Skripsi Tanpa Bab Pembahasan
Skripsi Tanpa Bab Pembahasan
Skripsi Tanpa Bab Pembahasan
(Skripsi)
Oleh
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRACT
By
This study aims to determine the process of the procurement of raw materials in
accordance with six relevant components and analyze the basic cost of processed
coffee production in Tirto Kencono Cooperative. This case study involved had of
cooperative unit in Air Naningan District, Tanggamus Regency. The collection of
data was conducted in March 2019 and analyzed in qualitative and quantitative
descriptive. The study showes that the procurement of raw materials in the
processing of robusta coffee in Tirto Kencono Cooperative had complied five
components, namely time, place, quantity, price and quality components, while
the type component was insufficient. The basic cost of production (BPP) for four
products using equipment support was lower than the cost of production without
equipment support. Therefore government support increases farmers profit.
Government support had different impacts in terms of cost structure cost of
production especially the depreciated cost of equipment supported which had a
percentage of 0,77% and without equipment supported of 1.23%.
Oleh
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pengadaan bahan baku sesuai
dengan komponen enam tepat dan menganalisis biaya pokok produksi kopi olahan
di Koperasi Tirto Kencono. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah studi kasus. Responden dalam penelitian ini adalah ketua koperasi.
Penelitian ini dilakukan di Koperasi Tirto Kencono yang berlokasi di Desa Talang
20, Kecamatan Air Naningan, Kabupaten Tanggamus. Pengumpulan data
dilakukan pada bulan Maret 2019 dan dianalisis secara deskriptif kualitatif dan
kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengadaan bahan baku dalam
pengolahan kopi robusta di Koperasi Tirto Kencono telah memenuhi lima
komponen tepat, yaitu tepat waktu, tempat, jumlah, harga dan kualitas. Sedangkan
komponen jenis, termasuk tidak tepat. Biaya pokok produksi (BPP) keempat
produk dengan peralatan bantuan lebih rendah dibandingkan dengan tanpa
bantuan. Oleh karena itu, bantuan pemerintah dapat meningkatkan keuntungan
petani. Bantuan pemerintah memiliki dampak yang berbeda dalam hal struktur
biaya produksi khususnya pada biaya penyusutan peralatan dimana dengan
bantuan memiliki persentase 0,77% dan tanpa peralatan bantuan sebesar 1,23%.
Kata Kunci : bahan baku, biaya pokok produksi (BPP), kopi robusta
ANALISIS PENGADAAN BAHAN BAKU DAN PENENTUAN BIAYA
POKOK PRODUKSI OLAHAN KOPI ROBUSTA DI KOPERASI TIRTO
KENCONO DESA TALANG 20 KECAMATAN AIR NANINGAN
KABUPATEN TANGGAMUS
Oleh
Skripsi
pada
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
SMP IT ARRAIHAN pada tahun 2012 dan tingkat Sekolah Menengah Atas
(SMA) di SMA IT ARRAIHAN pada tahun 2015. Selama SMP dan SMA penulis
aktif dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) sebagai sekertaris dan
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Way Rilau Kecamatan
Cukuh Balak Kabupaten Tanggamus selama 40 hari pada bulan Januari hingga
Februari 2018. Selanjutnya, pada Juli 2018 penulis melaksanakan Praktik Umum
efektif. .
SANWACANA
Bismillahirahmannirrahim,
Alhamdulillahi Rabbil ’Alamin segala puji bagi Allah SWT atas berkat, rahmat,
Sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan dan suri teladan Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman
yang terang benderang seperti saat ini. Semoga kita semua mendapatkan
Pengadaan Bahan Baku Dan Penentuan Biaya Pokok Produksi Olahan Kopi
adanya dukungan, doa, bantuan, nasihat, saran dan bimbingan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala ketulusan hati penulis
1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M. Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung
2. Bapak Dr. Teguh Endaryanto, S.P., M.Si., selaku Ketua Jurusan Agribisnis
4. Ibu Lina Marlina, S. P., M. Si., selaku Dosen Pembimbing Kedua dan Dosen
penulis.
