Minat Konsumen Dan Strategi Pengembangan Ekowisata

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Jurnal Hutan Tropis Volume 8 No.

3 November 2020 ISSN 2337-7771 (Cetak)


ISSN 2337-7992 (Daring)

MINAT KONSUMEN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA


HUTAN MANGROVE DI KELURAHAN MENTAWIR KABUPATEN
PENAJAM PASER UTARA
Consumer Interests and Strategy for Mangrove Forest Ecotourism
Development in Mentawir Village Penajam Paser Utara Regency
Rochadi Kristiningrum1, Abubakar M. Lahjie1, Masjaya2, Syahrir Yusuf1
1
Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman
2
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Mulawarman

ABSTRACT. This research are (1) know how much the potential and interest of consumers (2)
explain the strategy of developing mangrove forest ecotourism in Mentawir Village. Research
methods in the form of quantitative and qualitative data accompanied by primary data and
secondary data. Data were collected using surveys, questionnaires, literature, documentation
and SWOT. Outcome this research showed that transactional interest dominates respondents'
answers regarding ecotourism interests in the Mentawir Village. SWOT analysis shows that
ecotourism activities in Mentawir Village are in quadrant I (Aggressive Strategy). Alternative
activities by building partnerships between the community and stakeholders to increase
ecotourism activities in the Mentawir Village; community participation in activities from planning
to evaluation and monitoring; increasing the quality of products that are packaged creatively and
varied by involving local communities and increasing the empowerment of tourism-aware
groups.
Keywords: Ecotourism; Interest; Mangrove; Strategy
ABSTRAK. Tujuan riset ini adalah (1) mengenali sejauh mana potensi minat konsumen (2)
menjelasakan strategi pengembangan ekowisata hutan mangrove di Kelurahan Mentawir.
Metode penelitian berupa data kuantitatif dan kualitatif disertai dengan data pendukung lainnya.
Data dikumpulkan menggunakan survei, kuesioner, literatur dan dokumentasi. Analisis datanya
berupa kuantitatif dan kualitatif serta SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minat
transaksional mendominasi jawaban responden terkait minat ekowisata di Kelurahan Mentawir.
Analisis SWOT menunjukkan bahwa kegiatan ekowisata di Kelurahan Mentawir berada pada
kuadran I (Strategi Agresif). Alternatif kegiatan dengan membangun kemitraan antara
masyarakat dan stakeholder guna meningkatkan aktivitas ekowisata di Kelurahan Mentawir;
partisipasi masyarakat dalam kegiatan dari perencanaan sampai evaluasi dan monitoring;
mengembangkan mutu barang dengan kemasan yang bagus dan beranekaragam serta
pemberdayaan kelompok sadar wisata.
Kata kunci: Ekowisata; Mangrove; Minat; Strategi
Penulis untuk korespondensi: surel: [email protected]

PENDAHULUAN laut dengan air tanah, memperkecil


kecepatan angin dan kencangnya ombak,
rekreasi, dan menyucikan air yang
disebabkan oleh berbagai bahan polusi
Daratan dan lautan merupakan bagian (Ahyar dan Wardhani, 2014).
dari ekosistem mangrove yang memiliki
fungsi khusus dan saling ketergantungan Salah satu kelurahan yang memiliki
satu sama lainnya. Mangrove adalah faktor kawasan hutan mangrove di Kecamatan
produksi yang dapat diperbaharui dan Sepaku adalah Mentawir yang merupakan
menyuplai beraneka baranh dan jasa konsesi milik PT Inhutani Balikpapan,
(barang yang dapat dinikmati secara dengan luasan sebesar 500 hektare dari
langsung dan barang dan jasa tidak 7.000 hektare luas kawasan mangrove yang
langsung) dan layanan ekosistem lainnya juga masih dalam pengelolaan PT Inhutani
berupa perlindungan lingkungan seperti Balikpapan dan dikelilingi oleh hutan bambu
pelindung abrasi, kontrol perembesan air seluas 4.000 hektar. Kelurahan Mentawir

