilainya (Purwanto, 2015).

Kopi bukan produk homogen, ada banyak varietas dan beberapa cara

pengolahannya. Terdapat sekitar 4.500 jenis kopi di seluruh dunia


15

yang dapat dibagi dalam empat kelompok besar, yakni:

a. Coffea canephora, yang salah satu jenis varietasnya menghasilkan

kopi dagang Robusta

b. Coffea arabica menghasilkan kopi dagang Arabika

c. Coffea excelsa menghasilkan kopi dagang Excelsa;

d. Coffea liberica menghasilkan kopi dagang Liberika.

Genus coffea merupakan salah satu genus penting yang mempunyai

nilai ekonomi dan dikembangkan secara komersial, terutama Coffea

arabica (Kopi Arabika), Coffea canephora dengan varietas Kopi

Robusta dan Coffea liberica (Kopi Liberika) (Turnip, 2002).

Kegiatan yang dilakukan pada pasca panen oleh petani kopi robusta

adalah pengolahan buah kopi menjadi beras kopi dengan cara pengolahan

kering dengan dijemur dibawah sinar matahari. Belum ada proses

fermentasi yang dilakukan untuk pengolahan beras kopi. Dalam

melakukan panen petani tidak memisahkan antara buah masak dan belum

masak, sehingga beras kopi yang dihasilkan tidak dapat dibedakan antara

mutu yang baik dan yang kurang baik. Untuk kualitas beras kopi yang

lebih baik, maka sebaiknya dilakukan pemisahan antara buah masak

dengan setengah masak, atau muda, dan dilakukan proses fermentasi

sebelum dilakukan pengolahan kering Kualitas komoditi pertanian dan

perkebunan ditentukan oleh budidayanya, penangangan pasca panen dan

pengolahan. Pengolahan biji kopi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu

cara basah (wet process) dan cara kering (dry process). Pengolahan cara

basah memerlukan proses yang cukup memakan waktu dan tenaga,


16

antara lain dengan melakukan proses fermentasi biji, sehingga hanya

dilakukan di perkebunan besar. Sedangkan cara kering untuk perkebunan

rakyat, umumnya dilakukan oleh petani karena prosesnya yang lebih

sederhana dari pada proses basah (AAK, 1995).

Karakteristik agribisnis pengolahan kopi robusta biasanya diubah

menjadi kopi bubuk. Produksi kopi bubuk diperoleh dari bahan dasar

kopi beras atau kopi biji, kemudian diproses menjadi kopi bubuk.

Tahapan proses pengolahan kopi kemungkinan menentukan mutu biji

kopi biji (beras) dan kopi bubuk yang dihasilkan. Proses pengolahan kopi

bubuk tidak lepas dari bahan utamanya yaitu kopi beras, dan cara

memperoleh kopi beras juga berbeda-beda terutama pada sistem

pemanenan dan cara penjemurannya. Pada saat pengolahan kopi bubuk

proses yang terpenting yaitu pada saat penyangraian. Proses

penyangraian akan menentukan citarasa kopi yang dihasilkan

(Setyani, 2017).

Kopi robusta digolongkan lebih rendah mutu citarasanya dibandingkan

dengan citarasa kopi arabika. Hampir seluruh produksi kopi robusta di

seluruh dunia dihasilkan secara kering dan untuk mendapatkan rasa lugas

tidak boleh mengandung rasa-rasa asam dari hasil fermentasi. Kopi

robusta memiliki kelebihan yaitu kekentalan lebih dan warna yang kuat

(Siswoputranto, 1992). Menurut Fakhrurrazi (2009), tingkat kesukaan

konsumen terhadap produk kopi bubuk dipengaruhi beberapa faktor

antara lain warna, rasa dan aroma dari kopi bubuk yang dihasilkan.
17

3. Pengadaan Bahan Baku

Bahan baku yaitu barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses

produksi yang mana dapat diperoleh dari sumber-sumber alam ataupun

dibeli dari supplier atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi

perusahaan pabrik yang menggunakannya (Assauri, 1999).

Pengadaan bahan baku yang dilaksanakan suatu perusahaan merupakan

kegiatan pembelian bahan baku secara aktual. Oleh karena itu perlu

dipertimbangkan sistem pengadaan bahan baku tersebut. Menurut Ahyari

dalam Romli (2002), ada beberapa yang perlu dipertimbangkan dalam

pengadaan bahan baku yaitu :

a. Berapa jumlah unit persediaan bahan baku yang akan disediakan

dalam perusahaan.

b. Berapa jumlah bahan baku yang akan dibeli perusahaan.

c. Kapan perusahaan akan mengadakan pembelian kembali, apabila

persediaan bahan baku perusahaan sudah menipis.

Menurut Austin dalam Romli (2002) ada lima faktor yang harus

dipertimbangkan dalam pengadaan bahan baku yaitu :

1. Kuantitas bahan baku

Jumlah dan ketersediaan bahan baku untuk industri pengolahan

merupakan hal yang penting untuk dapat menghasilkan produk yang

dibutuhkan segera oleh konsumen, sedangkan ketersediaan bahan

baku pada suatu perusahaan dapat diadakan melalui pembelian atau

pemesanan dan sistem persediaan. Tingkat pesanan yang ekonomis


18

merupakan masalah dalam kuantitas. Pada umumnya penentuan

kuantitas bahan baku yang dibeli perusahaan berhubungan degan

usaha agar persediaan tidak melewati persediaan maksimum atau

persediaan minimum.

2. Kualitas bahan baku

Merupakan salah satu faktor penentu kualitas suatu produk akhir,

selain faktor proses pengolahan dan penyimpanan. Pengawasan

kualitas bahan baku sangat penting dalam pengendalian persediaan

sehingga perlu ditetapkan suatu standar akan kualitas bahan baku.

3. Waktu

Faktor ini merupakan hal yang penting dalam pengadaan bahan baku

di suatu perusahaan, khususnya bahan baku yang mudah rusak.

4. Biaya

Biaya yang minimum yang diharapkan dapat memaksimalkan

keuntungan, begitu juga dengan biaya persediaan.

5. Organisasi

Organisasi pembelian bahan baku suatu perusahaan berdeba-beda

tergantung dengan jenis bahan baku, volume kegiatan dan tanggung

jawab bagian pembelian dengan pengawasan manajer lain.

Proses pengadaan bahan baku di Koperasi Tirto Kencono dalam bentuk

kopi basah. Koperasi berperan sebagai pengepul dari hasil usahatani

kopi para anggotanya. Selain itu koperasi sebagai tujuan penjualan para

kelompok tani yang tergabung dalam koperasi. Ada empat kelompok

tani yang tergabung di Koperasi Tirto Kencono yaitu :


19

1. Kelompok Tani Sejahtera

2. Kelompok Tani Suka Karya

3. Kelompok Tani Tirto Kencono

4. Kelompok Tani Tunas Karya

4. Koperasi

Menurut Undang–Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian

Pasal 1, yang dimaksud koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan

orang–seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan

kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan

ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.

Pengertian di atas, maka koperasi di Indonesia mempunyai ciri-ciri

sebagai berikut:

1. Koperasi adalah suatu badan usaha yang pada dasarnya untuk

mencapai suatu tujuan memperoleh keuntungan ekonomis.

2. Keanggotaan koperasi bersifat sukarela, tidak boleh dipaksakan oleh

siapapun dan bersifat terbuka.