5. Bapak Dr.Ir. R Hanung Ismono, M. P., selaku Dosen Penguji yang telah
6. Orang tuaku tercinta Papa Drs. H. Syirjudin dan Mama Hj. Ellya Rosa
Ibrahim yang telah memberikan semua yang terbaik, tanpa lelah selalu
memberikan cinta dan kasih sayang, pengorbanan, dukungan baik moril dan
materil yang tiada henti serta do’a yang selalu diucapkan bagi kelancaran dan
7. Seluruh Dosen dan Karyawan di Jurusan Agribisnis (Mba Iin, Mba Vanesha,
Mba Tunjung, Mas Boim dan Mas Bukhari) atas semua bantuan yang telah
10. Keluarga KKN Echa, Hayu, Riky, Toffer,Vita, dan Zakiah terimakasih telah
12. Almamater tercinta dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
Semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian atas segala yang telah diberikan
kepada penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan,
akan tetapi semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian ................................................................................ 7
C. Manfaat Penelitian .............................................................................. 7
Tabel Halaman
1 Variabel dan definisi operasional koperasi olahan kopi robusta ........... 30
2 Variabel dan definisi operasional koperasi olahan kopi robusta ........... 31
3 Kriteria Enam Tepat Pengadaan Bahan Baku Kopi Robusta ................ 33
4 Biaya Pokok Produksi Menggunakan Full Costing .............................. 34
5 Kebutuhan dan biaya kemasan per produksi untuk produk Koperasi
Tirto Kencono ........................................................................................ 78
6 Alokasi joint cost dengan metode nilai jual relatif ............................... 81
7 Biaya penyusutan peralatan subsidi per bulan pengolahan kopi
robusta di Koperasi Tirto Kencono ....................................................... 82
8 Biaya penyusutan peralatan non subsidi per bulan pengolahan kopi
robusta di Koperasi Tirto Kencono ....................................................... 82
9 Penggunaan tenaga kerja dan total upah yang dikeluarkan untuk
proses pengolahan kopi robusta di Koperasi Tirto Kencono ................ 84
10 Biaya produksi dengan peralatan subsidi yang dikeluarkan oleh
keempat produk yang dihasilkan Koperasi Tirto Kencono ................... 86
11 Biaya produksi dengan peralatan non subsidi yang dikeluarkan oleh
keempat produk yang dihasilkan Koperasi Tirto Kencono ................... 86
12 Cost of production produk Fine Robusta dan kopi bubuk Agroindustri
KBCOML ............................................................................................. 88
13 Pengadaan bahan baku di unit usaha pengolahan kopi robusta pada
Koperasi Tirto Kencono ........................................................................ 97
14 Biaya pokok produksi olahan kopi robusta di Koperasi Tirto Kencono
dengan peralatan subsidi ....................................................................... 99
15 Biaya pokok produksi olahan kopi robusta di Koperasi Tirto Kencono
dengan peralatan non subsidi................................................................. 97
16 Alokasi biaya bersama (joint cost) subsidi masing-masing produk
terhadap laba/rugi kotor......................................................................... 99
17 Alokasi biaya bersama (joint cost) non subsidi masing-masing produk
terhadap laba/rugi kotor......................................................................... 100
18 Kajian penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian
“Analisis Pengadaan Bahan Baku dan Penentuan Biaya Pokok
Produksi Olahan Kopi di Koperasi Tirto Kencono Desa Talang 20
Kecamatan Air Naningan Kabupatten Tanggamus”. ............................ 115
19 Identitas pengelola Koperasi Tirto Kencono ......................................... 125
20 Penerimaan per bulan produk olahan kopi robusta Koperasi Tirto
Kencono................................................................................................. 125
21 Identitas anggota Koperasi Tirto Kencono ............................................ 126
22 Identitas pemasok pemasok bahan baku di Koperasi Tirto Kencono ... 127
23 Penyusutan peralatan subsidi produk olahan kopi robusta Koperasi
Tirto Kencono........................................................................................ 128
24 Penyusutan peralatan bantuan produk olahan kopi robusta Koperasi
Tirto Kencono........................................................................................ 129
25 Penyusutan peralatan bantuan produk olahan kopi robusta Koperasi
Tirto Kencono........................................................................................ 130
26 Penyusutan peralatan bantuan produk olahan kopi robusta Koperasi
Tirto Kencono........................................................................................ 131
27 Penyusutan peralatan bantuan produk olahan kopi robusta Koperasi
Tirto Kencono........................................................................................ 132
28 Penyusutan peralatan bantuan produk olahan kopi robusta Koperasi
Tirto Kencono........................................................................................ 133
29 Penyusutan peralatan bantuan produk olahan kopi robusta Koperasi
Tirto Kencono........................................................................................ 134
30 Penyusutan peralatan tanpa bantuan produk olahan kopi robusta
Koperasi Tirto Kencono ........................................................................ 134
31 Penyusutan peralatan tanpa bantuan produk olahan kopi robusta
Koperasi Tirto Kencono ........................................................................ 135
32 Penyusutan peralatan tanpa bantuan produk olahan kopi robusta
Koperasi Tirto Kencono ........................................................................ 136
33 Penyusutan peralatan tanpa bantuan produk olahan kopi robusta
Koperasi Tirto Kencono ........................................................................ 137
34 Penyusutan peralatan tanpa bantuan produk olahan kopi robusta
Koperasi Tirto Kencono ........................................................................ 138
35 Penyusutan peralatan tanpa bantuan produk olahan kopi robusta
Koperasi Tirto Kencono ........................................................................ 139
36 Penyusutan peralatan tanpa bantuan produk olahan kopi robusta
Koperasi Tirto Kencono ........................................................................ 140
37 Penyusutan peralatan tanpa bantuan produk olahan kopi robusta
Koperasi Tirto Kencono ........................................................................ 141
38 Alokasi joint cost produk olahan kopi robusta di Koperasi Tirto
Kencono................................................................................................. 142
39 Alokasi joint cost produk olahan kopi robusta di Koperasi Tirto
Kencono................................................................................................. 143
40 Alokasi joint cost produk olahan kopi robusta di Koperasi Tirto
Kencono................................................................................................. 140
41 Alokasi joint cost produk olahan kopi robusta di Koperasi Tirto
Kencono................................................................................................. 145
