Artikel PTK 1

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

KAJIAN PENERAPAN PENDAMPINGAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

KOLABORATIF ANTARA PERGURUAN TINGGI DAN SEKOLAH

Zulfiani, Yanti Herlanti, Ahmad Sofyan


Univeritas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
email: [email protected]

Abstrak: Penelitian bertujuan menemukan model pendampingan penelitian tindakan kelas kolaboratif
antara perguruan tinggi dan sekolah (PTK Kolaboratif). Penelitian dilakukan di sekolah mitra. Metode
penelitian menggunakan Mixed Method. Instrumen pengumpulan data adalah kuesioner, lembar wawancara
mendalam, catatan lapangan, dan FGD. Data dianalisis dengan teknik statistik deskriptif. Penelitian
menghasilkan tiga model Pendampingan PTK Kolaborasi yaitu model I (guru bersifat dominan), model
II (peran guru bersifat moderat), dan model III (guru bersifat resesif). Model I guru sebagai pencetus ide
dan melakukan penelitian mandiri, mahasiswa berperan sebagai observer, proses bimbingan dilakukan
oleh dosen pembimbing. Model II guru dan mahasiswa mencetuskan ide riset, guru melaksanakan PTK,
proses bimbingan dilakukan oleh dosen pembimbing. Model III guru bersama mahasiswa atau mahasiswa
secara mandiri mencetuskan ide riset, mahasiswa melaksanakan PTK, proses bimbingan dilakukan dosen.
Respon dosen, mahasiswa dan guru, positif terhadap pelaksanaan semua model kolaborasi PTK. Validasi
pakar menunjukkan Model II dianggap sebagai model pendampingan kolaboratif perguruan tinggi dan
sekolah yang ideal.

Keyword: model pendampingan kolaboratif, penelitian tindakan kelas

A STUDY ON THE IMPLEMENTATION OF UNIVERSITY - SCHOOL


COLLABORATIVE CLASSROOM ACTION RESEARCH (CAR)

Abstract:The goal of the study is to find out the mentoring models in collaborative Classroom Action
Research (CAR) involving university and school. Research was carried out at the partner school.
Deployingmixed methods, data were collected through questionnaire, depth interview, field note and
FGDs and then analyzed using descriptive statistics technique. The results show three mentoring models
in collaborativeCAR i.e. Model I (dominant teacher-oriented), Model II (moderateteacher-oriented), and
Model III (recessive teacher-oriented). Model I requires teacher to undertake the CAR, studentto act as the
observer, and lecturer to act as the mentor.In Model II, student and teacher propose a research problem,
teacher conducts the CAR, and lecturermentors them. In Model III, teacher and student(or only student)
formulate the research problem, student undertakes the CAR, and lecturer mentors them. Lecturers,
students and teachers positively responds to the implementation of all the models. However, expertsargue
that Model II is the ideal model for collaboration between university and school.

Keyword: collaborative mentoring model, classroom action reserach

PENDAHULUAN merupakan bentuk optimalisasi kompetensi yang


Sesuai pasal 1 ayat 1 Undang-Undang harus dimiliki seorang pendidik.
Repubik Indonesia No. 14/2005, guru adalah pen- National Research Council (1996:67)
didik profesional memiliki tugas utama mendidik, menegaskan profesionalisme guru sains perlu
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, mengintegrasikan pengetahuan sains, pembelajar-
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada an dengan perspektif strategi pengajaran terbaru
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan dan berbasis inkuiri. Setidaknya terdapat 5 hal
pendidikan menengah (Indonesia, 2005:6). Tugas yang perlu dituntut seorang guru profesional : (1)
utama tersebut melekat pada diri pendidik secara guru memiliki komitmen pada siswa dan proses
holistik yang terimplementasi pada proses pem- belajarnya, (2) guru menguasai secara mendalam
belajaran di kelas. Sejumlah tugas utama tersebut terkait konten bahan ajarnya serta cara mengajar-