3. Pengelolaan koperasi dilakukan atas kehendak dan keputusan para

anggota dan para anggota yang melaksanakan kekuasaan tertinggi

berdasarkan keputusan rapat anggota.

4. Pembagian pendapatan atau Sisa Hasil Usaha (SHU) dalam koperasi

ditentukan berdasarkan perimbangan jasa usaha anggota kepada

koperasi. Balas jasa terhadap modal yang diberikan kepada para

anggota adalah terbatas.


20

5. Koperasi berprinsip mandiri, mengandung arti bahwa koperasi dapat

berdiri sendiri tanpa tergantung pada pihak lain.

(Hadhikusuma, 2002).

Menurut Baswir (2002), koperasi dibagi menjadi empat jenis berdasarkan

bidang usaha yaitu :

1. Koperasi konsumsi, yaitu koperasi yang berusaha dalam bidang

penyediaan barang-barang konsumsi yang dibutuhkan oleh para

anggotanya.

2. Koperasi produksi, yaitu koperasi yang kegiatan utamanya

melakukan pemprosesan bahan baku menjadi barang jadi atau

barang setengah jadi.

3. Koperasi pemasaran, yaitu koperasi yang dibentuk terutama untuk

membantu para anggotanya dalam memasarkan barang-barang yang

mereka hasilkan.

4. Koperasi kredit, yaitu koperasi yang bergerak dalam bidang

pemupukan simpanan dari para anggotanya, untuk kemudian

dipinjamkan kembali kepada para anggota yang memerlukan

bantuan.

Selain itu, menurut Baswir (2002) koperasi juga dibagi berdasarkan jenis

komoditi yaitu :

1. Koperasi pertambangan, yaitu koperasi yang melakukan usaha

dengan menggali atau memanfaatkan sumber-sumber alam secara


21

langsung tanpa atau dengan sedikit mengubah bentuk dan sifat-sifat

sumber alam tersebut.

2. Koperasi pertanian/pertambangan, yaitu koperasi yang melakukan

usaha sehubungan dengan komoditi pertanian tertentu.

3. Koperasi industri dan kerajinan, yaitu jenis koperasi yang melakukan

usahanya dalam bidang usaha industri atau kerajinan tertentu.

4. Koperasi jasa-jasa, yaitu koperasi yang mengkhususkan usahanya

dalam memproduksi dan memasarkan kegiatan jasa tertentu.

Koperasi Tirto Kencono termasuk ke dalam koperasi produksi dan

koperasi pertanian. Koperasi ini menerima bahan baku tanpa melakukan

penjualan bahan baku kembali karena tujuannya adalah melakukan

pengolahan untuk produk-produk unggulan koperasi. Koperasi hanya

berfokus pada usaha pengolahan kopi robusta. Hal ini dikarenakan

koperasi belum mampu melakukan usaha lain dan koperasi belum secara

aktif melakukan pembinaan kepada anggotanya.

B. Kajian Terdahulu

Nirwanto (2011) melakukan penelitian mengenai analisis penentuan harga

pokok produksi kopi pada tingkat petani kopi di Kecamatan Kembang

Kabupaten Bondowoso. Hasil analisis yang diperoleh dari penelitian ini

adalah petani kopi di Kecamatan Kembang, Kabupaten Bondowoso belum

melakukan perhitungan terhadap harga pokok produksi kopi sesuai dengan

aturan akuntansi yang ada dan biaya tidak dicatat berdasarkan teori akuntansi

yang ada, sehingga petani tidak memperhitungkan beberapa biaya tersebut


22

karena petani beranggapan biaya tersebut merupakan biaya umum, yang tidak

dimasukkan dalam biaya produksi.

Zaidi (2014) melakukan penelitian mengenai analisis harga pokok produksi

pada usaha kopi luwak di kabupaten Lampung Barat. Hasil analisis yang

diperoleh dari penelitian ini adalah berdasarkan perhitungan simulasi dengan

menaikan harga bahan baku sebesar 25% dan penurunan harga jual sebesar

50% menunjukkan bahwa usaha agroindustri kopi luwak masih layak untuk

dilaksanakan, sedangkan simulasi dengan menurunkan harga jual 56%

mengakibatkan usaha kopi luwak merugi. Selanjutnya hasil penelitian pada

kriteria kelayakan invstasi di dapat bahwa produk kopi luwak Greenbean dan

kopi luwak bubuk dari musang bulan menghasilkan nilainilai NPV >0, IRR

>1, Net B/C >1 dan PP< umur proyek. Hal ini berarti usaha kopi luwak layak

untuk dilaksanakan.

Asmadi (2019) melakukan penelitian mengenai analisis harga pokok produksi

kopi pada PT. Fortuna Inti Alam di Desa Maumbi Kabupaten Minahasa Utara

Sulawesi Utara. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah Penentuan

harga pokok produksi kopi yang dilakukan oleh PT. Fortuna Inti Alam

dengan menggunakan metode full costing memiliki perbedaan dengan

menggunakan metode variable costing pada total akhir. Untuk metode full

costing memiliki total akhir sebesar Rp1.919.170.194 atau Rp54.295,26/kg

dan pada metode variable costing sebesar Rp1.746.450.000 atau

Rp49.408,83/kg. Selisih perbandingan penentuan harga pokok produksi yang

dilakukan oleh PT.Fortuna Inti Alam dengan metode variable costing


23

memiliki selisih sebesar Rp172.720.194 atau Rp4.886/kg. Jadi harga pokok

penjualan dapat ditekan ke tingkat yang lebih kompetetif.

Sedyono (2017) melakukan penelitian menganai evaluasi penentuan harga

pokok penjualan koi bii terhadap laba kotor perusahaan. Hasil yang diperoleh

dari penelitian ini adalah PT XXX belum membebankan unsur-unsur

biayanya ke dalam laporan biaya overhead pabrik berdasarkan jenis pekerjaan

yang dilakukan atas setiap produk biji kopi yang diproses lebih lanjut, dimana

setiap biaya yang dikeluarkan berpengaruh terhadap harga pokok penjualan

setiap produk biji kopi. Berdasarkan keempat metode pengalokasian biaya

produksi bersama yang telah dijelaskan pada bab terdahulu, maka hasilnya

menunjukkan bahwa setiap periode menunjukkan perbedaan signifikan pada

laba kotor yang dihasilkan dengan menggunakan Metode Nilai Penjualan

Pada Titik Pemecahan dan pada Metode Rata-Rata Tertimbang yang menjadi

metode perhitungan PT XXX selama ini.

Akbar (2019) melakukan penelitian mengrenai analisis keragaan dan risiko

sistem agroindustri kopi bubuk. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini

adalah Pengadaan bahan baku Agroindustri KBCOML sudah sesuai dengan

konsep enam tepat, karena sudah sesuai dengan harapan pemilik.

Agroindustri KBCOML dapat melakukan pembelian secara ekonomis

dengan menerapkan pembelian sebesar 351 kg dalam satu kali pemesanan

dengan frekuensi pemesesanan 66 kali dalam satu tahun.