42 Alokasi joint cost produk olahan kopi robusta di Koperasi Tirto
Kencono................................................................................................. 146
43 Penggunaan bahan baku per bulan pada produk olahan kopi robusta
Koperasi Tirto Kencono ........................................................................ 146
44 Biaya sarana produksi per bulan pada pada produk olahan kopi
robusta Koperasi Tirto Kencono ........................................................... 147
45 Biaya sarana produksi per bulan pada pada produk olahan kopi
robusta Koperasi Tirto Kencono ........................................................... 148
46 Biaya sarana produksi per bulan pada pada produk olahan kopi
robusta Koperasi Tirto Kencono ........................................................... 149
47 Biaya sarana produksi per bulan pada pada produk olahan kopi
robusta Koperasi Tirto Kencono ........................................................... 150
48 Tenaga kerja per bulan pada produk olahan kopi robusta Koperasi
Tirto Kencono (Fine Robusta T20) ...................................................... 151
49 Tenaga kerja per bulan pada produk olahan kopi robusta Koperasi
Tirto Kencono (Roastbean Robusta T20) ............................................ 152
50 Tenaga kerja per bulan pada produk olahan kopi robusta Koperasi
Tirto Kencono (Green Coffee T20) ...................................................... 153
51 Tenaga kerja per bulan pada produk olahan kopi robusta Koperasi
Tirto Kencono (Gendis Coffee T20) ..................................................... 154
52 Biaya produksi subsidi olahan kopi robusta di Koperasi Tirto
Kencono................................................................................................. 155
53 Biaya produksi non subsidi olahan kopi robusta di Koperasi Tirto
Kencono................................................................................................. 155
54 HPP dengan metode full costing (subsidi) pengolahan kopi robusta
di Koperasi Tirto Kencono .................................................................... 156
55 HPP dengan metode full costing (non subsidi) pengolahan kopi
robusta di Koperasi Tirto Kencono ....................................................... 157
56 Biaya pokok produksi dan keuntungan pengolahan kopi robusta di
Koperasi Tirto Kencono ........................................................................ 158
57 Alokasi biaya bersama (joint cost) subsidi masing-masing produk
terhadap laba/rugi kotor ......................................................................... 159
58 Alokasi biaya bersama (joint cost) non subsidi masing-masing produk
terhadap laba/rugi kotor ......................................................................... 159
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Perkembangan jumlah koperasi Provinsi Lampung Tahun 2013
Sampai Per Desember 2017 ..................................................................... 2
2 Kerangka pemikiran analisis pengadaaan bahan baku dan penentuan
biaya pokok produksi olahan kopi di Koperasi Tirto Kencono Desa
Talang 20 Kecamatan Air Naningan Kabupaten Tanggamus ............... 26
3 Pohon industri kopi robusta pada unit usaha pengolahan kopi robusta
di Koperasi Tirto Kencono .................................................................... 47
4 Proses pengolahan produk Fine Robusta T20 di Koperasi Tirto
Kencono ................................................................................................. 47
5 Proses pengolahan produk Roastbean Robusta T20 di Koperasi Tirto
Kencono................................................................................................. 48
6 Proses pengolahan produk Green Coffee T20 di Koperasi Tirto
Kencono................................................................................................. 48
7 Proses pengolahan produk Gendis Coffee T20 di Koperasi Tirto
Kencono................................................................................................. 48
8 Proses sortir basah kopi robusta ............................................................ 51
9 Proses pencucian kopi robusta setelah sortir basah ............................... 52
10 Proses penjemuran kopi robusta ............................................................ 53
11 Proses penggilingan gabah kering Kopi dengan mesin huller .............. 53
12 Proses sortir biji kopi robusta ................................................................ 54
13 Proses penyangraian biji kopi robusta dengan mesin roasting ............. 56
14 Proses pengayakan biji kopi setelah disangrai ...................................... 56
15 Proses penggilingan biji kopi menjadi bubuk ....................................... 57
16 Proses penimbangan dan pengemasan produk Fine Robusta T20 ........ 58
17 Hasil akhir produk Fine Robusta T20 ................................................... 58
18 Proses penimbangan dan pengemasan produk Roastbean
Robusta T20 .......................................................................................... 62
19 Hasil akhir produk Roastbean Robusta T20.......................................... 63
20 Bahan baku kopi hijau ........................................................................... 64
21 Hasil penggilingan biji kopi hijau ......................................................... 66
22 Proses penimbangan dan pengemasan produk Green Coffee T20 ........ 67
23 Hasil akhir produk Green Coffee T20 ................................................... 68
24 Gula semut yang digunakan untuk produk Gendis Coffee T20............. 72
25 Proses penimbangan dan pengemasan produk Gendis Coffee T20 ....... 73
26 Hasil akhir produk Gendis Coffee T20 .................................................. 73
27 Produk unggulan Koperasi Tirto Kencono ............................................ 160
28 Produk olahan lainnya dari Koperasi Tirto Kencono ............................ 160
29 Lokasi bangunan Koperasi Tirto Kencono ............................................ 160
30 Stok bahan baku yang tersedia di Koperasi Tirto Kencono .................. 161
31 Beberapa kegiatan pengenalan produk Koperasi Tirto Kencono .......... 161
32 Proses wawancara dengan pengelola Koperasi Tirto Kencono ............. 161
33 Bantuan pemerintah berupa alat roasting kapasitas 1 Kg ..................... 162
34 Bantuan pemerintah berupa alat sealer ................................................. 162
35 Mesin grinder atau penggiling kopi bubuk ........................................... 163
36 Surat izin usaha mikro dan kecil ........................................................... 163
37 Sertifikat dari penyuluhan keamanaan pangan mengenai
pengolahan kopi robusta di Koperasi Tirto Kencono ............................ 164
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yaitu sektor negara, sektor swasta dan sektor koperasi. Koperasi adalah suatu
secara sukarela dan atas dasar persamaan hak, berkewajiban melakukan suatu
(Baswir, 2000).
fluktuatif setiap tahunnya. Pada tahun 2013 – 2017 jumlah koperasi aktif
koperasi dalam status pasif mengalami fluktuatif yaitu pada tahun 2015 –
2017 mengalami penurunan sebanyak 93 unit koperasi. Hal ini terjadi karena
kinerja yang kurang dari koperasi dan pengelolaan koperasi yang belum baik.