273
274

kannya, (3) bertanggungjawab memantau hasil Dalam usaha menjembatani pelaku pen-
belajar siswa melalui berbagai cara evaluasi, didikan tersebut, penting memperhatikan bentuk
(4) guru mampu berpikir sistematis tentang apa kolaborasi pendampingan yang efektif antara
yang dilakukaknya dan belajar dari pengalaman- perguruan tinggi dan sekolah. Bentuk kolaborasi
nya, (5) guru merupakan bagian dari masyarakat pendampingan diusulkan sebagai upaya keter-
belajar dalam lingkungan profesinya. Selain itu libatan penuh dan konsisten antara kedua belah
kemampuan melakukan penelitian tindakan kelas pihak.
menjadi salah satu kemampuan yang diperlukan Bentuk pendampingan sudah banyak di-
guru yang dapat menjadikan guru sebagai penga- lakukan misalnya melalui Lesson study yang
jar sekaligus ‘pembelajar’ aktif. telah berkembang sejak tahun 1990 di Jepang,
Kreativitas guru bukan hanya dalam hal dan menjadi sangat familiar di Indonesia mela-
penerapan IPTEK, tetapi juga pengembangan lui IMSTEP tahun 1998 di tiga IKIP (sekarang
metode-metode pembelajaran yang sederhana UPI, UNY, dan UM) (Hendayana, dkk., 2004).
tetapi sesuai dengan karakter bangsa dan pengem- Kegiatan profesionalitas guru umumnya berjalan
bangan materi ajar untuk memperkaya ilmu dengan pola: diinisiasi dari pihak luar (peneliti,
pengetahuan. Metode pembelajaran tidak harus pemangku kebijakan, badan pelatihan, perguruan
menggunakan peralatan yang canggih, tetapi yang tinggi) guru diberikan pelatihan atau workshop
penting peserta didik termotivasi untuk belajar kemudian mengaplikasikan hasil pelatihan di
lebih baik. Nurjhani, et al (2008:1) menyatakan kelas dengan harapan mampu meningkatkan hasil
guru masih kesulitan mengembangkan metode, belajar siswa. Kegiatan semacam ini seringkali
pendekatan dan media pembelajaran yang up date tidak memberikan hasil yang memuaskan, misal-
sesuai dengan kondisi siswa dan perkembangan nya, guru tidak mengalami perubahan terutama
masyarakat. secara profesional, ilmu diperkenalkan melalui
Produk inovasi yang kontekstual tentu saja pelatihan atau workshop seringkali tidak dapat
lahir dari kajian mandiri guru melalui serangkaian diaplikasikan di kelas, hasil belajar siswa tidak
penelitian yang sistematis, salah satunya mela- juga meningkat, dan terlebih lagi kegiatan pelatih-
lui melalui Penelitian yang dilakukan melalui an guru tidak berlangsung lama. Umumnya pem-
aktivitas peneltian tindakan kelas (PTK). Aturan berdayaan guru/calon guru terkait PTK dilakukan
baru Angka Kredit bagi kenaikan Jabatan Guru saat guru mendapatkan pelatihan khusus (Rosiani,
ini, sudah berlaku efektif mulai tanggal 1 Januari et. al., 2013:69)
2013, dimana untuk kenaikan pangkat jabatan Alasan lainnya adalah adalah bahwa hasil
Fungsional Guru serendah-rendahnya Golongan dari pelatihan tidak memberikan dampak perubah-
III/b diwajibkan membuat Karya Inovatif berupa an positif kepada siswa, seperti motivasi belajar
Penelitian, Karya Tulis Ilmiah, Alat Peraga, dan hasil belajar siswa. Padahal perubahan positif
Modul, Buku, atau Karya Teknologi Pendidikan ini merupakan tujuan utama kegiatan profesio-
yang nilai angka kreditnya disesuaikan (Mendik- nalitas guru perubahan yang terjadi pada siswa,
nas dan BKN, 2010:22) dalam beberapa studi, ternyata telah mempe-
Usaha peningkatan profesionalitas guru ngaruhi perilaku guru dan pelaku pendidikan
dalam komunitasnya seringkali mengalami lain (Agung, et.al , 2012:4). Dari contoh di atas,
hambatan, terlebih lagi ketika banyak pelaku pen- dapat dilihat bahwa pihak luar (Perguruan Tinggi)
didikan (misalnya, pemangku kebijakan, kepala memiliki potensi yang sangat besar untuk mem-
sekolah, guru, siswa, orang tua, institusi pendidi- berikan pengaruh terhadap upaya-upaya pening-
kan, peneliti, donatur) yang terlibat di dalamnya, katan pendidikan. Dalam kaitannya dengan
misalnya pada kegiatan aksi kolaborasi perguruan komunitas guru, misalnya, dapat dikatakan bahwa
tinggi dan sekolah. Hal ini dikarenakan masing- sekolah-perguruan tinggi memiliki peluang siner-
masing kelompok pelaku pendidikan memiliki gis yang kiranya dapat menjembatani para pelaku
persepsi dan tujuan yang berbeda dalam meman- pendidikan untuk memberikan dukungan terhadap
dang usaha profesionalitas guru yang sedang di- upaya peningkatan profesionalitas guru melalui
lakukan. Hambatan yang ditimbulkan seringkali pendampingan. Bentuk kolaborasi dipengaruhi
menyebabkan tujuan dari usaha peningkatan pro- beberapa faktor tujuan, komunikasi, faktor organi-
fesionalitas guru justru tidak tercapai atau bahkan sasi, kurikulum (Tytler, et al 2016:14 ).
terhenti (Akkerman & Bakker, 2013:133).