24

C. Kerangka Pemikiran

Kopi merupakan salah satu komoditas hasil hutan rakyat yang dikelola oleh

petani hutan rakyat serta memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Provinsi

Lampung memiliki potensi untuk mengembangkan hasil usahatani tersebut,

khususnya Kabupaten Lampung Barat dan Kabupaten Tanggamus sebagai

penghasil kopi terbesar di Provinsi Lampung. Kabupaten Tanggamus adalah

salah satu kabupaten yang memiliki potensi untuk pengembangan komoditas

kopi dan petani hutan rakyat. Koperasi Tirto Kencono yang terletak di

Kecamatan Air Naningan Kabupaten Tanggamus berperan sebagai wadah

bagi para petani kopi hutan rakyat untuk menjual hasil usahataninya dalam

bentuk kopi petik basah dan diolah menjadi produk-produk unggulan

koperasi. Petani kopi hutan rakyat yang dapat memasok bahan baku tersebut

hanya yang tergabung kedalam anggota Koperasi Tirto Kencono.

Pengadaan bahan baku yang dilakukan oleh koperasi sepenuhnya berasal dari

petani kopi hutan rakyat sebagai anggota koperasi tersebut. Pengadaan bahan

baku yang diinginkan oleh koperasi adalah memenuhi 6T (tepat jenis, tepat

waktu, tepat tempat, tepat kualitas, tepat kuantitas dan tepat harga. Koperasi

Tirto Kencono tetap beroperasi dengan bahan baku yang diterima dari

anggota dalam berbagai jenis kopi dan diolah menjadi produk-produk

unggulan koperasi seperti Green coffee T20, Fine Robusta T20, Roastbean

Robusta T20 dan Gendis kopi T20. Akan tetapi disamping koperasi

beroperasi secara terus menerus dengan bahan baku yang selalu dipasok

anggota, persediaan bahan baku yang ada di koperasi tergantung kepada

kemampuan petani dalam menyetor bahan baku sesuai dengan keinginan


25

koperasi yaitu petik merah. Rendahnya pengetahuan petani dalam melakukan

grading antara kopi petik merah, petik hijau dan petik campuran

menyebabkan bahan baku yang disetor tersebut perlu dilakukan berbagai

aktivitas lebih oleh koperasi seperti sortasi.

Pentingnya dilakukan analisis Biaya Pokok Produksi (BPP) adalah untuk

mengetahui besarnya aktiva atau jasa yang dikorbankan atau diserahkan

dalam proses produksi (Supriyono, 2002). Untuk menghasilkan jumlah HPP

tersebut terlebih dahulu dianalisis mengenai biaya produksi yang dikeluarkan

untuk menghasilkan produk olahan koperasi. Koperasi Tirto Kencono belum

melakukan perhitungan atas biaya produksi dalam laporan harga pokok

produksinya untuk masing-masing produk yang dihasilkan sehingga belum

dapat menentukan harga pokok produksi yang tepat dan benar sesuai dengan

pengumpulan biaya produksinya. Besarnya tingkat pengadaan dan proses

pengadaan bahan baku yang diterima koperasi juga mempengaruhi harga

pokok produksi dalam menghasilkan produk unggulan dalam setiap produksi

yang dilakukan. berdasarkan uraian diatas diperoleh kerangka pemikiran

yang dapat dilihat pada Gambar 2.


26

KOPERASI TIRTO KENCONO

ANGGOTA KOPERASI
(Petani Kopi Hutan Rakyat)


PENGADAAN BAHAN BAKU

(Kopi Petik Merah, Hijau, Campuran)

Tempat Waktu Jenis


PROSES
PRODUKSI
Kualitas Kuantitas Harga

HARGA (Output) HARGA (Input)

BIAYA PRODUKSI

Output :
1. Roastbean coffee T20
PENENTUAN BIAYA
2. Green Coffee T20
3. Fine Robusta T20 POKOK PRODUKSI
4. Gendis Coffee T20 (Metode Full Costing)

Gambar 2.Kerangka Pemikiran Analisis Pengadaaan Bahan Baku Dan Penentuan


Biaya Pokok Produksi Olahan Kopi Di Koperasi Tirto Kencono Desa
Talang 20 Kecamatan Air Naningan Kabupaten Tanggamus
27

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus pada Koperasi

Tirto Kencono di Desa Talang 20, Kecamatan Air Naningan, Kabupaten

Tanggamus. Metode studi kasus merupakan salah satu metode penelitian

yang dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap suatu

organisme (individu), lembaga atau gejala tertentu dengan daerah atau subjek

yang sempit selama kurun waktu tertentu (Arikunto, 2004).

B. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

Konsep dasar dan batasan (definisi) operasional mencakup pengertian yang

diungkapkan secara jelas dari masing-masing variabel dalam penelitian dan

dijabarkan ke dalam indikator-indikator tertentu yang dapat diukur.

Koperasi adalah perkumpulan orang yang secara sukarela mempersatukan diri

untuk memperjuangkan peningkatan kesejahteraan ekonomi mereka, melalui

pembentukan sebuah perusahaan yang dikelola secara demokratis. Olahan

kopi robusta adalah hasil olahan yang berbahan baku kopi robusta yang dapat

menghasilkan produk olahan seperti Roastbean Robusta T20, Grean coffee

T20, Fine Robusta T20 dan gendis coffee T20.


28

Pengadaan bahan baku adalah suatu kesatuan kegiatan yang dilakukan untuk

mengadakan kopi robusta pada Koperasi untuk melakukan olahan kopi

menjadi produk.

Tepat waktu adalah waktu yang tepat dalam kegiatan pengadaan bahan baku

yaitu saat jumlah bahan baku menipis, maka bahan baku dapat tersedia

dengan cepat agar tidak terjadi penundaan proses produksi.

Tepat tempat adalah tempat yang menjual bahan baku merupakan tempat

yang memberikan pelayanan yang memuaskan, mudah dijangkau, dan

letaknya strategis bagi pihak koperasi.

Tepat jenis adalah jenis bahan baku yang digunakan dalam pembuatan produk

olahan kopi robusta merupakan jenis kopi robusta yang sesuai, sehingga rasa

dan bentuk olahan kopi robusta sesuai dengan yang diharapkan oleh produsen

yaitu kandungan rasa, aroma sesuai dengan keinginan konsumen.

Tepat kualitas adalah kualitas bahan baku yang akan digunakan untuk

membuat olahan kopi robusta merupakan kualitas yang aromanya wangi,

tidak mengandung banyak air, baik untuk kesehatan dan memenuhi selera

konsumen.

Tepat kuantitas adalah jumlah bahan baku yang tersedia untuk membuat

olahan kopi robusta sesuai dengan target produksi. Artinya jumlah bahan

baku yang digunakan dapat mencerminkan hasil produksi yang akan

diperoleh sehingga harus sesuai dengan target sasaran produksi.


29

Tepat harga adalah harga yang dikeluarkan untuk membeli kopi robusta

sebagai bahan baku relatif terjangkau yaitu tidak terlalu mahal dan melalui

harga bahan baku tersebut pihak koperasi dapat memperoleh keuntungan

yang telah diperkirakan atau ditargetkan.

Peralatan dengan bantuan adalah peralatan yang diberikan pemerintah dalam

bentuk bantuan keuangan yang dibayarkan kepada suatu bisnis atau sektor

ekonomi. Peralatan dengan bantuan yang ada di unit pengolahan berasal dari

Dinas Perkebunan berupa mesin sangrai (roasting) dan mesin pres (sealer).

Peralatan tanpa bantuan adalah peralatan yang dimiliki unit usaha tanpa

adanya bantuan keuangan dari sektor ekonomi. Peralatan tanpa bantuan yang

digunakan unit pengolahan adalah tungku, wajan dan spatula.

Produk Fine Robusta T20 dalam bentuk kopi bubuk dari kopi petik merah

yang dikemas dalam ukuran 200gr dengan harga Rp 45.000.