2
2,500
500
0
1
2013 2014
2 2015
3 2016
4 2017
5
TAHUN
Lampung yang memiliki jumlah koperasi dengan status aktif dan tidak aktif.
Koperasi Tirto Kencono dalam status aktif dan merupakan Koperasi Pertanian
koperasi produksi. Koperasi Tirto Kencono saat ini hanya berfokus pada
bahan baku kopi yang diperoleh dari petani yang memasok, koperasi tidak
melakukan penjualan bahan baku. Bahan baku yang dipasok berasal dari
petani kopi hutan rakyat sebagai anggotanya. Koperasi ini tidak melakukan
3
mitra dengan pihak lain dalam pengadaan bahan baku maupun pemasaran
produk.
Naningan Dalam Angka (2018) diperoleh luas panen kopi diwilayah Air
produksi dan luas panen kopi merupakan jumlah terbesar diantara jenis
kemiri, lada, pala dan kapuk randu serta kopi termasuk tanaman yang
lainnya.
biasanya di panen pada bulan Mei hingga Agustus setiap tahun bersama
pengelolaan kebun dan mengolah panen kopi merah secara alami untuk
komoditas kopi sebanyak 1.062 Ton dengan luas panen 10.735 Hektar
Berdasarkan hasil pra survey, petani kopi yang tergabung dalam Koperasi
Tirto Kencono sebagai pemasok bahan baku yang digunakan oleh koperasi
Anggota menjual dalam berbagai bentuk jenis kopi yaitu panen kopi merah,
kopi hijau dan kopi campuran. Harga yang diterapkan oleh koperasi juga
bermacam-macam mulai dari kopi merah dengan harga Rp. 5.000/kg, kopi
hijau Rp. 3.000/kg dan kopi campuran Rp.3.500/kg. Petani kopi hutan rakyat
anggotanya memasok dalam bentuk kopi basah petik merah, akan tetapi yang
Pengolahan kopi ini dihasilkan dari buah yang diolah menjadi biji kopi yang
dapat dibedakan dengan tiga cara seperti cara kering, cara semi basah, dan
mengutamakan biji kopi basah karena mutu biji kopi yang dihasilkan petani
masih tergolong biji kopi asalan. Koperasi ini tidak melayani petani
adanya biji kopi yang berpenyakit, pecah, kehitaman dan berjamur. Hal
Selain bahan baku, pengadaan peralatan juga penting untuk kelancaran proses
sebagian kecil dari skema pinjam pakai maupun hibah dari lembaga
5
kopi secara manual. Mulai pada tahun 2017 koperasi mendapat bantuan
berupa mesin roasting dan mesin sealer. Bantuan diperoleh dari Dinas
Koperasi Tirto Kencono tetap beroperasi dengan bahan baku yang diterima
dari anggota dalam berbagai jenis kopi dan diolah menjadi produk-produk
unggulan koperasi seperti Green coffee T20, Fine Robusta T20, Roastbean
Robusta T20 dan Gendis kopi T20. Selain produk diatas, koperasi juga
menghasilkan produk Gula Semut T20, madu hitam dan madu asli serta
tepung pisang dimana bahan baku yang diterima juga berasal dari petani
menerus dengan bahan baku yang selalu dipasok anggota, persediaan bahan
menyetor bahan baku sesuai dengan keinginan koperasi yaitu petik merah.
Harga pokok produksi merupakan aktiva atau jasa yang dikorbankan atau
2016). Pada penelitian ini digunakan metode full costing karena lebih akurat
harga yang diterima oleh petani kopi hutan rakyat di Desa Talang 20 akibat
permainan harga yang rendah oleh tengkulak serta tingkat produktivitas yang
wadah bagi para anggotanya untuk menjual hasil usahataninya sebagai bahan
menentukan biaya pokok produksi yang tepat dan benar sesuai dengan
yang dilakukan.
2. Berapa besar biaya pokok produksi (BPP) produk olahan kopi di Koperasi
B. Tujuan Penulisan
C. Manfaat Penulisan
pengadaan bahan baku yang diterima oleh koperasi serta harga pokok
Lampung.
A. Tinjauan Pustaka
adalah kumpulan biaya produksi yang terdiri dari bahan baku langsung,
terdapat dua pendekatan, yaitu secara full costing dan variable costing
(Mulyadi, 1991).
harga pokok produksi dnegan dua pendekatan, yaitu secara full costing
a. Full Costing
2005).
(Mulyadi, 2005).
b. Variable Costing
dalam harga pokok produk. Metode ini dikenal dengan nama direct
a. Full Costing
Oleh karena itu, elemen biaya produksi dalam full costing meliputi
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik
b. Variable Costing
dibebani dengan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan
dan berperan penting sebagai sumber devisa negara. Kopi tidak hanya
sumber penghasilan bagi tidak kurang dari satu setengah juta jiwa petani
Kopi Robusta dapat dikatakan sebagai kopi kelas dua setelah kopi
kafein dalam kadar yang jauh lebih tinggi daripada Arabika. Namun,
cakupan daerah tumbuh kopi Robusta lebih luas daripada kopi Arabika.