291
Rochadi Kristiningrum. et al. : Minat Konsumen Dan Strategi ……. (8): 291-297

memiliki pesona hutan mangrove dan dunia. Tema ekowisata menjelasakan suatu
keanekaragaman hayati yang sangat upaya terkini agar dapat memanfaatkan
melimpah serta bisa dikembangkan konsep alam dengan tetap mementingkan aspek
ekowisata. Menurut Kartikasari (2016) keanekaragaman hayati dan
menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi keberlangsunganya untuk anak cucu, serta
akan meningkat pesat dalah satunya adalah tidak mengakibatkan kerusakan alam
mengembangan sektor pariwisata. (Novianti, 2016) dan sebagai pendapatan
utama warga sekitar dalam memperkecil
Sehubungan dengan arti ekowisata,
dampak negatif hutan (Flamin dan Asnaryati,
ternyata ekowisata (Ecotourism) adalah
2013). Ekowisata adalah salah satu wisata
salah satu wisata yang mengutamakan segi
yang memperhatikan keberlanjutan wilayah
pelestarian alam dan budaya masyarakat
dan menyediakan keuntungan secara
sebagai pemikat, yaitu dengan maksud agar
finansial dan melestarikan adat istiadat
prinsip kelestarian bisa terjaga”. Mengingat
warga sekitar yang telah menjalar keseluruh
ekowisata tidak hanya memandang sebagai
dunia sebagai penggalan pembangunan
benda kultur dan alam akan tetapi segala
yang berkesinambungan (Purwanti, 2010)
sesuatu yang harus dikekalkan dan
dan ekowisata sebagai salah satu cara
dihidupkan, yang didalamnya terdapat
melindungi eksistensi hutan mangrove dari
manusia sehingga diharapkan aspek
kehancuran atau kebinasaan (Fahryansyah
kelestariannya sebagai hal yang penting
dan Yoswaty, 2012).
dengan maksud agar ekowisata bisa
dinikmati oleh siapapun untuk masa depan. Pendayagunaan daerah mangrove untuk
Manajemen ekowisata sangat dimanfaatkan menjadi salah satu tempat
mementingkan unsur pendidikan umum dan ekowisata adalah salah satu pilihan
peran serta yang mengikutsertakan seluruh penggunaan yang sangat masuk akal
pihak-pihak yang berkepentingan termasuk diaplikasikan di wilayah pesisir. Hal ini
wisatawan agar berperan serta dalam dimaksudkan agar dapat menyumbangkan
kegiatan yang berhubungan dengan keuntungan finansial dan pelayanan
pemulihan dan mutu ekosistem (Ferdinan et ekosistem tanpa menghancurkan ekosistem
al., 2015). Selanjutnya menurut masyarakat mangrove. Pendayagunaan pelayanan
ekowisata internasional di Amerika, ekosistem berupa wisata alam akan
ekowisata didefinisikan sebagai perjalanan merangsang usaha perlindungan dan
bertanggung jawab yang melestarikan penyangga kelestarian alam (Kusmana dan
lingkungan dan menopang kesejahteraan Istomo, 1993). Selanjutnya menurut Astuti
masyarakat setempat (Fennel, 2014). dan Widodo (2018), tempat tujuan yang
disukai oleh pengunjung adalah daerah
Menurut Astuti dan Widodo (2018),
konservasi baik daerah pemanfaatan alam
penggunaan ekosistem mangrove dari segi
maupun daerah marga satwa atau daerah
pengertiannya adalah pergesaran dari old
hutan. Hal tersebut disebabkan karena
tourism ke new tourism. “Wisata lama”
daerah tersebut mempunyai
memiliki pengertian bahwa pengunjung
keanekaragaman tumbuhan dan hewan,
hanya melakukan kegiatan berwisata tanpa
pemandangan yang bagus, serta terdapat
memperhatikan aspek edukasi dan
pola keunikan masyarakan setempat.
konservasi. Sedangkan “Wisata Baru”
Semua keunggulan itu pada dasarnya
memperhatikan aspek edukasi dan
adalah aset bangsa yang menghasilkan
lingkungan. Selanjutnya menurut Fadelli
manfaat finansial, ilmu pengetahuan serta
(2000), penggunaan keanekaragaman
konservasi. Ihsan et al. (2015)
hayati dan konservasi serta keinginan
menyebutkan ada tiga cara petunjuk
masyarakat sekitar terhadap daerah
pemanfaatan dan cara pengelolaan
konservasi searah terhadap program
ekowisata yang berupa peningkatan
pertumbuhan ekowisata yang berupa
pendapatan, penyediaan alat permainan,
pemeliharaan flora, fauna, tempat hidup
memberikan pelatihan ketrampilan bagi para
serta keaktifan dari warga setempat. Maka
pekerja dan penyebaran informasi melalui
diperlukan usaha yang keras dalam
media massa, cetak dan lainya denga tetap
pemberdayaan tujuan ekowisata yang
memperhatikan faktor pendidikan dan
alamiah dan sarat akan keanekaragaman
penyelamatan lingkungan.
flora dan fauna dan mampu menjaga
keberlangungan lingkungan hidup. Atas dasar itulah, maka pentingnya
dilaksanakan suatu pengkajian tentang
Cara-cara pelestarian lingkungan kini ini
“identifikasi potensi serta minat konsumen
telah menjadi masalah dan topik utama di