Cakrawala Pendidikan, Juni 2016, Th. XXXV, No. 2


275

Pada penelitian ini rancangan kolaborasi pendampingan guru bersinergi dengan aktivitas
mengacu pada Program Profesi Keguruan Terpadu mahasiswa calon guru di sekolah mitra Perguruan
(PPKT) di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Tinggi.
(FITK) UIN Jakarta yang telah memiliki mitra Kolaborasi perguruan tinggi-sekolah ber-
100 sekolah. Program ini memberikan kesem- potensi besar untuk meningkatkan kualitas hasil
patan kepada mahasiswa untuk mengembangkan belajar peserta didik melaui peningkatan profe-
kompetensi guru yang harus mereka miliki secara sionalisme guru. Maka, diperlukan penelitian yang
terlatih seperti keterampilan mahasiswa mengajar, dapat menemukan sebuah model pendampingan
keterampilan meneliti dasar, dan pengembang- PTK yang mampu meningkatkan keterampilan
an kepribadian dan sosial melalui pengabdian meneliti para guru, sekaligus memberikan ke-
administrasi dan kependidikan. Kegiatan ini sempatan kepada calon guru memperoleh contoh
dilaksanakan selama 4 bulan di sekolah dengan langsung praktik penyelesaian masalah di kelas.
jumlah mahasiswa 1-2 orang per sekolah. Setiap Sejauh ini belum ada penelitian yang memberikan
sekolah dibimbing oleh 1 orang dosen pembim- penekanan terhadap kolaborasi secara berimbang
bing PPKT dari Prodi/Jurusan yang berkesesuian antara calon guru, guru, dan dosen.
dengan mahasiswa yang ditempatkan (FITK, UIN Penelitian ini memiliki signifikansi sebagai
Jakarta, 2015:5). pintu pembuka yang diharapkan mampu mengeks-
Bentuk kolaborasi sebelumnya seringkali plorasi lebih lanjut peran perguruan tinggi LPTK
berakhir dengan selesainya program dan kerjasa- dalam upaya peningkatan profesionalitas guru dan
ma ini akan dimulai kembali di tahun berikutnya. keberlangsungan kenaikan pangkat guru yang
Masukan, saran dari pihak sekolah melalui proses berkualitas dan pemberian pengalaman calon guru
Monitoring dan Evaluasi (Monev) Fakultas, atau- menyelesaikan masalah pembelajaran di kelas.
pun personal langsung dari pihak sekolah kepada Maka, artikel ini akan mendeskripsikan hasil
dosen dikomunikasikan kepada pihak Jurusan/ temuan model pendampingan PTK kolaboratif
Prodi untuk menindaklanjuti Program kerjasama perguruan tinggi-sekolah.
lain. Pihak sekolah mengharapkan perguruan
tinggi memberikan bimbingan tidak hanya pada METODE
penguasaan konten materi Biologi, metodologi Penelitian dilakukan dengan mengguna-
pembelajaran, namun pada kemampuan melaku- kan model penelitian kombinasi (mixed method)
kan penelitian khususnya Penelitian Tindakan concurent embeded (Sugiyono, 2012:538). Model
Kelas (PTK). Maka, hasil MONEV pelaksanaan penelitian yang digunakan ditunjukkan pada
kegiatan ini merekomendasikan bentuk kerjasama Gambar 1.
Perguruan Tinggi dan Sekolah yang bersifat mutu- Pengumpulan data secara kuantitatif di-
alisme . Komponen model kolaborasi beranjak di lakukan dengan cara penyebaran angket kepada
perguruan tinggi-sekolah yang melibatkan dosen, seluruh guru IPA dan guru Biologi di SMP/MTs
guru, dan mahasiswa calon guru Prodi Pendidikan dan SMA/MA di 41 sekolah mitra di Tangerang
Biologi. Dalam pelaksanaannya model kolaborasi Selatan, Bogor, Depok dan Jakarta Selatan, dan

Gambar 1. Metode Penelitian Kombinasi Concurent Embeded, Metode Kualitatif sebagai


Metode Primer

Kajian Penerapan Pendampingan Penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif antara Perguruan Tinggi dan Sekolah
276