Keunggulan kopi jenis ini adalah lebih resisten terhadap serangan hama
dan penyakit. Hal ini menjadikan harga kopi Robusta lebih murah. Kopi
Kopi bukan produk homogen, ada banyak varietas dan beberapa cara
Kegiatan yang dilakukan pada pasca panen oleh petani kopi robusta
adalah pengolahan buah kopi menjadi beras kopi dengan cara pengolahan
melakukan panen petani tidak memisahkan antara buah masak dan belum
masak, sehingga beras kopi yang dihasilkan tidak dapat dibedakan antara
mutu yang baik dan yang kurang baik. Untuk kualitas beras kopi yang
pengolahan. Pengolahan biji kopi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
cara basah (wet process) dan cara kering (dry process). Pengolahan cara
menjadi kopi bubuk. Produksi kopi bubuk diperoleh dari bahan dasar
kopi beras atau kopi biji, kemudian diproses menjadi kopi bubuk.
kopi biji (beras) dan kopi bubuk yang dihasilkan. Proses pengolahan kopi
bubuk tidak lepas dari bahan utamanya yaitu kopi beras, dan cara
(Setyani, 2017).
seluruh dunia dihasilkan secara kering dan untuk mendapatkan rasa lugas
robusta memiliki kelebihan yaitu kekentalan lebih dan warna yang kuat
antara lain warna, rasa dan aroma dari kopi bubuk yang dihasilkan.
17
dibeli dari supplier atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi
kegiatan pembelian bahan baku secara aktual. Oleh karena itu perlu
dalam perusahaan.
Menurut Austin dalam Romli (2002) ada lima faktor yang harus
persediaan minimum.
3. Waktu
Faktor ini merupakan hal yang penting dalam pengadaan bahan baku
4. Biaya
5. Organisasi
kopi para anggotanya. Selain itu koperasi sebagai tujuan penjualan para
4. Koperasi
sebagai berikut:
(Hadhikusuma, 2002).
anggotanya.
mereka hasilkan.
bantuan.
Selain itu, menurut Baswir (2002) koperasi juga dibagi berdasarkan jenis
komoditi yaitu :
koperasi belum mampu melakukan usaha lain dan koperasi belum secara
B. Kajian Terdahulu
aturan akuntansi yang ada dan biaya tidak dicatat berdasarkan teori akuntansi
karena petani beranggapan biaya tersebut merupakan biaya umum, yang tidak
pada usaha kopi luwak di kabupaten Lampung Barat. Hasil analisis yang
menaikan harga bahan baku sebesar 25% dan penurunan harga jual sebesar
50% menunjukkan bahwa usaha agroindustri kopi luwak masih layak untuk
kriteria kelayakan invstasi di dapat bahwa produk kopi luwak Greenbean dan
kopi luwak bubuk dari musang bulan menghasilkan nilainilai NPV >0, IRR
>1, Net B/C >1 dan PP< umur proyek. Hal ini berarti usaha kopi luwak layak
untuk dilaksanakan.
kopi pada PT. Fortuna Inti Alam di Desa Maumbi Kabupaten Minahasa Utara
Sulawesi Utara. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah Penentuan
harga pokok produksi kopi yang dilakukan oleh PT. Fortuna Inti Alam
menggunakan metode variable costing pada total akhir. Untuk metode full
pokok penjualan koi bii terhadap laba kotor perusahaan. Hasil yang diperoleh
yang dilakukan atas setiap produk biji kopi yang diproses lebih lanjut, dimana
produksi bersama yang telah dijelaskan pada bab terdahulu, maka hasilnya
Pada Titik Pemecahan dan pada Metode Rata-Rata Tertimbang yang menjadi
sistem agroindustri kopi bubuk. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini
C. Kerangka Pemikiran
Kopi merupakan salah satu komoditas hasil hutan rakyat yang dikelola oleh
petani hutan rakyat serta memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Provinsi
kopi dan petani hutan rakyat. Koperasi Tirto Kencono yang terletak di
bagi para petani kopi hutan rakyat untuk menjual hasil usahataninya dalam
koperasi. Petani kopi hutan rakyat yang dapat memasok bahan baku tersebut
Pengadaan bahan baku yang dilakukan oleh koperasi sepenuhnya berasal dari
petani kopi hutan rakyat sebagai anggota koperasi tersebut. Pengadaan bahan
baku yang diinginkan oleh koperasi adalah memenuhi 6T (tepat jenis, tepat
waktu, tepat tempat, tepat kualitas, tepat kuantitas dan tepat harga. Koperasi
Tirto Kencono tetap beroperasi dengan bahan baku yang diterima dari
unggulan koperasi seperti Green coffee T20, Fine Robusta T20, Roastbean
Robusta T20 dan Gendis kopi T20. Akan tetapi disamping koperasi
beroperasi secara terus menerus dengan bahan baku yang selalu dipasok
grading antara kopi petik merah, petik hijau dan petik campuran
dapat menentukan harga pokok produksi yang tepat dan benar sesuai dengan
ANGGOTA KOPERASI
(Petani Kopi Hutan Rakyat)
‘
PENGADAAN BAHAN BAKU
BIAYA PRODUKSI
Output :
1. Roastbean coffee T20
PENENTUAN BIAYA
2. Green Coffee T20
3. Fine Robusta T20 POKOK PRODUKSI
4. Gendis Coffee T20 (Metode Full Costing)
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus pada Koperasi
organisme (individu), lembaga atau gejala tertentu dengan daerah atau subjek
kopi robusta adalah hasil olahan yang berbahan baku kopi robusta yang dapat
Pengadaan bahan baku adalah suatu kesatuan kegiatan yang dilakukan untuk
menjadi produk.