292
Jurnal Hutan Tropis Volume 8 No. 3, Edisi November 2020

akan ekowisata mangrove di Kelurahan METODE PENELITIAN


Mentawir” dengan tujuan penelitian yaitu (1)
mengetahui seberapa besar potensi dan
minat konsumen (2) menjelasakan strategi
pengembangan ekowisata hutan mangrove Lokasi dan Waktu
di Kelurahan Mentawir.

Riset dilakukan selama 3 (tiga) bulan


dimulai pada bulan Februari hingga April
2020 di Kelurahan Mentawir Kecamatan
Sepaku secara purposive sampling dimana
letaknya relatif dekat dengan hutan
mangrove dan masyarakatnya mempunyai
kebergantungan yang kuat terhadap hutan
mangrove tersebut dan merupakan salah
satu desa wisata mangrove.

Gambar 1. Peta Lokasi Riset

Desain dan Jenis Data Penelitian ekosistem mangrove. Data sekunder berupa
lieteratur-literatur pendukung penelitian yang
Penelitian ini menggunakan desai berupa dilakukan oleh orang lain atau dengan
penelitian survei masyarakat. Populasi metode kepustakaan, fasilitas yang ada
penelitian berupa masyarakat setempat dilokasi penelitian, data kependudukan dan
yang tinggal di Kelurahan Mentawir dan geografis wilayah.
pengunjung dengan jumlah responden
sebanyak 50 orang yang terbagi menjadi
dua yaitu 20 orang masyarakat dan 30
orang pengunjung dengan metode Analisis Data
Accidental Sampling yaitu sampel yang
digunakan adalah secara kebetulan di Untuk mengetahui potensi dan minat
lapangan dan didukung dengan berbagai konsumen/responden terhadap ekowisata
sumber data lainnya. Sumber informasi mangrove dilakukan metode analisis
utama berupa pengambilan informasi kuantitatif dan kualitatif dimana kuesioner
menggunakan kuesioner dan melakukan yang telah di jawab oleh responden
wawancara kepada responden dengan 4 dilakukan penilaian/skoring, setelah itu di
pertanyaan keinginan responden terhadap jelaskan dalam bentuk kata-kata (2) Untuk
pengembangan ekoswisata mangrove dan mengetahui strategi pengemabngan
observasi keanekaragaman hayati ekowisata mangrove di Kelurahan Mentawir