angket yang dikembalikan berjumlah 26 respon- Kendala saat menyusun PTK adalah terkait
den dari 19 sekolah mitra. Hasil angket ini dianali- waktu untuk melakukan penelitian, lemahnya
sis secara statistik deskriptif. Data hasil angket metodologi penelitian seperti sulit menyusun
digunakan sebagai kajian awal melihat kesulitan instrumen penelitian, rancangan penelitian,
para guru dalam melakukan penelitian tindakan serta kesulitan dan ketersediaan refererensi untuk
kelas. Data digunakan untuk memberikan tindak- menyusun kajian pustaka. Besaran persentasi
an dalam mengatasi kesulitan tersebut. masing-masing kendala ditunjukkan pada Gam-
Pengumpulan data kualitatif dilakukan me- bar 4.
lalui Forum Discussin Group (FGD) dan wawan-
cara dengan pakar. FGD dilakukan dengan meng-
undang dosen pembimbing, mahasiswa, dan guru.
Selain FGD dilakukan pula wawancara mendalam
untuk menggali lebih dalam hal-hal yang belum
dikemukan dalam FGD. Data hasil FGD dianalisis
secara deskriptif untuk menemukan pola pen-
dampingan yang dilakukan oleh dosen kepada
guru dan bagaimana peran mahasiswa calon guru
Gambar 4. Kendala Guru Melakukan PTK
dalam pendampingan.
Hasil angket menunjukkan guru yang me-
HASIL DAN PEMBAHASAN
laksanakan PTK masih kurang dari 50%, judul
Hasil Angket
yang diungkapkan oleh responden guru diatas
Lewat angket kepada para guru di 19 seko-
50% sudah sesuai kaidah. Yang menarik adalah
lah (26 responden) ditemukan 42,3% responden
70% alasan melakukan PTK telah mengacu pada
sudah mengetahui PTK dan pernah mencoba
perlunya meningkatkan kompetensi profesional,
membuat PTK. Responden diminta menuliskan
dan 30% untuk kenaikan pangkat.
judul PTK yang sudah dibuat, kemudian diperoleh
Responden yang tidak melakukan PTK
judul yang dinyatakan sesuai dan tidak sesuai
memiliki alasan terkendala waktu terkait dengan
dengan kaidah (lihat Gambar 2). Hal yang men-
beban kerja di sekolah (43%), tidak memiliki
dorong guru untuk melakukan PTK adalah upaya
wawasan PTK dan belum mendapatkan pelatihan/
guru memperbaiki pembelajaran, meningkatkan
bimbingan PTK (50%), dan menyatakan tidak
kompetensi diri, dan keperluan kenaikan pang-
memiliki niat untuk melakukan (7%).
kat guru (besaran persentasi ditunjukkan pada
Gambar 3).
Rekomendasi
Berdasarkan data kuantitatif yang diper-
oleh, terlihat bukn hanya pendampingan yang
diperlukan, namun mereka juga memerlukan
pelatihan PTK. Berdasarkan temuan tersebut,
dilakukan tiga langkah sebagaimana ditunjukkan
pada Gambar 5.

Hasil FGD dan Wawancara


Gambar 2. Persentase Kesesuaian Judul Lewat FGD dan wawancara dengan para
PTK dengan Kaidah Ilmiah dosen ditemukan 14 sekolah melaksanakan PTK
kolaboratif. Lewat FGD dengan dosen, maha-
siswa, dan guru serta wawancara mendalam
ditemukan tiga bentuk kolaborasi selama pen-
dampingan PTK. Tiga bentuk tersebut ditunjuk-
kan pada Tabel 1.

Gambar 3 Dorongan Guru melakukan PTK

Cakrawala Pendidikan, Juni 2016, Th. XXXV, No. 2


277

Gambar 5. Tiga Langkah Tindakan Berdasarkan Temuan Data Kuantitatif

Tabel 1. Tiga Bentuk Pendampingan PTK Kolaboratif antara PT dan Sekolah

Model Pendampingan PTK Kolaborasi I melakukan PTK positif khususnya mendorong


Model pendampingan PTK kolaborasi guru untuk melakukan PTK sekaligus memahami
dengan formulasi dosen dan guru berdiskusi untuk manfaat hasil PTK yang telah dilakukan (Tabel
melakukan PTK. Formulasi model kolaborasi I 2).
ditunjukkan pada Gambar 7. Keberhasilan penerapan kolaborasi ini
Model Kolaborasi I dilaksanakan oleh guru dipengaruhi oleh kesiapan guru, komitmen,
dengan proses bimbingan tidak sekedar tatap motivasi, pengetahuan awal yang baik untuk
muka di kelas, namun melalui email, atau hardfile melaksanakan PTK, Kendala waktu menjadi fak-
yang langsung dikoreksi oleh dosen. Mahasiswa tor utama sehingga model kolaborasi ini belum
terlibat hanya pada saat pelaksanaan PTK sebagai sepenuhnya mengembangkan kemandirian guru
observer, dan melakukan diskusi saat refleksi. untuk meneliti di kelas.
Tanggapan dosen (D1 dan D2) terhadap Pada model ini guru dominan menyusun
pelaksanaan model kolaboratif pendampingan proposal, melaksanakan, melaporkan PTK dan

Kajian Penerapan Pendampingan Penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif antara Perguruan Tinggi dan Sekolah
278