Tepat waktu adalah waktu yang tepat dalam kegiatan pengadaan bahan baku
yaitu saat jumlah bahan baku menipis, maka bahan baku dapat tersedia
Tepat tempat adalah tempat yang menjual bahan baku merupakan tempat
Tepat jenis adalah jenis bahan baku yang digunakan dalam pembuatan produk
olahan kopi robusta merupakan jenis kopi robusta yang sesuai, sehingga rasa
dan bentuk olahan kopi robusta sesuai dengan yang diharapkan oleh produsen
Tepat kualitas adalah kualitas bahan baku yang akan digunakan untuk
tidak mengandung banyak air, baik untuk kesehatan dan memenuhi selera
konsumen.
Tepat kuantitas adalah jumlah bahan baku yang tersedia untuk membuat
olahan kopi robusta sesuai dengan target produksi. Artinya jumlah bahan
Tepat harga adalah harga yang dikeluarkan untuk membeli kopi robusta
sebagai bahan baku relatif terjangkau yaitu tidak terlalu mahal dan melalui
bentuk bantuan keuangan yang dibayarkan kepada suatu bisnis atau sektor
ekonomi. Peralatan dengan bantuan yang ada di unit pengolahan berasal dari
Dinas Perkebunan berupa mesin sangrai (roasting) dan mesin pres (sealer).
Peralatan tanpa bantuan adalah peralatan yang dimiliki unit usaha tanpa
adanya bantuan keuangan dari sektor ekonomi. Peralatan tanpa bantuan yang
Produk Fine Robusta T20 dalam bentuk kopi bubuk dari kopi petik merah
Produk Roastbean Robusta T20 dalam bentuk kopi sangrai petik merah yang
Produk Green Coffee T20 dalam bentuk kopi bubuk kasar dari petik hijau
Produk Gendis Coffee T20 dalam bentuk kopi sangrai petik campuran dan
gula semut yang dikemas dalam ukuran 75gr dengan harga Rp 15.000.
30
Dalam penelitian ini, hal yang berhubungan dengan variabel dan definisi
bahan baku dan harga pokok produksi dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 2. (Lanjutan)
Penelitian ini dilakukan di Koperasi Tirto Kencono yang terletak pada Desa
usahatani para anggotanya yaitu petani kopi hutan rakyat untuk pengadaan
bahan baku dan diolah menjadi produk-produk unggulan koperasi dan produk
tersebut merupakan ciri khas dari Desa Talang 20. Menurut Dinas UMKM
terbesar dengan status aktif yang berada di Kecamatan Air Naningan serta
koperasi produksi yang mengubah bahan baku dari anggota menjadi olahan
kopi robusta.
32
coffee T20, Fine Robusta T20 dan gendis coffee T20. Pada penelitian ini akan
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
diperoleh melalui metode pencatatan data yang berasal dari lembaga atau
instansi yang berkaitan dengan penelitian, seperti Dinas Koperasi dan UKM
dengan penelitian.
Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
merupakan metode analisis data yang digunakan pada setiap tujuan dalam
penelitian, yaitu:
33
enam tepat pada agroindustri olahan kopi robusta. Enam tepat tersebut
Enam Tepat
No. Pengadaan Bahan Kriteria Tepat
Baku
1 Tepat Waktu Saat bahan baku dibutuhkan atau ketika
jumlah bahan baku menipis, maka bahan baku
dapat tersedia dengan cepat agar tidak terjadi
penundaan proses produksi.
2 Tepat Tempat Tempat yang menjual bahan baku merupakan
tempat yang memberikan pelayanan yang
memuaskan, mudah dijangkau, dan letaknya
strategi bagi pihak koperasi.
3 Tepat Jenis Jenis bahan baku yang digunakan sesuai
dengan apa yang dibutuhkan oleh pihak
koperasi.
4 Tepat Kuantitas Jumlah bahan baku yang tersedia cukup untuk
diproduksi sesuai dengan target produksi.
5 Tepat Kualitas Kualitas dari bahan baku yang akan digunakan
berupa kualitas terbaik yang diperoleh dari
para petani.
6 Tepat Harga Harga yang dikeluarkan untuk membeli bahan
baku terjangkau sehingga pihak koperasi dapat
memperoleh keuntungan yang telah
diperkirakan.
Sumber : Pra Survey, 2018
metode full costing. biaya pokok produksi menurut metode full costing
terdiri dari unsur biaya produksi seperti yang disajikan pada Tabel 4.
nilai jual relatif yaitu harga jual diketahui pada saat titik pisah. Dasar
pemikiran metode ini adalah bahwa harga jual suatu produk merupakan
tersebut. Jika salah satu produk terjual lebih tinggi daripada produk yang
lain, hal ini karena biaya yang dikeluarkan untuk produk tersebut lebih
banyak bila dibandingkan dengan produk yang lain. Oleh karena itu,
metode ini merupakan cara yang logis untuk mengalokasikan joint cost
dihasilkan.
bersama. Metode ini didasarkan pada nilai jual relatif dari setiap jenis
ada di Kabupaten Tanggamus dengan luas wilayah 136,4 km2 atau 2,93 %
Tahun 1997 dan secara resmi terbentuk pada tanggal 21 maret 1997.