Produk Roastbean Robusta T20 dalam bentuk kopi sangrai petik merah yang

dikemas dalam ukuran 250gr dengan harga Rp 45.000.

Produk Green Coffee T20 dalam bentuk kopi bubuk kasar dari petik hijau

yang dikemas dalam ukuran 200gr dengan harga Rp 75.000.

Produk Gendis Coffee T20 dalam bentuk kopi sangrai petik campuran dan

gula semut yang dikemas dalam ukuran 75gr dengan harga Rp 15.000.
30

Dalam penelitian ini, hal yang berhubungan dengan variabel dan definisi

operasional koperasi olahan kopi robusta yaitu mengenai proses pengadaan

bahan baku dan harga pokok produksi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Variabel dan definisi operasional koperasi olahan kopi robusta

No Variabel Definisi Operasional Satuan


1 Produksi Jumlah output dari kegiatan olahan Kilogram
kopi robusta yang berupa kopi biji
dan bubuk
2 Biaya Pokok Total biaya yang dikeluarkan untuk Rupiah
Produksi memproduksi suatu produk dalam
satu periode
3 Biaya Produksi Seluruh biaya yang dikeluarkan Rupiah
dalam kegiatan olahan kopi robusta
periode produksi Maret 2019
4 Biaya Tetap Biaya yang jumlah totalnya tetap Rupiah per
dalam kisar perubahan volume Bulan
kegiatan tertentu
5 Biaya Variabel Biaya yang jumlah totalnya berubah Rupiah per
sebanding dengan perubahan volume Bulan
kegiatan
6 Biaya Total Jumlah dari biaya variabel ditambah Rupiah per
dengan biaya tetap dalam proses Bulan
produksi
7 Hasil Produksi Total olahan kopi robusta yang Kilogram
diperoleh dalam satu kali proses
produksi
8 Harga Input Barang penunjang proses produksi Rupiah
yang dikeluarkan oleh petani anggota
koperasi dalam memproduksi olahan
kopi robusta oleh koperasi
9 Biaya Bahan Seluruh biaya yang dikeluarkan Rupiah
Baku untuk memperoleh bahan baku yang
digunakan pada proses pengolahan
kopi robusta
10 Biaya Tenaga Semua karyawan yang secara Rupiah Per
Kerja Langsung langsung ikut serta memproduksi HOK
produk jadi, yang jasanya dapat
diusut secara langsung pada produk
dan yang upahnya merupakan bagian
yang besar dalam memproduksi
produk
11 Biaya Tenaga Semua tenaga kerja yang jasanya Rupiah Per
Kerja Tidak tidak secara langsung dapat diusut HOK
Langsung pada produk
31

Tabel 2. (Lanjutan)

12 Biaya Bahan Seluruh biaya yang dikeluarkan Rupiah


Penolong dalam proses produksi berupa selain
bahan baku untuk melengkapi
dihasilkannya produk
13 Biaya Listrik Seluruh biaya yang dikeluarkan Rupiah
untuk pemaikan listrik dalam proses
pengolahan produksi kopi robusta
14 Biaya Metode pengalokasian biaya tetap Rupiah
Penyusutan Alat untuk menyusutkan nilai aset secara
sistematis selama periode manfaat
dari aset tersebut
15 Biaya Bersama Biaya produksi bersama yang Rupiah per
(Joint Cost) dikeluarkan pada proses produksi dan produk
meghasilkan berbagai macam
produk. Biaya bersama dibebankan
untuk biaya listrik, biaya pajak,
penyusutan alat, sewa bangunan,
biaya gas.

C. Lokasi Penelitian, Waktu Penelitian dan Responden

Penelitian ini dilakukan di Koperasi Tirto Kencono yang terletak pada Desa

Talang 20, Kecamatan Air Naningan, Kabupaten Tanggamus. Lokasi dipilih

secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Koperasi Tirto

Kencono merupakan koperasi pertanian terbesar dan memanfaatkan hasil

usahatani para anggotanya yaitu petani kopi hutan rakyat untuk pengadaan

bahan baku dan diolah menjadi produk-produk unggulan koperasi dan produk

tersebut merupakan ciri khas dari Desa Talang 20. Menurut Dinas UMKM

Kabupaten Tanggamus (2018), Koperasi Tirto Kencono merupakan koperasi

terbesar dengan status aktif yang berada di Kecamatan Air Naningan serta

koperasi produksi yang mengubah bahan baku dari anggota menjadi olahan

kopi robusta.
32

Responden yang digunakan untuk penelitian yaitu pengelola koperasi dalam

menghasilkan produksi olahan kopi robusta di koperasi tersebut. Produk

olahan yang dihasilkan koperasi seperti Roastbean Robusta T20, Grean

coffee T20, Fine Robusta T20 dan gendis coffee T20. Pada penelitian ini akan

menganalisis pengadaan bahan baku berdasarkan 6T dan penentuan Biaya

Pokok Produksi (BPP) untuk menghasilkan produk olahan diatas. Waktu

pengambilan data dilakukan pada periode produksi Februari-Maret 2019.

D. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data primer melalui

wawancara dan observasi dengan menggunakan kuesioner. Data sekunder

diperoleh melalui metode pencatatan data yang berasal dari lembaga atau

instansi yang berkaitan dengan penelitian, seperti Dinas Koperasi dan UKM

Provinsi Lampung, Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung dan literatur

lainnya serta laporan-laporan dan jurnal-jurnal ilmiah yang berhubungan

dengan penelitian.

E. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

analisis deskriptif kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif. Berikut

merupakan metode analisis data yang digunakan pada setiap tujuan dalam

penelitian, yaitu:
33

1. Untuk menjawab tujuan pertama mengenai proses pengadaan bahan baku

metode analisis yang adalah metode deskriptif yang berupa pelaksanaan

enam tepat pada agroindustri olahan kopi robusta. Enam tepat tersebut

berdasarkan Assauri (1999) dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kriteria enam tepat pengadaan bahan baku kopi robusta

Enam Tepat
No. Pengadaan Bahan Kriteria Tepat
Baku
1 Tepat Waktu Saat bahan baku dibutuhkan atau ketika
jumlah bahan baku menipis, maka bahan baku
dapat tersedia dengan cepat agar tidak terjadi
penundaan proses produksi.
2 Tepat Tempat Tempat yang menjual bahan baku merupakan
tempat yang memberikan pelayanan yang
memuaskan, mudah dijangkau, dan letaknya
strategi bagi pihak koperasi.
3 Tepat Jenis Jenis bahan baku yang digunakan sesuai
dengan apa yang dibutuhkan oleh pihak
koperasi.
4 Tepat Kuantitas Jumlah bahan baku yang tersedia cukup untuk
diproduksi sesuai dengan target produksi.
5 Tepat Kualitas Kualitas dari bahan baku yang akan digunakan
berupa kualitas terbaik yang diperoleh dari
para petani.
6 Tepat Harga Harga yang dikeluarkan untuk membeli bahan
baku terjangkau sehingga pihak koperasi dapat
memperoleh keuntungan yang telah
diperkirakan.
Sumber : Pra Survey, 2018

Pentingnya dilakukan analisis mengenai pengadaan bahan baku

berdasarkan 6T di Koperasi Tirto Kencono untuk mengetahui proses

pengadaan bahan baku yang diolah menjadi produk unggulan koperasi

hasilnya sudah memenuhi atau belum harapan dari koperasi. Analisis

yang dilakukan yaitu mengetahui fakta dan kendala/masalah tentang


34

proses pengadaan bahan baku berdasarkan 6T serta langkah-langkah

untuk mengatasi masalah tersebut.