Gambar 7. Model Pendampingan PTK Kolaborasi I

Tabel 2. Tanggapan Dosen terhadap Pelaksanaan Model Pendampingan PTK

Gambar 8 Model Pendampingan Kolaborasi MK 2

melakukan bimbingan secara intensif dengan Model Pendampingan PTK Kolaborasi II


dosen. Pada pelaksanaanya diperlukan motivasi Pada model ini guru dan mahasiswa berdis-
guru dan dosen yang kuat dalam proses pem- kusi memformulasikan solusi dari masalah, guru
bimbingan, selain itu keberadaan mahasiswa saat melakukan penelitian, mahasiswa sebagai ob-
pelaksanaan PPKT masih dianggap memberikan server, proses bimbingan dilakukan oleh dosen.
chemistry, khususnya mempermudah dalam me- Model pendampingan kolaboratif II ditunjukkan
nemukan referensi, pada Gambar 8.
Tanggapan mahasiswa pada model ko- Tanggapan dosen terhadap penerapan
laborasi ini positif, khususnya, mahasiswa secara model ini positif ditinjau dari interaksi dosen-
langsung mendapatkan contoh tindakan guru me- mahasiswa-guru membentuk situasi kolegial.
nyelesaikan masalah kelas. Mahasiswa merasakan Posisi dosen sebagai ahli yang dapat memandu
situasi yang nyaman, berkesempatan ikut serta guru-mahasiswa dalam memformulasikan solusi
mengamati jalannya penelitian. dari permasalahan yang ditemukan di kelas. Pada
tingkat teknis, penyusunan RPP, instrumen secara
kolaboratif dilakukan oleh guru dan mahasiswa.

Cakrawala Pendidikan, Juni 2016, Th. XXXV, No. 2


279

Tabel 3. Tanggapan Dosen terhadap Pelaksanaan Model Pendampingan PTK

Guru merasakan manfaat dari model ko- “Pengalaman yang memuaskan da-
laboratif II. Tanggapan guru terhadap kolaborasi pat berdiskusi bersama dengan guru dan
model II adalah sebagai berikut. dosen. Saya setuju dengan kolaborasi ini.
“Sudah tepat model ini karena saya Diskusi sudah dilakukan sejak penentuan
sebagai guru biologi banyak terbantu judul PTK, saya mengamati guru saat
melakukan PTK, Ibu Dosen masuk kelas melaksanakan PTK. Penyusunan laporan
memantau langsung dan memberikan dilakukan bersama. Saya tidak merasa
masukan seharusnya dilakukan. Kemitraan terbebani, saya juga mendapatkan pen-
ini sejalan dengan Program Sekolah saya galaman melakukan penelitian bersama
yang termasuk Sekolah Model 132 di In- guru”
donesia Program OJL On Job Learning. Keterangan : R (Responden)-M (Maha-
Dalam pelaksanaannya memang saya siswa ke-n)-M (Model Pendampingan
yang melakukan mahasiswa yang observer, ke-n)
waktu pengolahan data juga saya terlibat
seperti mahasiswa yang di siklus 1 seperti Model Pendampingan PTK Kolaborasi III
ini, nanti yang di siklus 2 dilengkapi. Jadi Model kolaborasi ini lebih menekankan
ikut terlibat walaupun mungkin yang lebih aktivitas PTK oleh mahasiswa dengan bimbingan
banyak Ibu dan mahasiswa, masuknya guru dan dosen. Pada model ini, terdapat variasi
ibu dosen ke dalam kelas jadi saya sendiri pelaksanaan pendampingan PTK, yakni dibeda-
langsung tau jadi harusnya begitu” kan berdasarkan dominasi kolaborasinya.
Keterangan : R (Responden)-G (Guru ke- Hasil FGD bersama guru dan mahasiswa
n)-M (Model Pendampingan ke-n) terungkap bahwa model pendampingan PTK ko-
laborasi ini, terjadi dengan beberapa alasan, yakni
Tanggapan mahasiswa terhadap bentuk (1) kurang tersosialisasi program dari pihak prodi
kolaborasi ini. Secara umum, mahasiswa tidak kepada sekolah (guru pamong), maupun prodi
keberatan dengan model kolaborasi ini. Model kepada mahasiswa calon guru (2) guru pamong
II dianggap yang paling nyaman, sekaligus memiliki tugas strukural yang padat pada periode
mahasiswa dapat langsung belajar dari guru pa- tersebut, sehingga tidak dapat melaksanakan
mong. Selain melihat langsung proses perbaikan bentuk kolaborasi yang diharapkan, (3) masalah
pembelajaran, mahasiswa mendapat pengalaman kesehatan guru pamong di mitra sekolah tersebut.
melakukan diskusi reflektif. Model kolaborasi Berikut cuplikan hasil diskusi bersama guru pa-
II cukup ideal, memberikan kesempatan kepada mong saat FGD.
guru pamong dan mahasiswa untuk belajar ber- —Kendala kesehatan— [kolaborasi ini
sama. Mahaiswa lebih terasa dibimbing dalam sangat membantu guru, mahasiswa sangat
pengajarannya. kreatif, dosen dan mahasiswa mendorong