Kecamatan Air Naningan juga memiliki 10 pekon, 72 Dusun dan 143 RT.
Pekon tersebut yaitu Pekon Way Harong, Pekon Air Kubang, Pekon
Karang Sari, Pekon Sidomulyo, Pekon Air Naningan, Pekon Sinar Jawa,
Pekon Datar Lebuay, Pekon Batu Tegi, Pekon Sinar Sekampung dan
air naningan sebesar 21 km2 dan penelitian yang dilakukan yaitu di Dusun
sebanyak 27.051 jiwa dan tahun 2016 sebanyak 27.608 jiwa. Jumlah
penduduk laki-laki lebih banyak 1953 jiwa dengan jumlah total yaitu
komoditas kelapa sebanyak 7.330,64 ton dan mencapai 15,04% dari total
randu, kelapa, kelapa hibrida, kemiri, lada, pala dan kopi. Luas panen
terbesar yaitu pada komoditas kopi sebesar 10.735 hektar dan produksi
Koperasi Tirto Kencono berada di Dusun Talang 20, Pekon Air Naningan,
Kencono didirikan pada tahun 2013 dan memulai kegiatan pengolahan kopi
pada tahun 2016. Koperasi ini terletak di Dusun Talang 20, Pekon Air
koperasi tersebut adalah ibu Sri Rejeki yang sudah berumur 56 tahun. Usia
tersebut membuktikan usia yang tidak muda lagi akan tetapi ibu Sri masih
gabungan dari beberapa kelompok tani yang ada di Kecamatan Air Naningan
Karya (Pekon Datar Lebuay), Kelompok Tani Tirto Kencono (Pekon Air
yaitu unit usaha pengolahan dengan aneka ragam produk olahan seperti
olahan kopi, madu dan gula aren. Proses yang dilakukan oleh koperasi
dilakukan secara detail sepeti olahan kopi dibuat dari biji kopi pilihan yang
laut. Selain itu koperasi juga mengelola madu yang di pasok oleh petani
berupa madu asli dan hitam serta gula aren dalam bentuk gula semut rasa
original dan jahe yang dipasok oleh para petani. Olahan madu dan gula aren
penjualan yang luas dan membantu kesulitan ekonomi para petani anggota
mengembangkan usahanya mulai dari awal ide usaha hingga izin usaha
banyak diminati karena dari produk yang berkualitas seperti kemasan yang
menarik, jenis olahan yang bervariasi, manfaat dan rasa khas kopi olahan
tanggamus. Untuk Bahan baku diperoleh langsung dari para anggota koperasi
berupa kopi basah. Koperasi ini menerima bahan baku kopi basah untuk
tersebut. Hal ini sesuai dengan keinginan ketua koperasi yaitu mengolah
hasil usahatani para anggotanya untuk dijadikan bahan baku bagi unit usaha
dari koperasi tersebut. Sehingga dengan adanya kegiatan ini selain unit usaha
hasil usahataninya.
41
Anggota Koperasi Tirto Kencono merupakan petani kopi hutan rakyat yang
orang. Anggota koperasi dalam status aktif kurang lebih sebesar 50%.
Koperasi pada awal mula berdiri hanya melakukan pengolahan seperti gula
aren, madu dan lain-lain. Akan tetapi koperasi melakukan inovasi setiap
tahunnya yaitu pada tahun 2016 koperasi mulai melakukan pengolaha kopi.
Bidang usaha yang dilakukan oleh Koperasi Tirto Kencono adalah sebagai
berikut :
berbasis konservasi
c. Unit usaha kerajinan hasil hutan rakyat kayu maupun non kayu
atau hobi dan kecintaan pemilik terhadap kopi sehingga pemilik berpikir
dengan bahan baku yang diperoleh dari anggota. Hingga saat ini koperasi
memproduksi olahan kopi seperti Green Coffee T20, Roastbean Coffee T20,
42
Fine Robusta T20 dan Gendis Coffee T20. Selain itu koperasi juga
melakukan pengolahan lain seperti tepung pisang, madu asli, madu hitam dan
gula semut (original dan rasa jahe) dimana proses pengolahan dihasilkan dari
para ibu-ibu Kelompok Wanita Tani (KWT) yang mendapatkan ilmu dan
Identitas T20 pada setiap produk hasil Koperasi Tirto Kencono menunjukkan
kopi dari buah menjadi biji kopi yang diterapkan oleh koperasi adalah cara
untuk mendukung sektor pertanian yang ada di Desa Talang 20. Beberapa
sarana dan prasarana yang tersedia di Desa Talang 20 adalah pasar, jalan
Penjelasaan mengenai sarana dan prasarana yang ada di Desa Talang 20 dapat
tiga pasar yang berada di Kecamatan Air Naningan akan tetapi, saat ini
digabungkan menjadi satu pasar saja. Pasar ini dikenal dengan sebutan
Pasar Baru yang terletak di Desa Talang 20. Pasar ini merupakan pasar
tradisonal yang berada tepat di depan Koperasi Tirto Kencono. Pasar ini
yang biasa diolah oleh Koperasi Tirto Kencono akan tetapi, kualitas dari
bahan baku yang tersedia di pasaran merupakan bahan baku asalan atau
campuran. Koperasi Tirto Kencono tidak membeli bahan baku dari pasar
b. Jalan yang terdapat di Desa Talang 20 ini hampir sepenuhnya sudah baik
dan berupa jalan aspal. Jalan untuk menuju lahan pertanian di Desa
di sektor pertanian.