293
Rochadi Kristiningrum. et al. : Minat Konsumen Dan Strategi ……. (8): 291-297

dengan menggunakan analisis SWOT telah menarik beragam spesies fauna. Hal
(Rangkuti, 2014). ini berarti bahwa habitat mangrove dapat
menampung berbagai hewan seperti
burung, mamalia, reptil, ikan, dan
HASIL DAN PEMBAHASAN invertebrata air. Selain itu di Kelurahan
Mentawir juga telah dikembangkan berbagai
jenis usaha dalam pemanfaatan produk-
produk yang bahan bakunya berasal dari
Potensi dan Minat Konsumen Terhadap mangrove. Adapun produk yang dimaksud
Ekowisata Hutan Mangrove adalah sirup mangrove yang menggunakan
bahan mangrove berupa buah pidada, dodol
Hutan mangrove di Kelurahan Mentawir mangrove dan bedak mangrove. Usaha
memiliki potensi sumberdaya alami baik tersebut di kembangkan oleh Pojok Sadar
flora maupun fauna yang beraneka ragam Wisata (Pokdarwis)“ Tiram Tambun” untuk
dan memiliki obyek pemandangan yang meningkatan perekonomian mereka
mempesona. Hutan Mangrove yang berada (Kristiningrum et al. (2019).
di Kelurahan Mentawir Kecamatan Sepaku
Kabupaten Paser Penajam Utara masuk Keinginan adalah bagian psikis yang
dalam konsesi PT Inhutani I UMHT memberi dampak cukup dominan terhadap
Batuampar seluas ± 1.925 Ha dan dikelola tingkah laku dan membrikan semangat
bersama masyarakat melalui pemberdayaan kepada seseorang dalam melaksanakan
masyarakat setempat yaitu “TIRAM apa yang mereka inginkan. Keinginan
TAMBUN” sesuai Surat Keputusan Kepala memiliki sesuatu adalah kemauan
Dinas Parawisata dan Kebudayaan mempunyai suatu dimana merupakan
Penajam Paser Utara Nomor gambaran pemikiran sesorang untuk
188.48/050/DISBUDPAR/VIII/2019 tanggal 6 melakukan pembelian barang yang telah
Agustus 2019 tentang Pengukuhan diipikirkan atau direncanakan. Menurut
Kelompok Sadar Wisata agar hutan Ferdinand (2006), keinginan membeli
mangrove dapat di pelihara dengan konsep konsumen terhadap sesuatu dapat
kelestarian ekonomi. Terdapat dijelaskan melalui 4 faktor yaitu (1).
pembangunan jembatan sepanjang 500 Keinginan transaksional, yaitu keinginan
meter untuk memudahkan para pengunjung konsumen untuk membeli sesuatu. (2).
menikmati keindahan dan berbagai jenis Keinginan referensial/rujukan, yaitu
tumbuhan mangrove sembari melihat keinginan konsumen untuk memberi rujukan
berbagai macam satwa yang ada di kepada konsumen lainnya (3). Keinginan
dalamnya seperti monyet ekor panjang, preferensial, yaitu keinginan yang
berbagai jenis burung dan bekantan. Selain menggambarkan tingkah laku konsumen
itu pengunjung dapat menyusuri hutan yang memiliki keinginan yang sama pada
mangrove menggunakan perahu yang dapat barang yang dimaksud. Barang dan jasa
difungsikan untuk memancing atau melihat yang di jadikan rujukanya adalah sesuai
satwa liar yang ada. dengan keinginanya (4).Keinginan
eksploratif/menjelaskan,yaitu keinginan ini
Ekosistem hutan mangrove yang ada di menjelaskan tingkah laku konsumen yang
Kelurahan Mentawir memiliki jenis hewan selalu mencari informasi, pengetahuan dan
dan tumbuhan yang bermacam-macam sumber-sumber informsil lainnya mengenai
seperti adanya 12 jenis mangrove yang barang dan jasa yang diinginkanya serta
didominasi oleh jenis Rhizophora, kelebihan-kelebihan dari produk yang
Sonneratia Sp., Avicennia Sp., Bruguiera dimaksud. Berdasarkan keinginan
gymnorhiza, Bruguiera parfiflora, Ceriops konsumen terhadap barang dan jasa, maka
tagal, Xylocarpus granatum, Scyphiphora alat tersebut dijadikan sebagai dasar dari
hydropyllacea, Nypa fruticans dan keinginan seseorang terhadap wisata di
Acrosticum aureum. Selain itu terdapat juga Kelurahan Mentawir. Keinginan konsumen
macam-macam fauna yang tinggal di hutan diukur dengan menggunakan 4 indikator
mangrove. Salah satu fauna yang dapat yang dinyatakan dalam 4 pernyataan.
dilihat adalah jenis bekantan dan dugong Berdasarkan keinginan membeli tersebut
serta spesies invertebrata air yang lebih maka keinginan-keinginan tersebut
beraneka ragam menggambarkan bahwa sebagaimana Tabel 1.
ekosistem mangrove di Kelurahan Mentawir