Kajian Penerapan Pendampingan Penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif antara Perguruan Tinggi dan Sekolah
280

untuk melakukan PTK di kelas. Khusus Tanggapan Ahli terhadap Model Pendampin-
saya terkendala kesehatan sehingga belum gan yang Dihasilkan
bisa berperan banyak, dosen memberikan Model Pendampingan PTK Kolaboratif
wawasan PTK] R-G4-K3 I ideal untuk meningkatkan keterampilan guru
—kendala tugas administratif—[saya meneliti, namun kolaborasi minimal di pihak ma-
berdiskusi dengan mahasiswa terkait hasiswa. Otomatis ini tidak sesuai dengan tujuan
penentuan judul PTK, saya melakukan riset yakni menemukan bentuk pendampingan
koreksi RPP, LKS yang mereka susun, PTK kolaborasi saat pelaksanaan Program Profesi
mahasiswa melakukan PTK, saya sekali- Kegurua Terpadu (PPKT)
kali menjadi observer, ada mahasiswa lain Model Pendampingan PTK Kolaboratif
menjadi observer, dan refleksi saya beri- II ideal karena melibatkan ketiga pihak secara
kan, laporan PTK sepenuhnya mahasiswa proporsional, sehingga tujuan menemukan model
yang menyusun]R-G-K3 pendampingan PTK kolaboratif terpenuhi. Penu-
—kendala kurangnya sosialisasi—[saya lisan laporan penelitian pada Model 2 seharusnya
diberi tahu mahasiswa bahwa mereka tidak hanya melibatkan mahasiswa tetapi juga
akan penelitian PTK, mahasiswa berkon- guru karena ide penelitian berasal dari dua subjek
sultasi tentang judul, selanjutnya saya tersebut.
mengkoreksi instrumen, RPP mereka. Saat Pada Model Pendampingan PTK Ko-
penelitian, saya mengamati di kelas dan laboratif III seharusnya keterlibatan guru se-
memberi masukan, termasuk laporan akhir bagai reviewer tidak hanya pada bagian RPP
saya baca juga. Secara umum, mahasiswa dan instrumen tetapi juga pada pencetusan ide
bisa melakukannya. Saya baru tahu saat sampai pelaporannya. Model ini sangat dominan
FGD ini kalau saya bisa melakukan PTK kinerja penelitian pada mahasiswa. Model ini
juga, saya ingin sekali melakukannya.] tidak disarankan untuk tujuan Pendampingan PTK
R-G6-K3 Kolaboratif yang ingin melibatkan seluruh pihak.
(Ket: R= Responden, Gn= Guru ke-n, Kn= Utamanya mahasiswa calon guru belum diperke-
Model Kolaborasi ke-n) nankan secara mandiri melakukan PTK, mengin-
gat esensi PTK secara absah ilmiah dilakukan oleh
guru yang telah berpengalaman mengajar.

Tabel 4. Tanggapan Dosen terhadap Pelaksanaan Model Pendampingan PTK

Keterangan :
* Dosen pada Model kolaborasi 3 di 8 sekolah mitra
**Dosen pada Model Kolaborsi 3 di 3 sekolah mitra.

Cakrawala Pendidikan, Juni 2016, Th. XXXV, No. 2


281

Tabel 5. Validasi Ahli Model Pendampingan PTK Kolaboratif

Pengetahuan guru di sekolah mitra yang dampingan PTK II. Model pendampingan PTK II
diteliti menunjukkan respon positif bahwa 70% mengakomodasi peran mahasiswa sebagai calon
alasan melakukan PTK diperlukan untuk mening- guru yang memerlukan contoh langsung terkait
katkan kompetensi profesional guru dan 30% penerapan PTK di sekolah sementara guru tetap
terungkap untuk kenaikan pangkat yang merupa- berperan sebagai guru yang layak melaksanakan
kan faktor yang penting untuk dipertimbangkan. PTK di kelas.
Ini mengindikasikan adanya kesadaran bahwa Model pendampingan PTK kolaborasi II
pentingnya melakukan penelitian PTK dikaitkan direpson positif pada pelaksanaannya oleh dosen,
karier guru. guru, mahasiswa. Model kolaborasi II ini menem-
Kendala waktu menjadi alasan yang cukup patkan interaksi kolegial baik dari awal peren-
dominan disampaikan guru sebagai alasan tidak caanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
melakukan PTK (43%), selain alasan dominan Calon guru/mahasiswa seharusnya mempelajari
adalah tidak memiliki wawasan dan belum bagaimana mengembangkan pembelajaran dan
mendapatkan pelatihan/bimbingan PTK (50%). materi sesuai harapan guru di sekolah secara
Berdasarkan angket menunjukkan mereka yang kooperatif (Weisner, et.al, 2004:1 ).
belum melakukan PTK karena terkendala seperti Mahasiswa diposisikan sebagai pembela-
perlunya bimbingan/pelatihan/pendampingan dan jar, magang, berlatih menjadi observer, membantu
memiliki keterbatasan waktu. Hasil ini sejalan guru dalam mempersiapkan pelaksanaan PTK
dengan Sukidjo (2014:377), yaitu bahwa 29% dengan cara bertukar informasi, menganalisis
guru masih menghadapi kendala untuk melak- instrumen, maupun RPP. Mahasiswa calon guru
sanakan PTK, baik kendala internal (dalam me- perlu mendapatkan contoh langsung terkait pelak-
nemukan masalah, mengolah data serta tiadanya sanaan PTK di sekolah. Potensi mahasiswa de-
pembimbing PTK). ngan keluangan waktunya dapat mengembangkan
Hasil validasi pakar merujuk pada model bahan ajar, media pembelajaran, dan asesmennya.
ideal yang sesuai dengan fokus kajian yakni ko- Guru, dengan intensitas waktu yang terbatas, dan
laborasi antara mahasiswa calon guru dan guru tidak bisa meninggalkan tanggungjawabnya di
tanpa melanggar esensi PTK adalah Model Pen- kelas dapat memberikan contoh praktek langsung