2. Untuk menjawab tujuan kedua metode analisis yang digunakan untuk

penelitian ini menggunakan metode Biaya Pokok Produksi (BPP).

Penentuan biaya pokok produksi pada penelitian ini menggunakan

metode full costing. biaya pokok produksi menurut metode full costing

terdiri dari unsur biaya produksi seperti yang disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Biaya Pokok Produksi menggunakan Full Costing

Uraian Satuan (Rp)


Jumlah Produksi xxx (A)
a) Biaya Produksi Variabel
- Biaya Bahan Baku xxx (B)
- Biaya Tenaga Kerja Langsung xxx (C)
- Biaya Transportasi xxx (D)
- Biaya Penunjang xxx (E)
- Biaya Listrik xxx (F)
b) Biaya Tetap
- Biaya Penyusutan Peralatan xxx (G)
- Biaya Pajak xxx (H)
- Biaya Sewa Bangunan xxx (I)
c) Total Biaya Pokok Produksi (BPP)
xxx(J)
(B+C+D+E+F+G+H+I)
Biaya Pokok Produksi per kg(J/A) xxx(K)
Sumber : Mulyadi, 1991

Penelitian ini menggunakan metode alokasi joint cost. Menurut Mulyadi

(2009), joint cost dapat dialokasikan kepada tiap-tiap produk bersama

dan digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode

nilai jual relatif yaitu harga jual diketahui pada saat titik pisah. Dasar

pemikiran metode ini adalah bahwa harga jual suatu produk merupakan

perwujudan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam mengolah produk


35

tersebut. Jika salah satu produk terjual lebih tinggi daripada produk yang

lain, hal ini karena biaya yang dikeluarkan untuk produk tersebut lebih

banyak bila dibandingkan dengan produk yang lain. Oleh karena itu,

metode ini merupakan cara yang logis untuk mengalokasikan joint cost

berdasarkan pada nilai jual relatif masing-masing produk yang

dihasilkan.

Metode ini digunakan untuk mengalokasikan joint cost kepada produk

bersama. Metode ini didasarkan pada nilai jual relatif dari setiap jenis

produk bersama. Ada beberapa tahap dalam joint cost yaitu :

1. Tahap pertama metode ini adalah memperhitungkan nilai total

penjualan yang merupakan harga penjualan dikalikan dengan unit

produksi, bukan penjualan sesungguhnya.

2. Tahap kedua penentuan proporsi nilai penjualan masing-masing

produk bersama pada nilai penjualan total.

3. Tahap terakhir mengalokasikan total joint cost diantara produk

bersama berdasarkan proporsi tersebut (Mulyadi, 2009).

Hasil perhitungan biaya penyusutan tersebut dimasukkan ke dalam

perhitungan biaya pokok produksi sebagai biaya tetap dengan

menggunakan metode full costing.


36

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Kecamatan Air Naningan

1. Keadaan Geografis Kecamatan Air Naningan

Kecamatan Air Naningan merupakan salah satu dari 20 kecamatan yang

ada di Kabupaten Tanggamus dengan luas wilayah 136,4 km2 atau 2,93 %

dari total luas wilayan Kabupaten Tanggamus yakni 4.654,96 km2.

Kabupaten Tanggamus merupakan salah satu dari lima belas

kabupaten/kota yang ada pada Pemerintahan Provinsi Lampung.

Kabupaten Tanggamus dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 2

Tahun 1997 dan secara resmi terbentuk pada tanggal 21 maret 1997.

Kecamatan Air Naningan juga memiliki 10 pekon, 72 Dusun dan 143 RT.

Pekon tersebut yaitu Pekon Way Harong, Pekon Air Kubang, Pekon

Karang Sari, Pekon Sidomulyo, Pekon Air Naningan, Pekon Sinar Jawa,

Pekon Datar Lebuay, Pekon Batu Tegi, Pekon Sinar Sekampung dan

Pekon Margomulyo. Wilayah yang memiliki luas terbesar adalah pekon

air naningan sebesar 21 km2 dan penelitian yang dilakukan yaitu di Dusun

Talang 20 yang merupakan salah satu dusun di Desa Air Naningan.


37

2. Keadaan Demografi Kecamatan Air Naningan

Pada tahun 2017 jumlah penduduk Kecamatan Air Naningan adalah

31.357 jiwa atau sebesar 5,34% dari jumlah penduduk Kabupaten

Tanggamus sebanyak 586.624 jiwa yang terdiri dari 305.594 jiwa

penduduk laki-laki dan 281.030 jiwa penduduk perempuan. Jumlah

tersebut mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu pada 2015

sebanyak 27.051 jiwa dan tahun 2016 sebanyak 27.608 jiwa. Jumlah

penduduk laki-laki lebih banyak 1953 jiwa dengan jumlah total yaitu

sebanyak 16.655 jiwa penduduk dibandingkan penduduk perempuan

dengan jumlah total yaitu sebanyak 14.702 jiwa.

Kecamatan Air Naningan memiliki banyak lapangan usaha untuk

memenuhi kebutuhan penduduk mulai dari bidang pertanian, bidang

pengolahan, bidang industri, bidang jasa dan bidang perdagangan.

Kebanyakan penduduk melakukan usaha rumahan seperti usaha gula

merah, pengolahan tempe dan tahu, pengolahan kopi dan lain-lain.

Tersedianya lapangan usaha tersebut dapat menurunkan tingkat

pengangguran yang ada di Kecamatan Air Naningan.

3. Keadaan Perkebunan Budidaya

Sistem pengusahaan kopi di Indonesia 96,19% merupakan perkebunan

yang diusahakan oleh rakyat. Mayoritas pekebun kopi di Indonesia

menanam kopi jenis robusta begitu pula dengan Kabupaten Tanggamus

sebagai salah satu kabupaten penghasil kopi robusta di Provinsi Lampung.


38

Provinsi lampung sebagai sentra produksi kopi robusta perkebunan rakyat

terbesar kedua dan produksi komoditas perkebunan tahun 2016 terbesar

adalah kopi sebanyak 5.970 ton dengan Kecamatan Ulubelu merupakan

penghasil terbesar. Persentasi kopi mencapai 20,14% dari total produksi

tanaman perkebunan di Kabupaten Tanggamus. Kemudian disusul

komoditas kelapa sebanyak 7.330,64 ton dan mencapai 15,04% dari total

produksi tanaman perkebunan di Kabupaten Tanggamus (Direktorat

Jenderal Perkebunan, 2014).

Sektor pertanian memiliki peran besar dalam pemanfaatan lahan terutama

untuk tanaman padi, palawija dan perkebunan. Tanaman perkebunan

yang dibudidayakan pada Kecamatan Air Naningan yaitu kakao, kapuk

randu, kelapa, kelapa hibrida, kemiri, lada, pala dan kopi. Luas panen

terbesar yaitu pada komoditas kopi sebesar 10.735 hektar dan produksi

pada tahun 2017 sebanyak 1.062 ton.