294
Jurnal Hutan Tropis Volume 8 No. 3, Edisi November 2020

Tabel 1. Keinginan Konsumen terhadap Ekowisata Mangrove di Kelurahan Mentawir

Alternatif Tanggapan Responden


Total Kriteria
No Uraian Ket. SS S N TS STS Rataan
nilai Persepsi
5 4 3 2 1
Jml 20 23 8 0 0 51
1 Transaksional 4,24 Tinggi
Skor 100 92 24 0 0 216
Jml 18 24 8 0 0 50
2 Referensial 4,20 Tinggi
Skor 90 96 24 0 0 210
Jml 14 22 14 0 0 50
3 Preferensial 4,00 Tinggi
Skor 70 88 42 0 0 200
Jml 13 24 13 0 0 50
4 Eksploratif 4,00 Tinggi
Skor 65 96 39 0 0 200
Rataan keinginan konsumen terhadap ekowisata 4,11 Tinggi
dimana :
SS : Sangat sepakat; S : Sepakat; N: Netral; TS: Tidak sepakat; STS : Sangat tidak sepakat
Nilai kriteria persepsi berkisar antara 1-5, dimana bernilai 0-1 (sangat rendah); bernilai 2-3
(rendah); bernilai 3-4 (sedang); bernilai 4-5 (tinggi) dan bernilai >5 (sangat tinggi)

Tabel diatas menunjukan data deskriptif pengelola setempat terkait cara-cara


dan kriteria anggapan ataupun asumsi peningkatan kemampuan pencapaian hal
responden dari variabel keinginan tersebut
masyarakat secara merata. Masyarakat
berkeinginan agar ekowisata mangrove di Strategi Pengembangan Ekowisata
Kelurahan Mentawir bersumber pada Mangrove di Kelurahan Mentawir
penunjuk yang diteliti, secara totalitas dan
rataanya terletak pada nilai yang besar(4-5). Analisis SWOT baik faktor internal dan
Bersumber pada tabel diatas, nyatanya eksternal digunakan dalam menganalisis
atensi transaksional ialah statment dengan strategi pengembangan ekowisata
nilai anggapan paling tinggi sebesar 4,24. mangrove. Aspek kekuatan yang menunjang
Disusul dengan atensi refernsial dengan keberadaan ekowisata mangrove di
nilai anggapan sebesar 4,20. Sebaliknya Kelurahan Mentawir antara lain:
atensi preferensial serta eksploratif
mempunyai nilai persepsi yang sama ialah 1) Pelunya dukungan dalam
sebesar 4,00. Atensi transaksional sebesar pembangunan ekowisata hutan
4,24 maksudnya pihak lain, keluarga, mangrove
ataupun rekan kerjanya lebih berminat 2) Adanya potensi ekowisata yang
terhadap ekowisata mentawir. Atensi beragam seperti flora, fauna dan
referensial sebesar 4, 20 maksudnya kalau landskape yang indah.
para responen hendak menginformasikan 3) Adanya jembatan kayu sepanjang 500
posisi ekowisata mangrove kepada orang m untuk menyusuri hutan mangrove
lain/ pihak lain. Atensi preferensial sebesar disertai dengan gazebo.
4,00 yang maksudnya masyarakat hendak 4) Adanya keanekaragaman usaha dalam
lebih berminat buat mendatangi obyek menciptakan barang yang bahan
wisata tersebut daripada tempat wisata yang bakunya menggunakan buah, daun,
lain. Sebaliknya atensi eksploratif sebesar kayu mangrove.
4,00 yang maksudnya bahwa masyaraat 5) Tersedianya lahan dan wilayah
hendak mencari data lebih lanjut terkait mangrove untuk tujuan ekowisata di
obyek wisata tersebut. Hal ini berarti bahwa Kelurahan Mentawir.
bila ditinjau dari anggapan konsumen pada 6) Terdapat penetapan wilayah ekowisata
variabel atensi mempunyai peluang yang mangrove.
baik untuk dikembangkan dan memerlukan 7) Adanya keterbukaan masyarakat
tanggung jawab yang besar bagi pemda dan terhadap pengunjung