Kajian Penerapan Pendampingan Penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif antara Perguruan Tinggi dan Sekolah
282

menyelesaikan permasalahan di kelas berdasarkan penelitian mandiri, mahasiswa berperan seba-


pengalamannya. gai observer, proses bimbingan dilakukan oleh
Pada proses akhir, guru dan mahasiswa dosen pembimbing. Model II guru dan mahasiswa
melaporkan hasil akhir dalam bentuk laporan PTK mencetuskan ide riset, guru melaksanakan PTK,
sesuai dengan kaidah ilmiah dengan bimbingan proses bimbingan dilakukan oleh dosen pem-
dosen. Pada akhirnya bentuk kolaborasi ini mem- bimbing. Model III guru bersama mahasiswa atau
berikan peluang komunikasi yang luwes antara mahasiswa secara mandiri mencetuskan ide riset,
guru-mahasiswa yang sedang menjalankan prak- mahasiswa melaksanakan PTK, proses bimbingan
tek pengajaran langsung. Aldridge (2012:260) dilakukan dosen.
menyatakan proses kooperatif melatih mahasiswa Model ideal yang mengakomodasi peran
untuk memahami bagaimana guru mengambil guru, mahasiswa, dosen adalah model II. Model
keputusan pedagogi, mengkonstruk pengetahuan pendampingan PTK kolaborasi ini menempatkan
baru, mentransformasi praktek pengajaran Peneli- mahasiswa sebagai pembelajar, magang, yang
tian tindakan self reflektif, memperbaiki praktek berinteraksi langsung dengan permasalahan
pengajarannya. sekolah dan memperoleh pengalaman langsung
Model penampingan PTK kolaborasi 2 se- tindakan pedagogi yang dilakukan guru. Proses
jalan dengan hasil penelitian Keating (1998:382) ini secara esensial tidak menyalahi hakikat PTK,
melaporkan pelaksanaan penelitian tindakan (Ac- bahwa guru berpengalamanlah yang memiliki
tion Research) di California State University San kewenangan melakukan riset PTK.
Marcos (CSUSM), program ini mengintegrasikan
penelitian tindakan dalam perkuliahan dan pen- UCAPAN TERIMAKASIH
galaman lapangan (PPL). Pihak Perguruan Tinggi Kami mengucapkan terimakasih kepada
bekerjasama dengan sejumlah sekolah untuk berbagai pihak atas bantuannya dalam penelitian
menggabungkan program Perguruan Tinggi dalam ini. Terima kasih kepada Prof. Dr. Ana Permana-
rangka “penyiapan guru abad 21” . Keterampilan sari, M.Si yang telah memvalidasi model pen-
riset dalam hal ini Penelitian Tindakan Kelas dampingan PTK kolaborasi. Terima kasih kepada
menjadi hal penting dibekalkan kepada calon guru Pusat Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk menghadapi abad 21. yang telah memberikan hibah penelitian publiksi
Pihak sekolah dalam hal ini guru di sekolah nasional tahun anggaran 2015/2016.
dianggap sebagai agen penting untuk melakukan
refleksi sekaligus menjadi seorang pemikir kritis DAFTAR PUSTAKA
yang secara kontinu. Keterlibatannya secara Agung, S., Bulte, A. M. W., & Pilot, A. 2012. Pro-
proaktif memiliki peran yang besar bagi calon fessional Development Activities: A Case
guru. Prodi/Fakultas memiliki peran signifikan Study Towards Sustaining a Community
dalam hal interaksi yang menguntungkan antara of Teachers During Decentralization of
mahasiswa dan guru pamong di sekolah. Lee Education. Unpublished manuscript.
(2013:51) menyatakan efektifitas penelitian tin-
dakan bergantung kesepakatan dan komitmen Akkerman, S. F., & Bakker, A. 2011. “Boundary
yang dilakukan secara kolaboratif. Crossing and Boundary Objects.” Review
Borg, et al (2015:2 ) menyatakan calon of Educational Research, 81(2),pp. 132-
guru yang melaksanakan PTK pada dasarnya 169.
melakukan inkuiri saat proses refleksi di kelas,
diharapkan pengalamannya dapat memberikan Aldridge, Jill M., Barry J. F., Lisa, B., Jeffrey
dampak positif pada mahasiswa setelah menye- D.2012. “Using a New Learning Envi-
lesaikan pendidikannya. ronment Questionnaire for Reflection in
Teacher Action Research”. International
SIMPULAN Journal Science Teacher Education (23)
Penelitian menghasilkan tiga model pen- pp 259–290.
dampingan PTK kolaborasi, yaitu model I (guru
bersifat dominan), model II (peran guru bersifat Widodo, A., Riandi, dan Bambang, S. 2011. Paket
moderat), dan model III (guru bersifat resesif). Program Coaching Berbasis Video untuk
Model I guru sebagai pencetus ide dan melakukan Peningkatan Kompetensi Mengajar Guru