B. Keadaan Koperasi Tirto Kencono

Koperasi Tirto Kencono berada di Dusun Talang 20, Pekon Air Naningan,

Kecamatan Air Naningan, Kabupaten Tanggamus didaftarkan pada kantor

wilayah departemen Koperasi Provinsi Lampung dan memperoleh Badan

Hukum Nomor 221/BH/X.6/111/2014,TGL, 03 Maret 2014. Koperasi Tirto

Kencono didirikan pada tahun 2013 dan memulai kegiatan pengolahan kopi

pada tahun 2016. Koperasi ini terletak di Dusun Talang 20, Pekon Air

Naningan, Kecamatan Air Naningan, Kabupaten Tanggamus. Pemilik dari


39

koperasi tersebut adalah ibu Sri Rejeki yang sudah berumur 56 tahun. Usia

tersebut membuktikan usia yang tidak muda lagi akan tetapi ibu Sri masih

memiliki keinginan untuk berusaha. Pemberian nama koperasi pada awalnya

pemilik merupakan ketua Kelompok Tani Tirto Kencono yang terdapat di

Pekon Air Naningan. Terbentuknya Koperasi Tirto Kencono merupakan

gabungan dari beberapa kelompok tani yang ada di Kecamatan Air Naningan

yaitu Kelompok Tani Sejahtera (Pekon Margomulyo), Kelompok Tani Suka

Karya (Pekon Datar Lebuay), Kelompok Tani Tirto Kencono (Pekon Air

Naningan) dan Kelompok Tani Tunas Karya (Pekon Air Kubang).

Koperasi Tirto Kencono memiliki kelebihan dibandingkan koperasi lainnya

yaitu unit usaha pengolahan dengan aneka ragam produk olahan seperti

olahan kopi, madu dan gula aren. Proses yang dilakukan oleh koperasi

dilakukan secara detail sepeti olahan kopi dibuat dari biji kopi pilihan yang

tumbuh di tanah yang berada di ketinggian ± 300-400 meter dari permukaan

laut. Selain itu koperasi juga mengelola madu yang di pasok oleh petani

berupa madu asli dan hitam serta gula aren dalam bentuk gula semut rasa

original dan jahe yang dipasok oleh para petani. Olahan madu dan gula aren

tersebut kemudian dikemas oleh koperasi untuk dijual sehingga menghasilkan

nilai ekonomi yang tinggi.

Kelebihan koperasi ini dibandingkan yang lain khususnya pada unit

pengolahan kopi yaitu untuk memberdayakan kelompok wanita tani,

penjualan yang luas dan membantu kesulitan ekonomi para petani anggota

koperasi ini. Ketua koperasi selain melaksanakan unit usaha koperasi,


40

melakukan pemberdayaan kepada KWT (Kelompok Wanita Tani) disekitaran

koperasi tirto kencono untuk melakukan usaha khususnya industri pengolahan

seperti kopi bubuk, aneka makanan, kerajinan tangan dan lain-lain..Selain

pemberdayaan tersebut, ketua koperasi membantu para KWT tersebut untuk

mengembangkan usahanya mulai dari awal ide usaha hingga izin usaha

sehingga usaha dapat berlangsung dalam jangka waktu yang lama.

Selanjutnya untuk penjualan dari produk koperasi tirto kencono sudah

termasuk luas, mulai dari penjualan secara langsung di lokasi koperasi

maupun melalui distributor. Produk olahan kopi koperasi tirto kencono

banyak diminati karena dari produk yang berkualitas seperti kemasan yang

menarik, jenis olahan yang bervariasi, manfaat dan rasa khas kopi olahan

koperasi tirto kencono. Kelebihan tersebut menjadikan produk-produk olahan

koperasi tirto kencono banyak diminati khususnya para pribumi kabupaten

tanggamus. Untuk Bahan baku diperoleh langsung dari para anggota koperasi

berupa kopi basah. Koperasi ini menerima bahan baku kopi basah untuk

membantu kesulitan ekonomi petani yang merupakan anggota koperasi

tersebut. Hal ini sesuai dengan keinginan ketua koperasi yaitu mengolah

hasil usahatani para anggotanya untuk dijadikan bahan baku bagi unit usaha

dari koperasi tersebut. Sehingga dengan adanya kegiatan ini selain unit usaha

yang menguntungkan, para petani juga dapat memperoleh sarana menjual

hasil usahataninya.
41

Anggota Koperasi Tirto Kencono merupakan petani kopi hutan rakyat yang

memasok bahan baku untuk mengolahan kopi dan berjumlah sebanyak 35

orang. Anggota koperasi dalam status aktif kurang lebih sebesar 50%.

Anggota memberikan simpanan ke koperasi untuk kelangsungan kegiatan

seperti simpanan pokok sebesar Rp 100.000 dan simpanan wajib sebesar Rp

20.000/bulan. Setiap tahunnya koperasi bersama anggota melakukan rapat

Rencana Anggaran Tahunan (RAT) untuk mengevaluasi segala kegiatan yang

telah dilakukan pada tahun tersebut.

Koperasi pada awal mula berdiri hanya melakukan pengolahan seperti gula

aren, madu dan lain-lain. Akan tetapi koperasi melakukan inovasi setiap

tahunnya yaitu pada tahun 2016 koperasi mulai melakukan pengolaha kopi.

Bidang usaha yang dilakukan oleh Koperasi Tirto Kencono adalah sebagai

berikut :

a. Unit Pengolahan Kayu Hutan Rakyat (Non Hutan Lindung) dengan

berbasis konservasi

b. Unit pengolahan madu alam berbasis kelestarian

c. Unit usaha kerajinan hasil hutan rakyat kayu maupun non kayu

d. Unit usaha pengolahan kopi

Pengalaman pemilik dalam pengolahan kopi merupakan pengalaman sendiri

atau hobi dan kecintaan pemilik terhadap kopi sehingga pemilik berpikir

keras bagaimana caranya untuk menghasilkan produk olahan tersendiri

dengan bahan baku yang diperoleh dari anggota. Hingga saat ini koperasi

memproduksi olahan kopi seperti Green Coffee T20, Roastbean Coffee T20,
42

Fine Robusta T20 dan Gendis Coffee T20. Selain itu koperasi juga

melakukan pengolahan lain seperti tepung pisang, madu asli, madu hitam dan

gula semut (original dan rasa jahe) dimana proses pengolahan dihasilkan dari

para ibu-ibu Kelompok Wanita Tani (KWT) yang mendapatkan ilmu dan

inovasi dari pemilik koperasi.

Identitas T20 pada setiap produk hasil Koperasi Tirto Kencono menunjukkan

bahwa produk tersebut dihasilkan di lokasi Dusun Talang 20. Pengolahan

kopi dari buah menjadi biji kopi yang diterapkan oleh koperasi adalah cara

kering untuk menghasilkan produk-produk unggulan koperasi. Daerah

pemasaran produk koperasi yaitu pada dalam daerah seperti Bandar

Lampung, Pringsewu dan lain-lain. Sedangkan untuk luar daerah seperti

Jakarta, Bogor dan wilayah lainnya. Koperasi secara aktif mengikuti

pameran-pameran yang diadakan pada setiap acara daerah untuk

memperkenalkan produk olahan koperasi tersebut.

C. Sarana dan Prasarana

Untuk menunjang potensi pertanian yang ada di Desa Talang 20 Kecamatan

Air Naningan, pihak pemerintah pusat maupun pemerintah desa telah

membangun beberapa sarana dan prasarana yang berkaitan dengan pertanian

untuk mendukung sektor pertanian yang ada di Desa Talang 20. Beberapa

sarana dan prasarana yang tersedia di Desa Talang 20 adalah pasar, jalan

menuju lahan pertanian, koperasi, kelompok tani, dan lain sebagainya.