295
Rochadi Kristiningrum. et al. : Minat Konsumen Dan Strategi ……. (8): 291-297

8) Adanya motivasi ekonomi masyarakat 1) Membangun kemitraan antara


terhadap pengembangan ekowisata masyarakat dan stakeholder guna
mangrove meningkatkan aktivitas ekowisata di
Kelurahan Mentawir
Aspek dari dalam berupa kelemahan
2) Partisipasi masyarakat dalam kegiatan
dalam mengembangkan ekowisata
dari perencanaan sampai evaluasi dan
mangrove di Kelurahan Mentawir antara lain:
monitoring,
1) Kurangnya fasilitas infrastruktur 3) Kualitas kemasan dalam membungkus
2) Kurangnya sejumlah dana keuangan hasil mangrove perlu diperbaki lagi
para pengembang ekowisata. agar dapat menarik pembeli
3) Kurangnya promosi wisata. 4) Pemberdayaan kelompok sadar wisata
4) Pengetahuan masyarakat tentang perlu di tingkatkan.
ekowisata masih terbatas
5) Aksesibilitas yang masih terbatas
SIMPULAN DAN SARAN
Aspek dari luar berupa peluang
pendukung ekowisata mentawir antara lain:
1) Kelurahan Mentawir di jadikan sebagai Simpulan
desa wisata
2) Hutan mangrove di Kelurahan Mentawir Secara garis besar, masyarakat di
sebagai salah satu kelurahan yang Kelurahan Mentawir memiliki atensi yang
masuk dalam program Kampung Iklim tinggi terhadap adanya ekowisata mangrove.
Plus (Proklim) Plus. Karena memiliki peluang dan masa depan
3) Keberadaan partisipasi masyarakat, yang cukup menjanjikan.
stakeholder dan pemerintah setempat. Hasil analisis SWOT menunjukan bahwa
4) Keahlian masyarakat setempat dalam strategi pengembangan ekowisata
menjaga kelestarian ekosistem mangrove terletak pada kuadran satu
mangrove. dimana aspek dari dalam lebih besar
5) Terbukanya kesempatan usaha dan daripada aspek dari luar dimana aspek
kesempatan kerja di bidang wisata. kekuatan dan peluang lebih baik daripada
6) Adanya keinginan pihak ketiga yang aspek kelemahan dan ancaman . Berbagai
akan menanamkan modalnya di pilihan kegiatan dengan membangun
Kelurahan Mentawir. kemitraan antara masyarakat dan
Aspek dari luar yang berupa ancaman stakeholder guna meningkatkan aktivitas
ekowisata mangrove di Kelurahan Mentawir ekowisata di Kelurahan Mentawir; partisipasi
antara lain: masyarakat dalam kegiatan dari
perencanaan sampai evaluasi dan
1) Alih fungsi lahan hutan mangrove monitoring; kualitas kemasan dalam
2) Persaingan dengan ekowisata yang membungkus hasil mangrove perlu
lainnya. diperbaki lagi agar dapat menarik pembeli
Berdasarkan analisis analisa diatas dan pemberdayaan kelompok sadar wisata
dapat dijelasakan bahwa aspek dari dalam yang perlu ditingkatkan.
lebih besar daripada aspek dari luar dimana
aspek kekuatan dan peluang lebih baik Saran
daripada aspek kelemahan dan ancaman
sehingga hasil analisis kuadran Peraturan daerah perlu di
menunjukkan posisi pengembangan siapkan sebagai dasar pembangunan,
ekowisata berada pada kuadran satu pengembangan dan penompang
sehingga stragtegi yang digunakan adalah keberlangsungan desa wisata di Kelurahan
SO (Strategi Agresif). Perihal ini selaras Mentawir. Selain itu harus di persiapkan
dengan riset yang dicoba oleh Lelloltery et.al juga infrastruktur pendukung ekoswisata
(2020). Strategi yang butuh dibesarkan mangrove.
adalah memakai kekuatan dan peluang Diperlukan adanya hubungan yang baik
sehingga bisa menanggulangi kelemahan. antar pemangaku kepentingan, masyarakat,
Adapun pilihan kegiatan yang dimaksud Lembaga Swadaya Masyarakat dan
adalah : pemerintah menjadi kunci keberhasilan
pembangunan ekowisata di Kelurahan