A. Kesimpulan
Tirto Kencono sudah memenuhi lima tepat yaitu waktu, tempat, kuantitas,
sehingga menghasilkan laba yang lebih besar dari harga jual yang berlaku
B. Saran
memiliki kendala dalam pemasaran produk yang masih sempit dan jumlah
108
yang diproduksi sama setiap waktunya. Maka inovasi ini cocok untuk
DAFTAR PUSTAKA
Algoziyah. 2016. Penentuan Harga Pokok Produksi dan Daya Saing Usahatani
Karet Rakyat di Desa Kembang Tanjung Kecamatan Abung Selatan
Kabupaten Lampung Utara. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar
Lampung.
Asmadi, N., Loho, A. E., dan Lumingkewas, J. R. D. 2019. Analisis harga pokok
produksi kopi pada PT. Fortuna Inti Alam di Desa Maumbi Kabupaten
Minahasa Utara Sulawesi Utara. Agrirud, 1(2) : 201 – 209.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/agrirud/article/view/24456/24133.
Diakses Pada 19 November 2019.
. 2017. Sebaran
luas wilayah di Kabupaten Tanggamus. BAPPEDA Kabupaten Tanggamus.
Tanggamus.
Budi, Setia., Zukhri, Anjuman., dan Indrayani, Luh. 2014. Analisis Joint Cost
Untuk Produk Bersama dalam Menentukan Laba atau Rugi Kotor Pada UD.
Kharisma Tahun 2013. Jurnal Undiksha, 4(1) Tahun 2014.
https://media.neliti.com/media/publications/5279-ID-analisis-joint-cost-
untuk-produk-besama-dalam-menentukan-laba-pada-ud-kharisma-d.pdf.
Diakses pada 26 Juli 2019.
Bustami, B dan Nurlella. 2009. Akuntansi Biaya: Kajian Teori dan Aplikasi. Edisi
Pertama. Cetakan Pertama. Mitra Wacana Media. Jakarta.
Bustami, Bastian dan Nurlela. 2013. Akuntansi Biaya : Edisi 4. Mitra Wacana
Medika. Jakart.
Dinas Koperasi UMKM. 2018. Jumlah Koperasi Menurut Jenis Koperasi dan
Kecamatan di Kabupaten Tanggamus. Dinas Koperasi UMKM Kabupaten
Tanggamus. Kabupaten Tanggamus.
Dwi, M., dkk. (2012). Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK. Buku 1.
Salemba Empat. Jakarta.
Gustiar, R. G., Alamsyah, Z., dan Elwamendri. 2013. Proses pengadaan bahan
baku dan analisis nilai tambah plywood kayu karet (Studi Kasus Pada PT.
XYZ Desa Sarang Burung Kabupaten Muara Jambi). Jurnal Sosio
Ekonomika Bisnis, 6(2) : 83 – 94. https://online-journal.unja.ac.id/jseb/
article/view/2784/2039. Diakses Pada 30 November 2018.
Indiarestu, R. 2016. Persediaan bahan baku kopi luwak liar pada bun prink
coffee. Jurnal Pamator, 9(1) : 52 – 65. http://journal.trunojoyo.ac.id/
pamator/article/view/3368/2498. Diakses Pada 1 Desember 2018.
Kecamatan Air Naningan Dalam Angka. 2018. Luas Panen dan Produksi
Tanaman Perkebunan di Kecamatan Air Naningan. Kecamatan Air
Naningan Dalam Angka. Air Naningan.
Nirwanto, R. 2011. Analisis Peentuan Harga Pokok Produksi Kopi Pada Tingkat
Petani Kopi Di Kecamatan Kembang Kabupaten Bondowoso. Skripsi.
Universitas Jember. Jember.
Provinsi Lampung Dalam Angka. 2017. Luas Lahan, Produksi dan Produktivitas
Komoditas Perkebunan di Provinsi Lampung. Provinsi Lampung Dalam
Angka. Bandar Lampung.
Purwanto, E.H., Rubiyo., dan Towaha, J. 2015. Karakteristik Mutu Dan Citarasa
Kopi Robusta Klon Bp 42, Bp 358 Dan Bp 308 Asal Bali Dan Lampung.
SIRINOV, 3 (2) :67-68. http://Journal.sirinov.ac.id/sirinov/article/
view/6768/2498. Diakses pada 10 Januari 2019.
Romli, M., dkk. 2002. Standard Operational Procedure (SOP), dan Sistem
Monitoring dan Record. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Zaidi, R., Rangga, A., dan Alrasyid, H. 2014. Analisis harga pokok produksi
pada usaha kopi luwak di kabupaten lampung barat. Jurnal Kelitbangan, 3(3)
: 237 – 248. http://ejournal.kemenperin.go.id/tegi/article/view/3150. Diakses
Pada 5 Desember 2018.