Cakrawala Pendidikan, Juni 2016, Th. XXXV, No. 2


283

Sains Cakrawala Pendidikan, Februari NRC 1996. National Education Standards. Terse-
2011, Th. XXX, No. 1. dia: http://www.nap.edu/ [15/2/2016].

Borg, S., Sanchez S, Hugo. 2015. Key Issues in Nurjhani K, Mimin., Widi, P .2010 Upaya Pen-
Doing and Supporting Language Teacher ingkatan Kemampuan Guru dalam Pem-
Research. International Perspectives on belajaran IPA (Biologi) melalui Lesson
English Language Teaching. pp 1-13. Study. Tersedia di http://file.upi.edu diakses
tanggal 15/2/2016.
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Jakarta. 2015 Panduan Program Profesi Prodi Pendidikan Biologi, FITK UIN Jakarta.
Keguruan Terpadu. Jakarta. 2015. Laporan Pelaksanaan PPKT Prodi
Pendidikan Biologi. Jakarta : Tidak dipub-
Indonesia. 2005. Undang-Undang Republik Indo- likasikan.
nesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru
dan Dosen. Jakarta: Rajagrafindo. Rosiani, D., S. Martono, Kardoyo. 2014. “Pengem-
bangan Model Pelatihan Penngkatan Kom-
Hendayana, S., dkk. 2006. Lesson Study Suatu petensi Guru mengembangkan Pembelaja-
Strategy untuk Meningkatkan Keprofesion- ran berbasis Penelitian Tindakan Kelas.”
al Pendidik (Pengalaman IMSTEP-JICA). Jurnal Penelitian Tindakan Sekolah dan
Bandung : UPI Press. Kepengawasan. Vol. 1, No. 2.

Keating, Joseph; Diaz-Greenberg, Rosario; Bald- Sukidjo. 2014. Kompetensi PTK Guru SMP di
win, Mark; Thousand, Jacqueline. 2016. A DIY. Cakrawala Pendidikan. 2014, TH.
Collaborative Action Research Model for XXXIII, (3) 368-378.
Teacher Preparation Programs. Journal
of Teacher Education v49, n5 (Nov-Dec, Sugiyono. 2012. Metode Metode Penelitian Kuan-
1998):381-396. Tersedia http://jte.sagepub. titatif dan Kualitatif (Mixed Methods).
com/ [15/2/2016]. Bandung : Alfabeta.

Lee, G. 2013. “Using Collabrative Action Re- Tytler, R., David, S., John C C. 2016. “Com-
search for a Genuine School Based Edu- munity-School Collaborations in Science:
cational Change : An Example Case and Towards Improved Outcomes Through
Referense Notes for Novice Teacher.” Better Understanding of Boundary Issues.”
New Horizons in Education, Vol.61, No. International Journal Science Teacher
pp 49-69. Education (2016) 1-19 tersedia : http://link.
springer.com [15/2/2016].
Mendiknas dan BKN .2010. Peraturan bersama
BKN dan Kementerian Pendidikan Petun- Weisner, J., Salked, E.2004. Taking Technology
juk Pelaksanaan Jabfung Guru dan Agka into School A Dialogue Between a Pre
kreditnya. No 14 tahun 2010. service Teacher and University Supervisor.
Teach Trends Vol 48 (3) pp12-17.

Kajian Penerapan Pendampingan Penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif antara Perguruan Tinggi dan Sekolah

You might also like