Penjelasaan mengenai sarana dan prasarana yang ada di Desa Talang 20 dapat

dijelaskan sebagai berikut :


43

a. Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanggmus (2017) terdapat

tiga pasar yang berada di Kecamatan Air Naningan akan tetapi, saat ini

pasar yang ada di Kecamatan tersebut hanya satu karena sudah

digabungkan menjadi satu pasar saja. Pasar ini dikenal dengan sebutan

Pasar Baru yang terletak di Desa Talang 20. Pasar ini merupakan pasar

tradisonal yang berada tepat di depan Koperasi Tirto Kencono. Pasar ini

melakukan transaksi jual beli yang dilakukan antara penjual dan

konsumen yang berada di Kecamatan Air Naningan. Transaksi yang

dilakukan berupa transaksi tunai dan kredit. Pasar di Kecamatan Air

Naningan ini menyediakan bahan baku yang digunakan untuk produk

yang biasa diolah oleh Koperasi Tirto Kencono akan tetapi, kualitas dari

bahan baku yang tersedia di pasaran merupakan bahan baku asalan atau

campuran. Koperasi Tirto Kencono tidak membeli bahan baku dari pasar

dikarenakan kualitas dari bahan baku yang tersedia di pasar tidak

memenuhi standar yang dibutuhkan oleh pihak koperasi.

b. Jalan yang terdapat di Desa Talang 20 ini hampir sepenuhnya sudah baik

dan berupa jalan aspal. Jalan untuk menuju lahan pertanian di Desa

Talang 20 juga baik dan memudahkan jalannya suatu kegiatan khususnya

di sektor pertanian.

c. Koperasi pertanian yang terdapat di Desa Talang 20, Kecamatan Air

Naningan hanya terdapat satu yaitu Koperasi Tirto Kencono. Koperasi

ini menaungi empat kelompok tani yaitu Kelompok Tani Sejahtera,

Kelompok Tani Suka Karya, Kelompok Tani Tirto Kencono, dan


44

Kelompok Tani Tunas Karya. Terdapat beberapa anggota kelompok tani

yang menjadi anggota aktif di Koperasi Tirto Kencono. Anggota tersebut

secara aktif melakukan pengadaan bahan baku untuk kelancaran unit

pengolahan kopi robusta di koperasi tersebut.

d. Kelompok tani merupakan petani yang dibentuk atas dasar kesamaan

kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi,

sumberdaya) keakraban dan keserasian yang dipimpin oleh seorang ketua

(Trimo, 2006). Kelompok – kelompok tani yang tergabung dalam

Koperasi Tirto Kencono ini membantu pelaksanaan usahatani para

anggotanya yaitu seperti pengadaan pupuk, pestisida dan lain – lain.


107

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan :

1. Pengadaan bahan baku dalam proses pengolahan kopi robusta di Koperasi

Tirto Kencono sudah memenuhi lima tepat yaitu waktu, tempat, kuantitas,

harga dan kualitas sedangkan komponen jenis dalam tidak tepat.

2. Biaya pokok produksi (BPP) keempat produk dengan peralatan bantuan

lebih rendah dibandingkan biaya pokok produksi tanpa peralatan bantuan

sehingga menghasilkan laba yang lebih besar dari harga jual yang berlaku

saat ini. Bantuan pemerintah memberikan pengaruh berbeda dalam hal

struktur biaya pokok produksi khususnya biaya penyusutan peralatan

dengan bantuan yang memiliki persentase sebesar 0,77% dan tanpa

bantuan sebesar 1,23%.

B. Saran

Saran yang diberikan pada penelitian ini adalah :

1. Koperasi agar dapat menciptakan inovasi baru pada produknya berupa


kemasan ekonomis untuk produk Green Coffee T20, dimana produk ini

memiliki kendala dalam pemasaran produk yang masih sempit dan jumlah
108

yang diproduksi sama setiap waktunya. Maka inovasi ini cocok untuk

mengatasi masalah tersebut dengan harga produk menjadi ekonomis dari

Rp 75.000/200 gram menjadi Rp 35.000/100 gram agar produk ini dapat

dijangkau semua kalangan.

2. Bagi dinas terkait terutama Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten

Tanggamus dapat membantu dan memberikan fasilitas bantuan berupa

kemasan dengan tujuan untuk mengurangi biaya produksi yang tinggi.

3. Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis sebaiknya

melakukan penelitian mengenai kelayakan usaha untuk seluruh produk

yang dihasilkan Koperasi Tirto Kencono.


109

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1995. Budidaya Tanaman Kopi. Kanisus. Jakarta.

Akbar, T. R. 2019. Analisis Keragaan dan Risiko Sistem Agroindustri Kopi


Bubuk. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Algoziyah. 2016. Penentuan Harga Pokok Produksi dan Daya Saing Usahatani
Karet Rakyat di Desa Kembang Tanjung Kecamatan Abung Selatan
Kabupaten Lampung Utara. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar
Lampung.

Anonim. 2019. Artikel Mengenai Peningkatann Kualitas Kopi Dengan Petik


Kopi Merah. https://www.suaramerdeka.com/news/baca/195448/tingkatkan-
kualitas-petani-diajak-lakukan-petik-kopi-merah. Diakses pada 15
September 2019 pukul 21.00 WIB.

Arikunto, S. 2004. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka


Cipta. Jakarta.

Asmadi, N., Loho, A. E., dan Lumingkewas, J. R. D. 2019. Analisis harga pokok
produksi kopi pada PT. Fortuna Inti Alam di Desa Maumbi Kabupaten
Minahasa Utara Sulawesi Utara. Agrirud, 1(2) : 201 – 209.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/agrirud/article/view/24456/24133.
Diakses Pada 19 November 2019.

Assauri. 1999. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Revisi. Lembaga


Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Badan Perencaan Pembangunan Daerah Kabupaten Tanggamus. 2017. Profil


Kabupaten Tanggamus. BAPPEDA Kabupaten Tanggamus. Tanggamus.

. 2017. Sebaran
luas wilayah di Kabupaten Tanggamus. BAPPEDA Kabupaten Tanggamus.
Tanggamus.

Badan Pusat Statistik. 2013. Letak Geografis Kabupaten Tanggamus. BPS


Tanggamus. Tanggamus.

Baswir, R. 2000. Koperasi Indonesia. BPFE. Yogyakarta.


110

. 2002. Koperasi Indonesia. BPFE-UGM. Yogyakarta.

Budi, Setia., Zukhri, Anjuman., dan Indrayani, Luh. 2014. Analisis Joint Cost
Untuk Produk Bersama dalam Menentukan Laba atau Rugi Kotor Pada UD.
Kharisma Tahun 2013. Jurnal Undiksha, 4(1) Tahun 2014.
https://media.neliti.com/media/publications/5279-ID-analisis-joint-cost-
untuk-produk-besama-dalam-menentukan-laba-pada-ud-kharisma-d.pdf.
Diakses pada 26 Juli 2019.

Bustami, B dan Nurlella. 2009. Akuntansi Biaya: Kajian Teori dan Aplikasi. Edisi
Pertama. Cetakan Pertama. Mitra Wacana Media. Jakarta.

Bustami, Bastian dan Nurlela. 2013. Akuntansi Biaya : Edisi 4. Mitra Wacana
Medika. Jakart.