296
Jurnal Hutan Tropis Volume 8 No. 3, Edisi November 2020

Mentawir, serta diperlukan adanya kegiatan Ferdinand, A. 2006. Metode Penelitian


promosi untuk memperkenalkan obyek Manajemen. Penerbit Universitas
wisata ekowisata mangrove yang ada di Diponegoro. Semarang.
Kelurahan Mentawir baik di daerah maupun
Fennel, D. A. 2014. Ecotourism, 4th Edition.
di pusat.
New York: Routledge.
Flamin, Alamsyah dan Asnaryati. 2013.
UCAPAN TERIMA KASIH Potensi Ekowisata dan Strategi
Pengembangan Tahura Nipa-Nipa, Kota
Kendari, Sulawesi Tenggara. Jurnal
Penelitian Kehutanan Wallacea Vol. 2(2):
Ucapan terima kasih penulis sampaikan 154-168.
kepada Kementerian Riset dan
Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional Ihsan., Soegiyanto,.Hadi, P. Pengembangan
Republik Indonesia melalui skema penelitian Potensi Ekowisata di Kabupaten Bima.
Hibah Disertasi dimana penulis dapatkan Jurnal GeoEco Vol. 1(2) : 195-206.
dalam membantu membiayai kegiiatan riset Lelloltery, H., Hitipeuw, J.C., Sahureka, M.
ini dan masyarakat Kelurahan Mentawir dan 2020. Strategi Pengebangan Ekowisata
para pihak yang membantu pelaksanaan Berbasis Masyarakat di Hutan Lindung
penelitian ini. Akhir kata semoga artikel Gunung Sirimau Kota Ambon. Jurnal
jurnal ini bisa bermanfaat bagi pembaca Hutan Tropis Vol. 8 (1): 23 - 35.
pada umumnya dan penulis pada
khususnya, penulis menyadari bahwa dalam Kartikasari, R. 2016. Potensi Pengembangan
pelaksanaan penelitian ini masih jauh dari Ekowisata di Grand Canyon Kabupaten
kesempurnaan untuk itu penulis menerima Pangdaran Provinsi Jawa Barat. Jurnal
saran dan kritik yang bersifat membangun Ilmu-Ilmu Pertanian Agrika Vol. 10 (1):
demi perbaikan di masa depan. 41-54.
Kusmana, C., Istomo. 1993. Arahan
Pemanfaatan Ekosistem Mangrove untuk
DAFTAR PUSTAKA Rekreasi. Makalah Seminar Nasional
Manajemen Kawasan Pesisir untuk
Ekoturisme. MM IPB.
Ahyar, Wardhani, M.K. 2014. Kajian Potensi Kristiningrum R, Lahjie A, Masjaya, Yusuf S.,
Ekowisata Pesisir Nepa Kabupaten Ruslim Y. 2019. Species Diversity, Stand
Sampang dengan Konsep Mangrove Productivity, Aboveground Biomass and
Park. Jurnal Kelautan Vol. 7 (2) : 94-99. Economic Value of Mangrove Ecosystem
in Mentawir Village, East Kalimantan,
Astuti, D., Widodo, T. 2018. Identifikasi Indonesia. Biodiversitas. 20 (10): 2848-
Potensi Serta Minat Konsumen akan 2857.
Ekowisata Mangrove Di Pulau Bengkalis.
Jurnal Inovasi dan Bisnis Vol. 6: 135-141. Novianti, Devita. 2016. Strategi
Pengembangan Mangrove Dalam
Fahriansyah dan Yoswaty, D. 2012. Mendukung Pembangunan Ekowisata di
Pembangunan Ekowisata di Kecamatan Kecamatan Rembang Kabupaten
Tanjung Balai Asahan, Sumatera Utara: Rembang Provinsi Jawa Tengah. Jurnal
Faktor Ekologis Hutan Mangrove. Jurnal Politik Pemerintahan Vol. 9(1): 155 – 164.
Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis Vol. 4
(2): 346-359. Purwanti, Farida. 2010. Pemilihan Lokasi
Untuk Pengembangan Ekowisata. Jurnal
Fandeli, C., 2000. Pengusahaan Ekowisata. Saintek Vol. 5(2): 19 – 25.
Penerbit Fakultas Kehutanan UGM.
Rangkuti, F. 2014. Teknik Membedah Kasus
Ferdinan, Y., Makmur, M., dan Ribawanto, H. Bisnis Analisis SWOT. Gramedia :
2015. Pengembangan Wisata Alam Jakarta.
Berbasis Ekowisata Dalam Perspektif
Pelayanan Publik. Jurnal Administrasi
Publik (JAP) Vol. 3 (12): 2123-2127.

297

You might also like