Daljono. 2011. Akuntansi Biaya Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian.


Edisi ketiga. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Dinas Koperasi dan UKM. 2017. Perkembangan Jumlah Provinsi Lampung


Tahun 2013 Sampai Per Desember 2017. Dinas Koperasi dan UKM Provinsi
Lampung. Bandar Lampung.

Dinas Koperasi UMKM. 2018. Jumlah Koperasi Menurut Jenis Koperasi dan
Kecamatan di Kabupaten Tanggamus. Dinas Koperasi UMKM Kabupaten
Tanggamus. Kabupaten Tanggamus.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2014. Statistik Perkebunan Indonesia Tahun


2014-2016. M. E. Subiyantoro, Y.Arianto, W.K.Zuraina, E. Pudjianto, A.
Udin, N. Kurniawati, & S.N. Damarjati. Direktorat Jenderal Perkebunan.
Jakarta.

Dwi, M., dkk. (2012). Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK. Buku 1.
Salemba Empat. Jakarta.

Fakhrurrazi. 2009. Analisa Perilaku Konsumen terhadap Minuman Kopi pada


Masyarakat Kota Banda Aceh. Tesis. UGM. Yogyakarta.

Gustiar, R. G., Alamsyah, Z., dan Elwamendri. 2013. Proses pengadaan bahan
baku dan analisis nilai tambah plywood kayu karet (Studi Kasus Pada PT.
XYZ Desa Sarang Burung Kabupaten Muara Jambi). Jurnal Sosio
Ekonomika Bisnis, 6(2) : 83 – 94. https://online-journal.unja.ac.id/jseb/
article/view/2784/2039. Diakses Pada 30 November 2018.

Hadhikusuma, R. T. S. R. 2002. Hukum Koperasi Indonesia. PT Raja Grafindo


Persada. Jakarta.
111

Herlina, B. S. 2004. Analisis Pengadaan dan Pengendalian Persediaan Bahan


Baku Kayu (Studi Kasus di PT. Daisen Wood Frame). Skripsi. IPB. Bogor.

Indiarestu, R. 2016. Persediaan bahan baku kopi luwak liar pada bun prink
coffee. Jurnal Pamator, 9(1) : 52 – 65. http://journal.trunojoyo.ac.id/
pamator/article/view/3368/2498. Diakses Pada 1 Desember 2018.

Kecamatan Air Naningan Dalam Angka. 2018. Luas Panen dan Produksi
Tanaman Perkebunan di Kecamatan Air Naningan. Kecamatan Air
Naningan Dalam Angka. Air Naningan.

Mantra, I.B. 2004. Demografi Umum. Penerbit Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Mulyadi. 1990. Akuntansi Biaya. BPFE. Yogyakarta.

. 1991. Akuntansi Biaya. Edisi 5. Universtas Gadjah Mada. Aditya


Media. Yogyakarta.

. 2005. Akuntansi Biaya. Edisi 6. STIE YKPN. Yogyakarta.

. 2009. Akuntansi Biaya. Edisi 5. Cetakan ke sembilan. Unit Penerbitan


dan Percetakan Sekolah tinggi Ilmu Manajemen YKPN UGM. Yogyakarta.

. 2012. Akuntansi Biaya. Edisi 5. Cetakan Kesebelas. STIM YKPN.


Yogyakarta.

. 2014. Akuntansi Biaya. Edisi 5. UPP STIM YKPN. Yogyakarta.

Mursyidi. 2008. Akuntansi Biaya-Conventional Costing Just InTime and Activity


Based Costing. Cetakan Pertama. Refika Aditama. Jakarta.

Nirwanto, R. 2011. Analisis Peentuan Harga Pokok Produksi Kopi Pada Tingkat
Petani Kopi Di Kecamatan Kembang Kabupaten Bondowoso. Skripsi.
Universitas Jember. Jember.

Provinsi Lampung Dalam Angka. 2017. Luas Lahan, Produksi dan Produktivitas
Komoditas Perkebunan di Provinsi Lampung. Provinsi Lampung Dalam
Angka. Bandar Lampung.

Purwanto, E.H., Rubiyo., dan Towaha, J. 2015. Karakteristik Mutu Dan Citarasa
Kopi Robusta Klon Bp 42, Bp 358 Dan Bp 308 Asal Bali Dan Lampung.
SIRINOV, 3 (2) :67-68. http://Journal.sirinov.ac.id/sirinov/article/
view/6768/2498. Diakses pada 10 Januari 2019.

Raharjo, P. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan


Robusta. Penebar Swadaya. Jakarta.
112

Riza, K. S. 2013. Akuntansi Biaya Pendekatan Product Costing. Cetakan


Kesatu. Akedemia Permata. Jakarta.

Romli, M., dkk. 2002. Standard Operational Procedure (SOP), dan Sistem
Monitoring dan Record. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

. 1993. Kopi Internasional dan Indonesia. Kanisius.


Yogyakarta.

Sedyono, H. 2017. Evaluasi Pennetuan Harga Pokok Penjualan Kopi Biji


Terhadap Laba Kotor Perusahaan. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar
Lampung.

Simamora, Henry. 2007. Manajemen Pemasaran Internasional Jilid II Edisi 2. PT


Rineka Cipta. Jakarta.

Siswoputranto, P. S. 1993. Kopi Internasional dan Indonesia. Kanisius.


Yogyakarta.

Soewono, L. 2005. Pemanfaatan Teknologi Pascapanen dalam Pengembangan


Agroindustri. In Munarso, J., S. Prabawati, Abubakar, Setyadjit, Ristaheri.,
F. Kusnandar, dan F. Suaib (eds). Prosiding Seminar Nasional Teknologi
Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian.
Bogor, 7-8 September 2005. Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian : 52-
59.

Supriyono. 2002. Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen Untuk Teknologi


Maju dan Globalisasi. Edisi 2. BPFE. Yogyakarta.

Syarif, Rusli. 1991. Produktivitas.: Angkasa. Bandung

Tamam, N. 2014. Metode Penentuan Harga Pokok Persediaan Barang.


http://zahiraccounting.com/id/blog/metode-penentuan-harga-pokok-
persediaan-barang/. Diakses pada 16 Desember 2018.

Trimo. 2006. Evaluasi Penyuluhan Pembangunan Pertanian. UNS Press.


Surakarta.

Turnip, C. E. 2002. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penawaran


Ekspor dan Alira Perdagangan Kopi Indonesia. Skripsi. IPB. Bogor.

Widilestariningtyas, O., et all. 2011. Akuntansi Biaya. Graha Ilmu. Yogyakarta

Wulandari, S., Eriyanto, M. S Rusli, dan B. S. Kusmulyono. 2011. Model Proses


Adopsi Teknologi di Industri Lada dengan Fuzzy Inference System. Jurnal
Optimasi Sistem Industri, 10(1) : 145-153. http://josi.ft.unand.ac.id/index.
php/ josi/article/view/129. Diakses pada 26 Juli 2019.
113

Wuryansari, A. 2016. Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan


Menggunakan Metode Full Costing Sebagai Dasar Penentuan Harga Jual.
Skripsi. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

Zaidi, R., Rangga, A., dan Alrasyid, H. 2014. Analisis harga pokok produksi
pada usaha kopi luwak di kabupaten lampung barat. Jurnal Kelitbangan, 3(3)
: 237 – 248. http://ejournal.kemenperin.go.id/tegi/article/view/3150. Diakses
Pada 5 Desember 2018.

You might also like